Habakuk adalah seorang nabi. Pergumulan besar bagi Habakuk adalah : mengapa
Allah membiarkan orang-orang jahat menindas orang baik ? Pengalaman umat Tuhan
tercatat, bahwa mereka pernah mengalami penindasan dari Asyur dan Babel, bahkan
mereka mengalami penderitaan yang teramat menyakitkan. Mereka harus membayar
upeti kepada Babel. Itu menjadi kewajiban bagi umat Tuhan. Ketika mereka tidak
melakukan kewajiban itu, raja Nebukadnezar marah dan melakukan pengepungan
Yerusalem.
Nabi Habakuk melihat ini sebagai ketidakadilan. Habakuk menyadari bahwa tidaklah
ada kekuatan untuk menghadapi yang besar itu. Habakuk hanya dapat mengeluh dan
bertanya kepada Tuhan : Mengapa Allah membiarkan orang jahat menindas umatNya
(Habakuk 1: 2-4). Tuhan menjawab : orang benar akan hidup oleh iman dan orang
fasik akan tetap ada (Habakuk 2:1-5).
Melalui nas ini, Habakuk mengungkapkan bahwa pembebasan umat Tuhan tidak
terlepas dari kuasa Tuhan. Ketika mereka diserang oleh musuh, yang terjadi justru
mereka yang saling memanah. Anak panahnya menghantam laskarnya sendiri….
maups
Kejadian laut menjadi tanah kering ini merupakan sebuah peristiwa sejarah begitu
luar biasa, yang tidak mungkin dapat dilakukan manusia. Tetapi peristiwa itu terjadi
karena kuat kuasa Allah. Inilah peristiwa iman yang tak terlupakan umat Allah.
Mendengar perbuatan Tuhan itu, Habakuk gemetar, bibirnya menggigil, dan tulang-
tulangnya seakan-akan kemasukan sengal (nyeri). Artinya, Habakuk merasakan
kengerian.
Derita manusia bukan saja datang dari musuh, tetapi bisa juga datang ketika ‘yang
diharapkan’ tidak menyertai. Kita bisa saja telah bekerja keras tetapi tidak
menghasilkan yang kita harapkan. Lihat, itu juga yang dikumandangkan nabi
Habakuk (17-18) : ‘Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak
berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak
menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak
ada lembu sapi dalam kandang,namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN,
beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.
Itulah sikap orang yang beriman. Sekalipun jerih payahnya mengecewakan, tetapi
nabi Habakuk tetap bersukacita. Beda dengan kita, kita tidak bekerja keras tetapi
kita sering sungut-sungut. Bagi Habakuk, tujuan orang beriman bukan dunia ini
tetapi keselamatan. Bagi nabi Habakuk, dunia hanyalah perlintasan yang disertai
oleh pergumulan, tantangan, dan derita. Tetapi orang yang beriman dimampukan
menghadapi semua itu, sebab Tuhan yang memberi kekuatan.
Beriman, berarti terus melakukan kehendak Tuhan (bekerja, berbuat baik), dan
menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan. AMIN