Anda di halaman 1dari 3

Resensi Novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas

Identitas Buku
Judul Buku : Kami (Bukan) Sarjana Kertas
Penulis : J.S. Khairen
Tebal Buku : 372 halaman
Penerbit : PT. Bukune Kreatif Cipta
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2019

Ringkasan Kami (Bukan) Sarjana Kertas


Ini adalah kisah tentang kehidupan 7 mahasiswa kampus UDEL. Kampus yang bahkan tidak
dapat dicari dengan mesin pencarian karena keberadaan dan reputasinya yang tidak jelas.
Alasan mereka masuk UDEL macam-macam. Ada yang otaknya tak mampu masuk negri,
ada yang orang tua nya tak sanggup untuk membiayai masuk swasta unggul, ada pula yang
karena hanya bisa kuliah. Memang sangat amburadul, gempar menggelegar. Kampus terakhir
pilihan mahasiswa yang tidak memiliki harapan masuk ke kampus yang lebih ternama.
7 mahasiswa itu adalah Ogi, Randi, Arko, Gala, Juwisa, Sania dan Catherine. Pertemanan
yang terjadi karena mereka dipertemukan dalam kelompok konseling. Tanpa mereka sadari
mereka pun menjadi karib yang dekat dan menjadi teman yang memberikan pengalaman
hidup baru. Mereka memberikan pengaruh yang kuat satu sama lain hingga ceritanya makin
berkaitan dan terjadilah persahabatan diantara mereka. Pada tiap tokoh sendiri memiliki latar
belakang yang berbeda tapi tetap dengan satu tujuan yaitu berjuang. Pada awalnya para tokoh
percaya jika jalan kesuksesan dapat diraih dengan menjadi seorang sarjana, hingga
dihadapkan pada suatu realitas yang tidak sesuai dengan ekspetasi yang ada.
Buku ini mengkisahkan semua suka duka yang dialami tokoh dengan baik dan berurutan dan
menjadi penjelasan bagaimana semua hal itu dapat merubah cara berpikir seseorang dalam
mengejar arti baru mengenai mimpi, peluang, bisnis, usaha, perjuangan, keberhasilan,
kegagalan, dan sebagainya. Pembaca dibuat berpikir dan mendalami pada tiap makna kata,
tiap suka duka kehidupan.
Dengan alur cerita yang ringan dan adanya kejadian lucu dan haru, buku ini ditulis dengan
cara penyampaian yang unik dengan disajikan komedi yang segar dan sarat akan makna
ditambah lagi dengan dimuatnya kritik praktik pendidikan di Indonesia yang tidak hanya
terhadap institusi pendidikan namun semua pihak yang terlibat dalam pendidikan termasuk
peserta didik, pendidik, orang tua serta kontruksi sosial yang ada. Hal ini menjadikan buku
ini sangat sesuai dengan kehidupan, mengenai kebingungan mahasiswa akan cita-cita saat
kuliah hingga menjadi seorang sarjana.
Setelah membaca buku ini dapat membangkitkan semangat kita terutama sebagai pelajar
yang linglung akan kehidupan. Entah karena kuliah telah usai tanpa toga, lulus namun tak
kunjung dapat kerja, atau yang tak pernah sama sekali mengenyam bangku perkuliahan.
Menjadi sarjana bukanlah satu-satunya cara untuk mendapatkan kesuksesan, sebab yang tak
sekolah tinggipun banyak yang sukses. Gunakan kesempatan, habiskan jumlah gagalmu dan
kau akan berhasil. Kita semua berhak memiliki mimpi, menggapai angan dan cita karena
impian dan masa depan kita tidak ada yang tahu, itu adalah rajutan sang Maha Kuasa.

Kelebihan :
Buku ini memiliki cover yang cukup simple dan menarik. Buku ini juga menggunakan bahasa
yang lumayan lucu dan kekinian sehingga kita bacanya juga seru. Terdapat juga kata-kata
motivasi yang diselipkan didalamnya. Buku ini banyak mengajar kita mengenai moral dan
social kehidupan yang dapat kita teladani. Mengajarkan kita untuk melihat suka duka
kehidupan dari tindakan dan perbuatan tokoh.
Contoh kalimat pembuktian :
 Menggunakan Bahasa yang lucu
“Sementara bagi Ranjau, kuliah adalah prestasi membanggakan! Ini adalah akhir dari
perjuangan beratnya. Perjuangan untuk bisa diterima di UDEL ini ibarat mendaki
gunung, lewati lembah, dikejar beruang PMS, terjun ke jurang, kesasar di padang
pasir, kecebur di sungai Amazon dan dikejar Anakonda sebesar pohon kelapa, jatuh
dia air terjun tinggu puluhan meter dan ketusuk duri putri malu beracun, hanyut terus
ke laut, sikejar belut listrik, lalu dihantam karand dan ditunggu ikan purba megalodon.
Saat Ranjau hampir dimakan, tiba-tiba datang sekoci bernama kampus UDEL.”
 Kata-kata motivasi pada akhir bagian episode
“Kita tidak tahu apa yang disimpan untuk masa depan seseorang. Jangan pernah
meremehkan siapa pun. Selama langit masih di atas dan tanah bisa diinjak, apa pun
bisa terjadi”
“Kemampuan berempati malah terasa lebih penting daripada Matematika. Berempati
menghitung hatu, mengkalkulasikan jiwa.”
“Kita mungkin tidak ada yang bisa menjadi manusia sempurna dan indah seperti
kupu-kupu. Tapi, kita semua diberikan kemampuan untuk bertahan. Jangan mau kalah
sama kecoak yang bisa bertahan dari gempuran meteor dan ledakan nuklir.”

Kekurangan :
Buku ini hanya kurang dalam penelahaan beberapa dialog cukup kasar dan bercampur-
campur, jadi mungkin pembaca perlu kedewasaan dalam menyimak kata-kata itu. Buku ini
juga adalah bagian pertama yang ceritanya perlu dilanjutkan ke serial buku kedua Kami
(Bukan) Jongos Berdasi. Tetapi secara keseluruhan kekurangannya hanyalah itu, dan buku ini
lebih banyak kelebihannya daripada kekurangannya.
Contoh kalimat pembuktian :
 Menggunakan bahasa yang cukup kasar dan bercampur-campur
“Oh, gosh! Dasar lo botak! Otak bokep masih aja dipelihara. Udah mahasiswa juga
lo!” jawab Ranjau kesal tapi tetap mencoba pasang tampang elegan.
“Botak-botak apaan? Rambut lo tuh kaya Kim Jong Un, klimis-klimis unyu! Kok, lo
ngatain disik gue mulu sih? Lagian antara bokep dan status mahasiswa, itu dua hal
yang gak ada nyambung-nyambungnya Nyet! Gimana sih? Udah mahasiswa juga lo!”
balas Ogi.

Anda mungkin juga menyukai