Anda di halaman 1dari 7

2 Petrus 3:8-15 (Minggu, 7 Desember 2014)

MENANTIKAN DAN MEMPERCEPAT KEDATANGAN HARI TUHAN

Hari kedatangan Tuhan merupakan hari yang misteri, tidak ada yang mengetahuinya. Namun,
hari Tuhan dipahami sebagai hari yang bersangkut paut dengan kehidupan dunia. Artinya,
sebelum hari Tuhan sungguh-sungguh nyata, maka setiap insan akan mempertanggungjawabkan
seluruh kehidupannya. Jika ia beriman (hidup benar), maka ia akan menikmati hari Tuhan yang
kekal itu dalam penuh sukacita. Namun, jika ia tidak beriman, maka ia mengalami penderitaan
yang kekal pula.

Petrus mengutip ucapan Yesus tentang waktu hari Tuhan, seperti pencuri (Mat. 24 :42-43).
Perkataan Tuhan Yesus ini memang cukup mendapat perhatian pada gereja mula-mula, dimana
orang-orang percaya sangat menantikannya. Mereka sangat menantikan hari Tuhan itu karena
beratnya derita yang harus mereka alami dalam mengikut Kristus.
Bagi Tuhan, satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari. Artinya,
bagi Tuhan ; waktu bukan diukur dari perputaran matahari, seperti penghitungan manusia.
Tetapi hari Tuhan itu pasti datang. Manusia tidak perlu menghitung kapan datangnya hari Tuhan
itu, tetapi biarlah setiap orang hidup dengan berjaga-jaga. Manusia senantiasa hidup menuruti
firman Tuhan, bukan mengikuti hawa nafsu dunia.
Pada hari kedatangan Tuhan digambarkan ada langit dan bumi baru. Ada dua pemahaman
tentang langit dan bumi baru ini. (a) Hancurnya segala perbuatan manusia, terutama segala
sesuatu yang Tuhan tidak kehendaki. Semua unsur-unsur dunia, yaitu segala tingkah laku
manusa yang tidak dikehendaki Tuhan, dan juga segala yang diperbuat manusia (bangunan dan
hal jasmani lainnya) akan dihancurkan. Sementara, segala yang Tuhan ciptakan akan tetap
terpelihara. Tuhan tidak akan menghancurkan apa yang diperbuat olehNya sendiri. (b) Segala
sesuatu, baik yang diciptakan Tuhan (Kejadian 1) maupun segala yang dibangun manusia
(jasmani) akan lenyap. Lalu ada sebuah tempat (langit dan bumi) baru.
Kedua gambaran tentang hari Tuhan itu tidak perlu mengguncangkan iman orang percaya, sebab
harapan utama dari kedatangan Tuhan adalah suasana ; dari suasana hati penuh derita karena
kejahatan menjadi kebenaran. Suasana hati mereka begitu mencekam ; mengalami tekanan dan
ancaman karena mengikut Kristus. Mereka ingin segera datangnya hari Tuhan, supaya
penderitaan mereka berakhir. Karena itu, yang utama dalam hari Tuhan itu adalah suasana hati
yang dipenuhi damai, sebagaimana disebutkan (Yesaya 65:17) : ‘Sebab sesungguhnya, Aku
menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi,
dan tidak akan timbul lagi dalam hati’. Seluruhnya umat manusia hidup dalam kebenaran dan
perdamaian. Itu pula sebabnya umat Tuhan sangat menantikan hari Tuhan itu sedapat mungkin
dapat mempercepat kedatangannya.
Sesungguhnya, Tuhan tak menghendaki seorangpun dari manusia jatuh ke dalam penghukuman
pada kedatanganNya. Itu pula sebabnya, Tuhan tidak segera datang menghakimi manusia tetapi
memberi waktu bagi umat manusia untuk berbalik dan bertobat. Di sinilah peran orang-orang
percaya untuk mempercepat kedatangan Tuhan. Orang-orang percaya perlu mewartakan
kebenaran bagi semua umat manusia, menggunakan waktu bekerja dengan tekun dan
melakukan kebaikan-kebaikan. Itulah peran orang-orang percaya untuk mempercepat
kedatangan hari Tuhan, sehingga Tuhan bukan hanya mendapati umatNya tak bercacat dan tak
bernoda, tetapi semua manusia hidup dalam kebenaran. Dengan demikian, kedatangan Tuhan
bukanlah penghukuman melainkan perdamaian. Perdamaian berarti : isi hati yang memiliki
hubungan yang benar dengan Tuhan. Karena itu, dalam penantian ini Hiduplah dengan benar,
sehingga kapanpun kedatangan Tuhan, kita telah siap.

Dunia adalah sebuah tempat sementara bagi manusia untuk menjalani proses dalam menyambut
hari kedatangan Tuhan dan menikmati hidup kekal. Sadar atau tidak, manusia terlalu fokus pada
dunia sementara ini. Dunia ini seolah-olah kehidupan kekal. Manusia menumpahkan seluruh
hidupnya ; tenaga, pikiran, dan rohnya untuk menghiasi dirinya dengan asesoris dunia ini.
Padahal, semua itu tak menentukan dirinya pada hari kedatangan Tuhan. Pada kedatangan
Tuhan seluruh nilai-nilai dunia dihancurkan. Satu hal yang perlu kita persiapkan saat kedatangan
Tuhan adalah agar kita hidup dalam kebenaran.
Firman Tuhan hari ini memberikan harapan baru bagi kita akan adanya langit dan bumi yang
baru. Kita jangan putus asa dan jangan pernah mengatakan, bahwa ‘hidup ini begitu-begitu
saja’, tetapi hidup selalu mengalami perubahan. Puncak dari perubahan itu adalah datangnya
hari Tuhan. Hari Tuhan adalah, dimana manusia sudah hidup dalam kebenaran, sehingga tidak
ada lagi yang mencekam tetapi seluruhnya mengalami kedamaian. Itulah yang disebut langit dan
bumi baru.
Manusia mempunyai peran dalam hari Tuhan itu, yaitu menantikan dan mempercepat.
Menantikan dan mempercepat kedatangan hari Tuhan bukan berarti berdiam diri tetapi
menjalani hidup aktif dengan menyatakan kebenaran dalam segala lapangan hidup yang kita
jalani. Hari Tuhan bukan soal kapan dan dimana, melainkan soal keadaan, dimana segala sesuatu
penuh kebenaran. Untuk mencapai kebenaran inilah, manusia mempunyai peran. Manusia
mempergunakan segala waktu yang dimiliki untuk mewujudkan kebenaran. Itu sebabnya firman
Tuhan (Efesus 5 : 16) mengatakan : “pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah
jahat.” Di tengah-tengah dunia yang makin jahat ini, orang-orang percaya perlu membangun
hubungan yang benar dengan Tuhan. Orang-orang yang demikianlah dapat menikmati hidup
damai dalam dunia ini maupun kedamaian saat kedatangan Tuhan. Kedatangan hari Tuhan
adalah dimana ada suasana kehidupan yang penuh kebenaran dan kedamaian. Suasana itu tidak
datang dan hadir begitu saja tetapi menjadi tugas setiap orang percaya melalui tindakan dan
perilakunya. Natal yang akan kita rayakan hendaknya mengingatkan kita kembali supaya seluruh
perilaku kita selalu dalam kebenaran dan membawa kedamaian. AMIN

II Petrus 3 : 8 – 16
Setiap kali kita memasuki minggu-minggu advent, kita selalu diingatkan akan
kedatangan Yesus yang kedua kali. Suatu pengharapan mulia yang dinantikan semua
orang percaya. Hanya kapan hal itu digenapi.? Tidak seorangpun yang tahu. Dalam
surat 2 Petrus 3:8-16 kita menemukan pengajaran-pengajaran penting berkait dengan
kedatanganNya kembali, yakni:
I. Pasti, tapi waktunya tidak diketahui, ay 9-10a
Di sinilah muncul pendapat atau pengajaran yang sebenarnya bersifat spekulatif dan
juga menyesatkan, misalnya seperti yang dinyatakan para guru palsu dengan ajarannya
yang meragukan/menyangkali akan janji kedatangan Kristus yang kedua kali (lih 2
Petrus 3: 3,4). Atau yang lainnya, mereka tidak meragukan akan kedatanganNya
kembali, tetapi dengan berani mengklaim tentang waktu yang pasti dari kedatangan
Yesus kedua kali. Semua ini tentu saja keliru, salah!
Dari zaman ke zaman pengajaran yang spekulatif dan menyesatkan terus bermunculan,
maka kita sebagai orang percaya hendaknya waspada dengan semua itu agar jangan
ikut disesatkan dan menyesatkan. Dan tetap memegang teguh kebenaran firman Tuhan
bahwa Kristus pasti datang kembali, hanya waktu kedatanganNya saja yang tidak
diketahui. 2 Petrus 3:10a bnd Markus 13:32-33
II. Pasti, namun kesempatan untuk bertobat jadi prioritas, ayat 8-9, 15
Mengapa Allah memberi kesan seolah-olah Ia “menunda” atau “lalai” menepati janji
tentang kedatangan Kristus yang kedua kali? Petrus memberikan 2 hal sebagai
jawabannya :
1. bahwa Allah tidak dibatasi atau dikejar-kejar oleh waktu, artinya Allah bebas dan
berdaulat untuk menyatakan dan mewujudkan rencanaNya yang kekal.
Bagi Allah, Dia dapat menyelesaikan dalam 1 hari apa yang menurut perkiraan kita
memerlukan 1000 tahun. Sebaliknya, Dia bisa mengambil waktu 1000 tahun untuk
melakukan sesuatu yang kita ingin agar dilakukan dalam 1 hari.
2. agar semua orang berbalik (yun – choresai, ing: to come) dan bertobat (yun –
metanoian, ing: to repentance) maksudnya adalah kedatangan Kristus kedua kali baru
terlaksana terkait dengan pemberitaan Injil sampai ke seluruh dunia (Matius 24:14).
Jadi Allah ingin agar setiap orang berkesempatan mendengarkan Injil, datang percaya
serta bertobat dan menerimaNya, juga taat kepadaNya sebagai Tuhan dan Juru
Selamat karena Ia tidak ingin seorangpun binasa (bnd I Tim 2:4). Ini tidak berarti bahwa
semua orang akan selamat, yang menolak Injil dan kasih karunia Allah tetap akan
binasa.
III. Pasti, lalu sikap hidup seperti apa yang harus ditunjukkan.? ay 11-14
Karena kedatangan Kristus yang kedua kali adalah pasti, dan bahwa Allah juga akan
segera membinasakan dunia ini dan menghakimi setiap orang, maka kita diingatkan
agar jangan mengikat diri kepada dunia ini dan segala yang ada di dalamnya. Semua
nilai dan tujuan hidup kita harus berpusat pada maksud dan rencana Allah bagi kita,
termasuk pengharapan akan kehadiran langit dan bumi yang baru.
Lalu sikap hidup seperti apa yang seharusnya ditunjukkan oleh setiap orang percaya
yang menantikan kedatanganNya kembali.?
1. Harus sungguh-sungguh hidup dalam kekudusan, ay 11b, 14 Kata ini menunjukkan bahwa
a.hidup kudus yang dimaksud adalah hidup berdasarkan adanya relasi yang intim dengan
Allah yang kudus yang menuntut kehidupan yang kudus pula atas diri anak-anakNya,
Dengan begitu, jelas bahwa hidup kudus adalah hidup yang senantiasa menunjukkan
kehidupan yang tak bernoda dan tak bercacat di hadapanNya serta hidup yang
senantiasa menjaga .hubungan yang benar (damai) denganNya
b. hidup yang menunjukkan kesetiaan kita kepada Allah yang kita imani.
2. Harus hidup dalam kesalehan (ay 11b) artinya hidup yang mengungkapkan penyerahan diri
yang penuh hormat dan setia terhadap seluruh kehendak Allah, sebagaimana yang
ditunjukkan oleh Yesus sendiri.
3. Menantikan dan mempercepat kedatanganNya artinya kita ikut berpartisipasi dalam hal
kedatanganNya kembali, yakni dengan tidak sekedar menunggu, tetapi:
a. tetap aktif melaksanakan tugas panggilan Allah bagi kita, termasuk dalam hal pengabaran
injil sampai ke seluruh dunia, selama masih ada kesempatan.bnd Mat 24:14 bnd Yoh 9:4
b. tetap berdoa dan menyerukan pengharapan kita akan kedatanganNya kembali dengan
berkata: ”Maranatha, datanglah , Tuhan Yesus.” bnd Mat 6:10; Why 22:20.
Kiranya kita semua tetap bertekun dan sabar serta berjaga-jaga dengan menunjukkan
sikap hidup yang seharusnya dalam menantikan Kristus yang pasti datang untuk kedua
kalinya.
Pdt. Widianto Yong

Sebagai orang Kristen kita mengenal akan datangnya hari penghakiman, meskipun kita tidak
begitu senang memikirkan hal itu. Yang mengejutkan bagi para pembaca Kitab 2 Petrus 3:12
adalah bahwa datangnya hari penghakiman itu seolah-olah dapat dipercepat. Benarkah perilaku
orang Knsten dapat mempercepat (atau menangguhkan) hari Tuhan? Dengan cara apakah
mereka dapat melakukannya? Dan apa makna hal itu terhadap pandangan mengenai
kedaulatan Allah? Bukankah Dia yang menentukan "waktu dan saatnva", terlepas dari pribadi
dan perilaku kita?

Seluruh Kitab 2Petrus 3 mernbahas mengenai kedatangan Kristus. Ada dua istilah yang
digunakan: "kedatangan Kristus" (kadang-kadang tidak diterjemahkan dan tetap
disebut "parousia" ayat 4) dan "hari Tuhan" (ayat 10). Yang dimaksudkan di sini bukanlah "hari
Tuhan" dalam pengertian yang biasa. Kata "hari Allah" juga muncul dalam Kitab Wahyu 16:14.
Barangkali kata itu muncul pada ayat tersebut karena istilah "hari Tuhan" muncul tiga kali pada
ayat sebelumnya, sedangkan gaya bahasa yang baik memerlukan perubahan dalam
terminologi[1].

"Hari Allah" itu akan ditandai dengan hancurnya "langit" oleh api dan mencairnya "unsur-unsur
langit" Kita tidak diberitahu secara pasti bagaimana mekanisme proses itu, tetapi hal tersebut
jelas disebabkan oleh "hari Allah" dan bukan merupakan bencana alam atau sesuatu yang
disebabka. oleh kecerobohan manusia. Allan akan mengangkat langit dan bumi yang lama-
demikian tertulis dalam Wahyu 21:1 - dan mempersiapkan jalan untuk langit dan bumi yang
baru (hal ini disebutkan dalam 2Petrus 3:13). Petrus menyebutkan peristiwa ini bukan untuk
menakut-nakuti orang Kristen, melainkan untuk mengingatkan mereka bahwa segala sesuatu
yang mereka perbuat atau bangun di atas bumi ini hanya bersifat sementara. Hanya hidup
dalam ketaatan sepenuhnya kepada Allah akan memberikan hidup kekal, dan "hari Allah"
merupakan saat mereka menerima ganjaran tersebut.

Orang Kristen harus "menanti-nantikan" atau "mengamati" hari itu dengan penuh pengharapan.
Ini berarti terus rnengingatnya, dan hidup untuk hari itu. Bagi para penulis Perianjian Baru,
eskatologi menentukan etika. Dengan kata lain, keyakinan seseorang mengenai kedatangan
Kristus kembali akan menentukan cara hidupnya. Jika manusia memiliki pengharapan yang
hidup seperti dikehendaki oleh Petrus, maka mereka akan menjalani kehidupan yang kudus
apapun konsekuensinya. Mereka sangat mengharapkan pahala sehingga kerugian untuk
sementara waktu tidak akan menjadi masalah.

Meskipun demikian orang Kristen juga harus "mempercepat" kedatangan hari itu. Yesus scndiri
memberitahu para pengikut-Nya untuk berdoa bagi kedatangan hari itu. Doa Bapa Kami berisi
kalimat "Datanglah Kerajaan-Mu." Lebih lanjut gereja berdoa "Maranatha" (1 Korintus 16:22),
yang dalam Wahyu 22:20 diterjemahkan, "Datanglah, Tuhan Ycsus." Tetapi Petrus barangkali
menyebutkan sesuatu yang lebih dari sekadar doa. Ada keyakinan Yahudi yang kuat
berdasarkan Yesaya 60:22 bahwa kedatangan Mesias akan ditangguhkan oleh dosa manusia,
sedangkan pertobatan akan mempercepat kedatangan itu (dalam Kitab Septuaginta digunakan
kata yang sama dengan "mernpercepat" yang digunakan di sini ). Petrus tampaknya
sependapat dengan hal ini. Dalam seluruh suratnya ia berbicara tentang kekudusan. Pada ayat
sebelumnya ia menasihatkan manusia untuk menjalani "kehidupan yang kudus dan saleh" dan
pada dua ayat selanjutnya ia menutup surat itu dengan, "Betapa suci dan salehnya kamu harus
hidup." Itulah sebabnya dikatakan bahwa kekudusan orang Kristen bukan saja mengungkapkan
pengharapan mereka akan hari Allah, melainkan juga mempercepat kedatangan-Nya.

Jika perilaku orang Kristen sangat mempengaruhi waktu kedatangan Kristus, apa artinya hal
tersebut bagi kedaulatan Allah? Petrus menjelaskan hal ini. Dalam 2Petrus 3:8-9 ia menyatakan
bahwa Allah itu panjang sabar: waktu tidak menjadi masalah bagi-Nya. Yang menjadi masalah
adalah Dia tidak ingin "seorang pun binasa, melainkan supaya sernua orang berbalik dan
bertobat." Yang menjadi perhatian khusus dari Kitab 2Petrus tersebut adalah masyarakat
Kristen yang telah tercemar oleh dosa. Allah rnemiliki kedaulatan dan Dia telah memutuskan
untuk membuat sebanyak mungkin orang bertobat dan hidup dalarn ketaatan (Petrus tidak
menjelaskan faktor-faktor apa yang akan membuat Allah berhenti berusaha). Allah telah
memutuskan untuk mempertimbangkan perilaku manusia dalam menentukan waktu
kedatangan Kristus. Bagi orang Kristen hal tersebut berarti jika mereka sungguh-sungguh
mengharapkan datangnya Kerajaan Allah, mereka harus segera bertobat dan menjalani hid up
kudus sehingga mereka dapat bekerja sama dengan Allah dalam mempersiapkan akhir dunia
ini.

Petrus telah membuat kita tercengang. Di satu pihak, bayangan kita akan bumi yang dilahap
oleh bola api bersama seluruh hasil karya dan budayanya mengguncangkan jiwa karena kita
merupakan bagian dari zaman ini. Di pihak lain, pandangan bahwa hid up yang kudus dapat
mempercepat kedatangan Kristus dan dengan demikian mempengaruhi seluruh alam semesta
membangkitkan perasaan bahwa kita memiliki hak istimewa yang menakjubkan. Petrus
berharap bahwa secara bersarna-sama kedua pandangan di atas akan mendorong orang
Kristen untuk menanti-nantikan kedatangan Kristus dan menjalani kehidupan kudus yang
sesungguhnya akan mempercepat kedatangan hari Allah, karena itulah kehendak Allah yang
kudus dan berdaulat.

Catatan :
[1] Hal ini juga terlihat dalam penggunaan kata "Allah" dan "Tuhan" dalam 2Petrus 3. Ayat 3-7
menggunakan kata "Allah," sedangkan ayat 8-10 menggunakan kata "Tuhan." Ayat 11-13
menggunakan kata "Allah" dan ayat 14-16 menggunakan kata "Tuhan." Tampaknya kedua
istilah yang sinonim ini sengaja digunakan secara bergantian.

2 Petrus 3:8-15, Markus 1:1-8


Sudah tidak terasa kita memasuki minggu Adven kedua. Kalau kita boleh jujur,
kita seringkali memandang minggu Adven hanya pertanda bahwa Natal sudah
dekat. Dengan begitu, masa liburan dari pekerjaan dan anak sekolah pun juga
sudah mendekat. Itu berarti sudah saatnya pula merencanakan liburan ke mana
tahun ini. Minggu Adven juga merupakan masa bagi panitia Natal bersiap-siap
untuk sibuk menyambut perayaan Natal. Padahal, Adven bukan hanya sekadar
pertanda pesta perayaan Natal yang hingar bingar, apalagi memikirkan untuk
liburan. Adven merupakan masa kita mengenang kedatangan Yesus Kristus
datang ke dunia dalam wujud bayi mungil, tetapi juga masa penantian akan
kedatangan-Nya yang kedua kali ke dalam dunia kelak.
Adven bagi kita merupakan masa untuk mengingat dan bersiap sedia
menyongsong kedatangan Yesus yang akan datang. Lawan dari sikap bersiap-
siap adalah sikap menunda-nunda. Banyak orang menunda pekerjaan, menunda
untuk berobat, menunda saat untuk melayani, menunda untuk dibaptis/sidi,
bahkan menunda untuk bertobat. Dibalik sikap menunda ada keyakinan bahwa
kita memiliki waktu yang tidak terbatas. Seakan-akan kitalah yang mempunyai
kehidupan. Kita yang mempunyai waktu. Kita berpikir masih banyak kesempatan.
Padahal umur dan kesempatan yang Tuhan berikan pada manusia terbatas dan
bisa habis sebelum kita sadari. Tuhan begitu bersabar kepada kita, menunggu
kita melakukan pertobatan dan pembaruan diri agar kita semua diselamatkan (2
Petrus 3:9).

Ketika Yohanes Pembaptis muncul, ia berseru-seru: “Bertobatlah dan berilah


dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu” (Markus 1:4). Menariknya,
orang-orang yang pada saat itu mendengar langsung memberikan diri dibaptis
oleh Yohanes, baik orang dari Yudea maupun Yerusalem. Hal itu tidak akan
terjadi jikalau mereka tidak mau mendengarkan seruan itu, tetapi justru mereka
mau mendengarkannya sehingga ada dorongan untuk percaya dan memberi diri
dibaptis. Ini merupakan respon yang harus kita contoh dalam kehidupan kita.
Ketika Tuhan berseru, berbicara, menyatakan firman, maka kita mesti memberi
diri mendengar, bukan menutup diri atau mengabaikannya. Kita perlu memiliki
hati yang peka untuk bisa tanggap terhadap sapaan, teguran, dan panggilan
Tuhan. Kepekaan hati lantas perlu diwujudnyatakan dalam bentuk memperbarui
diri tanpa menunda-nunda. Oleh karena itu, marilah kita sambut minggu Adven
kedua ini dengan mengisi hidup kita dengan penuh kewaspadaan dan
mempersiapkan diri dengan pembaruan hidup dalam menyambut kedatangan-
Nya yang kedua kali. (DI)

Suatu hari saya duduk bersama para penumpang lainnya dalam bus
yang membawa kami ke ruang tunggu penerbangan selanjutnya.
Tiba-tiba pengemudi bus mendapat perintah untuk berhenti sejenak.
Karena waktu terbang sudah mepet, seorang penumpang tidak bisa
menerima penundaan itu dan kehilangan kesabaran. Ia memarahi si
pengemudi, memaksanya untuk mengabaikan perintah, bahkan
mengancam akan menuntutnya. Tak lama kemudian, seorang petugas
dari maskapai sambil berlari datang membawa sebuah koper. Dengan
memandangi penumpang yang marah itu, si petugas menyodorkan
koper yang dibawanya dan berkata, “Koper Anda ketinggalan. Saya
dengar Anda akan menghadiri pertemuan penting, jadi saya pikir
Anda pasti membutuhkan koper ini.”

Terkadang saya juga bersikap tidak sabar terhadap Tuhan, terutama


soal kedatangan-Nya kembali. Saya pikir, Apa lagi yang Dia
tunggu? Segala tragedi yang terjadi di sekitar kita, penderitaan yang
dialami orang-orang yang kita kasihi, bahkan tekanan yang kita alami
sendiri setiap hari rasanya terlalu besar untuk kita tanggung.

Namun, saya tersadar ketika mendengar seseorang bercerita bahwa ia


baru mengenal Yesus, atau saya melihat bagaimana Allah bekerja di
tengah segala kekacauan yang ada. Saya diingatkan pada peristiwa
dalam bus tadi. Allah tahu banyak kisah dan detail yang tidak saya
ketahui. Saya diingatkan untuk tetap mempercayai-Nya dan
mengingat bahwa semua itu bukanlah demi kepentingan saya,
melainkan demi rencana Allah yang memberikan waktu bagi orang-
orang untuk bertobat dan mengenal Anak-Nya (2Ptr. 3:9).

Anda mungkin juga menyukai