Anda di halaman 1dari 2

NAMA : RATIH HERAWATI

KELAS : ES/2E

NIM : 190721100043

UTS : QAWAID FIQHIYYAH

1. Contoh dan penjelasan ta’yin an-niyat, ta’yin fardliyah, ta’yin ijamali dan ta’yin
tafshili
a) Ta’yin An-niyat
Contohnya dalam masalah bersuci, perbuatan ini ada banyak jumlahnya, diantaranya
bersuci dari hadas atau najis, dan hadas ada yang berjenis hadas kecil dan hadas
besar, Dalam zakat, ada zakat fitrah dan zakat mal, dalam kafarat ada kafarat
sumpah, kafarat nadzhar dan puasa.
Keberadaan niat yang berfungsi untuk membedakan antara sub ibadah yang satu
dengan sub ibadah lainnya.
b) Ta’yin Fardliyah
Misalnya shalat fardhu ashar, magrib dan puasa fardhu.
Mengingat status amaliyah fardhu wajib, maka status penentuan kefardluan padanya
juga ikut wajib.
c) Ta’yin Ijamali Dan Ta’yin Tafshili
Misalnya seseorang yang berniat menjadi makmum dari imam yang bernama Hadi,
padahal imamnya bernama Wisnu, maka shalatnya batal.
Hal ini disebut Ta’yin Ijamali Dan Ta’yin Tafshili karena penentuan syaratnya imam
secara menyeluruh tidak tepat dan tidak dijelaskan secara rinci.

2. Contoh masing-masing 3 syarat


a. Kita yakin jika kita sudah berwudhu, tetapi emudian kita juga yakin bahwa kita telh
buang air kecil, maka wudhu kita batal. Maksudnya meyakini 2 hal yang berkaitan
dan menimbulkan keraguan maka hukumnya batal
b. Thowaf ditetapkan dengan dasar dalil yang menyakini yaitu dengan tujuh putaran
kemudian dalam keadaan thowaf seseorang rsgu spsksh ysng dilskuksnnys sudah
sampai putaran keenam atau ketujuh, karena putaran keenam adalah yang
menyakinkan.
c. Seorang wanita ada yang sedang mengandung kemudian ada yang memukul
perutnya dan keluarlah bayi dalam keadaan hidup sehat, selang beberapa bulan bayi
itu meningal. Maka meninggalnya si bayi tidak disandarkan pada pemukulan yang
terjadi pada waktu yang telah lama tetapi disebabkan hal lain yang merupakan
waktu yang paling dekat kepada kematiannya.
3. Analisis 3 kaidah fiqih tentang kesulitan untuk permasalahan pandemi Covid-19
a. Kaidah Pertama “Kesulitan bisa menarik pada kemudahan”
Maksudnya, walaupun di bumi terjadi wabah virus corona yang membahayakan
keselamatan jiwa, Allah tetap memberikan kemudahan karena penyakit pasti ada
obatnya. Walaupun sekarang obat untuk menyembuhkan dari virus belum ditemukan
b. Kaidah Kedua “Segala sesuatu jika keadaan sempit (darurat), bisa menjadi luas.
Namun jika sudah luas (normal kembali) maka menjadi sempit”
Maksundya, Virus ini dapat hilang atau dapat kembali normal nantinya walaupun
kedepannya mungkin terjadi wabah yang lainyya seperti wabah penyakit yang
terjadi pada amsa Nabi Nuh A.S
c. Kaidah Ketiga “Darurat dapat membolehkan sesuatu yang sebelumnya terlarang,
baik yang umum maupun yang khusus”
Contohnya petugas medis yang sedang melakukan kewajibannya menolong pasien
corona. Petugas medis ini dibolehlan shalat fardhu lima waktu dengan tetap
memakai baju apd nya dan tidak apa-apa tidak berwudhu atau bisa dengan tayamum.
Hal ini sudah sesuai denganisi fatwa MUI No.14 tahun 2020 tentang
penyelenggaraan ibadah dalam situasi terjadi wabah covid-19.
Jadi, shalat jika btidak berwudhu adalah shalatnya tidak sah menjadi sah karena
membolehkan sesuatu yang terlarang menjadi boleh

Anda mungkin juga menyukai