Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS

ANALISIS ANION

GOL/KLP: KAMIS / C2-3

ALFIN KAMILIA KARIMAH 202210101113

NURUL INAYAH 202210101115

MARALODIA ALMIRA LUBIS 202210101116

ZALFANNY NATHA LARESA RAMA 202210101146

ARIF RIZQI FARDANI 202210101148

BAGIAN KIMIA FARMASI


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER
2021
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALIS

NAMA (NIM) : Alfin Kamilia Karimah (202210101113)


Nurul Inayah (202210101115)
Maralodia Almira Lubis (202210101116)
Zalfanny Natha Laresa Rama (202210101146)
Arif Rizqi Fardani (202210101148)

GOL/KEL. :3
HARI, TGL PRAKTIKUM : Kamis, 18-03-2021
MATERI PERCOBAAN : Analisis Kation

1. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat mengidentifikasi anion yang ada dalam suatu sampel larutan.
2. HASIL PENGAMATAN
A. Analisis Pendahuluan
1) Penambahan H2SO4 encer (melihat timbulnya gas)
Bau gas Warna gas Reaksi Gas Zat asli
- - Mengeruhkan CO2 Karbonat,
air barit sianat
Merangsang - Mengeruhkan SO2 Sulfit
air barit,
Larutan
K2Cr2O7 pada
kertas saring
menjadi hijau
Merangsang - Idem, terjadi SO2 Thiosulfat
endapan
koloidal S
Telur busuk - Kertas Pb asetat H2S Sulfida
menjadi hitam
Cuka Kertas KI- CH3COOH Asetat
amilummenjadi
biru
Merangsang coklat Kertas KI- NO2 Nitrit
amilum menjadi
biru
2) Penambahan H2SO4 pekat
Bau Warna
Reaksi Gas Zat asli
Gas Gas

+ - Mengeruhkan air barit CO2 oksalat

Tetesan AgNO3
- menjadi keruh
Merangsang
- Lakmus biru menjadi HCl Klorida
merah
Kertas Kl-amilum
Merangsang coklat NO2 Nitrat
menjadi biru
Merangsang kuning Timbul endapan ClO2 Klorat
Kertas Kl-amilum
menjadi biru Klorida
Merangsang
kuning Menghilangkan warna Cl2 dan
lakmus basa oksida
Menghilangkan warna
rangsang coklat Br2 bromida
lakmus basa
Menghilangkan warna
Merangsang ungu I2 lodida
lakmus basa

3) Analisis pendahuluan ion borat


Sampel yang mengandung ion borat dalam cawan porselin dicampur dengan 1-2
ml metanol dan 1-2 tetes H2SO4 pekat, lalu hati-hati nyalakan. Amati hasil reaksi:
Perubahan: Nyala api berwarna hijau
Reaksi: H3BO3 + 3CH3OH → B(OCH3)3(g) + 3H2O
4) Analisis pendahuluan ion asetat
Hasil: Terdapat bau cuka
Reaksi: Pb(CH3COO)2 + KHSO4 → PbSO4 + CH3COOH +CH3COOK
5) Analisis pendahuluan ion halogen menurut Beilstein
Hasil: Warna biru pada nyala api
Reaksi:
Cu + O2 → 2Cu + O2
CuO2 + 2HCl → CuCl2 + H2O
2Cu + I2 → 2CuI
6) Penyelidikan ion pengoksidasi (oksidator)
Hasil: larutan berwarna biru tua, menunjukkan adanya pengoksida
Reaksi: 2KNO3 + (C6H5)2NH + H2SO4 → K2NH + H2O + (C6H5)2SO4 + 2NO

7) Penyelidikan ion pereduksi (reduktor)


NO2- : Anion pereduksi, menghilangkan warna ungu pada permanganat
C2O4: Warna permanganat tidak berubah dalam suasana dingin, tetapi akan
berubah setelah tabung reaksi dipanaskan.
8) Penyelidikan anion dengan larutan FeCl3
Larutan zat + HCl encer sampai asam + FeCl3, amati hasil reaksi:
• Endapan kuning /coklat: borat, fosfat, arsenat, kromat
• Endapan biru tua: ferro sianida
• Larutan merah coklat yang mengendap setelah diencerkan dan didihkan: asetat
• Larutan merah darah yang hilang bila + HgCl2: thiosianat
• Larutan coklat bila + FeSO4 → endapan biru: ferri sianida
B. Penggolongan Anion
1) Penggolongan anion dengan AgNO3
Larutan zat + HNO3 encer + AgNO3
Endapan: AgBrO3 + 2-3 tetes larutan AgNO3 + 1-2 tetes larutan NaNO2,
dikocok bila ada endapan + NaNO2 lagi sampai endapan
sempurna

AgCl putih Endapan Na3PO4 + NaOH sampai netral + 2-3


AgI kuning AgBr (dari AgBrO3) tetes Asam Asetat encer + 5 tetes
Ag2S hitam putih AgNO3 dan dipanaskan
Ag3[Fe(CN)6] jingga Endapan: Filtrat dibuang
AgBrO3 putih Ag3PO4 kuning

2) Penggolongan anion dengan BaCl2

CuSO4 + HCl + BaCl2

Endapan: NaSO3+ KI+ larutan BaCl2 → endapan disaring dan dicuci dengan HCl

BaSO4 2N
putih Endapan
BaSO4 (dari SO32-) + HCl
BaSO4 (dari
SO32-) putih Gas: (K2CrO4 dan Na3PO4) + larutan Na-
Asetat sampai netral + larutan BaCl
SO2(g) bau
Endapan: Asam oksalat dan NaF
sulfur yang
dikisatkan + lar CaCl2
menyesakkan
BaCrO4 Endapan: Filtrat
napas
kuning dibuang
(COO)2Ca
Ba3(PO4)2 putih
putih
CaF2 putih

3. PEMBAHASAN
A. Analisis Pendahuluan
1) Penambahan H2SO4 encer
• Karbonat

Karbonat akan menghasilkan gas CO2 dengan penambahan HCl. Dapat


dilihat dari reaksi berikut:

CO32- + 2H+ → CO2(g) + H2O

Gas CO2 yang dihasilkan dapat diidentifikasi dengan mereaksikannya dengan air
barit (Ba(OH)2(aq)) sehingga menghasilkan BaCO3(s). Dapat dilihat dari reaksi
berikut:

CO2 + Ba2+ + 2OH → BaCO3(s) + H2O

Pengujian menggunakan air barit dilakukan dengan cara memasukkan zat


padat ke dalam tabung lalu tambahkan asam klorida encer kemudian sumbat
dengan tutup gabus. Gas yang dilepaskan melalui pemanasan diairkan ke air barit
pada tabung uji. Kekeruhan yang terjadi menjadi identifikasi adanya karbonat.

• Sulfit
Sulfit bereaksi dengan HCl encer dan H2SO4 encer akan menghasilkan gas
SO2 dan terjadi penguraian lebih cepat dengan proses pemanasan. Dapat dilihat
dari reaksi berikut:
SO32- + 2H+ → SO2(g) + H2O
Gas SO2 dapat dikenali dari bau khas sulfur atau dapat juga diidentifikasi
perubahan warna kertas saring yang telah dibasahi dengan larutan asam kalium
dikromat menjadi hijau. Dapat dilihat dari reaksi berikut :
3SO2 + Cr2O72- + 2H+ → 2Cr3+ + 3SO42- + H2O
• Thiosulfat
Reaksi tiosulfat dengan HCl encer akan menghasilkan gas belerang
dioksida (SO2) setelah dipanaskan. Kondisi ini terjadi karena pemisahan belerang
yang di dalamnya terdapat asam sulfit yang dapat mengeruhkan cairan asam ini.
Keberadaan gas SO2 dapat diketahui dari baunya yang menyengat dan kerjanya
terhadap kerja saring yang telah dibasahi dengan larutan kalium dikromat yang
telah diasamkan. Perubahan warna larutan menjadi keruh kekuningan karena
adanya endapan sulfur. Dapat dilihat dari reaksi berikut:
S2O32- + 2H+ → S(s) + SO2 (g) + H2O
• Sulfida
Reaksi dengan HCl encer atau H2SO4 encer akan membebaskan gas
hidrogen sulfida (H2S). Gas ini dapat diidentifikasi melalui baunya yang khas.
Selain itu, H2S juga dapat menghitamkan kertas saring yang telah dibasahi dengan
larutan Pb asetat sebagai akibat terbentuknya endapan PbS. Dapat dilihat dari
reaksi berikut:
S2- + 2H+ → H2S(g)
H2S + Pb2+ → PbS(s)
• Asetat
Reaksi dengan H2SO4 encer akan menimbulkan gas dengan bau cuka
selayaknya khas bau asetat. Terjadi juga perubahan warna setelah diberikan kertas
KI-amilum yang berubah warnanya menjadi biru. Dapat dilihat dari reaksi
berikut:
2CH3COONa + H2SO4 → 2CH3COOH + NaSO4
• Nitrit
Reaksi Nitrit dengan HCl encer atau H2SO4 encer akan menghasilkan
cairan biru pucat yang tak tetap (transien) karena adanya asam nitrit bebas, HNO2
atau anhidridanya (N2O3). Juga melepaskan uap nitrogen dioksida (NO2)
berwarna coklat. Uap ini terbentuk karena terjadi kontak antara senyawa nitrogen
monoksida (NO) dengan oksigen dari udara. Dapat dilihat dari reaksi berikut:
NO2- + H+ → HNO2
2HNO3 → H2O + N2O3
3HNO2 → H2O + HNO3 + 2NO (g)
2NO + O2 → 2NO2 (g)
2) Penambahan H2SO4 pekat

Bila dengan asam sulfat encer hasilnya negatif, kemungkinan anion – anion
tersebut tidak ada, selanjutnya dapat dicoba dengan menggunakan asam sulfat pekat.

• Oksalat
Oksalat padat yang direaksikan dengan asam sulfat akan terurai sempurna
dengan disertai pelepasan karbon monoksida dan karbon dioksida (i). Gas CO2
dapat dideteksi dengan mengalirkannya pada air kapur (ii). sedangkan, gas CO
dapat dideteksi dengan membakarnya menggunakan MnO2 sehingga
menghasilkan gas CO2 (iii). Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
(i) (COOH)2 → H2O + CO(g) + CO2(g)
(ii) CO2 + Ba2+ + 2OH → BaCO3(s) + H2O
(iii) (COO)22- + MnO2 + 4H+ → Mn2+ + 2CO2(g) + 2H2O
• Klorida
Reaksi antara H2SO4 pekat dengan ion Cl- akan menghasilkan gas HCl
terutama jika dipanaskan. Gas HCl dapat diidentifikasi dari baunya yang
merangsang.
Keberadaan gas HCl juga dapat dideteksi dengan munculnya kabut
berwarna putih saat batang pengaduk yang ujungnya dibasahi NH4OH diletakkan
pada mulut tabung reaksi. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Cl- + H2SO4 → HSO4- + HCl (g)
HCl (g) + NH4OH → H2O + NH4Cl (g) (kabut berwarna putih)

Gas HCl akan juga dapat dideteksi dengan cara mereaksikannya dengan
tetesan AgNO3 sehingga membentuk endapan putih AgCl yang kemudian
menjadi keruh. Reaksi yang terjadi:

AgNO3 (aq) + HCl (g) → AgCl ↓ + HNO3

Reaksi di atas menyebabkan AgNO3 menjadi keruh dan terjadinya


perubahan warna kertas lakmus biru menjadi merah. Hal ini dikarenakan
AgNO3 adalah perak nitrat yang merupakan garam dari asam nitrat (HNO3),
yang merupakan asam kuat. Perebubahan kertas lakmus biru menjadi merah
karena larutan bersifat asam. Warna gas yang dihasilkan pada HCl tidak
mengeluarkan warna karena mengandung asam kuat dan bau pada gas HCl
bersifat merangsang.

• Nitrat
Larutan nitrat yang dipanaskan bersama dengan H2SO4 pekat akan
menghasilkan uap Nitrogen dioksida (NO2) yang berwarna coklat-kemerahan dan
berbau menusuk dan merangsang. Reaksi yang terjadi:
4NO3- + 2H2SO4 → 4NO2(g) + O2(g) + 2SO42- + 2H2O

Nitrat yang direaksikan dengan asam sulfat encer tidak memberikan reaksi
apa -apa. Hal inilah yang membedakannya dengan nitrit.

• Klorat
Klorat yang direkasikan dengan asam sulfat akan terurai menjadi gas klor
dioksida (ClO2) yang berwarna kuning-kehijauan dan menghasilkan larutan
kuning-jingga. Jika dilakukan pemanasan secara perlahan akan terjadi retakan
eksplosif, yang dapat berkembang menjadi ledakan yang hebat. Untuk mencegah
terjadinya ledakan, satu atau dua kristal kecil kalium klorat direaksikan dengan 1
ml asam sulfat pekat dalam keadaan dingin. Reaksi yang terjadi:
3KClO3 + 3H2SO4 → 2ClO2(g) + ClO4- + 3SO42- + 4H+ + 3K+ + H2O
• Bromida
H2SO4 pekat yang direaksikan dengan kalium bromida padat akan
menghasilkan gas HBr dan Br2 dan reaksi berlangsung lebih cepat jika
dipanaskan. Keberadaan gas HBr dan Br2 dapat dideteksi dengan munculnya asap
dan uap berwarna merah kecoklatan. Reaksi yang terjadi:
Br + H2SO4 → HSO4- + HBr (g) + K+
2KBr + 2H2SO4 → Br2 (g) +SO2 (g) + 2H2O +2K+ + SO42-

Gas Br2 bereaksi dengan reaksi menghilangkan kertas lakmus


menggunakan kalium (KBr) yang membentuk endapan 2K[IBr2]. Warna gas
yang dihasilkan dari gas Br2 yaitu berwarna coklat dikarenakan sifat antara
klorin dan yodium. Reaksi yang terjadi yaitu,

I2 + Br2 + 2KBr → 2K[IBr2]

• Klorida dan oksida


Uji pendahuluan gas Cl2 atau zat asli klorida,uji pendahuluan ini Gas Cl2
bereaksi dengan kertas Kl-amilum Na2SO3 membentuk natrium sulfat,
terjadinya reaksi kertas Kl-amilum menjadi berwarna biru disebabkan adanya
molekul amilosa yang terbentuk senyawa dan menghilangkan warna lakmus
basa. Warna gas yang dihasilkan pada Cl2 berwarna kuning karena mengandung
elemen yang sangat reaktif dan kuat agen dalam pengoksidasinya,dan gas
bersifat merangsang. Reaksi yang terjadi yaitu,
Na2SO3 + 2NaOH + Cl2 → Na2SO4 + 2NaCl + H2O
• Iodida
Dengan menambahkan H2SO4 pekat pada iodida padat, lalu dipanaskan
akan terbentuk gas I2 berwarna ungu (i). Gas ini dapat membirukan kertas kanji
pada ujung tabung reaksi (ii). Reaksi yang terjadi:
(i) 2I- + 2H2SO4 → I2 (g) + SO42- + 2H2O
(ii) I2 (g) + amilum → Iodoamilum (warna biru pada kertas kanji)
Gas yang dihasilkan dari reaksi ini akan menghilangkan warna kertas
lakmus. Hal ini terjadi karena produk mengandung asam (SO42-) yang dapat
mengakibatkan perubahan warna kertas lakmus biru menjadi hilang.

3) Analisis pendahuluan ion borat

Zat padat yang mengandung ion borat dalam cawan porselin dicampur dengan 1-
2 ml metanol dan 1-2 tetes H2SO4 pekat, lalu hati-hati nyalakan. Setelah dibakar,
muncul nyala api berwarna hijau. Hal ini disebabkan oleh pembentukan gas metil
borat (B(OCH3)3). Reaksi yang terjadi:

H3BO3 + 3CH3OH → B(OCH3)3(g) + 3H2O

Warna nyala yang dihasilkan ion borat sama seperti warna nyala anion tembaga.
Untuk itu diperlukan uji identifikasi yang dapat membedakan ion borat dengan
tembaga. Uji identifikasi yang dapat dilakukan adalah dengan mereaksikan sampel
uji dengan serbuk kalsium fluorida dan reagen asam sulfat pekat. Apabila terbentuk
gas dan nyala api berwarna hijau, itu berarti sampel mengandung anion borat. Nyala
hijau terbentuk karena adanya pembentukan gas boron trifluorida (BF3). Reaksi yang
terjadi:

Na2B4O7 + 6CaF2 + 7H2SO4 → 4BF3(g) + 6CaSO4 + 2Na+ + SO42- + 7H2O

4) Analisis pendahuluan ion asetat

Pada reaksi pendahuluan ion asetat, bahan yang digunakan adalah Pb asetat dan
KHSO4. Sedikit zat Pb asetat dalam cawan porselen digerus dengan kristal KHSO4.
Kedua zat tersebut akan bereaksi membentuk PbSO4, CH3COOH, dan CH3COOK.
Jika terdapat bau cuka yang agak menyengat, pada saat senyawa tersebut direaksikan
dan mengibaskan tangan pada tabung reaksi, maka dapat diketahui bahwa senyawa
tersebut mengandung ion asetat.

Hasil: Terdapat bau cuka

Reaksi: Pb(CH3COO)2 + KHSO4 → PbSO4 + CH3COOH +CH3COOK

5) Analisis pendahuluan ion halogen menurut Beilstein

Uji Beilstein merupakan uji kimia kualitatif sederhana untuk mengidentifikasi


adanya ion halida organik. Pada pengujian ini kawat tembaga (Cu) dipanaskan sampai
berhenti memberikan warna biru pada nyala api. Kemudian senyawa penguji (Ion
Halogen) disentuh dengan kawat dan dipanaskan kembali. Jika memberikan warna
biru pada nyala api, menunjukkan adanya beberapa halogen. Ion Halogen yang dapat
memberikan warna biru pada uji ini adalah Cl, I, dan Br.
Untuk dapat membedakan senyawa pada uji beilstein, dapat dilakukan uji
penegasan. Larutan klorida (Cl-) dengan penambahan AgNO3 menghasilkan endapan
putih AgCl. Endapan tersebut akan larut ke dalam NH4OH encer, larutan KCN dan
larutan S2O3-2. Apabila diasamkan dengan HNO3 akan mengendap kembali. Pada
senyawa halogen bromida (Br-) dengan ditambahkan AgNO3 ke dalam larutan KBr
dapat dihasilkan endapan berwarna kuning pucat. Endapan tersebut tidak dapat larut
dalam larutan NH4OH encer, tapi larut ke dalam NH4OH pekat, larutan KCN dan
larutan S2O3. Pada Senyawa Halogen iodide (I-), penambahan larutan AgNO3, akan
menghasilkan endapan berwarna kuning seperti dadih AgI. Endapan tersebut sedikit
larut dalam NH4OH pekat dan tidak larut dalam HNO3 encer, tetapi larut pada larutan
KCN dan Na2S2O3.

6) Penyelidikan ion pengoksida (oksidator)

Percobaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya ion pengoksida.


Langkah awal yang dilakukan adalah menetralkan 1 ml larutan zat atau ekstrak soda
dengan H2SO4 2N. Larutan ekstrak soda yang dimaksud yaitu campuran larutan
anion dengan larutan natrium karbonat yang dididihkan kurang lebih 10 menit, lalu
disaring filtratnya yang menghasilkan gas CO2. Tuangkan hati-hati larutan yang
sudah netral kedalam larutan diphenylamine-H2SO4

(pereaksi tidak berwarna) → timbul warna biru tua, menunjukkan adanya pengoksida
antara lain:

NO2- NO3-, ClO3‾, BrO3-, CrO42-, Cr2O72-, ClO-, MnO4-, Fe(CN)6-, dan lain-lain. Bila
ada kation yang bersifat oksidator seperti Ag+, Hg2+, Fe3+ dan sebagainya maka
hasilnya bisa positif palsu. Reaksi yang terjadi jika sampel yang mengandung anion
oksidator direaksikan dengan reagen diphenylamine- H2SO4 adalah sebagai berikut:

2KNO3 + (C6H5)2NH + H2SO4 → K2NH + H2O + (C6H5)2SO4 + 2NO

Berdasarkan reaksi diatas menjelaskan bahwa reagen diphenilamin ini


merupakan reduktor dalam reaksi ini,karena mengalami oksidasi yang awalnya
(C6H5)2 6- kemudian dalam reaksi ini menjadi (C6H5)2 2+ . Untuk garam nitrat (KNO3)
mengalami reduksi awalnya N7+ berubah menjadi N2+. Hal ini menyebabkan garam
nitrat (KNO3) bertugas sebagai oksidator.

Dalam percobaan kali ini juga terdapat reagen H2SO4 yang tidak ikut bereaksi
dengan (C6H5)2NH dan KNO3 karena H2SO4 bertugas menjadi katalis yang dapat
mempercepat kerja reaksi atau suatu laju reaksi.
7) Penyelidikan ion pereduksi
Pada percobaan ini dilakukan percobaan dengan tujuan mengidentifikasi
anion dengan menggunakan penyelidikan ion pereduksi. Penyelidikan ion pereduksi
ini dilakukan dengan ekstrak soda yang dinetralkan dengan H2SO4 2N, dan H2SO4
berlebih 1 ml.
Lalu ditambahkan 0,5 ml larutan KMnO4 0,02N setetes demi setetes. Jika warna ungu
dari KMnO4 hilang, berarti hal itu menunjukkan adanya ion pereduksi.
Setelah dicampur dengan NO2- , warna ungu pada permanganat menghilang.
Reaksi dengan kalium permanganat (KMnO4) dalam kondisi asam akan mengubah
warna ungu permanganat menjadi tak berwarna.
Reaksi yang terjadi:
5NO2- + 2MnO4- + 6H+ → 5NO3- + 2Mn2+ + 3H2O-
Bila warna tidak hilang, panaskan sebentar. Jika warna hilang dengan bantuan
pemanasan, hal ini menunjukkan adanya ion oksalat. Setelah direaksikan dengan
C2O4, Warna permanganat tidak berubah dalam suasana dingin, tetapi akan berubah
setelah tabung reaksi dipanaskan. Pada uji terhadap zat pereduksi, ekstrak soda
ditambahkan dengan larutan H2SO4 ditambahkan dengan larutan KMnO4, karena
permanganat tidak hilang makan dipanaskan sampai permanganat hilang dan
membentuk endapan, sehingga dapat disimpulkan pada sampel terdapat anion oksalat.
Dengan hasil reaksi:
2 MnO4-+ 8H⁺ + 3C2O42-→ 2 MnO₂ + 4H2O + 6 CO2
8) Penyelidikan anion dengan larutan FeCl3

Untuk mengidentifikasian anion, dapat dilakukan dengan salah satu cara yaitu
menggunakan larutan FeCl3. Uji ini dapat diidentifikasi dengan ada tidaknya endapan
setelah percampuran. Apabila larutan zat ditambahkan HCl encer hingga asam lalu
ditambahkan FeCl3, akan didapatkan hasil seperti berikut:

• Endapan kuning /coklat: borat, fosfat, arsenat, kromat


• Endapan biru tua: ferro sianida
• Larutan merah coklat yang mengendap setelah diencerkan dan didihkan: asetat
• Larutan merah darah yang hilang bila + HgCl2: thiosianat
• Larutan coklat bila + FeSO4 → endapan biru: ferri sianida

Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan menggunakan sampel zat berikut:

1. Na2PO4
Dalam praktikum menggunakan senyawa ini dilakukan dengan cara
senyawa Na2PO4 ditambahkan dengan HCl encer, penambahan HCl bertujuan
untuk mengasamkan senyawa. Sifat asam inilah yang menyebabkan
identifikasi anion lebih mudah. Selanjutnya senyawa yang telah asam tersebut
ditambahkan reagen FeCl3 dan terbentuk endapan berwarna kuning. Endapan
kuning ini meruapakan pembuktian bahwa senyawa ini mengandung ion
fosfat. Dapat dilihat dari reaksi berikut:
Na2PO4 + HCl + FeCl3 → HCl + 2NaCl + Fe(PO4)
2. K2CrO4
Pada senyawa kedua ini, dilakukan dengan cara penambahan HCl encer
pada senyawa K2CrO4. Penambahan HCl encer ini bertujuan untuk
mengasamkan senyawa. Sifat asam inilah yang menyebabkan identifikasi
anion lebih mudah. Selanjutnya senyawa ditambahkan reagen FeCl3 dan
terbentuk endapan berwarna coklat. Endapan inilah merupakan pembuktian
bahwa terdapat ion kromat dalam senyawa ini. Dapat dilihat dari reaksi
berikut:
K2CrO4 + HCl + FeCl3 → HCl + Fe2(CrO4)3 + KCl
B. Penggolongan Anion
Pengelompokan anion dibagi berdasarkan reaksinya dengan asam klorida encer
(HCl) dan perbedaan kelarutannya sebagai garam barium dan perak. Golongan-
golongan anion dan karakteristiknya adalah sebagai berikut:
1) Penggolongan anion dengan AgNO3

Anion golongan ini tidak bereaksi dengan HCl(aq) maupun ion barium, namun
membentuk endapan dengan ion perak dalam media asam nitrat encer. Anion-anion
golongan ini tidak larut dalam air dan asam nitrat encer, tetapi larut dalam larutan
ammonia encer dan larutan kalium sianida. Anion golongan ini Cl-, Br -, I-, SCN-, S2.

Larutan uji yang digunakan pada percobaan ini adalah KCl, KI, FeS, K3[FeCN6],
KBrO3, dan Na3PO4. Langkah pertama yang dilakukan adalah mereaksikan masing-
masing larutan uji dengan HNO3, yang bertujuan untuk mengasamkan campuran agar
reaksi antara larutan uji dengan reagen AgNO3 bisa terjadi. Lalu, masing-masing
larutan uji yang telah ditetesi HNO3 direaksikan dengan AgNO3. Berikut reaksi
masing-masing larutan uji:

1. Kalium klorida (KCl) yang direaksikan dengan HNO3 dan AgNO3 akan
membentuk endapan putih. Endapan ini adalah endapan perak klorida (AgCl)
yang tidak larut dalam HNO3.
Cl- + Ag+ → AgCl(s)
2. Kalium iodida (KI) yang ditetesi dangan HNO3 dan AgNO3 akan membentuk
enadapan berwarna kuning, yang merupakan endapan perak iodida. Endapan
ini tak larut dalam asam nitrat encer.
I- + Ag+ → AgI(s)
3. Besi (II) klorida (FeS) akan membentuk endapan hitam jika direaksikan
dengan HNO3 dan AgNO3. Endapan ini adalah endapan Ag2S yang tidak larut
dalam asam nitrat encer.
S- + 2Ag+ → Ag2S(s)
4. K3[Fe(CN)6] yang ditetesi dangan HNO3 dan AgNO3 akan membentuk
endapan jingga yang tak larut dalam asam nitrat encer. Endapan ini adalah
wujud dari senyawa Ag3[FeCN6].
[FeCN6] 3- + 3Ag+ → Ag3[Fe(CN)6](s)
5. Kalium bromat (KBrO3) yang direaksikan dengan HNO3 dan AgNO3 akan
membentuk endapan putih. Endapan ini adalah wujud dari senyawa AgBrO3
yang tidak larut dalam asam nitrat encer.
BrO3- + Ag+ → AgBrO3(s)
6. Natrium fosfat (Na3PO4) yang direaksikan dengan HNO3 dan AgNO3 tidak
menunjukkan terjadinya perubahan apapun. Hal ini dikarenakan anion
ortofosfat (PO43-) larut dalam asam nitrat sehingga tidak mengendap. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa anion fosfat bukan termasuk golongan anion yang
dapat membentuk endapan dengan AgNO3.

Langkah selanjutnya adalah mereaksikan AgBrO3 (filtrat KBrO3) dan Na3PO4


dengan reagen AgNO3 dan NaNO2.

1. AgBrO3 kembali diidentifikasi untuk memastikan adanya ion bromida (Br)


dan memastikan reaksi pertama tidak positif palsu. Larutan NaNO2 akan
mereduksi bromat menjadi bromida, yang diendapkan sebagai AgBr dengan
adanya larutan AgNO3. Endapan AgBr ini berwarna putih.
BrO3- + 3NO2- → Br - + 3NO3-
Br - + Ag+ → AgBr(s)
2. Na3PO4 yang direaksikan dengan reagen AgNO3 dan NaNO2 tidak
menunjukkan suatu perubahan apapun (tidak terjadi reaksi). Hal ini
dikarenakan Na3PO4 dapat larut dalam NaNO2 dan AgNO3.

Langkah terakhir adalah mengidentifikasi adanya ion fosfat dengan reagen NaOH,
asam asetat, dan AgNO3. Percobaan ini dilakukan karena di percobaan sebelumnya
natrium fosfat tidak mengendap (tidak bereaksi).
1. Larutan natrium fosfat yang direaksikan dengan reagen tersebut akan
membentuk endapan kuning Ag3PO4. Reaksi yang terjadi:
PO43- + 3Ag+ → Ag3PO4(s)
2) Penggolongan anion dengan BaCl2

Anion golongan ini tidak bereaksi dengan HCl(aq), tetapi membentuk endapan
dengan ion barium pada kondisi netral. Anion golongan ini adalah sulfat, fosfat,
fluorida, dan borat.

Senyawa uji yang digunakan pada percobaan ini adalah CuSO4, NaSO3, K2CrO4,
Na3PO4, asam oksalat, NaF.

1. Anion sulfat (SO42-) dengan reagen 1: HCl dan BaCl2


Langkah pertama yang dilakukan adalah mereaksikan larutan CuSO4 yang
berwarna biru dengan HCl dan BaCl2. Setelah dihomogenkan, terdapat
endapan putih BaSO4 yang larut dalam tabung reaksi, sehingga menyebabkan
warna larutan CuSO4 yang awalnya biru tua menjadi biru muda. HCl encer
berfungsi untuk menetralkan campuran agar terjadi reaksi. Reaksi yang terjadi
sebagai berikut:

SO42- + Ba2+ → BaSO4(s)

2. Anion Sulfit (SO3-) dengan reagen 2: KI, BaCl2, HCl


Langkah selanjutnya adalah mereaksikan Na2SO3 dengan KI dan BaCl2,
setelah dihomogenkan terbentuk endapan putih barium sulfat (BaSO3). Reaksi
yang terjadi sebagai berikut:
SO3- + Ba2+ → BaSO3(s)
Ion sulfat dan sulfit menghasilkan warna endapan yang sama. Untuk
membedakan ion sulfat dan sulfit, dapat dilakukan uji identifikasi anion. Uji
ini dilakukan dengan mereaksikan sampel dengan asam klorida encer. Anion
sulfit akan melepaskan gas sulfur dioksida jika direaksikan dengan asam
klorida encer, sedangkan anion sulfat tidak menunjukkan perubahan apapun.
Gas tersebut dapat diidentifikasi dari baunya yang seperti belerang yang dapat
menyesakkan napas. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:

BaSO3(s) + 2H+ → Ba2+ + SO2(g) + H2O

Setelah didiamkan, endapan akan teroksidasi menjadi sulfat (SO4-) yang


tidak larut dalam asam klorida encer. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:

2BaSO3(s) + O2 → 2BaSO4(s)
3. Anion kromat (CrO42-) dan fosfat (PO43-) (Reagen 3: Na-asetat dan BaCl2)
Langkah ketiga adalah mereaksikan K2CrO4 dengan reagen Na-asetat dan
BaCl2. Setelah dihomogenkan, terbentuk endapan kuning barium kromat
(BaCrO4), yang tidak larut dalam air dan asam asetat. Penambahan natrium
asetat pada reaksi tersebut akan menyebabkan pengendapan menjadi
kuantitatif. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
CrO42- + Ba2+ → BaCrO4
Na3PO4 yang direaksikan dengan Na-asetat dan BaCl2 akan
mengakibatkan terbentuknya endapan putih Ba3PO4. Na-asetat ditambahkan
untuk menetralkan campuran agar reaksi bisa terjadi. Reaksi yang terjadi
sebagai berikut:
PO43- + Ba2+ → Ba3(PO4)2(s)
4. Anion oksalat (C2O42- ) dan fluorida (F-) dengan reagen CaCl2
Langkah terakhir adalah mereaksikan asam oksalat H2(COO)2 dengan
reagen CaCl2. Setelah dihomogenkan, terbentuk endapan putih kristali kalium
oksalat (COO)2Ca. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
(COO)22- + Ca2+ → (COO)2Ca(s)
NaF yang direaksikan dengan CaCl2 akan mengakibatkan terbentuknya
endapan putih CaF2 yang seperti lendir. Endapannya sedikit larut dalam asam
asetat dan asam klorida encer. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
2F- + Ca2+ → CaF2(s)
4. DAFTAR PUSTAKA

(CCI), C. C. (2019, February 22). The Beilstein Test: Screening Organic and Polymeric
Materials for the Presence of Chlorine, with Examples of Products Tested.
Retrieved March 24, 2021, from canada.ca:
https://www.canada.ca/en/conservation-institute/services/conservation-
preservation-publications/canadian-conservation-institute-notes/beilstein-test-
organic-polymeric-materials.html
Alauhdin, M. (2020). Kmia Analitik Dasar . Yogyakarta: UNNES Press.
Setiono, Hadyana, & Pudjaatmaka. (1985). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif
Makro dan Semimikro. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.

Anda mungkin juga menyukai