Anda di halaman 1dari 20

Nama : Bramesta Ginting

Cindi Lawrencia Hutasoit


Dony F. Panggabean
Tingkat/Jurusan : II-D/Teologi
Mata Kuliah : Sejarah Gereja Umum II
Dosen Pengampu : Berthalyna Br. Tarigan, M.Th

Reformasi Radikal
I. Abstraksi
II. Pembahasan
2.1. Pengertian Reformasi Radikal
Kata reformasi berasal dari bahasa Inggris yaitu re yang artinya kembali
dan form yang artinya bentuk jadi secara harafiah reformasi berarti kembali kepada
bentuk semula.1 Istilah “Reformasi” secara umum diterima sebagai sebutan yang
sesuai untuk gerakan ini, karena gerakan ini dihubungkan dengan pengakuan akan
kebutuhan untuk pemeriksaan yang mendalam atas lembaga-lembaga, praktik-
praktik dan paham-paham dari gereja Barat. Di dalam KBBI, radikal dapat diartikan
sampai keakar-akar sekali, dengan kesempurnaannya dan dapat diartikan sebagai
haluan politik yang sangat keras menuntut perubahan perundang-undangan,
ketatanegaraan dan lain-lain.2 Reformasi Radikal merupakan gerakan yang muncul
di Eropa pada abad ke-16 yang berusaha melakukan pembaharuan gereja secara
radikal. Mereka menilai reformasi yang dilakukan oleh para reformator gereja
(Luther, Zwingli dan Calvin) terlalu lamban.3 Reformasi Radikal secara umum
memusuhi pemaksaan dan mengemukakan suatu kebijaksanaan tanpa kekerasan.4
2.2. Latar Belakang Reformasi Radikal
Kita sudah melihat bahwa selama Abad pertengahan ada kelompok-kelompok
yang menyimpang dari ajaran gereja yang resmi. Tetapi kekuasaan gereja yang
begitu besar dan hubungannya dengan Negara begitu erat, sehingga gerakan-

1
Jhon M. Echols dan Hasan Shadiyi, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2006), 224.
2
W. J. S. Poewadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2006), 393.
3
F. D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2006), 393.
4
Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2016), 263.
gerakan itu hampir-hampir ditumpas, atau terpaksa menyesuaikan diri dengan
gereja. Namun, oleh tindakan Luther, kekuasaan paus menjadi goyah. Maka sekta-
sekta tersebut dapat muncul kembali, dan timbul pula golongan-golongan baru
yang mencampurkan ide Luther dengan pemikiran sekta-sekta Abad pertengahan.
Kelompok-kelompok itu kadang-kadang disebut “Sayap kiri dari Reformasi”, atau
“Reformasi radikal”. Namun, harus diperhatikan bahwa mereka tidak termasuk
dalam lingkungan Reformasi Protestan, melainkan merupakan aliran Kristen
tersendiri, disamping Reformasi maupun Gereja Roma.5 Kondisi sosial di Jerman
pun mempengaruhi jalan Reformasi, oleh perniagaan kota-kota bertambah maju
dan makmur. Penduduknya menghargai perkara-perkara rohani, seperti ilmu, seni
dan agama. Tetapi sebaliknya arti dan pentingnya kalangan bangsawan makin
berkurang. Banyak orang kalangan bangsawan kehilangan penghasilannya. Hal itu
ada dua akibatnya: ada yang menjadi kesatria penyamun, yang dari bentengnya
yang tinggi merampas dan menyusahkan daerah sekitarnya, dan ada pula yang
mulai menindas dan memerah petani-petani bawahannya. Disamping itu golongan
petani banyak menderita oleh beban berat yang dipertanggungkan kepadanya oleh
Gereja yang loba itu. Mulai abad ke-XV terjadilah pemberontakan-pemberontakan
dari pihak kaum petani yang malang itu.6
Pada tahun 1525 kaum petani Jerman bergabung sambil menuntut perubahan-
perubahan dalam susunan masyarakat dimana mereka merasa terdesak oleh
golongan-golongan atas. Akibatnya, hak petani untuk menggunakan tanah dan
hutan milik mereka bersama dicabut. Lagi pula mereka merasa diperas oleh
pungutan-pungutan yang dituntut kaum bangsawan dan gereja. Bagi mereka,
tulisan-tulisan Luther menawarkan tempat bertumpu dalam menawarkan
ketidakpuasan mereka. Para petani memasang telinga baik-baik ketika Luther
berbicara tentang “kebebasan”. Mereka menafsirkan “kebebasan” itu sebagai
kebebasan dari kewajiban-kewajiban yang tidak wajar terhadap tuan-tuannya.
Dalam hal ini mereka salah menafsir maksud Luther. Ditambah lagi sebagian
petani terpengaruh oleh Munzer, sehingga memeluk ideologi yang jauh lebih

5
Thomas Van Den End, Harta dalam Bejana, (Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 2015), 174.
6
H. Berkhof dan I. H. Enklar, Sejarah Gereja Umum, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1991), 120.
fanatik. Munzer menegaskan bahwa “kemiskinan” itu terutama kemiskinan akan
harta benda, kemelaratan. Lalu ia menarik kesimpulan: hanya orang-orang
miskinlah yang dapat menerima Roh, Terang batiniah itu. Mereka orang-orang
berbahagia, yang berkenan kepada Allah, menurut Matius 5:3. Sebaliknya, orang-
orang kaya, justru karena kaya, adalah orang-orang fasik.7 Mereka selaku orang-
orang miskin, adalah orang-orang pilihan Allah yang harus membasmi orang-
orang kaya yang fasik itu. Lalu mereka mengadakan revolusi, membakar,
merampok dan membunuh dimana-mana. Akhirnya, pada bulan Mei 1525,
gerakan itu berhasil ditumpas. Penguasa-penguasa membalas dendam secara
bengis. Munzer yang telah bertindak sebagai salah seorang pemimpin para petani
ditangkap dan dibunuh, bersama dengan ribuan orang lain. 8 Sewaktu
pemberontakan para petani itu meletus Luther merayakan pernikahannya dengan
Katharina von Bora (1525). Katharina adalah seorang bekas biarawati, yang
melarikan diri dari biaranya (sesudah membaca tulisan-tulisan Luther) dengan
bersembunyi dalam tong anggur yang kosong. Pada saat mereka mempersiapkan
pernikahannya pemberontakan para petani masih berkecamuk dan nyawa Luther
terancam.9
Kepada petani-petani, yang menyalahkan bukunya Kebebasan Seorang
Kristen, Luther berkata: Memang, menurut Injil patut tuan-tuan tanah dan raja-raja
mengusahakan kepentingan rakyat dan tidak menghisap mereka. Tetapi lain
kebebasan seorang Kristen, lain kebebasan di bidang sosial. Kebebasan seorang
Kristen ialah kebebasan dari tuntutan hukum Taurat, tetapi itu belum berarti bahwa
seorang Kristen harus bebas dari kerja rodi dan sebagainya. “Seorang budak bisa
saja menjadi seorang Kristen, dan mempunyai kebebasan Kristen”. Hal ini
tidaklah berarti bahwa menurut Luther seorang budak tidak boleh mencita-citakan
kebebasan, atau bahwa seorang Kristen tidak boleh memperjuangkan keadialan
sosial. Luther sendiri dengan kata-kata yang tajam mendesak para pengusaha agar
bertindak adil.10

7
Thomas Van Den End, Harta dalam Bejana, (Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 2015), 174-175.
8
Thomas Van Den End, Harta dalam Bejana, 175-176.
9
Ibid, 179.
10
Ibid, 176.
Luther dalam melakukan reformasinya masih terikat dengan pemerintahan
raja Friedrich. Sedangkan Calvin yang lebih radikal di dalam reformasinya masih
terikat dengan dewan kota Zenewa. Kelompok radikal menganggap bahwa Luther
dan Calvin hanya memperkuat gereja negara. Dan kelompok radikal menganggap
Luther dan Calvin sudah tidak alkitabiah lagi di dalam alirannya seperti: baptisan
anak, ibadah yang suci dan gereja harus terpisah dengan negara. Gerakan ini
berusaha melakukan pembaharuan gereja secara radikal. Mereka menilai upaya
pembaharuan yang dilakukan para reformator gereja (Luther, Zwingli dan Calvin)
terlalu lamban.11 Kelompok Reformasi Radikal mempunyai pengertian lain
tentang wujud gereja dan tentang hubungan gereja dan negara daripada GKR dan
Protestan. Yang merupakan dasar gereja menurut mereka, adalah kesuciaan
anggota-anggotanya, bukan rahmat Allah atas orang-orang berdosa. Mereka
mencita-citakan jemaat kecil, terasing dari hidup kemasyarakatan dan kenegaraan.
Menurut mereka, tidak mungkin perjanjian Allah seluas bangsa, perjanjian itu
hanya meliputi orang-orang percaya saja. Tetapi menurut Luther dan Calvin, dasar
gereja bukanlah kesuciaan anggota-anggotanya, melainkan rahmat Allah dan
pemberitaan-Nya dalam Firman dan sakramen.12
Kelompok Reformasi Radikal menginginkan gereja swadaya, yang diperintah
oleh Roh Kudus. Isu yang memicu konflik ialah baptisan anak. Kelompok yang
menentang ini mengemukakan bahwa Alkitab menunjukkan baptisan dewasa dan
ingin berpegang pada itu. Pandangan Reformasi Radikal tentang baptisan dewasa
bertolak dari Markus 16:16 “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan.”
Jadi, percaya dulu barulah dibaptis.13 Pada tanggal 21 Januari 1525, kelompok
Reformasi Radikal bertemu dan membaptis satu sama lain, dikemudian hari
mereka dijuluki Anabaptis “pembaptis ulang” oleh orang-orang yang tidak senang
kepada mereka.14 Mengenai babtisan anak-anak, pandangan Calvin mirip
pandangan Luther dalam pengertian bahwa anak-anak itu harus memiliki iman,
dan anak itu dikaruniakan pada anak-anak pilihan. Kelak iman itu akan berbuah

11
F.D.Wellem, Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 393.
12
J. L. Ch. Abineno, Harta Dalam Bejana, 178-179.
13
J. L. Ch. Abineno, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 178
14
A. Kenneth Curtis,dkk, 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen, (Jakarta: Gunung Mulia,2013),79
dalam kehiupan mereka. Dan hal lain yang termasuk juga dalam gerakan
Reformasi Radikal adalah gerakan Reformasi Radikal yang muncul di Swiss, di
sana lahir gerakan yang disebut sebagai gerakan Anababtisme, karena ciri-ciri
yang paling menonjol adalah bahwa mereka membabtis orang-orang dewasa.
Sehingga mreka diejek sebagai orang Anababtis. Msendiri yang menolak babtisan
anak-anak karena mereka menganggap bahwa babtisan mereka selaku orang
dewasa sebagai baptisan satu-satunya.15
Para Anabaptis menentang gereja negara yang dipaksakan kepada semua
orang. Bagi mereka iman Kristen itu bebas dan dianut atas kemauan sendiri, bukan
dipaksakan. Gereja adalah persekutuan sukarela dari murid-murid yang terikat
oleh satu tujuan. Para reformator sadar bahwa tidak semua warga adalah Kristen
sejati, tetapi mereka melihat sebagai orang terpilih ialah sekelompok orang di
dalam gereja negara itu. Jumlahnya dan siapa orangnya tidak diketahui dengan
pasti. Para Anabaptis tidak setuju. Mereka berpendapat bahwa gereja itu
seharusnya hanya terdiri dari orang-orang yang percaya sesungguhnya, murid-
murid yang terikat pada tujuan bersama. Gereja yang sungguh adalah kelompok
murid-murid yang nyata, yang sudah memisahkan diri dari dunia termasuk gereja
negara.16
2.3.Anababtis
Aliran Anabaptis berasal dari bahasa Yunani ana dan baptiso yang berarti
membaptis kembali. Kata ini merupakan nama sindiran yang diberikan oleh
lawan-lawannya, karena mereka menolak baptisan anak sebagai baptisan yang
benar.17 Istilah “Anababtis” mempunyai asal-usulnya pada Zwingli (kata
“anababtis” secara harfiah berarti ‘orang-orang yang dibabtis kembali’ dan ini
merujuk pada aspek yang paling khas dari kebiasaan orang-orang Anababtis
pendirian yang kokoh bahwa hanya orang yang telah melakukan pengakuan iman
pribadi dihadapan umum yang boleh dibabtis.18 Pengertian Anabaptis adalah

15
Chr. De Jonge dan Jan S. Aritonang, Apa dan Bagaimana Gereja?, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2009),
38.
16
Tony Lane, Runtut Pijar, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2016), 161
17
F.D.Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 16.
18
Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, 12.
pembaptisan ulang. Seolah-olah ada baptisan ulang. Padahal, maksud dari baptisan
ulang disini adalah orang-orang yang tadinya sudah menerima baptisan sewaktu
kecil (anak-anak). Namun, ketika ia sudah dewasa dan hidup dalam pertobatan,
orang tersebut akan dibaptis lagi. Karena dianggap anak kecil tidak bisa
mempertanggungjawabkan apa yang diimaninya. Masih bisa berubah-ubah.19
Nama ini diberikan kepada gerakan ini karena ciri yang paling menonjol adalah
bahwa mereka membaptis orang-orang dewasa.20 Anababtisme ternyata pertama
kali muncul di sekitar Zurich, yakni setelah reformasi Zwingli di dalam kota itu
pada awal decade 1520-an.21 Gerakan ini bermula di Swiss, kemudian menjalar ke
Jerman dan negeri-negari lain disekitarnya. Semula mereka mengikuti tokoh
reformasi Swiss, Ulrich Zwingli, namun dalam waktu singkat memisahkan diri
dari gereja dan upaya reformasi yang dipimpinnya. Sama seperti gerakan
pemberontakan petani, gerakan ini juga berusaha menciptakan persekutuan orang-
orang suci dan mendirikan kerajaan Kristus di bumi. Namun dalam mewujudkan
cita-cita itu mereka lama-kelamaan menjelma menjadi gerakan pemberontakan
dan menghalalkan kekerasan.22 Gerakan itu berpusat pada sekelompok individu
yang menuduh bahwa Zwingli tidak setia pada prinsip-prinsip reformasinya
sendiri. Meskipun Zwingli menyatakan setia pada prinsip Sola Srciptura (hanya
oleh Kitab Suci). Zwingli merasakan adanya bahaya dalam gerakan ini dan
melihatnya sebagai suatu perkembangan yang menggoyahkan, yang dapat
mengancam putusnya hubungan Gereja Reformed di Zurich dari akar-akar
historisnya dan dari kesinambungannya dengan tradisi Kristen masa lalu. Dalam
tahun 1522 ia menulis sebuah kertas kerja yang dikenal sebagai Apologeticus
Archeteles, yang didalamnya ia mengakui ide tentang “kepemilikan bersama”.
Tetapi pada tahun 1525, Zwingli mengubah pandangannya dan sampai pada
pendapat bahwa kepemilikan pribadi atas harta benda bagaimanapun juga
bukanlah hal yang jelek.23 Pada tanggal 21 Januari 1525, kelompok yang dipimpin

19
Jonar S., Sejarah Gereja Umum, (Yogyakarta: ANDI, 2014), 373
20
C. De Jonge & Jan S. Aritonang, Apa dan Bagaimana Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), 38
21
Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, 12.
22
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005) , 35
23
Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, 12.
Grebel berkumpul mengadakan penelaahan Alkitab, lalu seorang pesertanya,
Cajacob meminta agar Grebel melayankan baptisan yang benar atas dirinya dan
sesuai dengan Alkitab. Oleh karena seorang pejabat gereja yang dibaptis, sehingga
dilayankan baptisan tersebut, peristiwa itu dikalangan memonit, dipahami sebagai
hari lahirnya Anabaptis.24 Pokok yang terpenting dari gerakan itu adalah mereka
ingin membentuk suatu “jemaat tanpa cacat atau kerut”. Demikianlah jemaat
Tuhan disebut dalam Alkitab (Ef. 5:27); tetapi di sana kedudukan jemaat adalah
hasil penyerahan diri oleh Kristus, kekudusan dimana diwujudkan dalam jemaat
dan diantara semua orang percaya dengan memandikannya dengan air dan firman
(Ef. 5:25-26). Bagi orang Babtis kekudusan itu bukanlah karunia Kristus,
melainkan tugas manusia yang beriman. Kekudusan itu dikejarnya dengan
menggenapi segala hukum Tuhan, teristimewa segala syariat untuk hidup Kriten
yang terpapar dalam Khotbah Yesus di Bukit, yang diangap seperti kitab undang-
undang. Ajaran kebajikan khotbah di bukitpun membuat orang Babtis menjadi
segan terhadap segala sesuatu yang berkenaan dengan Negara, misalnya sumpah,
pangkat pegawai dan perang. Mereka suka menyepikan diri dari masyarakat ramai,
lalu merupakan perkumpulan-perkumpulan yang saleh dan suci. Sebab itu mereka
menderita dengan penuh sabar dan pasif segala aniaya yang ditimpakan ke atasnya
oleh pihak pemerintah.25 Bagi mereka iman Kristen itu bebas dan dianut atas
kemauan sendiri, bukan dipaksakan. Mereka berpendapat bahwa gereja itu
seharusnya hanya terdiri dari orang-orang percaya sesungguhnya, murid-murid
yang nyata, yang sudah memisahkan diri dari dunia (termasuk gereja negara).
Sikap para radikal yang menentang baptisan anak makin mengeras dan sesudah
1525, mereka membaptis ulang para pengikut-pengikutnya. Sehingga dewan kota
mengusir mereka semua yang dibaptis ulang, dan tahun berikutnya hukuman mati
diberlakukan untuk pembaptis ulang. Sejumlah pemimpin Anabaptis bertemu
pada bulan Februari pada tahun 1527 di Schleitheim. Mereka mengeluarkan 7
pasal pernyataan iman, ketujuh pasal itu bukanlah pernyataan iman yang luas dan
lengkap, tetapi mencakup pokok-pokok perselisihan utam antara pihak Anabaptis

24
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, 107-108.
25
H. Berkhof dan I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2018), 153.
dengan pihak reformasi serta pokok-pokok yang tadinya merupakan bahan
perselisihan antara para Anabaptis sendiri. Ketujuh pasal itu ialah :
1. Baptisan bukan untuk anak-anak, tetapi bagi mereka yang secara sadar memilih
menjadi Kristen.
2. Orang percaya yang sudah dibaptis tetapi berbuat dosa lagi dan tidak mau
mengoreksi diri akan dikucilkan dari persekutuan
3. Upacara memecahkan roti adalah perjamuan persekutuan untuk memperingati
Yesus Kristus dan hanya murid yang sudah dibaptis boleh berpartisipasi.
4. Orang percaya harus memecahkan diri dari dunia yang jahat ini, termasuk dari
gereja-gereja Negara Katolik Roma maupun Protestan.
5. Gembala-gembala dipilih dari antara laki-laki yang memiliki nama baik di dunia
ini. Gaji mereka harus dijamin oleh kawanannya.
6. Pedang (jabatan pemerintah) diperintahkan oleh Allah untuk dipakai oleh
pejabat duniawi untuk menghukum orang jahat. Di gereja, datu-satunya senjata
yang dipakai adalah ekskomunikasi. Yesus Kristus melarang penggunaan
kekerasan, oleh sebab itu orang Kristen tidak dapat menerima menjadi pejabat.
7. Bagi orang Kristen bersumpah itu salah.26
Karena segannya terhadap segala hal ihwal Negara dan karena babptisan
kanak-kanak ditolaknya, maka mereka dihambat oleh semua pemerintah, baik yang
Katolik Roma, maupun yang yang Injili, terhalaukan dari tempat kediamnnya,
banyak yang dipenjaraan dan tak sedikit pula yang dihukum mati. 27 Di Nederland
penganut-penganut Anababtis dipimpin oleh Menno Simons, seorang bekas pastur,
dan oleh sebab itu di sana mereka diberi nama “Mennonit”. Dimana-mana mereka
ditindas dengan kejam, sebabdianggap perusak pranata Kristen, pemberontak sama
seperti Munzer.28
2.4. Pokok Ajaran Reformasi Radikal
1. Alkitab29

26
Tony Lane, Runtut Pijar, 161-162.
27
H. Berkhof dan I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2018), 154.
28
Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana, 178.
29
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016),
144.
Alkitab dipandang sebagai sumber kebenaran dan pemilik kewibawaan
tertinggi, serta menggunakan Alkitab bukan terutama untuk membangun
sistem teologi, melainkan untuk membebaskan manusia dari dosa. Dalam
pengertian ini mereka menganut sikap yang “praktis” terhadap Alkitab,
yaitu membuatnya berfungsi di dalam keselamatan dan penyucian manusia,
ketimbang meletakkan banyak tekanan atas sistem pemikiran atau masuk
ke dalam masalah-masalah teologi yang spekulatif. Dengan kata lain,
Alkitab terutama digunakan untuk memberitakan injil keselamatan dan
mengajak pendengarnya kepada pertobatan dan hidup baru, seraya
memenangkan jiwa-jiwa bagi Kristus.
2. Gereja
Gereja dipahami sebagai persekutuan dari pribadi-pribadi yang telah
diselamatakan Allah melalui pengorbanan dan penebusan Kristus. Orang
atau jiwa yang telah bertobat dan dilahirkan kembali, dan yang sudah
dibaptis dengan cara diselamatkan, merekalah yang layak menjadi anggota
gereja. Di dalam gereja boleh ada berbagai jabatan gereja, tetapi semua
jabatan termasuk tata cara pemilihan, penangkatan dan penahbisan, harus
berpedoman dan mengacu kepada Alkitab.
3. Baptisan
Baptisan harus dilakukan dengan cara selam dan hanya dilayankan bagi
orang dewasa yang sudah mampu memahami dan menyatakan imannya,
karena memang begitulah dinyatakan di dalam Alkitab. Baptisan
dilakukan di dalam nama Allah Tritunggal : Bapa, Putra dan Roh Kudus.
Disamping melambangkan kasih karunia Allah yang menganugerahkan
kelahiran kembali serta hidup baru, baptisan juga melambangkan iman dan
ketaatan kepada Kristus.30
4. Penetapan-penetapan (Ordinances) di Dalam Perjanjian Baru
Kaum Mennonit tidak menggunakan istilah sakramen, melainkan
penetapan. Salah satu alasannya adalah: sesuai dengan semboyan imamat
am orang percaya (yang mereka ambil dari Luther), bukan hanya pendeta

30
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, 140-141.
yang berhak melayankan upacara-upacara gerejawi, malainkan juga
warga je maat. Alasan lainya adalah istilah sakramen tidak terdapat di
dalam Alkitab dan berasal dari perbendaharaan bahasa sehari-hari yang
artinya bisa lebih ataupun lain dari yang dimaksudkan gereja.31
5. Kuasa Roh Kudus
Karena masing-masing orang boleh membaca dan menafsirkan Alkitab
sesuai kebebasan hati nuraninya, maka bisa terjadi perbedaan pemahaman.
Untuk mencegah masing-masing membuat pemahamannya sendiri,
Alkitab harus dibaca dan dipahami di dalam perhimpunan jemaat bila
orang Kristen berhimpun, Firman diberitakan, sebagian mendengar,
sebagian bernubuat dan sebagian mempertimbangkan isisnya, disitulah
Roh Kudus akan memimpin kepada pengertian yang sama. Kuasa Roh
Kudus juga diandalkan dalam berbagai pertemuan dan perundingan.
6. Nir (tidak menggunakan) Kekerasan
Kaum Mennonit menolak penggunaan kekerasan dalam kehidupan
pribadi dan juga menolak dinas militer dalam segala bentuknya.
Penolakan ini didasarkan kepada nats Perjanjian Baru, dan berdasarkan
amanat Kristus untuk menjadikan semua bangsa murid (Mat. 28:19)
berdasarkan ini juga kaum Mennonit menolak dinas kepolisian dan
pengadilan. Itu berarti bahwa kaum Mennonit menentang pemerintah,
pemerintah tetap diakui sebagai yang ditetapkan oleh Allah untuk
menegakkan hukum dan keadilan terhadap pelaku-pelaku kejahatan
dalam masyarakat. Tapi tugas itu tidak ditetapkan bagi orang-orang
kudus.
7. Larangan Bersumpah
Larangan ini didasarkan pada amanat Kristus pada Mat. 5:33-37 dan
23:16-12 dan Yak. 5:12. Ini sejalan dengan larangan untuk menuntut
seseorang secara hukum atau menyeretnya kedepan pengadilan atau
memenjarakannya (bnd.1 Kor 6:1-7). Karena itu kalau kaum Mennonit

31
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, 145-146.
diminta untuk bersumpah, yang boleh ia lakukan hanyalah afirmasi
(mengiakan atau membenarkan).32
2.5.Tokoh- tokoh Reformasi Radikal
2.5.1. Thomas Muenzer (1491-1525)
Muenzer adalah seorang penginjil keliling dari suatu gerakan
revolusi social. Dapat dikatakan bahwa ia adalah pelopor dari
sosialisme, komunisme dan anarkhisme modern. Muenzer dilahirkan di
Stolberg, daerah pegunungan Harz pada tahun 1489. Ia belajar di Lepziq
dan di Frankfurt. Pada tahun 1519 ia menjadi confessor pada biara
wanita di Thuringen. Mungkin juga ia bertemu dengan Luther dalam
perdebatan agama di Lepziq. Kemudian Muenzer dipengaruhi oleh
Joachim dari Fiore dan Johanes Hus sehingga ia menjadi penganut
reformasi. Pada tahun 1250 melalui perantaraan Luther dia diangkat
menjadi pengkotbah pada salah satu gereja di kota industri Zuickaw.33
ia belajar Teologi dan menjadi seorang ahli yang terkenal dalam ilmu
itu.34 Pada zaman ini ia seorang pengagum Luther. Tetapi di Zwickau
wataknya yang berkobar-kobar itu berubah menjadi nyata. Ia menghasut
orang melawan pendeta-pendeta yang lain, dan akhirnya terjadi huru-
hara di kalangan kaum buruh kota itu.35 Di kota ini Muenzer mulai
berkotbah yang isinya tuntutan pembaharuan, baik dalam kehidupan
keagamaan maupun dalam kehidupan kemasyarakatan. Khotbah-
khoctbah nya bersifat menghasut rakyat untuk memberontak sehingga
dia diusir dari sana. Kemudian ia berdiam di tengah-tengah golongan
Hussit, namun dia di usir lagi dari sana sehingga ia terpaksa harus
melarikan diri ke luar negeri (1521). Pada tahun 1522 ia muncul lagi di
Witenberg. Ternyata sekarang Muenzer bukan lagi pengikut Luther.36
Muenzer mulai mengembangkan teologinya sendiri, yamg sama

32
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, 145-147.
33
P.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat, (Jakarta: BPK-GM,2011), 140
34
Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018), 174.
35
Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana,174
36
P.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat,140
orsinalnya dengan teologi Luther.37 Pandangan teologi Muenzer
dipengaruhi oleh pandangan Eckhart tentang kemiskinan, yang
diartikannya bukan sebagai kemiskinan rohani, melainkan kemiskinan
harta benda, kemelaratan. Hanya orang-orang miskin seperti inilah yang
dapat menerima Roh, Terang Batiniah. Merekalah orang-orang yang
berbahagia, yang berkenan kepada Allah menurut Matius 5:3.
Kemudian Muenzer berpendapat bahwa orang-orang miskin yang saleh
haruslah membasmi orang-orang kaya yang fasik dan mendirikan
Kerajaan Allah di bumi. Muenzer menyerang Luther dengan pedas
lewat tulisan-tulisannya. Ia berpendapat bahwa Luther lebih buruk dari
pada Paus. Luther menyebut Muenzer sebagai “iblis dari Alstadt”
karena pada waktu itu Muenzer menjadi pendeta jemaat di Alstadt
(1523). Pada tahun 1524 ia diusir dari Alstadt dan pergi ke Muhlhausen.
Disini ia berkhotbah untuk mengajak rakyat untuk memberontak,
menghancurkan struktur masyarakat. Sekali lagi ia diusir dan pergi ke
Jeman Selatan tetapi beberapa bulan kemudian kembali lagi dari
Muhlhausen tahun 1525.38 Muenzer merupakan pemimpin pemberontak
petani. Ia mulai mengadakan revolusi, membakar, merampok, dan
membunuh. Raja-raja menindas pemberontak itu dengan kejam
sehingga pemberontak tersebut berhasil ditumpas pada musim panas
tahun 1525. Pemberontakan petani disebabkan karena alasan ekonomi
petani dan lapisan bawah masyarakat, perasaan yang selalu dihantui
oleh pertambahan pajak. Mereka meneriakkan keadilan kepada Negara
dan Gereja yang korupsi, kesucian diperjualbelikan.39 Munzer
ditangkap dan dibunuh bersama dengan ribuan orang lainnya pada tahun
1525.40 Muenzer mulai mengembangkan teologinya sendiri, yang sama
orisinilnya dengan teologi Luther. Ia bertolak dari pemikiran Eckhart

37
Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana,174
38
P.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat, 140-141.
39
Mangisi S. E. Simorangkir, Ajaran Dua Kerajaan dan Relevansinnya di Indonesia, (Bandung: Penerbit
satu-satu, 2011), 164.
40
P.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat, 140.
dan kawan-kawannya setiap orang yang mau menerima “Roh” atau
“Terang batiniah”, penyataan Allah yang langsung kepada jiwa itu,
haruslah dulu menjadi miskin, mengosongkan diri, tidak boleh lagi ada
sesuatu apapun yang diperhatikannya atau yang menghiburkannya.
Meskipun demikian Muenzer memberi sumbangannya sendiri dalam
penafsirannya tentang “kemiskinan” itu.41 Kemiskinan itu adalah
kemiskinan akan harta benda dan harus melarat. Menurutnya orang
miskinlah yang berbahagia dan yang berkenan kepada Allah (bnd Mat.
5:3) dan sebaliknya orang kaya adalah orang fasik. Lalu berpendapat
lagi orang-orang miskin itu harus membasmi orang kaya, demi
mendirikan kerajaan Allah di bumi. Muenzer terlibat dalam salah satu
revolusi yang terbesar diabad ke-16, yaitu pemberontakan para petani
di Jerman.42 Yaitu zaman emas di massa depan, yang mana seluruh umat
manusia seluruhnya bebas dan memiliki kesamaan. Masa depan yang
mereka maksudkan adalah (mereka menoleh ke belakang) masa seperti
Adam dan Hawa, yang mana pada saat itu juga atidak ada yang enjadi
tuan atas tanah saat semuanya bebas.43 Zaman yang indah itu dirusak
oleh iblis dengan orang-orangnya (tuan tanah, penguasa politik, bahkan
pemimpin gereja yang berkolusi dengan mereka) yang merusak sistem
Allah. Jadi tugas mereka adalah memulihkan keadaan itu pada masa kini
agar manusia bisa mencapai masa depan yang gemilang. Masa ini
adalah masa yang tepat untuk melakukannya, maka mereka harus
membinasakan para tuan tanah bahkan juga para hakim-hakim dan ahli-
ahli hukum yang justru memutar balikkan keadaan dan keadilan. Bila
semuanya itu terjadi maka terwujudlah zaman emas. Kita akan melihat
apa yang menjadi pokok teologi Muenzer ini sehingga ia berbuat
demikian. “Manusia yang dipilih Tuhan menjadi umat pilihan-Nya dan
yang sekaligus ditetapkan-Nya menjadi warga dari Gereja yang baru

41
Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana, 174.
42
Ibid, 175.
43
Jan Sihar Aritonang, Garis Besar Sejarah Reformasi, 61.
dan masyarakat yang baru adalah manusia yang saleh dan sempurna.
Untuk sampai kesana mereka harus mengosongkan diri, supaya tempat
yang kosong itu dapat diisi oleh Roh Tuhan. Kekosongan diri itu juga
berarti kekosongan material, alias tidak punya harta. Situasi sekarang
sudah sangat parah: umat pilihan sedang mengalami penderitaan yang
hebat, sementara orang-orang fasik, yaitu orang-orang kaya, termasuk
para Klerus, tidak mau merubah sikap mereka” (belakangan Muenzer
juga memasukkan Luther kedalam golongan ini44 Pada tahun 1523
Muenzer menjadi pendeta di Aldstart). Muenzer menyerang Luther
dengan pedasnya lewat tulisan-tulisannya yang berpendapat bahwa
Luther lebih buruk dari pada Paus. Luther menyebut Muenzer “iblis dari
Aldstart”.45
2.5.2. Andreas Carlstadt
Andreas adalah seorang tokoh reformasi gereja di Jerman, sahabat
Martin Luther tapi kemudian menjadi musuh Luther. Carlstatd adalah
nama tempat kelahirannya. Nama sebenarnya ialah Andreas von
Bodenstein. Ia belajar di Universitas Erfurt dan Collogne setelah itu ia
menjadi mahaguru di Universitas Wittenberg. Disini ia mengajarkan
teologi skolastik namun karena pengaruh Luther, ia menolak teologi
tersebut dan menganut teologi Agustinus secara konsekuen. Ia
berpendapat bahwa manusia tidak mempunyai kehendak bebas setelah
manusia jatuh ke dalam dosa. Ia juga menolak selibat kebiaraan dan
ekaristi. Pada hari natal 1521, ia merayakan perjamuan kudus reformasi
pertama. Ia tampil dengan memakai pakaian biasa. Roti dan anggur ia
bagi-bagikan kepada semua anggota jemaat biasa. Ia menganggap
bahwa Luther terlalu lamban dalam menjalankan pembaharuan gereja.
masih banyak unsur papisme yang dibiarkan Luther di dalam gereja

44
Muenzer menyerang Luther dengan pedas lewat tulisan-tulisannya. Ia berpendapat bahwa Luther lebih
buruk dari pada Paus. Luther menyebut Muenzer “Iblis dari Alstad” karena pada waktu itu Muenzer menjadi
pendeta jemaat di Alstad.
45
F.D.Wellem, Riwayat Hidup Singkat, 140.
yang perlu dihapuskan. Carlstatd melakukan tindakan-tindakan
pembaharuan radikal, seperti :
1. Menyerang puasa. Ia bersama rakyat berdemonstrasi dengan memakan
daging dan telor pada hari puasa di tengah-tengah umum.
2. Ia menolak semua gelar dan kehormatan bagi dirinya karena yang harus
mendapat penghormatan hanyalah Kristus (Mat. 23:8)
3. Ia menasehatkan mahasiswanya supaya bertani dan makan makanan dari
hasil keringatnya sendiri (Kej. 3:19).
4. Ia tidak mau memakai jubah imam dan jubah mahagurunya. Ia memakai
pakaian rakyat biasa dan kemudia digantikannya dengan pakaian
seorang petani.
5. Ia menentang baptisan anak.
Pada tahun 1523 Carlstatd berhenti sebgai mahaguru di Wittenberg dan
menjadi seorang petani. Ia mengadakan hubungan rahasia dengan Thomas
Muenzer sekalipun ia tidak menyetuhjui sepenuhnya gerakan Muenzer. Ia juga
menulis karangan yang menguraikan pandangan tentang perjamuan kudus. Ia
berpendapat bahwa kata inilah bukan menunjuk kepada roti dan anggur,
melainkan kepada Kristus sendiri. Luther tidak menyetujui tindakan-tindakan
radikal yang dilakukan Carlstatd. Luther menyebut Carlstatd sebagai Yudas
yang baru. Atas permintaan Luther kepada raja Saksen, Carlstatd diusir pada
tahun 1524. Pada tahun 1525 ia kembali lagi ke Wittenberg dan raja
melarangnya untuk mengajar dan pada tahun 1528 Carlstatd diusir lagi dari
wilayah kerajaan Saksen. Carlstatd mengembara di wilayah Jerman dengan
keadaan yang menyedihkan. Pada akhirnya, Carlstatd pergi menuju Zurich dan
pada tahun 1534 ia diangkat menjadi mahaguru di Universitas Basel. Ia tinggal
di Basel sampai meninggal pada tahun 1541.46
1.1.1. Hubmaier Balthasar47

46
F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2011),
54-55.
47
F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja, 97-98
Hubmaier dilahirkan di Freidburg, dekat Augsburg pada tahun 1481. Ia belajar
teologi di bawah bimbingan Dr. Johan Eck dari Freidburg dan Ingolsradt. Hubmaier
adalah salah seorang pemimpin gerakan Anabaptis pada abad ke-16. Ia menjadi
imam di Cathedral Regensburg dan dikenal sebagai pengkhotbah yang terkemuka.
Hubmaier kemudia menjadi imam Wahlshut. Waktu menjadi imam, ia mengadakan
kunjunagan kepada Erasmus di Basel dan kepada Zwingli di Zurich. Sekembalinya dari
Swiss, Hunmaier mempropagandakan proklamasi. Hubmaier dalam perdebatan
tentang perjamuan kudus pada tahun 1523 membela ajaran-ajaran Zwingli. Namun
poko perceraiannya dengan Zwingli adalah soal baptisan anak. Ia berpendapat
bahwa para reformator mengadakan pembaharuan gereja, tapi tidak sempurna.
Pembaharuan yang mereka laksanakan hanya setengah jalan. Salah satunya ialah
baptisan anak. Hal ini menyebabkan Hubmaier meninggalkan Zwingli dan beralih ke
kaum Anabaptis. Menurut Hubmaier, baptisan anak adalah ciptaan paus, si
antikristus. Baptisan anak tidak memiliki dasar di dalam Alkitab. Di dalam baptisan
dituntut suatu pertobatan pribadi yang tidak dapat dituntut dari seorang anak kecil.
Baptisan bagi Hubmaier berarti jaminan iman dan ketaatan hingga mati. Jaminan
seperti itu tak dapat dibuat dan diharapkan dari seorang anak kecil. Oleh karena itu,
baptisan anak-anak tidak mempunyai arti apa-apa. Baptisan anak tidak sah. Sebagai
pengganti baptisan anak, Hubmaier memperkenalkan praktek penahbisan
(penyerahan) anak di hadapan umat.
Hubmaier sendiri dibaptiskan kembali dan kemudian dia membaptiskan orang lain
lagi pada paskah 1525. Ia menghapuskan misa, mengeluarkan altar, salib, gambar,
patung dari dalam gereja.
Hubmaier kemudia kembali dengan golongan Anabaptis di Zurich dan dengan
Thomas Muenzer. Gagalnya pemberontakan kaum petani menyebabkan Hubmaier
melarikan diri ke Moravia. Di Moravia, Hubmaier menerbitkan sejumlah tulisannya
yang dicetaknya sendiri dalam percetakannya yang dibawa ke Moravia dari Swiss.
Pada tahun 1525, raja Lois dari Hungaria meninggal dan Moravia jatuh ke dalam
tangan raja Fredinand dari Austria. Hubmaier ditangkap dan dipenjarakan besama
istrinya dengan tuduhan terlibat dalam pemberontakan petani dan golongan anarkis.
Hubmaier dijatuhi hukuman mati dengan jalan dibakar. Istrinya 3 hari kemudian
ditenggelamkan di danau Danube.
2.5.3.
2.5.4.
2.5.5. Menno Simons
Menno Simons lahir di Friesland, Belanda Utara, pada tahun 1496-1497.
Pada tahun 1524 ia menjadi imam, tetapi kemudian ia mulai meragukan
doktrin transsubstansiasi. Ia lalu membaca Alkitab dan sampai pada
kesimpulan bahwa ajaran Roma salah, tetapi ia tidak meninggalkan
tugasnya. Ia berkata: “kedengarannya sangat janggal bagi saya, suatu
baptisan kedua kali. Kuselidiki Alkitab dengan tekun dan memikirkannya
dalam-dalam, tetapi tidak ada yang kudapat mengenai baptisan anak”. Ia
kemudian berpaling pada bapa-bapa gereja dan para reformator, tetapi tidak
menemukan pembelaan berdasarkan Alkitab mengenai baptisan anak. Ia
kemudian menarik kesimpulan bahwa “kita sudah diperdaya dengan
baptisan anak ini”, tetapi ia tidak berbuat apa-apa. Sampai pada waktu ia
belum pernah berhubungan dengan para Anabaptis. Menno melihat dampak
dari Muenzer serta penganiayaan terhadap saudara-saudara Anabaptis yang
sudah tak berpimpinan. Hati kecilnya mencela dirinya, karena ia hidup
berpura-pura setia kepada Roma hanya di luar. Ia mulai berkhotbah menurut
keyakinannya dan sesudah 9 bulan, pada tahun 1536, ia pergi dari tempat
tinggalnya dan menjadi pengkhotbah Anabaptis. Menno menjadi pemimpin
Anabaptisme di Belanda dan Jerman Utara. Ia membentuk jemaat-jemaat
yang berdiri sendiri dengan pemimpin-pemimpinnya sendiri. Sejak tahun
1545 gerakan ini disebut Mennonit. Menno adalah contoh yang
menunjukkan betapa berbahayanya mengabaikan tradisi ketika menafsirkan
Alkitab. Ia mengatakan bahwa Yesus Kristus “tidak menjadi daging dari
Maria, tetapi di dalam Maria.” Dengan kata lain, walaupun membenarkan
Yesus Kristus benar-benar manusia tetapi ia tidak percaya bahwa
kemanusiaannya datang dari Maria yang hanya merupakan tuan rumah.
Pandangan ini sudah ditolak pada abad kedua sebagai pandangan
menyesatkan. Sikap Menno membuktikan kebenaran pribahasa bahwa
barangsiapa mengabaikan sejarah, pasti akan mengulangi kesalahan-
kesalahan yang dulu-dulu. Gereja Mennonit dalam hal ini tidak setuju
dengan Menno.48 Pada tanggal 30 Januari 1536 Menno Simmon bicara
terbuka menyatakan diri meninggalkan jabatan imam Katholik dan beralih
pada kaum Anabaptis, tapi bukan yang menganut garis keras, melainkan
yang cinta damai dan menolak kekerasan. Pada tahun 1537 ia ditahbiskan
menjadi pendeta Anabaptis dan segera diangkat jadi pemimpin kaum
Anabaptis di Belanda, yang ia lakoni selama 25 tahun sambil mendalami
Alkitab, menulis buku dan traktat sampai akhir hayatnya. Sudah sejak masa
kepemimpinan Menno kaum Anabaptis di Belanda menghadapi banyak
pergumulan. Bukan hanya menghadai tekanan GKR melainkan juga
menghadapi penganut reformasi Luther dan Calvin yang semakin kuat di
negeri itu. Kaum Mennonit memang sependapat dengan kaum Lutheran dan
Calvinis mengenai banyak hal pokok dari ajaran reformasi, tetapi kemudian
menarik implikasi yang berbeda dengan pokok-pokok ajaran tersebut. Bagi
kaum Mennonit, pembenaran oleh iman berarti bahwa hanya pribadi-pribadi
yang sudah cukup dewasa untuk memiliki iman yang sadar dan yang dapat
mengambil keputusan bagi dirinyalah yang dapat dibaptis.49
2.5.6. Conrad Grebel
Conrad Grebel dilahirkan pada tahun 1498 di Gruningen. Ayahnya bernama
Jacob Grebel, seorang pengusaha besi yang sukses sehingga menjadi seorang
yang kaya raya. Disamping itu, Jacob menduduki jabatan yang penting yaitu
sebagai anggota dewan kota Zurich. Pada tahun 1521, Grebel dan beberapa
orang temannya belajar bahasa Yunani dan Ibrani kepada Zwingli .
Hubungannya dengan Zwingli menyebabkan Grebel bergaul dengan tokoh-
tokoh humanis di Swiss. Grebel hidup sebagai seorang humanis dan
memainkan peranan yang penting dalam pemerintahan di kota Zurich.
Pada tahun 1522, Grebel mengalami pertobatan dan beralih dari seorang
humanis menjadi penganut reformasi bersama dengan Zwingli. Ia sangat
menghormati dan membela Zwingli sampai diadakannya perdebatan tentang

48
Tony Lane, Runtut Pijar, 162-163
49
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, 112
patung dan ekaristi pada akhir tahun 1523 di Zurich. Pada perdebatan ini
Grebel berselisih dengan Zwingli. Menurut Zwingli, keputusan tentang
penghapusan patung dari dalam gereja dan perayaan ekaristi diserahkan
kepada keputusan Dewan Kota. Grebel menolak keras pendapat Zwingli
tersebut. Ia menyatakan bahwa tidak perlu menyerahkannya kepada Dewan
Kota karena yang berkuasa bukanlah Dewan Kota, melainkan Alkitab.
Grebel dan kawan-kawannya tidak puas dengan reformasi yang sangat
lamban yang dijalankan oleh Zwingli. Mereka juga tidak puas dengan sikap
Zwingli. Pada Desember 1524, Grebel berdebat dengan Zwingli tentang
baptisan anak. Mereka menolak baptisan anak karena tidak ada dasanya di
dalam Alkitab. Golongan radikal mendirikan sebuah persekutuan dengan
nama persaudaraan dalam Kristus atau dikenal juga persaudaraan Swiss.
Baptisan yang benar adalah baptisan dewasa bukan baptisan anak. Pada
Februari 1525, persaudaraan Swiss berkumpul dan saling membaptis
diantara mereka. Grebel dibaptis oleh George Cajacob kemudian George
dibaptis oleh Grebel. Pada November 1525, diadakan perdebatan tentang
baptisan di Dewan Kota Zurich. Pada perdebatan ini Zwingli menyatakan
persaudaraan Swiss sesat. Grebel, Manez dan Blaurock dipenjarkan, namun
pada malam hari mereka dapat melarikan diri melalui jendala yang tak
terkunci. Grebel meninggal pada Agustus 1526.
2.6. Dampak Reformasi Radikal bagi Gereja dan Dunia50
1. Mampu menyerang GKR dan reformator lainnya.
Kelompok radikal mampu menyerang GKR dengan menjadikan masyarakat
menengah ke bawah sebagai pemberontak terhadap GKR. Mereka tidak mau
membayar uang pajak sehingga GKR menjadi melemah di sudut ekonomi dan
para bangsawan kehilangan penghasilannya. Kelompok ini juga menyerang para
reformator dengan tambahan wawasan teologi Muenzer mengenai umat pilihan
yang artinya sebagai umat pilihan Allah harus mengosongkan diri, supaya
tempat yang kosong itu dapat diisi oleh Roh Tuhan. Kekosongan diri juga berarti
kekosongan mateial, alias tidak mempunyai harta. Muenzer juga menyarang

50
Jan S. Aritonang, Garis Besar Sejarah Reformasi, (Bandung: Jurnal Info Media, 2007), 62
Luther dengan menyebut Luther sebagai “saudara babi gemuk” karena tidak
mendukung perjuangannya.
2. Disenangi oleh masyarakat menengah kebawah
Dampak dari aliran ini juga membuat banyak pengikutnya dari golongan
menengah ke bawah karena masyarakat menengah ke bawah ingin mendapat
keadilan dalam kondisi krusial dan ekonomi yaitu kebebasan dari kewajiban-
kewajiban membayar pajak. Mereka ingin tidak perbedaan orang kaya dan orang
miskin. Dengan melihat keadilan ini, masyarakat menengah ke bawah banyak
yang ikut menjadi anggota reformasi radikal.
3. Mudah mengembang dan tersebar keseluruh dunia
Kelompok ini mudah berkembang karena hidup di dalam kelompok-
kelompok yang dapat mempengaruhi setiap hidup masyarakat biasa dengan
menekankan kesalehan oleh sebab itulah reformasi radikal mudah berkembang
di Strassburg, Jerman, Zurich, Swiss, Morovia, Belanda, Italia, dan lain-lain.
III. Reflesi Teologis
IV. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai