Anda di halaman 1dari 10

Nama : Frans Kevin

Mata Kuliah : Hermenutika 1


Tugas : Rangkuman Sejarah Penafsiran Alkitab
Dosen : Toni Irawan, M.A. M.Th.
Bibliografi: Hasan Sutanto, Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab. Malang:
Literatur SAAT, 2007.

Rangkuman Sejarah Penafsiran Alkitab


1. Pola Penafsiran Orang Yahudi: Dari Ezra sampai Zaman Tuhan Yesus
a. Periode Penafsiran
Sejarah penafsiran PL boleh dikatakan sama panjang dengan sejarah kitab itu
sendiri. Bentuk tertulis kitab Ulangan mungkin sudah ada pad tahun 621 SM, ketika
Raja Yosia mengadakan reformasi. Torah sudah beroleh status kanon pada
pertengahan abad ke-5 SM, dan disusul Kitab Nabi-nabi sebelum akhir abad ke-5 SM.
Dikatakan, kitab tulisan-tulisan resmi diterima sebagai kanon setelah pemberontakan
Bar Kochba (tahun135).
b. Latar Belakang Sejarah / Situasi yang berkembang
Kelompok yang tidak sama memegang pandangan dan mempunyai
kepentingan yang tidak sama pula. Ada perselisihan di antara orang Yahudi
berbahasa Yunani dengan orang yahudi yang berbahasa Ibrani, dan perdebatan yang
sengit antara orang farisi dan saduki karena teologi mereka yang bebeda. Kitab-kitab
dalam PB bukan saja menggambarkan keadaan agama, politik, sosial dan ekonomi
zaman itu, juga memperlihatkan kesamaan dan perbedaan pengikut Tuhan Yesus
dibandingkan dengan kelompok-kelompok yang ada pada adab pertama.
c. Tokoh-tokoh Penafsiran Pada Periode Tersebut
Ezra adalah seorang ahli taurat atau ahli kitab yang mulai berkarya sekitar
tahin 440 SM. Dia dipandang sebagai pelopor penafsiran pada zaman itu. Kitab
Nehemia 8:7-9 mencatat , ezra dibantu sekelompok rekan, di dalamnya terdapat orang
lewi, mengajarkan taurat kepada rakyat.
d. Metode-metode penafsiran Periode Tersebut
a. Penafsiran Harafiah, kitab suci mereka pahami dengan makna jelas, sederhana dan
natural
a. Penafsiran Midrash, yang pada dasrnya berupaya menembus kelapisan yang lebih
dalam dari alkitab untuk menyelidikinya dari berbagai sudut dan menemukan
makna yang tidak segera terbaca.
b. Penafsiran Pesher, Tujuannya bukan menjelaskan bagian Kitab Suci, tetapi
memastikan aplikasi nubuat tertentu dalam kitab suci bagi kejadian yang baru
bahkan sedang terjadi
c. Penafsiran Alegoris, mencari arti tersembunyi di bawah kata-kata dalam Kitab
Suci.
d. Penafsiran Tipologis, menunjukkan suatu korespondensi antar orang atau
peristiwa yang ada pada masa lalu dengan yang ada pada masa kini.
2. Pola Penafsiran Tuhan Yesus dan Orang Kristen Abad Pertama
SebagianPendiriandanpenafsiranTuhanYesusdapatdikenalmelauicarabeliau
1. Tuhan Yesus percaya apa yang dicatat PL merupakan fakta sejarah.
2. TuhanYesus banyak memakai penafsiran Pesher, dan juga penafsiran harafiah dan
midrash ( Luk. 4:16-21; Mrk. 12:29-30; Yoh. 7;23).
3. TuhanYesus menolak praktik pada zaman itu yang sering mengganti firman Allah
dengan tradisi (Mrk. 7:6-13; Mat. 15:1-9)
Menurut Charles Harold Dodd, cara para penulis PB mengutip PL
menunjukan bahwa mereka memakai metode tertentu. Bagi Frederick Fyvie
Bruce, seorang ahli PB yang berbobot dan konservatif, seorang dapat menemukan
berbagai macam penafsiran dalam PB, di antaranya, penafsiran perumpamaan.
Berdasarkan Penyelidikannya, Richard Longenecker lalu menarik kesimpulan
bahwa penulis PB menafsir PL dari sapek kristussentris.
Penafsiran mereka sesuai dengan tradisi Kristen, juga menunjukkan
interakssi dengan praanggapan dan metode penafsiran orang Yahudi. Tuhan Yesus
dan para penulis PB memang mengambil sikap baru dalam penafsiran mereka.
Tuhan Yesus dan cara-Nya menafsir PL diterima orang Kristen sebagai sumber
otoritas dan patokan untuk memahami Alkitab. Para penulis PB percaya bahwa
Kristus, melalui pimpinan Roh Kudus memimpin mereka dalam upaya menafsir
PL.
3. Penafsiran Alergoris Pada Masa Awal Kekristenan
a. Periode Penafsiran
Penafsiran alegoris Kristen masa awal dapat ditelusuri kembali kepada
penafsiran alegoris orang Yunani dan orang Yahudi. Orang Yunani terkenal dengan
karya sastranya yang sangat kaya. Theogenes dari Rhegium (kira-kira tahun 520 SM)
mungkin adalah orang yang pertama yang menafsir secara alegoris karya Homerus.
b. Latar Belakang Sejarah/ situasi yang berkembang
Dengan latar belakang agama Yahudi, gereja abad-abad pertama mengambil
alih penafsiran alegoris dengan beberapa kekecualian, contohnya sekolah Antiokhia.
Beberapa sebab yang mendorong gereja zaman itu menerapkan penafsiran alegoris.
Salah satunya, gereja ingin melawan ajaran bidah yang mulai muncul, di antaranya
Marcionisme. Demi melawan ajran bidah dan berupaya menerima PL sebagai kita
suci orang Kristen, bapa-bapa gereja banyak memakai penafsiran alegoris.
c. Tokoh-tokoh Penafsiran Pada Periode Tersebut
1. Clemens dari Roma (meninggal pad tahun 215).
2. Flavius Yustinus (100-165).
3. Clemens dari Aleksandria (Titus Flavius Clemens, 150-215).
4. Origenes (185-254).
d. Metode-metode penafsiran Periode Tersebut
Tugas pembaca buku menggali maksdu yang ingin disampaikan pengarang,
dan jangan berhenti pada makna harafiahnya saja. Untuk menafsir Alkitab, seorang
harus bersandar kepada anugerah yang diberikan Tuhan dan menerima Roh Kristus,
sebab kristus adalah dasar atau prinsip yang tersembunyi dalam Alkitab.
4. Penafsiran Harafiah Pada Abad-abad Pertama
Makna Harafiah dapat dibagi menjadi makna harafiah yang murni dan makna
harafiah yang bersifat kiasana. Contohnya, waktu Tuhan Yesus mengatakan bahwa diri-
Nya adalah pintu, kata “pintu” itu mempunyai makna kiasan sesuai dengan konteksnya.
Tetapi makna kiasan ini tetap termasuk dalam makna harafiah. Para penafsir aliran ini
memperthankan kebenaran peristiwa historis. Bagi mereka, penafsiran alegoris
menghilangkan banyak sifat historis dalam PL, sehingga PL tidak lebih dari pada dunia
abstrak yang penuh symbol-simbol dan lambang-lambang.
Aliran antiokhia juga mengembangkan penafsiran tipologis yang lebih masuk
akal atas Pl untuk mengganti penafsiran alegoris. Di mata mereka, makna rohani atau
teologis tidak terlepas dari pengertian historis, bahkan hal-hal yang menunjuk pada
kepada mesias pun dinyatakan dalam pengertian historis. Mereka berpendapat, hubungan
PL dan PB harus dijelaskan dengan penafsiran tipologis, bukan alegoris.
Ada dua orang tokoh aliran ini yang patut disebutkan di sini, yaitu:
1. Theodorus
Berpendapat bahwa ilham diberikan kepada penulis Alkitab yang berada
dalam keadaan sadar, dan melalui pikiran mereka. Theodorus dan teman-temannya
percaya makna harafiah adalah arti utama, sedangkan makna alegoris dan tipologis
adalah arti kedua. Theodorus sangat memperthatikan penafsiran yang menenkankan
pentingnya unsur gramatikal dan historis.
2. Yohanes Chrysostomus
Si mulut emas adalah pengkhotbah yang sangat terkenal pada zaman itu. Dia
percaya bahwa setiap bagian Alkitab adalah firman Allah yang tidak ada kesalahan.
Penafsirannya condong ditulis panjang lebar. Chrysostomus juga dipuji karena
khotbahnya yang memperhatikan seluruh isi alkitab dan mengurainya dengan teliti.
Bahasa yang dipakainya sangat indah. Patut disesalkan, dia tidak bebas sama sekali
dari penjelasan yang kurang tepat dan berlebihan.

5. Pola penafsiran Bapa-Bapa Gereja Latin dan Abad Pertengahan


a. Periode Penafsiran
Di antara Bapa-Bapa Gereja Latin ini terdapat Firminus Lactanius (260 - 330),
hilarius dari Poiters (315-367), Ambrosius, Aghustinus, daln lain-lain. Sedangkan masa
yang akan dibicarakan ini meliputi kurun waktu 900 tahun, yang dihitung dari Gregorius
Agung (kira-kira 540-604), bapa gereja terakhir dan paus pertama (590), hingga mulainya
zaman reformasi (sekitar tahun 1517).
b. Latar Belakang Sejarah / situasi yang berkembang
Bapa-bapa Gereja Latin mengambil jalan tengah di antara aliran Aleksandria dan
aliran Antiokhia. Mereka condong menekankan otoritas tradisi dan gereja dalam
penafsiran Alkitab. Dengan demikian peanfsiran Alkitab makin menuju kearah penafsiran
resmi yang diberikan gereja.
c. Tokoh-tokoh Penafsiran Pada Periode Tersebut
Tiga bapa Gereja Latin ialah:
1. Ambrosius
Penafsirannya bewarna alegoris, yang tidak memperhatikan makna historis.
Metode penafsirannya banyak dipengaruhi Bapa-Bapa Gereja Yunani, terutama
Basilius (330-370), seorang penafsir alegoris.
2. Hieronimus
Hieronimus terkenal dengan terjemahan Vulgate, Alkitab terjemahan bahasa
latin, yang dibuatnya. Sebab dipengaruhi aliran Antiokhia, Hieronimus sangat
menekankan pentingnya makna harafiah dan historis.
3. Augustinus
Augustinus bicara mengenai bahasa lisan dan bahasa tertulis. Bagi dia, Alllah
pertama-tama menyampaikan kehendak-Nya melalui bahasa lisan, kemudian baru
dituliskan menjadi Alkitab.
4. Metode-metode penafsiran Periode Tersebut
Pentingnya persiapan rohani seorang penafsir, pimpinan Roh Kudus, makna
harafiah dan historis, dan mengukur metode penafsir dengan hukum kasih. Ia juga
menegaskan pentingnya konteks, dan perlunya membangun doktrin atas ayat-ayat yang
jelas. Penafsir harus menemukan apa yang dimasksudkan Alkitab, bukan memasukkan
maksud dirinya ke dalam Alkitab.

6. Pola Penafsiran Pada Masa Renaisans (Renaisance), Reformasi, dan Pascareformasi

1. Periode Penafsiran

Reformasi yang dimulai Luther dan teman-temannya tidak datang begitu saja
terlepas dari keadaan masa itu. Penyelidikan penafsiran sekitar reformasi lebih baik
dimulai dari renaisans, disusul para reformator, masa pascareformasi dan abad ke-18.

2. Latar Belakang Sejarah / situasi yang berkembang

Renainsans ditandai dengan bangkit kembalinya perhatian kepada kesuastraan


klasik, berkembangnya kesenian dan kesuastraan baru, dan tumbuhnya ilmu
pengetahuan modern. Apa yang terjadi pada masa ini memberi sumbangsih besar
kepada hadirnya penafsiran yang lebih sehat. Pembaca Alkitab diajak meninggalkan
Teologi dan hierarki gereja.

Seniman dan pemikir mulai menggantikan posisi biarawan; jiwa kritis dan
individualisme makin berkembang. Bagi para reformator Alkitab menentukan apa
yang harus diajarkan gereja karena Alkitab adalah firman Allah yang tidak bersalah,
yang memiliki otoritas tinggi. Pada masa pascareformasi, terjadi berbagai perpecahan
dan muncul bermacam ajaran bidah dalam gereja

3. Tokoh-tokoh Penafsiran Pada Periode Tersebut

1. Masa Renaisans, tokoh pada masa ini Yohanes Reuchlin, Yohanes Colet, Desiderius
Erasmus
2. Masa Reformasi, tokohnya pada masa ini adalah Marthin Luther, Yohanes Calvin
3. Masa Pascareformasi, tokoh pada masa ini adalah Johann Wettstein, John Lightfoot
4. Metode-metode Penafsiran Periode Tersebut
1. Mengutamakan iman dan penerangan Roh Kudus. Harus mencari makna Alkitab
dengan berdoa dan bermeditasi.
2. Alkitab memiliki otoritas tertinggi, yang lebih tinggi dari gereja.
3. Penafsiran Alkitab perlu memperhatikan tata bahasa, keadaan zaman penulis
Alkitan, serta konteks bagian Alkitab yang bersangkutan.
4. Menafsir ayat yang kurang jelas berdasarkan ayat yang lebih jelas, tanpa harus
mengikuti tradisi lisan gereja.
5. Kristus adalah pusat Alkitab. Setiap prinsip harus di uji apakah membawa orang
Kristen Kepada Kristus
7. Pola Penafsiran Pada Abad Ke-19

1. Periode Penafsiran
Pengaruh aliran rasionalisme mencapai puncaknya pada abad ke-19. Baur
adalah salah satu penafsir pada abad ini. Setelah tahun 1831, karena dipengaruhi
hegel, baur mulai melihat perkembagan sejarah secara dilektis. Demikian para tokoh
penafsir pada abad ini juga menafsir dengan dipengaruhi aliran rasionalisme.
2. Latar Belakang Sejarah / situasi yang berkembang
Dengan pengaruh aliran rasionalisme mencapai puncaknya pada abad ke-19
di mata sarjana Alkitab bukan kitab yang berotoritas. Dengan sikap mengandalkan
rasio manusia, mereka mengkritik Alkitab.
3. Tokoh-tokoh Penafsiran Pada Periode Tersebut
a. Ferdinand Christian Baur, baur dinilai hanya melihat problem tetapi kurang sanggup
memecahkannya, sebab banyak teori baur tidak dapat berdiri teguh.
b. Julius Wellhausen, dia mencoba menafsir alkitab dari sudut perkembangan historis
agama orang Yahudi. Penyelidikan wellhausen mencakup filologi Ibrani, analisis
salinan kuno, dan struktur kesuastraan.
c. Friedrich Daniel Ernst Schleiermacher, menurutnya Alkitab merupakan catatan
pengalaman religius, jadi Alkitab tidak perlu dipelajari secara terperinci. Dia mencoba
menekankan fungsi misteri, imajinasi dan perasaan.
d. David Friedrich Strauss, ia percaya bahwa konsep mengenal Allah dan Mesias bukan
diwahyukan, melainkan berkembang dalam kesadaran manusia.
e. Johann Christian Konrad von Hofmann, ia percaya bahwa hanya dengan penerangan
yang diberikan Allah, wahyu baru dapat menjadi sesuatu yang berarti bagi pembacanya.
4. Metode-metode Penafsiran Periode Tersebut
a. Alkitab harus diukur dengan metode akademis dan moral zaman modern.
b. Yang menjadi patokan dalam penafsiran Alkitab adalah semangat Yesus atau
pengalaman agama
c. Hal supranatural diartikan sebagai sesuatu yang melampaui hal yang bersifat materiil.
d. Mereka menerapkan teori evolusi atas agama dan kitab agama.
e. Penulis Alkitab menggunakan konsep yang ada pada zamannya
f. Mengutamakan Penafsiran historis
g. Penafsiran sarjana rasionalisme sangat dipengaruhi oleh filsafat yang populer zaman
itu.
8. Pola Penafsiran Pada Tujuh Dekade Pertama Abad Ke-20
Penafsiran ini dimulai sejak tujuh dekade pertama abad ke-20 hingga tiga
dekade terakhir abad ke-20. Berikut aliran yang ada pada abad ini
a. Aliran Neortodoks, didirikan oleh Karl Barth dan ada beberapa tokoh lain yang di
masukkan dalam aliran ini seperti Emil Brunner, Reinhold Niebuhr dan beberapa lain.
Aliran ini tidak menerima Alkitab sebagai kitab yang bebas dari kesalahan.
b. Rudolf Karl Bultmann, dia berpendapat bahwa kata istilah, dan konsep Alkitab garus
diselidiki sampai ke latar belakangnya dalam sejarah, bahsa, masyarakat, dan agama
c. Aliran Hermeneutik Baru, tokoh-tokoh aliran ini adalah Ernst Fuchs dan Gerhard
Ebeling. Hal yang harus di perhatikan dalam Akiran hermeneutic baru ialah :
1. “Firman” Allah harus terbaca dalam setiap khotbah
2. “Penafsir” harus mengenal bagaimana ia dapat mengerti Alkitab ini.
3. Bahasa bukan hanya alat menyampaikan informasi tetapi menghasilkan perubahan
d. Aliran Sejarah Agama, tokoh-tokoh pada aliran ini ialah W.D.Davies,
J.H.Charlesworth, C.H.Dodd, W.L.Knox dan penulis PB adalah W. Schmithals.
R.M.Ramsay, dan Bultmann. Penafsiran ini memperhatikan pemgaruh agama yang
diberikan agama-agama sezaman kepada PB.00
e. Aliran Permulaan Semangat Universal, tokoh-tokoh yang termasuk adalah
M.Dibelius, Ernst Haenchen dan Ernst Käsemann. Mereka mengambil gaya Bahasa,
bukan penemuan arkeolog atau sejarah untuk menafsir Kisah Para Rasul
f. Aliran Sejarah Keselamatan, Otto Alfred Piper dan Oscar Cullman. Berikut adalah
beberapa hal yang harus diperhatikan ialah :
1. Menyelidiki gaya Bahasa, struktur, dan hubungan kitab yang terkait dengan PB
2. Menemukan konsep penulis kitab tentang hidup dan realitas lalu dengan penafsir
3. Setelah menganalisis Alkitab, penafsir baru dapat memberi respon kepadanya
g. Aliran Eskatologis, Friedrich George Eduard William Wrede, Albert Schweitzer,
Rudolf Otto, C.H.Dodd, dan Jürgen Moltmann.
h. Aliran Kontekstualisasi, James H.Cone. Menaruh perhatian kepada ajaran Alkitab
tentang memenuhi kebutuhan dunia ini atau perjuangan masa kini
i. Penafsiran Konservatif, mencakup mereka yang menerima bahwa Alkitab adalah
firman Allah yang tidak bersalah.
9. Pola Penafsiran Pada Tiga Dekade Terakhir Abad Ke-20
Analisis Retrorika
Retrorika sudah diperhatikan Augustinus, Erasmus, Calvin, dan Khususnya
Melanchton. Retrorika mulai dipelajari berdasarkan Bahasa, kesastraan, filsafat, dan
karya kuno. Ciri-ciri retrorika dan hubungannya dengan keadaan sosial-historis.
Analisis Berdasarkan Ilmu Sosial.
Analisis ini ditemukan pada karya W. Robert Smith, yang ditulisnya pada abad
ke-19. Penyelidikan analisis berdasarkan ilmu sosial biasanya dimulai dengan
mencantumkan dengan jelas model sosial yang ingin digunakan.
Analisis Sosiolinguistik
Menurut Eugene Albert Nida, sosiolinguistik pada umumnya berusaha
memahami makna sosial dalam pemakaian bahsa, yang mencakup sosiolinguistik
interraksional, kuasa dan Bahasa, dialek sosial dan struktur sosial.
Aliran yang Berorientasi Pada Pembaca
Analisis yang Berorientasi meminimalkan atau bahkan menolak maksud penulis
namun mengutamakan penanan pembaca dalam menafsir maknanya. Tanggapan terhadap
proses pembacaan sebuah tulisan memungkinkan pembaca masuk ke dunia tulisan itu.
Aliran Kanonikal
Figur utama aliran ini adalah Brevard S. Childs dan James A. Sanders. Alkitab
adalah kanon yang menjadi patokan iman komunitas Kristen. Alkitab yang baku ditafsir
dan diterapkan dalam konteks yang terus berubah.
10. Beberapa Macam Analisis yang Selama ini Dipkai Secara Luas
Analisis Salinan Kuno (Textual Criticism)
Analisis ini bertujuan mencari salinan kuno Alkitab yang paling tepat atau yang
paling dekat dengan naskah asli. Analisis ini maju pesat pada abad ke-20. Sarjana yang
mahir dengan Analisis Salinan Kuno PL adalah D.Ap.Thomas, F.M.Cross, Samuel Rolles
Driver, R.W.Klein, dan Ernst Wurthwein. Sedangkan yang mahir dengan Analisis
Salinan Kuno PB adalah E.C.Colwell, K.W.Clark, B.M.Metzeger, Kurt Aland dan J.
Neville Birdsall.
Analisis Sumber (Source Criticism)
Analisis Sumber menganalisis ciri khas sebuah kitab, atau sebagian kitab, untuk
beroleh informasi mengenai penulis kitab, tanggal penulisan, serta lingkungan dan
keadaan sekitar kitab tersebut. Sarjana yang menerapkan ini pada PL adalah
J.Wellhausen, H.H.Rowley, H.F.Hahn, K.Koch, Roland de Vaux, dan M.Noth ; yang
menerapkan pada PB adalah B.Gerhardson, H.G.Jameson, Austin Farrer, Burnett Hillman
Streeter, W.C.Allen, B.Christopher Butler, Thomas Walter Manson, dan Matthew Blak.
Analisis Tata Bahasa
Analisis ini bertujuan agar para penafsir memahami Bahasa-bahasa yang dipakai
penulis Alkitab.
Analisis Latar Belakang
Perbedaan antara zaman modern dengan zaman penulis Alkitab ini yang harus
diperhatkan. Perbedaan ini terlihat dari kehidupan agama, politik, ekonomi, hukum,
sosial, budaya, kebiasaan, geografis, pekerjaan, pakaian dan lainnya.
Analisis Kesuastraan (Literary Criticism)
Analisis Kesuastraan memaca sebuah kitab atau sebagian kitab sebagai unit yang
utuh, dan menyelidiki struktur, gaya, modus, tema, konteks, jalan pikiran, retorik, dan
funsi kitab tersebut.
Analisis Tradisi (tradition Criticism)
Analisis ini menyelidiki tahapan pertumnuhan tradisi biblikal dari awal hingga
bentuk akhirnya. Sarjana yang menerapkan analisis ini pada PL adalah Sigmund
Mowinckel, Klaus Koch, Ivan Engnell, Harold W.Rast, Dan D.Knight sedangkan pada PB
adalah R.S.Barbour, David R.Catchpole, O.Cullmann, B.Gerhardson, Herbert F.hahn, dan
M.D.Hooker.
Analisis Ragam Sastra (Form Criticism)
Analisis ragam sastra bertujuan menyelidiki ragam sastra, isi dan fungsi unit-unit
yang ada di Alkitab. Analisis penafsiran Pl adalah H.Gunkel, J.H.Hayes, dan G.M Tucker
sedangkan pada PB adalah R.Bultmann, M.Dibelius, T.W.Manson, C.H.Dodd, J.
Jeremias, dan E. Käsemann.
Analisis Redaksi (Redaction Criticism)

Analisis redaksi menaruh perhatian pada motivasi dan tujuan penulis kitab, yang
ditunjukkan melalui apa yang dia lakukan ketika mengumpul, mengatur, dan mengubah
unit tradisi.

Anda mungkin juga menyukai