Anda di halaman 1dari 17

Ayat-Ayat Makrifatullah dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim Karya Sahl Al-Tustari

Luthviyah Romziana1, Lola Amalia Putri2


Universitas Nurul Jadid (UNUJA) Paiton Probolinggo
e-mail: romziana@gmail.com1, lolaamaliaputri022@gmail.com2

Abstract
Makrifat in the view of the Sufi is to know how the true nature of God is. In the world of tasawuf,
makrifatullah is an important thing in spiritual formation. As happened in modern times, many
negative impacts occur due to a lack of relevance to the spiritual aspect, so Sufism is needed to balance
these dimensions. This study aims to explain the interpretation of makrifatullah verses according to
Sahl al-Tustari in the book of Tafsir al-Qur'an al-'Azhim. This research is a qualitative research using
a literature study approach. The analytical method used is content descriptive analysis technique. The
results of this study indicate that makrifat in the Qur'an means knowing, knowing, acknowledging
His Oneness and Omnipotence by thinking through His signs, increasing spirituality by carrying out
religious obligations and avoiding His prohibitions, bowing to the Qur'an and hadith, having a
sincere nature , always repent, have a calm soul, always remember Him under any circumstances.
Sahl al-Tustari explained that to get protection from immoral acts, namely by makrifat. The results of
this study are useful if they can be practiced to cleanse the heart which leads to harmony in life,
closeness, obedience and piety to Allah in the formation of good morals.

Keywords: al-Tustari; Makrifatullah; Sufi Interpretation

Abstrak
Makrifat dalam pandangan sufi adalah mengetahui bagaimana hakikat Allah yang sebenarnya. Dalam
dunia tasawuf makrifatullah merupakan suatu hal yang penting dalam pembentukan spiritual.Seperti
yang terjadi di zaman modern, banyak dampak negatif yang terjadi sebab kurangnya relevansi pada
aspek spiritual, maka tasawuf dibutuhkan untuk menyeimbangkan dimensi tersebut. Penelitian ini
bertujuan untuk menjelaskan tentang penafsiran ayat-ayat makrifatullah menurut Sahl al-Tustari
dalam kitab Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan
menggunakan pendekatan studi pustaka. Metode analisa yang digunakan adalah teknik analisis
deskriptif isi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa makrifat dalam al-Qur’an bermakna
mengenal, mengetahui, mengakui Keesaan dan Kemahakuasaan-Nya dengan berfikir melalui tanda-
tanda-Nya, meningkatkan spiritual dengan melaksanakan kewajiban agama dan menjauhi larangan-
Nya, berhujjah kepada Alquran dan hadits, memiliki sifat ikhlas, senantiasa bertaubat, berjiwa tenang,
senantiasa mengingat-Nya dalam keadaan apapun.Sahl al-Tustari menjelaskan untuk memperoleh
perlindungan dari perbuatan maksiat yaitu dengan makrifat.Hasil dari penelitian ini bermanfaat jika
dapat diamalkan untuk membersihkan hati yang membawa kepada keharmonisan hidup, kedekatan,
ketaatan, dan ketaqwaan kepada Allah dalam pembentukan akhlak yang baik.

Kata Kunci: al-Tustari; Makrifatullah; Tafsir Sufi

belajar ilmu fiqh dengan pendapat ulama-


Pendahuluan
Dalam Islam ada tiga aspek atau ulama atau berbagai madzhab. Adapun

syari’at, yaitu iman, Islam dan ihsan. Pada pada aspek ihsan, memuat tasawuf yang

aspek iman, umat Islam belajar ilmu bermakna suatu metode untuk mencapai

tentang keesaan Allah atau ilmu tauhid, pendekatan melalui riyadhah dan

sedangkan pada aspek Islam, umat Islam mujahadah demi mencapai makrifat untuk
El-Afkar Vol. 12 Nomor. 1, Januari-Juni 2023

menemukan penghayatan mendalam (rasa menemukan ketauhidan yang sesungguh-


agama), sehingga dapat menjadi pribadi nya.4
yang berakhlak dan berbudi luhur karena Makrifatullah merupakan tema
dalam dirinya merasakan kedekatan dan yang sangat penting dan menarik untuk
kehadiran Allah.1 dibahas dalam kajian sufistik.5Dalam
Namun di era modernisasi telah tasawuf makrifatullah menjadi tujuan
menimbulkan banyak dampak negatif, utama dan inti dari ajaran tasawuf.6
kehidupan manusia menjadi terpisah dari Makrifatullah berasal dari kata: ‘arafa,
hal-hal yang berkaitan dengan agama, dan ya’rifu, irfatan, artinya mengenal atau
kehampaan spiritual, masyarakat mengetahui.7 Secara garis besar, di
cenderung mengarah kepada dekadensi kalangan para sufi, makrifat diartikan
akhlak seperti gejala-gejalanya mulai sebagai pengetahuan atau pengenalan
nampak dalam kehidupan sekarang, mengenai Allah.8Makrifat ialah
dimana kelezatan spiritual terkikis dengan pengetahuan yang didapat secara
kesenangan sensual.2Sebab kurangnya langsung melalui pengalaman
relevansi pada aspek spiritual, tasawuf (experience) atau penyinaran hakikat
dibutuhkan untuk menyeimbangkan Tuhan kepada hamba-Nya (‫ )ﻛﺸﻒ‬setelah
dimensi tersebut.3
adanya (‫)رﻳﺎﺿﺔ‬ melalui ruhani, yang
Tasawuf ialah proses menyucikan
diri dari segala ketergantungan kepada dijalankan atas dasar cinta
selain Allah. Ketika jiwa benar-benar
hanya bergantung kepada Allah, maka
hati sanubari dapat melihat Allah dengan
4 Mursalin Ilyas. Al Quran Dan Tafsir
dekat, segala kuasa dalam hidup seperti
Dalam Perspektif Tasawuf. Jurnal Rausyah FikrVol.
perkataan, pengetahuan, penglihatan, dan 14 No. 1 (2018), 170.
5Abidin.Ma'rifat Allah Menurut Sa'id
pendengaran terasa sebagai sifat Allah, Hawwa.Skripsi Uin Syarif Hidayatullah Jakarta,
(2017), 2.
Inti dari tasawuf adalah untuk 6Hasbiyallah & Mahlil Nurul Ihsan.
Konsep Pengenalan Allah (Ma'rifatullah) Dan
Implikasinya Terhadap Pendidikan Agama Islam.
Asep Saepullah. Tasawuf Sebagai Intisari
1 Jurnal PerspektifVol. 3 No. 1 (2019), 2.
Ajaran Islam dan Relevansinya. Turast: Jurnal 7 Nurbaety Mustahele. Ma'rifat Dalam Al-

Penelitian dan PengabdianVol. 9 No. 2 (2021), 110. Qur’an (Study Atas Tafsir Al-Azhar). Tesis Institut
2Audah Mannan. Esensi tasawuf akhlaki di PTIQ Jakarta, (2017), 2.
era modernisasi, Jurnal Aqidah-ta Vol. 4 No. 1 8Siswoyo Aris Munandar, Mursalat, Elia

(2018), 37. Malikhaturrahmah,& Email Korespondensi.


3Dedy Irawan. Tasawuf sebagai Solusi Pemaknaan Makrifat Oleh Para Sufi Dari Zaman
Krisis Manusia Modern: Tasfiyah Jurnal Pemikiran Ke Zaman. Jurnal KACA Jurusan Ushuluddin Stai Al
IslamVol.3 No. 1 (2019), 33-34. Fithrah, Vol. 11 No. 1 (2021), 2.

154
Luthviyah Romziana, Lola Amalia Putri
AYAT-AYAT MAKRIFATULLAH DALAM TAFSIR AL-QUR’AN AL-‘AZHIM KARYA SAHL AL-TUSTARI

(love).9Makrifatullah atau mengenal Allah pengabdian dan ketuhanan dengan


merupakan jalan untuk mengantarkan keikhlasan yang sempurna dalam ibadah
seorang hamba dekat kepada Allah, sesuai dengan hak-Nya. Syaikh Abdul
makrifatullah merupakan suatu kewajiban Qodir al-Jailani mengatakan bahwa untuk
bagi setiap orang yang beriman karena sampai pada makrifat manusia harus
makrifatullah merupakan syarat kekuatan meninggalakan segala sesuatu yang
iman seorang hamba.10 bertentangan dengan syari’at.12
Makrifat dalam pandangan sufi Menurut Dzun nun al-Misri, ada
adalah mengetahui bagaimana hakikat tiga tingkatan makrifat, yaitu (1) makrifat
Allah yang sebenarnya. Menurut al- orang awam, ialah mengenal keesaan
Ghazali, dasar utama untuk mencapai Allah dengan perantara ucapan syahadat,
keindahan cinta yang paling hakiki ialah (2) makrifat para filosof dan mutakallimin,
dengan mengenal Allah, Makrifatullah ialah mengenal Allah dengan jalan
menurut al-Ghazali ialah upaya mengenal penalaran dan logika, (3) makrifat para
Allah sedekat-dekatnya yang diawali muqarrabin dan awliya’, ialah mengenal
dengan pensucian hati dan zikir kepada Allah dengan kalbu atau hati sanubari.13
Allah secara kontinu, sehingga pada Dalam pandangan al-Tustari, seseorang
akhirnya akan mampu melihat Allah tidak akan mencintai sesuatu kecuali
dengan hati nurani.11 setelah ia mengenal-Nya.14
Syaikh Abdul Qodir al-Jailani Hamka mendeskripsikan dalam
menjelaskan kedudukan yang sangat tafsir Al-Azhar untuk mencapai makrifat
penting bagi penempuh jalan adalah Nur atas Nur, Cahaya diatas
makrifatullah ialah mengenal Allah cahaya. Cahaya ialah petunjuk dari Ilahi ,
dengan memahami nama dan sifat-sifat- memantul ke dalam cahaya hati yang
Nya, mengesakan-Nya, memberikan sifat telah terlepas dari gosokan (jiwa).15

12Abdul khamid.Konsep Ma’rifatullah


9 M. Ulil Abshor. Epistemologi Irfani Menurut Syaikh Abdul Qadir al-Jailani.Skripsi
(Sebuah Tinjauan Kajian Tafsir Sufistik), Jurnalat- Uin Wali Songo Semarang, (2020), 43.
Tibyan, Vol. 3 No. 2 (2018), 255. 13Asmaran As. MENUJU
10Rahmawati. Mengenal Allah Dalam MA’RIFATULLAH (Menyelami Samudera
Perspektif Sufisme. Al-Munzir: Jurnal Kajian Ilmu- Sufisme Imam al-Ghazali), Jurnal Studia Insania
Ilmu Komunikasi Dan Bimbingan Islam, Vol. 6 No. 1 Vol. 4 No. 1 (2016), 1.
(2013), 101. 14 Yayan Mulyana, Konsep Mahabbah
11Murni. Konsep Ma’rifatullah Menurut Imam al-Tustari (200-283 H). Jurnal Syifa al-
Al-Ghazali (Suatu Kajian Tentang Implementasi Qulub, Vol.I, No. 2 (2017), 120.
Nilai-Nilai Akhlak al-Karimah), Jurnal Ar-Raniry: 15 Nurbaety Mustahele. Makrifat Dalam

International Journal of Islamic Studies Vol. 2 No.1 Al-Qur’an (Study atas Tafsir Al-Azhar). Jurnal
(2014)126. Mumtaz Vol. 2 No.1 (2018), 69.

155
El-Afkar Vol. 12 Nomor. 1, Januari-Juni 2023

Menurut Aa Gym, pilar utama yang harus ketaatan, dan ketaqwaan kepada Allah
dibangun untuk menggapai cinta-Nya dalam pembentukan akhlak yang baik.
ialah makrifatullah, cinta adalah fitrah
manusia, tertuju kepada Allah adalah Metode Penelitian
cinta sejati. Tanpa itu, seorang muslim Penelitian ini bersifat kualitatif
tidak akan memiliki keteguhan hidup dan dengan menggunakan pendekatan
keyakinan. Marifatullah ialah pengarah kepustakaan, karena pembahasan ini
untuk meluruskan orientasi kehidupan berkaitan dengan kajian tafsir yang ditulis
seorang muslim, sehingga alam semesta oleh Sahal al-Tustari, maka sumber primer
yang akan tunduk melayaninya, bukan dalam penulisan ini merujuk kepada
sebaliknya.16Orang-orang yang telah Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim.Dan sumber-
mencapai makrifatullah, hatinya Allah sumber sekunder penulis mengumpulkan
penuhi dengan nur yang membebaskan bahan bacaan berupa artikel, jurnal,
hati dari kabut-kabut segala kegelisahan skripsi, buku ataupun catatan. Sedangkan
yang menyebabkan berhembusnya angin teknik analisis yang digunakan adalah
kebahagiaan dalam hati seorang hamba.17 teknik descriptif analysis content (analisa
Dengan demikian, makrifatullah deskriptif konten) dimana peneliti
sangatlah penting untuk dikaji dan membahas isi dari informasi-informasi
diamalkan, kajian ini bertujuan untuk yang didapatkan. Pertama-tama peneliti
mengetahui penafsiran ayat-ayat mengumpulkan data-data yang berkaitan
makrifatullah melalui penjelasan tafsir dengan topik penulisan penelitian yang
sufi dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim ada, membaca dan mempelajarinya.Lalu
Karya Sahal al-Tustari untuk mencatat hal-hal penting yang dapat
mendeskripsikan makna makrifatullah digunakan untuk mempertajam
dalam ayat-ayat al-Qur’an, agar penelitian. Setelah data terkumpul
menumbuhkan kesadaran diri untuk akhirnya peneliti mengorganisasi data dan
membersihkan hati yang membawa membuat polarisasi sehingga
kepada keharmonisan hidup, kedekatan, memudahkan proses interpretasi.18

16 Diana Sari. TASAWUF AA GYM: Study

Pesan Dakwah KH. Abdullah Gymnastiar. Jurnal


PANANGKARAN, Jurnal Penelitian Agama dan
Masyarakat Vol 3 No 2 (2019), 240. 18 Wahyudin Darmalaksana. Metode
17Fahrudin. Mengenal Allah Dalam Penelitian Kualitatif Studi Pustaka dan Studi
Perspektif Sufisme. Jurnal Pendidikan Agama Islam Lapangan. Jurnal Pre-print Digital Library UIN
- Ta'lim Vol.14 No 1 (2016), 82. Sunan Gunung Djati Bandung, (2020).

156
Luthviyah Romziana, Lola Amalia Putri
AYAT-AYAT MAKRIFATULLAH DALAM TAFSIR AL-QUR’AN AL-‘AZHIM KARYA SAHL AL-TUSTARI

Biografi Sahal bin Abdullah Al-Tustari kelahiran al-Tustari pada tahun 203 H/818
Sebelum membahas tentang M.23Ia terpaksa harus hijrah ke Bashrah
penafsiran ayat-ayat makrifatullah dalam pada tahun 261 H/874 M.24Hingga
tafsir al-Qur’an al-‘Azhim karya Sahl al- meninggal di Bashrah pada tahun 282 H./
Tustari, maka penting bagi kita untuk 896 M. Dia hidup pada abad ke-3, yaitu
mengetahui terlebih dahulu latar belakang abad perkembangan dunia keilmuan dan
beliau. banyak melahirkan ulama-ulama besar.25
Sahal al-Tustari, mempunyai nama Al-Tustari mendapatkan
lengkap Abu Muhammad Sahal bin pengajaran pertama mengenai tasawuf
‘Abdullah bin Yunus bin ‘Isa bin dari pamannya (saudara ibunya) yang
‘Abdullah bin Rafi’ al-Tustari.19 Atau biasa sekaligus menjadi guru pertamanya yang
dipanggil dengan nama sandarannya bernama Muhammad bin Sawwar. Al-
(nisbah) al-Tustari atau nama julukan Tustari dalam kisahnya bercerita, saat
(kunyah) Abu Muhammad.20Sahl ibn berusia tiga tahun, aku bangun malam
‘Abdullah Al-Tustari merupakan salah menunggu pamanku shalat, Muhammad
satu ulama sufi dan ahli mutakallimin Sawwar.Paman selalu beribadah
(teolog) dalam bidang ilmu riyadah, ikhlas sepanjang malam. Kadang-kadang ia
dan wara’.21 berkata kepadaku, “Hai Sahl kamu pergi
Belum ada kepastian mengenai saja dan tidurlah, hatiku terganggu
tahun lahir al-Tustari.Ada beberapa karenamu”. Ketika dirasa usianya sudah
sumber berpendapat bahwa al-Tustari tepat, barulah suatu hari pamannya
lahir pada tahun 200 H/815 M di tustar.22 mengenalkan ajaran tasawuf kepada al-
Beberapa sarjana Barat seperti Fuat Sezgin Tustari dengan bertanya, “Apakah kamu
dan Louis Massignon berpendapat bahwa
23M. Anwar Syarifuddin, Otoritas
Penafsiran Sufistik Sahl at-Tustari, Jurnal Studi al-
Abu Muhammad Sahl. Tafsir Al-Tustari,
19 Qur’an (JSQ), Vol. 2 No. 1 (2007), 136.
Lebanon: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah (2002), 3. 24 Bashrah merupakan kota terbesar kedua
20 M. Anwar Syarifuddin. Otoritas di Irak. Terletak di sebelah selatan pertemuan
Penafsiran Sufistik Sahl at-Tustari.Jurnal Studi al- Sungai Eufrat dan Sungai Tigris. Kota ini
Qur’an (JSQ), Vol. II, No. 1 (2007), 7. dibangun pada zaman Umar bin Khattab, tahun
21 M. Ainul Fiqih. Makna Ikhlas Dalam 14 H. Bangunan dan tata letak kota ini di desain
Tafsir At-Tustari Karya Sahl Ibn Abdullah At- oleh Utbah bin Ghazwan al-Mazini. Kota ini
Tustari. Skripsi IAIN Surakarta (2017), 20. terletak sekitar 545 km ke arah selatan dari
22 Tustar adalah salah satu kota benteng Baghdad dan dekat dengan pesisir pantai Teluk
kuno di Persia. Kota tersebut terletak di wilayah Arab.Dalam “Ensiklopedia Islam- ashrah” dalam
Khuzestan, barat daya iran. Sekitar 92 km https://yufidia.com/bashrah/ diakses pada 16
jaraknya dari ibukota (Ahvaz).Kota ini dihuni Februari 2018, pukul 15:46 WIB.
oleh 89.255 penduduk pada tahun 2005.Dalam 25Muh. Ainul Fiqih. Makna Ikhlas Dalam

https://ms.m.wikipedia.org/wiki/Shushtar Tafsir Karya Sahl Ibn `Abdullah at-Tustari, Skripsi


diakses pada 14 Februari 2023, pukul 15:38 WIB. IAIN Surakarta (2017), 31.

157
El-Afkar Vol. 12 Nomor. 1, Januari-Juni 2023

dapat mengingat Tuhan yang sanggup untuk berbuat maksiat kepada-


menciptakanmu?”, al-Tustari menjawab, Nya? Maka jauhilah maksiat”.26
bagaimana caranya agar aku bisa Setelah mendengar pernyataan
mengingat-Nya?”, pamannya pun pamannya tersebut al-Tustari pergi
menjawab, “Ucapakanlah tiga kali dalam berkhalwat (menyepi).Akan tetapi,
hatimu tanpa menggerakkan lidahmu saat orangtuanya menghendakinya untuk
akan menjelang tidur malam, Allah belajar ke madrasah. Mengetahui hal itu,
bersamaku, Allah melihatku, Allah al-Tustari berbicara kepada orangtuanya
mengawasiku.” Ia pun menuruti perintah bahwa ia takut konsentrasi yang ia miliki
pamannya. kacau dengan bersekolah. Sehingga
Pengajaran yang diberikan oleh orangtuanya membuat perjanjian dengan
pamannya mulai dari bilangan terendah gurunya untuk belajar selama satu jam
yaitu tiga kali, kemudian bertambah saja di madrasah, dan selanjutnya al-
menjadi tujuh kali, dan bertambah lagi Tustari melanjutkan kegiatannya
sebelas kali dalam semalam, mulai dari berkhalwat (menyepi). Dengan syarat
pembiasaan yang ringan hingga tersebut, al-Tustari mulai belajar dan
pembiasaan yang lebih utama dapat menghafal al-Qur’an pada usia enam atau
mempermudah al-Tustari membiasakan tujuh tahun di madrasah. Dan sejak itu
dirinya untuk berdzikir. Akhirnya selama pula al-Tustari terus-menerus berpuasa
proses dzikir berjalan selama beberapa (saum ad-dahr)dengan hanya memakan
tahun hingga ia merasakan manisnya dan sepotong roti sampai umurnya dua belas
rasa nyaman masuk ke dalam hatinya tahun.
semakin terasa hingga sampai pada Kecenderungan al-Tustari terha-
tingkat yang paling dalam. Kemudian dap jalan sufi yang ia pilih semakin kuat.
Muhammad bin Sawwar berkata kepada Saat umurnya tiga belas tahun, muncul
Sahl al-Tustari, “Hai sahl! Barang siapa persoalan rumit yang tak seorang pun
yang merasa Allah selalu bersamanya, mampu menjawab persoalan tersebut,
selalu melihatnya, dan selalu sehingga ia pun pergi ke bashrah setelah
memperhatikannya, apakah dia akan mendapat izin dari orangtuanya, ia pun
menemui orang-orang pintar untuk

26 Yayan Mulyana, Konsep Mahabbah

Imam al-Tustari (200-283 H). Jurnal Syifa al-


Qulub, Vol.I, No. 2 (2017), 116.

158
Luthviyah Romziana, Lola Amalia Putri
AYAT-AYAT MAKRIFATULLAH DALAM TAFSIR AL-QUR’AN AL-‘AZHIM KARYA SAHL AL-TUSTARI

menemukan jawaban atas persoalan H/ 728 M yang menjadi tempat


tersebut. Akan tetapi taka da satupun persinggahan beberapa tokoh terkenal
yang mampu memecahkan permasalahan- sepanjang sejarah.
nya. Ibn ‘Arabi menjelaskan bahwa Setelah beberapa lama tinggal di
persoalan yang dihadapi Sahl adalah bashrah, al-Tustari kembali ke kota Tustar.
kenyataan tentang “sujudnya hati” (sujud Semenjak itu al-Tustari membatasi
al-qalb).27 makanan dengan satu dirham untuk bekal
Selanjutnya ia melanjutkan satu tahun. Uang tersebut digunakan
perjalanan ke pulau Abadan dan bertemu untuk membeli gandum biji yang
dengan ulama bernama Hamzah al- kemudian ia giling sendiri menjadi tepung
Abbadani. Munawi dalam kitabnya Kemudian dari tepung itu ia buat roti.
Kawakib ad-Durriya berdasarkan sebuah Setiap malam menjelang fajar, ia
riwayat yang diambil dari Ibn ‘Arabi melakukan sahur dengan meminum air
menjelaskan dialog yang terjadi dalam putih, terkadang ia juga memakan
pertemuan al-Tustari dengan Hamzah al- sepotong roti yang beratnya kira-kira satu
Abbadani pada tahun 216 H/ 831 M. ons dan ia memakannya tanpa lauk,
Munawi mengatakan bahwa ketika al- bahkan tanpa bumbu ataupun garam. Ia
Tustari sampai di Pulau ‘Abbadan ia bertekad untuk melaksanakan puasa
bertanya kepada Hamzah, “Wahai Syeikh! selama tiga hari tiga malam, kemudian
Apakah hati selalu bersujud?” hamzah lima hari lima malam, kemudian tujuh
menjawab, “Ya, selamanya!”. Atas dasar hari tujuh malam, hingga duapuluh lima
jawaban sederhana inilah al-Tustari hari dua puluh lima malam. Ia melakukan
kemudian merasakan bahwa dirinya telah puasa tersebut selama dua puluh tahun.
menemukan jawaban yang ia inginkan Kemudian ia berpergian ke berbagai
selama ini. ia kemudian memutuskan penjuru, ke berbagai belahan negeri dan
untuk tinggal bersama Hamzah di gubuk kampung beberapa tahun termasuk
(ribat) pertapaannya. Beberapa waktu perjalanannya untuk menunaikan haji ke
untuk mendengarkan nasihat-nasihatnya Mekkah pada tahun 219 H/ 834 M ketika
dan belajar adab.Gubuk tersebut didirikan menginjak umur enam belas tahun.28
oleh para pengikut Hasan Bashri w. 110

27Roshfi Roshifah, Keluhan Akhlak 28 Zahidah Adawiyah . Waliyullah dalam


Rasulullah SAW Perspektif Tafsir Sufi Sahl al- Perspektif Tafsir Sufi (Studi Perbandingan Tafsir
Tustari. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, at-Tustari dan al-Alusi), Skripsi IIQ Jakarta
(2018), 17-18. (2018),63-64.

159
El-Afkar Vol. 12 Nomor. 1, Januari-Juni 2023

Di dalam kitabnya al-Luma’ fi al- Tustari memulai berdakwah untuk


Tashawwuf, Sarraj berpendapat mengenai mengajak manusia kepada kebenaran dan
ibadah haji yang dilakukan oleh al-Tustari hidayah Allah. Dakwah yang ia lakukan
hanya dilakukan sekali dalam seumur tidak hanya sebatas seruan kepada
hidupnya, sehingga Sarraj menyebutnya ucapan, perilaku, pendidikan, dan nasihat
dengan haji Islam (hajj al-Islam). Hal yang baik saja, akan tetapi al-Tustari juga
tersebut menandai perbedaannya dengan mewariskan sejumlah khazanah keilmuan
para sufi lain yang lazimnya melakukan yang berbentuk buku-buku dalam
ibadah haji berkali-kali selama hidupnya. berbagai macam materi keilmuan. Di
Selain Muhammad bin Sawwar antara karya-karya al-Tustari, yaitu:
pamannya dan Abu Hamzah, Dzun Nun 1. Tasawuf: Jawabat Ahl al-Yaqin, Daqa’iq
al-Misri juga mempunyai pengaruh al-Muhibbin, Risalah fi al-Huruf, Risalah
penting bagi al-Tustari, terutama dalam fi al-Hikam wa al-Tasawwuf, Salsabil
mengajarkan tentang tawakkal kepada Sahliyyah, al-Ghayah li Ahl al-Nihaayah,
Allah. Pengaruh yang diberikan oleh Kitab al-Misaq, Kalimat al-Imam al-

Dzun nun al-Misri cukup dominan terlihat Rabbani Sahl ibn Abdullah al-Tustari,

pada tumbuhnya sikap hormat al-Tustari Kalam Sahl, Risalah al-Manhiyaat

terhadap beliau sebagai teman sejawatnya, Maqalah fi al-Manhiyat, Manaqib Ahlul-

ada sebagian kalangan yang menyebut Haq wa Manaqib Ahlullah Azza wa Jalla,

Dzun nun al-Misri sebagai guru dari al- dan Mawa’idz al-Arifin.

Tustari, sebagaimana sikap yang 2. Tafsir: Tafsir al-Qur’an al-Adzim.

ditunjukkan al-Tustari yang enggan 3. Teologi: Kitab al-Mu’aradah wa al-Raddi


Ala Ahl al-Firqa wa Ahli ad-Da’awa fi al-
menerima murid hingga Dzun nun al-
Ahwal.
Misri meninggal dunia pada tahun 246
4. Sejarah: Lathaif al-Qisas fi Qisas al-
H/861 M.29
Anbiya’.30

Karya-Karya Penulisan Sahl bin


Abdullah al-Tustari
Setelah mencapai puncak ilmu
pengetahuan dan kebersihan jiwa, al-

30RoshfiRoshifah. Keluhan Akhlak


29M. Anwar Syarifuddin. Otoritas Rasulullah SAW Perspektif Tafsir Sufi Sahl al-
Penafsiran Sufistik Sahl at-Tustari.Jurnal Studi al- Tustari, Skripsi Uin Syarif Hidayatullah Jakarta,
Qur’an (JSQ), Vol. 2, No. 1 (2007), 139-140. (2018), 23-24.

160
Luthviyah Romziana, Lola Amalia Putri
AYAT-AYAT MAKRIFATULLAH DALAM TAFSIR AL-QUR’AN AL-‘AZHIM KARYA SAHL AL-TUSTARI

Mengenal Tafsir Sufi al-Qur’an al- banyak kata-kata sahl, su’ila, qala sahl dan
‘Azhim Sahl al-Tustari sejenisnya.33 Tafsir al-Qur’an al-Azim
Berawal dari latar belakang merupakan penafsiran al-Tustari terhadap
kehidupan al-Tustari yang sejak kecil beberapa ayat-ayat pilihan dalam al-
dipenuhi dengan pengalaman- Qur’an yang dipilih dalam semua surat,
pengalaman sufistik hingga melakukan yaitu sekitar seribu ayat secara
perjalan ke berbagai daerah dan kota keseluruhan, tafsir ini sebagian besar
selama beberapa tahun dengan cukup menekankan pada aspek esoteris
menjumpai para tokoh-tokoh sufi untuk al-Qur’an. Selain itu, sering diajadikan
memperdalam keilmuan hingga akhirnya sebagai sumber rujukan tafsir sufi
melakukan dakwah dengan keilmuan berikutnya, seperti al-Sulami, al-Maybudi
yang telah diperoleh, yang kemudian (abad ke-6 H/ke-12 M), dan Ruzbihan
dalam pemikirannya di tuangkan dalam Baqli (abad ke-606 H/ke-1209 M).34
al-Qur’an yang dikenal dengan Tafsir al- Al-Tustari menyebutkan dalam
Tustari. Kendati tafsirnya masih dianggap muqaddimah kitab tafsirnya, bahwa tiap-
kurang memuaskan karena belum tiap ayat dalam al-Qur’an itu mempunyai
lengkap dan penjelasannya kurang empat makna, yaitu:
mendetail, tetapi ia termasuk orang yang 1. Zahir adalah makna yang sudah terbaca
dianggap pertamakali menafsirkan al- lewat katanya.
Qur’an dengan pendekatan sufistik, 2. Batin adalah makna pemahaman yang
sehingga wajar jika penafsirannya masih dikandungnya.
sederhana dan tidak banyak 3. Hadd adalah batasan kehalalan dan
penjelasan.31Kitab ini diyakini sebagai keharamannya.
kitab tafsir pertama dalam bidang tafsir 4. Matla’ adalah terangnya hati dengan
sufi.32 pemahaman atas apa yang dikehendaki
Tafsir ini bukanlah tulisan sendiri oleh ayat-ayat tersebut adalah
al-Tustari, namun ditulis oleh muridnya pemahaman yang datang dari Allah
yang bernama Muhammad al-Baladi.Oleh ‘Azza wa Jalla.
karena itu di dalam ciri tafsir ini terdapat

31 Lenni Lestari. Epistemologi Corak 33 Ahmad Saerozi. Epistemologi Tafsir Sahl

Penafsiran Sufistik, Jurnal SyahadahVol.2 No. 1 at-Tustari (Studi Atas Q.S al-Fajr), Tesis UIN
(2014), 12. Sunan Kalijaga Yogyakarta, 103.
32 Umar Abidin, Ta’wil terhadap ayat al- 34 Ahmad Ali Fikri. Sahl al-Tustari Dan

Qur’an menurut al-Tustari. Jurnal Studi Ilmu-Ilmu Ortodoksi Tafsir Sunni, Tesis UIN Syarif
al-Qur’an dan Hadis, Vol. 15, No.2, (2014), 235. Hidayatullah Jakarta, (2021), 67-68.

161
El-Afkar Vol. 12 Nomor. 1, Januari-Juni 2023

Ilmu lahir ialah ilmu yang umum, Kedua jenis metode penafsiran
sedangkan pemahaman makna batinnya inilah yang dipakai dalam corak
itulah yang secara khusus dikehendaki. penafsiran Sahal al-Tustari, yang
Menurut al-Tustari, tafsir yang termasuk bergantung sepenuhnya pada jelas atau
dalam ketegori tafsir sufi, pegangan kurang jelasnya indikasi ke arah ajaran
dasarnya ada tujuh: berpegang teguh moral yang dikandung al-Qur’an di dalam
terhadap kitab Allah Swt, mengikuti sebuah ayat yang hendak ditafsirkan.35
Sunnah Rasulullah Saw, memakan
makanan yang halal, menghentikan Penafsiran Ayat-Ayat Tentang
perbuatan jelek, menghindari dosa, taubat Makrifatullah Menurut Sahl Al-Tustari
dan menunaikan hak. Dalam tafsiranya, al-Tustari tidak

Sahl al-Tustari dalam menafsirkan seluruhnya memaknai ayat-ayat

al-Qur’an menggunakan metode yang makrifatullah, hanya pada beberapa ayat,

dipaparkan diatas, beliau juga memuat bahkan dalam satu ayat ada beberapa

perkataan ulama-ulama lainnya.Apabila potongan ayat saja yang beliau tafsirkan.

memperhatikan corak penafsiran yang Diantara ayat-ayat makrifat antara lain:

dilakukan al-Tustari dalam kitab tafsirnya, 1. Surat Adz-Dzariyat, ayat 20-21

setidaknya ada dua metode yang


ِِ ِ ‫َوِﰱ ْٱﻷ َْر‬
digunakan, yaitu harfiah dan simbolik, َ ‫ٰﺖ ﻟﱢْﻠ ُﻤﻮﻗﻨ‬
‫ﲔ‬ ٌ َ‫ض ءَاﻳ‬
“Di bumi terdapat tanda-tanda bagi orang-
yang mana kedua-duanya sama-sama
orang yang mengetahui dengan pasti”
menekankan pada terungkapnya
Penafsiran al-Tustari terhadap ayat 20
signifikansi moral ayat-ayat al-Qur’an
bahwa tanda-tanda bagi orang-orang yang
yang menjadi fokus utama pelaku
‘arif mereka menemukan bukti makrifat.
tasawuf.Oleh karena itu, tidak
Dijelaskan dengan ayat 21:
mengherankan bila Sahal al-Tustari tidak
ِ ‫وِﰲ أَﻧْـ ُﻔ ِﺴ ُﻜﻢ ۚ◌أَﻓَ َﻼﺗُـﺒ‬
‫ﺼُﺮو َن‬
menafsirkan seluruh ayat yang ada di ْ ْ َ
“Dan pada dirimu sendiri, tidakkah kamu
dalam al-Qur’an dan hanya menaruh
melihat?”
perhatian pada ayat-ayat tertentu saja
Tanda-tanda nya ada pada diri
yang memuat indikasi ke arah makna
mereka yaitu dalam bentuknya, mereka
batin yang sejalan dengan fokusnya dalam
mengusung panji-panji ajaran moral al- 35Nor Faridatunnisa. TELAAH TAFSIR
SUFISTIK: Studi Atas Penafsiran Ayat-Ayat
Qur’an. Tentang Nur dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim
Karya Sahal Al-Tustari, Jurnal Ilmu Ushuluddin,
Vol. 19, No. 2, (2020),112.

162
Luthviyah Romziana, Lola Amalia Putri
AYAT-AYAT MAKRIFATULLAH DALAM TAFSIR AL-QUR’AN AL-‘AZHIM KARYA SAHL AL-TUSTARI

diberkahi dengan proporsi terbaik.Di hati orang-orang yang ‘arif, ia melihat di


pembuluh darah mereka yang mengalir bumi terdapat tanda-tanda yang
melalui mereka seperti sungai yang menunjukkan suatu bukti atas keesaan
mengalir, dan Dia membagi tanpa dan kemahakuasaan-Nya, salah satu
membuat mereka mengalami rasa sakit tanda-tanda-Nya ada pada diri manusia
setelah hanya setetes. Kemudian Dia sendiri, Allah menciptakan bentuk dengan
mengumpulkan mereka dari satu tahap ke proporsi terbaik, bukanlah Allah
tahap lain. Tidakkah kamu melihat qudrah menciptakan sesuatu yang sia-sia dan
(kemahakuasaan) yang luar biasa ini, dan tidak ada tujuan, di dalamnya terdapat
karenanya percaya pada wahdaniyyah banyak hikmah, pelajaran.
(keesaan-Nya)? Selanjutnya, Allah Yang 2. Surat Az-Zumar ayat 9
ِ‫ﱠ‬ ِ‫ﱠ‬
◌ۗ ‫ﻳﻦ َﻻ ﻳـَ ْﻌﻠَ ُﻤﻮ َن‬ َ ‫ﻗُ ْﻞ َﻫ ْﻞ ﻳَ ْﺴﺘَ ِﻮى ٱﻟﺬ‬
َ ‫ﻳﻦ ﻳـَ ْﻌﻠَ ُﻤﻮ َن َوٱﻟﺬ‬
Maha Tinggi, telah menciptakan dalam
jiwa anak Adam 1080 tanda, 360 di “Katakanlah: Apakah orang-orang yang
antaranya tampak, dan 360 di antaranya mengetahui sama dengan orang-orang yang
samar atau tersembunyi, tetapi kamu tidak mengetahui?”
dapat melihat jika Dia memberi kasyf Dalam ayat tersebut al-Tustari
kepadamu.Sisanya 360 dari mereka tidak menanyakan pertanyaan untuk
jelas dan hanya diketahui oleh seorang menguatkan hujjah kebenaran.Dia berkata
Nabi atau orang yang siddiq (jujur), jika bahawasanya segala ilm (pengetahuan)
satu saja dari tanda-tanda ini berasal dari kitab al-Qur’an dan iqtida’
diungkapkan kepada ahl al-‘uqul (pemilik (mencontoh atau meneladani Nabi),
akal), mereka sampai kepada ikhlas bukan dari saran tercela. Ilmu apa pun
(ketulusan).Sesungguhnya Allah Ta’ala yang diperoleh oleh seorang hamba dari
telah menutup hati orang-orang yang lalai posisi tidak meniru teladan Nabi akan
dari mengingat-Nya karena mereka menjadi wabal (kutukan) baginya karena
mengikuti nafsu, yang mencegah mereka dia akan membuat klaim palsu
dari melihat tanda-tanda-Nya.Akan tetapi, karenanya.37
Dia telah membuka hati orang-orang yang Jadi, dalam penafsiran ayat diatas,
‘arif sehingga mebuat mereka mencapai ialah perbedaan antara orang-orang yang
ikhlas (ketulusan).36 mengetahui dengan orang-orang yang
Bahwasanya Allah telah membuka tidak mengetahui.Orang-orang yang

36 Abu Muhammad Sahl. Tafsir Al-Tustari, 37 Abu Muhammad Sahl. Tafsir Al-Tustari,

Lebanon: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah (2002), 153-154 Lebanon: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah (2002), 133.

163
El-Afkar Vol. 12 Nomor. 1, Januari-Juni 2023

mengetahui ialah orang-orang yang Hasan al-Bashri, bahwasanya


keilmuannya berhujjah kepada al-Qur’an perumpamaan nur yaitu satu sama lain
dan hadits, sedangkan orang-orang yang saling berkaitan dengan makrifat,
tidak mengetahui sebaliknya. kewajiban agama, ikhlas, dan cahaya
3. Surat An-Nur ayat 35 spiritual.

◌ۚ ‫ض‬ ِ ‫ٱﻟﻠﱠﻪ ﻧُﻮر ٱﻟ ﱠﺴ ٰﻤ ٰﻮ‬


ِ ‫ت َو ْٱﻷ َْر‬ 4. Surat Yusuf Ayat 53
ََ ُ ُ
“Allah adalah cahaya langit dan bumi… ِ ‫وﻣﺎ أُﺑـﺮﺋـﻨـ ْﻔ ِﺴﻰ ۚ◌إِ ﱠن ٱﻟﻨﱠـ ْﻔﺲ َﻷَ ﱠﻣﺎرةٌﺑِﭑﻟ ﱡﺴ‬
‫ﻮء‬ َ َ َ ُ‫َ َ َ ﱢ‬
Al-Tustari menafsirkan ayat tersebut: “Dan aku tidak menyalahkan jiwa saya
Ialah Dzat yang telah menghiasi langit sendiri: sesungguhnya jiwa selalu menyuruh
dan bumi dengan cahaya, perumpamaan kepada kejahatan…
cahaya berarti keserupaan cahaya dari Sesungguhnya nafs ammarah
Muhammad. merupakan syahwat yang tempatnya
Hasan al-Bashri berkata: “Dia dimainkan oleh sifat dasar manusia,
bermaksud dengan itu hati orang beriman kecuali Allah memberinya rahmat.Allah
mengakui keesaan Tuhan, karena hati menjadikan nafs mutma’innah (diri yang
para Nabi telalu cemerlang dalam damai) adalah nafs ma’rifat. Maha Suci
cahayanya untuk dijelaskan dalam istilah Allah, Ia menjadikan ketidaktahuan
kemiripan lampu ini. Beliau berkata sebagai sifat dasar manusia, dan
“Perumpamaan cahaya al-Qur’an adalah menjadikan keinginan lebih dekat
misbah (lampu), lampu yang lilinnya dengannya. Dia juga membuat pintu
makrifat, sumbunya kewajiban agama, dimana kerusakan manusia masuk. Sahal
minyaknya adalah ikhlas (ketulusan), dan menjelaskan tentang arti sifat dasar atau
cahayanya adalah cahaya spiritual.Setiap watak manusia dan bagaimana seseorang
kali ikhlas (ketulusan) meningkat dalam dapat memperoleh perlindungan dari-
kesucian, lampu bertambah terang, dan Nya, dia berkata sifat manusia terdiri dari
setiap kali kewajiban agama meningkat empat sifat alami:
dalam realisasi batin pelita meningkat  Sifat hewani: yaitu perut dan alat
dalam nur (cahaya).38 kelamin, perlindungan dari sifat
Orang beriman ialah orang-orang hewani adalah melalui iman.
yang mengakui keesaan Allah, dalam  Sifat setan: yaitu permainan dan
tafsirnya al-Tustari mengutip perkataan pengalihan, keselamatan dari sifat
setan adalah melalui tasbih dan
Abu Muhammad Sahl. Tafsir Al-Tustari,
38

Lebanon: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah (2002), 111-112. penyucian Tuhan, yang

164
Luthviyah Romziana, Lola Amalia Putri
AYAT-AYAT MAKRIFATULLAH DALAM TAFSIR AL-QUR’AN AL-‘AZHIM KARYA SAHL AL-TUSTARI

merupakan sifat alami para keburukan atau kemaksiatan hingga


malaikat. sampai pada makrifat yaitu melalui iman,
 Sifat sihir: tipu daya dan penipuan, melalui dzikir, penyucian Tuhan,
keselamatan dari sifat sihir adalah kejujuran, nasehat yang tulus, keadilan,
melalui kejujuran, nasehat yang kemurahan hati, berlindung dan
tulus, keadilan dan kemurahan memohon kepada Allah dengan rendah
hati. hati dan berseru kepada-Nya. Dengan
 Sifat jahat: penolakan dan rahmat Allah ia akan sampai pada nafs
kesombongan, keselamatan dari makrifat, ia memperoleh perlindungan
sifat jahat adalah dengan dengan Allah menjaganya dari perbuatan-
berlindung kepada Tuhan Yang perbuatan maksiat.
Maha Esa, dengan memohon 5. Surat Muhammad ayat 19
ِ َ‫ﻚ وﻟِْﻠﻤ ْﺆِﻣﻨِﲔ وٱﻟْﻤ ْﺆِﻣٰﻨ‬
◌ۗ ‫ﺖ‬ ِ ِ ِ ْ‫و‬
ُ َ َ ُ َ َ ‫ٱﺳﺘَـﻐْﻔ ْﺮ ﻟ َﺬﻧﺒ‬
dengan rendah hati dan berseru
َ
kepada-Nya. Dan mintalah ampunan bagi dosamu dan bagi
dosa laki-laki dan perempuan yang beriman…
Sifat ‘aql adalah memiliki pengetahuan,
Al-Tustari menafsirkan ayat
tetapi sifat diri yang lebih rendah adalah
tersebut: Mohonlah ampun untuk
ketidaktahuan, dan dari sifat alami
keinginan diri dari sifat alami. Nabi
manusia adalah membuat klaim yang
bersabda: Tidak seorang pun di antara kami
megah.39
yang tidak memiliki keinginan untuk
Bahwa sifat dasar manusia adalah
melakukan sesuatu dan kemudian
nafs ammarah yaitu hawa nafsu yang
melanggarnya. Ini berarti bahwa nafs
cenderung kepada perbuatan buruk,
seseorang menginginkan sesuatu, menguasai
mengikuti apa-apa yang disukainya dan
hati untuk pemuasan hawa nafsu, tetapi
sangat sulit ditundukkan.Al-Tustari kemudian orang itu berpaling dari niat itu dan
membagi watak manusia menjadi empat, mencari pengampunan dari Allah, seperti
yaitu: watak hewani, watak setan, watak yang disabdakan Nabi: “Sungguh, hatiku
sihir, dan watak jahat, yang semuanya menjadi mendung, dan sungguh aku mohon
cenderung kepada keburukan. Al-Tustari ampun kepada Allah yang Maha Tinggi tujuh
menjelaskan untuk memperoleh puluh kali sehari.”40
perlindungan dari watak-watak Yakni mintalah ampunan atau

39 Abu Muhammad Sahl. Tafsir Al-Tustari, 40 Abu Muhammad Sahl. Tafsir Al-Tustari,

Lebanon: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah (2002), 81-82. Lebanon: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah (2002), 145.

165
El-Afkar Vol. 12 Nomor. 1, Januari-Juni 2023

bertaubat kepada Allah dari sifat alami siapa yang tidak menaati-Nya, sungguh ia
yang sudah disebutkan dalam ayat benar-benar melupakan-Nya.41
sebelumnya, mohonlah ampunan atas apa Yaitu orang-orang yang senantiasa
yang telah diri lakukan, dan mohonlah mengingat Allah atau berdzikir kepada
ampunan atas orang-orang mukmin, laki Allah dalam keadaan apapun, sambil
laki dan perempuan. berdiri atau duduk atau dalam keadan
6. Surat Ali-Imran ayat 191 berbaring.Al-Tustari menjelaskan dzikir

…‫ﺟﻨُﻮِِ ْﻢ‬ ِ ِ‫ﱠ‬


ً ُ‫ﻳﻦ ﻳَ ْﺬ ُﻛُﺮو َن ٱﻟﻠﱠﻪَ ﻗﻴَ ًٰﻤﺎ َوﻗُـﻌ‬
‫ﻮدا َو َﻋﻠَ ٰﻰ‬ َ ‫ٱﻟﺬ‬
disini adalah para penghafal al-Qur’an,
ُ
Orang-orang yang mengingat Allah, berdiri, yakni dalam keadaan apapun mereka
duduk, dan dalam keadaan berbaring… tidak melalaikannya. Karena orang-orang
Al-Tustari berkata: Siapa pun yang yang senantiasa mengingat-Nya, merasa
ingin menghafal al-Qur’an harus Allah selalu mengawasinya, Allah akan
menyelesaikan tiga bacaan mengikuti jadikan hati mereka tentram dengan
syarat yang disebutkan dalam ayat ini, mengingat-Nya.
yaitu: bacaan yang dikerjakan sambil 7. Surat Al-Baqarah 255
berdiri dalam shalat, bacaan yang ◌ۚ ‫ﻮم‬ ْ ‫ٱﻟﻠﱠﻪُ َﻻ إِٰﻟَﻪَ إِﱠﻻ ُﻫ َﻮ‬
ُ ‫ٱﳊَ ﱡﻰ ٱﻟْ َﻘﻴﱡ‬
dikerjakan sambil duduk dan “Allah, tidak ada tuhan selain Dia, Dia yang
mempelajarinya, dan bacaan yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus
dikerjakan sambil berbaring miring. makhluk-Nya…
Kemudian dia tidak akan melupakan itu Al-Tustari menjelaskan ini adalah
InsyaaAllah, Allah Maha Perkasa dan ayat yang paling agung dalam Kitab
Mulia. Dan siapa pun yang menyibukkan Allah, Maha Tinggi Dia. Di dalamnya ada
dirinya dengan mencari ilmu dengan Nama Agung Allah, dan tertulis di langit
ketaqwaan, dan membaca al-Qur’an, dan dengan cahaya hijau di dalam satu baris
dzikir kepada Allah, berpegang pada dari timur ke barat. Al-Tustari melihatnya
sunnah, dan menghindari semua tertulis pada malam Laylatul Qadr di
kesembronoan, tidak akan ditimpa ʿAbbadan.Tidak ada tuhan selain Dia,
penyakit. Dan barang siapa yang taat yang Hidup kekal lagi terus menerus
kepada Allah dengan pengetahuan dan mengurus makhluk-Nya. Adapun makna:
niat tulus, tidak akan kehilangan akal. ◌ۚ ‫ﻮم‬
ُ ‫ٱﳊَ ﱡﻰ ٱﻟْ َﻘﻴﱡ‬
ْ
Nabi bersabda: Barang siapa yang menaati “Yang hidup Kekal lagi terus menerus
Allah yang Maha Perkasa dan Mulia, sungguh
41 Abu Muhammad Sahl. Tafsir Al-Tustari,
dia benar-benar mengingat-Nya, dan barang Lebanon: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah (2002), 52.

166
Luthviyah Romziana, Lola Amalia Putri
AYAT-AYAT MAKRIFATULLAH DALAM TAFSIR AL-QUR’AN AL-‘AZHIM KARYA SAHL AL-TUSTARI

mengurus makhluk-Nya … dilanda rasa kantuk dan tidak pernah


Adalah Dia yang mengawasi tidur.
segala sesuatu yang berkaitan dengan 8. Surat Al-Anfal ayat 2
ِ ِ ِ‫ِ ﱠ‬
makhluk-makhluk-Nya, rentang hidup
ْ َ‫ﻳﻦ إِذَا ذُﻛَﺮ ٱﻟﻠﱠﻪُ َوﺟﻠ‬
‫ﺖ ﻗُـﻠُﻮﺑـُ ُﻬ ْﻢ‬ ‫ِﱠ‬
َ ‫إﳕَﺎ ٱﻟْ ُﻤ ْﺆﻣﻨُﻮ َن ٱﻟﺬ‬
mereka, perbuatan mereka, dan rezeki “Sesungguhnya orang-orang yang beriman
mereka.Dialah yang membalas kebaikan ialah mereka yang apabila disebut nama Allah
dengan kebaikan, dan membalas gemetarlah hati mereka…
kesalahan dengan ampunan, dan Al-Tustari berkata: Hati mereka
membalas kemunafikan, kekafiran, dan gemetar karena takut akan perpisahan,
bid’ah dengan hukuman. Barang siapa dan karenanya anggota tubuh mereka
mengucapkan perkataan: “Tidak ada tuhan tunduk kepada Allah dalam pelayanan-
selain Allah” maka sungguh membuat Nya.43
perjanjian dengan Allah, maka haram
baginya apabila membuat perjanjian Kesimpulan
dengan Allah, lalu bermaksiat kepada- Dari penjelasan yang sudah

Nya dalam salah satu perintah atau dipaparkan, dapat diambil kesimpulan

larangan-Nya, baik secara sembunyi- bahwa makrifatullah menurut Sahl al-

sembunyi maupun di depan umum, atau Tustari dalam kitab Tafsir al-Qur’an al-

untuk mendukung atau menunjukkan ‘Azim bermakna: mengenal, mengetahui,

musuh-Nya. mengakui Keesaan dan Kemahakuasaan-

◌ۚ ‫َﻻ ﺗَﺄْ ُﺧ ُﺬﻩۥُ ِﺳﻨَﺔٌ َوَﻻﻧـَ ْﻮٌم‬ Nya dengan berfikir melalui tanda-tanda-

“Tidak mengantuk dan tidak tidur… Nya, meningkatkan spiritual dengan

Tidur ialah mengantuk. Al-Tustari melaksanakan kewajiban agama dan

berkata: Tidur adalah ketika qalb (hati) menjauhi larangan-Nya, berhujjah kepada

bercampur dengan tidur.42 al-Qur’an dan hadits, memiliki sifat ikhlas,

Yakni tidak ada Tuhan yang berhak senantiasa bertaubat, berjiwa tenang, dan

disembah di alam ini melainkan Allah, senantiasa mengingat-Nya dalam keadaan

Allah adalah dzat yang Maha Hidup, Ia apapun sehingga ketika seorang hamba

senantiasa mengatur segala kebutuhan menghadirkan perasaan diawasi oleh

makhluk-makhluknya, Dia tidak pernah Allah, setiap kali ia ingin berbuat

42 Abu Muhammad Sahl. Tafsir Al-Tustari, 43 Abu Muhammad Sahl. Tafsir Al-Tustari,

Lebanon: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah (2002), 36-37. Lebanon: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah (2002), 71.

167
El-Afkar Vol. 12 Nomor. 1, Januari-Juni 2023

kemaksiatan ia ingat bahwa Allah 7. Fahrudin. (2016). Mengenal Allah


Dalam Perspektif Sufisme. Jurnal
mengawasinya, ia sangat menyadari
Pendidikan Agama Islam -
bahwa Allah selalu menatapnya sehingga Ta'limVol.14, No 1
8. Fiqih, M. Ainul. (2017). Makna
tidak ada sesuatu apapun yang
Ikhlas Dalam Tafsir At-Tustari
terlewatkan. Dengan demikian, di zaman Karya Sahl Ibn Abdullah At-
Tustari, Skripsi IAIN Surakarta
modern yang nampak masyarakat
9. Fikri, Ahmad. (2021). Sahl al-
cenderung mengarah kepada dekadensi Tustari Dan Ortodoksi Tafsir
Sunni, Tesis UIN Syarif
akhlak. Makrifatullah dapat menjadi jalan
Hidayatullah Jakarta
penting yang ditempuh untuk 10. Hasbiyallah & Mahlil Nurul Ihsan.
(2019). Konsep Pengenalan Allah
meningkatkan spiritualitas dan
(Ma'rifatullah) Dan Implikasinya
meluruskan orientasi kehidupan seorang Terhadap Pendidikan Agama
Islam. Jurnal Perspektif Vol. 3, No. 1
muslim.
11. Ilyas, Mursalin. (2018). Al Quran
Dan Tafsir Dalam Perspektif
Tasawuf. Jurnal Rausyah FikrVol.
Referensi
14, No. 1
1. Abidin. (2017). Ma'rifat Allah 12. Irawan, Dedy. (2019). Tasawuf
Menurut Sa'id Hawwa, Skripsi sebagai Solusi Krisis Manusia
Universitas Islam Negeri (UIN) Modern:. Tasfiyah Jurnal Pemikiran
Syarif Hidayatullah Jakarta IslamVol 3, No 1
2. Abidin, Umar. (2014). Ta'wil 13. Khamid, Abdul. (2020). Konsep
Terhadap Ayat al-Qur'an Menurut Ma’rifatullah Menurut Syaikh
At-Tustari, Jurnal Studi Ilmu-Ilmu Abdul Qadir al-Jailani. Skripsi Uin
al-Qur'an dan Hadis Vol. 15, No. 2 Wali Songo Semarang
3. Abshor, M. Ulil. (2018). 14. Lestari, Lenni. (2014). Epistemologi
Epistemologi Irfani (Sebuah Corak Penafsiran Sufistik, Jurnal
Tinjauan Kajian Tafsir Sufistik), Syahadah Vol.2, No. 1
Jurnalat-TibyanVol. 3, No. 2 15. Mannan, Audah. (2018). Esensi
4. Adawiyah, Zahidah. (2018). tasawuf Akhlaki di Era
Waliyullah dalam Perspektif Tafsir Modernisasi, Jurnal Aqidah-ta Vol.
Sufi (Studi Perbandingan Tafsir at- 4, No. 1
Tustari dan al-Alusi), Skripsi IIQ 16. Mustahele, Nurbaety. (2017).
Jakarta Ma'rifat Dalam Al-Qur'an, Tesis
5. As, Asmaran. (2016). Menuju Institut PTIQ Jakarta
Ma'rifatullah (Menyelami 17. Mustahele, Nurbaety. (2018).
Samudera Sufisme Imam al- Makrifat Dalam Al-Qur’an (Study
Ghazali), Jurnal Studia Insania Vol. atas Tafsir Al-Azhar). Jurnal
4, No. 1 MumtazVol. 2, No.1
6. Darmalaksana, Wahyudin. (2020). 18. Murni. (2014). Konsep
Metode Penelitian Kualitatif Studi Ma’rifatullah Menurut Al-Ghazali
Pustaka dan Studi Lapangan. Pre- (Suatu Kajian Tentang
print Digital Library UIN Sunan Implementasi Nilai-Nilai Akhlak
Gunung Djati Bandung. al-Karimah), Jurnal Ar-Raniry:

168
Luthviyah Romziana, Lola Amalia Putri
AYAT-AYAT MAKRIFATULLAH DALAM TAFSIR AL-QUR’AN AL-‘AZHIM KARYA SAHL AL-TUSTARI

International Journal of Islamic 29. Yufidia.com. (2011). Bashrah


StudiesVol. 2, No.1 ,https://yufidia.com/bashrah/
19. Mulyana, Yayan. (2017). Konsep diakses pada 16 Februari 2018,
Mahabbah Imam al-Tustari (200- pukul 15:46 WIB
283 H), jurnal Syifa al-Qulub Vol. I,
No. 2
20. Munandar, Siswoyo Aris.
Mursalat, Elia
Malikhaturrahmah,& Email
Korespondensi. (2021) Pemaknaan
Makrifat Oleh Para Sufi Dari
Zaman Ke Zaman. Jurnal KACA
Jurusan Ushuluddin Stai Al Fithrah
Vol. 11, No. 1
21. Rahmawati. (2013). Mengenal
Allah Dalam Perspektif Sufisme.
Al-Munzir: Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu
Komunikasi Dan Bimbingan Islam
Vol. 6, No. 1
22. Roshifah, Roshi. (2018). Keluhan
Akhlak Rasulullah SAW Perspektif
Tafsir Sufi Sahl al-Tustari, Skripsi
Uin Syarif Hidayatullah Jakarta
23. Saepullah, Asep. (2021). Tasawuf
Sebagai Intisari Ajaran Islam dan
Relevansinya. Turast: Jurnal
Penelitian dan PengabdianVol. 9, No.
2
24. Sari, Diana. (2019). TASAWUF AA
GYM: Study Pesan Dakwah KH.
Abdullah Gymnastiar.
PANANGKARAN, Jurnal Penelitian
Agama dan MasyarakatVol.3, No.2
25. Sahl, Abu Muhammad. (2002).
Tafsir Al-Tustari, Lebanon: Dar Al-
Kotob Al-Ilmiyah
26. Saerozi, Ahmad. (2017).
Epistemologi Tafsir Sahl at-Tustari
(Studi Atas Q.S al-Fajr), Tesis UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta
27. Syarifuddin, M. Anwar. (2007).
Otoritas Penafsiran Sufistik Sahl at-
Tustari, Jurnal Studi al-Qur’an (JSQ)
Vol. 2, No. 1
28. Wikipedia.org. (2009). Shustar,
https://ms.m.wikipedia.org/wiki
/Shushtar diakses pada 14
Februari 2023, pukul 15:38 WIB

169

Anda mungkin juga menyukai