Anda di halaman 1dari 21

Konsep Mahabbah

dan Ma`rifah dalam


Tasawuf
By : Kelompok 6
All Member Group 6
Topik Pembahasan
01
Definisi/Pengertian
Mahabbah dan Ma`rifah
Mahabah
Pengertian mahabbah secara bahasa berasal
dari kata ahabba, yuhibbu, mahabbatan, yang berarti
mencintai secara mendalam. Mahabbah dapat juga
diartikan al-wadud, yakni sangat kasih dan sayang.
Pengertian secara istilah mahabbah adalah kecintaan
yang mendalam secara ruhiah kepada Tuhan.

Hasnawati, “Faham Mahabbah dan Ma’rifah dalam Tasawuf Islam” JPI, (Juli 2015), h. 100
Ma`rifah
Secara bahasa ma’rifah berasal dari bahasa
Arab, yaitu kata ‘arafa, ya’rifu, ‘irfan, yang berarti
pengetahuan. Ma’rifah secara bahasa juga berarti
mengetahui sesuatu apa adanya atau ilmu yang
tidak lagi menerima keraguan. Sedangkan menurut
istilah para sufi, ma’rifah secara umum diartikan
sebagai melihat Tuhan dari dekat dengan
menggunakan mata hati.
Hasnawati, “Faham Mahabbah dan Ma’rifah dalam Tasawuf Islam” JPI, (Juli 2015), h. 100
02
Konsep
Mahabbah dan Ma`rifah
Mahabah
Allah juga telah menjelaskan bahwa konsep
tingkatan mahabbah akan dimiliki oleh orang yang
membawa risalah Rasulullh saw. Karena orang yang
telah mencintai Allah, akan merasakan manisnya
iman berupa keindahan dan ketenangan dalam
menjalani hidup, sekalipun di beri ujian berupa
cobaan masalah tentu dapat melewatinya dengan
perasaan tanpa mengeluh.

Nasrul, Akhlak Tasawuf (Yogyakarta: CV. Aswaja Pressindo, 2015)


Menurut al-Sarraj, cinta Allah atau mahabbah memiliki tiga tingkatan
yang berbeda yang diantaranya, yaitu :
a. Tingkatan Cinta biasa
b. Tingkatan Cinta orang Siddiq
c. Tingkatan Cinta orang Arif

Sedangkan tingkatan pada jenis cinta pada umumnya yakni cinta akan
pada manusia itu sendiri, yaitu:
a. Mahabbah Sifatiyah
b. Mahabbah Fi`liyyah
c. Mahabbah Dzatiyyah

Nasrul, Akhlak Tasawuf (Yogyakarta: CV. Aswaja Pressindo, 2015)


Konsep proses pencapaian maqam Mahabbah dalam
tasawuf yaitu, maqamat merupakan bentuk jamak dari kata
maqam, yang secara bahasa berarti pangkat ataupun
derajat. Sedangkan menurut istilah dalam tasawuf,
maqamat berarti kedudukan seorang hamba di hadapan
Allah. Tasawuf telah menunjukkan bagi para sufi, bahwa
untuk mencapai ke Tuhan, perlu adanya konsepsi jalan
(thariqot) untuk menuju-Nya, jalan yang dapat ditempuh
yaitu dengan latihan atau (riyadhoh), lalu bertahap pada
fase maqamat atau tingkatan.

Nasrul, Akhlak Tasawuf (Yogyakarta: CV. Aswaja Pressindo, 2015)


Para ulama sufi menyepakati untuk mencapai maqamat ada 7
tahapan yaitu :
a. Al - Taubah : Salah satu cara membersihkan hati.
b. Al – Wara : Meninggalkan segala sesuatu yang tidak baik.
c. Al – Zuhud : Meninggalkan hal yang sifatnya kemewahan / hidup
sederhana.
d. Al – Faqr : Perbuatan yang tidak memaksakan diri untuk mendapat
sesuatu.
e. Al – Sabar : Menahan segala sesuatu.
f. Al – Tawakkal : Berpasrah / berserah diri kepada Allah.
g. Al – Ridha : Menerima segala ketentuan yang sudah diberikan.

Azeez Naviel Malakian, Rabiah Al-Adawiyah perjalanan cinta wanita sufi, (Yogyakarta: C-klik Media, 2020)
Ma`rifah
Selain mahabbah, ma’rifah juga merupakan konsep
penting dalam tasawuf. Ma’rifah dapat diterjemahkan sebagai
“pengetahuan” atau “kesadaran”, dan merupakan ilmu tentang
Allah dan Sifat-sifatNya. Ma’rifah menjadi dasar untuk
mengembangkan mahabbah, karena hanya dengan memperoleh
pengetahuian tentang Allah, seorang muslim dapat memperkasa
cintanya terhadap Allah.

Nasrul, Akhlak Tasawuf (Yogyakarta: CV. Aswaja Pressindo, 2015)


Menurut Dzun Nun al-Mishri, ma’rifah dibagi menjadi tiga
tingkatan, yaitu:
1. Ma’rifah awam: Mengetahui Tuhan dengan perantara ucapan
syahadat
2. Ma’rifah ulama: Mengetahui Tuhan dengan melalui akal
pikiran
3. Ma’rifah sufi: Mengetahui Tuhan dengan penglihatan hati
sanubari

Nasrul, Akhlak Tasawuf (Yogyakarta: CV. Aswaja Pressindo, 2015)


PERSAMAAN DAN PERBEDAAN MAHABBAH DAN MA’RIFAH
 PERSAMAAN
Menggambarkan keadaan dekatnya hubungan antara seorang sufi dengan
Tuhan, sehingga antara mahabbah dan ma’rifah merupakan dua konteks yang
saling berdampingan.
 PERBEDAAN
Mahabbah bertujuan untuk mencapai tingkat ruhaniah tinggi melalui cinta
kepada Tuhan, sehingga memperoleh kesenangan bathiniah yang dapat
dirasakan oleh jiwa. Sedangkan ma’rifah bertujuan sebagai pengetahuan
untuk mengetahui Tuhan melalui hati

Nasrul, Akhlak Tasawuf (Yogyakarta: CV. Aswaja Pressindo, 2015)


03
Contoh
Mahabbah dan Ma`rifah
Mahabah
Seorang individu yang mempraktikkan mahabah
dalam tasawuf dapat menunjukkan cintanya kepada sesama
dengan cara sederhana seperti memberi senyuman kepada
orang di sekitarnya, membantu tetangga yang membutuhkan,
atau bahkan memberikan kata-kata penghiburan kepada
teman yang sedang mengalami kesulitan. Tindakan-tindakan
kecil ini menunjukkan cinta dan empati kepada sesama
manusia.

Arrasyid, “Konsep Tasawuf dan Relevansinya dalam Kehidupan”, Vol. 9, No. 1, 2020
Ma`rifah
Dalam konteks ma'rifah, seseorang bisa mencapainya
melalui refleksi dan introspeksi dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya, dengan meluangkan waktu untuk merenungkan
kebesaran alam semesta atau menghargai keindahan ciptaan
Allah dalam setiap detail kehidupan sehari-hari, seseorang dapat
mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang hubungan
spiritualnya dengan Sang Pencipta.

Arrasyid, “Konsep Tasawuf dan Relevansinya dalam Kehidupan”, Vol. 9, No. 1, 2020
Kesimpulan
Konsep mahabah dan ma'rifah dalam tasawuf mencakup
pemahaman tentang cinta dan pengetahuan spiritual. Mahabah adalah
cinta yang diperlihatkan kepada sesama, sementara ma'rifah adalah
pengetahuan spiritual yang dicari melalui introspeksi dan pengalaman.
Contohnya, mahabah terwujud dalam tindakan-tindakan kasih sayang dan
empati, sedangkan ma'rifah tercapai melalui refleksi mendalam tentang
hubungan dengan Tuhan melalui pengamatan alam dan penghormatan
terhadap kehidupan sehari-hari. Dengan memadukan kedua konsep ini,
seseorang dapat mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang cinta dan
hubungan spiritual dengan Sang Pencipta.

Arrasyid, “Konsep Tasawuf dan Relevansinya dalam Kehidupan”, Vol. 9, No. 1, 2020
Ada yang ingin
ditanyakan ??
Pepatah lama mengatakan, malu bertanya sesat di jalan. Pepatah kini
mengatakan, malas membaca dan maunya banyak bertanya itu menyebalkan.

Itulah mengapa Allah pertama kali mengajarkan, “Bacalah!” bukan “Bertanyalah!”


“Sekian yang dapat kelompok 6
sampaikan, mohon maaf jika ada
kekurangan, karena kesempurnaan itu
lagu milik Rizky Febrian.”
- Kelompok 6
Pamit Undur Diri🙏🏻
SEKIAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai