Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kita panjat kan kepada allah SWT atas limpahan
rahmatnya kita masi bisa hidup dan merasakan kehidupan yang
sementara ini yaitu di dunia. Dan tak lupa kita kirimkan salam
dan taslim kepada Nabiullah Muhammad SAW yang jasa-jasa tidak
dapat kita hitung dan berkat beliaulah yang telah membawa para
umat dari alam kegelapan menuju alam terang menerang.
Penulis mengucapkan banyak terimakasi kepada semua yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Profesionalisme Keja”.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Akhirnya, semoga amal baik Bapak/Ibu/Saudara yang telah
diberikan kepada penulis dapat diterima oleh Allah SWT. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr.

Makassar, 19 Oktober2013
Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .i

Daftar isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii

Bab 1 Pendahuluan

1.1. Latar belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1.2. Tujuan Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1.3. Manfaat Penulisan

Bab 2 Pembahasan

2.1.

2.2.

2.3.

2.4.

2.5.

Bab 3 Kesimpulan dan Saran

3.1. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

3.2. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Profesi istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang
bahwa suatu hal yang berkaiatan dengan bidang yang sangat
dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang
yang bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan keahlian saja yang
diperoleh dari pendidikan kejuruan, juga belum cukup disebut
profesi. Tetapi perlu penguasaan teori sistematis yang mendasari
praktek pelaksanaan, dan hubungan antara teori dan penerapan
dalam praktek. Kita tidak hanya mengenal istilah profesi untuk
bidang-bidang pekerjaan seperti kedokteran, guru, militer, pengacar,
dan semacamnya, tetapi meluas sampai mencakup pula bidang
seperti manager, wartawan, pelukus, penyanyi, artis, sekretaris dan
sebagainya. Seseorang yang memakai suatu profesi tertentu, disebut
professional. Walaupun begitu, istilah professional juga digunakan
untuk suatu aktivitas yang menerima bayaran, sebagai lawan kata
dari amatir. Menjadi professional dalam suatu profesi adalah tuntutan
yang akhirnya mampu meningkatkan kualitas keprofesian yang kita
miliki. .
1.2 Tujuan
a) Untuk mengetahui pengertian dari profesionalisme
b) Untuk mengetahui kriteria pekerj
c) Mengetahui lebih jauh tentang konsep dasar profesionalisme

1.3 Manfaat penulisan


Dari penulisan makalah ini dapat memotivasi bagi para
pembaca untuk lebih dapat meningkatkan profesionalisme
dibidang kerja nya masing-masing sehingga dapat
menciptakan suatu kondisi pekeraan yang lebih efisien dalam
pekerjaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Profesi
Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekejaan adalah
profesi. Profesi mempunyai karakteristik sendiri yang
membedakannya dari pekerjaan lainnya. Daftar karakteristik ini tidak
memuat semua karakteristik yang pernah diterapkan pada profesi
juga tidak semua ciri ini berlaku dalam setiap profesi :
 Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoritis :
professional diasumsikan mempunyai pengetahuan teoritis
yang ekstensif dan memiliki keterampilan yang berdasar pada
pengetahuan tersebut dan bias diterapkan dalam praktek.
 Asosiasi professional : profesi biasanya memiliki badan yang
diorganisasi oleh para anggotanya, yang dimaksudkan untuk
meningkatkan status para anggotanya. Organisasi profesi
tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi
anggotanya.
 Pendidikan yang ekstensif : profesi yang prestisius biasanya
memerlukan pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan
tinggi.
 Ujian kompetensi : Sebelum memasuki organisasi
professional, biasanya ada persyaratan istitusional dimana
calon professional mendapatkan pengalaman melalui
pengembangan professional juga dipersyaratkan.
 Lisensi : Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses
seritfikasi sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi bias
dianggap bias dipercaya.
 Otonomi kerja : Profesional cenderung mengendalikan kerja
dan pengetahuan teoritis mereka agar terhindar adanya
intervensi dari luar.
 Kode etik : Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik
bagi para anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka
yang melanggar aturan
 Mengatur diri : Organisasi profesi harus bias mengatur
organisasinya sendiri tanpa campur tangan pemerintah.
Professional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi
yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi.
 Layanan public dan alturisme : Diperolehnya penghasilan dari
kerja profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan
kebutuhan public, seperti layanan dokter berkontribusi
terhadap kesehatan masyarakat.
 Status dan imbalan tinggi : Profesi yang paling sukses akan
meraih status yang tinggi, prestisi, dan imbalan yang layak
bagi para anggotanya. Hal tersebut bias dianggap sebagai
pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi
masyarakat.
CIRI-CIRI PROFESI
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada
profesi, yaitu :
1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan
keterampilan ini dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan
pengalaman yang bertahun-tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini
biasanya setiap pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada
kode etik profesi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap
pelaksana profesi harus meletakkan kepentingan pribadi di
bawah kepentingan masyarakat.
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi
akan selalu berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana
nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan,
kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk menjalankan
suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.
Dengan melihat ciri-ciri umum profesi di atas, kita dapat
menyimpulkan bahwa kaum profesional adalah orang-orang
yang memiliki tolak ukur perilaku yang berada di atas ratarata.
Di satu pihak ada tuntutan dan tantangan yang sangat berat,
tetapi di lain pihak ada suatu kejelasan mengenai pola perilaku
yang baik dalam rangka kepentingan masyarakat. Seandainya
semua bidang kehidupan dan bidang kegiatan menerapkan suatu
estándar profesional yang tinggi, bisa diharapkan akan tercipta
suatu kualitas masyarakat yang semakin baik.

Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa


suatu hal yang berkaitan dengan bidang yang sangat
dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak
orang yang bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan keahlian saja
yang diperoleh dari pendidikan kejuaruan, juga belum cukup
disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teori sistematis yang
mendasari praktek pelaksanaan, dan hubungan antara teori dan
penerapan dalam praktek. Kita tidak hanya mengenal istiah
profesi untuk bidang-bidang pekerjaan seperti kedokteran, guru,
militer, pengacara, dan semacamnya, tetapi meluas sampai
mencakup pula dibidang seperti manager, wartawan, pelukis,
penyanyi, artis, sekretaris dan sebagainya. Sejalan dengan itu,
menurut DE GEORGIE, timbul kebingungan mengenai
pengertian profesi itu sendiri, sehubungan dengan istilah
profesi dan profeional. Kebingungan itu timbul karena banyak
orang yang professional tidak atau belum termasuk dalam
pengertian profesi. Berikut pengertian profesi dan professional
menurut DE GEORGE : Profesi adalah pekerjaan yang
dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah
hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. PROFESIONAL,
adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna
waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu
keahlian yang tinggi. Atau seorang profesional adalah seorang
yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlain tertentu atau
dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut
keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama
sebagai sekedar hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi
waktu luang.
Yang harus kita ingat dan fahami betul bahwa “Pekerjaan /
Profesi” dan “Profesional” terdapat beberapa perbedaan

B. Pengertian Profesionalisme

Dalam Kamus Besar Indonesia, profesionalisme


mempunyai makna; mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang
merupakan ciri suatu profesi atau yang profesional.
Profesionalisme merupakan sikap dari seorang profesional.
Artinya sebuah term yang menjelaskan bahwa setiap
pekerjaan hendaklah dikerjakan oleh seseorang yang
mempunyai keahlian dalam bidangnya atau profesinya.
Menurut Supriadi, penggunaan istilah profesionalisme
menunjuk pada derajat penampilan seseorang sebagai
profesional atau penampilan suatu pekerjaan sebagai suatu
profesi, ada yang profesionalismenya tinggi, sedang dan
rendah. Profesionalisme juga mengacu kepada sikap dan
komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar
yang tinggi dan kode etik profesinya.
Dalam Kamus Kata-Kata Serapan Asing Dalam
Bahasa Indonesia, karangan J.S. Badudu (2003), definisi
profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk
yang merupakan ciri suatu profesi atau ciri orang yang
profesional. Sementara kata profesional sendiri berarti (1)
bersifat profesi (2) memiliki keahlian dan keterampilan
karena pendidikan dan latihan, (3) beroleh bayaran karena
keahliannya itu. Dari definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa profesionalisme memiliki dua kriteria pokok, yaitu
keahlian dan pendapatan (bayaran). Kedua hal itu merupakan
satu kesatuan yang saling berhubungan. Artinya seseorang
dapat dikatakan memiliki profesionalisme manakala memiliki
dua hal pokok tersebut, yaitu keahlian (kompetensi) yang
layak sesuai bidang tugasnya dan pendapatan yang layak
sesuai kebutuhan hidupnya. Hal itu berlaku pula untuk
profesionalisme guru
Profesionalisme berasal dan kata profesional yang
mempunyai makna yaitu berhubungan dengan profesi dan
memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya,
(KBBI, 1994). Sedangkan profesionalisme adalah tingkah
laku, keahlian atau kualitas dan seseorang yang
professional (Longman, 1987).

Konsep profesionalisme, seperti dalam penelitian yang


dikembangkan oleh Hall, kata tersebut banyak digunakan
peneltiti untuk melihat bagaimana para profesional
memandang profesinya, yang tercermin dari sikap dan
perilaku mereka.

Konsep profesionalisme dalam penelitian Sumardi


dijelaskan bahwa ia memiliki lima muatan atau prinsip, yaitu :
1) Afiliasi komunitas (community affilition) yaitu menggunakan
ikatan profesi sebagai acuan, termasuk di dalamnya organisasi
formal atau kelompok-kelompok kolega informal sumber ide
utama pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional
membangun kesadaran profesi.
2) Kebutuhan untuk mandiri (autonomy demand) merupakan suatu
pendangan bahwa seseorang yang profesional harus mampu
membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain
(pemerintah, klien, mereka yang bukan anggota profesi). Setiap
adanya campur tangan (intervensi) yang datang dari luar,
dianggap sebagai hambatan terhadap kemandirian secara
profesional. Banyak yang menginginkan pekerjaan yang
memberikan hak-hak istimewa untuk membuat keputusan dan
bekerja tanpa diawasi secara ketat. Rasa kemandirian dapat
berasal dari kebebasan melakukan apa yang terbaik menurut
yang bersangkutan dalam situasi khusus.
3) Keyakinan terhadap peraturan sendiri/profesi (belief self
regulation) dimaksud bahwa yang paling berwenang dalam
menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi,
bukan “orang luar” yang tidak mempunyai kompetensi dalam
bidang ilmu dan pekerjaan mereka.
4) Dedikasi pada profesi (dedication) dicerminkan dari dedikasi
profesional dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan
yang dimiliki. Keteguhan tetap untuk melaksanakan pekerjaan
meskipun imbalan ekstrinsik dipandang berkurang. Sikap ini
merupakan ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap
pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan. Totalitas ini
sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga kompensasi utama
yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan ruhani dan
setelah itu baru materi.
5) Kewajiban sosial (social obligation) merupakan pandangan
tentang pentingnya profesi serta manfaat yang diperoleh baik
oleh masyarakat maupun profesional karena adanya pekerjaan
tersebut.

Kelima pengertian di atas merupakan kreteria yang


digunakan untuk mengukur derajat sikap profesional seseorang.
Berdasarkan defenisi tersebut maka profesionalisme adalah
konsepsi yang mengaccu pada sikap seseorang atau bahkan bisa
kelompok, yang berhasil memenuhi unsur-unsur tersebut secara
sempurna.

Profeisonal adalah :

 Orang yang tahu akan keahlian dan keterampilan


 Meluangkan seluruh waktunya unuk pekerjaan atau kegiatan
itu.
 Hidup dari situ
 Bangga akan pekerjaannya.
Profesional itu adalah seseorang yang memiliki 3 hal pokok
dalam dirinya,Skill,Knowledge,dan Attitude!
 Skill disini berarti adalah seseorang itu benar-benar ahli di
bidangnya.
 Knowledge, tak hanya ahli di bidangnya..tapi ia juga
menguasai, minimal tahu dan berwawasan tentang ilmu2 lain
yang berhubungan dengan bidangnya.
 Dan yang terakhir Attitude, bukan hanya pintar dan
cerdas…tapi dia juga punya etika yang diterapkan dalam
bidangnya.

Berikut ini adalah beberapa syarat yang harus dipenuhi ketika


seseorang bisa dianggap sebagi orang yang Profesional.

1. Ahli di bidangnya (mampu menghasilkan karya dan kerja yang


baik)
2. Selalu Up-to-date (terkait dengan bidangnya, pengetahuan
selalu terbarukan)
3. Bisa dilakukan dengan Meng-aktualisasi diri
4. Sosialisasi (berkumpul dengan komunitas di bidang terkait)

Paling tidak, ada delapan syarat yang harus dimiliki oleh seseorang
jika ingin jadi seorang profesional.
1. Menguasai pekerjaan
Seseorang layak disebut profesional apabila ia tahu betul apa
yang harus ia kerjakan. Pengetahuan terhadap pekerjaannya ini
harus dapat dibuktikan dengan hasil yang dicapai. Dengan kata
lain, seorang profesional tidak hanya pandai memainkan kata-
kata secara teoritis, tapi juga harus mampu mempraktekkannya
dalam kehidupan nyata. Ia memakai ukuran-ukuran yang jelas,
apakah yang dikerjakannya itu berhasil atau tidak. Untuk
menilai apakah seseorang menguasai pekerjaannya, dapat
dilihat dari tiga hal yang pokok, yaitu bagaimana ia bekerja,
bagaimana ia mengatasi persoalan, dan bagaimana ia akan
menguasai hasil kerjanya.

Seseorang yang menguasai pekerjaan akan tahu betul seluk


beluk dan liku-liku pekerjaannya. Artinya, apa yang
dikerjakannya tidak cuma setengah-setengah, tapi ia memang
benar-benar mengerti apa yang ia kerjakan. Dengan begitu,
maka seorang profesional akan menjadikan dirinya sebagai
problem solver (pemecah persoalan), bukannya jadi trouble
maker (pencipta masalah) bagi pekerjaannya.

2. Mempunyai loyalitas
Loyalitas bagi seorang profesional memberikan petunjuk
bahwa dalam melakukan pekerjaannya, ia bersikap total.
Artinya, apapun yang ia kerjakan didasari oleh rasa cinta.
Seorang professional memiliki suatu prinsip hidup bahwa apa
yang dikerjakannya bukanlah suatu beban, tapi merupakan
panggilan hidup. Maka, tak berlebihan bila mereka bekerja
sungguh-sungguh.
Loyalitas bagi seorang profesional akan memberikan daya dan
kekuatan untuk berkembang dan selalu mencari hal-hal yang
terbaik bagi pekerjaannya. Bagi seorang profesional, loyalitas
ini akan menggerakkan dirinya untuk dapat melakukan apa saja
tanpa menunggu perintah. Dengan adanya loyalitas seorang
profesional akan selalu berpikir proaktif, yaitu selalu melakukan
usaha-usaha antisipasi agar hal-hal yang fatal tidak terjadi.

3. Mempunyai integritas
Nilai-nilai kejujuran, kebenaran, dan keadilan harus benar-
benar jadi prinsip dasar bagi seorang profesional. Karena
dengan integritas yang tingi, seorang profesional akan mampu
membentuk kehidupan moral yang baik. Maka, tidaklah
berlebihan apabila dikatakan bahwa seorang professional tak
cukup hanya cerdas dan pintar, tapi juga sisi mental. Segi
mental seorang profesional ini juga akan sekaligus menentukan
kualitas hidupnya. Alangkah lucunya bila seseorang mengaku
sebagai profesional, tapi dalam kenyataanya ia seorang koruptor
atau manipulator ?

Integritas yang dipunyai oleh seorang profesional akan


membawa kepada penyadaran diri bahwa dalam melakukan
suatu pekerjaan, hati nurani harus tetap menjadi dasar dan arah
untuk mewujudkan tujuannya. Karena tanpa mempunyai
integritas yang tinggi, maka seorang professional hanya akan
terombang-ambingkan oleh perubahan situasi dan kondisi yang
setiap saat bisa terjadi. Di sinilah intregitas seorang profesional
diuji, yaitu sejauh mana ia tetap mempunyai prinsip untuk dapat
bertahan dalam situasi yang tidak menentu.

4. Mampu bekerja keras


Seorang profesional tetaplah manusia biasa yang mempunyai
keterbatasan dan kelemahan. Maka, dalam mewujudkan tujuan-
tujuan yang ingin dicapai, seorang profesional tidak dapat
begitu saja mengandalkan kekuatannya sendiri. Sehebat-
hebatnya seorang profesional, pasti tetap membutuhkan
kehadiran orang lain untuk mengembangkan hidupnya. Di
sinilah seorang professional harus mampu menjalin kerja sama
dengan berbagai pihak. Dalam hal ini, tak benar bila jalinan
kerja sama hanya ditujukan untuk orang-orang tertentu. Seorang
profesional tidak akan pernah memilih-milih dengan siapa ia
akan bekerja sama.

Seorang profesional akan membuka dirinya lebar-lebar untuk


mau menerima siapa saja yang ingin bekerja sama. Maka tak
mengherankan bila disebut bahwa seorang profesional siap
memberikan dirinya bagi siapa pun tanpa pandang bulu. Untuk
dapat mewujudkan hal ini, maka dalam diri seorang profesional
harus ada kemauan menganggap sama setiap orang yang
ditemuinya, baik di lingkungan pekerjaan, sosial, maupun
lingkungan yang lebih luas.
Seorang profesional tidak akan merasa canggung atau turun
harga diri bila ia harus bekerja sama dengan orang-orang yang
mungkin secara status lebih rendah darinya. Seorang
profesional akan bangga bila setiap orang yang mengenalnya,
baik langsung maupun tidak langsung, memberikan pengakuan
bahwa ia memang seorang profesional. Hal ini bisa dicapai
apabila ia mampu mengembangkan dan meluaskan hubungan
kerja sama dengan siapa pun, di mana pun, dan kapan pun.

5. Mempunyai Visi
Seorang profesional harus mempunyai visi atau pandangan yang
jelas akan masa depan. Karena dengan adanya visi tersebut,
maka ia akan memiliki dasar dan landasan yang kuat untuk
mengarahkan pikiran, sikap, dan perilakunya. Dengan
mempunyai visi yang jelas, maka seorang profesional akan
memiliki rasa tanggung jawab yang besar, karena apa yang
dilakukannya sudah dipikirkan masak-masak, sehingga ia sudah
mempertimbangkan resiko apa yang akan diterimanya.

Tanpa adanya visi yang jelas, seorang profesional bagaikan


"macan ompong", dimana secara fisik ia kelihatan tegar, tapi
sebenarnya ia tidak mempunyai kekuatan apa-apa untuk
melakukan sesuatu, karena tidak mempunyai arah dan tujuan
yang jelas. Dengan adanya visi yang jelas, seorang profesional
akan dengan mudah memfokuskan terhadap apa yang ia
pikirkan, lakukan, dan ia kerjakan.

Visi yang jelas juga memacunya menghasilkan prestasi yang


maksimal, sekaligus ukuran yang jelas mengenai keberhasilan
dan kegagalan yang ia capai. Jika gagal, ia tidak akan mencari
kambing hitam, tapi secara dewasa mengambil alih sebagai
tanggung jawab pribadi dan profesinya.

6. Mempunyai kebanggaan
Seorang profesional harus mempunyai kebanggaan terhadap
profesinya. Apapun profesi atau jabatannya, seorang profesional
harus mempunyai penghargaan yang setinggi-tingginya
terhadap profesi tersebut. Karena dengan rasa bangga tersebut,
ia akan mempunyai rasa cinta terhadap profesinya.

Dengan rasa cintanya, ia akan mempunyai komitmen yang


tinggi terhadap apa yang dilakukannya. Komitmen yang
didasari oleh munculnya rasa bangga terhadap profesi dan
jabatannya akan menggerakkan seorang profesional untuk
mencari dan hal-hal yang lebih baik, dan senantiasa
memberikan kontribusi yang besar terhadap apa yang ia
lakukan.
7. Mempunyai komitmen
Seorang profesional harus memiliki komitmen tinggi untuk
tetap menjaga profesionalismenya. Artinya, seorang profesional
tidak akan begitu mudah tergoda oleh bujuk rayu yang akan
menghancurkan nilai-nilai profesi. Dengan komitmen yang
dimilikinya, seorang akan tetap memegang teguh nilai-nilai
profesionalisme yang ia yakini kebenarannya.

Seseorang tidak akan mengorbankan idealismenya sebagai


seorang profesional hanya disebabkan oleh hasutan harta,
pangkat dan jabatan. Bahkan bisa jadi, bagi seorang profesional,
lebih baik mengorbankan harta, jabatan, pangkat asalkan nilai-
nilai yang ada dalam profesinya tidak hilang.

Memang, untuk membentuk komitmen yang tinggi ini


dibutuhkan konsistensi dalam mempertahankan nilai-nilai
profesionalisme. Tanpa adanya konsistensi atau keajekan,
seseorang sulit menjadikan dirinya sebagai profesional, karena
hanya akan dimainkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi.

8. Mempunyai Motivasi
Dalam situasi dan kondisi apa pun, seorang professional tetap
harus bersemangat dalam melakukan apa yang menjadi
tanggung jawabnya. Artinya, seburuk apa pun kondisi dan
situasinya, ia harus mampu memotivasi dirinya sendiri untuk
tetap dapat mewujudkan hasil yang maksimal.
Dapat dikatakan bahwa seorang profesional harus mampu
menjadi motivator bagi dirinya sendiri. Dengan menjadi
motivator bagi dirinya sendiri, seorang profesional dapat
membangkitkan kelesuan-kelesuan yang disebabkan oleh situasi
dan kondisi yang ia hadapi. Ia mengerti, kapan dan di saat-saat
seperti apa ia harus memberikan motivasi untuk dirinya sendiri.

Dengan memiliki motivasi tersebut, seorang professional akan


tangguh dan mantap dalam menghadapi segala kesulitan yang
dihadapinya. Ia tidak mudah menyerah kalah dan selalu akan
menghadapi setiap persoalan dengan optimis. Motivasi
membantu seorang profesional mempunyai harapan terhadap
setiap waktu yang ia lalui, sehingga dalam dirinya tidak ada
ketakutan dan keraguan untuk melangkahkan kakinya.

Di bawah ini dikemukakan beberapa ciri profesionalisme :


1. Profesionalisme menghendaki sifat mengejar kesempurnaan
hasil (perfect result), sehingga kita di tuntut untuk selalu mencari
peningkatan mutu.
2. Profesionalisme memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja
yang hanya dapat diperoleh melalui pengalaman dan kebiasaan.
3. Profesionalisme menuntut ketekunan dan ketabahan, yaitu sifat
tidak mudah puas atau putus asa sampai hasil tercapai.
4. Profesionalisme memerlukan integritas tinggi yang tidak
tergoyahkan oleh “keadaan terpaksa” atau godaan iman seperti
harta dan kenikmatan hidup.
5. Profesionalisme memerlukan adanya kebulatan fikiran dan
perbuatan, sehingga terjaga efektivitas kerja yang tinggi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok


untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu
keahlian. Profesional, adalah orang yang mempunyai profesi atau
pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan
mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seorang
profesional adalah kegiatan seseorang yang hidup dengan
mempraktekkan suatau keahlian tertentu atau dengan terlibat
dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian tertentu
atau dengan terliabat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut
keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai
sekedar hobi, untuk senang-senang, atau mengisi waktu luang.

Konsep dasar profesionalisme adalah kunci dalam suatu profesi,


karena hal inilah yang mendasari seseorang untuk bisa menjadi
profesional dalam menjalankan profesi yang dimiliki.

B. Saran
Daftar Pustaka

 Sumardi, Pengaruh Pengalaman Terhadap Profesionalisme Serta


Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kinerja dan Kepuasan Kerja,
Tesis, Undip, 2001.
 http://ahmadefendy.blogspot.com/2010/02/kriteria-
profesional.html
 http://rizal.blog.undip.ac.id/files/2009/07/dipakai_siskom_etika-
profesi.pdf
 Sjafri Sairin, Membangun Profesionalisme Muhammadiyah,
(Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Tenaga Profesi [LPTP],
2003), hal 37.

Anda mungkin juga menyukai