Anda di halaman 1dari 20

Bab I

Pendahuluan
A. Latar belakang
Hidup kudus adalah hidup bersih tanpa ada cela. hidup kudus merupakan suatu hal yang
harus di jaga dan dilindungi. Sebagai umat Allah, pastinya yang dituntut oleh Allah dari setiap
mereka yang percaya kepada-Nya adalah kekudusan hidup. Hidup kudus Ini juga merupakan
suatu persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap umat Allah sehingga mereka layak
dihadapan-Nya. Allah menuntut kekudusan hidup setiap umat-Nya, karena Dia adalah Allah
yang Kudus (Imt 19:2). Salah satu hukum yang diberikan Allah kepada umat Israel adalah
tentang kekudusan hidup. Dengan demikian dalam Imamat 11 Allah memberikan aturan atau
larangan kepada umat Israel untuk jangan menajiskan diri mereka dengan binatang yang yang
najis.

Allah melarang bangsa Israel untuk tidak memakan binatang yang tidak haram bagi
mereka karena mengingatkan kepada mereka akan kehidupan mereka dihadapan Tuhan, Allah
akan hidup yang kudus dan bersih tanpa dinodai oleh apa pun yang najis. Dalam tulisan-tulisan
Paulus banyak menyinggung tentang kakudusan hudip sebagai hidup yang berkenan kepada
Allah (Rm 12:1-2). Allah mengkehendaki setiap orang yang percaya, dan yang telah menerima
keselamatan dari pada-Nya hidup bersih dihadapa-Nya dengan catatan mereka harus senantiasa
mengejar kekudusan hidup mereka. Dalam surat Ibrani 12:14 mengatakan “Berusahalah hidup
damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun
akan melihat Tuhan.” Artinya bahwa jika seorang tidak hidup dalam kekudusn maka ia tidak
dapat bertemu dengan Allah dam melihat kerajaan Allah. Kekudusan hidup begitu berarti bagi
Allah untuk umat-Nya.
2

Bab II

PEMBAHASAN

A. Analisa Teks
Di dalam teks Imamat 11:1-47, ada beberapa variant yang akan dilakukan penyelidikan
untuk menemukan variant mana yang tepat, dalam sebuah teks. Karena ada beberapa variant-
variant yang berbeda dalam penulisan dan penambahan pada naskah yang ada, maka harus
dilakukan penelitian analisa teks sebagai berikut:
1. Ayat 1 kata ‫ ֲאל ֵֶֽהם‬merupakan naskah Targum (terjemahan teks Bahasa Ibrani dalam
bahasa Aram), dari kata ‫ להם‬, tetapi kata ini tidak di temukan di dalam terjemahan
Septuaginta atau Vulgata atau variant-varian lain.1 kata ‫ ֲאל ֵֶֽהם‬artinya “kepada mereka”
dan kata ‫להם‬, artinya “mereka” yang menjadi masalah disini yang penulis lihat hanya pada
kesalahan dalam teknis kepenulisannya untuk huruf a namun memiliki arti yang mirip
cuman tidak memakai huruf alef sabagai kata penghubung maka kata ini tetap dipakai
karena kata ini tidak ada ditemuakan dalam variant-varian lain. Maka masyoret tetap
memakai kata (alehem). Jadi penulis tetap mendukung kata (alehem) karena tidak di
temukan dalam varian-varian lain. Dan kata penghubung yang dipakai untuk kata ini
menunjuk kepada objek yaitu bangsa Israel. Sedangkan pemakai kata (laham) artinya
mereka tidak menunjuk kepada sebuah objek dan bisa dikatakan tidak jelas menunjuk
kepada siapa yang dimaksud teks.
2. Ayat 3 kata ‫ ֶׁ֙שסַ ע‬ini merupakan naskah kodek tulisan tanggan dari teks pentateukh (Taurat
Musa) berbahasa Ibrani-Samaria, namun didalam naskah septuaginta dan naskah siria

(Pesyitta) memberikan penambahan kata yTEf. yang memakai bentuk construc jamak
artinya “minum” dari kata dasar (syata). kata ‫ ֶׁ֙שסַ ע‬artinya “membelah, memotong”,
seharusnya penambahan kata (sete) hanya untuk memberikan penekanan saja kepada kata
(sesa). Maka penulis tetap pada teks masyoret karena lebih diyakini lebih berkualitas,
lebih pendek dan diyakini lebih dekat pada teks aslinya seperti yang dapat diyakini dalam
teks Masyoret yang di maksud dalam teks tersebut.
Kata ‫ מַ ע ֲַלַ֥ת‬yang artinya “membawa ke atas” ini merupakan naskah atau terjemahan
Septuaginta, Siria dan Vulgata. Penulis tidak terlalu mempermasalakan kata ini karena
hanya menjelaskan keterangan dari mana naskah itu di muncul dan tidak ada permasalahan
dalam kata tersebut. Maka penulis pun setuju dengan teks masora.

1
Alkitab Indonesia-Ibrani
3

3. Ayat 4 kata ‫ הַ פ ְַרסָ֑ה‬merupakan naskah Yunani “Septuaginta” dengan memberikan


penambahan yang sama yaitu terjemahan Septuaginta “kai onucizontwn onucisthraj”
Demikian naskah Setuaginta. kata ‫ הַ פ ְַרסָ֑ה‬artinya “kuku”, namun yang dipermasalakan
dalam kata ini adalah penambahan yang di usulkan dalam naskah Septuaginta yaitu kata
“kai onucizontwn onucisthraj” sebagai kata yang sesuai, namun penulis tetap
mendukung terjemahan atau naskah masyoret teks karena lebih sesuai dengan apa yang
dimaksud dalam teks dan diyakini lebih berkualitas untuk memungkinkan lebih dekat teks
asli.
Kata ‫ אֵ ינֶּ֣נּו‬ini merupakan kata yang tidak ditemukan dalam naskah Targum (terjemahan
teks Ibrani dalam bahasa Aram) yang sama bunyinya dengan yang ada pada masyoret teks.
Kata ‫ אֵ ינֶּ֣נּו‬artinya “tidak ada”. Dari kata ini yang dipermasalahkan ialah karena tidak
ditemukan dalam variant-variant lain. Menurut penulis tatap pada varian Masyoret teks.
Karena dari segi arti yang menunjukan maksud dari teks yang penulis mula-mula
maksudkan.
4. Ayat 5, kata ‫ ּופ ְַרסָ֖ה‬merupakan kata yang tidak ditemukan dalam naskah Targum
(terjemahan teks Ibrani dalam bahasa Aram) kata ‫ ּופ ְַרסָ֖ה‬artinya “kuku” karena kata ini
tidak ditemukan naskah-naskah yang lain yang sama, maka menjadi masalah untuk di
yakini, namun masyoret teks tetap mempertahankan. Demikian karena hanya yang di
permasalahkan itu hanya tidak ditemukan dalam naslah lain maka penulis tetap setuju
dengan Masyoret teks.
5. Ayat 6, kata ‫ ל ֶֽכם‬merupakan naskah atau terjemahan dari Targum (terjemahan teks Ibrani
dalam bahasa Aram) kata ‫ ל ֶֽכם‬ini tidak ditemukan dalam naskah-naskah lain atau variant-
variant yang lain. kata ‫ ל ֶֽכם‬artinya “bagi kalian” kata ini menjadi kata yang
dipermasalahkan karena tidak muncul dalam terjemahan lain. Tetapi penulis tetap
mendukung masyoret teks untuk tetap mempertahankan. Karena tidak ada lagi kata yang
sama maka diyakini kata ini sudah teks aslinya. Oleh karena itu penulis juga tetap pada
teks masyoret.
6. Ayat 7, kata ‫ יִ גָ֑ר‬merupakan naskah atau terjemahan dari Pentateukh (Taurat Musa), yaitu,
kata rwgy (bnd Kej. 1:6a), yang merupakan terjemahan yang sama dan juga memiliki bukti
yang kuat, jadi masalah yang dapat penulis lihat dalam teks ini adalah kesalahan dalam

teknis penulisannya dengna tidak mencantumkan huruf w (wow) yang dianggap teks yang
4

sebenarnya. Kata rG>+yIi artinya “memamah biak” sedangkan kata rwgy yang berarti
“persinggahan”, jika dilihat dari arti kata dari setiap penerjemahanya memiliki perbedaan
yang sangat jauh dari makna atau maksud teks tersebu. Dengan demikian penulis
mendukung dan mempertahankan teks masyoret karena penulis menyakini bahwa teks
masyoret tidak salah dalam penulisannya sebab arti atau makna dari kata tersebut sesuai
dengan maksud teks.
7. Ayat 9, kata ‫ את‬ini merupakan kodeks-kodeks tulisan tangan berbahasa Ibrani, namun
dalam teks pentateukh (Taurat Musa) yang berbahasa Ibrani-Samaria, terjemahan Yunani
“Septuaginta”, dan terjemahan Siria (pesyitta) yang disusun menurut keselarasan saksi-
saksi SA dan SB yang berdasarkan kesesuaian kodeks-kodeks bahasa Siria yaitu kata taw..
dengan memberikan penambahan huruf waw sebagai kata sambung untuk sebuah kata.
Kata ta, artinya “kepada/inilah” dan kata taw.. artinya “dan kepada/dan inilah” jadi
masalah yang penulis dapat lihat dalam kata tersebut ialah kesalahan pada teknis
kepenulisannya, sebab bahwa dalam variant lain harus ada huruf waw sebagai kata huruf
tambahan sedangkan teks masyoret huruf tidak ada dicantumkannya. Namun, dari segi arti
memiliki arti yang mirip cuman tidak ada huruf wow sebagai kata sambung untuk
memberikan penegasan. Penulis memuliki kesimpulan bahwa penulus tetap mendukung
teks masyoret kerena lebih pendek dan maksut teks tersebut itu langsung menunjuk kepada
objek.
8. Ayat, 10 kata ‫ וְ קַ ְש ֶ֗קשת‬merupakan naskah dari teks pentateukh (Taurat Musa) yang
berbahasa Ibrani-Samaria, dengan memberikan penambahan kata ~ymb dengan
membandingkan dalam terjemahan LXX atau “Septuaginta”. Kata ‫ וְ קַ ְש ֶ֗קשת‬artinya “dan
sisik atau dan bersisik” dan kata ~ymb artinya “ke air”. Ini merupakan penambahan untuk
menegaskan kata ‫ וְ קַ ְשקשת‬sehingga adanya kaitanya dalam terjemahannya yaitu menunjuk
suatu keterangan langsung. Tetapi Masyoret teks tetap pada terjemahan yang lebih pendek
karena lebih dianggap paling asli dan memungkinkan. Penulis mengambul suatu
kesimpulan bahwa tetap mendukung teks masyoret karena dianggap lebih berkualitas dan
terjemahan yang lebih pendek lebih mendekati teks aslinya
9. Ayat 12, Kata ‫ כל‬merupakan kata yang cukup banyak digunakan dalam teks Perjanjian
Lama, (bnd 1dan 2 Samuel 7-5. Namun dalam varian lain seperti teks Pentateukh (Taurat
Musa), Septuaginta atau LXX dan terjemahan Siria (Pesyitta) yang disusun menurut
keselarasan saksi-saksi, memakai kata lkw seharusnya mendapat huruf wow pada kata

depan sebagai kata sambung. Kata ‫ כל‬artinya “setiap” sedangkan kata lKw{ artinya “dan
5

setiap”. Jadi permasalahan yang dapat dilihat oleh penulis bahwa adanya kesalahan dalam
teknis kepenulisannya, yaitu tidak mencantumkan huruf waw pada kata tersebut yang
merupakan kata sambung pada kata (kol). Maka dari itu penulis sendiri tetap pada
terjemahan pertama yaitu terjemahan masyoret teks karena lebih pendek kata tersebut
dianggap lebih asli.
10. Ayat 13, kata ‫ יֵאכְ לּו‬ini merupakan terjemahan dari teks Pentateuk (Taurat Musa) yang

berbahasa Ibrani-Samaria, yaitu dari kata wlkaTo. Kata ‫ יֵאכְ לּו‬artinya “makan” sedangkan

kata wlkaTo artinya “makan”, namun yang menjadi masalah yang diperdebatkan dalam
kata ini ialah masalah pada pergantian huruf yang digunakan oleh masyoret teks

perubahan huruf yakni pada huruf (y) dan huruf (t) ini juga merupakan kesalahan dalam

teknis kepenulisan yang tidak disengaja. Akan tetapi memiliki arti yang sama. Maka
penulis memiliki kesimpulan yaitu tetap mendukung masyoret teks, karena penulis
menyakini bahwa teks yang lebih pendek dan berkualitas itu diyakini mendekati teks
aslinya.
11. Ayat 15, kata ‫ אֵ ת‬ini merupakan bukan tulisan tangan pertama (tulisan asli) dari kodeks
Vantikanus atau kodeks pada abad kelima dan yang merupakan kodeks-kodeks yang
ditulis huruf-huruf kecil demikian. Namun, kata ‫ אֵ ת‬ini merupakan terjemahan dari teks
Pantateukh (Taurat Musa) yang berbahasa Ibrani-Samaria, Septuaginta, Siria (Pesyitta),
Targum Yerusalem, dan terjemahan latin Vulgata yaitu dari kata taw> dengan
menggunakan huruf wow sebagai kata sebagai kata depan yang merupakan kata sambung
atau konjungsi pada awal kata. Kata taw> artinya ‘dan setiap”, namun dalam variant ini
Masyoret Teks tetap hanya memakai kata tae artinya “setiap”. Yang menjadi masalah
dalam varian ini ialah karena dianggap sebagai bukan tulisan tangan dari penyalin pada
abad kelima dan juga kesalahan dalam kepenulisannya sehingga membuat perdebatan.
Namun ini memiliki arti yang sama. Maka penulis sendiri mengambil kesimpulan bahwa
tetap pada Masyoret Teks karena lebih cocok dan yang diyakini sebagai teks tertua yang
mendekat teks aslinya.
12. Ayat 16, kata ‫ וְ את־הַ שחַ ף‬yang dianggap sebagai teks dari terjemahan teks Pentateukh
(Taurat Musa) yang berbahasa Ibrani-Samaria, dan terjemahan “Septuaginta” dengan
memberi penamhakan kata wOnymil. pada kata ‫ וְ את־הַ שחַ ף‬yang memiliki arti “dan burung

camar”, kata wOnymil. Artinya “kepada” dari kata dasar (lemo) namun yang menjadi
masalah dalam kata ini ialah penambahan kata (lemino). Masyoret teks tidak
6

mencantumkan kata tersebut karean penambahan tersebut merupakan kata keterangan


yang menegaskan kata ַ‫ וְ את־הַ שח‬seprti yang diyakini bahwa teks masyoret teks lebih
memungkinkan lebih dekat teks aslinya. Dengan demikian maka penulis tetap mendukung
teks Masyoret karena lebih pendek dan lebih tepat dengan maksud teks.
13. Ayat 19, kata ‫ וְ אֵ ת‬merupakan naskah teks Yunani asli yang telah mendahului kata kai
glauka = smxthw pada ayat 16,14 15 kata ‫ וְ אֵ ת‬di pakai di depan kata yag lain sebagai kata

sambung untuk menghubungkan sebuah kata pada kalimat, kata taw> artinya “dan
kepada” maka dalam masyoret tetap memakai kata (we-et) sebagai kata penghubung
dalam sebuah kalimat untuk kata ‫ הַ ח ֲִסידה‬dalam terjemahan Septuaginta dengan
memberikan penambahan kata kai yang merupakan sisipan barangkali kata taw> yang
tidak di cantumkan dalam variant Masora. Kata ‫ הַ ח ֲִסידה‬artinya “burung bangau”. tetapi
penulis tetap mendukung pada teks Masora karena dianggap lebih asli dan mendekati apa
yang dimaksud dalam teks masoyoret teks.
Kata ‫ וְ את־הַ ּדּוכִ יפַת‬merupakan terjemahan dari teks pentateukh (Taurat Musa) yang
berbahasa Ibrani-Samaria. Kata ‫ וְ את־העֲטַ לֵף‬artinya “dan kepada kelelawar”. Dalam
variant ini tidak ada yang dipermasalahkan karena hanya menerangkan dari mana kata
ini muncul

B. Analisa Gramatikal
Kitab Imamat 11:1-19 ada beberapa kata yang sangat menentukan ketepatan
makna yang dimaksudkan oleh penulis Kitab di dalam teks ini. Oleh karena itu penulis
akan melakukan analisa Gramatikal untuk mendapatkan makna yang tepat dari teks-
teks Kitab Imamat 11:1-19 sebagai berikut:

1. Ayat 1, ‫ֵאמר ֲאל ֵֶֽהם׃‬


ַ֥ ‫וַיְ דַ ֵבֵּ֧ר יְ הוָ֛ה אל־מ ַ֥שה וְ ֶֽאל־אַ ה ֲָ֖רן ל‬
kata ‫ וַיְדַ ֵבֵּ֧ר‬ialah kerja dari kata rbd yang artinya “perkataan” dalam bentuk piel
waw concekutif imperfect orang ke 3 maskulin tunggal, penggunaa waw consecutif
sebagai awalan penentu di awal kata yang mengubah tense kata kerja. Maka dapat
diterjemahkan “dan Dia telah berkata”. Bentuk piel yang digunakan disini
merupakan tindakan dengan tegas2. Artinya bahwa perkataan ini telah di tegaskan
untukS dikatakan dan disampaikan

2
Boeker, Bahasa Ibrani, jilid 2, (Batu, Jawa Timur: Sekolah Tinggi Teologia “I-3”), hlm. 6
7

2. Ayat 2 ‫ֲשר עַל־ה ֶֽארץ׃‬


ַ֥ ‫ֲשר תאכְ ֔לּו ִמכל־הַ ְבהֵ ָ֖מה א‬
ֶ֣ ‫ֵאמר ֹ֤זאת ַ ֶֽהחַ יהֶׁ֙ א‬
ָ֑ ‫ּדַ בְ ָ֛רּו אל־בְ נֵ ַ֥י יִ ְשר ֵ ָ֖אל ל‬
 Kata ‫ ּדַ ְב ָ֛רּו‬dalam bentuk piel imferatif maskulin jamak, merupakan kata kerja
dasar rbd (artinya “katakanlah/ berbicaralah”, imperatif ialah tindakan yang
terus-menerus dilakukan. Bentuk jamak dipakai disini karena menunjuk kepada
bangsa Israel. Perkataan ini merupakan perkataan yang harus terus-menerus
diucapkan.
 Kata ‫ֲשר תאכְ ֔לּו‬
ֶ֣ ‫ א‬manggunakan kata kerja Qal imperfek orang ke 2 maskulin
jamak3, dari kata dasar lka (akal) artinya yang bolehlah kamu makan, boleh
dimakan. Konyugasi Qal memiliki makna tindakan yang dilakukan. Kata kerja
imperfek adalah kata kerja yang menyatakan suatu tindakan atau perbuatan
yang belum sempurna atau selesai4. Tetapi kata kerja imperfek juga dapat
diartikan sebagai suatu perbuatan yang terus-menerus dilakukan atau perbuatan
yang secara berulang-ulang dilakukan. Kata ini juga di dahului dengan kata
penghubung yang mengartikan yang. Jadi dalam teks ini kata (akal) digunakan
sebagai suatu perbuatan atau tindakan yang terus-menerus dilakukan.

3. Ayat 3, ‫אכלּו‬
ֶֽ ֵ ‫ֶ֣כל׀ מַ פְ ֶ֣רסת פ ְַר ֶ֗סה וְ ש ַ ֹ֤סעַת ֶׁ֙שסַ עֶׁ֙ פְ ר ֔סת מַ עֲלַ ַ֥ת ג ֵָ֖רה בַ ְבהֵ ָ֑מה א ָ֖תּה ת‬
 Kata ‫ מַ פְ ֶ֣רסת‬proposisi me + kata kerja Hifil participle feminim tunggal absolut
yang artinya “membagi” bentuk Hifil adalah suatu tindakan dengan sebab
akibat. Partisip menunjukan arti kegiatan yang sedang atau terus-menerus
berlangsung atau terus-menerus dilakukan.
 Kata ‫ וְ ש ַ ֹ֤סעַת‬kata ini memiliki dua kata yaitu konjungsi wow + menggunakan
kata kerja Qal aktif participle feminism tunggal. Dari kata dasar [sv (sasa)
artinya dan berkaki belah. Konyugasi Qal dalam kata ini menggunakan arti yang
sama dengan kata yang sebelumnya yaitu menunjukan suatu makna tindakan
yang dilakukan. Partisip menunjukan arti kegiatan yang sedang atau terus-
menerus berlangsung atau terus-menerus dilakukan.

3
John Joseph Owens, Analytical Key to The Old Testament vol 1. Genesis- Joshua (Michigan: Baker
Book House, 1989), hlm. 469
4
Boeker, Bahasa Ibrani, jilid 2,..hlm. 83
8

4. Ayat 4, ֶׁ֙‫ת־הַ גמל ִ ֶֽכי־מַ ֲע ֵֵ֙לה ג ֵָ֜רה ֶ֗הּוא ּופ ְַרסה‬


ַ֠ ‫יסי הַ פ ְַר ָ֑סה ֶֽא‬
ָ֖ ֵ ‫ּוממַ פְ ִר‬
ִ ‫ַ ֹ֤אְך את־זהֶׁ֙ ֶ֣לא ֶֽתאכְ ֔לּו ִ ֶֽממַ ֲעלֵיֶׁ֙ הַ ג ֵ֔רה‬
‫אֵ ינֶּ֣נּו מַ פְ ִ ֔ריס ט ֵ ַ֥מא ָ֖הּוא ל ֶֽכם׃‬
 Kata ‫ את־זהֶׁ֙ ֶ֣לא ֶֽתאכְ ֔לּו‬memakai kata kerja Qal imferatif orang ke-2 maskulin
jamak. Dari kata dasar lka (akal) artinya “tidak akan kamu makan”. Konyugasi
Qal dalam kata ini menggunakan arti yang sama dengan kata yang sebelumnya
yaitu menunjukan suatu makna tindakan yang dilakukan. Imperative adalah
suatu perintah atau permintaan5. Tetapi imperfek juga dapat diartikan dengan
makna suatu larangan. Tetapi kata ini juga didahului (et) artinya kepada, tetapi,
sebagai kata sambung untuk kata (ze) dalam bentuk maskulin tunggal artinya
ini. disini juga ada kata (lo) sebagai larangan negative atau suatu larangan tetap.
Maka dapat diterjemahkan “tetapi ini tidak kamu makan”. Berarti bahwa
larangan ini sangat ditegaskan sehingga tidak ada yang boleh melanggarnya.
 Kata ֶׁ֙‫ ִ ֶֽממַ ֲעלֵי‬menggunakan kata kerja Hifil partisip maskulin jamak constroc dari
kata dasar hl[ (alah) artinya membawa diatas. Hifil adalah memiliki makna suatu
proses sebab-akibat. Partisip menunjukan arti kegiatan yang sedang atau terus-
menerus berlangsung atau terus-menerus dilakukan.

5. Ayat 9, ‫ֲשר בַ ָ֑מ ִים ֶ֣כל אֲ שר־ל ֹ֩ו ְסנ ִֶַׁ֙פיר וְ קַ ְש ָ֜קשת בַ ֶ֗ ַמיִ ם בַ י ִ ַָ֛מים ּובַ ּנְ ח ִ ָ֖לים א ַ֥תם‬
ֶ֣ ‫את־זהֶׁ֙ ֶֽתאכְ ֔לּו ִמ ָ֖כל א‬
‫אכלּו׃‬
ֶֽ ֵ ‫ת‬
Kata ‫ ֶֽתאכְ ֔לּו‬menggunakan kata kerja Qal imperfek orang ke 2 maskulin jamak6,

dari kata dasar lka (akal) artinya boleh kamu makan, boleh dimakan. Konyugasi

Qal memiliki makna tindakan yang dilakukan. Kata kerja imperfek adalah kata
kerja yang menyatakan suatu tindakan atau perbuatan yang belum sempurna atau
selesai. Tetapi kata kerja imperfek juga dapat diartikan sebagai suatu perbuatan
yang terus-menerus dilakukan atau perbuatan yang secara berulang-ulang
dilakukan.
6. Ayat 10, Kata ‫ ִמכ ֶׁ֙ל ֶ֣שרץ‬terdiri dari tiga kata benda kata ‫ ִמכ ֶׁ֙ל‬ini memiliki dua kata
(mi) sebagai proposisi artinya “dari” + kata (col) merupakan kata benda dalam
bentuk maskulin tunggal construc, artinya “semua”, dapat diartikan “dari semua”.

5
Boeker, Bahasa Ibrani, jilid 2.., hlm. 6
6
John Joseph Owens, Analytical Key to The Old Testament vol 1. Genesis- Joshua (Michigan: Baker
Book House, 1989), hlm. 469
9

Kata (syerets) kata benda dalam bentuk maskulin tunggal construc artinya
“berkerumun/mengerumuni” jadi kata ini jika diartikan “dari semua berkerumun”

7. Ayat 13, ‫ת־אלהֶׁ֙ ְתשַ קְ ֶ֣צּו ִמן־ה ֔עוף ַ֥לא יֵאכְ לָ֖ ּו ֶ֣שקץ ֵ ָ֑הם את־הַ ֶּׁ֙נשרֶׁ֙ וְ את־הַ ֔פרס וְ ֵ ָ֖את העזְנִ יֶֽה׃‬
ֵֶׁ֙ ‫וְ א‬
Kata ‫ ְתשַ קְ ֶ֣צּו‬menggunakan kata kerja Piel orang 2 maskulin jamak, dari kata dasar
‫( שקץ‬saqats) artinya kalian akan menbenci, menjijik. imperfek memiliki makna
seperti pada ayat sebelumnya dapat bermakna menyatakan suatu tindakan atau
perbuatan yang belum sempurna atau selesai. Tetapi kata kerja imperfek juga dapat
diartikan sebagai suatu perbuatan yang terus-menerus dilakukan atau perbuatan
yang secara berulang-ulang dilakukan.

C. Analisa Bentuk
Melakukan sebuah penafsiran maka perlunya membuat sebuah analisa bentuk untuk
mengetahui sebuah konteks tersebut.

1. Struktur
Struktur Kitab Imamat 11 menurut Jay Sklar7;
i. 1-2a : Pendahuluan.
ii. 2b-8 : Ciptaan-ciptaan daratan yang boleh dan tidak boleh makan bagi
bangsa Israel.
iii. 2b-3 : Binatang di darat yang boleh di makan.
iv. 4-7 : Larangan untuk tentang binatang di darat yang tidak boleh di
makan.
v. 9-12 : Ciptaan-ciptaan di laut yang boleh dan tidak boleh makan.
Menurut Robert M, Peterson ia mengatakan bahwa struktur Imamat 118;
i. 1-8 : Binatang-binatang.
ii. 9-12 : Ikan-ikan
iii. 13-19 : Burung-burung.
Menurut Oswald T. Allis menuliskan struktur Imamat 119;
i. 1-23 : The question considered from the standpoint of diet

7
Jay Sklsr, Tyndale Old Testament Commentary, Liviticus, (UAS: IPV Academic, 2014), p. 165-168
8
Robert M, Peterson, Tafsiran Kitab Imamat, (Malang: Gandum Mas, 2011), hlm. 153-156
9
Oswald T. Allis, “Leviticus” dalam D. Guthire, J.A. Motyer, A.M.Stibbs, D.J.Wiseman, ed., The Bible
Commentary Revised, (England: Inter-Virsity Leister, 1953), p. 150-151
10

a. 2-8 : Quadrupeds (binatang berkaki empat)


b. 9-12 : Sea food (makanan di laut)
c. 13-19 : Brids (burung-burung)

Menurut penulis struktur kitab Imamat 11:1-19

i. 1-2a : Pendahuluan.
ii. 2sb-8 : Binatang-binatang di darat yang boleh dimakan dan tidak boleh
dimakan.
a. 2b-3 : Boleh dimakan.
b. 4-8 : Larangan untuk tidak dimakan.
iii. 9-12 : Binatang-binatang di dalam laut yang di ijinkan untuk dimakan dan
tidak boleh dimakan.
a. 9 : Boleh dimakan
b. 10-12 : Larangan untuk tidak dimakan
iv. 13-19 : Binatang-binatang di udara yang menjijikan untuk dimakan.

2. Genre
Genre Kitab Imamat 11 merupakan genre hukum, karena di dalam penjelasan dalam
kitab ini berbicara mengenai hukum-hukum atau peraturan-peraturan yang berlaku
bagi umat TUHAN, terlebih khusu kepada para imam yang melayani di dalam
kemah suci. Di dalam keseluruhan isi dari kitab ini sendiri berfokus pada semua
peraturan dan hukum-hukum. Sesungguhnya Kitab Imamat ini merupakan bagian
kumpulan-kumpulan kitab yang berisi hukum: Hukum kesucian (Im 17-26);
Hukum Imam (Kel 25-31; 34:29; Im 16)10 dan Imamat 11 merupakan bagian dari
hukum kesucian atau kekudusan hidup.

3. Analisa kata-kata penting

10
A. A. Sitompul Ulrich Beyer, Metode Penafsiran Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), hlm.
141
11

1. Ayat 1, Kata ‫ ּדַ ְב ָ֛רּו‬dalam bentuk Piel imferatif maskulin jamak, merupakan kata
kerja dasar rbd (artinya “mengatakan”, imferatif ialah tindakan yang terus-
menerus dilakukan. Kata bara ini juga kata yang sering dipakai oleh Tuhan
untuk berbicara dengan para nabi atau pata utusannya. Bukan hanya itu kata
bara ini juga sering oleh para nabi ketika menyampaikan firman kepada umat
Tuhan (bnd ayat 2) kata bara juga dipakai oleh Musa untuk menyampaikan
firman Tuhan atau berbicara dengan bangsa Israel.
2. Kata ‫ וְ ש ַ ֹ֤סעַת‬menggunakan kata kerja Qal aktif participle feminism tunggal.
Dari kata dasar [sv (sasa) artinya membelah. Kata (sasa) yang dipakai dalam
ayat ini merupakan kata yang sama dipakai dalam (Hak 14:6) dan (1Sam 24:8).
Bagaimana Simson bertarung dengan seekor singa. Hal yang sama juga yang
dilakukan Daud ketika ia mencegah musuhnya supaya tidak menyeramg dia.
3. Kata ‫ ֶֽתאכְ ֔לּו‬memakai kata kerja Qal imferatif dari kata dasar lka (akal) artinya
“ makan”. Kata (akal) yang muncul di dalan teks ini merupakan kata yang sering
digunakan dalam PL bandingkan (Bil 21:28; Yes 33:11) dengan
menerjemahkan memberi makan (Yes 49:26; Hos 11:4) dan (Kel 22:6; Zak 9:4;
Yes 1:20), semua di dalam ayat ini menggunakan kata yang sama yakni kata
“akal”.
4. Kata ֶׁ֙‫ ִ ֶֽממַ ֲעלֵי‬menggunakan kata kerja Hifil partisip maskulin jamak constroc dari
kata dasar hl[ (alah) artinya membawa diatas
5. Kata ‫ ְתשַ קְ ֶ֣צּו‬menggunakan kata kerja Piel orang 2 maskulin jamak, dari kata
dasar ‫( שקץ‬saqats) artinya kalian akan menbenci, menjijik. Kata ini biasanya
dipakai untuk menunjukan sesuatu yang haram yang tidak boleh disentuh oleh
umat Allah.

4. Latar belakang kitab

Kitab Imamat adalah kitab yang berada di tengah dari pentateukh11. Kitab
Imamat merupakan kitab ketiga dari pentateukh, adalah buku panduan atau
pedoman berisi peraturan-peraturan dan tugas-tugas keimaman dan buku petunjuk-
petunjuk yang menguraikan “kehidupan kudus”12 Dalam bahasa Ibrani, sesuai

11
R. Laird Herris, Expositor’s Bible Commentary, Leviticus, (Michigen: Zondervan Publishing House
1978), hlm. 501
12
Andrew E. Hll & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama, (malang: Gandum Mas, 2013), hlm. 126
12

dengan kebiasaan kuno yang sering dipakai di Timur Dekat, dipakai kata pertama,
yaitu “wayiqrat” yang berarti ”dan Dia memanggil”13. Dalam bahasa Yunani
“Levitikon” yang diberikan dalam Septuaginta LXX dan berarti “yang berhubungan
dengan orang-orang Lewi14. Kitab Imamat ini tidak berdiri sendiri sebagai karya
terpisah. Dan selalu berhubungan dengan yang Kitab-kitab lain. Secara tepat, Kitab
Imamat melanjutkan dalam Kitab Keluaran.15 Kitab Imamat sama sekali bukanlah
kitab yang bersifat rahasia. Rakyat berhak dan diharapkan mengetahui benar-benar
apa yang dituntut dari mereka, dan dari para imam mereka dalam pelayanan di
tempat suci yang begitu mendalam diperhatikan oleh setiap Israel sejati 16.
Kitab ini sebenarnya dimaksudkan kepada mereka yang mengambil peran aktif
dalam pelayanan sebagai imam, bukan untuk orang Lewi pada umumnya. Namun
kitab ini juga sangat bermanfaat untuk orang Israel, karena para imam ditugaskan
untuk mengajarkan kepada umat tentang peraturan-perturan dalam kitab ini17.
Tema inti dari Kitab Imamat dapat diungkap dengan istilah qados ‘kekudusan’
dan qadisy ‘kudus’ (Im 19:2). “qados” berarti ‘dipisahkan’ atau dikhususkan’, yaitu
untuk maksud keagamaan18. Jadi Kitab Imamat adalah memberikan petunjuk-
petunjuk kepada masyarakat Israel dalam “penyembahan yang kudus”, dan “hidup
kudus”, sehingga sebagai umat perjanjian mereka dapat menikmati berkat
kehadiran Allah.
Tujuan kitab ini adalah menjelaskan tentang hukum-hukum dan peraturan-
peraturan yang diharuskan sebagai pedoman hidup bagi orang Israel sebagai umat
Allah. Tuhan adalah Allah yang kudus. Begitu juga mereka harus menjadi umat
yang kudus. Hal ini juga menyangkut pengasingan penyucian dari dosa dan
kenajisan, maka peraturan-peraturan tentang korban memdapat perhatian utama19.
Dari isi atau latarbelakang kitab ini sangat jelas bahwa bagaimana Allah memberi
perhatian-Nya kepada umat-Nya supaya mereka juga hidup di dalam kekudusan-
Nya.

13
Robert M. Peterson, Kitab Imamat, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), hlm. 2
14
Walton, Survei Perjanjian Lama, hlm. 126
15
Peterson, Kitab Imamat, hlm. 5
16
J.A Thompson, Tafsiran Alkitab Masa Kini, jilid 1, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih,
2012), hlm. 185
17
Denis Green, Pengantar Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2012), hlm. 56
18
W.S. Lasor, D.A. Hubbard & F.W. Bush, pengantar Perjanjian Lama 1, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2012), hlm. 215
19
Green, Pengantar Perjanjian Lama, hlm. 57
13

5. Analisa Konteks
1. Konteks sebelum.
Untuk memahami mengenai konteks Imamat 11 ini maka perlunya untuk
memperhatikan hal hal yang terjadi di dalam ayat-ayat sebelumnya. Imamat 10:12-20
merbicara mengenai bagian imam dari korban sajian, korban api-apian, yang menjadi
bagian mereka serta seluruh anak-anaknya untuk dimakan. Musa berbicara kepada
Harun dan anak-anaknya bahwa mereka mengambil dari sisa pembakaran itu dan
dimakan di tempat yang kudus. Melalui Musa Allah menetapkan hukum-hukum yang
kepada Harun dan anak-anaknya bahwa setiap dada persembahan dan paha
persembahan khusus itu haruslah mereka makan di suatu tempat yang tahir, bersih dan
kudus. Tugas sebagai imam yang melayani di dalam kemah suci maka mereka harus
memberikan korban penghapusan dosa sebagai tanda pendamaian bagi umat Tuhan.
Konteks Imamat 11 ini muncul dimana bangsa Israel baru mengenal hukum. Konteks
ini juga selalu berkaitan dengan kehidupan para iman dan juga umat Tuhan mengenai
kekudusan hidup mereka.

2. Konteks sesudah.

Pada pasal 12 mengenai perintah Allah kepada Musa yang harus disampaikan
kepada umat Allah. yakni mengenai peraturan-peratuan yang berlaku bagi seorang
perempuan yang melahirkan. Jika yang dilahirkan anak laki-laki, maka kenajisan
ibunya, selama perempuan itu masih menantikan hari pentahirannya selama 33 hari,
maka ia tidak boleh mengenakan dirinya pada sesuatu yang kudus dan juga masuk ke
dalam tempat kudus sampai sudah genap hari pentahirannya. Aturan ini diberikan
kepada mereka mengingat kekudusan mereka senaga umat Tuhan. Setelah genap hati
pentahirannya maka perempuan dan anak laki-lakinya harus membaea korban bakaran
dan korban penghapusan dosa ke pintu kemah pertemuan dengan menyerahkan kepada
imam. Imam pun mempersembahkannya kehadapan TUHAN dan mengadakan
pendamaian bagi perempuan itu. Namun jika ia seorang yang miskin maka ia hanya
membawa dua ekor burung tekukur sebagai korban penghapusan dosa maka imam
harus mengadakan pendamaian bagi perempuan itu maka peremapuan itu menjadi tahir.
14

Bab III

Penutup

A. Interpretasi
11:1 ‫ וַיְ דַ ֵ ֵּ֧בר‬merupakan perkataan Allah yang ditunjukan langsung kepada
Musa dan Harun supaya disampaikan dan diajarkan kepada bangsa Israel. Ini
merupakan perintah yang harus terus-menerus bangsa itu ingat dan dilakukan. ini
adalah perintah Allah bagi umat Israel. Mungkin orang Israel mengerti larangan itu
dalam konteks sosial masyarakat masa itu. Yang paling penting buat mereka ialah
percaya bahwa Allah punya alasan yang tepat untuk larangan tersebut, dan selalu ada
dalam kemahatahuan dan kemahabijakan-Nya. Percaya dan taat kepada perintah Allah
merupakan sikap tunduk kepada kedaulatan-Nya. Israel perlu menjaga kehidupan
mereka sehari-hari, mulai dari makanan, kebersihan tubuh, dst., agar mereka layak
menghampiri kemah suci yang merupakan kehadiran Allah yang kudus di tengah-
tengah umat-Nya. Prinsip yang berlaku di sini ialah kuduslah kamu, sebab Aku Tuhan
Allahmu, kudus. Kata ‫ ּדַ ְב ָ֛רּו‬ini merupakan perintah Tuhan kepada Musa supaya
berbicara kepada bangsa Israel mengenai binatang-binatang yang boleh mereka makan.
Dan binatang yang boleh dibaawa kemah suci.

a. Binatang-binatang di darat yang boleh dimakan dan tidak boleh dimakan (1-
8).
1. Boleh di makan (2b-3)
Kata ‫ ֹ֤זא‬dalam ayat 2 sebuah penekanan mengenai jenis binatang di darat yang
boleh di makan oleh umat Tuhan Kalimat ‫ֲשר תאכְ ֔לּו‬
ֶ֣ ‫ א‬manggunakan kata kerja Qal
imperfek dari kata dasar lka (akal) artinya yang boleh kamu makan, boleh dimakan.
Merupakan penerangan atau penegasan mengenai binatang yang boleh dimakan. Yang
dilanjutkan dengan kata ‫ מַ פְ ֶ֣רסת‬yang artinya “membagi” menunjuk kepada jenis
binatang yang diperbolehkan untuk dimakan yaitu binatang yang berkaki belah, dan
15

menurut jenis inilah yang terus menerus mereka lakukan. Selain itu ini juga berkaitan
dengan binatang yang bisa di bawa sebagai korban syukur kepada Tuhan. Bandingkan
Ulangan 14: 3-8 menyebutkan hewan yang tidak haram (tahor) dan hewan yang najis
(tame). Dalam Kitab Imamat ini hanya menyebut hewan-hewan yang haram. Hewan
yang boleh dimakan adalah haruslah memiliki kuku belah dan juga harus juga
merupakan hewan yang memamah biak20. Ini merupakan kebutuhan untuk hukum-
hukum yang secara luas. Mengenai permasalahan-pernmasalahan yang publik
mengenai kesehatan Israel ketika bangsa Israel di bawa pimpinan nabi Musa21. Kata
‫וְ ש ַסֹ֤עַת‬Dari kata dasar [sv (sasa) artinya dan berkaki belah. Kata ini menegaskan kembali
mengenai binatang yang boleh dimakan oleh bangsa Israel. Yaitu binatang yang berkaki
belah yang boleh dimakan. Dalam ayat 3 ini merupakan daftar binatang yang tidak
boleh dimakan atau haram yang ditulis dalam kitab Ulangan 14:4-5 yang dengan jelas
diterangkan mengenai binatang yang tidak haran dan boleh untuk dimakan. Yaitu
lembu, domba, kambing, rusa, kijang, rusa dandi , kambing hutan, kijang gunung,
lembu hutan, dan domba hutan22. Ini merupakan binatang yang boleh dimakan dan juga
dapat dibawa sebagai korban persembahan bagi Allah.
2. Larangan untuk tidak dimakan (4-7).

Kalimat ‫ את־זהֶׁ֙ ֶ֣לא ֶֽתאכְ ֔לּו‬merupakan kalimat larangan yang ditetapkan mengenai
binatang-binatang yang dianggap tidak haram dan harus memenuhi syarat seperti yang
disebut di dalam ayat 3 yaitu mengenai binatang yang berkuku belah dan memamah
biak. Namun, menurut Oswald T Allis “mengatakan bahwa bukan dimaksudkan
sebagai pembatas atau larangan yang bersifat alamiah, melainkan penguraian sederhana
dan praktis”23. Kata ‫ ֶ֣לא‬dalam ini merupakan sebuah larangan tetap yang menegaskan
mengenai perintah yang di sampaikan Tuhan. Di dalam ayat-ayat ini di jelaskan
mengenai binatang yang dianggap haram. Misalnya unta (ayat 4) memamah biak tetapi
tidak berkuku belah, dan babi (ayat 7) berkuku belah tetapi tidak memamah biak.
Planduk (ayat 5) dan kelinci (ayat 6) merupakan binatang yang tidak sungguh-sungguh
memamah biak , tetapi binatang ini sering menggerakan rahangnya seolah-olah

20
Robert O. Coleman, Leviticus, dalam Charles H. Pfeiffer, Everett F. Harrison ed,. The Wycliffe Bible
Commentary, Volume1 Kejadian-Ester, (Malang: Gandum Mas, 2014), hlm. 267
21
Allis, “Leviticus” dalam D. Guthire, J.A. Motyer, A.M. Stibbs, D.J Wiseman, ed., The Bible
Commentary Revised, p. 571
22
Peterson, Kitab Imamat, hlm. 154
23
Oswald T Allis, Leviticus, dalam Harun Hadiwijono ed., Tafsiran Masa Kini Volume 1 Kejadian-
Ester, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1976), hlm. 204
16

memamah biak24. Jadi unta dan babi tidak masuk dalam jenis binatang yang boleh
dimakan karena tidak memenuhi syarat dan di masukan ke jenis binatang yang di larang
untuk dimakan. Sebab binatang yang menenuhi syarat adalah binatang yang memamah
biak dan juga berkuku belah. Bayangkan jika mereka berburu harimau, singa, dan
binatang buas lainnya, bukan mereka yang makan daging binatang tersebut tetapi
mereka sendiri yang di makan oleh binatang tersebut. Memang ada beberapa jenis
binatang yang bukan binatang buas tetapi tidak memenihi persyaratan.

b. Binatang-binatang di dalam laut yang di ijinkan untuk dimakan dan tidak


boleh dimakan.
1. Boleh di makan (ayat 9)
Dalam bagian ini merupakan pernyataan mengenai binatang yang diperbolehkan
untuk umat Allah makan dari binatang yang hudip di dalam air. Kata ‫ ֶֽתאכְ ֔לּו‬dari

kata dasar lka (akal) artinya boleh kamu makan. ini adalah sebuah tindakan yang
harus dilakukan oleh bangsa Israel sepanjang perjalanan kehidupan mereka
mengenai binatang yang bisa mereka nikmati dari dalam air atau dari dalam laut.
Sebuah hal yang terus-menerus mereka lakukan sebagai umat Allah yang hidup di
dalam kekudusan. disini jenis binatan yang bersirip dan bersisik yang boleh dimakan
adalah ikan dalam bahasa Ibraninya ‫( קַ ְש ָ֜קשת‬qasyeqsyet) binatang yang dimaksud
bersirip dan bersisik inilah binatang yang diperbolehkan untuk dimakan.

2. Larangan untuk tidak dimakan (ayat 10-12)


Kalimat ‫ין־לו‬
ָ֜ ‫ֲשר ֵ ֶֽא‬
ֶׁ֙ ‫ וְ כל ֹ֩ א‬menunjuka pada suatu larangan tentang binatang yang di
dalam laut yang tidak boleh dikomsumsi atau dimakan oleh umat Tuhan. Di sini ada
kata (en-lo) aritnya “ini tidak” merupakan larangan yang ditetapkan, yakni mengenai
binatang yang tidak bersirip dan bersisik yang menjadi kejijikan bagi mereka. Di
lanjutkan dengan kata ‫ ִמכ ֶׁ֙ל ֶ֣שרץ‬yang diartikan secara harafiah “dari semua
berkerumun” terjemahan ITB “dari segala yang berkeriapan” KJV “of all that
move” ini menunjuk pada makhluk-makhluk kecil yang terdapat dalam kelompok-
kelompok besar. Barangkali sama seperti yang disarankan NEB, yaitu “segala
Makhluk hidup” kata ini menunjuk kepada makhluk-makhluk yang lebih besar.
Dalam ayat 10 ini dapat dimengerti sebagai berikut; “Tetapi segala yang tidak

24
Peterson, Kitab Imamat, hlm. 154
17

bersirip dan bersisik di dalam lautan dan di dalam sungai, apakah itu menunjuk pada
binatang-binatang kecil yang berkeriapan di dalam air ataukah binatang-binatang
yang lebih besar di dalam air semuanya menjijikan bagimu” tidak terlalu jelas
binatang yang tidak bersisik apa yang dilarang untuk tidak dimakan25. Kejijikan;
yaitu sesuatu yang harus ditolak secara tegas dalam Bahasa Ibrani yang berbeda
diterjemahkan “haram” tetapi maknanya sama. Tuhan melarang mereka makan
beberapa binatang di laut yang tidak bersisik dan bersirip, karena berkaitan dengan
binatang buas.

3. Binatang-binatang di udara yang memjijikan untuk disentuh dan dimakan


(13-19).
Dalam ayat ini terdapat beberapa daftar burung yang adalah kejijikan dari
bahasa Ibrani Kata ‫ ְתשַ קְ ֶ֣צּו‬menggunakan bentuk kata kerja Piel kata dasar ‫שקץ‬
(saqats) artinya “menbenci, menjijikan”. Bagi umat Israel sebab itu tidak boleh
dimakan. Kebiasaan atau sifat tubuh burung-burung yang dimaksud memang tidak
disebutkan. Dan juga identitas dari beberapa ekor binatang tersebut tidak jelas,
namanya hanya terdapat di dalam teks ini. dalam daftar yang hamper sama dalam
Ulangan 14:12-18. Tetapi jenis ini merupakan semua jenis burung buas. Kalimat ‫ַ֥לא‬
‫ יֵאכְ לָ֖ ּו‬disini merupakan larangan tetap untuk memakan binatang tersebut. Dan ini
harus terus menerus umat Israel lakukan. Sebab jikan mereka melanggar dan
memakan burung-burung yang dilarang ini maka mereka akan menangung akibatnya
sendiri. Adapun jenis burung yang memiliki alasan untuk tidak boleh dimakan yaitu
burung rajawali, burung gagak, burung unta dan kelelawar. Burung rajawali
merupakan burung yang sangat terkenal di dalam Perjanjian Lama sebagai yang naik
terbang dengan kekuatan sayapnya (Yes 40:31); yang nebgembangkn sayapnya (Yer
48:40); dan maju secara “tangkas26” (Hbk 1:8). Burung gagak; burung ini juga salah
satu burung yang sangan dikenal dalam Perjanjian Lama (bnd Kej 8:7; 1Raja-Raja
17:4; Mzm 147:9). Burung unta atau barangkali merupakan jenis burung hantu dan
meman dalam ayat ini mungkin menunjuk pada burung jenis-jenis burung hantu.
Kelelawar salah satu binatang lain yang termasuk di dalam daftar burung-burung,
tetapi disini bukan burunglah yang dimaksud tetapi keluang kecil yang makan

25
Robert M. Peterson, Kitab Imamat, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), hlm.155
26
Ibid, hlm. 156
18

serangga. Banyak dari antara burung yang dilarang adalah burung buas. Burung
pemakan bangkai, maka ini menjadi kejijikan27 atau menajiskan untuk dimakan.
Larangan ini pun ditinjau dari hukum yang berlaku dan mengenai kekudusan umat
TUHAN yang tidak boleh mengenai bangkai atau hal-hal yang mati sendiri.

B. Aplikasi
Kekudusan hidup merupakan kewajiban setiap manusia yang menjadi sebuah
pertanggungjawaban masing-masing kepada Allah. Jika dilihat dari teks ini merupakan
sebuah ingatan kapada orang-orang percaya pada saat ini bahwa bagaiman Allah telah
memberikan peraturan mengenai kehidupan kudus. Pada saat ini apakah hukum tentang
larangan yang di berikan kepada bengsa Israel masih berlaku atau relevan bagi kita
sekarang? Masih, tetapi bukan mengenai apa yang dimakan yang membuat orang tidak
menjadi kudus. Di dalam Perjanjian Lama Allah memberikan larangan ini supaya
mereka sebagai umat Tuhan dapat membedakan mana yang kudus dan mana yang najis.
Akan tetapi sekarang hukum tersebut telah di genapi di dalam Yesus Kristus. sekarang
hidup kudus bukan pada apa yang kita makan tetapi kehidupan kudus dapat kita lakukan
di dalam sikap dan perbuatan kita sehari-hari.
Hidup kudus tidak dilihat dari makanan ataupun jenis binatang yang hendak
menjadi makanan kita, tetapi hidup kudus adalah kewajiban yang merupakan tuntutan
dari Allah kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya. Larangan untuk
membedakan jenis makanan baik itu binatang di darat maupun binatang di dalam laut
bahkan binatang yang bersayap. Sebenarnya itu berkaitan dengan kesehatan mereka
sebagai umat Tuhan, sebab pada saat itu orang Israel hidup di padang gurun dan belum
ada namanya dokter atau rumah sakit. Jika kita bandingkan dengan zaman sekarang
tidak ada larangan karena sudah ada namanya dokter dan ada rumah sakit. Intinya bagi
kita saat ini adalah kehidupan kudus merupakan sikap dan perbuatan kita yang harus
dijaga.

C. Kesimpulan

Dari beberapa pengamatan berdasarkan langkah-langkah penafsiran diatas dalam


mengamati peraturan-peraturan yang berlaku di dalam bangsa Israel mengenai

27
Allis, Leviticus, dalam Harun Hadiwijono ed., Tafsiran Masa Kini Volume 1 Kejadian-Ester, hlm.
204
19

hukuman haram dan tidak haram, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
mengetahui makna yang sesungguhnya dari sebuah teks tersebut maka perlunya
melakukan yang namanya penafsiran yang benar dengan melalui dan menerapkan
langkah-langkah system penafsiran yang sesuai. Dalam sebuah penafsiran maka perlu
untuk membuat sebuah penelitian tentang analisis kontektual, analisia tata bahasa,
analisis bentuk, dan analisia struktur. Sehingga membuat interpretasi yang sesuai
makna yang diperoleh dari bahas dalam teks tersebut.

Menjaga kekudusan hudup sebagai umat TUHAN adalah sangatlah penting di


hadapan Tuhan. Sebab itu Tuhan memberikan peraturan atau hukum kepada bangsa
Israel sebagai Umat Tuhan. Untuk hidup tertib dan tidak bebas. Tuhan memberikan
peraturan kepada bangsa Israel mengenai binatang yang boleh dan tidak boleh di
makan. Karena Tuhan melihat bahwa bagaimana umat-Nya harus menjaga kekudusan
hidup mereka. Namun tidak semua binatang dilarang, masih beberapa jenis binatang
yang diizinkan untuk dimakan. Adapun dapat dimengerti melalui beberapa bagian
sebagai berikut; (1). Jenis binatan-binatang di darat yang boleh dimakan dan tidak boleh
dimakan atau haram dan tidak haram, (2). Jenis binatang-binatang di dalam laut yang
boleh dimakan dan tidak bileh dimakan, dan (3). Jenis binatang-binatang yang tidak
boleh disentuh sama dari binatan di udara. Sedangkan untuk mengetahui jenis binatang
apa yang dilarang dan yang diperbolehkan untuk dimakan maka dapat diketahui di
dalam teks Imamat sendiri dan di Dalam kitab Ulangan 14:12-18. Sebab di dalam teks
ini di jelaskan beberapa jenis binatang yang dimaksudkan.

Hukum-hukum yang Allah berikan kepada umat-Nya pun bukan hanya untuk
menakut-nakuti tetapi juga harus mereka taati sebagai peraturan-peraturan yang
mengatur kehidupan mereka. Tetapi ada maksud yang lebih detail dan memiliki alasan
berkaitan dengan hubungan antara umat Allah dengan Allah sendiri. Sehingga mereka
tetap hidup didalam kekudusan Allah mereka. Di dalam hasil dari penafsiran penulis
sendiri telah membahas alasan mengapa peraturan ini di keluarkan oleh Allah kepada
umat Israel dan pentingnya bagi mereka.
20

DAFTAR PUSTAKA
________Alkitab Indonesia-Ibrani
________ Bible Works
Allis, Oswald T. “Leviticus” dalam D. Guthire, J.A. Motyer, A.M. Stibbs, D.J. Wiseman, ed.,
The Bible Commentary Revised, England: Inter-Virsity Leister, 1953
Allis Oswald T. Leviticus, dalam Harun Hadiwijono ed., Tafsiran Masa Kini Volume 1
Kejadian-Ester, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1976
Boeker, Bahasa Ibrani, jilid 2, Batu, Jawa Timur: Sekolah Tinggi Teologia “I-3”
Coleman Robert O. Leviticus, dalam Charles H. Pfeiffer, Everett F. Harrison ed,. The
Wycliffe Bible Commentary, Volume1 Kejadian-Ester, Malang: Gandum Mas, 2014
Green, Denis. Pengantar Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas, 201
Herris R, Laird. Expositor’s Bible Commentary, Leviticus, Michigen: Zondervan Publishing
House 1978
Hll, Andrew E. & Walton John H. Survei Perjanjian Lama, malang: Gandum Mas, 2013
Lasor W.S., Hubbard D.A. & Bush F.W., pengantar Perjanjian Lama 1, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2012
Owen, John Joseph. Analytical Key to The Old Testament vol 1. Genesis- Joshua Michigan:
Baker Book House, 198
Peterson, Robert M. Kitab Imamat, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011
Sitompul A. A. & Beyer, Ulrich. Metode Penafsiran Alkitab, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2016
Peterson, Robert M. Tafsiran Kitab Imamat, Malang: Gandum Mas, 2011
Sklsr, Jay. Tyndale Old Testament Commentary, Liviticus, UAS: IPV Academic, 2014
Thompson, J.A. Tafsiran Alkitab Masa Kini, jilid 1, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih, 2012

Anda mungkin juga menyukai