1. Kelarutan/Pengendapan
Dalam analisis kualitatif sistem H2S, ion-ion diendapkan menurut golongan klorida, sulfida,
hidroksida, dan karbonat. lon-ion yang garamnya melarut dan tidak memberikan endapan,
yaitu Mg2+, Na+, K+, dan NH4+. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
a. Unsur dalam suatu golongan harus diendapkan dengan sempurna dan dapat dipisahkan
secara kuantitatif.
b.Endapan yang diperoleh harus mudah diolah, misalnya, dapat dilarutkan kembali, tidak ber
bentuk koloid, dan mudah disaring.
c. Zat pengendap pada pemisahan suatu golongan tidak mengandung zat yang dapat memper-
sukar analisis zat dalam golongan tersebut atau juga mempersukar analisis golongan.
2. Sifat Asam-Basa
Prinsip keasaman dan kebasaan adalah prinsip yang sangat penting dalam analisis kualitatif.
a. Perak diidentifikasi dengan cara mengendapkan kembali AgCl dari larutan amonia dengan
penambahan H+ (asam HNO3):
Ag(NH3)+ + Cl - + 2H+ → AgCl(s) + 2NH4+
b. Golongan II (golongan tembaga-arsen) diendapkan dengan cara mengalirkan H2S ke dalam
larutan yang mengandung HCl 0,3 M
c. Kompleks thio dari golongan arsen jika ditambahkan HCl akan mengendap kembali
sebagai sulfida:
2AsS43- + 6H+ → As2S5 (s) + 3H2S(g)
2SbS43- + 6H+ → Sb2S5 (s) + 3H2S(g)
SnS32- + 2H+ → SnS2 (s) + H2S(g)
d. Golongan karbonat diendapkan dengan (NH4)2CO3 dalam larutan yang bersifat basa.
1. Rupa
Rupa dari zat harus diperhatikan dengan seksama, jika perlu hendaknya dipakai lensa
atau mikroskop. Amatilah apakah zat itu terdiri dari Kristal atau amfort, apakah bersifat
magnetis dan apakah memiliki bau atau warna yang khas.
Beberapa senyawa berwarna yang umum terdapat adalah seperti tercatat di bawah ini:
Merah : Pb3O4 , As2S2, HgO, HgI2, HgS, Sb2S3, CrO3, Cu2O, K3[Fe(CN)6]; dikromat
berwarna merah-jingga; permanganat dan tawas krom berwarna ungu-kemerahan.
Merah jambu : Garam-garam dari mangan dan kobalt yang berhidrat. CdS, As2S3 ,SnS2,
PbI2, HgO (yang diendapkan), K4[Fe(CN)6].3H2O; kromat; besi(III) klorida dan nitrat.
Coklat : PbO2, CdO.FeO4, Ag2SO4, SnS, Fe2O3, dan Fe(OH)3 (coklat kemerahan).
Hitam : PbS, CuS, CuO, HgS, FeS, MnO4, Co3O4, CoS, NiS, Ni2O3, Ag2S, C.
Warna larutan yang diperoleh ketika zat dilarutkan dalam air atau dalam asam encer,
harus diperhatikan, karena ini mungkin memberi keterangan-keterangan berharga.
Warna-warna berikut diperlihatkan oleh ion-ion (kation berhidrat) yang terdapat dalam
larutan encer:
Zat harus dihancurkan sampai menjadi bubuk yang halus dan lumping yang sesuai,
sebelum pengujian dimulai. Uji-uji ini biasanya menghasilkan banyak keterangan yang
berguna; uji-uji ini dapat dikerjakan dengan cepat (10-15 menit), dan tak boleh sekali-kali
diabaikan.
Taruh sedikit(4-5 mg) zat dalam tabung uji yang kering sehingga taka da serbuk yang
masih melekat pada dindingtabung, dan panaskan dengan hati-hati; tabung harus
dipegang dalam kedudukan yang hamper horizontal. Menaikan suhu dengan berangsur-
angsur, dan perhatikan setiap perubahan yang terjadi dengan seksama.
Pengamatan Kesimpulan
(a) Zat berubah warna
1. Menghitam karena karbon
memisah, sering disertai Zat zat organik, mis. Tartat dan sitrat
pembakaran
2. Menghitam, tak disertai Garam-garam Cu, Mn, dan Ni pada
pembakaran atau bau suhu yang tinggi sekali
3. Kuning ketika panas, putih ZnO dan banyak garam –garam Zn
ketika dingin
4. Coklat-kekuningan ketika panas SnO2 atau BiO2
dan kuning ketika dingin
5. Kuning ketika panas, kuning PbO dan beberapa garam Pb
ketika dingin
6. Coklat ketika panas, coklat CdO dan banyak garam Cd
ketika dingin
7. Merah sampai hitam ketika Fe2O3
panas, coklat ketika dingin
(b) Terbentuk sublimat
1. Sublimat putih HgCl2, HgBr2, Hg2Cl2, ammonium
halida, As2O3, Sb2O3, senyawa-
senyawa organic tertentu yang
mudah menguap(asam oksalat, asam
benzoat)
2. Sublimat abu-abu, mudah Hg
digosok menjadi butir-butir
bulat
3. Sublimat abu-abu baj; bau As
bawang putih
4. Sublimat kuning S (melebur ketika dipanaskan),
As2S3, HgI2(merah bila digosok
dengan kaca)
5. Sublimat hitam-biru, uap I
lembayung
6. Hitam; marah pada titurasi HgS
3. Pewarnaan nyala
Taruh sedikit (3-4 mg) dari zat-zat dikaca arloji, basahi dengan sedikit asam klorida
pekat, dan masukan sedikit pada kawat platinum yang bersih kedalam bagian dasar nyala
Bunsen yang tak cemerlang. Cara lain adalah, celupkan kawat platinum ke dalam asam
klorida pekat yang ditaruh kedalam kaca arloji; lalu benamkan kedalam zat; cukup
banyak zat akan melekat pada kawat platinum untuk melakukan uji.
Nyala natrium menutupi nyala unsur-unsur lainnya, misalnya kalium. Campuran dapat
dideteksi dengan mudah dengan memakai spektroskop pandangan langsung. Suatu cara
yang begitu peka adalah dengan memandang nyala melalui dua lapisan kaca kobalt biru,
pada mana warna kuning yang ditimbulkan oleh natrium akan tertutupi atau terserap,
warna-warna lainnya diubah seperti tertera pada tabel V.3
Pengamatan Kesimpulan
1. Nyala kuning keemasan Natrium
yang bertahan lama
Pengamatan Kesimpulan
1. Zat hancur menjadi serbuk Garam-garam kristalin, mis, NaCI.
KCI.
2. Zat terbakar dengan tiba-tiba. Nitrat, nitrit, klorat, perklorat, iodat,
per. manganat.
3. Zat melebur dan diserap oleh Garam-garam alkali dan beberapa
arang, atau membentuk manik cair. garam alkali tanah.
4. Zat tak dapat lebur. dan berpijar, Pakai uji (b) di bawah.
atau mem bentuk kerak di atas arang.
Tabel V.5 Pemijaran dengan Na,CO, di atas
Pengamatan Kesimpulan
1. Putih, tak dapat lebur, dan BaO, SrO, Cao, MgO (residu
berpijar ketika panas A1,0 Zno, bersifat basa terhadap kertas
SiO, (residu tak basa terhadap lakmus).
kertas lakmus).
2. Kerak tanpa logam:
Putih, kuning ketika panas. ZnO.
Putih, bau bawang putih. AS3
Coklat. Cdo.
3. Kerak dengan logam:
Kerak putih; logam getas. Sb
Kerak kuning; logam getas. Bi.
Kerak kuning: logam dapat Pb.
ditempa, meno dai kertas.
4. Logam tanpa kerak: Partikel-
partikel logam abu-abu yang ter Fe, Ni, Co.
tarik oleh magnet. Manik-manik Ag dan Sn (putih), Cu (serpih-serpil
yang dapat ditempa. merah), Au.
a. Panaskan sedikit zat (3-4 mg) dalam sebuah lubang kecil yang dicukilkan dalam
sepotong blok arang, dalam nyala pipa 4. Reduksi pada blok arang
b. Campurkan zat (3-4 mg) dengan natrium karbonat anhidrat dengan tiup (Tabel
V.4). volume dua kali volume zat. Taruh campuran ini dalam lubang dari
sepotong arang dan panaskan dalam nyala reduksi pipa tiup. Natrium karbonat itu
mengubah garam logam menjadi karbonat atau oksida ketika dipanaskan, maka
reduksi terjadi lebih cepat daripada dengan arang saja seperti pada (a). Lebih jauh,
natrium karbonat bertindak sebagai fluks (zat penurun titik lebur) dan dalam
keadaan lebur, melindungi setiap butir logam yang mungkin telah terbentuk di
bawahnya, dari oksidasi.i•Senyawa-senyawa belerang dengan pengolahan ini
direduksi meniadi sulfida; residu boleh dibasahi dengan air dan ditaruh
bersentuhan dengan sekeping mata uang perak, pada mana diperoleh noda vang
coklat sampal hitam yaitu perak sulfida (reaksi Hepar). Boleh juga residu
diekstraksi dengan sedikit air, dan disaring ke dalam larutan natrium nitroprusida
yang baru saia dlbuat. Terjadinya warna ungu yang tak stabil akan menunjukkat
adanya belerang (lihat Bagian IV.6, reaksi 5) (Tabel V.5).
c. Basahi zat atau residu dari uji (b) yang tak dapat lebur, dengan satu i dua tetes
larutan kobalt nitrat, dan pijarkan dengan api yang panas sekalil (Tabel V.6).
Tabel V.6 Pemijaran dengan garam-garam Co
Pengamatan Kesimpulan
1. Residu biru. Al2O3fosfat, arsenat, silikat, borat.
2. Residu hijau. ZnO.
3. Residu merah-jambu MgO
Buatlah sebutir manik boraks dalam lubang cincin pada sebatang kawat platinum, dengan
mencelupkan kawat i yang panas itu ke dalam boraks dan memanaskannya sampai tak
berwarna i dan menjadi tembus cahaya. Sentuhkan manik yang panas itu pada zat yang
sedikit sekali, dan panaskan dalam nyala sebelah luar atau nyala oksidasi. i Amati warna
ketika manik sedang panas, dan juga ketika manik sedangi dingin. Panaskan manik dalam
nyala sebelah dalam atau nyala reduksi, dan amati warna-warnanya dalam keadaan panas
dan dingin. Kita akan memper. oleh manik yang berwarna dengan senyawa dari tembaga,
besi, kromium, mangan, kobalt, dan nikel (namun, lihatlah Bagian VII.25, Tabel V11.8).
Reaksi yang berguna, yang dapat dijalankan pada tahap ini, adalah ujl manik
mikrokosmik (Bagian II.2, uji 6). Uji ini dilakukan pada cincin kawat i platinum tepat
seperti untuk uji manik boraks. Adanya kerangka putih (darli Silika) dalam kaca vang
berwarna itu, menunjukkan silikat. Timah(IV) oksida, SnO, yang larut dengan lambat
dalam manik, mungkin disalah sangka sebagai silika.
Didihkan sedikit dari zat (kira-kira 0.1 g) dengan larutan natrium hidroksida.
Dilepaskannya amonia, yang dideteksi dari baunya, dan bekerjanya terhadap kertas
lakmus merah dan terhadap kertas saring yang direndam dalam larutan merkurium(1)
nitrat, menuniuk. i kan adanya garam amonium.
Perhatian. Kita harus berhati-hati sekali bila memanaskan campuran yang mengandung
larutan hidroksida alkali, karena efeknya yang merusak terhadap mata. Campuran ini
cenderung untuk melonjak-lonjak dan sebaik. i nya dipanaskan dalam kamar asam.
Dalam keadaan apapun, kita tak boleh sekali-kal mencoba mencium baunya selagi
memanaskan campuran tersebut. Perincian eksperimen yang berikut dalam menguji
terhadap amonia sangat berharga pula untuk gas-gas lain (dengan modifikasi reagensia
yang sesua). Untuk menghindari memegang kertas uji (lakmus, dsb.) dalam uap, dapat
dipakai alat seperti yang ditunjukkan pada Gamb. V.1; kertas uji ditahan
Gamb. V.1
pada ujung atas dari sebuah tabung kaca yang lebar. Jika amonia ada, kertas lakmus itu
harus memperlihatkan perkembangan warna secara berangsur angsur mulai dari dasar ke
arah atas dan pada akhirnya harus menjadi biru dengan merata; bercak-bercak biru yang
terpencar-pencar menunjukkan bahwa titik-titik larutan basa telah mengenai kertas.
Pancaran ini dapat dihalangi, jika dikehendaki, dengan menyisipkan kapas longgar-
longgar pada bagian atas tabung. Jika gas yang dilepaskan larut dalam air, dan diperlukan
larutan untuk pengujian lebih lanjut, kita dapat memakai alat yang terlihat dalam Gamb.
Pengamatan Kesimpulan
1. Gas yang tak berwarna dilepaskan CO, dari karbonat atau hidrogen kar
dengan berge jolak: gas tak berbau bonat (bikarbonat).
dan menimbulkan kekeruh an bila
dialirkan ke dalam air kapur." (C)
2. Uap nitroso dilepaskan: dikenali dari NO, dari nitrit.
warna cok lat-kemerahan, dan
menjadikan kertas kanji-ka lium
iodida hitam-kebiruan. (C)
3. Gas hijau-kekuningan dilepaskan; Cl, dari hipoklorit.
bau menyesak kan, memerahkan lalu
memutihkan kertas lak mus:
mengubah kertas kanii-KI meniadi
biru; sangat beracun.
4. Bau asetilena: terbakar dengan nyala C,H, dari karbida.
yang cemer. lang, berasap. (C)
5. Gas tak berwarna dilepaskan dengan SO, dari sulfit.
bau yang menyesakkan; mengubah
kertas saring yang diba sahi larutan
kalium dikromat yang telah diasam
kan. menjadi hijau; menghilangkan
warna dari larutan fuksin.
6. Gas tak berwarna dilepaskan; SO, dan S dari tiosulfat.
memberi uji yang di atas terhadap
SO,; belerang mengendap dalam
larutan.
7. Gas tak berwarna dilepaskan; bau H,S dari sulfida.
telur busuk; menghitamkan kertas
saring yang dibasahi larutan timbel
asetat; kertas kadmium asetat
menjadi kuning.
8. Gas tak berwarna dilepaskan; H,S dan S dari polisulfida.
memberi hasil positif pada uji-uji
terhadap H,S di atas; belerang
diendapkan.
9. Bau cuka, CH3COONa dari asett.
10. Gas tak berwarna dilepaskan; bau HCN dari sianida atau
amandel pa hit;t sangat beracun. heksasianoferat(III) dan hesasiaoferat
CH,COOH dari asetat. HCN dari (III) yang larut
sianida atau dari heksasianoferat(IIl)
dan heksasianoferat(II) yang larut.
O, dari peroksida dan garam perokso
dari logam alkali dan alkali tanah.
Co, dan sedikit HCNO dari sianat.
11. Gas tak berwarna dilepaskan; O2 dari peroksida dan garam perokso
menyalakan lagi bilah kayu yang dari loga alkali dan alkali tanah.
berpijar.
12. Gas tak berwarna dilepaskan; bau CO2dan sedikit HCNO dari sianat
menusuk. seperti bau SO,:
menghasilkan kekeruhan bila
dialirkan ke dalam air kapur.
13. Dengan mendidihkan, terbentuk SO,. dsb., dari tiosianat.
larutan yang kuning dan dilepaskan
SO, (menghilangkan warna larutan
fuksin, dsb.).
(dengan pipa penghantar terbuat dari pipa yang agak besar dan panjangnya kira-kira dua
kali panjang tabung uji atau labu penyuling, untuk mencegah bahaya ‘terhisapnya
kembali’ cairan). Dalam kasus yang sekarang, amonia dapat diserap dalam 3-4 ml air
suling setelah ditambahi reagensia Nessler (Bagian III.38, reaksi 2- dianjurkan untuk
memakai cara pembuatan yang kedua), endapan yang berwarna jingga atau coklat,
memastikan adanya amonia. Uji ini merupakan uji yang luar biasa peka, dan untuk
menetapkan adanya amonia yang dilepaskan dalam reaksi, harus diperoleh endapan dan
bukan pewarnaan.
Jika zat bereaksi dengan asam sulfat encer, penambahan asam pekat mungkin
mengakibatkan reaksi yang keras dan pelepasan gas yang cepat, yang mungkin disertai
oleh pancaran yang sangat halus dari asam itu. Dalam hal demikian, sebaiknya asam
sulfat encer ditambahkan setetes demi setetes pada sebagian lain dari zat sampai reaksi
berhenti, dan lalu ditambahkan 2-3 ml asam sulfat pekat .
PENGAMATAN KESIMPULAN
1. gas tak berwarna dilepaskan HCl dari klorida.
dengan bau menusuk dan yang
berasap dalam udara; asap putih
NH4Cl, ketika menyentuh
batang kaca yang dibasahi
dengan larutan NH3 pekat; Cl2
dilepaskan pada penambahan
MnO2 produk pengendapan (ini
memutihkan kertas lakmus;
mengubah kertas KI-kanji
menjadi biru).
2. Gas dilepaskan dengan bau HBr dan Br2 dari bromida
menusuk, warna kemerahan, dan
berasap dalam udara lembab;
pada penambahan MnO2 produk
pengendapan, makin bertambah
banyak asap merah dengan bau
brom (asap mewarnai kertas
kanji yang basah menjadi
merah-jingga atau kertas
fluoresein menjadi merah).
3. Dilepaskan uap lembayung, HI dan I2 dari iodida
disertai asap asam yang
menusuk, dan sering disertai
SO2 dan bahkan H2S
4. Dilepaskan uap coklat- CrO2Cl2 dari klorida bila
kemerahan (warna serupa ada kromat
dengan brom); dengan dialirkan
ke dalam air, diperoleh asam
kromat dan asam klorida, yang
keduanya mudah diidentifikasi
(endapan kuning PbCrO4 dengan
larutan NH3 berlebihan, larutan
timbel asetat, dan asam asetat;
atau oleh uji ‘kromium
pentoksida’).
5. Dilepaskan uap asam yang HNO2 dan NO2 dari nitrat
menusuk, sering diwarnai coklat
oleh NO2; warna tergantung
pada penambahan bubutan
tembaga (bila tak ada nitrit)
6. Gas kuning dilepaskan dalam ClO2 dari klorat
keadaaan dingin dengan bau
yang khas; ledakan atau bunyi
gemertak ketika dipanaskan
(BAHAYA)
7. Gas hijau-kekuningan Cl2 dari klorida, bila ada zat
dilepaskan; bau merangsang; pengoksid
memutihkan kertas lakmus;
membuat kertas KI-kanji
menjadi biru; sangat beracun
8. Tabung tampak ‘berminyak’ HF dari fluorida atau
ketika dingin; ketika dipanaskan, silikofluorida
dilepaskan gas berbau menusuk
yang memakan kaca; bila batang
kaca yang dibasahi air
dimasukkan ke dalam uap,
endapan seperti gelatin dari
asam silikat mengendap padanya
9. Uap ungun dilepaskan dengan Mn2O7 dari permanganat
ledakan (BAHAYA BESAR)
10. Gas tak berwarna dilepaskan; CO dari format, oksalat,
terbakar dengan nyala biru; tak sianida, heksasianoferat(III)
terjadi pengarangan atau (II).*
11. Gas tak berwarna dilepaskan; CO dan CO2 dari oksalat
membuat air kapur menjadi
keruh dan juga terbakar dengan
nyala biru; tak terjadi
penghitaman
12. Gas tak berwarna dilepaskan; CO, CO2, dan SO2 dari (a)
terbakar dengan nyala biru tartrat, (b) sitrat
dan/atau mengeruhkan air kapur;
ketika pemanasan dilanjutkan,
dilepaskan SO2 dan residu dalam
tabung.
(a). menjadi arang dengan cepat
(bau gula yang terbakar)
(b). menjadi arang dengan
lambat, disertai uap-uap yang
merangsang
13. Uap yang merangsang Benzoat
dilepaskan
14. Bau cuka yang menusuk CH3COOH dari asetat
15. Asam diwarnai merah-tua Galat
sedikit keunguan
16. Asam diwarnai ungu-kecoklatan Tanat
17. Gas tak berwarna dilepaskan; O2 dari peroksida, beberapa
menyalakan lagi batang bilah garam perokso atau kromat
kayu yang berpijar
18. Gas tak berwarna dilepaskan; CO dan CoSO4 yang tak
terbakar dengan nyala biru, berhidrat dari
menghasilkan larutan yang biru- heksasianokobaltat(III)
tua
19. Warna menjadi kuning ketika COS, SO2 dan S dari
dingin; dengan dipanaskan tiosianat
terjadi reaksi yang keras,
menghasilkan COS (terbakar
dengan nyala biru), SO2
(menghilangkan warna larutan
fuksin, dsb) dan S bebas
20. Uap merah dari Br2 (mengubah Br2 dan O2 dari bromat
kertas fluoresin menjadi merah),
dan juga dilepaskan O2
Note :
*Bila ada heksasianoferat(II) atau (III) harus diuraikan sebelum memulai dengan analisis
terhadap kation, karena kompleks-kompleks ini akan menghasilkan endapan ketika
larutan diasamkan dan dididihkan, dan juga akan menimbulkan efek lain yang
mengganggu. Ini dapat dilakukan dengan memanaskan 1 g campuran 3-4 ml asam sulfat
pekat dalam krus porselen yang di taruh dalam posisi miring di atas nyala, dan
mengarahkan nyala api pada bagian atas krus. Pemanasan diteruskan sampai pelepasan
uap belerang trioksida berhenti. Residu lalu diolah dengan sedikit asam sulfat pekat,
dipanaskan perlahan-lahan dan ditambahkan air sebagian demi sebagian. Keseluruhannya
lalu dididihkan selama kira-kira 5 menit, dan disaring ketika dingin. Filtrat dianalisis
untuk semua logamkecuali timbel, strontium, dan barium, yang jika ada, akan ditemukan
dalam residu.
Cara lain adalah, kompleks sianida itu dapat dihilangkan dari campuran dengan
meleburnya dengan natrium atau kalium karbonat yang sama berat dengan zat, dalam
krus porselen. Terbentuk sianat dan sianida yang dapat larut, yang dapat diekstraksi
dengan air; residu logam besi dapat dilarutkan dalam asam klorida encer.
*Jarang ditemui dalam analisis kualitatif rutin; suatu uji khas adalah endapan putih, yang
tak dapat larut dalam asam nitrat, yang dihasilkan dengan larutan besi(II)sulfat.
9. Uji terhadap nitrat (atau nitrit)
jika ammonium telah ditemukan dengan uji 6, pendidihan diteruskan sampai ammonia tak
dapat lagi dideteksi dari kerjanya terhadap kertas merkurium(I) nitrat atau terhadap kertas
lakmus merah. Tambahkan sedikit (misalnya 0,1 g) serbuk alumunium atau debu zink
atau aliase Devarda yang telah dijadikan bubuk halus kepada larutan yang telah
didinginkan dan panaskan campuran dengan perlahan-lahan. Singkirkan nyala api segera
setelah timbul pelepasan hidrogen (dengan bubuk alumunium reaksi bisa menjadi keras;
mungkin perlu didinginkan dengan air kran untuk meredakan kerasnya reaksi).
Jika ammonia dilepaskan, yang dideteksi dari baunya, dari bekerjanya terhadap kertas
lakmus dan terhadap kertas saring yang direndam dalam larutan merkurium(I)nitrat,*
maka tertunjuklah adanya nitrat atau nitrit. Adanya nitrit umumnya akan terdeteksi juga
dalam reaksi dengan asam sulfat encer; , lihat uji 7; jika nitrit tak ada, maka tertunjuklah
bahwa hanya nitrat saja yang ada.
Buatlah pasta dari zat yang asli dengan kalium fluorida dan asam sulfat pekat. Pegang
sedikit dari pasta ini dalam lubang kawat melingkar platinum, sedikit di luar bagian dasar
nyala Bunsen. Nyala hijau yang disebabkan oleh boron trifluorida, menunjukan borat.
Barium dan tembaga tak mengganggu bila uji dilakukan dengan cara di atas.
Cara lain adalah, pasang alat seperti yang diperlihatkan dalam gambar berikut, dengan
memakai sumbat-sumbat dari gabus; ujung pipa siku-siku harus ditarik menjadi suatu
pipa kapiler dengan lubang tak lebih dari 0,5 mm dan panjang 3-4 cm. Tabung uji yang
kosong berfungsi sebagai jebakan antara mulut kita dan tabung uji yang mengandung
larutan yang sedang di uji, untuk mencegah larutan masuk ke mulut sekiranya pipa
kapiler menjadi tersumbat.
Taruh kira-kira 0,1 g zat dalam tabung uji, tambahkan 1-2 ml asam sulfat pekat dengan
penates atau pipet kecil, diikuti 5-6 ml metanol dengan setiap kali diteteskan 1 ml
(HATI-HATI). Masukkan tabung-tabung ‘botol pencuci’ yang dimodifikasikan itu, dan
hubungkan dengan sepotong slang karet yang pendek pada jebakan. Tiup perlahan-lahan
melalui cairan dan arahkan uap yang keluar dari kapiler ke dalam nyala Bunsen yang tak
berwarna. Jika borat ada, nyala akan memperoleh warna hijau yang khas yang
ditimbulkan oleh metil borat, B(OCH3)3, yang mudah menguap. Pada kondisi-kondisi
eksperimen ini, tembaga dan barium, yang mewarnai nyala hijaun, tak mengganggu*.
Analisis suatu logam atau aliase menjadi sederhana karena tak ada anion yang perlu diselidiki.
Banyak aliase mengandung sejumlah kecil P, Si, C, dan S; fosfor diubah oleh proses pelarutan
yang biasa, menjadi fosfat, dan dapat diidentifikasi sebagai fosfat.
Aliase atau logam harus dalam bentuk hasil pemboran, bubutan atau kikiran. Kira-kira 0,5 g
diolah dengan 10 ml asam nitrt 1:1; dalam cawan porselen dalam kamar asam, dipanaskan
perlahan-lahan sampai pengeluaran uap merah berhenti, dan diuapkan sampai hampir kering. +
Lalu ditambahkan kira-kira 10 ml air, campuran dipanaskan beberapa menit dan disaring, jika
perlu.
1. Logam atau aliase larut dengan sempurna. Selidiki larutan sesuai dengan Bagian V.8
sampai V.19 dengan mengingat bahwa fosfat mungkin ada, dan harus diselidiki
2. Logam atau aliase tidak larut dengan sempurna. Larutan (A) diselidiki seperti dalam hal 1.
Jika residu hitam, itu mungkin adalah entah karbon atau emas dan/atau platinum. Uji terhadap
karbon dengan memijarkan di atas tutup krus; karbon berpijar dan terbakar. Emas dan platinum
larut dalam air raja (bandingkan Bagian VI1.7 dan VI1.8).
Jika residu putih, itu mungkin mengandung antara lain, asam stanat atau stibium pentoksida,
bismut oksida, bersama-sama dengan runutan-runutan tembaga, timbel, dan besi, dan paling baik
dianalisis seperti yang diuraikan dalam Tabel V.10
Tabel V.10 Analisis bagian aliase yang tak larut dalam asam nitrat pekat Cuci residu
dengan air dan keringkan dengan memanaskan dalam sebuah krus. Tambahkan sejumlah 6 kali
beratnya, suatu campuran yang merata dari Na,CO, anhidrat dan belerang yang masing-masing
sama banyaknya. Aduk dengan baik, tutup krus itu, dan panaskan di atas nyala yang kecil sampai
belerang yang berlebih telah terbakar habis. Pengerjaan ini biasanya makan waktu kira-kira 20
menit. Biarkan mendingin, dan ekstraksi isi krus dengan air panas dan saring.
Residu Filtrat
3.Logam atau aliase tak diserang. Jika aliase tak diserang oleh asam nitrat (1:1), olah 0,5 g
cuplikan tersendiri dengan 20 ml air raja (15 ml asam klorida ekat dan 5 ml asam nitrat pekat)
dalam cawan porselen. Tutup cawan dengan kaca arloji, dan panaskan perlahan-lahan sampai
aliase hancur sama sekali. Angkat kaca arloji, didihkan agar menguap menjadi kira-kira 5 ml.
dan akhirnya uapkan sampai kering di atas penangas air. Tambahkan 5 ml asam klorida pekat,
panaskan perlahan-lahan, encerkan dengan 15 ml air, aduk dan panaskan sampai mendidih.
Dinginkan sampai suhu kamar dan saring. Residu mungkin terdiri dari AgCl, PbCI, dan SiO,.
Filtrat mungkin mengandung logam-logam dari golongan-golongan sisanya, bersama-sama
arsenat, ortofosfat, dan sulfat. Selidiki dengan Tabel V.12 (Bagian V.8)
Jika aliase tahan terhadap aksi air raja, leburlah logam dengan butiran (pelet) natrium hidroksida,
dalam cawan perak atau krus perak (HATI. HATI). Bila penguraian telah sempurna, biarkan
mendingin, pindahkan wadah perak ke sebuah gelas piala dan ekstraksi leburan dengan air
singkirkan wadah peraknya dari gelas piala. Jadikan isi gelas piala sangat asam dengan asam
nitrat, uapkan sampai kering di atas penangas air, dan keriakan seperti diuraikan di atas.
Peleburan dengan alkali itu kadang-kadang diganti dengan memanaskan di atas penangas air
dengan asam klorida pekat dan brom cairan sebanyak 10-20 persen dari volumenya
Komposisi beberapa aliase yang umum tertera di bawah ini; bahan-bahan utamanya ditulis
menurut urut-urutan banyaknya bahan itu terdapat:
Loyang Cu, Zn, Sn, Pb
Perunggu Cu, Sn, Zn, Pb
Perunggu fosfor Cu, Sn, Pb, P
Solder Sn,Pb, Bi
Pewter (timbal) Sn, Sb, Pb, Cu
Logam-logam cetakan Pb, Sb, Sn
Perak Jerman Cu, Ni, Zn
Logam Monel Ni, Cu
Konstantan Cu, Ni
Nikrom Ni, Fe, Cr
Mangan Cu, Mn, Ni
Aliase Wood Bi, Pb, Sn, Cd
Aliase Rose Bi, Pb, Sn
Suatu zat yang tak dapat dilarutkan oleh asam-asam pekat (asam klorida atau asam nitrat)
atau oleh air raja, dinyatakan sebagai 'tak-larut'. Maka kita harus memakai cara-cara
khusus untuk melarutkannya, dan proses sesungguhnya vang dipilih bergantung sebagian
besar atas sifat dari zat tak-larut itu. Zat tak-larut yang paling umum dijumpai dalam
analisis kualitatif adalah:
oksida-oksida yang dipijarkan dengan sangat kuat Al,O, Cr,O, Fe,O,, SnO., Sb,0. TiO,.
ThO, WO,.Xh2O
PbCrO, yang telah dileburkan, dan mineral-mineral tertentu, mis. CaF. (fluorspar),
FeCr,O, (batu besi krom);
Cu,[Fe(CN), Zn,[Fe(CN)l, biru Prusia;o Jez ncidsdmT iun SiO,, dan berbagai silikat; Sns,
(emas mosaik); C dan S; silisida-silisida logam; karborundum.
Zat yang tak-larut, harus diberi uji-uji yang dikhtisarkan di bawah menurut urutan yang
diberikan, sampai zat itu terlarut. Zat harus dalam bentuk bubuk yang halus; pakailah
lumpang dari agata, jika perlu.
1. Perhatikan warna dan rupa Zat-zat yang berikut adalah berwarna: Cr,O, (hijau),
Fe,O, (merah-tua), Sns, (warna perunggu), PbCrO, (coklat) FelFe(CN)l, (biru Prusia), Cu,
[Fe(CN), (coklat-tua), FeCr,O, (abu-abu tua), AgBr (kuning muda sekali), Agl" (kuning
muda), C dan s. Zat-zat lainnya yang tertera di atas adalah putih atau hampir putih, tetapi
mungkin pula sedikit diwarnai oleh runutan zat pencemar; pengaruh dari vang terakhir ini
kurang begitu menonjol bila zat ada dalam bentuk bubuk
2. Selidiki pengaruh dari panas Panaskan sejumlah kecil dalam krus kecil atau di atas
lembaran tipis platinum. Belerang akan meleleh menjadi cairan yang kuning, dan
terbakar dengan nyala biru sambil menghasilkan belerang dioksida (uji dengan kertas
kalium dikromat atau dengan larutan fuksin). Karbon akan berpijar dan terbakar hampir
habis sama sekali; mungkin tertinggal abu yang berwarna muda. Jika zat yang hitam itu
dibubuhkan sedikit demi sedikit sekali ke dalam sedikit kalium nitrat yang lebur yang
terdapat dalam sebuah tabung kaca keras, oksidasi akan jadi semakin kuat dan sedikit
kalium karbont akan terbentuk. Residunya akan melepaskan karbon dioksida ketika
diolah dengan asam encer. Pemastian tambahan dari karbon akan kita peroleh dengan
memanaskan campuran yang intim dari zat dengan tembaga(I1) oksida dalam sebuah
tabung kaca keras; karbon dioksida akan dilepaskan (uji dengan air kapur), dan logam
tembaga yang merah akan tertinggal.
Garam-garam perak, AgCl, AgBr, dan Agl, akan melebur tanpa perubah an-perubahan
lebih lanjut; AgCN terurai dengan memberi residu berupa perak, dan gas sianogen
dilepaskan.
a. Tak dihasilkan kancing dari logam Ini menunjukkan tak adanya Ag, Sn dan Pb. Entah
basahi residu dengan beberapa tetes asam klorida encer dan taruh dan bersentuhan
dengan kertas timbel asetat, atau ekstraksi dengan sedikit air dan saring ke dalam larutan
natrium nitroprusida yang baru saja dibuat; noda hitam atau pewarnaan lembayung yang
tak tetap (transien), masing-masing menunjukkan adanya sulfida, dan karenanya ada
sulfat dalam zat asli.
Uji ini harus diulang dengan sebagian ain dari zat asli bila diperoleh residu putih.
tambahkan satu dua tetes larutan kobalt nitrat dan panaskan lagi. Massa berwarna biru
menunjukkan aluminium.
1. manik itu larutan dalam asam nitrat membentuk latutan yang jernih, dan dengan
penambahan sedikit asam klorida, menghasilkan endapan perak korida seperti
dadih susu dan putih, yang larut dalam arutan ammonia encer, setelah
ditambahkan sediki asam korida. Ini menunjukkan adana perak dan tidak adanya
timah.
2. Manik itu memberi larutan yang jernih dengan asam klorida, dan penambahan
laruan merkurium(II) klorida menghasilkan endapan putih merkurium klorida.
Dengan asam nitrat, dihasilkan bubuk putih yang tak larut (‘asam metastanat’).
Uji ini menunjukkan adanya timah, dan tidak adanya perak.
1. Gas yang keluar membuat setetes air di atas batang kaca menjadi keruh,
menunjukkan fluorida.
2. Dilepaskan karbon monoksida, yang terbakr dengan nyala biru. Menunjukkan
heksasianoferat(II)
5. Panaskan di atas kawat platinum dalam zona reduksi dari nyala Bunsen
Ini akan mereduksi setiap sulfat yang ada, menjadi sulfida (seperti telah ditunjukkan pada
uji 3). Setelah dibasahi dengan asam klorida encer, sulfida itu akan diubah menjadi
klorida yang relatif lebih mudah menguap, dan uji nyala yang biasa digunakan. adanya
barium atau campuran strontium dan barium akan ditunjukkan.
Jika kita memperoleh manik kerangka, ini menunjukkan silica atau silikat. Hasil yang
negatif belum pasti membuktikan bahwa silika atau silikat tidak ada, karena kerangka tak
selalu terbentuk. Maka uji silikon tetrafluorida lalu harus dipakai (bagian IV. 26, reaksi
6). Panaskan manik dalam nyala reduksi untuk menguji titanium. Jika manik adalah
lembayung ketika dingin ( warna dihasilkan lebih cepat dengan menambahkan setitik
timah atau timah(II) klorida yang sedikit sekali), menunjukkan adanya titanium. Jika besi
juga ada, manik akan berwarna merah-kecoklatan dalam nyala residu. Bila titanium
ditemukan, sebaiknya lebur dalam kalium pirosulfat dalam sebuah krus dari silika atau
platinum, dan ekstrasi residu dengan air dingin, pada mana kita memperoleh larutan
titanium(IV) sulfat.
7. Panaskan dengan natrium karbonat dan kalium nitrat
Uji ini dapat dilakukan dalam lubang cincin kawat platinum, atau di atas lembaran tipis
platinum atau di atas sepotong pecahan porselen. Jika kromium ada, akan dihasilkan
leburan berwarna kuning. Ini harus dilarutkan dalam air, diasamkan dengan asam asetat
encer, dan (a) ditambahkan larutan perak nitrat, pada mana perak kromat yang merah-
kecokelatan mengendap, (b) ditambahkan timbal asetat, pada mana timbel kromat yang
kuning mengendap, atau (c) ditambahkan 1-2 ml reagensia difenilkarbazida, pada mana
dihasilakan pewarnaan merah-tua.
ii. Biru prusia menghasilkan besi (III) hidroksida dan natrium heksasianoferat(II) (lihat
pada besi, bagian III.22, reaksi 6).
iii. Tembaga heksasianoferat(II) menghasilkan tembaga oksida dan natrium
heksasianoferat(II).
iv. Zink heksasianoferat(II) menghasilkan natrium hidroksozinkat(II) dan natrium
heksasianoferat(II), yaitu ia melarut dengan sempurna. Zink itu mudah diidentifikasi
dengan mengalirkan hidrogen sulfida ke dalam larutan; heksasianoferat(II) itu (lihat
bagian IV.11) dideteksi dalam filtrat setelah diasamkan dan dididihkan untuk
mengusir hydrogen sulfida.
v. Alumina dan silika mungkin melarut, masing-masing membentuk larutan natrium
tetrahidroksoaluminat dan natrium silikat.
Zat yang telah dijadikan bubuk (0,5 g) harus dipanaskan sampai sedikit dibawah titik
didih dengan asam iodida, berat jenis 1,7* (2,5 ml).
Jika zat tak larut yang tak diketahui itu, atau residu dari ekstraksi dengan air raja yang
telah dicuci, adalah putih atau berwarna muda, olah itu dalam cawan atau krus porselen
dengan beberapa tetes larutan ammonium sulfida dan aduk. Senyawa-senyawa timbel dan
perak kemungkinan tidak ada, jika warna tidak berubah. Menghitamnya zat padat itu
menunjukkan bahwa senyawa-senyawa tombel dan perak mungkin ada.
6. MELARUTKAN CUPLIKAN
Uji-uji pendahuluan, yang telah diuraikan dalam bagian-bagian sebelum ini, telah
mengungkapkan apakah zat itu larut dalam air atau dalam asam. Jika keterangan-
keterangan demikian tak tersedia, prosedur yang berikut ini haruslah dipakai.
Pakailah dalam jumlah yang sedikit (5-10 mg) zat padat yang telah dihaluskan menjadi
bubuk, dan selidiki kelarutannya dalam pelarut-pelarut yang berikut menurut urutan yang
diberikan: (1) air, (2) asam klorida encer, (3) asam klorida pekat,(4) asam nitat encer, (5)
asam nitrat pekat,(6) dan air raja. Coba kelarutannya mula-mula dalam keadaan dingin,
lalu dengan dipanaskan: jika ragu-ragu apakah zat atau sebagian dari zat telah melarut,
uapkan sedikit dari laruan yang jernih diatas kaca arloji. Jika zat melarut dalam air, segera
mulai menguji terhadap ion-ion logam. Jika pemakaian asam klorida encer menghasilkan
pembentukan endapan ini mungkin terdiri dari logam-logam dari golongan I; endapan
boleh disaring dan diselidiki terhadap golongan ini, atau zat yang asli boleh dilarutkan
dalam asam nitrat encer. Jika asam klorida pekat yang dipakai untuk melarutkan, akan
perlu menguapkan sampai bagian terbesar dari asam habis, karena logam-logam tertentu
dari golongan II (misalnya kadmium dan timbel), tak mengendap dengan sempurna
dengan adanya asam dalam konsentrasi besar. Dimana asam nitrat dipakai untuk proses
melarutkan, semua sam harus dihilangkan dengan menguapkan sampai hampir kering,
menambahkan sedikit asam klorida, menguapkan lagi sampai volume menjadi kecillalu
mengencerkan dengan air; pernyataan ini juga berlaku untuk air raja. Karena alas an
inilah, asam nitrat sering diabaikan dari pelarut-pelarut, dan uji-uji dibatasi hanya pada
pelarut 1,2,3 dan 6.
Bila suatu pelarut yang sesuai ditemukan, larutan untuk dianalisis dibuat dengan 0,5-1 g
zat padat; volume larutan akhir harus 15-20 ml. Jika zat tak larut dalam air raja (dan
dalam asam-asam pekat), ia dianggap tak larut, dan diolah dengan metode-metode khusus
yang perinciannya diberikandalam bagian V.7 dibawah. Jika cuplikan merupakan sebuah
logam, prosedur yang diuraikan dalam bagian V.3 harus dipakai. Bagian yang tak larut,
jika ada harus diolah menurut bagian V.7.
Kecuali bila cupikan mudah larut dalam air, larutan ini tidak cocok untuk menguji
terhadap anion, karena sewaktu melarutkan dalam asam, sebagian dari anion ini mungkin
terurai. Untuk pengujian terhadap anion, kita dapat memakai larutan airnya, atau jia
cuplikan tak larut dalam air, kita harus membuat ekstrak natrium karbonatnya, ri seluruh
cuplikan, atau cuplikan harus diekstraksi dulu dengan air panas lalu residunya diolah
dengan natrium karbonat. Prosedur ini diurai terperinci dalam bagian V.18
Mungkin sekali terjadi bahwa setelah mengolah cuplikan dengan berbagai pelarut seperti
yang diuraikan dalam bagian V.6, sebagian residu yang tak-larut tetap tertinggal atau
seluruh cuplikan mungkin ternyata tak larut. Dengan residu yang tak-larut ini, harus
dilakukan uji-uji pendahuluan yang diuraikan dalam bagian V.5, uji-uji ini mungkin
memberi keterangan-keterangan yang berharga tentang komposisi zat yang tak larut itu.
Dalam setiap kasus, metode-metode berikut untuk membuat zat menjadi larut untuk
dianalisis secara sistematik, harus dipakai.
Olah kira-kira 1 gram dari zat tak larut yang tak diketahui itu, atau residu dari ekstraksi
dengan air raja, dengan 3 ml larutan amonium asetat 10M yang sedikit diasamkan dengan
asam asetat. (Larutan amonium yang berlebihan, tak boleh ada, untuk mencegah efek
melarutkan terhadap setiap perak klorida yang mungkin terdapat). Panaskan campuran,
dengan diaduk sampai kira-kira 70° C dan saring; cuci dengan kira-kira 5 ml air. Uji
bagian-bagian yang terpisah dari gabungan Filtrat dan air cucian terhadap Pb2+ , SO2−¿
4
¿
dan Cl-. Uji perak nitrat terhadap klorida harus dilakukan dengan asam nitrat pekat
sebanyak 10% dari volume larutan, dan campuran dipanaskan sampai mendidih; perak
asetat akan melarut pada kondisi-kondisi ini. Jika ditemukan garam-garam timbal, ulangi
ekstraksi dengan larutan amonium asetat dan cuci residu dengan air panas sampai air
cucian tak memberi pewarnaan dengan larutan amonium sulfida encer. Timbal jika tak
larut dalam larutan amonium asetat; jika akan dideteksi pada 3.
Panaskan zat tak larut yang tak diketahui itu atau residu dari 1( jika garam-garam timbal
ada) dengan larutan kalium sianida pekat. (Jika ini melarutkan sempurna, berarti hanya
AgCl, AgBr, AgI, dan AgCN yang ada). Saring dan simpan residu, R. Untuk pengolahan-
pengolahan yang berikutnya. Encerkan Filtrat sampai encer sekali dan olah dengan
hidrogen sulfide. Saring setiap endapan yang berwarna hitam (Ag2S), cuci, larutkan
dalam asam nitrat encer panas dan tambahkan asam klorida encer. Encer endapan putih
perak klorida menunjukkan adanya perak.
Jika perak ditemukan, halogen dengan mana logam itu aslinya tergabung, diidentifikasi
dengan melumerkan bagian lain dari zat yang tak larut itu, merendamnya dalam asam
sulfat encer, menaruh sepotong zink bersentuhan dengan asam dan basa yang lebur itu,
memanaskan dan mendiamkannya selama beberapa menit. Garam garam perak tereduksi
menjadi logam perak, sedangkan anion-anion terdapat dalam larutan disertai ion-ion zink,
yakni sebagai garam-garam zink. Saring, Filtrat diuji terdapat klorida, bromida, dan
iodida dengan cara yang biasa; uji-uji terhadap campuran anion-anion ini diuraikan dalam
bagian IV.45 dan dalam bagian V.18 tabel V.30
Residu yang tertinggal dengan tak larut setelah pengerjaan 1 dan 2, harus diolah menurut
skema yang diuraikan dalam tabel V.11
4. Peleburan silisida
Silisida-silisida logam dan karborundum jarang dijumpai dalam analisis kualitatif yang
rutin. Zat-zat ini sebaiknya dibuat melarut dengan meleburnya natrium atau kalium
hidroksida dalam sebuah krus perak (HATI-HATI):
Karborundum, bila dalam bentuk bubuk halus, mudah diuraikan dengan peleburan
bersama kalium karbonat dalam krus dari platinum. Sewaktu tutup krus diangkat, nyala
biru dari karbon monoksida yang terbakar dapat terlihat.
Residu, R, yang bebas dari garam-garam timbel dan perak, atau zat aslinya, jika garam-
garamtimbel dan perak tak terdapat, dicampur dengan Na2CO3 anhidrat yang murni,
bebas sulfat, atau dengan campuran Na2CO3 dan K2CO3 (campuran peleburan) yang sama
banyaknya, sebanyak 5-6 kali berat zat yang diuji itu. Campuran ini dipanaskan di atas
lembaran tipis Pt atau dalam sebuah krus Pt sampai diperoleh leburan yang tenang.
(Mungkin perlu dipanaskan di atas nyala pipa tiup). Biarkan mendingin, ekstraksi leburan
itu dengan seksama dengan jalan mendidihkannya dengan air, lalu saring.
No Residu Filtrat
.
1. Cuci baik-baik, mula- Mungkin CrO 2−¿,¿
4 [Al(OH)4]-,
mula dengan larutan [Sn(OH)6]2-, AsO 43−¿,¿
F-, dan
Na2CO3 0,05M, lalu
SO2−¿ . Asamkan dengan asam
¿
dengan air 4