MAKALAH
Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan matakuliah Apresiasi Drama
Dosen Pengampu: Dra. Endang Sriwidayati, M.Pd
Oleh
Sutrisno Gustiraja Alfarizi
NIM. 130210402039
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah, Sang Penguasa Ilmu atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah berjudul Naskah Drama Melawan Kutukan
karya Hardjono WS dalam Telaah Karakter dapat diselesaikan dengan baik.
Penyusunan makalah ini tentu tidak lepas dari bantuan dan masukan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih disampaikan kepada pihakpihak berikut.
1) Pak Samo dan Ibu Hatiyani, kedua orangtua yang senantiasa memberi
semangat dan dukungan dalam mencari ilmu.
2) Ibu Dra. Endang Sriwidayati, M.Pd, selaku dosen pengampu matakuliah
Apresiasi Drama kelas D.
3) Rekan-rekan seperjuangan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia angkatan 2013 yang telah memberikan senyum dan semangat
setiap perkuliahan.
4) Pihak-pihak yang dan datang dari masa lalu yang tidak dapat penulis
sebutkan satu-satu.
Semoga Allah memberikan limpahan rahmat yang sepadan atas bantuan
yang telah diberikan dalam penyusunan makalah ini. Mudah-mudahan makalah
ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Amin.
Jember, 23 Mei 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Pembahasan.......................................................................................3
1.4 Manfaat Pembahasan......................................................................................3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
2.1 Hakikat Drama...............................................................................................4
2.2 Konsep Dasar Karakter..................................................................................6
2.3 Nilai-Nilai Karakter........................................................................................8
BAB III. PEMBAHASAN.....................................................................................11
3.1 Tema dalam naskah drama Melawan Kutukan.........................................11
3.2 Penokohan....................................................................................................13
3.3 Karakter dalam naskah drama Melawan Kutukan....................................14
3.4 Nilai-Nilai Karakter dalam drama Melawan Kutukan..............................15
BAB IV. KESIMPULAN.......................................................................................22
4.1 Kesimpulan...................................................................................................22
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL............................................................................................iv
Tabel 2. 3 Nilai-Nilai Karakter.......................................................................10
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN..........................................................................24
A. BIODATA PENGARANG...................................................................24
B. NASKAH DRAMA MELAWAN KUTUKAN................................28
BAB I. PENDAHULUAN
menceritakan tentang mengisahkan cerita sejarah negeri ini selalu ribut dengan
adanya pertumpahan darah. Dari pemimpin satu ke pemimpin ke dua atau ke
berikutnya, dan selalu rakyat serta anak muda yang jadi korban. Salah satu
penyebabnya mungkin masyarakat masih banyak yang mempercayai bahwa ini
semua karena atau akibat kepercayaan tentang kisah keris Empu Gandring atau
sumpah dan kutukan Sang Empu Gandring. Tampaknya ini yang membuat anak
muda yang kritis si Gendon berpikir keras untuk mencoba melakukan dialogdialog, sehingga suatu malam benar-benar ia bisa dialog imaginer dengan seorang
pelaku tokoh sejarah ini yaitu Ken Arok.
Pemilihan naskah drama Melawan Kutukan karya Harjono WS sebagai
objek kajian karena pertama, setelah dilakukan pengamatan naskah drama
mempunyai keterkaitan karakter-karakter. Kedua, naskah drama ini dihasilkan
oleh sastrawan asal Jawa Timur yang telah memiliki banyak prestasi di kanca
nasional. Ketiga, naskah drama ini menjadi juara harapan II dalam lomba menulis
naskah drama remaja yang diadakan oleh Dewan kesenian Jatim.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan telaah karya sastra
dengan menggunakan judul Karakter Tokoh Drama Melawan Kutukan dalam
Telaah Karakter.
terfokus
pada
pementasan
atau
seni
pertunjukannya.
Padahal,
sesungguhnya drama sendiri mempunyai dua dimensi, yakni dimensi sastra dan
dimensi seni pertunjukan. Masing-masing dimensi dalam drama tersebut dapat
dibicarakan secara terpisah untuk kepentingan analisis.
Drama yang dimaksud pada kajian ini adalah drama sebagai karya sastra
atau drama dalam bentuk teks. Amrizal (2002 : 12 dalam Sucipta), mengutip
pendapat Luxemburg mengatakan bahwa Drama ditulis dalam bentuk dialogdialog, dengan dialog inilah isi dan alur cerita dibentangkan. Dalam sebuah teks
prosa, berita dan komentarlah yang menonjol, tetapi dalam drama dialoglah yang
hormat
dan
perhatian,
peduli,
tanggung
jawab,
acapkali akan mengikuti tingkah laku orangtuanya atau teman mainnya, bahkan
pengasuhnya karena karakter dari proses meniru yaitu melalui proses melihatnya,
mendengar, dan mengikuti. Maka karakter, sesungguhnya diajarkan secara
sengaja. Oleh karena itu, seorang anak bisa memiliki karakter yang baik atau juga
karakter buruk bergantung pada sumber yang ia pelajari atau sumber yang
mengajarinya.
Jenis Karakter
Deskripsi
Religius
Jujur
Toleransi
4
5
Disiplin
Kerja keras
6
7
8
Kreatif
Mandiri
Demokratis
kewajiba antarorang.
sikap dan tindakan mengetahui lebih mendalam dan meluas dari
Semangat
kebangsaan
kelompok
cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
2
3
10
11
prestasi
13
Bersahabat/ko-
14
munikatif
Cinta damai
bekerja sama
sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa
15
Gemar
16
membaca
Peduli
17
lingkungan
Peduli sosial
alam
sikap dan tindakan memberikan bantuan kepada pihak yang
Tanggung jawab
membutuhkan
sikap dan perilaku untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang
12
18
Dalam bab ini disajikan hasil telaah tentang karakter dalam naskah drama
Melawan Kutukan. Karakter bermakna hampir sama dengan sifat, perilaku,
akhlak, watak, tabiat, dan budi pekerti. Di dalam drama, karakter dapat diartikan
sebagai keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh dalam lakon drama.
Karakter dibedakan menjadi dua yakni karakter protagonis dan antagonis.
Di dalam karakter itu sendiri terdapat delapan belas nilai yang dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hal-hal di atas dapat diketahui sejauh mana peran karakter
dalam drama naskah. Namun, sebelum menelaah karakter haruslah diketahui tema
dan penokohan dalam drama. Berikut akan dijelaskan tentang tema, penokohan,
dan karakter:
3.1 Tema dalam naskah drama Melawan Kutukan
Tema merupakan pikiran pokok yang mendasari lakon drama. Pikiran
pokok ini dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi cerita yang menarik.
Dalam naskah drama Melawan Kutukan temanya adalah peran anak
muda di masa depan. Hal ini dijelaskan pada kutipan berikut:
GENDON
: Hei Ken Arok dengarkan sumpahku ini. Kami
anak-anak muda negeri ini tak percaya sama sekali dengan sumpah
empu Gandring dan sama sekali tak ingin melanjutkan perjalanan
keris Empu Gandring yang membuat negeri kami masih terus saling
berbunuhan perang dan sengketa. Inilah sumpah kami. Kami rindu
damai kami rindu cinta kasih tidak rindu akan dendam dan berakhir
saling berbunuhan. Empu Gandring dan Ken Arok adalah masa
lalu, jaman sekarang adalah jaman rindu damai dan cinta kasih
sayang sesama. Ken Arok, Empu Gandring dengarkan sumpahku
ini demi kejayaan negeri kami.
COWOK-CEWEK : Gendon Gendon ayo kembali ke rumah kita
kagi. Aku mendukung sumpahmu Gendon. Kami sudah muak
dengan sumpah atau yang tertulis dalam kitab-kitab tentang
(MT: 18-19)
Percakapan Gendon dan Cowok-Cewek (teman Gendon) ini dapat
diartikan jika mereka merindukan cinta kasih, tidak saling dendam, apalagi
berujung kematian. Memang, Sejarah negeri ini selalu ribut dengan adanya
pertumpahan darah. Dari pemimpin satu ke pemimpin ke dua atau ke berikutnya,
dan selalu rakyat serta anak muda yang jadi korban. Salah satu penyebabnya
mungkin masyarakat masih banyak yang mempercayai bahwa ini semua karena
atau akibat kepercayaan tentang kisah keris Empu Gandring atau sumpah dan
kutukan Sang Empu Gandring.
Untuk mengubah sumpah dan kutukan Empu Gandring (atau bahkan
mengubah negeri ini menjadi lebih baik, dibutuhkan peran anak muda yang begitu
tinggi. Hal ini pun dijelaskan pada kutipan dialog Gendon. Seperti berikut:
Gendon: Tidak! Kalau aku sendiri tidak punya beban berat,
tetapi kalau melihat masa depan bangsa dan negara ini aku
wajib punya, punya beban berat. Aku kan pengganti orangtua.
Bayangkan betapa enaknya orang-orang tua mengatakan anak
muda dan remaja Indonesia adalah penerus bangsa, tetapi apa
yang ditinggalkan buat kami anak-anak muda dan remaja ini.
Apa?
Ken Arok: Stop stop jangan terlalu serius anak muda nanti
hidupmu makin berat. Santai sajalah anak muda.
Gendon : Apa santai? Santai yang bagaimana? Anak muda
sekarang remaja santai. Omong apa ini. Nggak bisa masa
depan dihadapi dengan santai. Harus jelas. Ini tanggung jawab
sampeyan orang tua supaya saya juga menghadapi masa
depan ini dengan jelas. Ini akibatnya kalau warisan yang
diberikan kepada kami tidak jelas. Salin curiga, saling
membunuh. Warisan macam apa ini?! Jawablah pak tua
jawablah dan jangan hanya berkata dengarkan dulu alasan
saya mengapa saya harus membunuh. Akhirnya minta
pembenaran dan dibenarkan! Ijinkanlah saya berkata ini atas
Seperti diketahui oleh banyak orang Ken Arok adalah orang yang
membunuh suami Ken Dedes. Setelah melakukan pembunuhan ia malah menikah
dengan Ken Dedes. Dalam naskah ini pun dijelaskan atas hal tersebut, seperti
pada kutipan di atas.
Dari pembahasan tema dan penokohan itu bisa diperoleh data tentang
karakter dalam naskah drama Melawan Kutukan.
3.3 Karakter dalam naskah drama Melawan Kutukan
Seperti dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, karakter merupakan
sifat, perilaku, akhlak, watak, tabiat, dan budi pekerti. Secara garis besar karakter
dapat digolongkan ke dalam dua kategori, yakni karakter positif atau protagonis
dan karakter negarif atau antagonis.
Dalam naskah drama Melawan Kutukan tokoh Gendon bisa dikatakan
sebagai karakter positif atau protagonis. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan
berikut:
Gendon: Pak, kenapa diam, saya minta maaf kalau apa yang
kukatakan ini amat kasar dan menyinggung perasaanmu. Menangis dan
diam saja itu tak menyelesaikan persoalan apalagi mengurangi dosa-dosa
bapak sebagai seorang pembunuh. Jangan terlalu serius pak nanti makin
berat pikiran bapak. Santai saja pak! (MK: 9)
Pada kutipan di atas dijelaskan jika Gendon meminta maaf atas katakatanya yang dirasa kasar sehingga takut menyinggung perasaan Ken Arok.
Sementara itu, Ken Arok memiliki karakter tidak baik atau antagonis. Hal
ini bisa digambarkan pada kutipan berikut:
Ken Arok: Ya akulah pembunuh tetapi itu sejarahku masa lalu.
Semua itu kulakukan dengan keberanianku sendiri tidak melibatkan orang
lain, apalagi atas nama rakyat seperti sekarang ini. Atas nama rakyat.
Rakyat yang mana? Semua itu kulakukan atas namaku sendiri. (MK: 5)
Pembunuhan atas nama apapun di dunia ini tidaklah dibenarkan, kecuali
dia membunuh secara tidak sengaja seperti untuk melindungi diri atau berperang
untuk menegakkan agama dan negaranya. Pembunuhan yang dilakukan Ken Arok
itu sendiri atas nama cinta, guna merebut istri orang lain, dan hal tersebut tidak
dibenarkan dalam agama dan adat-istiadat manapun.
3.4 Nilai-Nilai Karakter dalam drama Melawan Kutukan
Nilai merupakan sesuatu yang abstrak dalam diri manusia yang
mendorong sikap dan tingkah laku sehari-hari. Pemerintah dalam kebijakannya
mengeluarkan aspek-aspek nilai karakter yang berjumlah delapan belas. Di dalam
naskah drama Melawan Kutukan ada beberapa nilai-nilai karakter, sebagai
berikut:
1. Religius adalah sikap dan perilaku patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianut, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan
hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Di dalam naskah drama Melawan Kutukan nilai religius terdapat
pada kutipan berikut:
COWOK-CEWEK: Gendon Gendon ayo kembali ke rumah kita
kagi. Aku mendukung sumpahmu Gendon. Kami sudah muak
dengan sumpah atau yang tertulis dalam kitab-kitab tentang
peperangan dan pembunuhan yang tak pernah selesai. Jangan
percaya itu semua. Tuhan Maha Damai dan Tuhan Maha Kasih.
Tuhan Maha Cinta. Ia pasti cinta pada negeri ini.
Seperti diketahui, sifat Tuhan Maha Damai, Tuhan Maha Kasih,
Tuhan Maha Cinta ada dalam setiap agama termasuk agama yang hidup di
Indonesia. Pereprangan dan pembunuhan yang terjadi atas nama agama
sekalipun tidak pernah disebabkan agama, namun hawa nafsu manusia.
2. Jujur adalah perilaku dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
Dalam naskah ini, perilaku jujur digambarkan pada percakapan Ken Arok
dan Gendon seperti digambarkan pada kutipan berikut:
Gendon
Ken Arok
: Oh tidak penting nama itu, tetapi kau pasti kenal
dengan aku sekaligus dengan sejarah hidupku. What is name? Kata
William Shekaspeare. Ya to? Yang penting apa yang ada dalam benak itu.
Nama itu sendiri tak penting. Bagaimana setuju?
: Pembunuh besar?
(MK: 4-5)
Kejujuran dalam dialog tersebut tercermin dari tokoh Ken Arok
yang mengakui kesalahannya telah membunuh seseorang di masa lalu
pada Gendon. Mereka pun terus melakukan dialog, sehingga kejujuran
demi kejujuran lain terungkap. Akhirnya, Gendon mengetahui siapa Pak
Tua yang berbicara dengannya, tak lain adalah Ken Arok. Hal ini
diperjelas pada kutipan berikut:
Gendon
Ken Arok
: Benar, akulah Ken Arok itu anak muda. Sekarang
apa yang akan kaulakukan terhadapku kalau sudah ketemu ini? Akan
mengumpatku? Umpatlah. Mau menghukumku? Hukumlah atau mau
membunuhku bunuhlah Aku telah siap karena aku telah siap menerima itu
semua. Yang penting aku merasa bahagia karena telah bertemu denganmu
dan langsung bisa bercerita denganmu anak muda.
(MK: 17)
3. Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan mengetahui lebih mendalam
dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.
Dalam naskah drama Melawan Kutukan rasa ingin tahu dapat
digambarkan pada kutipan berikut:
Gendon
: Hallo ada apa? Oh ya, ya aku segera
pulang, tetapi sekarang masih berbicara dengan pak tua pembunuh
ini apa? Ya dia seorang pembunuh menurut pengakuannya. Nggak
aku bisa jaga diri sayang. Pembunuh tapi sabar. Tampaknya ia
menyesali apa yang telah dilakukan. Oh nggak, nggak usah nanti
saja kalau aku perlu tak bel lagi. Okey? Ya selamat malam. Hatihati ya sayang.
(MK: 9)
Ken Arok
: Kenapa aku harus kau takuti meski aku
nggak pernah dihukum. Aku menyesal dan itu aku tak ingin lagi
menjadi pembunuh kepada siapa saja termasuk kepadamu anak
muda. Aku menyesal sekali sampai aku merasa berdosa dan
terhukum kalau ingat apa yang telah aku lakukan. Aku ingin
bertobat dan benar-benar menyesali apa yang telah aku lakukan.
Sayang masih banyak orang yang menganggap aku, aku pahlawan
karena aku dinggap laki-laki sejati, laki-laki perkasa, padahal itu
amat salah.
(MK: 5-6)
Pada hakikatnya, dalam kehidupan sehari-hari begitu banyak orang
yang menilai seseorang hanya dari tampilan luarnya saja. seperti
pada tokoh Gendon yang awalnya takut akan sikap Ken Arok
lambat laun dia merasa nyaman berbicara dengan Ken Arok. Maka
Gendon
: Mangkane, pelajaran di sekolah dan
di kehidupan tidak pernah sama. Yang dipercaya pelajaran di
sekolah atau di kehidupan kita ini pak? Terus diamalkan atau
dihafalkan?
(MK: 10)
Pada kutipan di atas, digambarkan tentang tanggung jawab Gendon
sebagai pemuda (generasi penerus bangsa) adalah belajar. Meskipun, ilmu
yang diperoleh dari sekolah dan kehidupan jelas berbeda. Ilmu di sekolah
dihafalkan untuk mempermudah dalam pengerjaan soal-soal, sedangkan
ilmu di kehidupan diperoleh untuk diamalkan.
Meskipun, nilai-nilai karakter baik digambarkan dalam naskah
drama tersebut. Namun ada beberapa hal yang perlu digaris bawahi.
Ternyata setelah ditelaah lebih lanjut, naskah drama ini memiliki kata-kata
arkais, seperti digambarkan pada kutipan berikut:
Gendon
: Bangsat bajingan kamu jahat.
Sampai hati kau lakukan itu semua. Betapa terhinanya pikiran dan
perbuatanmu. Nista dan busuk!
(MK: 6)
Gendon
MENGUMPAT TETAPI
MENGGERUTU.)
:
Jancuk,
jancuk.
(BUKAN
SEKEDAR SADAR DIRI DAN
Dari kutipan di atas, ada tiga kata arkis (kasar), contoh: (1)
Bangsat yang diartikan sebagai orang bertabiat jahat atau orang yang
tidak tahu diri. (2) Bajingan diartikan sebagai penjahat atau pencopet,
bisa juga sebagai kata makian. (3) Jancuk merupakan sebuah ungpatan
yang biasa dilakukan oleh orang Jawa tuturan kasar dan biasanya sering
diucapkan oleh orang-orang Surabaya sebagai umpatan atau menggerutu
bahkan dijadikan kebiasaan sehari-hari. Sebagai pemuda, seharusnya
menghindari penggunaan kata-kata tersebut, apalagi mengucapkannya
pada orang yang lebih tua karena bisa mengurangi rasa hormat atau
dianggap sebagai tindakan kurang sopan.
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil telaah dari naskah drama Melawan Kutukan dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Tema dalam naskah tersebut adalah peran anak muda di masa depan.
2. Tokoh yang ada dalam naskah tersebut, memiliki sikap dan sifat yang
berbeda.
a. Gendon : Anak muda yang kritis dan berpikir jauh akan negerinya.
b. Ken Arok : seorang pembunuh, perebut istri orang.
3. Karakter dalam naskah drama Melawan Kutukan tokoh Gendon bisa
dikatakan sebagai karakter positif atau protagonis. Sementara itu, Ken
Arok memiliki karakter tidak baik atau antagonis.
4. Nilai-nilai karakter yang terkandung dalam naskah tersebut ada enam,
yakni: (a) Religius, (b) Jujur, (c) Rasa ingin tahu, (d) Semangat
kebangsaan, (e) Bersahabat atau komunikatif, (f) Tanggung jawab.
Meskipun memiliki nilai-nilai karakter yang baik, ternyata naskah tersebut
juga memiliki kata-kata kasar atau arkais, yakni: (a) Bangsat,
(b)
DAFTAR PUSTAKA
Mutiah, Arju. 2013. Pengembangan Karakter dalam Pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia. Yogyakarta: Gress Publishing.
Nurgiantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Setyaning, Tri Rasa. 2011. Analisis Konflik dalam Naskah Drama Stella Karya
Wolfgang Von Goethe Melalui Pendekatan Psikologi Sastra. Yogyakarta: Skripsi,
Tidak Diterbitkan.
Sucipta, Ganda. 2014. Analisis Naskah Drama Pelacur dan Sang Presiden
Karya Tatna Sarumpaet dengan Pendekatan Feminisme. Bengkulu: Skripsi, Tidak
Diterbitkan.
Suhartono. 2013. Karakter dan Budaya Bangsa dalam Pengajaran Berbasis Teks.
Yogyakarta: Gress Publishing.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
Ada 2 yang lupa daftar pustakanya, yakni web naskah dan web biodata pengarang.
Janhgan lupa ya Trisno!
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. BIODATA PENGARANG
Hardjono W.S., lahir dari pasangan R.W. Soetrisno dan Rr. Roekminiwati di
Bondowoso, tanggal 11 Maret 1945 dengan nama lengkap R. Soehardjono. Ketika
ayahnya sakit ia meminta izin untuk mengubah namanya dari R. Soehardjono
menjadi Hardjono Wieyosoetrisno yang kemudian disingkat menjadi Hardjono
W.S.
Sejak kecil ia suka berkesenian dan jalan-jalan. Tahun 1970 masuk Akademi
Seni Rupa Surabaya (AKSERA) yang ia lakoni setelah dua tahun berada di
Sumatra Selatan. Sempat kuliah di fakultas hukum tapi tidak selesai, yang
akhirnya pendidikan yang tamat adalah pendidikan guru. Sebelum aktif menulis,
ia lebih dulu bergiat di seni rupa, dan baru yakin sebagai penulis pada tahun 1972
hingga
sekarang.
Selain
itu
juga
sebagai
pelopor
pertama
teater anak di Surabaya, yang ia dirikan tahun 1972. Tiga naskah anak-anak
menang di Dewan Kesenian Surabaya. Di surabaya ia dikenal sebagai The Camp
di
bidang
penulisan
mulai
dari
menulis
puisi,
cerita
pendek,
naskah teater dan televisi, dongeng sampai novel mendapat nomor utama baik
tingkat regional maupun nasional.
Dari tahun 1972-1995 selalu mendapat hadiah dari sayembara penulisan, di
antaranya:
1. Puisi Adakah suara malam ini , juara se-Jawa Timur versi Dewan Kesenian
Surabaya.
2. Tiga naskah teater anak-anak juara se-Jawa Timur versi Dewan Kesenian
Surabaya.
3. Tiga naskah teater anak-anak juara tingkat nasional versi Dewan Kesenian
Jakarta dan Pengembangan Kesenian di Jakarta.
4. Dua naskah teater dewasa, masing-masing Pasar dan Pabrik juara tingkat
nasional versi Pengembangan Kesenian dan kebudayaan dan PGI di Jakarta.
5.
Naskah
televisi
juara
tingkat
nasional
versi
TVRI
Surabaya.
6. Puisi Anak kecil bermain-main dan biarkan saja. Juara tingkat nasional versi
sebuah harian di Jakarta.
7. Naskah teater anak-anak dan remaja juara se-Jawa Timur versi Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Timur di Surabaya.
8. Dua naskah cerita pendek juara se-Jawa Timur versi Dewan Kesenian
Surabaya.
9. Naskah Dongeng juara tingkat nasional versi BP7 Pusat Jakarta.
10. Naskah novel (cerita bersambung) Titik Akhir juara nasional versi harian
Suara Pembaharuan di Jakarta.
11. Dua naskah drama menjadi pemenang dalam Lomba penulisan naskah drama
remaja oleh Taman Budaya Jawa Timur, masing-masing Nimok Aku Cinta Kamu
dan Srikandi Edan.
Selain itu ia juga menggarap teater anak-anak mulai dari Kelompok Kelinci
(1972-1983), Teater Panti Asuhan Don Bosco (1983-1990) dan teater Ponakan
(1992-1995)
yang
selalu
memainkan
naskahnya
sendiri,
dan
naskah
asing yang diadaptasi sendiri misalnya Heidi dari penulis Jerman, Le petiti Prince
dari penulis Prancis dan Pak Kampret yang Jempolan karya penulis Jerman dan
sempat pentas di beberapa desa terpencil.
Selain itu ia juga suka berorganisasi, organisasi yang pernah ia ikuti sebagai
berikut:
1. Tiga periode menjabat anggota Dewan Kesenian Surabaya Biro Sastra
kemudian Biro teater dan Film.
2. Wakil ketua pengurus KEPAL (Kelompok Pecinta Anak dan Lingkungan).
3. Wakil ketua Lembaga bantuan buku di Surabaya.
4.
Ketua
Yayasan
Ibunda
(Yayasan
anak
dan
remaja).
6.
Ketua
dewan
Kesenian
Kabupaten
Mojokerto.
Pengembangan
Kesenian
dan
Kebudayaan
di
Jakarta,
dan
Gubernur Jawa Timur sebagai seniman kreator tahun 2000. naskah anak-anaknya
yang berjudul Layang-layang diterbitkan oleh UNESCO dalam sebuah buku
berjudul
Together
in
dramaland
bersama
14
pengarang
AsiaAfrika.
menulis,
baca
puisi,
drama
anak-anak
di
Desa
dan
puisi,
Yok
Bermain
Teater
Yok,
Sanggarku Dermagaku, Tamu dari Jati, Apa Kabar Pak Wo? Surat-surat Orang
Pulau, Titik Akhir, Garis Lengkung, Rumah di persimpangan, Wayan Aku Cinta
Kamu,
Dua
Perempuan,
Rumah
di
Depan
Langgar,
Kisah
Seekor burung Kutilang, Buku Harian Seorang Perempuan, Bulik Asih, Panglima
Perang, Tanah Ganjaran, Saumi, Panggil Aku Mbak, Yant, Kereta terakhir, Teater
anak
atau
teater
untuk
anak-anak
kecil
tentang
teater.
Meja dan Kursi dari pangkal batang kelapa (Trubus Agrisarana, Surabaya 1998).
Beberapa karyanya yang telah terbit dalam antologi puisi bersama, antara lain
Antologi Empat Penyair bersama Jil P. Kalaran, Sabrot D Malioboro, Abdul
Qodir; Omonga Apa Wae Kumpulan puisidan geguritan, Festival Cak
Durasim, 2000; Bunga Rampai Bunga Pinggiran, Antologi Puisi Parade seni WR.
SINOPSIS
yang
mewakili
generasi
sekarang
ini
untuk
Tokoh-tokohnya:
1.
2.
Ken Arok
3.
4.
SEMENTARA
TAMPAK JUGA
MEMEGANG PERUTNYA
DIALOG
KAIN PUTIH ITU LENYAP BEGITU JUGA KEN AROK DAN EMPU
GANDRING. KEMUDIAN TAMPAK HANYA LAYAR HITAM SAJA DAN
TAMPAK KEN AROK SEDANG DUDUK TEPEKUR DENGAN PAKAIAN
SEDERHANA. SEBENTAR LAGI KELUARLAH SEORANG ANAK MUDA
(GENDON) DENGAN MEMBAWA HP NYA.
GENDON
ANAK MUDA ATAU GENDON INI MELIHAT SESEORANG ITU ATAU KEN
AROK DAN TAMPAKNYA SEDIKIT KENAL.
GENDON
: Selamat malam.
GENDON
KEN AROK :
GENDON
: Ya.
KEN AROK :
GENDON MENGINGAT INGAT WAJAH KEN AROK TETAPI TETAP TAK
DIKETAHUI. TIBA-TIBA HP NYA BERBUNYI. KEN AROK MELIHAT
DENGAN ANEH TETAPI TAK TERKEJUT, KEMBALI TERPEKUR. ANAK
MUDA MEMEGANG HP.
GENDON
KEN AROK : Oh tidak penting nama itu, tetapi kau pasti kenal dengan aku
sekaligus dengan sejarah hidupku. What is name? Kata William
Shekaspeare. Ya to? Yang penting apa yang ada dalam benak
itu. Nama itu sendiri tak penting. Bagaimana setuju?
GENDON TAK MENGERTI APA YANG DIKATAKAN KEN AROK.
KEN AROK : Sudahlah, kau pasti tahu sendiri siapa saya ini. Belum waktunya
kau tanya aku ini siapa. Kau sedang apa di sini? Kenapa kau
malam-malam berada di lapangan yang sepi ini apalagi angin
dingin berhembus kencang malam ini. Yang perlu kau ketahui
aku adalah seorang pembunuh. Pembunuh besar tetapi akhirnya
aku malah ditulis dalam sejarah besar di negeri ini.
Pembunuh besar?
Ya akulah pembunuh tetapi itu sejarahku masa lalu. Semua itu
GENDON
KEN AROK :
GENDON
KEN AROK :
GENDON
KEN AROK :
GENDON
KEN AROK : kepada siapa saja termasuk kepadamu anak muda. Aku
GENDON
KEN AROK :
GENDON
KEN AROK :
Ya kenapa?
Bangsat bajingan kamu jahat. Sampai hati kau lakukan itu
semua. Betapa terhinanya pikiran dan perbuatanmu. Nista dan
busuk!
Oh sabar anak muda jangan gampang emosi dan marah
semacam itu. Dengarkan dulu alasanku kenapa aku harus
lakukan itu semua.
GENDON
:
Jangan banyak alasan. Alasan apapun membunuh orang itu
KEN AROK :
GENDON
KEN AROK :
GENDON
KEN AROK :
Kenapa?
Kenapa?
GENDON
KEN AROK :
Tidak! Kalau aku sendiri tidak punya beban berat, tetapi kalau
melihat masa depan bangsa dan negara ini aku wajib punya,
punya beban berat. Aku kan pengganti orangtua. Bayangkan
betapa enaknya orang-orang tua mengatakan anak muda dan
remaja Indonesia adalah penerus bangsa, tetapi apa yang
GENDON
KEN AROK :
GENDON TAKUT MESKI ITU HANYA PURA-PURA MENGANCAM SAJA
KEN AROK TAK BERANJAK DARI TEMPAT DUDUKNYA. TIBA-TIBA IA
MENANGIS SAMBIL MENUTUP MUKANYA DENGAN KEDUA TELAPAK
TANGANNYA.
GENDON
MELIHAT
SEBENTAR
TETAPI
HPNYA
BERBUNYI.
GENDON
: Pak, kenapa diam, saya minta maaf kalau apa yang kukatakan
ini amat kasar dan menyinggung perasaanmu. Menangis dan
diam saja itu tak menyelesaikan persoalan apalagi mengurangi
dosa-dosa bapak sebagai seorang pembunuh. Jangan terlalu
serius pak nanti makin berat pikiran bapak. Santai saja pak!
Sekarang aku sudah tidak bisa berpikir serius juga tidak bisa
KEN AROK :
santai.
Terus berpikir cara apa?
GENDON
KEN AROK :
GENDON
KEN AROK : generasi bapak harus kritis dan tak boleh santai. Omong begitu
saja dilarang dan nggak boleh, bagaimana to bapak ini? Repote
rek rek. Mangkane.
GENDON
KEN AROK :
GENDON
KEN AROK :
GENDON
:
Jadilah penguasa jangan jadi yang dikuasai.
KEN AROK :
Jancuk, jancuk. (BUKAN MENGUMPAT TETAPI SEKEDAR
GENDON
pak,
persahabatan.
Suroboyoku
keluar.
Hanya
sebagai
tanda
KEN AROK :
GENDON
KEN AROK :
kau.
(CEPAT) Maaf pak maaf aku harus tutup mulut.
Terima kasih. Dihukum oleh anakku sendiri dan bukan anak
GENDON
: kandung.
KEN AROK :
GENDON
MENDENGARKAN
DENGAN
SEGALA
KETIDAK
GENDON
CEWEK
GENDON
Siapa itu?
Biasa teman-teman. Rekreasi ke Mall setelah ujian selesai.
Enak kamu jaman global. Ada HP ya kan? Nama barang yang
KEN AROK :
GENDON
:
Jaman itu?
KEN AROK :
Jaman dahulu kala, jaman kalabendu.
Oh ya.
Anak muda
GENDON
:
Ya.
KEN AROK :
Malam ini aku merasa berbahagia sekali bisa ketemu denganmu.
GENDON
KEN AROK : meringankan beban dosaku ini. Sepanjang zaman aku selalu
GENDON
KEN AROK :
dikutuk
orang
meskipun
banyak
orang
membenarkan
GENDON
KEN AROK :
MUNCULLAH LAYAR PUTIH LAGI
KE PANGGUNG TERSERAH
EMPU
GANDRING
MENGHUNUS
KERISNYA.
SEMUANYA
GENDON
MASIH
TERENGAH
ENGAH
KEMBALI
TANGANNYA SESEKALI
MENGHENTAKKAN
KAKI
DI
LANTAI PANGGUNG.
KEN AROK : Anak muda betapa berat beban yang harus kuterima selama ini
meskipun aku sendiri telah dibunuh anak tiriku sendiri. Aku rela
telah mati tetapi sumpah itu terus menerus akan hidup dalam
KEN AROK : saling membunuh. Jaman ini sudah berlalu, bapak. Jaman itu
GENDON
sudah lewat.
Anak muda jangan menjadi generasai napak tilas. Generasi
menjilati telapak kaki para orang tua dulu. Tidak benar. Kita
harus berpikir. Kita punya akal mana yang benar dan mana yang
salah.
Jadi siapa yang salah?
Jangan omong salah dan benar. Semua orang berebut benar dan
semua orang menunjuk semua orang salah.
Aku senang sekali dan bahagia bertemu dengan anak muda
KEN AROK :
GENDON
KEN AROK : masih berpikir dan berakal sehat untuk keselamatan negeri ini.
Jangan terlalu menyanjung paktua aku makin bingung nantinya
mau berbuat kalau mendapat sanjungan semacam itu. Biasa
sajalah pak tua.
Tolonglah anak muda. Setelah melihat kisah hidupku tadi
siapakah yang sebenarnya salah?
GENDON
Bapak sendiri yang salah dan yang lebih salah adalah sumpah
serapahnya orang tua yang membawa keris tadi.
Empu Gandring?
KEN AROK :
GENDON
KEN AROK : siap menerima itu semua. Yang penting aku merasa bahagia
karena telah bertemu denganmu dan langsung bisa bercerita
GENDON
KEN AROK :
KEN AROK :
BERDIRILAH KEN AROK DAN LANGSUNG MUNDUR SELANGKAH
DEMI SELANGKAH. GENDON LANGSUNG MENDEKATI:
Ken Arok, Ken Arok ke mana kau pergi Ken Arok maafkan aku,
tetapi aku wajib untuk berkata tidak benar kepadamu dan
kepada Empu Gandring demi kejayaan negeri ini. Ken Arok
selamat jalan ke tempat abadimu.
TIBA-TIBA TERDENGAR SUARA COWOK DAN CEWEK ITU.
Gendon di mana kamu. Udara malam amat dingin. Ayo segera
ke mall.
GENDON MELIHAT SEBENTAR KEMUDIAN LANGSUNG BERLARI
MENUBRUK TEMAN TEMANNYA YANG LAIN. DENGAN PANDANGAN
COWOK
CEWEK
SELESAI