Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS STRUKTURAL KAJIAN NASKAH DRAMA INDONESIA

AMPLOP AMPLOP LAKNAT KARYA Asmuddin


(Makalah Disusun untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Kajian Drama
Indonesia I Kelas B)

Disusun oleh:

Robert Fajri
Maula
190110201003

PROGAM STUDI SASTRA


INDONESIA FAKULTAS ILMU
BUDAYA UNIVERSITAS JEMBER
2021
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan atas karunia Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan kuasa-Nya, kami bisa menyelesaikan tugas Ujian Akhir
Semester mata kuliah Kajian Drama Indonesia I kelas B yang berjudul Analisis
Struktural Kajian Naskah Drama “Amplop-Amplop Laknat” Karya Asmuddin
secara baik dan tepat waktu.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Kajian
Drama Indonesia I kelas B Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Jember. . Kami menyadari bahwa tugas analisis ini tidak
akan lepas dari bantua. Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak rasa terima
kasih kepada Dra. Titik Maslikatin, M.Hum. selaku dosen pengampu mata kuliah
Kajian Drama Indonesia I kelas B, yang telah menyampaikan materi dan
membimbing kami.
Tentunya, ada banyak kesalahan dan kekurangan yang kami sampaikan
ketika menganalisis naskah drama ini. Namun, kami sangat berharap semoga
analisis naskah drama ini bisa menambah wawasan pembaca dan juga bisa
berguna sebagai acuan dan perbaikan di masa yang akan mendatang. Oleh karena
itu, sangat penting kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar tulisan
kami dapat lebih baik lagi ke depannya.

Jember, 10 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

PRAKATA..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum..................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus.................................................................................2
1.4 Tinjuan Pustaka.........................................................................................2
1.5 Landasan Teori..........................................................................................2
1.5.1 Judul................................................................................................2
1.5.2 Wawancang dan Kramagung....................................................................3
1.5.3 Babak dan Adegan...........................................................................3
1.5.4 Tema................................................................................................3
1.5.5 Penokohan dan Perwatakan.............................................................3
1.5.6 Konflik..............................................................................................4
1.5.7 Alur...................................................................................................4
1.5.8 Latar..................................................................................................4
1.5.9 Teknik Dialog...................................................................................5
1.5.10 Tipe Drama.....................................................................................5
BAB II ANALISIS...................................................................................................6
2.1 Judul...........................................................................................................6
2.2 Wawancang dan Kramagung..............................................................................6
2.3 Babak dan Adegan.....................................................................................7
2.4 Tema........................................................................................................10
2.4.1 Tema Mayor..................................................................................10
2.4.2 Tema Minor...................................................................................11
2.5 Penokohan dan Perwatakan.................................................................... 12
2.6 Konflik.....................................................................................................15
2.6.1 Konflik Batin/Internal....................................................................15
2.6.1 Konflik Psikologis/Eksternal..........................................................16
2.7 Alur..........................................................................................................16
2.8 Latar.........................................................................................................19
2.8.1 Latar Tempat...................................................................................19
2.8.2 Latar Waktu....................................................................................20
2.8.3 Latar Sosial.....................................................................................21
2.9 Teknik Dialog..........................................................................................22
2.10 Tipe Drama..............................................................................................22
BAB III KESIMPULAN........................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Drama merupakan sebuah genre sastra yang penampilan fisiknya


memperlihatkan adanya dialog percakapan diantara tokoh yang terlibat di dalam
sebuah drama. Drama memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik, kedua unsur ini
berperan penting dalam proses terbentuknya sebuah naskah drama yang padu.
Unsur instrinsik drama meliputi Tema, Alur, Latar atau setting, tokoh dan
penokohan, sudut pandang dan amanat. Unsur yang paling penting dalam
membuat sebuah naskah drama yaitu pada Alurnya atau Plot. Plot merupakan
rangkaian cerita yang mengandung hubungan sebab-akibat, artinya jika naskah
drama terdapat peristiwa pertama menyebabkan peristiwa kedua, peristiwa kedua
menyebabkan peristiwa ketiga, begitu seterusnya.
Plot dikatakan paling penting karena plot menjadi kunci sukses terciptanya
sebuah naskah drama yang padu, pemetaan plot yang benar akan menahan emosi
penonton maupun pembaca sehingga membuat mereka menjadi penasaran akan
jalur ceritanya. Kemudian unsur ekstrinsik drama, yaitu unsur pembentuk drama
dari luar. Komponennya meliputi Latar Belakang pengarang, Nilai Agama dan
kepercayaan, kondisi politik negara, psikologis pengarang, situasi budaya. Unsur
ekstrinsik menjadi faktor luar yang memperngaruhi terbentuknya suatu naskah
drama, latar belakang pengarang tentunya berbeda-beda sehingga akan
menghasilkan karya drama yang berbeda pula antar satu pengarang dengan
pengarang lain.
Penulis mengambil naskah drama ini, karena dalam naskah ini
menjelaskan menceritakan seperti cerita sesungguhnya. Dalam naskah drama
“Amplop Amplop Laknat”, tokoh Pak Syamsu merupakan tokoh yang selalu
napsu akan uang atau kurang bersyukur sehingga uang dari hasil apapun tidak
dipikirkan secara matang. Dari hal itu naskah ini sangat menarik untuk diulas dan
dianalisis.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah terdapat rumusan masalah yaitu : Bagaimana


unsur instrinsik yang terkandung dalam naskah drama “Amplop Amplop Laknat”?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum/Manfaat

Tujuan umum atau manfaat yang didapatkan dalam analisis ini sebagai
berikut.
a. Analisis ini sebagai bentuk apresiasi terhadap karya sastra.
b. Analisis ini bertujuan melestarikan karya sastra.
c. Analisis ini dapat dijadikan acuan untuk penikmat sastra dalam memahami
unsur-unsur yang ada dalam naskah drama Amplop Amplop Laknat.
1.3.2 Tujuan Khusus/Tujuan
Mengacu pada rumusan masalah di atas, berikut merupakan tujuan khusus
analisis naskah drama Amplop Amplop Laknat.
a. Mendeskripsikan unsur instrinsik naskah drama Amplop Amplop Laknat.
1.4 Tinjauan Pustaka
Salah satu bagian penting dalam pembuatan karya tulis ilmiah yaitu
tinjuan pustaka. Fungsi dari tinjuan pustaka adalah untuk menghindari
pengulangan terhadap penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Namun dalam penelitian ini, peneliti telah mengkaji beberapa sumber
tertulis yang memiliki keterkaitan atau komprehensif dengan penelitian ini.
Namun sepengetahuan peneliti, belum pernah ada penelitian terhadap naskah
drama “Amplop Amplop Laknat” dengan pendekatan struktural.
1.5 Landasan Teori
1.5.1 Judul
Judul adalah kepala suatu karangan. Judul juga memiliki arti nama yang
dipakai untuk buku atau bab dalam buku yang dapat menyiratkan secara pendek
isi atau maksud buku atau bab itu. Judul karangan dapat menunjukan unsur-unsur
tertentu dari karya sastra, judul dapat menunjukan tokoh utama.
1.5.2 Wawancang dan Kramagung
Dalam sebuah naskah drama tidak lepas dari Wawancang dan
Kramagung. Bedanya, jika wawancang ditulis dengsn huruf lepas sedangkan
kramagung ditulis di dalam tanda kurung dengan huruf miring.
Wawancang dan Kramagung menjadi ciri khas yang membedakan
diantara prosa prosa lainnya. Wawancang memberikan gambaran ucapan tokoh
yang jelas di dalam sebuah ceritanya, yaitu dialog yang runtut dilakukan oleh
tokoh dari awal sampai akhir tanpa ada jeda untuk penulis naskah memberikan
cerita singkat diluar sebuah dialog tersebut. Kramagung juga memberikan
panduan kepada tokoh yang akan memerankan sebuah drama agar lebih mudah
dalam mengekspresikan dirinya diatas panggung.
1.5.3 Babak dan Adegan
Babak merupakan petunjuk untuk menerangkan sebuah peristiwa yang
diceritakan dalam naskah drama yang meliputi waktu dan tempat kejadian
peristiwa tersebut. Adegan yaitu bagian dari babak, adegan memiliki batasan yang
ditentukan oleh pergantian peristiwa waktu pada babak.
1.5.4 Tema
Tema merupakan pokok pikiran atau ide pokok dalam cerita atau karya
sastra sehingga digunakan dalam penulisan sebuah karya. Sebelum membuat
karya sastra terlebih dahulu membuat tema agar cerita yang diangkat itu tidak
membingungkan atau terlihat absurd sehingga ceritanya begitu jelas dan pembaca
paham cerita yang diangkat apakah romance atau sedih ataukah yang lain.
Nurgiyantoro (2002:82-83) membagi tema menjadi dua yaitu tema mayor dan
tema minor. Tema mayor ialah gagasan dasar yang membentuk makna utama
dalam sebuah cerita. Tema minor adalah tema-tema tambahan atau tema kecil
yang ada di dalam cerita. Cara untuk menentukan tema mayor yaitu menentukan
persoalan mana yang paling menonjol, persoalan mana yang paling banyak
menimbulkan konflik.
1.5.5 Penokohan dan Perwatakan
Tokoh adalah pemeran atau pemain yang terdapat dari cerita sedangkan
penokohan adalah pemeran dalam cerita yang seorang penulis memberikan watak
terhadap tokohnya, sehingga tokoh dapat mengetahui perannya atau wataknya.
Tokoh dan penokohan keduanya tentulah berbeda pengertian tetapi keduanya
saling melengkapi satu sama lain. Bagaimana karakternya ketika mencoba
memerankan sebuah peran diatas panggung dan sebagainya. Nurgiyantoro
(2002:176) membagi tokoh menjadi dua yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan.
1.5.6 Konflik
Konflik adalah perselisihan atau permasalah yang ada di dalam karya
sastra. Dengan adanya masalah pastinya akan membuat cerita lebih
menarik,.Konflik memiliki hubungan sebab akibat hal itu dikarenakan sebuah
konflik dilahirkan dengan alasan tertentu dan adanya perbedaan kepentingan.
Menurut Tarigan (1984:134) menjelaskan bahwa konflik dibagi menjadi
2 yaitu konflik fisik atau konflik ekternal dan konflik psikologi atau internal.
Konflik fisik atau eksternal di antaranya mencakup konflik antara manusia dengan
manusia, konflik antara manusia dengan masyarakat, dan konflik antara manusia
dengan alam. Sedangkan konflik psikologis atau konflik internal di antaranya
mencakup konflik antara ide satu dengan ide yang lain, dan konflik antara
seseorang dengan kata hatinya.
1.5.7 Alur
Menurut Tasrif (1981:17) membagi alur ke dalam 5 bagian, yaitu: 1)
situation (menggambarkan suasana awal cerita, belum ada konflik, hanya
memperkenalkan tokoh dan situasi); 2) generating circumstanses (cerita mulai
bergerak, muncul konflik pada tokoh cerita); 3) rising action (cerita memuncak);
4) climax (cerita mencapai puncak); dan 5) denouement (penyelesaian; memberi
penyelesaian dari permasalahan-permasalahan yang ada).
1.5.8 Latar
Menurut Nurgiyantoro (2001:227) membagi latar ke dalam 3 unsur
pokok, yaitu: 1) tempat, 2) waktu, dan 3) sosial. Latar tempat menggambarkan
lokasi terjadinya peristiwa. Latar waktu menggambarkan kapan terjadinya
peristiwa dalam cerita. Sedangkan latar sosial menggambarkan perilaku
kehidupan sosial dalam cerita yang mencakup kebiasaan, adat istiadat, cara
berpikir, dan sebagainya.
1.5.9 Teknik Dialog
Teknik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti metode atau sistem
mengerjakan sesuatu. Sedangkan dialog adalah percakapan (dalam sandiwara,
cerita, dan sebagainya). Jadi, teknik dialog dalam nasskah drama secara bahasa
memiliki arti cara atau sistem pembicaraan dalam suatu naskah drama. Boulton
(1968) membagi teknik dialog menjadi dua bagian, yaitu: 1) the technique of
dialogue individuals (teknik dialog sendiri atau monolog); dan 2) the technique of
dialogue conversation (teknik percakapan, dialog antara tokoh satu dengan tokoh
lain).
1.5.10 Tipe Drama
Dalam mencipta suatu karya, pengarang pasti menentukan tema utama dari
karya tersebut. Tema kemudian membentuk unsur-unsur intrinsik yang
mendukung agar amanat yang ingin disampaikan pengarang dapat tersampaikan
kepada pembaca. Hasil dari proses tersebut lantas membentuk petak-petak suatu
drama masuk ke dalam tipe mana. Boulton (1968) membagi tipe drama menjadi
17 macam, yaitu: 1) tragedi, 2) melodrama, 3) heroic play atau drama
kepahlawanan, 4) problem play, 5) comedy, 6) comedy of errors atau komedi
kekeliruan, 7) comedy of manners atau komedi bergaya aneh, 8) komedi
sentimental, 9) komedi watak atau humor, 10) lawak, 11) drama ide, 12) drama
didaktik atau propaganda, 13) history play atau drama sejarah, 14) tragi-komedi,
15) drama simbolik, 16) drama-tari, dan 17) pantomim.
BAB II
ANALISIS

2.1 Judul

Dalam kaitannya dengan judul, naskah drama yang diciptakan oleh


Asmuddin bertajuk “Amplop-Amplop Laknat” Karya Asmuddin. Dilihat dari
judulnya, naskah tersebut menceritakan tentang dunia suap menyuap uang untuk
mencapai suatu keberhasilan. Amplop melambangkan sebuah wadah untuk
menyimpan uang dan kemudian uang tersebut diberikan kepada seseorang dengan
maksud dan tujuan tertentu. Pada cerita karya Asmuddin yang berlatar tempat di
sebuah sekolah Amplop disini dimaksudkan amplop yang berisi uang untuk
menyuap kepala Sekolah yang karakter tokohnya adalah seorang koruptor. Pada
judul naskah drama kata Laknat bermakna terkutuk Amplop Laknat adalah
amplop yang terkutuk karena hasil suapan dari orang lain untuk tujuan yang
mengarah kepencurangan. Dari segi judul “Amplop-Amplop Laknat” Karya
Asmuddin sangat menarik bagi kita yang penasaran atau awam terhadap kasus
korupsi dsn suap menyuap, setelah membaca “Amplop-Amplop Laknat” Karya
Asmuddin kita jadi tahu maksud, tujuan, dan akibat dari suap menyuap yang dapat
merugikan orang lain.
2.2 Wawancang dan Kramagung
Wawancang bisa kita ketahui pada saat membaca naskah drama. Hal
tersebut ditunjukkan melalui sebuah dialog antar tokoh lain tanpa menunjukkan
petunjuk teknis. Wawancang hanyalah sebuah percakapan tanpa adanya apa pun.
Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan data berikut.
Kadir : Mengapa bicara begitu, Bu?
Bu Syamsu : Kau sendiri bicara
seenakmu.
Kadir : Tapi, Bu? “Amplop – Amplop Laknat:54.”
Dialog tersebut adalah contoh dari wawancang, wawancang berupa percakapan
atau tulisan mengenai apa saja yang harus tokoh ucapkan pada saat pementasan
drama atau juga dapat diartikan sebuah percakapan tanpa adanya apapun.
Kramagung berupa panduan ekspresi seorang tokoh pada saat mengucapkan
wawancang atau naskah drama. Artinya tokoh akan diarahkan melalui sebuah
petunjuk yang biasanya ditandai dengan tanda kurung (...) dari Kramagung
tersebut tokoh dapat mengekspresikan tindakan sesuai petunjuk yang ada di dalam
naskah drama. Dibawah ini merupakan contoh Kramagung dalam naskah drama
“Amplop-Amplop Laknat” Karya Asmuddin.
Wali Murid : Selamat siang, Pak! ( Berjabat Tangan)
Pak Syamsu : Selamat siang! Mari masuk, Pak! Oya gimana?
“Amplop – Amplop Laknat:54.”
Dialog tersebut merupakan kombinasi antara wawancang dan Kramagung,
keduanya saling berkaitan sehingga memudahkan para pemeran karakter bisa
dapat memerankan tokoh sesuai watak dan karakter Masing-masing tokoh..
2.3 Babak dan Adegan
Babak dan adegan dalam naskah drama “Amplop-Amplop Laknat”
Karya Asmuddin dapat berfungsi untuk membedakannya dengan karya sastra
prosa lain.
2.3.1 Babak
Babak merupakan bagian dari sebuah peristiwa dalam drama. Setiap
babak memiliki tokoh dan setting yang sama. Babak satu dengan babak yang lain
mempunyai keterikatan untuk menyusun sebuah cerita..
a. Babak pertama – Rumah pak Syamsu
Pak Syamsu sering membawa amplop sejak diangkat menjadi kepala
sekolah, sejak menjadi kepala sekolah ada saja para orang tua murid yang senang
memberi amplop, namun selalu diembel-embel dengan pesan “Anak saya
kasihan.”
KADIR : Bu, kita tidak takut dipecatkah? Siapa tahu ada yang melapor
ke ketua Yayasan?
Kadir anak tunggal Bu Syamsu, sedang di rumah karena libur. Tubuhnya
tinggi, berpenampilan keren. Dia kuliah di fakultas kedokteran
di sebuah Perguruan tinggi swasta bergengsi di Makassar.
BU Syamsu : Ayahmu itu tidak bodoh, Kadir. Paling hanya dua atau
tiga guru yang tahu.Mereka tidak mungkin bocorkan rahasia
karena mereka ikut juga makan hasil. “Amplop – Amplop
Laknat:52.”
Pada babak pertama, menceritakan seorang anak yang sedang bertanya kepada
ibunya perihal Ayahnya yang bekerja sebagai Kepala Sekolah namun pekerjaan
itu tidak murni sebagai Kepala Sekolah tetapi Ayahnya juga menerima hasil suap
dari para wali murid dengan embel-embel pesan Kasihan Anak saya. Kadir anak
Bu Syamsu dan Pak Syamsu khawatir jika suatu saat hal itu akan terungkap oleh
ketua Yayasan.
b. Babak kedua – Sekolah
Wali murid kelas XI datang ke sekolah menemui kepala sekah membawa
amplop, meminta anaknya dicarikan guru privat.
WALI MURID : Selamat siang, Pak! ( Berjabat tangan )
PAK SYAMSU : Selamat siang! Mari masuk, Pak! Oya, gimana?
“Amplop – Amplop Laknat:54”
Babak kedua menceritakan wali murid yang akan menyuap kepala sekolah dengan
amplop berisi uang. Perpaduan antara wawancang dan Kramagung yang akan
memudahkan tokoh pemeran karakter naskah drama “Amplop-Amplop Laknat”
Karya Asmuddin.
c. Babak ketiga – kediaman rumah Pak Syamsu
Pada kesempatan lain, datang lagi amplop dari orang tua siswa yang
berprofesi sebagai pengusaha ke kediaman Pak Syamsu. Seperti biasanya, Pak
Syamsu menyambut ramah.
WALI MURID : Selamat malam, Pak. Maaf mengganggu.
PAK SYAMSU : Waduh. . . tidak sama sekali kok, Pak. “Amplop –
Amplop Laknat:54.”
Babak ketiga juga menceritakan pengusaha yang sedang menyuap pak Syamsu
untuk kepentingan pribadi anak sang pengusaha.Pak Syamsu dengan enteng
menerima sebuah amplop berisi cek itu. Peristiwa selanjutnya terjadi pada babak
keempat.
d. Babak keempat – Di ruang rapat dewan guru
PAK SYAMSU : Nama baik sekolah? Mana yang kalian lebih
pentingkan 2 nyawa melayang sekaligus atau nama
baik sekolah yang bisa diupayakan dengan berbagai
cara untuk diketahui. Anak itu mengancam akan
bunuh diri bila dikeluarkan dari sekolah sebelum Ia
mengikuti ujian semester ganjil
STAF 1 : Apalagi anak itu sebenarnya telah dinikahkan. Jadi,
statusnya jelas, kini ia telah menjadi seorang istri.
“Amplop – Amplop Laknat:55.”
Pada babak ke empat merupakan peristiwa lanjutan dari babak sebelumnya. Di
atas adalah percakapan antara pak syamsu dan para staf guru yang saling
bekerjasama dalam kasus suap menyuap. Pada babak ini, Pak Syamsu terlihat
bersimpati terhadap anak pengusaha jadi Pak Syamsu membantu pengusaha
dengan melanggar peraturan sekolah dsn membolehkan apa yang tidak di
perbolehkan.
e. Babak kelima – Kediaman Pak Syamsu
Kelihatannya si Pengusaha main amplop lagi. Beberapa waktu kemudian,
Ia datang lagi minta Pak Syamsu agar anak bungsunya, Si Marlin dijadikan
rangking pertama dalam kenaikan kelas nanti.
PENGUSAHA : Bisa, kan, Pak Syamsu?
PAK SYAMSU : Nanti kita lihatlah tergantung kawan-kawan
guru. “Amplop – Amplop Laknat:55.”
Babak ini menceritakan pengusaha yang datang kerumah Pak Syamsu lagi untuk
menyuap denganbtujuan yang berbeda yaitu demi anaknya untuk mendapatkan
rangking pertama diwaktu kenaikan kelas.
f. Babak keenam – Ruang Makan kediaman Ketua Yayasan
Untuk kesekian kalinya kepala sekolah menyerahkan amplop kepada Bu
Syamsu. Kening Bu Syamsu berlipat melihat amplop yang ternyata berisi
undangan makan malam dari ketua yayasan Pak Syamsu tiba-tiba menjadi gelisah.
BU SYAMSU : Pak, kenapa?
PAK SYAMSU : Saya lagi pikir-pikir ini Bu. Apa alasan tiba-
tiba kita diundang makan malam di rumahnya
ketua yayasan?
BU SYAMSU : Hm.. jangan berfikir negatif, Pak. Paling Cuma
undangan makan malam ramah tamah karena ketua
yayasan baru kembali lagi. “Amplop – Amplop
Laknat:57.”
Pada babak ini konflik mulai terjadi ketika pak Syamsu mendapat undangan
makan malam dirumah ketua yayasan. Dari situ dijelaskan bahwa pak Syamsu
nampak gelisah, Ia takut apa yang selama ini Ia kerjakan akan terungkap.
g. Babak ketujuh – Ruang tamu Ketua Yayasan
KETUA YAYASAN : Rokok, Pak!
PAK SYAMSU : Maaf, Pak saya tidak merokok. “Amplop –
Amplop Laknat:57.”
Pada babak ini menjadi resolusi atau akhir dari naskah drama “Amplop-Amplop
Laknat” Karya Asmuddin yang mana tokoh utama Pak Syamsu di pecat dari
jabatan nya menjadi seorang Kepala Sekolah. Bu Syamsu awalny bahagia ketika
mendapat amplop lagi tetapi setelah dibuka Amplop yang dikira berisi uang
ternyata berisi surat pemecatan. Sehingga kaget kedua pasangan suami istri pelaku
korupsi tersebut.
2.3.2 Adegan
Terdapat beberapa macam adegan dalam babak naskah drama “Amplop-
Amplop Laknat” Karya Asmuddin. Berikut adegan dalam babak naskah drama
“Amplop-Amplop Laknat” Karya Asmuddin
a. Adegan dari babak pertama
Pak Syamsu sering membawa amplop sejak diangkat menjadi kepala
sekolah, sejak menjadi kepala sekolah ada saja para orang tua murid yang senang
memberi amplop, namun selalu diembel-embel dengan pesan “Anak saya
kasihan.”
BU SYAMSU : Ayahmu itu tidak bodoh, Kadir. Paling hanya dua atau
tiga guru yang tahu.Mereka tidak mungkin bocorkan
rahaisns karena mereka ikut juga makan hasil.
KADIR : Itu namanya tindakan korupsi berjamaah, Bu!
BU SYAMSU : Apapun sebutanmu, yang penting amplop! Pagi-pagi
sudah banyak sekali bicaramu. Kau tentang orang
tuamu tidak sadarkah kalau biaya kuliahmu yang
habiskan gaji Ayahmu.
KADIR : Tapi.. tidak bagus begitu, Bu. Penyelewengan
itu namanya. “Amplop – Amplop Laknat:52-
54”
b. Adegan babak kedua
Wali murid kelas XI datang ke sekolah menemui kepala sekah membawa
amplop, meminta anaknya dicarikan guru privat.
WALI MURID : Selamat siang, Pak! ( Berjabat tangan )
PAK SYAMSU : Selamat siang! Mari masuk, Pak! Oya, gimana?
WALI MURID : Begini, Pak! Ini nilai raport anak saya, semester
pertama amat kurang kira-kira bisa dibantu ya,
Pak?
PAK SYAMSU : Oh kalau begitu gampang. Kami akan berusaha
membantunya segera.
WALI MURID : Baik, Pak! Saya permisi! (Berjabat tangan sambil
mengenggam amplop) “Amplop – Amplop
Laknat:54.”
2.4 Tema
2.4.1 Tema Mayor
Tema mayor dalam naskah drama “Amplop-Amplop Laknat” Karya
Asmuddin adalah “ Karna Uang Hasil Suap/Penyuapan” Dalam naskah ini
dijelaskan dan digambarkan bahwa Pak Syamsu merupakan Kepala Sekolah yang
berani menerima suap dari para wali murid. Bukan hanya sekali, namun berkali-
kali sampai dengan imbalan atau suap yang besar seperti tiket Umroh. Berikut ini
merupakan bukti dari kasus suap menyuap yang diterima pak Syamsu.
KELIHATANNYA SI PENGUSAHA MAIN AMPLOP LAGI.
BEBERAPA WAKTU KEMUDIAN, IA DATANG LAGI MINTA
PAK SYAMSU AGAR ANAK BUNGSUNYA, SI MARLIN,
DIJADIKAN RANGKING PERTAMA DALAM KENAIKAN KELAS
NANTI.
PENGUSAHA : Begini, Pak! Semester kemarin saja anak saya
ranking dua. Tentu bukan hal yang sulit bagi
Bapak untuk menjadikannya ranking pertama.
PENGUSAHA : Oke, Pak! Kalau begitu saya permisi dan ini buat
umroh bersama ibu. (menyimpan amplop di atas
meja) !“Amplop – Amplop Laknat:55”
Berdasarkan dialog tersebut, terbukti dengan kalimat “KELIHATANNYA SI
PENGUSAHA MAIN AMPLOP LAGI. BEBERAPA WAKTU KEMUDIAN”
yang menunjukan bahwa Pak Syamsu menerima amplop yang berisi uang suap.
2.4.2 Tema Minor
Tema minor merupakan tema tambahan yang diambil dari sudut pandang
orang lain sehingga tema minor ini tema yang membantu tema mayor terkait
dengan tokoh tambahan. Tema minor dapat dikatakan tema yang dibentuk karena
beberapa tokoh mungkin karena segi moral maupun segi sosial ataupun segi
lainnya dari karya sastra. Tema minor dari naskah drama “Amplop-Amplop
Laknat” Karya Asmuddin sebagai berikut.
a. Keserakahan sang Bu Syamsu.
Tema minor ini terlihat ketika sang anak mengingatkan Ibunya atau Bu Syamsu
untuk berhenti dan mengatakan apakah tidak takut di pecat, namun sang ibu
membantahnya.
Bu SYAMSU : Ayahmu itu tidak bodoh, Kadir. Paling hanya
dua atau tiga guru yang tahu. Mereka tidak
mungkin bocorkan rahasia karena mereka ikut
juga makan hasilnya. “Amplop – Amplop
Laknat:52.”
Berdasarkan dialog di atas, bu Syamsu menolak dan dirasa kelakuannya tidak
akan di ketahui siapapun, karena hasilnya dibagi bersama.
b. Pengusaha membeli kebijakan sekolah dengan uang
Tema ini sangat cocok digunakan, karena kebijakan sekolah sudah jelas, yaitu
anak didik atau anak yang masih sekolah tidak hamil, jika hamil maka sekolah
berhak mengelurkan anak tersebut. Hal tersebut terbukti seperti dialog di bawah
ini:
PENGUSAHA : Ini, Pak! (agak malu-malu) Berhubung anak
sulung saya kedapatan hamil oleh petugas UKS,
saya minta bantuan Bapak agar tidak
mengeluarkannya karena tidak lama lagi dia akan
menghadapi ujian semester ganjil.
PAK SYAMSU : Tapi, Pak! Peraturan di sekolah kita sudah jelas
jika selama masih studi ada siswi yang hamil,
siswi tersebut harus dikeluarkan demi menjaga
nama baik sekolah.
PENGUSAHA : Ya… ya... Saya mengerti itu, Pak. Apa tidak ada
jalan lain?
PAK SYAMSU : Sebenarnya gampang saja, Pak. Bapak tenang
saja, semua bisa diatur. (menatap ke pengusaha)
PENGUSAHA : Maaf ini, Pak! Saya ada dana ini. (menyerahkan
cek 3 juta) “Amplop – Amplop Laknat:54-55”
2.5 Penokohan dan penokohan
Tokoh adalah pemeran atau pemain yang terdapat dari cerita sedangkan
penokohan adalah pemeran dalam cerita yang seorang penulis memberikan watak
terhadap tokohnya, sehingga tokoh dapat mengetahui perannya atau wataknya.
Pada dasarnya, tokoh dibagi menjadi tiga macam, yaitu tokoh antagonis, (Tokoh
yang berwatak jahat), tokoh protagonis ( Berwatak baik), dan tokoh Tritagonis
(Penengah). Tokoh dibagi menjadi dua, diantaranya tokoh utama, dan tokoh
bawahan.
2.5.1 Tokoh Utama .
Analisis pertama adalah mengenai tokoh utama. Tokoh utama adalah
tokoh yang paling sering berinteraksi dengan tokoh lain atau dengan kata lain
dialognya yang kerap kali muncul di setiap adegan. Serta biasanya mendapat
sorotan paling banyak diantara tokoh-tokoh lainnya. Sehinga tokoh utama dalam
naskah drama “Amplop-Amplop Laknat” Karya Asmuddin adalah Pak Syamsu
sang Kepala Sekolah yang menerima suap dari wali muridnya. Dikatakan tokoh
utama karena hampir disetiap adegannya si tokoh utama selalu ada dan lebih
banyak disorot, Setelah beranjak dari tokoh, beralih pada penokohan “Amplop-
Amplop Laknat” Karya Asmuddin. Pak Syamsu merupakan tokoh utama Pak
Syamsu digambarkan sebagai orang ysng berwatak Antagonis. Sisi dari Pak
Syamsu yaitu membantu namun membantu yang nantinya akan merugikan orang
lain. Namun tindakan sebaik apapun yang namanya korupsi itu tidak dibenarkan
sama sekali. Dan Ia tidak memikirkan siapa saja yang dirugikannya. Bisa dibilang
Pak Syamsu berwatak egois yang hanya mementingkan diri sendiri.
2.5.2 Tokoh Tambahan
Tokoh tambahan adalah peran pembantu dalam cerita yang ikut
menggambarkan atau mengangkat tokoh utama. Adanya tokoh tambahan
membuat cerita lebih lengkap dan membuat tokoh utama lebih dramatis, sehingga
membuat cerita lebih menarik. Adapun tokoh tambahan dari naskah drama
“Amplop-Amplop Laknat” Karya Asmuddin yaitu :
a. Istri pak Syamsu yaitu Bu Syamsu.
Bu Syamsu adalah tokoh yang sangat materialis dan egois, hal tersebut
dibuktikan dengan dialog di bawah ini :
KADIR : Itu namanya tindakan korupsi berjamaah, Bu!
BU SYAMSU : Apapun sebutanmu, yang penting amplop! Pagi-
pagi sudah banyak sekali bicaramu. Kau tentang
orang tuamu. Tidak sadarkah kalau biaya
kuliahmu yang habiskan gaji ayahmu. “Amplop –
Amplop Laknat:52.”
Dialog yang memperlihatkan watak Bu Syamsu ada pada dialog yang berbunyi
“apapun sebutanmu, yang penting amplop!”
b. Kadir
Kadir merupakan mahasiswa berumur 23 tahun, anak dari Bu Syamsu
dan Pak Syamsu yang memiliki sifat atau watak yang sangat jauh dari kedua
orang tuanya. Watak dalam tokoh Kadir adalah Kritis dan Antikorupsi. Hal
tersebut terbukti ketika Kadir beragumen di depan ibunya. Namun sang ibunya
hanya menyepelekan argumen Kadir. Hal ini dapat di buktikan dengan dialog di
bawah ini :
KADIR : Tapi... tidak bagus begitu, Bu. Penyelewengan itu
namanya.
BU SYAMSU : Heh! Sudahlah kau masih anak kecil. Kau
memang pintar berteori, tapi kenyataan hidup?
Hanya seujung kuku yang kau tahu. “Amplop –
Amplop Laknat:52.”
Dari dialog di atas sudah jelas, Kadir mengingatkan agar sang ibu dan sang
bapaknya agar tidak menerima suap dari siapa pun. Walaupun hasilnya kosong
atau tidak berhasil.
c. Wali Murid
Wali Murid merupakan tokoh yang memerankan watak suka memberikan
sesuatu dengan maksud tertentu atau dapat dikatakan sebagai penyuap hal tersebut
terbukti dari dialog di bawah ini :
WALI MURID : Begini, Pak! Ini nilai raport anak saya, semester
pertama amat kurang kira-kira bisa dibantu ya,
Pak?
PAK SYAMSU : Oh kalau begitu gampang. Kami akan berusaha
membantu nya segera.
WALI MURID : Baik, Pak! Saya permisi! (Berjabat tangan sambil
mengenggam amplop). “Amplop – Amplop
Laknat:54.”
Wali Murid tersebut memberikan amplop kepada kepala sekolah agar sang
anaknya dari wali murid agar mendapatkan nilai yang bagus.
d. Pengusaha
Sang pengusaha merupakan tokoh orang yang sangat kaya raya yang
memiliki watak tidak jauh berbeda dengan wali murid yaitu merupakan tokoh
yang memerankan watak suka memberikan sesuatu dengan maksud tertentu atau
dapat dikatakan sebagai penyuap hal tersebut terbukti dari dialog di bawah ini :
PENGUSAHA : Begini, Pak! Semester kemarin saja anak saya
ranking dua. Tentu bukan hal yang sulit bagi
Bapak untuk menjadikannya ranking pertama.
PAK SYAMSU : Ya, bisa saja. Bisa diatur kok, Pak!
PENGUSAHA : Oke, Pak! Kalau begitu saya permisi dan ini buat
umroh bersama ibu. (menyimpan amplop di atas
meja)
PAK SYAMSU : Wah, umroh? Apa tidak terlalu memberatkan,
Pak?
PENGUSAHA : Pasti tidaklah, Pak!”Amplop–Amplop Laknat:55”
Dialog di atas sudah jelas yaitu memberikan umroh gratis dengan maksud agar
sang anaknya yaitu Marlin, mendapatkan nilai yang bagus atau rangkingpertama.
e. Ketua Yayasan
Ketua Yayasan merupakan tokoh yang bijaksana dala menggambil
keputusan, dikatakan bijaksana karena ketua Yayasan berani dan tidak segan
segan untuk memecat kepala sekolah/pak Syamsu. Hal ini ditunjukan pada saat
ketua yayasan mengundang pak syamsu dan bu syamsu untuk makan malam
dengan maksud untuk memecat dengan bukti yang valid. Dibuktikan dengan
dialog di bawah ini :
KETUA YAYASAN : Bu… tolong ambilkan amplop yang tadi saya
sudah siapkan! Ini buat Pak Syamsu. Saya ingin
Natalia-lah yang jadi juara pertama. Seperti
yang seharusnya. Kasihan anak tukang kayu
yang pintar itu. (Isteri Ketua Yayasan datang
membawa amplop)
PAK SYAMSU : Iya, Bu. Itu amplop terakhir kita. Sungguh
yang terakhir. “Amplop – Amplop Laknat: 57.”
f. Marlin.
Marlin seorang anak usia 15 tahun siswi kelas X yang memiliki dan
memerankan tokoh pemberani dan baik hai. Hal ini terbukti ketika Marlin lapor
kepada ketua yayasan karena merasa kasihan kepada natalia jika beasiswanya
dicabut. Hal ini dibuktikan oleh ketua yayasan yang mengundang dan memecat
pak Syamsu yang dengan mudahnya tergiur oleh uang kotor.
KETUA YAYASAN : Pak Syamsu punya siswi bernama Marlin?
PAK SYAMSU : Mar… Marlin, Pak? (kaget dan bicara tak
lancar)
KETUA YAYASAN : Ya, Marlin. Dia anak bungsu adik saya.
Pengusaha konyol itu. Marlin mengadu kepada
saya, bapaknya gemar menyuap di sekolah kita.
PAK SYAMSU : Maaf, Pak. (menunduk). “Amplop – Amplop
Laknat: 57.”
2.6 Konflik
Adapun konflik di dalam naskah drama Amplop – Amplop Laknat yaitu
sebagai berikut.
a. konflik Batin/Konflik Internal
Konflik batin merupakan konflik yang terjadi pada diri sendiri. Pada
naskah drama “Amplop-Amplop Laknat” Karya Asmuddin, terlihat Pak Syamsu
gugup dalam menjawab pertanyaan Ketua Yayasan. Seperti maling yang
tertangkap basah akhirnya Pak Syamsu mengakui perbuatannya
KETUA YAYASAN : Pak Syamsu punya siswi bernama Marlin?
PAK SYAMSU : Mar… Marlin, Pak? (kaget dan bicara tak
lancar)
KETUA YAYASAN : Ya, Marlin. Dia anak bungsu adik saya.
Pengusaha konyol itu. Marlin mengadu kepada
saya, bapaknya gemar menyuap di sekolah kita.
PAK SYAMSU : Maaf, Pak. (menunduk). “Amplop – Amplop
Laknat: 57.”
b. Konflik Eksternal

Selain konflik Internal, konflik eksternal juga ada di dalam naskah drama
“Amplop-Amplop Laknat” Karya Asmuddin:

BU SYAMSU : Heh! Sudahlah kau masih anak kecil. Kau


memang pintar berteori, tapi kenyataan hidup?
Hanya seujung kuku yang kau tahu. “Amplop –
Amplop Laknat:52.”
Pada data di atas menceritakan tentang awal dari sebuah naskah drama “Amplop-
Amplop Laknat” Karya Asmuddin, percakapan dimulai dari Kadir anak Bu
Syamsu yang mempertanyakan perihal jika Ayahnya ketahuan korupsi akan di
pecat oleh ketua Yayasan atau tidak. Namun hal itu menjadi sebuah konflik kecil
antara Kadir dan Bu Syamsu. Dikatakan konflik karena percakapan di atas
mengandung balas balasan yang mengekspresikan perasaan emosi. Contohnya
pada kata "Heh!" kata "Heh!" menunjukkan seseorang yang sedang emosi.
2.7 Alur
2.7.1 Tahapan situation/Tahapan Awal
Pada naskah drama “Amplop-Amplop Laknat” Karya Asmuddin, tahapan
situation bermula pada adegan pertama berlatar tempat rumah pada percakapan
awal adanya perdebatan kecil seperti mengingatkan sang ibu agar sang ayah atau
pak Syamsu tidak menerima uang sogokan atau Korupsi. Tokoh Kadir dan Ibunya
yang menyatakan sedang berada di rumah hal itu dibuktikan dengan data sebagai
berikut :
KADIR : Bu, kita tidak takut dipecatkah? Siapa tahu ada
yang melapor ke ketua yayasan?
Bu SYAMSU : Ayahmu itu tidak bodoh, Kadir. Paling hanya dua
atau tiga guru yang tahu. Mereka tidak mungkin
bocorkan rahasia karena mereka ikut juga makan
hasilnya. “Amplop – Amplop Laknat:52.”
2.7.2 Tahapan Generating Circumstances/Tahapan Munculnya Konflik
Pada Tahap pemunculan konflik ini di dalam naskah “Amplop-Amplop
Laknat” Karya Asmuddin, yaitu ketika wali murid kelas XI datang ke sekolah
menemui tokoh utama alias Pak Syamsu. Wali murid ini datang dengan maksud
dan tujuan tertentu. Data berikut ini yang menunjukan maksud tertentu atau ingin
menyuap agar anaknya mendapatkan apa yang di inginkan si wali murid inginkan.
Data ini merupakan awal munculnya konflik.
WALI MURID : Selamat siang, Pak! ( Berjabat tangan )
PAK SYAMSU : Selamat siang! Mari masuk, Pak! Oya, gimana?
WALI MURID : Begini, Pak! Ini nilai raport anak saya, semester
pertama amat kurang kira-kira bisa dibantu ya,
Pak?
PAK SYAMSU : Oh kalau begitu gampang. Kami akan berusaha
membantu nya segera.
WALI MURID : Baik, Pak! Saya permisi! (Berjabat tangan sambil
mengenggam amplop). “Amplop – Amplop
Laknat:54.”
2.7.3 Tahapan Rising Action/ Tahap Peningkatan Konflik
Pada naskah “Amplop-Amplop Laknat”Karya Asmuddin, tahap
peningkatan konflik terjadi pada saat pengusaha yang kembali menemui pak
Syamsu dengan tujuan berbeda, tentu saja tujuan pengusaha menyuap Pak
Syamsu yaitu untuk kepentingan pribadi namu merugikan orang lain.
PENGUSAHA : Bisa, kan, Pak Syamsu?
PAK SYAMSU : Nanti kita lihatlah, tergantung kawan-kawan
guru. PENGUSAHA: Begini, Pak! Semester kemarin saja anak
saya
ranking dua. Tentu bukan hal yang sulit bagi
Bapak untuk menjadikannya ranking pertama.
PAK SYAMSU : Anak Bapak bernama Marlin?
PENGUSAHA : Ya, benar. Kelas X-1 nomor absen
19. PAK SYAMSU : Ya, bisa saja. Bisa diatur kok, Pak!
PENGUSAHA : Oke, Pak! Kalau begitu saya permisi dan ini buat
umroh bersama ibu. (menyimpan amplop di atas
meja)
PAK SYAMSU : Wah, umroh? Apa tidak terlalu memberatkan,
Pak?
PENGUSAHA : Pasti tidaklah, Pak! “Amplop – Amplop
Laknat:55.”
Dari percakapan di atas sudah jelas, pengusaha memberikan amplop dengan
tujuan untuk menyuap Pak Syamsu agar anaknya si pengusaha mendapatkan
Rangking pertama.
2.7.4 Tahap Climax/Puncak Titik Konflik
Tahap Climax merupakan tahap di mana konfik atau pertentangan yang
terjadi atau ditampakkan kepada para tokoh mencapai titik intensis puncak. Dalam
naskah “Amplop-Amplop Laknat” Karya Asmuddin, tahap Climax yang terjadi
ketika pak Syamsu mendapatkan amplop berisi undangan untuk makan malam
dari ketua Yayasan. Pada saat itu pak Syamsu merasa gelisa dan takut semua
rahasia kasus suap menyuap terbongkar. Berbeda dengan bu Syamsu yang
berpikir positif dan mengajak pak Syamsu untuk berpikir positif, jika itu hanyalah
undangan makan malam biasa untuk menjalin keakraban.
UNTUK KESEKIAN KALINYA KEPALA SEKOLAH
MENYERAHKAN AMPLOP KEPADA BU SYAMSU. KENING BU
SYAMSU TAMPAK BERLIPAT MELIHAT AMPLOP YANG
TERNYATA BERISI UNDANGAN MAKAN MALAM DARI
KETUA YAYASAN. PAK SYAMSU TIBA-TIBA MENJADI
GELISAH.
BU SYAMSU : Pak, kenapa?
PAK SYAMSU : Saya lagi pikir-pikir ini, Bu. Apa alasan tiba-tiba
kita diundang makan malam di rumahnya ketua
yayasan?
BU SYAMSU : Hmm… jangan berpikir negatif, Pak. Paling cuma
undangan makan malam ramah tamah karena
ketua yayasan baru kembali lagi. “Amplop –
Amplop Laknat:56-57.”
Dikatakan Climax dalam naskah “Amplop-Amplop Laknat” Karya Asmuddin,
karena pada dialog di atas menujukan kekhawatiran/kegelisaan akan semua
rahasia terbongkar. Akan tetepi ketua yayasan sudah mengetahui bahwa pak
syamsu menerima suap karena Marlin mengadu kepada Ketua Yayasan. Seperti
yang ada pada data di bawah ini :
KETUA YAYASAN : Pak Syamsu punya siswi bernama Marlin?
PAK SYAMSU : Mar… Marlin, Pak? (kaget dan bicara tak
lancar) KETUA YAYASAN : Ya, Marlin. Dia
anak bungsu adik saya. Pengusaha konyol itu.
Marlin mengadu kepada saya, bapaknya gemar
menyuap di sekolah kita. “Amplop – Amplop
Laknat: 57.”
2.7.5 Tahap Donoumen
Tahap ini adalah tahap penyelesaian konflik yang mencapai klimaks yang
memberikan jalan keluar. Tahap ini merupakan tahap akhir dari penyelesaian
konflik yang ada dalam suatu naskah. Tahap ini, seperti yang ada di dalam naskah
“Amplop-Amplop Laknat” Karya Asmuddin, yaitu ketika ketua Yayasan agak
marah kepada pak Syamsu lalu ketua Yayasan sangat berani mengambil
keputusan yang bijak sehingga Bu Syamsu disuruh mengambil amplop yang
isinya merupakan surat pemecatan terhadap Pak Syamsu. Hal tersebut dibuktikan
seperi percakapan di bawah ini.
KETUA YAYASAN : Sekolah itu saya dirikan dengan tujuan yang
amat jelas. Mencetak generasi penerus bangsa
yang cerdas, berbudi, dan cinta Tanah Air.
Bapak mengerti? (agak marah)
KETUA YAYASAN : Bu… tolong ambilkan amplop yang tadi saya
sudah siapkan! Ini buat Pak Syamsu. Saya ingin
Natalia-lah yang jadi juara pertama. Seperti
yang seharusnya. Kasihan anak tukang kayu
yang pintar itu. (Isteri Ketua Yayasan datang
membawa amplop)
BU SYAMSU : Wow … amplop lagi, biar saya yang buka.
(memandangi suaminya dan membuka amplop)
Ha? Surat pemecatan, Pak?
PAK SYAMSU : Iya, Bu. Itu amplop terakhir kita. Sungguh
yang terakhir. “Amplop – Amplop Laknat: 57.”
2.8 Latar
Latar adalah keterangan mengenai ruang atau tempat, waktu dan sosial
terjadinya suatu peristiwa dalam karya sastra.
2.8.1 Latar Tempat
Latar tempat di dalam naskah drama cukup runtut dan jelas, Asmuddin
sang penulis menjelaskan urutan setting tempat di naskah drama “Amplop-
Amplop Laknat” Karya Asmuddin, seperti pada data berikut yang dijelaskan
dimana letak adegannya, diantaranya:
a Di Rumah Pak Kadir
Data berikut ini sudah jelas sesuai kalimat :
“KADIR, ANAK TUNGGAL BU SYAMSU, SEDANG DI RUMAH
KARENA LIBUR. TUBUHNYA TINGGI, BEREPENAMPILAN KEREN. DIA
KULIAH DI FAKULTAS KEDOKTERAN SEBUAH PERGURUAN TINGGI
SWASTA BERGENGSI DI MAKASAR.” “Amplop – Amplop Laknat: 52.”
Pada kalimat di atas sudah jelas keterangan tempatnya dimana yaitu di Rumah.
Terlihat ada percakapan perdebatan kecil antara Kadir dan Bu Syamsu yaitu
menerima amplop hasil suap. Kadir pun tidak senang atas tindakan Pak Syamsu
yang merugikan orang lain, hal itu merupakan tindakan yang tidak disukai Kadir,
karana Kadir anti korupsi.
b Di Ruang Makan
DI RUANG MAKAN
MARLIN : Kenapa Papa menyuap Pak Syamsu? Jangan
dikira Marlin senang dengan gelar konyol Papa.
Juara pertama tapi hasil rekayasa. Apa
istimewanya?
PENGUSAHA : Kau ini bicara apa? Pagi-pagi sudah bicara
sembarangan. Ada apa kau ini? “Amplop –
Amplop Laknat: 56.”
Pada teks dialog percakapan di atas sudah jelas keterangan tempatnya di mana
yaitu di ruang makan. Terlihat ada percakapan perdebatan kecil pada saat pagi
hari antara Marlin dan Papanya yaitu Pengusaha yang menyuap Pak Syamsu
untuk menjadikan Marlin peringkat pertama. Marlin pun tidak senang atas
tindakan papanya yang merugikan temannya sendiri, hal itu merupakan tindakan
yang tidak disukai Marlin, karena Marlin anti korupsi.
c Di Ruang Tamu Ketua Yayasan
DI RUANG TAMU KETUA YAYASAN
KETUA YAYASAN : Rokok, Pak! (menyodorkan rokok)
PAK SYAMSU : Maaf, Pak, saya tidak merokok! “Amplop –
Amplop Laknat: 57”
Pada teks dialog percakapan di atas sudah jelas keterangan tempatnya dimana
yaitu di Ruang makan. Terlihat terjadi percakapan, dan sudah jelas di atas dialog
sudah diberi lokasi oleh pengarang.

2.8.2 Latar Waktu

Pada latar waktu yang terjadi dalam naskag drama “Amplop-Amplop


Laknat”Karya Asmuddin, menerangkan secara jelas di dalam teks. Maka dari itu
penulis jelaskan di bawah:
a. Pagi Hari
Hal ini dapat dibuktikan dengan dialog sang ibu atau Bu Syamsu.
BU SYAMSU : Apapun sebutanmu, yang penting amplop! Pagi-
pagi sudah banyak sekali bicaramu. Kau tentang
orang tuamu. Tidak sadarkah kalau biaya
kuliahmu yang habiskan gaji ayahmu. “Amplop –
Amplop Laknat: 54”
Data di atas dapat dijelaskan bahwa Kadir berdebat dengan bu Syamsu di pagi
hari.
b. Siang hari

Hal ini dapat dibuktikan dengan dialog Wali Murid datang ke sekolah
untuk menemui kepala sekolah.

WALI MURID : Selamat siang, Pak! (berjabat tangan)


PAK SYAMSU : Selamat siang! Mari masuk, Pak! Oya, gimana?
“Amplop – Amplop Laknat: 54.”
Wali murid datang di siang hari untuk menemui Pak Syamsu dan meminta sesuatu
kepada kepala sekolah untuk dicarikan guru Privat.
c. Malam Hari

Hal ini dapat dibuktikan dengan dialog pengusaha pada saat datang ke
Rumah Pak Syamsu atau kepala sekolah.

PENGUSAHA : Selamat malam, Pak. Maaf mengganggu.


PAK SYAMSU : Waduh… tidak sama sekali kok, Pak. “Amplop –
Amplop Laknat: 54.”
Sang Pengusaha datang di malam hari untuk menemui Pak Syamsu dan meminta
sesuatu kepada kepala sekolah untuk tidak mengeluarkan anaknya karena sedang
hamil.
2.8.3 Latar Sosial

Tidak terasa hari yang dinanti telah tiba. Skenario mereka berhasil
berjalan dengan lancar sesuai rencana. Marlin berhasil menduduki peringkat
pertama, sedangkan Natalia peringkat kedua. Sorak sorai Bu Syamsu, Pak
Syamsu, kawan-kawannya. Duka nestapa bagi Natalia yang mengandalkan
beasiswa untuk kelangsungan pendidikannya, akibat ulah pengusaha yang
menyuap kepala membuat Natalia tidak menjadi peringkat satu.
PENGUSAHA :Di dunia ini uanglah yang berkuasa.
Kehormatan, kedudukan, pangkat, semua bisa
diatur dengan uang.
MARLIN : Tidak…ah, Marlin tidak setuju dengan teori
konyol Papa tentang uang. Yang jelas kita sudah
merugikan Natalia. Kasihan dia. Beasiswa itu
amat berarti baginya.
PENGUSAHA : Prestasimu juga sangat berarti bagi Papa.
Setelah perbuatan kakakmu sudah mencoreng
muka Papa, biarlah kau jadi penyeimbangnya.
Mengerti?
MARLIN : Tapi, Pa … “Amplop – Amplop Laknat: 56.”
Latar sosial dalam naskah drama “Amplop-Amplop Laknat” Karya Asmuddin
adalah masalah sosial yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata masyarakat.
Permasalahan pihak guru yang tidak adil dalam memberi nilai pada muridnya
dikarenakan guru itu sudah diberi suap untuk berlaku curang pada murid tertentu.
Pada naskah drama tersebut yang dicurangi yaitu Natalia dan yang dikhususkan
yaitu Marlin, namun Marlin anak anti korupsi dan menyalahkan tindakan
Ayahnya.

2.9 Teknik Dialog


KADIR : Itu namanya tindakan korupsi berjamaah, Bu!
BU SYAMSU : Apapun sebutanmu, yang penting amplop! Pagi-
pagi sudah banyak sekali bicaramu. Kau tentang
orang tuamu. Tidak sadarkah kalau biaya
kuliahmu yang habiskan gaji ayahmu. “Amplop
– Amplop Laknat:52.”
Berdasarkan data tersebut teknik dialog yang digunakan dalam naskah drama
“Amplop - Amplop Laknat” karya Asmuddin adalah The Technique of dialogue
conversation yang artinya teknik percakapan atau dialog antara tokoh satu dengan
tokoh lain, atau percakapan antara beberapa tokoh. Bahkan pada naskah drama
tersebut tidak ditemukan teknik dialog monolog, karena keseluruhan dialog
dilakukan secara interaktif antara satu tokoh dengan tokoh yang lain.

2.10 Tipe Drama


Termasuk Tipe drama Problem Play:
KADIR : Bu, kita tidak takut dipecatkah? Siapa tahu ada yang
melapor ke ketua Yayasan?
Kadir anak tunggal Bu Syamsu, sedang di rumah karena libur.
Tubuhnya tinggi, berpenampilan keren. Dia kuliah di fakultas
kedokteran di sebuah Perguruan tinggi swasta bergengsi di Makassar.
BU SYAMSU : Ayahmu itu tidak bodoh, Kadir. Paling hanya dua atau
tiga guru yang tahu.Mereka tidak mungkin bocorkan
rahaisns karena mereka ikut juga makan hasil.
KADIR : Itu namanya tindakan korupsi berjamaah, Bu!
BU SYAMSU : Apapun sebutanmu, yang penting amplop! Pagi-pagi
sudah banyak sekali bicaramu. Kau tentang orang
tuamu tidak sadarkah kalau biaya kuliahmu yang
habiskan gaji Ayahmu.
KADIR : Tapi.. tidak bagus begitu, Bu. Penyelewengan
itu namanya. “Amplop – Amplop Laknat:56.”
Berdasarkan data tersebut, tipe drama problem digambarkan pada bagian Kadir
yang bertanya pada Bu Syamsu jika ada yang melaporkan Ayahnya apa tidak akan
di pecat oleh ketua Yayasan. Dari situ bermakna bahwa Bu Syamsu yang menjadi
penyebab Pak Syamsu melakukan korupsi. Karena kebutuhan hidup keluarganya
yang serba mewah dan membiayai kuliah Kadir jadi Pak Syamsu melakukan
korupsi dan menerima hasil suap. Dapat diperjelas lagi jika tipe Problem Play ini
mengarah ke sifat atau moral yang terjadi di dalam naskah.
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis terhadap naskah drama “Amplop – Amplop


Laknat” karya Asmuddin dengan menguraikan unsur – unsur yang ada serta
memperhatikan hubungan antar unsur pada bab tiga, maka penelitian ini dpat
disimpulkan sebagai berikut. Naskah drama “Amplop – Amplop Laknat”
dibangun dengan unsur intrinsik yang baik. Setiap bagian cerita tidak dapat
dipisahkan antara satu unsur dengan unsur yang lain, karena antara unsur teresbut
saling berhubungan saling melengkapi satu sama lain sehingga membangun suatu
kesatuan yang utuh.seperti tokoh dan penokohan, latar dan alur. Konflik dengan
latar dan sebagainya. Tokoh dan penokohan dalam naskah drama Amplop –
Amplop Laknat merupakan unsur yang sangat penting.

Tokoh merupakan pelaku dalam cerita yang terjadi. Setiap tokoh memilki
watak dan karakter yang berbeda dengan tokoh lain. Tokoh dibedakan menjadi
tokoh utama dan tokoh tambahan. Unsur pembangun drama Amplop – Amplop
Laknat sangat berakaitan. Masing-masing unsur saling berkaitan memiliki fungsi
dan perannya masing-masing. Dari keterkaitan antar unsur tersebut tema yang
disimpulkan dari naskah Amplop – Amplop Laknat yaitu kasus korupsi suap
menyuap yang dilakukan Pak Syamsu juga kerjasama yang baik antara Bu
Syamsu dan guru – guru terkait sehingga rencanamereka berjalan lancar. Tapi di
ujung cerita yang mana ada yang melaporkan tindakan korupsi Pak Syamsu dan
kawan-kawannya dan membuat Pak Syamsu dipecat oleh ketua Yayasan.
Daftar Pustaka

Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada


University pers.
Bulton, M. 1968. The Anatomy Of Drama. London. Routledge and kegan pail Itd.
Nurgiyantoro, Burhan. 1994. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University pers.
Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University pers.
Tarigan, H. G. 1984. Menulis : Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University pers.

Anda mungkin juga menyukai