Dosen Pengampu:
Drs. Ignatius Agung Setyawan, SE., S.Ilkom., M.Si., Ph.D
Disusun oleh:
Nama : Andini Anastasia Putri
NIM : D0218008
Kelas :B
KEMBALI KE ALAM
Teori Kontrak sosial telah lama dirumuskan oleh para pemikir dan filosof
politik sebelum terbitnya karya Rousseu, Du Contract Social tahun 1762. Menurut
Cranston, ketika menulis buku itu, Rousseau membaca karya-karya Thomas
Hobbes dan para ahli hukum seperti Grotius, Pupendorf, Barbeyrac, Burlamaqui
dan John Locke. Dari mereka Rousseau memperoleh gagasan tentang kontrak
sosial.
Sekarang kita akan menelaah pemikirannya mengenai kontrak sosial dan
kaitannya dengan pembentukan dan kekuasaan negara. Menurut pemikir ini,
negara merupakan sebuah produk perjanjian sosial. lndividu-individu dalam
masyarakat sepakat untuk menyerahkan sebagian haik-hak, kebebasan dan
kekuasaan yang dimilikinya kepada suatu kekuasaan bersama. Kekuasaan
bersama ini kemudian dinamakan negara, kedaulatan rakyat, kekuasaan negara,
atau istilah-istilah lain yang identik dengannya, tergantung dari mana kita
melihatya. Dengan menyerahkan hak- hak itu, individu·individu itu tidak
kehilangan kebebasan atau kekuasaannya. Mereka tetap dalam keadaan sediakala.
Negara berdaulat karena mandat dari rakyat. Negara diberi mandat
oleh rakyat untuk mengatur, mengayomi dan menjaga keamanan maupun
harta benda mereka. Kedaulatan negara akan tetap absah selama negara tetap
menjalankan fungsi-fungsinya sesuai dengan kehendak takyat. Negara harus
selalu berusaha mewujudkan kehendak umum. Bila menyimpang dari kehendak
rakyat atau kcmauan umum, keabsahan kedaulatan negara akan mengalami krisis.
Dari segi ini, tcori negara berdasarkan kontrak sosial mcrupakan antitesis terhadap
hak-hak ketuhanan raja. Dalam teori hak-hak ketuhanan raja, kekuasaan dan
legitimasinya diperoleh dari Tuhan. Dcngan teori kontrak sosialnya, Rousseau
membalikkan sumbcr kekuasaan dari legitimasinya, dari Tuhan ke manusia.
Menarik menyimak bagaimana Rousseau memandang kekuasaan negara.
la mengumpamakan negara memiliki sepuluh ribu warga. Kekuasaan negara yang
merupakan manifestasi dari penyerahan hak, kebebasan dan kekuasaan serta
kemauan individu haruslah dilihat secara kolektif dan sebagai suatu lembaga
politik yang utuh. Meskipun demikian, setiap individu masyarakat yang
merupakan subjek harus dilihat sebagai suatu entitas individual. Bukan sebagai
entitas kolektif. Maka setiap orang mcmiliki akses sepersepuluh ribu dari
kckuasaan ncgara, walaupun ia mcnycrahkan semua haknya pada lcmbaga politik
itu.
Di sini letak perbedaan pandangan Rousseau dcngan Hobbes. Hobbes
berpendapat bila negara telah terbentuk scbagai akibat adanya kontrak sosial maka
negara memiliki kekuasaan penuh yang tidak terikat lagi dengan individu-individu
yang melakukan kontrak sosial. Yang terikat dengan kontrak itu adalah individu-
individu itu, bukan negara. Jadi, setelah terbentuk, negara dapat berbuat apa saja
terhadap individu-individu itu. Dalam pcmikiran Hobbes, tidak ada
pertanggungjawaban negara terhadap individu.
Menurut Rousseau, negara yang memiliki keabsahan memerintah atas
kehendak umum atau rakyat itu memiliki dua hal; pertama kemauan, dan kedua,
kekuatan.Yang dimaksud Rousseau dengan kemauan adalah kekuasaan legislatif
(legislative power) sedangkan kekuatan adalah kekuasaan eksekutif (executive
power). Dua bentuk kekuasaan ini harus bekerja sama secara harmonis.
KESIMPULAN