Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tasawuf
Dosen Pengampu:
Oleh:
2015.01.01.388
Tujuan akhir dari perjalanan sufi adalah untuk mengenal dan berada sedekat
mungkin dengan Allah dan sekaligus disana akan diperoleh kebahagiaan yang hakiki.
Jalan yang harus ditempuh agar bisa sampai di sana, menurut al-Ghazali, di samping
harus mengamalkan seluruh ajaran syariat, juga harus menempuh jalan panjang yang
berjenjang atau al-maqamat.
Sejak abad tiga hijriah setiap orang yang ingin mencapai tujuan tasawuf atau
ingin menjadi sufi, ia harus menempuh jalan yang berat dan panjang, melakukan
berbagai macam latihan amalan, baik yang bersifat amalan lahiriah maupun amalan
bathiniyah. Kendatipun pengetahuan ketasawufan itu pada dasarnya bersifat refetatif,
namun dapat dipelajari melalui tahapan-tahapan tertentu yang disebut al-maqamat.
Apakah tujuannya hanya sekedar ingin mendekatkan diri kepada Allah, ataukah
tujuan ma’rifah dan mahabbah, ataukah sampai pada ittihad, setiap orang harus
melalui tahapan-tahapan tadi. Penamaan jenjang-jenjang itu adalah karena sifatnya
yang mapan atau langgeng. Artinya seorang salik harus mapan lebih dahulu pada satu
tingkat, baru ia boleh beralih ketingkat berikutnya, kondisi kejiwaan pada saat
peralihan itu disebut al-hal.
II. Pembahasan
A. Pengertian Maqamat dan Ahwal
1. Menurut Abu Nasr al-Sarraj (salah seorang sufi): maqamat berarti kedudukan
manusia dihadapan Allah yang disebabkan karena ibadahnya, mujahadahnya,
riyadhahnya, dan pencurahan hatinya kepada Allah.
2. Menurut Imam al-Qusyairi: maqamat berarti tahapan adab (etika) seorang
hamba dalam kepada-Nya dengan macam-macam upayanya. Diwujudkan
dengan suatu tujuan pencarian dan ukuran tugas.2
Ahwal adalah jamak dari hal yang berarti keadaan atau situasi kejiwaan
(state). Secara terminologis Ahwal berarti keadaan spiritual yang menguasai hati.
Menurut Harun Nasution, hal merupakan keadaan mental seperti perasaan senang,
perasaan sedih, perasaan takut dan sebagainya. Hal masuk dalam hati seseorang
sebagai anugerah yang diberikan oleh Allah. Hal datang dan pergi dari diri seseorang
1
M.Solihin, Kamus Tasawuf, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), 126.
2
Nasirudin, Historitas dan Normativitas, (Jakarta:Akfi Media , 2008), 65.
tanpa usaha atau perjalanan tertentu. Karena ia datang dan pergi secara tiba-tiba dan
tidak disengaja.
Tentang beberapa jumlah tangga (maqamat) yang harus ditempuh, para sufi
sama pendapatnya, sebagaimana pendapat Muhammad al Kalabazy, yang dikutib
harun Nasution dalam bukunya Abuddin Nata, mengatakan bahwa jumlah maqamat
itu ada 10 yaitu, al taubah, al zuhud, al shabr, al faqr, al tawadlu’, al taqwa, al
tawakal, al ridla, al mahabbah dan al ma’rifah.4
1) Taubat
2) Wara’
3
Ibid, hlm.16
4
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), 194.
5
Tim Penyusun MKD Iain Sunan Ampel Surabaya, Akhlak Tasawuf, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel
Pres. 2011), 244-249.
3) Zuhud
Secara harfiah zuhud berarti tidak ingin kepada sesuatu yang bersifat
keduniawian. Zuhud termasuk salah satu ajaran agama yang sangat penting
dalam rangka mengendalikan diri dari pengaruh kehidupan dunia.
4) Faqr
5) Al-Ridha
6) Sabar
7) Tawakal
6
Romly Arief, Kuliah Akhlak Tasawuf. (Jombang, Unhasy Press, 2008.), 111
7
Rosihun Dkk. Ilmu Tasawuf. (Bandung: Pustaka Setia. 2000.), 71
8
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, 203-204
Pengertian yang demikian itu sejalan pula dengan pengertian Harun
Nasution, ia mengatakan tawakal adalah menyerahkan kepada ketetapan
tuhan, selamanya dalam keadaan tentram. Jika dapat pemberian berterima
kasih, bila mendapat apa-apa bersikap bersabar dan menyerahkan kepada
qodho dan qhodar Allah. 9
Dalam penentuan hal juga terdapat perbedaan pendapat dikalangan kaum sufi.
Adapun akhwal yang paling banyak disepakati adalah; al-muroqobah, al-khauf, ar-
raja’, ath-thuma’minah, al musyahadah dan al usn.10
1) Al-Muroqobah
2) Al-Khauf
Khauf adalah suatu sikap mental yang merasa takut kepada Allah
karena kurang sempurna pengabdianya. Takut dan kawatir kalau Allah tidak
senang kepadanya. Menurut al-Ghozali khauf adalah rasa sakit dalam hati
karena khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak disenagi dimasa sekarang.
Menurut al-Ghozali khauf terdiri dari tiga tingkatan atau tiga derajat,
diantaranya adalah:
9
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, 202.
10
Tim Penyusun MKD Iain Sunan Ampel Surabaya, Akhlak Tasawuf, 263.
11
Tim Penyusun MKD Iain Sunan Ampel Surabaya, Akhlak Tasawuf, 266-267.
3) Al-Raja’
Menurut kalangan kaum sufi, raja’ dan khauf berjalan seimbang dan
saling mempengaruhi. Raja’ dapat berarti berharap atau optimisme, yaitu
peresaan senang hati menaati sesuatu yang diinginkan dan disenangi.
Raja’ yang tidak di barengi dengan tiga perkara itu hanyalah ilusi atau
hayalan. Setiap orang yang berharap adalah juga orang yang takut (khauf).
Orang yang berharap untuk sampai di suatu tempat tepat waktunya, tentu ia
takut terlambat. Dan karena takut terlambat, ia mempercepat jalannya. Begitu
pula orangyang berharap rida atau ampunan Tuhan, diiringi dengan rasa tahut
akan siksaan Tuhan.
4) Al-Thuma’minah
5) Al-Unsu
Dalam pandangan sufi Usn adalah sifat merasa selalu berteman, tak
pernah merasa sepi, dalam keadaan sperti ini sufi merasa tidak ada yang
dirasakan, tidak ada yang di ingat, kecuali Allah.
III. Kesimpulan
1. Secara etimologis maqamat berarti jamak dari maqam yang artinya
kedudukan, Dan secara terminologi, maqamat berarti tempat atau martabat
seorang hamba di hadapan Allah.
2. Ahwal adalah jamak dari hal yang berarti keadaan atau situasi kejiwaan (state).
Secara terminologis ahwal berarti keadaan spiritual yang menguasai hati.
3. Macam-macam maqamat ialah taubat, wara’, zuhud, faqr, ridha, sabar,
tawakal.
4. Macam-macam ahwal ialah al muroqobah, al-khauf, al-raja’, al-tuma’ninah,
al-uns, al-musyahadah.
Daftar Pustaka
14
Ibid., 272
Solihin, Kamus Tasawuf, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002.
Tim Penyusun MKD Iain Sunan Ampel Surabaya. Akhlak Tasawuf, Surabaya: IAIN
Sunan Ampel Pres, 2011.