Anda di halaman 1dari 22

TEORI STANDAR KOMPETENSI

PENGAWAS PENDIDIKAN

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas


Mata Kuliah : Supervisi Pendidikan
Dosen Pengampu : Dr. H. Ikhrom, M.Ag

oleh :

Muhasir
Nim : 1703038021

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2018
TEORI STANDAR KOMPETENSI PENGAWAS PENDIDIKAN

Muhasir
Nim : 1703038021
Program Magister Manajemen Pendidikan Islam Pascasarjana
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang 2018

Abstrak : Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai supervisi


pendidikan yang baru muncul kurang lebih tiga dasawarsa (unit waktu yang terdiri
dari 10 tahun) terakhir ini. Banyak muncul berbagai macam teori serta bentuk
kegiatan serupa yang dahulu banyak dilakukan adalah Inspeksi, pemeriksaan dan
pengawasan. Dalam konteks sekolah, madrasah sebagai sebuah organisasi
pendidikan, teori supervisi pendidikan merupaka bagian dari proses administrasi dan
manajemen. Bentuk dan teori kegiatan supervisi pendidikan sudah dilengkapi dengan
2 fungsi kepengawasan yaitu, 1) Rencana Kepengawasan Akademik dan 2) Rencana
Kepengawasan Manajerial, ini yang ada di sekolah sebagai fungsi terakhir
kepengawasan, dari fungsi ini akan di praktikkan pada setiap sekolah.madrasah.

Dengan supervisi pendidikan, akan memberikan inspirasi untuk bersama-


sama menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan dengan jumlah lebih banyak, waktu lebih
cepat, cara lebih mudah, dan hasil yang lebih baik daripada jika dikerjakan sendiri.
Supervisi mempunyai peran mengoptimalkan tanggung jawab dari semua program.
Supervisi bersangkut paut dengan semua upaya penelitian yang tertuju pada semua
aspek yang merupakan faktor penentu keberhasilan. Dengan mengetahui kondisi
aspek-aspek tersebut secara rinci dan akurat, dapat diketahui dengan tepat pula apa
yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas organisasi yang bersangkutan.

Kata Kunci : Teori, Standar Kompetensi, Pengawas Pendidikan

1
A. Pendahuluan

Pengawas Sekolah/madrasah yang baik harus sesuai dengan latar


belakang pendidikan yang lebih tinggi, maksudnya strata 1 atau strata 2
manajemen kependidikan, bukan sebaliknya. Kalau sebaliknya maka dipastikan
kegiatan kepengawasan pendidikan kita akan kurang maksimal dalam hal
evaluasi dan penilain kinerja guru di sekolah, karena apabila dipimpin oleh
bukan ahlinya maka perumusan sistim manajemen pembelajaran tidak tepat
sasaran dan jauh dari harapan. Oleh karena itu peran serta seoarang supervisor
(pengawas sekolah/ madrasah) sangat mendukung, karena tanpa adanya
pengawas yang ahli (professional) maka tidak mungkin juga sebuah sekolah/
madrasah akan berjalan baik dan bermutu.

Salah satu mutu pendidikan (sekolah/madrasah) sangat ditentukan oleh


pengawas yang professional, kepala sekolah/ madrasah yang professional, juga
guru yang professional (berkualitas) hal ini akan tercipta sebuah pendidikan
yang bermutu baik.1 Dalam dunia pendidikan tidak lepas dari tanggung jawab
pemerintah, orang tua, serta masyarakat. Karena pendidikan kalau tidak
ditangani atau tidak ada yang bertanggung jawab maka dikhawatirkan kedepan
pedidikan kita akan semakin tidak jelas.2 Oleh karena itu perlu perhatian yang
sangat serius dari pemerintah , orang tua dan masyarakat. Disisi lain kemajuan
sebuah pendidikan ( sekolah/ madrasah ) diperlukan sebuah tata kelola (
manajemen ) yang bagus, karena ketika sebuah lembaga pendidikan dapat
dipimpin oleh orang yang memang ahlinya ( kepala sekolah/ madrasah ) maka
akan tercipta sebuah pendidikan yang berkualitas.3
Kalau kita analisa bersama kenyataannya dilapangan masih perlu
dibenahi dalam hal supervisi pendidikan yang dilakukan oleh para pengawas.
Cukup banyak para pengawas kita dalam menjalankan tugasnya belum maksimal
memberikan pelayanan dan bimbingan kepada guru disekolah, dikarenakan
keahlian dan keterampilan pengawas tersebut masih pas-pasan, hal inilah yang

1
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Supervisi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), 67.
2
Nanang Fattah, Landasan Mmenejemen Pendidikan, (Bandung : Rosda Karya, 2004), 65.
3
Made Pidarta, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), 89.

2
sering dikeluhkan oleh para dewan guru. Idealnya seorang pengawas harus lebih
pintar dan mampu dari dalam hal pembinaan, bimbingan, pemberdayaan.

Namun kenyataannya masih ada pengawas yang belum begitu terampil,


meskipun ada juga yang sudah terampil hal ini masih belum memadai.
Permasalahan yang kita hadapi sekarang adalah kurangnya pembinaan terhadap
guru disekolah.4 Untuk meningkatkan mutu pendidikan diharapkan adanya
rekruetmen para calon pengawas yang memang masih muda kaya pengalaman,
serta lemahnya keterampilan pengawas dalam pembimbingan terhadap guru
perlu ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan, seminar, workshop,
simpusiom.5 Solusi yang perlu kita lakukan adalah pengawas sekolah/ madrasah
harus benar-benar orang yang ahli dalam bidang kepengawasan, kalau hal
demikian adanya maka kita yakini bersama kualitas ( mutu ) pendidikan semakin
lebih baik.

Supervisi pendidikan merupakan bagian dari fungsi-fungsi pokok


administrasi pendidikan. Oleh karena itu, sebagai bagian penting yang tidak
terpisahkan dengan bagian lainnya, isu kebijakan mengenai supervisi pendidikan
selalu saja menarik untuk dibicarakan. Pembicaraan hal ini tentu saja tidak dapat
dilepaskan dengan administrasi pendidikan itu sendiri.6

Pengawas pendidikan telah menyangkut banyak pihak dalam


penanganannya. Pendidikan di Indonesia utamanya dirasa kurang cakap dalam
mewujudkan tujuan pendidikan yang telah tertuang dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yang
berbunyi Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

4
Achmad Patoni , Supervisi Pendidikan (Islam). (Tulungagung : PPs STAIN, 2010), 89.
5
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Supervisi. (Jakarta : Rineka Cipta, 2004), 90
6
Sam M. Chan & Tuti T. Sam, Analisis SWOT Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah,
(Jakarta : RajaGrafindo Persana, 2007), 81.

3
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.7

UU Penyelenggara Pendidikan di jelaskan agar dalam hal ini pihak-pihak


terkait pendidikan tentu menjadi pasukan perang dalam menagakkan tujuan
pendidikan yang sebenarnya. Bukan hanya pemerintah sebagai pembuat
peraturan dan kebijakan, bukan hanya kepala sekolah sebagai puncak pimpinan
dalam suatu lembaga sekolah, bukan hanya guru sebagai pengajar dan bukan
kepentingan pihak-pihak lain.8
Good education will be supported from the effective interaction between
various parties that exist in the world of education ranging from top managers
to all sivitas who take shelter in it. However, school supervisors / madrasahs are
central figures in improving the quality, relevance, and competitiveness of
education. The role of school supervisor / madrasah is very strategic in the
effort to realize the school / madrasah that is able to shape the Indonesian
people become smart and competitive. Terjemahan dari Sergiovani menyebutkan
bahwa pendidikan yang baik akan ditunjang dari interaksi efektif antar berbagai
pihak yang ada dalam dunia pendidikan mulai dari top manager sampai seluruh
sivitas yang bernaung di dalamnya, meski demikian, pengawas
sekolah/madrasah adalah tokoh sentral dalam peningkatan mutu, relevansi, dan
daya saing pendidikan. Peran pengawas sekolah/madrasah sangat strategis
dalam upaya mewujudkan sekolah/madrasah yang mampu membentuk insan
Indonesia menjadi cerdas dan kompetitif.9
Schools teach their culture best when they embody purposes, values,
norms, and obligations in their everyday activities. Though this principle is

7
Lihat : Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal
3.
8
Dalam Undang-Undang ini penyelenggaraan pendidikan wajib memegang beberapa prinsip
, yakni pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan
bangsa dengan satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna. Selain itu dalam
penyelenggaraan juga harus dalam suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran melalui mengembangkan
budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat memberdayakan semua
komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan
pendidikan. Lihat: UUD Pendidikan No 20 Tahun 2003
9
Sergiovani Thomas J, Ed Supervision of Teaching, (Alexandria:ASCD, 1982), 6-9.

4
widely accepted in word, it is often neglected in deed. The heartbeats of
leadership and schools are strengthened when word and deed are one. This
happens when leadership and virtue work together.10 Jadi, penepatan pengawas
sekolah yang layak akan menciptakan suasana pendidikan yang laik pula.
Pengawas yang VIP (visioner, Inovatif, Produktif)11 akan menjadikan sekolah
visioner pula. Untuk itu, dalam perekrutan kepala sekolah, pemerintah tidak
begitu saja lepas tangan. Undang-undang terkait sistem pendidikan nasional,
petunjuk pelaksanaan seleksi Pengawas sekolah benar-benar diatur secara rinci
guna memilih kepala sekolah yang searah dengan budaya dan lingkungan
sekolah dan tidak keluar dari kebijakan dan alur yang telah ditetapkan
pemerintah.12
Kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan di sekolah. Jika
pengertian kepemimpinan tersebut diterapkan dalam organisasi pendidikan,
maka kepemimpinan pendidikan bisa diartikan sebagai suatu usaha untuk
menggerakkan orang-orang yang ada dalam organisasi pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan. Cut Suryani menyatakan bahwa keberhasilan
sebuah pengurus lembaga atau organisasi sekolah sangat berpengaruh pada
bagaimana seorang kepala sekolah membawa pengurus lembaganya atau
organisasinya dalam perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),

10
Sergiovanni Thomas J, The Virtues of Leadership The Educational Forum Volume 69
Winter 2005. 117, diakses pada tanggal 21 Maret 2018 jam 05.31.
11
Pengawas VIP memiliki tugas dan tanggung jawab yang berat dalam meningkatkan
kualitas pendidikan. Oleh karena itu, pengawas harus memiliki dedikasi tinggi dan prestasi yang dapat
diandalkan. Konsekuensinya antara lain kualifikasi pengawas harus dilihat dari pendidikan, jabatan,
pengalaman kerja, batas usia, dan kompetensi sebagai pengawas. Untuk menitir karir tersebut,
diperlukan orang yang memiliki pandangan jauh kedepan, memiliki visi yang jelas atau dengan istilah
lain “visioner”. Pengawas yang visioner diharapkan mampu menghasilkan hal-hal baru atau inovasi,
sehingga dapat disebut pengawas “inovatif”. Dengan modal memiliki visi yang luas. Dengan
demikian, pengawas yang diharapkan adalah pengawas yang visioner, inovatif, dan produktif, yang
dapat disingkat “Pengawas VIP” Purwanto Ngalim, Adnistrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2002), 81.
12
Dalam Jurnal Thomas J. Sergiovanni menjelaskan penetapan seorang pengawas Sekolah
itu mengajarkan budaya para guru dengan sangat baik ketika seorang guru dapat mewujudkan tujuan,
nilai, norma, dan kewajiban dalam kegiatan sehari-hari (mengajar). Meskipun prinsip ini diterima
secara luas di Indonesia, kita sering diabaikan dalam akta. Detak jantung kepemimpinan dan sekolah
diperkuat ketika kata dan perbuatan adalah satu. Ini terjadi ketika kepemimpinan dan kebajikan
bekerja sama, sehingga akan dapat menghasilkan seorang pengawas sekolah yang profesional dalam
sistim kepengawasannya.

5
dan pengawasan (controlling).13 Kepala sekolah menurut Peterson dan Deal
menyatakan:
Principals take on eight major roles : organizational planners, resource
allocators, program coordinators, supervisors of staff and outcomes,
disseminators of ideas and information, jurists of adjudicate disagreements and
conflicts, gatekeepers of at the boundaries of the school and analysts who use
systematic approaches to address.14
Maka dari itu, dalam makalah ini akan dibahas prosedur seleksi
pengawas sekolah/madrasah guna merampungkan pemahaman mengenai urgensi
pimpinan pendidikan sampai pengawasan administrarif di lembaga pendidikan
dan prinsip-prinsip supervisi yang dilakukan oleh para penelik, pengawas atau
kepala sekolah harus memperhatikan prinsip-prinsip supervisi sehingga
keberhasilan pada saat kegiatan supervisi akan sangat terlihat kelebihan dan
kekurangan pada saat guru mengajar dan mendidik peserta didiknya.
Makalah ini akan membahas dan mengkaji tuntas menganai teori standar
komptensi pengawas pendidikan, serta akan menjelaskan berbagai teori tentang
standar kompetensi pengawas dan kompetensi yang harus dimiliki seorang
pengawas pendidikan. Dalam makalah ini juga akan di bahas mengenai petujuk
pelaksanaan seleksi atau rekrutmen calon pengawas sekolah/madrasan. Standar
yang harus dimiliki seorang pengawas sekolah/madrasah. Untuk selanjutnya
direlevansikan dengan realitas yang ada di lapangan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini, diantaranya:

1. Bagaimana teori standar kompetensi pengawas sekolah yang telah


ditetapkan oleh kemendiknas dengan realitas?
2. Apa saja teori Hubungan Administrasi dengan Pengawasan dan Supervisi
dalam Pendidikan?

13
Cut Suryani, Implementasi Supervisi Pendidikan Dalam Meningkatkan Proses
Pembelajaran di MIN Sukadamai Kota Banda Aceh, “Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA Agustus 2015
VOL, 16, NO. I, 23-42”. diakses 23 Maret 2017, 22.10.
14
Peterson dan Deal, The Shaping School Culture Fieldbook (USA : John Wiley & Sons,
Inc, 2009), 76.

6
3. Bagaimana teori kompetensi yang harus di miliki oleh pengawas
sekolah/madrasah serta kaitannya sebagai supervisor lembaga pendidikan?

C. Tujuan

Tujuan disusunnya makalah ini, diantaranya:

1. Untuk memahami teori dan menganalisis standar kompetensi pengawas


sekolah yang telah ditetapkan oleh kemendiknas dengan realitas.
2. Untuk Mengetahui Apa saja Hubungan Administrasi dengan Pengawasan
dan Supervisi dalam Pendidikan Islam.
3. Untuk menganalisis standar kompetensi pengawas sekolah/madrasah serta
kaitannya sebagai supervisor lembaga pendidikan.

D. Manfaat

Manfaat disusunnya makalah ini, diantaranya:

1. Manfaat teoritis, dengan adanya makalah ini dapat dijadikan sebagai


tambahan reverensi pengetahuan pendidikan khususnya tentang pengawas
sekolah/madrasah. Selain itu, dapat dijadikan pelajaran/acuan teoritis calon
pengawas sekolah/madrasah.
2. Manfaat praktis, dengan adanya makalah ini diharapkan dapat berpengaruh
pada kinerja Pengawas sekolah/madrasah. Selain itu, dapat dijadikan
pelajaran/acuan praktis calon pengawas sekolah/madrasah.

E. Pembahasan

1. Teori Standar Kompetensi Pengawas Pendidikan

Cakupan dimensi kompetensi pengawas yang terdapat dalam Peraturan


Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas
Sekolah/Madrasah. Dalam peraturan tersebut terdapat enam dimensi kompetensi,
yaitu: kompetensi kepribadian, supervisi manajerial, supervisi akademik,
evaluasi pendidikan, penelitian dan pengembangan, dan kompetensi sosial.

7
Setiap dimensi kompetensi memiliki sub-sub sebagai kompetensi dasar yang
harus dimiliki seorang pengawas serta dari setiap kompetensi tersebut masing-
masing memeliki peran fungsi dan maksud tujuan tertentu.15
Ikhrom menyebutkan bahwa fungsi kompetensi secara jelas dapat dilihat
pada teori kinerja sinambela, bahwa kinerja individu didefinisikan sebagai
kemampuan individu dalam melakukan sesuatu dengan keahlian tertentu. Teori
tersebut dapat dimaknai, betapa kuat dominasi faktor kompetensi dalam
menentukan kinerja. Kata kemampuan dan keahlian itu tidak lain adalah
kompetensi.16
Secara rinci kompetensi-kompetensi dasar tersebut adalah sebagai
berikut.17
a. Dimensi Kompetensi Kepribadian18
1) Memiliki tanggungjawab sebagai pengawas satuan pendidikan.
2) Kreatif dalam bekerja dan memecahkan masalah baik yang berkaitan
kehidupan pribadinya maupun tugas-tugas jabatannya.
3) Memiliki rasa ingin tahu akan hal-hal yang baru tentang pendidikan dan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang menunjang tugas pokok dan
tanggung jawabnya.
4) Menumbuhkan motivasi kerja pada dirinya dan pada stakeholder
pendidikan.19

15
Lihat : Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar
Pengawas Sekolah/Madrasah.
16
Ikhrom, Menyoal Kinerja Guru : Dampak Sertifikasi terhadap Guru? (Yogyakarta :
Kaukaba Dipantara, 2015), 179
17
Lihat : Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar
Pengawas Sekolah/Madrasah.
18
Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan prilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan. Sedangkan Kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa ingris, yaitu personality.
Kata personality sendiri berasal dari bahasa latin persona, yang berarti topeng yang digunakan oleh
para aktor dalam suatu permainan atau pertunjukan. Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru
Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,
2011), 102-103.
19
Lihat : Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal
3.

8
b. Dimensi Kompetensi Supervisi Manajerial20
1) Menguasai metode, teknik dan prinsip-prinsip supervisi dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
2) Menyusun program kepengawasan berdasarkan visi, misi, tujuan dan
program pendidikan di sekolah.
3) Menyusun metode kerja dan instrumen yang diperlukan untuk melak-
sanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan di sekolah.
4) Menyusun laporan hasil-hasil pengawasan dan menindaklanjutinya untuk
perbaikan program pengawasan berikutnya di sekolah.
5) Membina kepala sekolah dalam pengelolaan dan administrasi satuan
pendidikan berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan di
sekolah.
6) Membina kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan bimbingan
konseling di sekolah.
7) Mendorong guru dan kepala sekolah dalam merefleksikan hasil- hasil yang
dicapainya untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam
melaksanakan tugas pokoknya di sekolah.
8) Memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan dan memanfaatkan
hasil-hasilnya untuk membantu kepala sekolah dalam mempersiapkan
akreditasi sekolah.

c. Dimensi Kompetensi Supervisi Akademik21


1) Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan kecenderungan
perkembangan tiap bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di
sekolah/madrasah.

20
Kompetensi Supervisi Manajerial pada dasarnya berfungsi sebagai pembinaan, penilaian
dan bantuan/bimbingan kepada kepala sekolah/madrasah dan seluruh tenaga kependidikan lainnya di
sekolah/madrasah dalam pengelolaan sekolah/madrasah untuk meningkatkan kinerja sekolah dan
kinerja tenaga kependidikan lainnya. Supervisi manajerial adalah fungsi supervisi yang berkenaan
dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait langsung dalam peningkatan efesinsi dan efetifitas
sekolah yang mencakup : 1) Perencanaan, 2) Koordinasi, 3) Pelaksanaan, 4) Pinilaian, 5)
Pengembangan SDM. Cut Suryani, Implementasi Supervisi Pendidikan Dalam Meningkatkan Proses
Pembelajaran di MIN Sukadamai Kota Banda Aceh, “Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA Agustus 2015
VOL, 16, NO. I, 23-42”. diakses 23 Maret 2017, 22.10.
21
Lihat : Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar
Pengawas Sekolah/Madrasah.

9
2) Memahami konsep, prinsip, teori/teknologi, karakteristik, dan
kecenderungan perkembangan proses pembelajaran/bimbingan tiap bidang
pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di sekolah/madrasah.
3) Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap bidang pengembangan di
TK/RA atau mata pelajaran di sekolah/madrasah berlandaskan standar isi,
standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip
pengembangan KTSP.
4) Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/
teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai
potensi siswa melalui bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran
di sekolah/madrasah.
5) Membimbing guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) untuk tiap bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di
sekolah/madrasah.
6) Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran/ bimbingan
(di kelas, laboratorium, dan/atau di lapangan) untuk mengembangkan
potensi siswa pada tiap bidang pengembangan di TK/RA atau mata
pelajaran di sekolah/madrasah.
7) Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan
menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran/ bimbingan tiap
bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di sekolah/madrasah.
8) Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk
pembelajaran/ bimbingan tiap bidang pengembangan di TK/RA atau mata
pelajaran di sekolah/madrasah.22

d. Kompetensi Evaluasi Pendidikan23


1) Menyusun kriteria dan indikator keberhasilan pendidikan dalam bidang
pengembangan di TK/RA dan pembelajaran / bimbingan di
sekolah/madrasah.

22
Cut Suryani, Implementasi Supervisi Pendidikan Dalam Meningkatkan Proses
Pembelajaran di MIN Sukadamai Kota Banda Aceh, “Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA Agustus 2015
VOL, 16, NO. I, 23-42”. diakses 23 Maret 2017, 22.10.
23
Lihat : Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar
Pengawas Sekolah/Madrasah.

10
2) Membimbing guru dalam menentukan aspek-aspek yang penting dinilai
dalam pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan di TK/RA atau
mata pelajaran di sekolah/madrasah.
3) Menilai kinerja kepala sekolah, guru, dan staf sekolah dalam melaksanakan
tugas pokok dan tanggung jawabnya untuk meningkatkan mutu pendidikan
dan pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan di TK/RA atau
mata pelajaran di sekolah.
4) Memantau pelaksanaan pembelajaran/bimbingan dan hasil belajar siswa
serta menganalisisnya untuk perbaikan mutu pembelajaran/bimbingan tiap
bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di sekolah/ madrasah.
5) Membina guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan mutu
pendidikan dan pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan di
TK/RA atau mata pelajaran di sekolah/madrasah.
6) Mengolah dan menganalisis data hasil penilaian kinerja kepala seko-
lah/madrasah, kinerja guru, dan staf sekolah/madrasah.

e. Dimensi Kompetensi Penelitian dan Pengembangan24

1) Menguasai berbagai pendekatan, jenis, dan metode penelitian dalam


pendidikan.
2) Menentukan masalah kepengawasan yang penting diteliti baik untuk
keperluan tugas pengawasan maupun untuk pengembangan karirnya sebagai
pengawas.
3) Menyusun proposal penelitian pendidikan baik proposal penelitian kualitatif
maupun penelitian kuantitatif.
4) Melaksanakan penelitian pendidikan untuk pemecahan masalah pendidikan,
dan perumusan kebijakan pendidikan yang bermanfaat bagi tugas pokok
tanggung jawabnya.
5) Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian pendidikan baik data
kualitatif maupun data kuantitatif.

24
Lihat : Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar
Pengawas Sekolah/Madrasah.

11
6) Menulis karya tulis ilmiah (PTS) dalam bidang pendidikan dan atau bidang
kepengawasan dan memanfaatkannya untuk perbaikan mutu pendidikan.
7) Menyusun pedoman/panduan dan/atau buku/modul yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas pengawasan di sekolah/madrasah.
8) Memberikan bimbingan kepada guru tentang penelitian tindakan kelas, baik
perencanaan maupun pelaksanaannya di sekolah/madrasah.

f. Dimensi Kompetensi Sosial25

1) Bekerjasama dengan berbagai pihak dalam rangka meningkatkan kualitas


diri untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
2) Aktif dalam kegiatan asosiasi pengawas satuan pendidikan atau forum
komunikasi pengawas.26

2. Teori Hubungan Administrasi dengan Pengawasan dan Supervisi dalam


Pendidikan.
a. Hubungan Administrasi dengan Pengawasan
Dipikirkan sebagai proses administrative yang hendak menjamin
keselarasan, kecerdasan, dan ekonomi dalam usaha pendidikan, pengawasan
jelas mempunyai hubungan ynag erat sekali dengan unsur-unsur proses
administrative lainnya, bahkan dalam beberapa hal mungkin hamper tak dapat
dipisahkan dari unsur-unsur yang lainnya itu, diantaranya :
1) Perencanaan membangun tujuan serta menggariskan mekanisme.
Pekerjaan dan prosedur untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetepakan;
2) Organisasi menetapkan hierarki kedudukan-kedudukan dan hubungan
antara orang-orang yang menempati kedudukan-kedudukan;

25
Lihat : Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar
Pengawas Sekolah/Madrasah.
26
Cut Suryani, Implementasi Supervisi Pendidikan Dalam Meningkatkan Proses
Pembelajaran di MIN Sukadamai Kota Banda Aceh, “Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA Agustus 2015
VOL, 16, NO. I, 23-42”. diakses 23 Maret 2017, 22.10.

12
3) Komuniksi menyalurkan pemerintah, intsruksi, dan informasi ke semua
jurusan yang diperlukan didalam organisasi
4) Koordinasi mempersatukan bagian-bagian organisasi, sehingga setiap
anggota atau bagian melengkapi dan membantu yang lainnya.27

Semua kegiatan itu jelas membantu kegiatan pengawasan karena


menyediakan dasar bagi kepemilikan kondisi yang perlu bagi keberhasilan
pekerjaan administrasi dan bagi pengukuran dan penilaian hasil-hasil. Misalnya,
system pencatatan dan pelaporan kemajuan murid mnyediakan tidak saja cara
mengawasi tetapi juga cara menyesuaikan pengajaran bagi murid perseorangan
maupun kelompok kelas. Merencanakan kurikulum dan ujian sekolah adalah
juga menyusun sutau rencana pengawasan tertentu terhadap pengajaran serta
hasil-hasil yang diperoleh pengajaran.28

b. Hubungan Administrasi dengan Supervisi


Administrasi dan supervisi merupakan alat penunjang untuk mencapai
tujuan pendidikan. Demikian juga halnya tujuan pendidikan di sekolah dapat
tercapai bila di dalamnya ada kegiatan administrasi dan supervisi secara
sistematis dan kontinu. Kegiatan administrasi dan supervisi di sekolah di
laksanakan secara menyeluruh, meliputi hal-hal yang berhubungan dengan
kurikulum, murid, sarana, prasarana, dan hubungan sekolah dengan
masyarakat.29
Perkembangan supervisi telah mengalami banyak perkembangan
sesuai masanya, namun inti atau subtansi dasrnya tetap sama yaitu usaha
memperbaiki mutu pendidikan,30 dan seorang pengawas sekolah harus dapat
menguasai segala jenis yang berkaitan administrasi, supervisi

27
Oteng Sutisna. Administrasi Pendidikan (Dasar Teoriritis untuk Praktek Profesional).
(Bandung : Penerbit ANGKASA,2010), 79.
28
Atmodiwiro Soebagio, Menejemen Pendidikan Indonesia. (Jakarta: Ardadizya Jaya, 2000),
101.

29
Soetopo, Hendyat dan Wasty Soemanto. 1988. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan.
Jakarta: Bina Aksara.
30
Dadang Suhardan, Supervisi Profesional (Layanan Dalam Meningkatkan Mutu
Pengajaran di Era Otonomi Daerah). (Bandung : Alfabeta, 2010), 42.

13
banyak mempunyai hubungan yang erat dengan guru-guru di
31
sekolah/madrasah. Sebenarnya administrasi dan supervisi tidak dapat
dipisahkan, tetapi dalam hal-hal tertentu keduanya dapat dibedakan.

1) Kegiatan administrasi didasarkan pada kekuasaan, sedangkan supervisi


didasarkan pada pelayanan bimbingan dan pembinaan.
2) Tugas administrasi meliputi keseluruhan bidang tugas di sekolah, termasuk
manajemen sekolah, sedangkan supervisi hanya sebagian meliputi dari
tugas pengarahan (directing), yang merupakan satu segi manajemen
sekolah.
3) Supervise sebagai salah satu fungsi pokok administrasi, berupa pelayanan
yang langsung berurusan dengan pengajaran dan perbaikannya. Ia
langsung berurusan dengan mengajar belajar dan dengan faktor-faktor
yang termasuk dalam dan bertalian dengan fungsi ini- guru, murid,
kurikulum, bahan dan alat pengajaran, serta lingkungan sosio-fisik dari
situasi mengajar-belajar.
4) Administrasi bertugas menyediakan semua kondisi yang diperlukan untuk
pelaksanaan program pendidikan, sedangkan supervisi menggunakan
kondisi-kondisi yang telah disediakan untuk peningkatan kualitas belajar
mengajar.32

3. Teori Standar Pengawas Kepala Sekolah/Madrasah

Pengawas sekolah adalah guru pegawai negeri sipil yang diangkat dalam
jabatan pengawas sekolah (PP 74 tahun 2008).33 Pengawasan adalah kegiatan
pengawas sekolah dalam menyusun program pengawasan, melaksanakan

31
Prasojo Lantip Diat dan Sudiyono, Supervisi Pendidikan. (Yogyakarta : Gava Media,
2011), 11-12.

32
Purwanto Ngalim, Adnistrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2002), 81.
33
Lihat : Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru yang di tandatangani oleh
Presiden Republik Indonesia per tanggal 01 Desember 2008. Peraturan ini diterbitkan sebagai amanat
dan tindak lanjut dari undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen.

14
program pengawasan, evaluasi hasil pelaksanaan program, dan melaksanakan
pembimbingan dan pelatihan profesional guru. Peraturan Pemerintah no 74
tahun 2008 tentang Guru pada pasal 15 ayat 4 menyatakan bahwa guru yang
diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan melakukan tugas
pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan tugas pengawasan.34
Tugas pengawasan yang dimaksud adalah melaksanakan kegiatan
pengawasan akademik dan pengawasan manajerial. implementasi tugas tersebut
tertuang dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi nomor 21 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas
Sekolah dan Angka Kreditnya. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2007 tentang
Standar Pengawas Sekolah/Madrasah35, menyebutkan bahwa seorang pengawas
sekolah wajib mempunyai enam dimensi kompetensi minimal yaitu kompetensi
kepribadian, supervisi manajerial, supervisi akademik, evaluasi pendidikan,
penelitian, pengembangan, dan kompetensi.36
Peran pengawasan tersebut dilaksanakan dengan pendekatan supervisi
yang bersifat ilmiah, klinis, manusiawi, kolaboratif, artistik, interpretatif, dan
berbasis kondisi sosial budaya. Pendekatan ini bertujuan meningkatkan mutu
pembelajaran sosial.37
Piet A Sahertian menjelaskan, seorang supervisor harus memeiliki
beberapa karakteristik dalam hal kegiatan kepengawan pada lembaga pendidikan
atau sekolah, berikut ini ada beberapa bentuk karakteristik yaitu :38

a. Karakteristik yang harus dimiliki oleh pengawas sekolah yang


profesional diantaranya:
1) menampilkan kemampuan pengawasan dalam bentuk kinerja
2) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme

34
Lihat : Lampiran pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya Peraturan Pemerintah RI Nomor
101 Tahun 2000 tentang Pendiklatan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil.
35
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2007 tentang
Standar Pengawas Sekolah/Madrasah
36
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 21
tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya
37
Piet A Sahertian, Konsep Dasar dan Tehnik Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,
2000), 45.
38
Piet A Sahertian, , 57.

15
3) melaksanakan tugas kepengawasan secara efektif dan efisien
4) memberikan layanan prima untuk semua pemangku kepentingan.
5) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan
6) mengembangkan metode dan strategi kerja kepengawasan secara terus
menerus
7) memiliki kapasitas untuk bekerja secara mandiri
8) memiliki tanggungjawab profesi
9) mematuhi kode etik profesi pengawas
10) memiliki komitmen dan menjadi anggota organisasi profesi kepengawasan
Sekolah39
b. Karakteristik pada Bidang pengawasan supervisor atau pengaws
sekolah/maseasah diantaranya
1) Pengawas Taman Kanak-kanak, adalah pengawas sekolah yang mempunyai
tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak secara penuh dalam
melaksanakan tugas pengawasan pada Pendidikan Usia Dini Formal baik
negeri maupun swasta dalam teknis penyelenggaraan dan pengembangan
program pembelajaran di taman kanak-kanak.
2) Pengawas Sekolah Dasar, adalah pengawas sekolah yang mempunyai tugas,
tanggungjawab, wewenang dan hak secara penuh dalam melaksanakan tugas
pengawasan pada sejumlah sekolah baik negeri maupun swasta baik
pengelolaan sekolah maupun seluruh mata pelajaran Sekolah Dasar kecuali
mata pelajaran pendidikan agama dan pendidikan jasmani dan kesehatan.40
3) Pengawas mata pelajaran/rumpun mata pelajaran, adalah pengawas sekolah
yang mempunyai tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak secara penuh
dalam melaksanakan tugas pengawasan mata pelajaran atau rumpun mata
pelajaran tertentu pada sejumlah sekolah baik negeri maupun swasta.
4) Pengawas pendidikan luar biasa, adalah pengawas sekolah yang mempunyai
tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak secara penuh dalam melaksanakan
tugas pengawasan pada sejumlah sekolah baik negeri maupun swasta pada

39
Piet A Sahertian, 57.
40
Hadi Fatkhurokhim, Pengaruh Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Pendidikan Terhapad
Kinerja Guru Di Sekolah Dasar, The Impact Of Education Supervision Implementation Of Elementary
Schools Teachers’ Permormances, “Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 33 Tahun ke-5
2016”. Diakses pada tanggal 25 Maret 2018 , 17.00 wib.

16
sekolah luar biasa di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional untuk
seluruh mata pelajaran.
5) Pengawas bimbingan dan konseling, adalah pengawas sekolah yang
mempunyai tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak secara penuh dalam
melaksanakan tugas pengawasan pada sejumlah sekolah baik negeri maupun
swasta pada kegiatan bimbingan dan konseling.41

Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang berupaya memastikan


pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana dan ketentuan sehingga tujuan
atau target yang telah ditetapkan yang telah ditetapkan dapat dicapai.42
Ruang lingkup kepengawasan Ruang lingkup kepengawasan meliputi
kepengawasan akademik dan manajerial. Kepengawasan akademik dan
manajerial tersebut tercakup dalam kegiatan (1) penyusunan program
pengawasan; (2) pelaksanaan program pengawasan; (3) evaluasi hasil
pelaksanaan program pengawasan; (4) membimbing dan melatih profesional
guru dan/atau kepala sekolah.43
Penyusunan program pengawasan difokuskan pada peningkatan
pemenuhan standar nasional pendidikan. Pelaksanaan program pengawasan
meliputi (1) melaksanakan pembinaan guru dan atau kepala sekolah, (2)
memantau delapan standar nasional pendidikan, dan (3) melaksanakan
penilaian kinerja guru dan/atau kepala sekolah. Evaluasi hasil program
pengawasan dimulai dari tingkat sekolah binaan dan tingkat kabupaten/kota
dan tingkat propinsi untuk pengawas PLB.44

c. Karakteristik Pengawas sekolah/madrasah untuk di harapkan mampu


melakukan hal-hal berikut ini:45
1) Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru

41
Piet A Sahertian, 58.
42
Nur Aedi, Pengawasan Pendidikan, Tinjauan Teori dan Praktik, (Jakarta : RajaGrafindo
Persada, 2014), 8.
43
Irzu. Pengertian Supervisi Pendidikan Islam. http://id.shvoong.com/social-
sciences/education/2133595-pengertian-supervisi-pendidikan-islam/ (diakses pada 22 Maret 2018
44
Achmad Patoni, Supervisi Pendidikan (Islam). (Tulungagung: PPs STAIN Tulungagung,
2010), 30.
45
Piet A Sahertian, 59.

17
2) Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan pendekatan dan
teknik supervisi yang tepat
3) Melakukan pengawasan pelaksanaan supervisi akademik dalam rangka
pembinaan guru
4) Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru

F. Penutup

1. Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan makalah di atas, adalah : Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2007 tentang Standar
Pengawas Sekolah/Madrasah, menyebutkan bahwa seorang pengawas sekolah
wajib mempunyai enam dimensi kompetensi minimal yaitu kompetensi
kepribadian, supervisi manajerial, supervisi akademik, evaluasi pendidikan,
penelitian, pengembangan, dan kompetensi sosial. Peran pengawasan tersebut
dilaksanakan dengan pendekatan supervisi yang bersifat ilmiah, klinis,
manusiawi, kolaboratif, artistik, interpretatif, dan berbasis kondisi sosial
budaya.46
Pendekatan ini bertujuan meningkatkan mutu pembelajaran sosial.
Pengawasan merupakan fungsi administrative dalam fungsi administrator yang
memastikan bahwa apa yang dikerjakan sesuai dengan yang dikehendaki. Ia
meliputi pemeriksaan apakah semua berjalan sesuai dengan rencana yang dibuat,
instruksi-instruksi yang dikeluarkan, dan prinsip-prinsip yang ditetapkan. Ia
dimaksudkan untuk menunjukkan kelemahan-kelemahan dan kesalahan-
kesalahan, kemudian membetulkannya dan mencegah perulangannya. Ia
mengenai semua orang, kegiatan, benda, dll.47
Sedangkan, standar teori dari supervisi itu sendiri adalah suatu proses
bimbingan dari seorang pengawas sekolah kepada para guru dan pegawai yang
langsung menangani belajar siswa guna memperbaiki situasi belajar mengajar

46
Afifuddin dan Sobri Sutikno, Pengelolaan Pendidikan “Teori dan Praktik“. Bandung :
Prospect Bandung, 2008
47
Yusak Burhanudin, Administrasi Pendidikan. (Bandung : Pustaka Setia, 2005), 77.

18
para siswa agar para siswa dapat belajar secara efektif dengan prestasi belajar
yang semakin meningkat.
Tujuan dari supervisi pendidikan itu sendiri adalah perbaikan proses
belajar mengajar termasuk di dalamnya adalah memperbaiki mutu mengajar
guru juga membina profesi guru dengan cara pengadaan fasilitas yang
menunjang kelancaran proses belajar mengajar dan keterampilan guru, selain itu
memberikan bimbingan dan pembinaan dalam hal implementasi kurikulum,
pemilihan dan penggunaan metode mengajar dan teknik evaluasi
pengajaran. Prinsip supervisi pendidikan terdiri atas prinsip ilmiah, demokratis,
kerja sama, dan konstruktif kreatif. Peranan supervisi pendidikan adalah
memudahkan supervisor dalam mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh
tenaga kependidikan. Kemudian sasaran supervisi pendidikan ditujukan pada
usaha memperbaiki situasi belajar mengajar antara guru dan murid.

2. Saran

Demikianlah makalah ini kami paparkan dan kami merasa bahwa dalam
makalah ini masih terdapat banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharap kepada pembaca yang budiman untuk memberikan kritik dan saran
yang bersifat membangun guna untuk perbaikan makalah ini. Dan kami berharap
semoga isi makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.

G. Daftar Kepustakaan

Sumber Jurnal Ilmiah


Fatkhurokhim Hadi, Pengaruh Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Pendidikan
Terhapad Kinerja Guru Di Sekolah Dasar, The Impact Of Education
Supervision Implementation Of Elementary Schools Teachers’
Permormances, “Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 33 Tahun ke-
5 2016”. Diakses pada tanggal 25 Maret 2018 , 17.00 wib.

19
Suryani Cut, Implementasi Supervisi Pendidikan Dalam Meningkatkan Proses Pembelajaran
di MIN Sukadamai Kota Banda Aceh, “Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA Agustus 2015
VOL, 16, NO. I, 23-42”. diakses 23 Maret 2018, 22.10 wib.

Sumber Buku
Afifuddin dan Sobri Sutikno, Pengelolaan Pendidikan “Teori dan
Praktik“. Bandung : Prospect Bandung, 2008
Aedi,Nur, Pengawasan Pendidikan, Tinjauan Teori dan Praktik, (Jakarta :
RajaGrafindo Persada, 2014), 8.
Afifuddin, Bambang Samsul Arifin dan Badrudin, Administrasi Pendidikan.
Bandung : Insan Mandiri Offset, 2004
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Supervisi. Jakarta : Rineka Cipta, 2004
Burhanudin, Yusak, Administrasi Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia, 2005
Deal dan Peterson, The Shaping School Culture Fieldbook. USA : John Wiley &
Sons, Inc, 2009
Fattah, Nanang, Landasan Mmenejemen Pendidikan, Bandung : Rosda Karya, 2004
Ikhrom, Menyoal Kinerja Guru : Dampak Sertifikasi terhadap Guru?, Yogyakarta :
Kaukaba Dipantara, 2015
Musfah, Jejen, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber
Belajar Teori dan Praktik, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011
Ngalim, Purwanto, Adnistrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda
Karya, 2002
Patoni, Achmad, Supervisi Pendidikan (Islam). Tulungagung : PPs STAIN
Tulungagung, 2010
Prasojo Lantip Diat dan Sudiyono, Supervisi Pendidikan. Yogyakarta : Gava Media,
2011
Pidarta, Made, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara,
1992
Purwanto, M. Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2008
Sahertian, Piet A, Prinsip dan Tehnik Supervisi Pendidikan. Surabaya : Usaha
Nasional, 1981

20
Soetopo, Hendyat dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan.
Malang : Rineka Cipta, 1982
Soetopo, Hendyat dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan.
Jakarta : Bina Aksara, 1988
Soebagio,Atmodiwiro, Menejemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Ardadizya Jaya,
2000
Sutisna, Oteng. Administrasi Pendidikan (Dasar Teoriritis untuk Praktek
Profesional). Bandung : Angkasa, 2010
Suhardan,Dadang, Supervisi Profesional (Layanan Dalam Meningkatkan Mutu
Pengajaran di Era Otonomi Daerah). Bandung : Alfabeta, 2010
Tuti T. Sam Sam & M. Chan, Analisis SWOT Kebijakan Pendidikan Era Otonomi
Daerah. Jakarta : RajaGrafindo Persana, 2007
Sumber Lain
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 12 tahun 2007 tentang Standar
Kompetensi Pengawas Sekolah.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor
21 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional dan Pengawas Sekolah dan
Angka Kreditnya.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendiklatan dan Pelatihan
Jabatan Pegawai Negeri Sipil.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007 tentang Sandar
Kualifikasi dan kompetensi pendidik.
Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 tentang guru.
Irzu. Pengertian Supervisi Pendidikan Islam. http://id.shvoong.com/social-
sciences/education/2133595-pengertian-supervisi-pendidikan-
islam/ (diakses pada 22 Maret 2018.

21

Anda mungkin juga menyukai