Anda di halaman 1dari 56

NASKAH DRAMA MELAWAN KUTUKAN KARYA

HARDJONO WS DALAM TELAAH KARAKTER

MAKALAH
Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan matakuliah Apresiasi Drama
Dosen Pengampu: Dra. Endang Sriwidayati, M.Pd

Oleh
Sutrisno Gustiraja Alfarizi
NIM. 130210402039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah, Sang Penguasa Ilmu atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah berjudul Naskah Drama Melawan Kutukan
karya Hardjono WS dalam Telaah Karakter dapat diselesaikan dengan baik.
Penyusunan makalah ini tentu tidak lepas dari bantuan dan masukan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih disampaikan kepada pihakpihak berikut.
1) Pak Samo dan Ibu Hatiyani, kedua orangtua yang senantiasa memberi
semangat dan dukungan dalam mencari ilmu.
2) Ibu Dra. Endang Sriwidayati, M.Pd, selaku dosen pengampu matakuliah
Apresiasi Drama kelas D.
3) Rekan-rekan seperjuangan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia angkatan 2013 yang telah memberikan senyum dan semangat
setiap perkuliahan.
4) Pihak-pihak yang dan datang dari masa lalu yang tidak dapat penulis
sebutkan satu-satu.
Semoga Allah memberikan limpahan rahmat yang sepadan atas bantuan
yang telah diberikan dalam penyusunan makalah ini. Mudah-mudahan makalah
ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Amin.
Jember, 23 Mei 2015
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Pembahasan.......................................................................................3
1.4 Manfaat Pembahasan......................................................................................3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
2.1 Hakikat Drama...............................................................................................4
2.2 Konsep Dasar Karakter..................................................................................6
2.3 Nilai-Nilai Karakter........................................................................................8
BAB III. PEMBAHASAN.....................................................................................11
3.1 Tema dalam naskah drama Melawan Kutukan.........................................11
3.2 Penokohan....................................................................................................13
3.3 Karakter dalam naskah drama Melawan Kutukan....................................14
3.4 Nilai-Nilai Karakter dalam drama Melawan Kutukan..............................15
BAB IV. KESIMPULAN.......................................................................................22
4.1 Kesimpulan...................................................................................................22

DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL............................................................................................iv
Tabel 2. 3 Nilai-Nilai Karakter.......................................................................10

DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN..........................................................................24
A. BIODATA PENGARANG...................................................................24
B. NASKAH DRAMA MELAWAN KUTUKAN................................28

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Drama merupakan salah satu produk dari karya sastra selain puisi dan
prosa, tidak terlepas dari masalah kehidupan dan kemanusiaan. Dalam drama,
masalah kehidupan dan kemanusiaan yang dikemukakan biasanya tidak terlepas
dari aspek-aspek sosial masyarakat dalam hubungan manusia dengan manusia
lainnya
Drama juga dapat didefinisikan sebagai cerita yang dipertunjukkan karena
pada dasarnya drama merupakan dialog dari tokoh dalam cerita yang diperankan
dalam sebuah pertunjukan. Drama sebagai suatu genre sastra mempunyai
kekhususan dibandingkan dengan genre sastra lain, layaknya puisi dan prosa.
Kekhususan drama disebabkan tujuan drama ditulis oleh pengarangnya tidak
hanya berhenti sampai pada tahap pembeberan peristiwa untuk dinikmati secara
artistik imajinatif oleh pembacanya, melainkan juga divisualisasikan dalam
pertunjukan. Untuk itulah, drama dibedakan menjadi dua yakni drama pentas dan
drama naskah. Oleh karena drama pentas tidak dibahas. Maka, pengkaji hanya
membahas drama naskah. Dalam drama naskah terdapat unsur-unsur yang
membangun seperti dialog, tokoh, alur, latar dan tema.
Apresiasi karya sastra dalam hal ini drama naskah merupakan tindakan
menggauli karya sastra, maka menganalisis adalah tindakan yang membutuhkan
ilmu atau teori yang melandasinya.
Karakter dapat bermakna sama dengan perilaku, sifat, akhlak, watak,
tabiat, dan budi pekerti. Ron Kurtus (Taryana dan Rinaldi, 2007 dalam Mutiah)
berpendapat bahwa karakter adalah satu set tingkah laku atau perilaku (behavior)
dari seseorang sehingga perilakunya tersebut, orang akan mengenalnya ia seperti
apa.

Pada naskah drama Melawan Kutukan karya Hardjono WS terdapat


berbagai

karakter yang sangat erat kaitannya dengan perwatakan. Karya ini

menceritakan tentang mengisahkan cerita sejarah negeri ini selalu ribut dengan
adanya pertumpahan darah. Dari pemimpin satu ke pemimpin ke dua atau ke
berikutnya, dan selalu rakyat serta anak muda yang jadi korban. Salah satu
penyebabnya mungkin masyarakat masih banyak yang mempercayai bahwa ini
semua karena atau akibat kepercayaan tentang kisah keris Empu Gandring atau
sumpah dan kutukan Sang Empu Gandring. Tampaknya ini yang membuat anak
muda yang kritis si Gendon berpikir keras untuk mencoba melakukan dialogdialog, sehingga suatu malam benar-benar ia bisa dialog imaginer dengan seorang
pelaku tokoh sejarah ini yaitu Ken Arok.
Pemilihan naskah drama Melawan Kutukan karya Harjono WS sebagai
objek kajian karena pertama, setelah dilakukan pengamatan naskah drama
mempunyai keterkaitan karakter-karakter. Kedua, naskah drama ini dihasilkan
oleh sastrawan asal Jawa Timur yang telah memiliki banyak prestasi di kanca
nasional. Ketiga, naskah drama ini menjadi juara harapan II dalam lomba menulis
naskah drama remaja yang diadakan oleh Dewan kesenian Jatim.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan telaah karya sastra
dengan menggunakan judul Karakter Tokoh Drama Melawan Kutukan dalam
Telaah Karakter.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah:
1.
2.
3.
4.

Bagaimanakah tema dalam naskah drama Melawan Kutukan?


Bagaimanakah perwatakan dalam naskah drama Melawan Kutukan
Bagaimanakah karakter dalam naskah Melawan Kutukan?
Bagaimanakah nilai-nilai karakter yang terkandung dalam naskah
Melawan Kutukan?

1.3 Tujuan Pembahasan


Pembahasan ini bertujuan antara lain:
1. Mendeskripsikan tema dalam naskah drama Melawan Kutukan.

2. Mendeskripsikan perwatakan dalam naskah drama Melawan Kutukan.


3. Mendeskripsikan karakter-karakter dalam naskah drama Melawan
Kutukan

1.4 Manfaat Pembahasan


Pembahasan ini mempunyai dua manfaat, yaitu manfaat secara teoritis dan
manfaat praktis:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil telaah tentang nilai-nilai karakter dalam naskah drama Melawan
Kutukan karya Hardjono WS diharapkan dapat memperkaya dan menambah
wawasan mahasiswa dalam penerapan teori apresiasi drama.
b. Hasil telaah ini dapat menjadi bahan informasi untuk kajian yang sejenis
pada masa yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi mahasiswa hasil telaah ini dapat membantu mahasiswa dalam
memahami darma Melawan Kutukan melalui peneltian sastra dari sudut
pandang karakter.
b. Bagi para penelaah lain, hasil telaah ini diharapkan dapat menambah
wawasan dan menjadi salah satu pendorong untuk mengadakan penelitian ditinjau
dari sudut lain dalam naskah drama Melawan Kutukan.
c. Bagi dosen pengampu matakuliah Apresiasi Drama, kajian ini dapat
digunakan sebagai alat mengukur kemampuan mahasiswa terhadap teori-teori
yang telah dipelajari di perkuliahan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Drama


Kata drama berasal dari bahasa Yunani dramaoi yang berarti berbuat,
berlaku, bertindak, bereaksi, dan sebagainya: dan drama berarti: perbuatan,
tindakan (Harymawan, 1993 : 1). Dalam KBBI drama berarti komposisi syair atau
prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui
tingkah laku (akting) atau dialog.
Menurut Harymawan (1993 : 1), drama adalah kualitas komunikasi,
situasi, action, (segala apa yang terlihat dalam pentas) yang menimbulkan
perhatian, kehebatan (exciting), dan ketegangan pada pendengar/penonton.
Sementara Wijanto (dalam Dewojati, 2010 : 8) mengemukakan bahwa drama
dalam arti luas adalah semua bentuk tontonan yang mengandung cerita yang
dipertunjukkan di depan orang banyak, sedangkan dalam arti sempit, drama
adalah kisah hidup manusia dalam masyarakat yang diproyeksikan ke atas
panggung, disajikan dalam bentuk dialog dan gerak berdasarkan naskah; didukung
tata panggung; tata lampu; tata musik; tata rias; dan tata busana.
Pembicaraan tentang drama yang muncul di tengah masyarakat lebih
banyak

terfokus

pada

pementasan

atau

seni

pertunjukannya.

Padahal,

sesungguhnya drama sendiri mempunyai dua dimensi, yakni dimensi sastra dan
dimensi seni pertunjukan. Masing-masing dimensi dalam drama tersebut dapat
dibicarakan secara terpisah untuk kepentingan analisis.
Drama yang dimaksud pada kajian ini adalah drama sebagai karya sastra
atau drama dalam bentuk teks. Amrizal (2002 : 12 dalam Sucipta), mengutip
pendapat Luxemburg mengatakan bahwa Drama ditulis dalam bentuk dialogdialog, dengan dialog inilah isi dan alur cerita dibentangkan. Dalam sebuah teks
prosa, berita dan komentarlah yang menonjol, tetapi dalam drama dialoglah yang

menduduki tempat utama: tindak-tindak bahasa tidak membahas sesuatu,


melainkan berbuat sesuatu, menimbulkan reaksi para lawan berbicara. Teks-teks
naratif bercerita mengenai suatu kejadian, drama merupakan kejadian itu sendiri.
Di dalam dialog-dialog tidak hanya terjadi pembicaraan suatu kejadian, karena
dialog-dialogitu sendiri merupakan suatu kejadian. Melalui dialog ini pula kita
dapat memahami bagaimana style penulis drama.
Sederhananya, dialog merupakan bagian dari naskah drama yang berupa
percakapan antara satu tokoh dengan yang lain. Begitu pentingnya kedudukan
dialog di dalam sastra drama, sehingga tanpa kehadirannya, suatu karya sastra
tidak dapat digolongkan ke dalam karya sastra drama.
Amrizal juga mengatakan bahwa selain dialog-dialog di dalam drama
juga terdapat petunjuk-petunjuk yang ditulis di antara dua tanda kurung. Petunjukpetunjuk ini diperuntukkan bagi sutradara dan para aktor, dan bagi pembaca justru
akan terasa membosankan, karena bahasanya lebih banyak berbentuk instruksi
dan petunjuk yang kaku (baca Hadimadja, 1978). Petunjuk bukan unsur yang
utama dalam drama seperti halnya dialog. Petunjuk adalah sebagai teks samping
yang juga disebut sebagai karamagung (Semi dalam Amrizal, 2002 : 13).
Drama naskah disebut juga sastra lakon, drama naskah dibangun oleh
struktur fisik (kebahasaan) dan struktur batin (semantik, makna) (Waluyo 2001 :
6). Oleh karena itu, setiap akademisi bisa mempelajarinya.
Keutuhan dari sebuah naskah drama dapat dilihat dari unsur-unsur yang
membentuknya. Adapun unsur-unsur dalam naskah drama, yaitu:
A. Tema, merupakan pikiran pokok yang mendasari lakon drama. Pikiran
pokok ini dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi cerita yang
menarik.
B. Amanat, adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada
pembaca naskah atau pendengar (dalam hal ini) dan juga penonton drama.
C. Plot. Lakon drama yang baik selalu mengandung konflik. Sebab, roh
drama adalah konflik. Drama memang selalu menggambarkan konflik atau
pertentangan. Adanya pertentangan menimbulkan rangkaian peristiwa
yang menjadi sebab-akibat dan disebut alur/plot.
Secara rinci perkembangan plot drama ada enam tahap, yaitu:

1. Eksposisi, tahap ini disebut tahap perkenalan, karena


penonton mulai diperkenalkan dengan lakon drama.
2. Konflik, tahap ini adalah tahap kejadian. Insiden inilah
mulai plot drama sebenarnya, karena insiden merupakan konflik
yang menjadi dasar sebuah drama
3. Komplikasi, konflik-konflik yang semakin berkembang
dan semakin banyak, kait-mengait dan masih menimbulkan tanda
tanya.
4. Krisis, tahap ini berbagai konflik mencapai puncaknya.
5. Resolusi, Pada tahap ini dilakukan penyelesaian konflik.
6. Keputusan, tahap terakhir ini semua konflik berakhir dan
cerita sebentar lagi selesai.
D. Karakter atau perwatakan, yaitu keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang
tokoh dalam lakon drama.
E. Dialog, merupakan perwujudan dari jalan cerita lakon drama. Dialog
yang dilakukan harus mendukung karakter tokoh yang dimainkan.
F. Setting, adalah tempat, ruang, waktu, suasana terjadinya adegan. Karena
semua adegan dimainkan di panggung, panggung harus bisa menggambarkan
tempat adegan yang sedang terjadi.
G. Bahasa, naskah drama diwujudkan dari bahan dasar bahasa dan penulis
drama sebenarnya menggunakan bahasa untuk menuangkan ide dramanya.
H. Interpretasi, adalah penafsiran terhadap lakon drama yang dimainkan
yang biasanya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat yang diangkat ke
atas panggung oleh para seniman.

2.2 Konsep Dasar Karakter


Kata karakter yang dimaksud dalam tulisan ini, berasal dari bahasa
Inggris yang bermakna hampir sama dengan sifat, perilaku, akhlak, watak, tabiat,
dan budi pekerti. Ron Kurtus (dalam Taryana dan Rinaldi, 2007) berpendapat
bahwa karakter adalah satu set tingkah laku atau perilaku (behavior) dari
seseorang sehingga dari perilakunya tersebut, orang akan mengenalnya ia seperti

apa. menurutnya karakter akan menentukan kemampuan seseorang untuk


mencapai cita-citanya dengan efektif, kemampuan untuk berlaku jujur dan
berterus terang kepada orang lain serta kemampuan untuk taat terhadap tata tertib
dan aturan yang ada. Dalam kamus Poerwadarminta karakter diartikan sebgai
tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang daripada yang lain. Sujanto (2008) melihat bahwa watak merupakan
pribadi jiwa yang menyatakan dirinya dalam segala tindakan dan pernyataan
dalam hubungannya dengan bakat, pendidikan, pengalaman dan alam sekitaranya.
Secara garis besar karakter dapat digolongkan ke dalam dua kategori,
yakni karakter positif atau protagonis dan karakter negarif atau antagonis
(Wurianto, 2010). Beberapa karakter positif yang sudah kita ketahui antara lain,
jujur, penolong, penyabar, religius, penyayang, dan tanggung-jawab. Sementara
itu, karakter negarif di antaranya adalah pengiri, munafik, materialistis, egois,
pemarah, pemalu, pembohong, sombong, pendiam, tidak tahu malu, otoriter,
pendendam, dan tidak tahu diri. Selanjutnya dijelaskan oleh Wurianto bahwa
gambaran universal karakter (positif) meliputi taqwa kepada Tuhan, tanggung
jawabm disiplin, mandiri, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli dan kerja
sama, percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah, keadalian dan
kepemimpinan, baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan perstuan, dapat
dipercaya,

hormat

dan

perhatian,

peduli,

tanggung

jawab,

kewarganegaraan/citizenship, ketulusan, berani, tekun, integritas jujur, tanggung


jawab, disiplin, visioner, adil, peduli, dan kerjasama. Untuk masa depan, para ahli
telah menjabarkan setidaknya ada 20 karakter dasar yang sangat dibutuhkan anak
demi kesusksesannya di masa depan, di antaranya empati, peduli, suka menolong,
hormat, setia, sopan, bijak, percaya diri, berani, semangat, inspiratif, humoris,
tanggung jawab, adil, sabar, jujur, disiplin, kerjasama, mandiri, dan toleran.
Karakter-karakter tersebut mengacu pada serangkaian sikap, perilaku, motivasi,
dan keterampilan.
Karakter seseorang disengaja atau tidak, didapatkan dari orang lain yang
sering berada di dekatnya atau yang sering mempengaruhinya, kemudian ia mulai
meniru untuk melakukannya. Oleh karena itu, seorang anak yang masih polos

acapkali akan mengikuti tingkah laku orangtuanya atau teman mainnya, bahkan
pengasuhnya karena karakter dari proses meniru yaitu melalui proses melihatnya,
mendengar, dan mengikuti. Maka karakter, sesungguhnya diajarkan secara
sengaja. Oleh karena itu, seorang anak bisa memiliki karakter yang baik atau juga
karakter buruk bergantung pada sumber yang ia pelajari atau sumber yang
mengajarinya.

2.3 Nilai-Nilai Karakter


Secara umum dapat dikatakan bahwa nilai merupakan sesuatu yang
memberi makna hidup dan dijunjung tinggi yang mewarnai dan menjiwai
tindakan seseorang. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa nilai merupakan
sesuatu yang abstrak dalam diri manusia yang mendorong sikap dan tingkah laku
sehari-hari. Dengan kata lain, sikap dan tingkah laku merupakan cerminan nilai
yang dianut oleh seseorang. Cerminan nilai yang dianut seseorang di antaranya
dapat dilihat dari cara berpakaian, cara berbicara, temanteman yang dipilih,
interaksi sosial, dan bagaimana hubungan dengna saudara-saudaranya. Linda dan
Eyre (1997) dalam Mutiah mengegaskan bahwa nilai adalah suatu kualitas yang
dibedakan menurut (a) kemampuannya untuk berlipat ganda atau bertambah
meskipun sering diberikan kepada orang lain dan (b) kenyataan bahwa makin
banyak nilai diberikan kepada orang lain, makin banyak pula nilai serupa yang
dikembalikan dan diterima dari orang lain.
Nilai memiliki sifat relatif, sekaligus universal. Ada nilai-nilai tertentu
yang dianut oleh seabgaian orang atau kelompok, sementara tidak oleh kelompok
yang lain. Ada pula nilai yang dianut oleh manusia secara umum. Nilai yang benar
dan diterima secara universal adalah nilai yang menghasilkan suatu perilaku dan
perilaku itu berdamppak positif bagi yang menjalankan bagi orang lain.
Ada delapan belas nilai-nilai karakter yang dikeluarkan oleh kebijakan
pemerintah. Dalam kebijakan tersebut dinyatakan bahwa dengan prinsip dapat
ditambah dan ditata sebaik-baiknya, delapan belas karakter berikut perlu
diajarkan.
No

Jenis Karakter

Deskripsi

Religius

sikap dan perilaku patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang


dianut, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup

Jujur
Toleransi

rukun dengan pemeluk agama lain


perilaku dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan
sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,

4
5

Disiplin
Kerja keras

pendapat, sikap, dan tindakan orang lain


tindakan tertib dan patuh pada berbagai aturan
perilaku bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas sebaik-

6
7
8

Kreatif
Mandiri
Demokratis

baiknya dan mengatasi hambatan


berpikir dan melakukan sesuatu yang baru
sikap dan perilaku tidak mudah bergantung kepada orang lain
cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan

Rasa ingin tahu

kewajiba antarorang.
sikap dan tindakan mengetahui lebih mendalam dan meluas dari

Semangat

sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar


cara berpikir, bertindak, dan berwawaan yang menempatkan

kebangsaan

kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan

Cinta tanah air

kelompok
cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,

2
3

10

11

kepedulian, penghargaan yagn tinggi terhadap bahasa, lingkungan


Menghargai

fisik, dan sosbudpolek bangsa


sesuatu dan tindakan mendorong diri menghasilkan sesuatu yang

prestasi

berguna bagi masyarakat dan menghargai sera menghormati

13

Bersahabat/ko-

keberhasilan orang lain


tindakan yang memerlihatkan rasa senang berbicara bergaul, dan

14

munikatif
Cinta damai

bekerja sama
sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa

15

Gemar

senang dan aman


kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan

16

membaca
Peduli

yang memberikan kebajikan


sikap dan tindakan mencegah dan memetbaiki kerusakan lingkungan

17

lingkungan
Peduli sosial

alam
sikap dan tindakan memberikan bantuan kepada pihak yang

Tanggung jawab

membutuhkan
sikap dan perilaku untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang

12

18

seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan

(alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan.


Tabel 2. 3 Nilai-Nilai Karakter
Nilai-nilai karakter yang diuraikan di atas depan bersifat individual.
Keberadaaannya melekat dengan kadar yang tidak sama pada individu. Sebagai
contoh ada orang yang bertanggung jawab sekali, bertanggung jawab, adak
bertanggung jawab, dan tidak bertanggung jawab.

BAB III. PEMBAHASAN

Dalam bab ini disajikan hasil telaah tentang karakter dalam naskah drama
Melawan Kutukan. Karakter bermakna hampir sama dengan sifat, perilaku,
akhlak, watak, tabiat, dan budi pekerti. Di dalam drama, karakter dapat diartikan
sebagai keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh dalam lakon drama.
Karakter dibedakan menjadi dua yakni karakter protagonis dan antagonis.
Di dalam karakter itu sendiri terdapat delapan belas nilai yang dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hal-hal di atas dapat diketahui sejauh mana peran karakter
dalam drama naskah. Namun, sebelum menelaah karakter haruslah diketahui tema
dan penokohan dalam drama. Berikut akan dijelaskan tentang tema, penokohan,
dan karakter:
3.1 Tema dalam naskah drama Melawan Kutukan
Tema merupakan pikiran pokok yang mendasari lakon drama. Pikiran
pokok ini dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi cerita yang menarik.
Dalam naskah drama Melawan Kutukan temanya adalah peran anak
muda di masa depan. Hal ini dijelaskan pada kutipan berikut:
GENDON
: Hei Ken Arok dengarkan sumpahku ini. Kami
anak-anak muda negeri ini tak percaya sama sekali dengan sumpah
empu Gandring dan sama sekali tak ingin melanjutkan perjalanan
keris Empu Gandring yang membuat negeri kami masih terus saling
berbunuhan perang dan sengketa. Inilah sumpah kami. Kami rindu
damai kami rindu cinta kasih tidak rindu akan dendam dan berakhir
saling berbunuhan. Empu Gandring dan Ken Arok adalah masa
lalu, jaman sekarang adalah jaman rindu damai dan cinta kasih
sayang sesama. Ken Arok, Empu Gandring dengarkan sumpahku
ini demi kejayaan negeri kami.
COWOK-CEWEK : Gendon Gendon ayo kembali ke rumah kita
kagi. Aku mendukung sumpahmu Gendon. Kami sudah muak
dengan sumpah atau yang tertulis dalam kitab-kitab tentang

peperangan dan pembunuhan yang tak pernah selesai. Jangan


percaya itu semua. Tuhan Maha Damai dan Tuhan Maha Kasih.
Tuhan Maha Cinta. Ia pasti cinta pada negeri ini. Sumpah atau yang
tertulis dalam kitab-kitab tentang peperangan dan pembunuhan
yang tak pernah selesai. Jangan percaya itu semua. Tuhan Maha
Damai dan Tuhan Maha Kasih. Tuhan Maha Cinta. Ia pasti cinta
pada negeri ini.

(MT: 18-19)
Percakapan Gendon dan Cowok-Cewek (teman Gendon) ini dapat
diartikan jika mereka merindukan cinta kasih, tidak saling dendam, apalagi
berujung kematian. Memang, Sejarah negeri ini selalu ribut dengan adanya
pertumpahan darah. Dari pemimpin satu ke pemimpin ke dua atau ke berikutnya,
dan selalu rakyat serta anak muda yang jadi korban. Salah satu penyebabnya
mungkin masyarakat masih banyak yang mempercayai bahwa ini semua karena
atau akibat kepercayaan tentang kisah keris Empu Gandring atau sumpah dan
kutukan Sang Empu Gandring.
Untuk mengubah sumpah dan kutukan Empu Gandring (atau bahkan
mengubah negeri ini menjadi lebih baik, dibutuhkan peran anak muda yang begitu
tinggi. Hal ini pun dijelaskan pada kutipan dialog Gendon. Seperti berikut:
Gendon: Tidak! Kalau aku sendiri tidak punya beban berat,
tetapi kalau melihat masa depan bangsa dan negara ini aku
wajib punya, punya beban berat. Aku kan pengganti orangtua.
Bayangkan betapa enaknya orang-orang tua mengatakan anak
muda dan remaja Indonesia adalah penerus bangsa, tetapi apa
yang ditinggalkan buat kami anak-anak muda dan remaja ini.
Apa?
Ken Arok: Stop stop jangan terlalu serius anak muda nanti
hidupmu makin berat. Santai sajalah anak muda.
Gendon : Apa santai? Santai yang bagaimana? Anak muda
sekarang remaja santai. Omong apa ini. Nggak bisa masa
depan dihadapi dengan santai. Harus jelas. Ini tanggung jawab
sampeyan orang tua supaya saya juga menghadapi masa
depan ini dengan jelas. Ini akibatnya kalau warisan yang
diberikan kepada kami tidak jelas. Salin curiga, saling
membunuh. Warisan macam apa ini?! Jawablah pak tua
jawablah dan jangan hanya berkata dengarkan dulu alasan
saya mengapa saya harus membunuh. Akhirnya minta
pembenaran dan dibenarkan! Ijinkanlah saya berkata ini atas

nama remaja dan anak-anak muda. Kami adalah anak-anak


bapak sendiri. (MT: 9)
Peran seorang pemuda itu begitu penting dalam kehidupan berbangsa dan
bertanah air, oleh karena itu orang tua haruslah memberi pemahaman-pemahaman
yang baik pada anaknya. Sehingga setiap anak muda (remaja) bisa memiliki
kesadaran akan tanggung jawabnya untuk diri sendiri bahkan untuk negeri.
Seperti kata-kata mutiara Soekarno Beri aku 10 pemuda, niscaya akan
kuguncang dunia.
3.2 Penokohan
Tokoh merupakan seseorang yang memerankan suatu sikap atau karakter
dalam sebuah karya sastra. Dalam prosa, sikap atau karakter tokoh disebut
penokohan, sedangkan dalam drama disebut sebagai perwatakan.
Dalam naskah drama Melawan Kutukan terdapat dua tokoh yang paling
berperan penting. Yakni, Ken Arok dan Gendon. Adapun penokohannya
digambarkan sebagai berikut:
a. Gendon

: Anak muda yang kritis dan berpikir jauh akan negerinya.

Seperti digambarkan pada kutipan berikut:


Gendon: Tidak! Kalau aku sendiri tidak punya
beban berat, tetapi kalau melihat masa depan bangsa
dan negara ini aku wajib punya, punya beban berat.
Aku kan pengganti orangtua. Bayangkan betapa
enaknya orang-orang tua mengatakan anak muda dan
remaja Indonesia adalah penerus bangsa, tetapi apa
yang ditinggalkan buat kami anak-anak muda dan
remaja ini. Apa? (MT: 9)
Tokoh Gendon dalam naskah drama ini memiliki sifat yang mencintai
negeri, hal ini ditunjukkan dengan cara berpikirnya.
b. Ken Arok: seorang pembunuh, perebut istri orang.
Ken Arok: Sudahlah, kau pasti tahu sendiri
siapa saya ini. Belum waktunya kau tanya aku ini
siapa. Kau sedang apa di sini? Kenapa kau malammalam berada di lapangan yang sepi ini apalagi angin
dingin berhembus kencang malam ini. Yang perlu kau
ketahui aku adalah seorang pembunuh. Pembunuh
besar tetapi akhirnya aku malah ditulis dalam sejarah
besar di negeri ini. (MT: 5)

Seperti diketahui oleh banyak orang Ken Arok adalah orang yang
membunuh suami Ken Dedes. Setelah melakukan pembunuhan ia malah menikah
dengan Ken Dedes. Dalam naskah ini pun dijelaskan atas hal tersebut, seperti
pada kutipan di atas.
Dari pembahasan tema dan penokohan itu bisa diperoleh data tentang
karakter dalam naskah drama Melawan Kutukan.
3.3 Karakter dalam naskah drama Melawan Kutukan
Seperti dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, karakter merupakan
sifat, perilaku, akhlak, watak, tabiat, dan budi pekerti. Secara garis besar karakter
dapat digolongkan ke dalam dua kategori, yakni karakter positif atau protagonis
dan karakter negarif atau antagonis.
Dalam naskah drama Melawan Kutukan tokoh Gendon bisa dikatakan
sebagai karakter positif atau protagonis. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan
berikut:
Gendon: Pak, kenapa diam, saya minta maaf kalau apa yang
kukatakan ini amat kasar dan menyinggung perasaanmu. Menangis dan
diam saja itu tak menyelesaikan persoalan apalagi mengurangi dosa-dosa
bapak sebagai seorang pembunuh. Jangan terlalu serius pak nanti makin
berat pikiran bapak. Santai saja pak! (MK: 9)
Pada kutipan di atas dijelaskan jika Gendon meminta maaf atas katakatanya yang dirasa kasar sehingga takut menyinggung perasaan Ken Arok.
Sementara itu, Ken Arok memiliki karakter tidak baik atau antagonis. Hal
ini bisa digambarkan pada kutipan berikut:
Ken Arok: Ya akulah pembunuh tetapi itu sejarahku masa lalu.
Semua itu kulakukan dengan keberanianku sendiri tidak melibatkan orang
lain, apalagi atas nama rakyat seperti sekarang ini. Atas nama rakyat.
Rakyat yang mana? Semua itu kulakukan atas namaku sendiri. (MK: 5)
Pembunuhan atas nama apapun di dunia ini tidaklah dibenarkan, kecuali
dia membunuh secara tidak sengaja seperti untuk melindungi diri atau berperang
untuk menegakkan agama dan negaranya. Pembunuhan yang dilakukan Ken Arok

itu sendiri atas nama cinta, guna merebut istri orang lain, dan hal tersebut tidak
dibenarkan dalam agama dan adat-istiadat manapun.
3.4 Nilai-Nilai Karakter dalam drama Melawan Kutukan
Nilai merupakan sesuatu yang abstrak dalam diri manusia yang
mendorong sikap dan tingkah laku sehari-hari. Pemerintah dalam kebijakannya
mengeluarkan aspek-aspek nilai karakter yang berjumlah delapan belas. Di dalam
naskah drama Melawan Kutukan ada beberapa nilai-nilai karakter, sebagai
berikut:
1. Religius adalah sikap dan perilaku patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianut, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan
hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Di dalam naskah drama Melawan Kutukan nilai religius terdapat
pada kutipan berikut:
COWOK-CEWEK: Gendon Gendon ayo kembali ke rumah kita
kagi. Aku mendukung sumpahmu Gendon. Kami sudah muak
dengan sumpah atau yang tertulis dalam kitab-kitab tentang
peperangan dan pembunuhan yang tak pernah selesai. Jangan
percaya itu semua. Tuhan Maha Damai dan Tuhan Maha Kasih.
Tuhan Maha Cinta. Ia pasti cinta pada negeri ini.
Seperti diketahui, sifat Tuhan Maha Damai, Tuhan Maha Kasih,
Tuhan Maha Cinta ada dalam setiap agama termasuk agama yang hidup di
Indonesia. Pereprangan dan pembunuhan yang terjadi atas nama agama
sekalipun tidak pernah disebabkan agama, namun hawa nafsu manusia.
2. Jujur adalah perilaku dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
Dalam naskah ini, perilaku jujur digambarkan pada percakapan Ken Arok
dan Gendon seperti digambarkan pada kutipan berikut:
Gendon

: Kenalkan namaku Gendon, dan kau?

Ken Arok
: Oh tidak penting nama itu, tetapi kau pasti kenal
dengan aku sekaligus dengan sejarah hidupku. What is name? Kata
William Shekaspeare. Ya to? Yang penting apa yang ada dalam benak itu.
Nama itu sendiri tak penting. Bagaimana setuju?

GENDON TAK MENGERTI APA YANG DIKATAKAN KEN


AROK.
Ken Arok
: Sudahlah, kau pasti tahu sendiri siapa saya ini.
Belum waktunya kau tanya aku ini siapa. Kau sedang apa di sini? Kenapa
kau malam-malam berada di lapangan yang sepi ini apalagi angin dingin
berhembus kencang malam ini. Yang perlu kau ketahui aku adalah seorang
pembunuh. Pembunuh besar tetapi akhirnya aku malah ditulis dalam
sejarah besar di negeri ini.
Gendon

: Pembunuh besar?

(MK: 4-5)
Kejujuran dalam dialog tersebut tercermin dari tokoh Ken Arok
yang mengakui kesalahannya telah membunuh seseorang di masa lalu
pada Gendon. Mereka pun terus melakukan dialog, sehingga kejujuran
demi kejujuran lain terungkap. Akhirnya, Gendon mengetahui siapa Pak
Tua yang berbicara dengannya, tak lain adalah Ken Arok. Hal ini
diperjelas pada kutipan berikut:
Gendon

: Jadi bapak Ken Arok?

Ken Arok
: Benar, akulah Ken Arok itu anak muda. Sekarang
apa yang akan kaulakukan terhadapku kalau sudah ketemu ini? Akan
mengumpatku? Umpatlah. Mau menghukumku? Hukumlah atau mau
membunuhku bunuhlah Aku telah siap karena aku telah siap menerima itu
semua. Yang penting aku merasa bahagia karena telah bertemu denganmu
dan langsung bisa bercerita denganmu anak muda.
(MK: 17)
3. Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan mengetahui lebih mendalam
dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.
Dalam naskah drama Melawan Kutukan rasa ingin tahu dapat
digambarkan pada kutipan berikut:
Gendon
: Hallo ada apa? Oh ya, ya aku segera
pulang, tetapi sekarang masih berbicara dengan pak tua pembunuh
ini apa? Ya dia seorang pembunuh menurut pengakuannya. Nggak
aku bisa jaga diri sayang. Pembunuh tapi sabar. Tampaknya ia
menyesali apa yang telah dilakukan. Oh nggak, nggak usah nanti
saja kalau aku perlu tak bel lagi. Okey? Ya selamat malam. Hatihati ya sayang.
(MK: 9)

Pada kutipan di atas dijelaskan, rasa ingin tahu Gendon yang


berlebih akan sosok pak tua yang mengatakan dirinya seorang pembunuh.
Terkadang, rasa ingin tahu seseorang akan sesuatu itu begitu berlebih.
Namun, jangan sampai rasa ingin tahu itu membuat orang tersebut salah
dalam menempatkannya di dunia sehari-hari. Seperti pada naskah drama
tersebut, Gendon yang memiliki rasa ingin tahu berlebih itu tidak bisa
dijadikan contoh. Karena bisa saja orang yang kita ajak bicara merasa
daerah privasi-nya ingin diketahui, bukan tidak mungkin akan membuat
kemarahan.
4. Semangat kebangsaan adalah cara berpikir, bertindak, dan berwawaan
yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
diri dan kelompok.
Pada naskah drama Melawan Kutukan nilai karakter semangat
kebangsaan ini dapat digambarkan pada kutipan berikut:
Gendon
: Tidak! Kalau aku sendiri tidak
punya beban berat, tetapi kalau melihat masa depan bangsa dan
negara ini aku wajib punya, punya beban berat. Aku kan pengganti
orangtua. Bayangkan betapa enaknya orang-orang tua mengatakan
anak muda dan remaja Indonesia adalah penerus bangsa, tetapi apa
yang ditinggalkan buat kami anak-anak muda dan remaja ini. Apa?
(MK: 8)
Pada kutipan di atas menunjukkan semangat kebangsaan Gendon
yang melihat masa depan bangs dan negaranya memiliki beban berat. Dia
(Gendon) sebagai pemuda memiliki tugas yang teramat penting akan
bangsanya, namun kebanyakan orang-orang tua memberi warisan tak
berharga bagi bangsa, contoh: perusakan lingkungan, korupsi, saling
memperebutkan kekuasaan sekalipun dengan berbagai macam cara.
5. Bersahabat/komunikatif : tindakan yang memerlihatkan rasa senang

berbicara bergaul, dan bekerja sama.

Dalam naskah drama Melawan Kutukan sikap bersahabat atau


komunikatif ini tercermin pada kutipan berikut:
Ken Arok
: Aku senang sekali dan bahagia bertemu
dengan anak muda seperti kamu. Anak muda yang kritis berani
berpendapat untuk perdamaian. Oh Sang Pembuat Hidup terima
kasih telah kau pertemukan aku dengan generasi dan pewaris
bangsa yang masih berpikir dan berakal sehat untuk keselamatan
negeri ini.
Gendon
: Jangan terlalu menyanjung pak tua
aku makin bingung nantinya mau berbuat kalau mendapat
sanjungan semacam itu. Biasa sajalah pak tua.
(MK: 16)
Pada kutipan di atas digambarkan keakraban antara Gendon dan
Ken Arok. Ken Arok yang memuji Gendon, dan Gendon yang bersifat
rendah hati menyikapi pujian tersebut. Padahal, jika membaca kutipankutipan sebelumnya, nilai bersahabat atau komunikatif itu tidak tergambar.
Apalagi Gendon sempat takut mendengar penuturan Ken Arok yang
mengatakan jika dirinya adalah seorang pembunuh, seperti digambarkan
pada kutipan berikut:
Ken Arok
pembunuh?
Gendon

: Kau takut ketemu aku karena aku seorang


: Ya.

Ken Arok
: Kenapa aku harus kau takuti meski aku
nggak pernah dihukum. Aku menyesal dan itu aku tak ingin lagi
menjadi pembunuh kepada siapa saja termasuk kepadamu anak
muda. Aku menyesal sekali sampai aku merasa berdosa dan
terhukum kalau ingat apa yang telah aku lakukan. Aku ingin
bertobat dan benar-benar menyesali apa yang telah aku lakukan.
Sayang masih banyak orang yang menganggap aku, aku pahlawan
karena aku dinggap laki-laki sejati, laki-laki perkasa, padahal itu
amat salah.
(MK: 5-6)
Pada hakikatnya, dalam kehidupan sehari-hari begitu banyak orang
yang menilai seseorang hanya dari tampilan luarnya saja. seperti
pada tokoh Gendon yang awalnya takut akan sikap Ken Arok
lambat laun dia merasa nyaman berbicara dengan Ken Arok. Maka

dari itu, tampilan luar sesoeorang belum berarti menampilkan


tampilan dalam (hati dan pikiran).
6. Tanggung jawab : sikap dan perilaku untuk melaksanakan tugas dan

kewajiban yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat,


lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan.
Dalam naskah drama Melawan Kutukan, karakter tanggung
jawab digambarkan sebagai berikut:
Gendon
: Tidak! Kalau aku sendiri tidak
punya beban berat, tetapi kalau melihat masa depan bangsa dan
negara ini aku wajib punya, punya beban berat. Aku kan pengganti
orangtua. Bayangkan betapa enaknya orang-orang tua mengatakan
anak muda dan remaja Indonesia adalah penerus bangsa, tetapi apa
yang ditinggalkan buat kami anak-anak muda dan remaja ini. Apa?
(MK: 8)
Tanggung jawab Gendon sebagai pemuda dalam naskah drama ini
adalah menjadi penerus bangsa yang wajib memperindah bangsanya.
Selain itu, tanggung jawab Gendon sebagai pribadi dapat digambarkan
pada kutipan berikut:
Ken Arok
: Jangan omong begitu kamu masih remaja
dan muda. Belajar saja yang pinter dan menjadi anak baik.
Gendon
: Lho yok apa se rek bapak ini.
Katanya aku ini pengganti generasi bapak harus kritis dan tak
boleh santai. Omong begitu saja dilarang dan nggak boleh,
bagaimana to bapak ini? Repote rek rek. Mangkane.
Ken Arok

: Kenapa bicara mangkane?

Gendon
: Mangkane, pelajaran di sekolah dan
di kehidupan tidak pernah sama. Yang dipercaya pelajaran di
sekolah atau di kehidupan kita ini pak? Terus diamalkan atau
dihafalkan?
(MK: 10)
Pada kutipan di atas, digambarkan tentang tanggung jawab Gendon
sebagai pemuda (generasi penerus bangsa) adalah belajar. Meskipun, ilmu

yang diperoleh dari sekolah dan kehidupan jelas berbeda. Ilmu di sekolah
dihafalkan untuk mempermudah dalam pengerjaan soal-soal, sedangkan
ilmu di kehidupan diperoleh untuk diamalkan.
Meskipun, nilai-nilai karakter baik digambarkan dalam naskah
drama tersebut. Namun ada beberapa hal yang perlu digaris bawahi.
Ternyata setelah ditelaah lebih lanjut, naskah drama ini memiliki kata-kata
arkais, seperti digambarkan pada kutipan berikut:
Gendon
: Bangsat bajingan kamu jahat.
Sampai hati kau lakukan itu semua. Betapa terhinanya pikiran dan
perbuatanmu. Nista dan busuk!
(MK: 6)
Gendon
MENGUMPAT TETAPI
MENGGERUTU.)

:
Jancuk,
jancuk.
(BUKAN
SEKEDAR SADAR DIRI DAN

Maaf pak, Suroboyoku keluar. Hanya sebagai tanda


persahabatan.
(MK: 11)

Dari kutipan di atas, ada tiga kata arkis (kasar), contoh: (1)
Bangsat yang diartikan sebagai orang bertabiat jahat atau orang yang
tidak tahu diri. (2) Bajingan diartikan sebagai penjahat atau pencopet,
bisa juga sebagai kata makian. (3) Jancuk merupakan sebuah ungpatan
yang biasa dilakukan oleh orang Jawa tuturan kasar dan biasanya sering
diucapkan oleh orang-orang Surabaya sebagai umpatan atau menggerutu
bahkan dijadikan kebiasaan sehari-hari. Sebagai pemuda, seharusnya
menghindari penggunaan kata-kata tersebut, apalagi mengucapkannya
pada orang yang lebih tua karena bisa mengurangi rasa hormat atau
dianggap sebagai tindakan kurang sopan.

BAB IV. KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil telaah dari naskah drama Melawan Kutukan dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Tema dalam naskah tersebut adalah peran anak muda di masa depan.
2. Tokoh yang ada dalam naskah tersebut, memiliki sikap dan sifat yang
berbeda.
a. Gendon : Anak muda yang kritis dan berpikir jauh akan negerinya.
b. Ken Arok : seorang pembunuh, perebut istri orang.
3. Karakter dalam naskah drama Melawan Kutukan tokoh Gendon bisa
dikatakan sebagai karakter positif atau protagonis. Sementara itu, Ken
Arok memiliki karakter tidak baik atau antagonis.
4. Nilai-nilai karakter yang terkandung dalam naskah tersebut ada enam,
yakni: (a) Religius, (b) Jujur, (c) Rasa ingin tahu, (d) Semangat
kebangsaan, (e) Bersahabat atau komunikatif, (f) Tanggung jawab.
Meskipun memiliki nilai-nilai karakter yang baik, ternyata naskah tersebut
juga memiliki kata-kata kasar atau arkais, yakni: (a) Bangsat,

(b)

Bajingan, (c) Jancuk.

DAFTAR PUSTAKA
Mutiah, Arju. 2013. Pengembangan Karakter dalam Pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia. Yogyakarta: Gress Publishing.
Nurgiantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.
Setyaning, Tri Rasa. 2011. Analisis Konflik dalam Naskah Drama Stella Karya
Wolfgang Von Goethe Melalui Pendekatan Psikologi Sastra. Yogyakarta: Skripsi,
Tidak Diterbitkan.
Sucipta, Ganda. 2014. Analisis Naskah Drama Pelacur dan Sang Presiden
Karya Tatna Sarumpaet dengan Pendekatan Feminisme. Bengkulu: Skripsi, Tidak
Diterbitkan.
Suhartono. 2013. Karakter dan Budaya Bangsa dalam Pengajaran Berbasis Teks.
Yogyakarta: Gress Publishing.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
Ada 2 yang lupa daftar pustakanya, yakni web naskah dan web biodata pengarang.
Janhgan lupa ya Trisno!

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. BIODATA PENGARANG
Hardjono W.S., lahir dari pasangan R.W. Soetrisno dan Rr. Roekminiwati di
Bondowoso, tanggal 11 Maret 1945 dengan nama lengkap R. Soehardjono. Ketika
ayahnya sakit ia meminta izin untuk mengubah namanya dari R. Soehardjono
menjadi Hardjono Wieyosoetrisno yang kemudian disingkat menjadi Hardjono
W.S.
Sejak kecil ia suka berkesenian dan jalan-jalan. Tahun 1970 masuk Akademi
Seni Rupa Surabaya (AKSERA) yang ia lakoni setelah dua tahun berada di
Sumatra Selatan. Sempat kuliah di fakultas hukum tapi tidak selesai, yang
akhirnya pendidikan yang tamat adalah pendidikan guru. Sebelum aktif menulis,
ia lebih dulu bergiat di seni rupa, dan baru yakin sebagai penulis pada tahun 1972
hingga

sekarang.

Selain

itu

juga

sebagai

pelopor

pertama

teater anak di Surabaya, yang ia dirikan tahun 1972. Tiga naskah anak-anak
menang di Dewan Kesenian Surabaya. Di surabaya ia dikenal sebagai The Camp
di

bidang

penulisan

mulai

dari

menulis

puisi,

cerita

pendek,

naskah teater dan televisi, dongeng sampai novel mendapat nomor utama baik
tingkat regional maupun nasional.
Dari tahun 1972-1995 selalu mendapat hadiah dari sayembara penulisan, di
antaranya:
1. Puisi Adakah suara malam ini , juara se-Jawa Timur versi Dewan Kesenian
Surabaya.
2. Tiga naskah teater anak-anak juara se-Jawa Timur versi Dewan Kesenian
Surabaya.
3. Tiga naskah teater anak-anak juara tingkat nasional versi Dewan Kesenian
Jakarta dan Pengembangan Kesenian di Jakarta.

4. Dua naskah teater dewasa, masing-masing Pasar dan Pabrik juara tingkat
nasional versi Pengembangan Kesenian dan kebudayaan dan PGI di Jakarta.
5.

Naskah

televisi

juara

tingkat

nasional

versi

TVRI

Surabaya.

6. Puisi Anak kecil bermain-main dan biarkan saja. Juara tingkat nasional versi
sebuah harian di Jakarta.
7. Naskah teater anak-anak dan remaja juara se-Jawa Timur versi Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Timur di Surabaya.
8. Dua naskah cerita pendek juara se-Jawa Timur versi Dewan Kesenian
Surabaya.
9. Naskah Dongeng juara tingkat nasional versi BP7 Pusat Jakarta.
10. Naskah novel (cerita bersambung) Titik Akhir juara nasional versi harian
Suara Pembaharuan di Jakarta.
11. Dua naskah drama menjadi pemenang dalam Lomba penulisan naskah drama
remaja oleh Taman Budaya Jawa Timur, masing-masing Nimok Aku Cinta Kamu
dan Srikandi Edan.
Selain itu ia juga menggarap teater anak-anak mulai dari Kelompok Kelinci
(1972-1983), Teater Panti Asuhan Don Bosco (1983-1990) dan teater Ponakan
(1992-1995)

yang

selalu

memainkan

naskahnya

sendiri,

dan

naskah

asing yang diadaptasi sendiri misalnya Heidi dari penulis Jerman, Le petiti Prince
dari penulis Prancis dan Pak Kampret yang Jempolan karya penulis Jerman dan
sempat pentas di beberapa desa terpencil.
Selain itu ia juga suka berorganisasi, organisasi yang pernah ia ikuti sebagai
berikut:
1. Tiga periode menjabat anggota Dewan Kesenian Surabaya Biro Sastra
kemudian Biro teater dan Film.
2. Wakil ketua pengurus KEPAL (Kelompok Pecinta Anak dan Lingkungan).
3. Wakil ketua Lembaga bantuan buku di Surabaya.
4.

Ketua

Yayasan

Ibunda

(Yayasan

anak

dan

remaja).

5. Penanggung jawab sekaligus pembawa acara Bina Teater di TVRI Surabaya


sekitar 4 tahun.

6.

Ketua

dewan

Kesenian

Kabupaten

Mojokerto.

Beberapa karyanya yang dimainkan kawan-kawan senimannya, antara lain


Lileo, the Kutilang Bird oleh Linda Yosephine dan Ekkes School of Ballet,
Surabaya, Maret 1999; Warisan Mak Yah oleh Ludruk Karya Budaya
Mojokerto dalam festival ludruk se-Jawa Timur di Gedung Utama Kompleks
Balai Pemuda Surabaya.
Tiga Penghargaan telah diterimanya, masing-masing dari Lembaga IndonesiaAmerika lewat Dewan Kesenian Jakarta berupa award khusus teater, dari
Direktorat

Pengembangan

Kesenian

dan

Kebudayaan

di

Jakarta,

dan

Gubernur Jawa Timur sebagai seniman kreator tahun 2000. naskah anak-anaknya
yang berjudul Layang-layang diterbitkan oleh UNESCO dalam sebuah buku
berjudul

Together

in

dramaland

bersama

14

pengarang

AsiaAfrika.

Sampai sekarang masih terus menulis, menggarap teater anak-anak, mematung.


Saat ini sedang menekuni program Kebun Kreatif (Bonkre) yaitu belajar
mendongeng,

menulis,

baca

puisi,

drama

anak-anak

di

Desa

Jatidukuh, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Dan


tinggal bersama istri dan putra tercinta, Marwiyah Derang dan Pramudya Sang
Aru Bintang. Telah menulis 20 judul buku antara lain Celoteh Tikus dan Merpati,
Pizza

dan

puisi,

Yok

Bermain

Teater

Yok,

Sanggarku Dermagaku, Tamu dari Jati, Apa Kabar Pak Wo? Surat-surat Orang
Pulau, Titik Akhir, Garis Lengkung, Rumah di persimpangan, Wayan Aku Cinta
Kamu,

Dua

Perempuan,

Rumah

di

Depan

Langgar,

Kisah

Seekor burung Kutilang, Buku Harian Seorang Perempuan, Bulik Asih, Panglima
Perang, Tanah Ganjaran, Saumi, Panggil Aku Mbak, Yant, Kereta terakhir, Teater
anak

atau

teater

untuk

anak-anak

kecil

tentang

teater.

Meja dan Kursi dari pangkal batang kelapa (Trubus Agrisarana, Surabaya 1998).
Beberapa karyanya yang telah terbit dalam antologi puisi bersama, antara lain
Antologi Empat Penyair bersama Jil P. Kalaran, Sabrot D Malioboro, Abdul
Qodir; Omonga Apa Wae Kumpulan puisidan geguritan, Festival Cak
Durasim, 2000; Bunga Rampai Bunga Pinggiran, Antologi Puisi Parade seni WR.

Soepratman 1995; Mojokero dalam puisi, Dewan Kesenian Kota Mojokerto;


Memo Putih, Antologi Puisi 14 Penyair Jawa Timur.
Alamat: Desa Jatidukuh Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto Jatim.
Email: Jatidukuh@yahoo.com,
HP 08785 64 29226

B. NASKAH DRAMA MELAWAN KUTUKAN


Juara Harapan II Lomba Penulisan Naskah Drama Remaja Dewan Kesenian
JATIM 2008.
MELAWAN KUTUKAN
Penulis naskah : HARDJONO WS.

SINOPSIS

: Sejarah negeri ini selalu ribut dengan adanya pertumpahan


darah. Dari pemimpin satu ke pemimpin ke dua atau ke
berikutnya, dan selalu rakyat serta anak muda yang jadi korban.
Salah satu penyebabnya mungkin masyarakat masih banyak
yang mempercayai bahwa ini semua karena atau akibat
kepercayaan tentang kisah keris Empu Gandring atau sumpah
dan kutukan Sang Empu Gandring. Tampaknya ini yang
membuat anak muda yang kritis si Gendon berpikir keras untuk
mencoba melakukan dialog-dialog, sehingga suatu malam
benar-benar ia bisa dialog imaginer dengan seorang pelaku
tokoh sejarah ini yaitu Ken Arok.
Dari dialog imaginer inilah akhirnya Gendon bersama teman
temannya

yang

mewakili

generasi

sekarang

ini

untuk

melakukan perlawanan dan tidak percaya atas kesaktian


kutukan ini. Ini semua dengan harapan agar kutukan itu tidak

dipercaya terus oleh generasi berikutnya. Negeri ini rindu


damai, karena hakekatnya Tuhan itu sendiri Maha Damai. Dan
dari persoalan ini naskah teater ini saya angkat.

Tokoh-tokohnya:
1.

Anak muda (si Gendon)

2.

Ken Arok

3.

Pemain pembantu antara lain: Empu Gandring, Tunggul


Ametung, Ken Dedes, Kebo Ijo, Anusapati dan Toh Jaya

4.

Beberapa remaja sebagai teman Gendon

LAYAR DIBUKA, TAMPAK KAIN PUTIH DAN DI BELAKANGNYA ADA


ADEGAN

EMPU GANDRING DENGAN

SEMENTARA

TAMPAK JUGA

MEMEGANG PERUTNYA

KEN AROK DENGAN GAGAHNYA

MEMEGANG KERIS EMPU GANDRING. ADEGAN ITU DIIRINGI


TEMBANG.
Dhuh dewaning jagat ray ambo tan kuwat nandang gunging
rudatin.
Paringo dasih pitulung mbirat kehing cintraka.
Datan pegat hayuning sun pudyo astute sirnaning kang rubedo

paduko ingkang angesti.

DIALOG

: Anak muda yang sedang lupa diri, benarkah yang kaulakukan


itu. Aku tak rela semua ini terjadi. Ingat, ingatlah anak muda
kematian pasti datang kepada setiap waktu. Dewa yang maha
agung dengarkan sumpahku ini. Aku bersama keris itu akan
menyatukan diri dan tidak terima dengan cara-cara kematianku.
Aku akan terus mengejar sebelum tujuh jiwa bahkan kalau
mungkin tujuh turunan melayang jiwanya bersimbah darah.
Dengarkan Dewa dengarkan sumpahku ini.

LANSUNG DITIMPALI DENGAN SUARA-SUARA.


Padamkan dendam kutukan kejam. Padamkan dendam kutukan
kejam. Padamkan dendam kutukan kejam. Padamkan dendam
kutukan kejam.
DI SELA-SELA UCAPAN ITU ADA TEMBANG KEMATIAN.
Layon-layon wedi mati Gedongana kuncenana wong mati nora
wurungo.
Ripada pada-pada sayung mboke lara.
Ripada pada-pada sayung wedi mati.
Gedongana kuncenana wong mati nora wurungo

KAIN PUTIH ITU LENYAP BEGITU JUGA KEN AROK DAN EMPU
GANDRING. KEMUDIAN TAMPAK HANYA LAYAR HITAM SAJA DAN
TAMPAK KEN AROK SEDANG DUDUK TEPEKUR DENGAN PAKAIAN
SEDERHANA. SEBENTAR LAGI KELUARLAH SEORANG ANAK MUDA
(GENDON) DENGAN MEMBAWA HP NYA.
GENDON

: Ya, aku sekarang sedang ada di lapangan. Ya ya sebentar lagi.


Ya ya memang malam ini. Dingin. Ya aku tahu. Aku bisa
menjaga diri. Oh ya angin malam ini berhembus dingin. Sama
di tempat ini. Oh ya sebentar, ya ini ada seorang teman laki-laki
sedang susah. Ya ya ya boleh boleh. Ya selamat malam.

ANAK MUDA ATAU GENDON INI MELIHAT SESEORANG ITU ATAU KEN
AROK DAN TAMPAKNYA SEDIKIT KENAL.
GENDON

: Selamat malam.

KEN AROK MASIH DIAM TAK MENYAHUT.


KEN AROK : Oh selamat malam. Tampaknya aku pernah merasa kenal tetapi
lupa. Di mana kita pernah bertemu?
Oh mungkin dalam sejarah.

GENDON

KEN AROK :

Sejarah? Sejarah siapa? Sejarah orang tua kita?


Bukan, tetapi sejarah negeri kita sendiri. Sejarah yang telah
menulis kisah-kisah yang ada di negeri ini.
Sejarah negeri kita sendiri Indonesia?

GENDON

: Ya.

KEN AROK :
GENDON MENGINGAT INGAT WAJAH KEN AROK TETAPI TETAP TAK
DIKETAHUI. TIBA-TIBA HP NYA BERBUNYI. KEN AROK MELIHAT
DENGAN ANEH TETAPI TAK TERKEJUT, KEMBALI TERPEKUR. ANAK
MUDA MEMEGANG HP.
GENDON

: Sebentar, tampaknya aku kenal dengan seorang teman lama. Ya


laki-laki gagah, tetapi belum kukenal dengan jelas nama dan
alamatnya. Apa? Oh ya, dont worry sayang aku bisa jaga diri.

KEN AROK MELIHAT DENGAN HERAN.


GENDON

: Kenalkan namaku Gendon, dan kau?

KEN AROK : Oh tidak penting nama itu, tetapi kau pasti kenal dengan aku
sekaligus dengan sejarah hidupku. What is name? Kata William
Shekaspeare. Ya to? Yang penting apa yang ada dalam benak
itu. Nama itu sendiri tak penting. Bagaimana setuju?
GENDON TAK MENGERTI APA YANG DIKATAKAN KEN AROK.
KEN AROK : Sudahlah, kau pasti tahu sendiri siapa saya ini. Belum waktunya
kau tanya aku ini siapa. Kau sedang apa di sini? Kenapa kau
malam-malam berada di lapangan yang sepi ini apalagi angin
dingin berhembus kencang malam ini. Yang perlu kau ketahui
aku adalah seorang pembunuh. Pembunuh besar tetapi akhirnya
aku malah ditulis dalam sejarah besar di negeri ini.

Pembunuh besar?
Ya akulah pembunuh tetapi itu sejarahku masa lalu. Semua itu
GENDON

kulakukan dengan keberanianku sendiri tidak melibatkan orang


lain, apalagi atas nama rakyat seperti sekarang ini. Atas nama

KEN AROK :

rakyat. Rakyat yang mana? Semua itu kulakukan atas namaku


sendiri.
Tak pernah dihukum?
Sama sekali belum pernah aku dihukum. Kau sendiri siapa anak
muda?

GENDON

KEN AROK :

Nggak usah tahu.


Kenapa?
Nggak apa apa.

GENDON

KEN AROK :
GENDON

Kau takut ketemu aku karena aku seorang pembunuh?


Ya.
Kenapa aku harus kau takuti meski aku nggak pernah dihukum.
Aku menyesal dan itu aku tak ingin lagi menjadi pembunuh

KEN AROK : kepada siapa saja termasuk kepadamu anak muda. Aku
GENDON

: menyesal sekali sampai aku merasa berdosa dan terhukum kalau


ingat apa yang telah aku lakukan. Aku ingin bertobat dan benar-

KEN AROK :

benar menyesali apa yang telah aku lakukan. Sayang masih

banyak orang yang menganggap aku, aku pahlawan karena aku


dinggap laki-laki sejati, laki-laki perkasa, padahal itu amat
salah.
Kenapa itu kau lakukan?
Karena cinta dan dicintai akhirnya kami berdua sepakat untuk
membunuh pasangan perempuan itu, dan aku mendapatkan
perempuan-perempuan itu dan menjadi istriku yang syah sampai
mendapatkan anak seorang.
Jadi kau bunuh pasangan perempuan itu?

GENDON

KEN AROK :

Ya kenapa?
Bangsat bajingan kamu jahat. Sampai hati kau lakukan itu
semua. Betapa terhinanya pikiran dan perbuatanmu. Nista dan
busuk!
Oh sabar anak muda jangan gampang emosi dan marah
semacam itu. Dengarkan dulu alasanku kenapa aku harus
lakukan itu semua.

GENDON

:
Jangan banyak alasan. Alasan apapun membunuh orang itu

KEN AROK :
GENDON

salah hukumnya, apalagi yang dibunuh tak jelas benar salahnya.

KEN AROK :

GENDON

SI GENDON ITU TIBA-TIBA

TERMENUNG KEMUDIAN MENUJU

SEBUAH TEMPAT DAN MENANGIS TERSEDU SEDU MENANGIS MAKIN


LAMA MAKIN KERAS.
KEN AROK : Anak muda, kenapa kau menangis? Tak pantas anak laki-laki
menangis semacam itu.
GENDON TETAP SESENGGUKAN TETAPI MUKANYA DITUTUPI KEUA
TELAPAK TANGANNYA.
KEN AROK : Hei anak muda hentikan tangismu itu. Tak selayaknya kau
menangis. Kenapa menangis?
GENDON MENERAWANG JAUH ENTAH APA YANG DIPERHATIKAN.
GENDON

: Kakekku mati dibunuh. Banyak orang yang terbunuh di negeri


ini.

KEN AROK :

Kenapa?
Kenapa?

GENDON

: Teman saling membunuh, saudara saling membunuh, sesama


rakyat saling membunuh dan sekarang aku bertemu sendiri
dengan seorang pembunuh yang tak dihukum. Setiap terjadi
pembunuhan selalu hanya dihentikan dengan kata yang sama
dari waktu ke waktu dari jaman ke jaman dan selalu minta
sebuah kebenaran: Dengar dulu alasanku mengapa aku harus
membunuh?
Jaman mestinya sudah berubah bukan lagi jaman homo homini
lupus siapa yang kuat dialah yang menang dan hukum rimba
terus ditegakkan. Kenapa kau tidak dihukum bapak?
Tidak ada yang berani menghukumku. Aku penguasa, tetapi
akhirnya aku dihukum oleh diriku sendiri.
Anak muda tampaknya kau punya beban berat dalam hidup ini.
Coba ceritakan!

KEN AROK :

Tidak! Kalau aku sendiri tidak punya beban berat, tetapi kalau
melihat masa depan bangsa dan negara ini aku wajib punya,
punya beban berat. Aku kan pengganti orangtua. Bayangkan
betapa enaknya orang-orang tua mengatakan anak muda dan
remaja Indonesia adalah penerus bangsa, tetapi apa yang

GENDON

: ditinggalkan buat kami anak-anak muda dan remaja ini. Apa?


Stop stop jangan terlalu serius anak muda nanti hidupmu makin

berat. Santai sajalah anak muda.


Apa santai? Santai yang bagaimana? Anak muda sekarang
remaja santai. Omong apa ini. Nggak bisa masa depan dihadapi
dengan santai. Harus jelas. Ini tanggung jawab sampeyan orang
tua supaya saya juga menghadapi masa depan ini dengan jelas.
KEN AROK : Ini akibatnya kalau warisan yang diberikan kepada kami tidak
jelas. Salin curiga, saling membunuh. Warisan macam apa ini?!
Jawablah pak tua jawablah dan jangan hanya berkata dengarkan
GENDON

: dulu alasan saya mengapa saya harus membunuh. Akhirnya


minta pembenaran dan dibenarkan! Ijinkanlah saya berkata ini
atas nama remaja dan anak-anak muda. Kami adalah anak-anak
bapak sendiri.
Stop berhenti, hentikan suaramu itu anak muda kalau tidak kau
akan jadi korban berikutnya.

KEN AROK :
GENDON TAKUT MESKI ITU HANYA PURA-PURA MENGANCAM SAJA
KEN AROK TAK BERANJAK DARI TEMPAT DUDUKNYA. TIBA-TIBA IA
MENANGIS SAMBIL MENUTUP MUKANYA DENGAN KEDUA TELAPAK
TANGANNYA.

GENDON

MELIHAT

SEBENTAR

TETAPI

HPNYA

BERBUNYI.
GENDON

: Hallo ada apa? Oh ya, ya aku segera pulang, tetapi sekarang


masih berbicara dengan pak tua pembunuh ini apa? Ya dia
seorang pembunuh menurut pengakuannya. Nggak aku bisa jaga
diri sayang. Pembunuh tapi sabar. Tampaknya ia menyesali apa
yang telah dilakukan. Oh nggak, nggak usah nanti saja kalau
aku perlu tak bel lagi. Okey? Ya selamat malam. Hati-hati ya
sayang.

GENDON MELIHAT KEN AROK DENGAN PERASAAN ANEH KEMUDIAN


MENDEKAT.
GENDON

: Pak kenapa menangis menyesal ya? Sesal dahulu pendapatan


sesal kemudian tak berguna.

KEN AROK DIAM.


GENDON

: Pak, kenapa diam, saya minta maaf kalau apa yang kukatakan
ini amat kasar dan menyinggung perasaanmu. Menangis dan
diam saja itu tak menyelesaikan persoalan apalagi mengurangi
dosa-dosa bapak sebagai seorang pembunuh. Jangan terlalu

serius pak nanti makin berat pikiran bapak. Santai saja pak!
Sekarang aku sudah tidak bisa berpikir serius juga tidak bisa
KEN AROK :

santai.
Terus berpikir cara apa?

GENDON

KEN AROK :

Biasa saja berjalan tinggal mengalir seperti air mengalir.


Tetapi enak kan, bapak tidak dihukum karena bapak seorang
penguasa. Sekarang kan banyak penguasa yang tidak bisa

GENDON

dihukum karena nggak berani. Kebal hukum karena hukum


hanya berlaku untuk orang-orang kecil dan mereka yang tidak
kebal hukum. Buktinya sampeyan membunuh orang juga tidak
dihukum. Ya kan?
Jangan omong begitu kamu masih remaja dan muda. Belajar
saja yang pinter dan menjadi anak baik.
Lho yok apa se rek bapak ini. Katanya aku ini pengganti

KEN AROK : generasi bapak harus kritis dan tak boleh santai. Omong begitu
saja dilarang dan nggak boleh, bagaimana to bapak ini? Repote
rek rek. Mangkane.
GENDON

Kenapa bicara mangkane?


Mangkane, pelajaran di sekolah dan di kehidupan tidak pernah
sama. Yang dipercaya pelajaran di sekolah atau di kehidupan

kita ini pak? Terus diamalkan atau dihafalkan?


KEN AROK : Sudah, sudah jangan terus ngelantur omongmu.
GENDON

: Lho bagaimana to? Ini kan dialog interaktif.

KEN AROK :
GENDON

KEDUANYA DIAM SAMBIL MERENUNG.


GENDON

: Terus bapak sampai sekarang kok tidak pernah dihukum atau


diadili?

KEN AROK :

Lho siapa yang berani mengadili? Siapa yang berani


menghukum. Saya ini penguasa!
Enak ya pak jadi penguasa?

GENDON

:
Jadilah penguasa jangan jadi yang dikuasai.

KEN AROK :
Jancuk, jancuk. (BUKAN MENGUMPAT TETAPI SEKEDAR
GENDON

SADAR DIRI DAN MENGGERUTU.)


Maaf

pak,

persahabatan.

Suroboyoku

keluar.

Hanya

sebagai

tanda

Oh nggak apa-apa aku kan mengerti manfaatnya berekspresi.


KEN AROK : Terus kenapa bapak merenung dan berpikir berat tadi?
GENDON

: Jangan dipikir penguasa itu tidak bisa dihukum. Aku juga

KEN AROK :

akhirnya dihukum mesti tidak lewat pengadilan dihukum oleh


diriku sendiri. Mati dalam hidup.
Jadi bapak adalah
(CEPAT) Stop! Jangan tergesa gesa menuduh nanti tak gebuk

GENDON

KEN AROK :

kau.
(CEPAT) Maaf pak maaf aku harus tutup mulut.
Terima kasih. Dihukum oleh anakku sendiri dan bukan anak

GENDON

: kandung.

KEN AROK : (CEPAT) Jadi kalau nggak salah bapak adalah.


(CEPAT) Stop sekali lagi jangan cepat-cepat menuduh tidak
GENDON

KEN AROK :

baik anak muda yang sok tahu.


Ya ya pak aku minta maaf aku harus tutup mulut dulu.
Bukankah aku ingin kenal dengan bapak.
Baikkah kau nanti pasti kenal dan tahu siapa sebenarnya aku ini.

GENDON

: Hukuman itu kurasakan sampai sekarang ini. Dan ini yang


membuat aku makin terpojok menjadi seorang yang menjadikan
anak cucuku saling berbunuhan untuk meraih harapannya dan

KEN AROK : hanya persoalan dendam. Hukuman inilah yang membuatku


makin merasa menjadi orang berdosa sepanjang hari, sepanjang
bulan, sepanjang tahun, sepanjang abad dan sepanjang sejarah
negeri ini anak muda.
BERHENTI SEBENTAR MENGHELA NAFAS PANJANG SEMENTARA
GENDON

MENDENGARKAN

DENGAN

SEGALA

KETIDAK

MENGERTIANNYA. TIBA-TIBA TERDENGAR HP BERDERING SEGERA


DITERIMANYA. LIMA ANAK MUDA CEWEK DAN COWOK SUDAH
BERADA DI BAWAH PANGGUNG DEKAT PENONTON. SALAH SEORANG
CEWEK PEGANG HP NYA.
CEWEK

: Hallo, ya kami sudah dekat Mall Matahari..hallo kok lama


sekali. Temen-temen sudah nunggu lho.

GENDON

Ya, sebentar lagi pembunuh ini menarik sekali, ya bersahabat


nggak usah takut dia baik hati. Tampaknya ia menyesal sekali
sampai menangis segala. Ya lucu. Pembunuh apa bisa nangis.
Cepat lho ya. Mallnya segera tutup.

CEWEK

GENDON

: siapakah pembunuh ini. Oh nggak usah, nggak. Nanti tambah

Ya sabar sedikit sayang, aku belum puas kalau nggak tahu

ramai. Ya ya tunggu di Mall saja atau boleh ke sini tapi jangan


ramai-ramai dan ribut. Di lapangan bola dekat sekolahan kita itu
lho. Pegang ikannya jangan keruh air nya sayang. Okey, ya
selamat malam.

Siapa itu?
Biasa teman-teman. Rekreasi ke Mall setelah ujian selesai.
Enak kamu jaman global. Ada HP ya kan? Nama barang yang
KEN AROK :

kamu pegang itu namanya HP kan. Ada Mall tempat pusat


perbelanjaan. Jamanku dulu tidak ada semua itu.

GENDON

:
Jaman itu?

KEN AROK :
Jaman dahulu kala, jaman kalabendu.
Oh ya.
Anak muda
GENDON

:
Ya.

KEN AROK :
Malam ini aku merasa berbahagia sekali bisa ketemu denganmu.
GENDON

Aku yakin engkau dan teman-temanmu semua yang bisa

KEN AROK : meringankan beban dosaku ini. Sepanjang zaman aku selalu
GENDON

KEN AROK :

dikutuk

orang

meskipun

banyak

orang

membenarkan

tindakanku sehingga membuat mereka menganggap aku patut


menjadi panutan padahal aku tak bisa menipu diri, aku adalah
penjahat besar termasuk perempuan yang akhirnya menjadi
istriku itu. Tolonglah anak muda, permintaan maafku kepada
mereka apa yang menjadi beban hidupku sekaligus beban
matiku yang amat berarti itu.

Pak siapakah kau ini sebenarnya?


Jangan tanya dulu namaku tetapi dengarkan seluruh kisah
hidupku yang tak layak menjadi panutan dan contoh untuk
generasimu kalau ingin negerimu besar dan lebih besar daripada
negeriku sendiri yang lebih besar. Mau kan? Mau kau
mendengar seluruh kisahku?

GENDON

KEN AROK :
MUNCULLAH LAYAR PUTIH LAGI

KE PANGGUNG TERSERAH

BAGAIMANA PROSES KELUAR MASUKNYA NANTI BERSAMA LIMA


PEMAIN SEAKAN MEREKA ADALAH KEN AROK, TUNGGUL AMETUNG
ANUSAPATI, TOHJAYA DAN EMPU GANDRING. EMPAT ORANG DIBUAT
SEDEMIAN RUPA KOMPOSISINYA
ORANG

SALING MEMBELAKANGI (DUA

DAN DUA ORANG) BERDIRI SEAKAN DI POJOKAN EMPAT

BUJUR SANGKAR DAN AKHIRNYA SALING MENDEKAT DENGAN


JALAN MUNDUR. SETELAH DEKAT MEREKA SALING MENGHUNUS
KERIS MEREKA MASING-MASING DAN SEMUA ITU DILIHAT EMPU
GANDRING.
ADEGAN BERIKUTNYA KEN AROK MENUSUK TUNGGUL AMETUNG,
ANUSAPATI MENUSUK KEN AROK, TOHJAYA MENUSUK ANUSAPATI
DAN

EMPU

GANDRING

MENGHUNUS

KERISNYA.

SEMUANYA

TERKAPAR MENINGGAL DAN EMPU GANDRING BERUCAP DENGAN


SUMPAHNYA TERDENGAR LAMAT-LAMAT BACKSOUND.
Padamkan dendam kutukan kejam. Padamkan dendam kutukan
kejam. Padamkan dendam kutukan kejam. Padamkan dendam
kutukan kejam.
MELIHAT ADEGAN ITU DAN SUARA-SUARA ITU ANAK-ANAK MUDA
(CEWEK DAN COWOK) LANGSUNG HISTERI DAN BERLARI-LARI
KELILING PANGGUNG SAMBIL BERTERIAK-TERIAK.
Hentikan peristiwa itu hentikan! Tak pantas adegan semacam itu
untuk kami pewaris bangsa. Bangsa kami bukan bangsa biadap,
bangsa kami bangsa beradap. Hentikan hentikan segera! Masa
depan kita adalah masa depan cinta kasih. Masa depan kita
adalah masa cinta damai. Hentikan hentikan segera!
PELAN-PELAN LAYAR PUTIH ITU MASUK BERSAMA LIMA PEMAIN
TERSEBUT. KEN AROK MASIH DUDUK DI TEMPATNYA SEMULA,
SEMENTARA

GENDON

MASIH

TERENGAH

ENGAH

KEMBALI

KETEMPATNYA SAMBIL MENUTUP MUKANYA DENGAN KEDUA


TELAPAK

TANGANNYA SESEKALI

MENGHENTAKKAN

KAKI

DI

LANTAI PANGGUNG.
KEN AROK : Anak muda betapa berat beban yang harus kuterima selama ini
meskipun aku sendiri telah dibunuh anak tiriku sendiri. Aku rela
telah mati tetapi sumpah itu terus menerus akan hidup dalam

kehidupan sepanjang jaman.


Tidak bisa, aku muak dengan peristiwa itu. Hanya untuk
GENDON

kepentingan diri sendiri mengorbankan banyak orang sampai


anak cucunya. Ini tidak adil dan ini tidak benar. Generasi ke
depan adalah generasi cinta damai dan merindukan cinta kasih.
Itu menurut siapa anak muda?
Itu menurutku, menurut generasiku. Tak butuh perang tak butuh

KEN AROK : saling membunuh. Jaman ini sudah berlalu, bapak. Jaman itu
GENDON

sudah lewat.
Anak muda jangan menjadi generasai napak tilas. Generasi
menjilati telapak kaki para orang tua dulu. Tidak benar. Kita
harus berpikir. Kita punya akal mana yang benar dan mana yang
salah.
Jadi siapa yang salah?
Jangan omong salah dan benar. Semua orang berebut benar dan
semua orang menunjuk semua orang salah.
Aku senang sekali dan bahagia bertemu dengan anak muda

KEN AROK :
GENDON

seperti kamu. Anak muda yang kritis berani berpendapat untuk

: perdamaian. Oh Sang Pembuat Hidup terima kasih telah kau


pertemukan aku dengan generasi dan pewaris bangsa yang

KEN AROK : masih berpikir dan berakal sehat untuk keselamatan negeri ini.
Jangan terlalu menyanjung paktua aku makin bingung nantinya
mau berbuat kalau mendapat sanjungan semacam itu. Biasa
sajalah pak tua.
Tolonglah anak muda. Setelah melihat kisah hidupku tadi
siapakah yang sebenarnya salah?
GENDON

Bapak sendiri yang salah dan yang lebih salah adalah sumpah
serapahnya orang tua yang membawa keris tadi.
Empu Gandring?

KEN AROK : Empu Gandring? (PENUH HERAN)


Ya empu Gandring kan?!
GENDON

: Jadi bapak Ken Arok?


Benar, akulah Ken Arok itu anak muda. Sekarang apa yang akan

KEN AROK :

kaulakukan terhadapku kalau sudah ketemu ini? Akan


mengumpatku? Umpatlah. Mau menghukumku? Hukumlah atau

GENDON

: mau membunuhku bunuhlah Aku telah siap karena aku telah

KEN AROK : siap menerima itu semua. Yang penting aku merasa bahagia
karena telah bertemu denganmu dan langsung bisa bercerita
GENDON

KEN AROK :

denganmu anak muda.


Tetapi kenapa kau masih di sini Ken Arok? Bukankah kau hidup

pada jaman Singosari beberapa ratus tahun yang lalu?


Ya mungkin malam ini aku baru bisa ketempat abadiku setelah
ratusan tahun mencari generasi yang berani menyalahkan aku
apalagi tidak membenarkan Sumpah Empu Gandring dan
menjalankan keinginannya hanya karena membenarkan sumpah
itu. Terima kasih anak muda terima kasih. Pasti negerimu akan
menjadi lebih besar karena tidak selalu napak tilas barang yang
tidak benar dari pendahulunya. Terima kasih aku benar-benar
GENDON

: puas dan bahagia bertemu denganmu di tempat sepi ini. Selamat


malam.

KEN AROK :
BERDIRILAH KEN AROK DAN LANGSUNG MUNDUR SELANGKAH
DEMI SELANGKAH. GENDON LANGSUNG MENDEKATI:
Ken Arok, Ken Arok ke mana kau pergi Ken Arok maafkan aku,
tetapi aku wajib untuk berkata tidak benar kepadamu dan
kepada Empu Gandring demi kejayaan negeri ini. Ken Arok
selamat jalan ke tempat abadimu.
TIBA-TIBA TERDENGAR SUARA COWOK DAN CEWEK ITU.
Gendon di mana kamu. Udara malam amat dingin. Ayo segera
ke mall.
GENDON MELIHAT SEBENTAR KEMUDIAN LANGSUNG BERLARI
MENUBRUK TEMAN TEMANNYA YANG LAIN. DENGAN PANDANGAN

BENGONG TAK MEMBAYANGKAN TELAH BERTEMU DENGAN KEN


AROK TOKOH JAMAN DAHULU KALA YANG TELAH MENOREHKAN
KISAH YANG KONTRAVERSIAL DI NEGERI INI. TIBA TIBA GENDON
LEPAS DARI PELUKAN COWOK CEWEK ITU BERDIRI GAGAH DI
TENGAH PANGGUNG SEMENTARA COWOK CEWEK MELIHAT DENGAN
HERAN.
GENDON

: Hei Ken Arok dengarkan sumpahku ini. Kami anak-anak muda


negeri ini tak percaya sama sekali dengan sumpah empu
Gandring dan sama sekali tak ingin melanjutkan perjalanan
keris Empu Gandring yang membuat negeri kami masih terus
saling berbunuhan perang dan sengketa. Inilah sumpah kami.
Kami rindu damai kami rindu cinta kasih tidak rindu akan
dendam dan berakhir saling berbunuhan. Empu Gandring dan
Ken Arok adalah masa lalu, jaman sekarang adalah jaman rindu
damai dan cinta kasih sayang sesama. Ken Arok, Empu
Gandring dengarkan sumpahku ini demi kejayaan negeri kami.
Gendon Gendon ayo kembali ke rumah kita kagi. Aku
mendukung sumpahmu Gendon. Kami sudah muak dengan
sumpah atau yang tertulis dalam kitab-kitab tentang peperangan

COWOK
CEWEK

dan pembunuhan yang tak pernah selesai. Jangan percaya itu


semua. Tuhan Maha Damai dan Tuhan Maha Kasih. Tuhan
Maha Cinta. Ia pasti cinta pada negeri ini.

LANGSUNG GENDON DIUSUNG OLEH COWOK CEWEK SAMBIL


BERGUMAM:
Padamkan dendam kutukan kejam. Padamkan dendam kutukan
kejam. Padamkan dendam kutukan kejam. Padamkan dendam
kutukan kejam. Padamkan dendam kutukan kejam. Padamkan
dendam kutukan kejam.
TERUS MASUK DAN LAYARPUN TUTUPLAH.

SELESAI

Anda mungkin juga menyukai