Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Pendidikan Agama Islam

“Hubungan antara Agama dan Manusia”


Dosen Pembimbing: Darmawati S.Pdi M.Pd

Disusun untuk melengkapi tugas Mata Kuliah


Pendidikan Agama Islam Semester I (Ganjil) Pendidikan Agama Islam

Di susun oleh:
• Asmalia Lahay
• Wawan
• Mohammad Putra Djamadi

Fakultas Teknik dan Perencanaan


Universitas Pohuwato
2022-2023
KATA PENGANTAR

Puja dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt. Yang telah
memberikan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga saat dapat
menyelesaikan makalah “Manusia dan Agama” diajukan guna memenuhi tugas
mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Pada kesempatan ini saya mengucapkan
terima kasih pada semua pihak yang turut andil dalam penyusunan makalah ini
hingga pada batas waktu yang telah ditentukan. Saya sebagai penyusun sangat
menyadari bahwa makalah saya masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya
sangat mengharapkan kritik dan saran para pembaca untuk kesempurnaan
makalah ini dengan baik. Sehingga makalah ini dapat memberi informasi dan
berguna bagi para pembaca dan khususnya saya sebagai penyusun.
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................iii
BAB I.........................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................2
D. Metode Penulisan......................................................3
E. Sistematika Penulisan................................................3
BAB II........................................................................................4
PEMBAHASAN..........................................................................4
A. Pengertian Agama.....................................................4
B. Hubungan Manusia dan Agama.................................9

BAB III.....................................................................................13
PENUTUP................................................................................13
A. KESIMPULAN............................................................13
B. SARAN......................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hubungan manusia dan agama tidak pernah lepas dari
perkara dunia, Agama diciptakan pula karena ada manusia,
sedangkan manusia sangat membutuhkan agama sebagai
tuntunannya, oleh sebab itu keduanya memiliki pengaruh besar
dalam pembinaan generasi yang akan datang. Agama sangat
berperan penting bagi manusia sebagai sarana menjamin
kelapangan dada dan menumbuhkan ketenangan hati bagi para
pemeluknya. Agama dapat memelihara manusia dari
penyimpangan, kerusakan dan menjauhkan tingkah laku negatif
yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Bahkan agama
membuat hati manusia menjadi tenteram, jernih dan suci. Di
samping itu agama juga sebagai benteng pertahanan generasi
muslim dalam berbagai aliran yang tidak sesuai dengan tataran
kehidupan Agama juga berperan penting dalam pembinaan akidah
dan akhlak mulia yang dapat menjadikan individu-individu yang
bermoral serta bertakwa di masyarakat hingga menjadi teladan yang
baik dengan insan yang bermanfaat bagi orang lain karena
kesahajaannya.
Agama memberikan penjelasan bahwa manusia adalah
makhluk yang memiliki potensi untuk berakhlak baik (takwa) atau
buruk (fujur) potensi fujur akan senantiasa ekses dalam diri manusia
karena terkait dengan aspek insting, naluriah, atau hawa nafsu,
seperti naluri makan/minum, seks, berkuasa dan rasa aman. Apabila
potensi takwa seseorang lemah, karena tidak ter kembangkan
(melalui pendidikan), maka perilaku manusia dalam hidupnya tidak
akan berbeda dengan hewan karena didominasi oleh potensi
fujurnya yang bersifat instingtif atau impulsif (seperti berzina,
membunuh, mencuri, minum-minuman keras, atau menggunakan
narkoba dan main judi).
Apabila nilai-nilai agama telah terinternalisasi dalam diri
seseorang maka dia akan mampu mengembangkan dirinya sebagai
manusia yang bertakwa, yang salah satu karakteristiknya adalah
mampu mengendalikan diri (self control) dari pemuasan hawa nafsu
yang tidak sesuai dengan ajaran agama.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses
penyusunan makalah ini adalah “Hubungan Manusia Dengan
Agama”.
1. Apa Agama itu sebenarnya
2. Bagaimana hubungan erat Agama dan Manusia
C. Tujuan Penulisan
Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi
dua bagian, yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dalam
penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Pendidikan Agama.
Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah :
1) Untuk mengetahui apa Agama itu sebenarnya
2) Untuk mengetahui bagaimana hubungan antar agama dan
manusia
D. Metode Penulisan
Dalam proses penyusunan makalah ini menggunakan motede
heuristic. Metode yaitu proses pencarian dan pengumpulan
sumber-sumber dalam melakukan kegiatan penyusunan makalah.
Metode ini dipilih karena pada hakekatnya sesuai dengan kegiatan
penyusunan dan penulisan yang hendak dilakukan.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penyusunan makalah ini dibagi menjadi tiga
bagian utama, yang selanjutnya dijabarkan sebagai berikut :
1) Bagian kesatu adalah pendahuluan. Dalam bagian ini penyusun
memaparkan beberapa Pokok permasalahan awal yang
berhubungan erat dengan permasalahan utama.
2) Bagian Kedua yaitu pembahasan. Pada bagian ini merupakan
bagian utama yang hendak dikaji dalam proses penyusunan
makalah.
3) Bagian ketiga yaitu Kesimpulan. Pada Kesempatan ini penyusun
berusaha untuk mengemukakan terhadap semua permasalahan-
permasalahan yang dikemukakan oleh penyusun dalam
perumusan masalah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Agama

menurut bahasa sanskerta, agama berarti tidak kacau (a =


tidak gama = kacau) dengan kata lain, agama merupakan tuntunan
hidup yang dapat membebaskan manusia dari kekacauan. Istilah lain
bagi agama ini yang berasal dari bahasa arab, yaitu Addin yang
berarti : hukum, perhitungan, kerajaan, kekuasaan, tuntutan,
keputusan, dan pembalasan. Ke semuanya itu memberikan
gambaran bahwa “Addin” merupakan pengabdian dan penyerahan,
mutlak dari seorang hamba kepada Tuhan penciptanya dengan
upacara dan tingkah laku tertentu, sebagai manifestasi ketaatan
tersebut (Moh. Syafaat, 1965).
Dari sudut sosiologi, mengartikan agama sebagai suatu
kumpulan keyakinan warisan nenek moyang dan perasaan-perasaan
pribadi, suatu peniruan terhadap modus-modus, ritual-ritual,
aturan-aturan, konvensi-konvensi dan praktek-praktek secara sosial
telah mantap selama generasi demi generasi, Emile Durkheim (Ali
Syari ’ati, 1985 : 81)
Sedangkan menurut M. Natsir agama merupakan suatu
kepercayaan dan cara hidup yang mengandung faktor-faktor antara
lain :
a. Percaya kepada Tuhan sebagai sumber dari segala hukum dan
nilai-nilai hidup.
b. Percaya kepada wahyu Tuhan yang disampaikan kepada rasulnya.
c. Percaya dengan adanya hubungan antara Tuhan dengan manusia.
d. Percaya dengan hubungan ini dapat mempengaruhi hidupnya
sehari-hari.
e. Percaya bahwa dengan matinya seseorang, hidup rohnya tidak
berakhir.
f. Percaya dengan ibadat sebagai cara mengadakan hubungan
dengan Tuhan.
g. Percaya kepada keridhoan Tuhan sebagai tujuan hidup di dunia
ini.
Sementara agama Islam dapat diartikan sebagai wahyu Allah
yang diturunkan melalui para Rosul-Nya sebagai pedoman hidup
manusia di dunia yang berisi Peraturan perintah dan larangan agar
manusia memperoleh kebahagiaan di dunia ini dan di akhirat kelak.
Kita sebagai umat Islam belum semuanya berusaha kepada
Rasulullah secara sungguh-sungguh, karena mungkin kekurang
pahaman kita akan nilai-nilai Islam atau karena sudah
terkontaminasi oleh nilai, pendapat, atau ideologi lain yang
berseberangan dengan nilai-nilai Islam itu sendiri yang di contohkan
oleh Rasulullah SAW.
Diantara umat Islam masih banyak yang menampilkan sikap
dan perilakunya yang tidak selaras, sesuai dengan nila-nilai Islam
sebagai agama yang dianutnya. Dalam kehidupan sehari-hari sering
ditemukan kejadian atau peristiwa baik yang kita lihat sendiri atau
melalui media masa mengenai contoh-contoh ke tidak konsistenan
(tidak Istikomah) orang Islam dalam memedomani Islam sebagai
agamanya
Ada 3 Dasar Kerangka Agama yang perlu kita ketahui,
terkhusus Agama Islam sendiri, yaitu sebagai berikut.
1) Aqidah
Aqidah adalah sistem keyakinan yang mendasari seluruh
aktivitas muslim. Aqidah dibangun atas 6 dasar keimanan yang
lazim disebut Rukun Iman. Rukun iman meliputi : iman kepada
Allah SWT., para malaikat, kitab – kitab, para Rasul, hari akhir,
dan Qodlo dan Qodar. Allah berfirman dalam QS. An-Nisa’, ayat
136 yang artinya;
“Wahai orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya dan kepada kitab yang diturunkan kepada rasul-Nya
serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barang siapa ingkar
kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, Rasul-Nya, hari
Kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-
jauhnya”.
Berdasarkan 6 fondasi tersebut, maka keterikatan setiap
muslim yang semestinya ada pada jiwa setiap muslim adalah :
▪ Meyakini bahwa Islam adalah agama yang terakhir,
mengandung syariat yang menyempurnakan syariat – syariat
yang diturunkan Allah sebelumnya.
▪ Meyakini bahwa Islam adalah satu- satunya agama yang
benar di sisi Allah.
▪ Meyakini bahwa Islam adalah agama yang universal serta
berlaku untuk semua manusia dalam segala lapisan
masyarakat dan sesuai dengasn tuntutan budaya manusia.
2) Syariah
Syari’at adalah sistem nilai yang merupakan inti ajaran
Islam. Syari’ah atau sistem nilai Islam yang diciptakan oleh Allah
sendiri. Dalam kaitan ini, Allah disebut Syaari atau pencipta
hukum. Sistem nilai Islam secara umum meliputi 2 bidang :
✓ Syari’at yang mengatur hubungan manusia secara vertikal
dengan Allah (ibadah mahdah / khusus). Disebut ibadah
mahdah karena sifatnya yang khas dan sudah ditentukan
secara pasti oleh Allah dan dicontohkan secara rinci oleh
Allah. Dalam konteks ini, syari’at berisikan ketentuan
tentang tata cara peribadatan manusia kepada Allah,
seperti kewajiban shalat, puasa, zakat, haji.
✓ Syari’at yang mengatur hubungan manusia secara
horizontal dengan sesama dan makhluk lainnya (
mu’amalah ). Mu’amalah meliputi ketentuan perundang-
undangan yang mengatur segala aktivitas hidup manusia
dalam pergaulan dengan sesamanya dan alam sekitarnya.
Ajaran ini sesuai dengan ajaran Islam tentang tujuan
diciptakannya manusia supaya beribadah. Allah berfirman dalam
QS. Az-Zarariyat, ayat 56 yang artinya:
“ Dan tiadalah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali supaya
beribadah kepada- Ku “
3) Akhlaq
Akhlaq merupakan komponen dasar Islam yang ketiga
yang berisi ajaran tentang perilaku atau sopan santun. Akhlaq
maupun syari’ah pada dasarnya membahas perilaku manusia,
tetapi yang berbeda di antaranya adalah obyek material. Syari’ah
melihat perbuatan manusia darin segi hukum yaitu : wajib,
sunah, mubah, makruh, dan haram. Sedangkan aklaq melihat
perbuatan manusia dari segi nilai / etika, yaitu perbuatan baik
ataupun buruk.
Akhlaq merupakan sistematika Islam, sebagai sistem,
akhlaq memiliki spektrum yang luas, mulai sikap terhadap
dirinya, orang lain, dan makhluk lain, serta terhadap Allah SWT.
Sebagaimana beberapa ayat suci Al-Quran yang menjelaskan
pentingnya akhlaq untuk umat, seperti;
ِ ‫فَا ْذكُ ُرونِي أَ ْذكُ ْركُ ْم َوا ْشكُ ُروا لِي َو ََل تَ ْكفُ ُر‬
‫ون‬
Bacaan latinnya: “Fażkurụnī ażkurkum wasykurụ lī wa lā
takfuruun"
Artinya: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat
(pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah
kamu mengingkari (nikmat)-Ku,” (QS. Al-Baqarah [2]: 152).
ِ ‫ِين َوقُولُوا لِل ان‬
‫اس‬ َ ‫سانًا َوذِي ا ْلقُ ْربَ ٰى َوا ْليَتَا َم ٰى َوا ْل َم‬
ِ ‫ساك‬ َ ْ‫ََل تَ ْعبُ ُدونَ ِإ اَل اللاـهَ َوبِا ْل َوا ِل َدي ِْن ِإح‬
‫ُح ْسنًا‬
Artinya: “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat
baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan
orang-orang miskin. Dan bertutur katalah yang baik kepada
manusia,” (QS Al-Baqarah: 83).

B. Hubungan Manusia dan Agama

Betapa besarnya pengaruh agama dalam kehidupan


Manusia, baik bagi diri sendiri maupun dalam lingkungan
keluarga, ataupun di kalangan masyarakat umum. Karena itu dapat
pula dikatakan bahwa agama itu mempunyai fungsi yang amat
penting dalam kehidupan manusia, tanpa agama manusia tidak
mungkin merasakan kebahagiaan dan ketenangan hidup. Tanpa
agama, mustahil dapat dibina suasana aman dan tentram.
Mengenai asal kejadian manusia ini, al-Quran Menjelaskan
melalui beberapa ayatnya yang dapat dijelaskan sebagai Berikut.
• Pertama, Al-Quran menegaskan bahwa manusia pertama adalah
Adam a.s. Allah menciptakan Adam a.s. melalui proses yang unik
dan Berbeda dengan manusia manusia lainnya. Allah dengan
sifat Maha Kuasa-Nya menciptakan Adam dari tanah (turab) dan
hanya dengan Firman-Nya: “kun fayakun” yang berarti jadilah,
maka jadilah ia. Allah SWT., Berfirman Q.S. Ali-Imran ayat 59.
‫ب ث ُ ام قَا َل لَهٗ كُ ْن فَيَكُ ْو ُن‬ ْ ٗ‫ّٰللا َك َمثَ ِل ٰا َد َم ۗ َخلَقَه‬
ٍ ‫مِن ت ُ َرا‬ ِ ‫ا اِن َمثَ َل ِعيْسٰ ى ِع ْن َد ه‬
Artinya: Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah
seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah,
kemudian Allah Berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang
manusia), Maka jadilah Dia.
• Kedua, manusia yang lain (selain Adam atau keturunan Adam)
Diciptakan oleh Allah dari saripati tanah, yang berproses menjadi
sperma (nuthfah), segumpal darah (‘alaqah), segumpal daging
(mudghah), tulang Belulang (‘izham), hingga menjadi janin
(khalqan akhar).
• Ketiga, proses manusia selanjutnya dijelaskan, mulai dalam
Kandungan manusia dibekali ruh kemudian potensi
pendengaran, Penglihatan, dan hati. Dalam AL-QUR’AN Setelah
sempurna proses kejadiannya Kemudian Allah mengeluarkannya
menjadi bayi, tumbuh menjadi dewasa, Hingga dimatikan Allah.
Berikut beberapa yang menggambarkan hubungan erat
Agama dan Manusia, yaitu:
➢ Sebagai Sumber moral
Pentingnya agama dalam kehidupan disebabkan oleh
sangat diperlukannya moral oleh manusia, padahal moral
bersumber dari agama. Agama menjadi sumber moral, karena
agama mengajarkan iman kepada Tuhan dan kehidupan akhirat,
serta karena adanya perintah dan larangan dalam agama.
➢ Sebagai Petunjuk Kebenaran
Sekarang bagaimana manusia mesti mencapai kebenaran?
Sebagai jawaban atas pertanyaan ini Allah SWT telah mengutus
para Nabi dan Rasul di berbagai masa dan tempat, sejak Nabi
pertama yaitu Adam sampai dengan Nabi terakhir yaitu Nabi
Muhammad SAW. Para nabi dan Rasul ini diberi wahyu atau
agama untuk disampaikan kepada manusia. Wahyu atau agama
inilah agama Islam, dan ini pula sesungguhnya kebenaran yang
dicari-cari oleh manusia sejak dulu kala, yaitu kebenaran yang
mutlak dan universal.
Dapat disimpulkan, bahwa agama sangat penting dalam
kehidupan karena kebenaran yang gagal dicari-cari oleh manusia
sejak dulu kala dengan ilmu dan filsafatnya, ternyata apa yang
dicarinya itu terdapat dalam agama. Agama adalah petunjuk
kebenaran. Bahkan agama itulah kebenaran, yaitu kebenaran
yang mutlak dan universal.
➢ Sebagai Sumber Informasi Metafisika
Sesungguhnya persoalan metafisika sudah masuk wilayah
agama tau iman, dan hanya Allah saja yang mengetahuinya. Dan
Allah Yang Maha Mengetahui perkara yang gaib ini dalam batas-
batas yang dianggap perlu telah menerangkan perkara yang gaib
tersebut melalui wahyu atau agama-Nya. Dengan demikian
agama adalah sumber informasi tentang metafisika, dan karena
itu pula hanya dengan agama manusia dapat mengetahui
persoalan metafisika.
Dengan agamalah dapat diketahui hal-hal yang berkaitan
dengan alam barzah, alam akhirat, surga dan neraka, Tuhan dan
sifat-sifat-Nya, dan hal-hal gaib lainnya. Dapat disimpulkan
bahwa agama sangat penting bagi manusia (dan karena itu
sangat dibutuhkan), karena manusia dengan akal, dengan ilmu
atau filsafatnya tidak sanggup menyingkap rahasia metafisika.
Hal itu hanya dapat diketahui dengan agama, sebab agama
adalah sumber informasi tentang metafisika.
➢ Sebagai pembimbing rohani manusia
Sabda Nabi mengajarkan, orang-orang yang percaya
bersyukur kepada Allah pada waktu sesuatu yang
menggembirakan dan tabah atau sabar pada waktu yang salah.
Bersyukur di kala suka dan sabar di kala duka inilah sikap mental
yang selalu dimiliki oleh orang beriman. Dengan begitu hidup
orang percaya selalu stabil, tidak ada goncangan-goncangan,
bahkan tenteram dan bahagia, inilah hal yang menakjubkan dari
orang percaya seperti yang dikatakan oleh Nabi. Keadaan hidup
semuanya tidak serba baik, kalau di kala suka orang percaya itu,
sebaliknya “Jika engkau bersyukur akan Aku tambahi”, kata Allah
sendiri (Ibrahim ayat 7). Sebaliknya, orang percaya tabah atau
sabar di kala duka, sebaliknya dengan tabah di kala duka ia
memperoleh berbagai keutamaan, seperti pengampunan dosa-
dosanya(HR Bukhari dan Muslim), atau bahkan mendapat surga
(HR Bukhari), dan sebagainya. Ada pula keuntungan lain sebagai
akibat dari kepatuhan menjalankan agama, seperti yang
dikatakan oleh seorang psikiater, Dr. AA Brill, “Setiap orang yang
betul-betul menjalankan agama, bahkan tidak bisa terkena
penyakit syaraf. Yaitu penyakit gelisah risau yang terus-
menerus”.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Agama, merupakan sesuatu yang dapat merubah
perilaku seseorang sebab, agama berisi tentang aturan –
aturan yang bisa membawa seseorang ke arah yang lebih
baik. Karena, setiap agama pastilah mempunyai maksud –
maksud tertentu agar penganutnya menjadi lebih terarah.
Kata “agama” berasal dari bahasa Sanskerta yaitu āgama
(aagama) yang berarti “tradisi”. Sedangkan kata lain untuk
menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa
Latin, dan berasal dari kata kerja re-ligare yang berarti
“mengikat kembali”. Cara percayanya pun beragam. Orang-
orang di zaman purba atau primitif, misalnya, merasa bahwa
terdapat kekuatan magis yang meliputi sebuah benda atau
bahkan manusia. Di masa pra sejarah, lahir beberapa
keyakinan seperti animisme, dinamisme, totemisme, dan lain-
lain. Bukan hanya itu, kepercayaan terus berkembang hingga
terdapat sebuah istilah mengenai Tuhan yang dikenal sebagai
satu-satunya pencipta alam semesta dan memiliki kendali
atas segalanya.
Agama memberikan penjelasan bahwa manusia adalah
makhluk yang memiliki potensi untuk berakhlak baik (takwa)
atau buruk (fujur) potensi fujur akan senantiasa eksis dalam
diri manusia karena terkait dengan aspek insting, naluriah,
atau hawa nafsu, seperti naluri makan/minum, seks, berkuasa
dan rasa aman. Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia
merupakan ciptaan Tuhan yang ada di muka bumi dan
merupakan satu-satunya makhluk yang memiliki kemampuan
berpikir dan merefleksikan segala sesuatu yang ada, termasuk
merefleksikan diri serta keberadaannya di dunia. Inilah yang
menentukan dan sebagai tanda dari hakikat sebagai manusia,
di mana makhluk lain seperti binatang tidak memilikinya.
Maka sangat layak jika dikatakan bahwa hakikat manusia
adalah makhluk yang berpikir.
“......Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari
tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal
darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna
kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan
kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami
kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian
Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan
berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan
di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara
kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia
tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah
diketahuinya....”
Manusia diciptakan oleh Allah Swt. antara musayyar
dan mukhayyar. Mukhayyar adalah kebebasan manusia
dalam memilih dan tidak ada kehendak Allah Swt di dalamnya
dialah yang menciptakan perbuatannya sendiri dan mengatur
urusannya. Hidup menurutnya berdasarkan sebab akibat.
Musayyar adalah manusia yang digerakkan dan dikendalikan
seperti robot tidak ada kehendak dalam perbuatannya. Dalam
hal ini manusia seperti daun yang tertiup angin. Dalam
konteks tauhid permasalahan mukhayyar dan musayyar
adalah sebuah permasalahan yang berkaitan keimanan
terhadap qadha dan qadar, karena ini menjadi sangat penting
disaat terjadinya perbedaan tentang hak pilih.
B. Saran
Dengan segala yang telah melekat pada manusia, mulai
dari proses penciptaan sampai dengan keistimewaan yang
dimiliki olehnya, hendaknya manusia lebih bisa mengetahui
apa sebenarnya tujuan dari hidupnya, untuk apa dan siapa dia
hidup. Hingga dapat mencapai titik kemuliaan yang
sesungguhnya di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa.
Setelah pembahasan makalah ini, diharapkan
mahasiswa pada khususnya dan umat Islam pada umumnya
dapat memahami Tauhid, sehingga dapat mengenal Allah
SWT serta dapat mengamalkannya dengan ibadah dan
pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan mengenal Allah SWT sebagai Tuhan yang Esa
dan yang patut disembah, kita akan terhindar dari perbuatan
syirik. Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang
dilindungi Allah SWT dari perbuatan syirik yang mengantar
kita ke jalan yang sesat. Aamiin.
DAFTAR PUSTAKA

https://blog.cicil.co.id/contoh-makalah-mahasiswa-dan-cara-
membuatnya/

http://tugaskampus48.blogspot.com/2015/12/bab-i-pendahuluan-
1.html?m=1

http://dhayattoni80.blogspot.com/2014/09/kerangka-dasar-ajaran-
islam.html?m=1

https://tirto.id/ayat-ayat-al-quran-tentang-akhlak-serta-
penjelasannya-gkLf

https://id.m.wikipedia.org/w/index.php?title=Agama&oldid=21519358

https://www.slideshare.net/afkarunia/hubungan-agama-dan-manusia

Anda mungkin juga menyukai