Anda di halaman 1dari 2

Habakuk 3:14-19 TUHAN KEKUATAN

TUHAN KEKUATAN DI TENGAH PERGUMULAN

Habakuk adalah seorang nabi. Pergumulan besar bagi Habakuk adalah : mengapa
Allah membiarkan orang-orang jahat menindas orang baik ? Pengalaman umat Tuhan
tercatat, bahwa mereka pernah mengalami penindasan dari Asyur dan Babel, bahkan
mereka mengalami penderitaan yang teramat menyakitkan. Mereka harus membayar
upeti kepada Babel. Itu menjadi kewajiban bagi umat Tuhan. Ketika mereka tidak
melakukan kewajiban itu, raja Nebukadnezar marah dan melakukan pengepungan
Yerusalem.

Nabi Habakuk melihat ini sebagai ketidakadilan. Habakuk menyadari bahwa tidaklah
ada kekuatan untuk menghadapi yang besar itu. Habakuk hanya dapat mengeluh dan
bertanya kepada Tuhan : Mengapa Allah membiarkan orang jahat menindas umatNya
(Habakuk 1: 2-4). Tuhan menjawab : orang benar akan hidup oleh iman dan orang
fasik akan tetap ada (Habakuk 2:1-5).

Melalui nas ini, Habakuk mengungkapkan bahwa pembebasan umat Tuhan tidak
terlepas dari kuasa Tuhan. Ketika mereka diserang oleh musuh, yang terjadi justru
mereka yang saling memanah. Anak panahnya menghantam laskarnya sendiri….
maups

Habakuk mengingatkan satu pekerjaan Allah yang maha dahsyat, membebaskan


umatNya dari perbudakan. Ketika musuh mengejar, umat Tuhan terhalang oleh laut.
Sementara musuh yang terus mengejar makin mendekat. Tiba-tiba di luar logika
manusia, Allah mengubah laut menjadi tanah kering. Umat Allah dapat menyeberangi
laut, yang telah menjadi kering itu.

Kejadian laut menjadi tanah kering ini merupakan sebuah peristiwa sejarah begitu
luar biasa, yang tidak mungkin dapat dilakukan manusia. Tetapi peristiwa itu terjadi
karena kuat kuasa Allah. Inilah peristiwa iman yang tak terlupakan umat Allah.

Mendengar perbuatan Tuhan itu, Habakuk gemetar, bibirnya menggigil, dan tulang-
tulangnya seakan-akan kemasukan sengal (nyeri). Artinya, Habakuk merasakan
kengerian.

Perbuatan Tuhan itu menumbuhkan keyakinan pada Habakuk, bahwa segala


sesuatunya berada dalam kekuatan Tuhan. Kuasa Tuhan tidak terselami oleh
manusia. Oleh sebab itu, jika manusia ingin menikmati hidup, ia hanya dibenarkan
karena iman. ORANG BENAR AKAN HIDUP OLEH IMAN.

Orang beriman bukan berarti tidak menghadapi tantangan, pergumulan, atau


penderitaan. Bahkan manusia akan terus berada dalam derita selama di dunia ini.
Namun, manusia tidak berdaya menghadapi semua itu dengan kekuatannya sendiri.

Derita manusia bukan saja datang dari musuh, tetapi bisa juga datang ketika ‘yang
diharapkan’ tidak menyertai. Kita bisa saja telah bekerja keras tetapi tidak
menghasilkan yang kita harapkan. Lihat, itu juga yang dikumandangkan nabi
Habakuk (17-18) : ‘Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak
berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak
menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak
ada lembu sapi dalam kandang,namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN,
beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.
Itulah sikap orang yang beriman. Sekalipun jerih payahnya mengecewakan, tetapi
nabi Habakuk tetap bersukacita. Beda dengan kita, kita tidak bekerja keras tetapi
kita sering sungut-sungut. Bagi Habakuk, tujuan orang beriman bukan dunia ini
tetapi keselamatan. Bagi nabi Habakuk, dunia hanyalah perlintasan yang disertai
oleh pergumulan, tantangan, dan derita. Tetapi orang yang beriman dimampukan
menghadapi semua itu, sebab Tuhan yang memberi kekuatan.

Allah menjadikan manusia agar manusia mengenal penciptaNya. Mengenal berarti


bergaul karib dan bersahabat denganNya, mengetahui kehendakNya,
dan menjadikanNya dalam hidupnya.

Sebagai orang-orang percaya, masing-masing kita tentunya memiliki (banyak)


pengalaman iman, dimana kita pernah mengalami peristiwa-peristiwa yang luar
biasa. Apa yang kita nyatakan dengan peristiwa luar biasa itu ? Bukankah itu
membuktikan ada kekuatan di luar diri kita ? Apakah kekuatan itu kita aminkan
sebagai perbuatan Allah atas diri kita ?

Dengan pengalaman iman, kita patut bersorak-sorai, memuliakan Tuhan dan


menyatakan apa yang telah Tuhan perbuat bagi diri kita. Bagaimanakah kita
mengungkapkan sorak-sorai kita pada Allah ? Banyak hal yang dapat kita lakukan
atas perbuatan Allah yang kita rasakan ; tidak selalu bersungut-sungut, menjalani
hidup dengan penuh rasa syukur dan semangat.

Beriman, berarti terus melakukan kehendak Tuhan (bekerja, berbuat baik), dan
menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan. AMIN

Anda mungkin juga menyukai