Anda di halaman 1dari 4

NAMA.

: Ahmad Rival Ardiansyah


NIM. : 204103030040
PRODI. : Bimbingan dan konseling islam
KLS/SEMT : BKI2/III
MATKUL : Akhlak Tasawuf
DOSEN PENGAMPUH : Dr.H.Misbahul Munir,M.M
Robby reza Z, S.E., M.E

KONSEP MA’RIFAT DAN MAHABBA ILAHIYAH

● REVIEW MAKALAH
Judul Konsep Ma’rifat dan Mahabbah Ilahiyah
Halaman 15
Penulis Nandita Nor Ramadani
(205103030006 )
Cerelia Syifa Azro El-Sohib
(205103030012)
Ahmad Rival Ardiansyah
(204103030040)
Latar belakang Mahabbah” adalah cinta, atau cinta yang
luhur kepada Tuhan yang suci dan tanpa
syarat,tahapan menumbuhkan cinta kepada
Allah, yaitu: keikhlasan, perenungan,
pelatihan spiritual, interaksi diri terhadap
kematian, sehingga tahap cinta adalah tahap
tertinggi oleh seorang ahli yang
menyelaminya. Didalamnya kepuasan hati
(ridho), kerinduan (syauq) dan keintiman
(uns).
Sedangkan Ma’rifah ialah ilmu atau
pengetahuan yang diperoleh melalui akal.
Dalam kajian ilmu tasawuf “Ma’rifat”
adalah mengetahui Tuhan dari dekat,
sehingga hati sanubari dapat melihat
Tuhan”. Menurut shufi jalan untuk
memperoleh ma’rifah ialah dengan
membersihkan jiwanya serta menempuh
pendidikan shufi yang mereka namakan
maqamat, seperti hidup zuhud, ibadah dan
barulah tercapai ma’rifat.

Dalam makalah ini kita akan membahas


tentang Mahabbah dan Ma’rifah beserta
tujuan, kedudukan, paham, tokoh sufi,serta
mahabah dan ma’rifah dalam pandangan al-
Qur’an dan al hadits, Maka jika ada
kesalahan yang sekiranya di luar kesadaran,
kami siap menerima kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sekalian.
Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian ma'rifat
Ilahiyyah
2. Untuk mengetahui Pengertian Mahabbah
Ilahiyyah
Pembahasan Di bawah bimbingan gurunya inilah dia
bersungguh-sungguh belajar dan berijtihad
sampai benar-benar menguasai mazhab-
mazhab, perbedaan pendapatnya,
perbantahannya, teologinya, ushul fikihnya,
logikanya, dan membaca filsafat dan ilmu-
ilmu yang berkaitan dengan itu.Dan dia
terus mendapingi gurunya, al-Juwaini,
sampai gurunya meninggal dunia tahun 478
H. Dia lalu meninggalkan Nishapur
menuju al-Askar, di sana dia bertemu
dengan seorang menteri yang terkenal,
Nizham al-Mulk dan dia ditawarkan untuk
mengajar di perguruannya, yaitu al-
Nizhamiyah di Baghdad.

Ternyata ilmu-ilmu ini tidak memberinya


ketenangan jiwa.Kegelisahan jiwanya
malah semakin menggelora sampai
membuatnya tertimpa krisis psikis yang
kronis, yang diuraikannya dengan menarik
dalam karyanya, al-Munqidz min al-
Dalal.Di antara ungkapannya adalah,"Lalu
keadaan diriku pun kurenungi, dan temyata
aku telah tenggelam dalam ikatan-ikatan
(yang bercorak duniawi) yang meliputi
diriku dari segala sudut.Amal-amalku pun
kurenungi, khususnya amalku yang terbaik,
yaitu mengajar, dan temyata aku hanya
menerima ilmu-ilmu yang sepele dan tidak
berguna.Akupun memikirkan niatku dalam
mengajar, dan tertyata niatku tidak ikhlas
demi Allah.Bahkan hanya didorong
keinginan untuk menadapatkan jabatan
serta menjadi terkenal”.

Salah satu pernyataannya yang melukiskan


falsafah hubb dan syauq yang mewarnai
kehidupannya adalah : ‫ا ِر ِه‬Lَ‫ا ِم ْن ن‬Lً‫هُ َخوْ ف‬Lُ‫ ْد ت‬Lَ‫ما َ َعب‬
ُّ ‫َواَل طَ ْمعًافِ ْى َجنَّتِ ِه فَا َ ُكوْ نَ َكاَأْل ِجي ِْر‬
ُ‫ه‬Lَ‫ا ل‬LLًّ‫هُ ُحب‬Lُ‫ ْد ت‬Lَ‫وْ ِء= َعب‬L‫الس‬
ً
‫وْ قااِلَ ْي ِه‬LL‫ َو َش‬Artinya: Saya tidak menyembah
Allah karena takut kepada neraka-Nya, dan
tidak pula tamak (untuk mendapatkan)
syurga; (karena hal itu) akan menjadikan
saya seperti pencuri imbalan yang
berakhlaq buruk.

Waktu malam sengaja dipilih karena pada


waktu itulah roh dan daya rasa yang ada
dalam diri manusia tambah meningkat dan
tajam, tak ubahnya seorang yang bercinta
yang selalu mengharapkan waktu-waktu
malam untuk selalu bersamaan.

Dalam mengungkapkan rasa cintanya ini,


dia bersenandung: Aku cinta Kau dengan
dengan dua model cinta Cinta rindu dan
cinta karena Kau layak dicinta Adapun
cinta rindu, karena hanya Kau kukenang
selalu, bukan selainMu Adapun cinta
karena Kau layak dicinta, karena Kau
singkapkan tirai sampai Kau Nyata bagiku
Bagiku, tidak ada puji untuk ini dan itu.

Ayat dan hadis tersebut juga menjelaskan


bahwa pada saat terjadi mahabbah diri yang
dicintai telah menyatu dengan yang
mencintai yang digambarkan dalam telinga,
mata dan tangan Tuhan.
Kesimpulan Alat Untuk Mencapai ma’rifat melalui
tingkatan-tingkatan seperti, taubat, zuhud,
sabar, tawakkal, juga melalui hal, seperti,
syukur, rasa takut, rasa harap, hidup fakir,
rendah hati, ikhlas dan sebagainya.Menurut
al-Ghazali "sarana ma’rifah seorang sufi
adalah kalbu".Kalbu menurutnya bukanlah
bagian tubuh yang dikenal terletak bagian
kiri pada seorang manusia, tapi adalah
percikan rohaniah yang merupakan hakekat
realitas manusia.Lebih lanjut dia
mengatakan bahwa kalbu itu bagaikan
cermin.

Tokoh yang Mengembangkan Ma’rifat


Dalam literature tasawuf dijumpai dua
orang tokoh yang mengenal paham
Ma’rifat, yaitu Al-Ghazali dan Zun Al-Nun
Al-Misri.

● RESUME MAKALAH

Urgensi dan Eksistensi Paradigma Masyarakat Modern Mengenai Pentingnya


Ilmu Akhlak di Era Globalisasi

Anda mungkin juga menyukai