Anda di halaman 1dari 10

No. 12.

Jelaskan model-model Gereja yang dengannya digambarkan kodrat Misteri


(ilahi-manusiawi) Gereja Kristus dalam Kitab Suci dan Tradisi, dan sifat serta ciri-ciri
hakiki dari Gereja…?
Jelaskan gambaran (model-model) untuk mengungkapkan Gereja Kristus di dalam Kitab Suci
dan Tradisi. Terangkan sifat dan ciri-ciri essensial Gereja tersebut…?
Kerangkan jawaban
1. Model-model Gereja dalam Kitab Suci
1.1. Model-model Gereja yang agak kecil
1.2. Model-model Gereja yang agak besar
A. Gereja adalah umat Allah
B. Gereja sebagai Tubuh Kristus
• Tubuh yang satu: kesatuan semua jemaat
• Kristus adalah kepala Tubuh
• Gereja adalah mempelai Kristus
C. Gereja sebagai bait Roh Kudus
2. Model-model Gereja menurut Tradisi
2.1. Gereja sebagai masyarakat/ komunitas yang sempurna (societas perfecta)
2.2. Gereja sebagai sakramen
3. Model Gereja yang diterima dalam gerakan Ekumene

Uraian penjelasan
1. Model-model Gereja dalam Kitab Suci

1.1.Model-model Gereja yang agak kecil


a. Gereja sebagai kandang.
Satu-satunya pintu yang harus dilalui untuk masuk ke dalam kandang ialah Yesus
Kristus (Yoh 10:1-10)
b. Gereja disebut juga sebagai kawanan.
Allah yang menggembalakan kawanan domba (Yes 10:11; Yeh 34:11).
Kristus juga akan menggembalakan kawanan domba itu.
Namun, gembala manusiawi akan memimipin kawanan domba tersebut (Yoh 10: 11-
15; 1 Ptr 5:4).
c. Gereja sebagai pertanian atau ladang Allah (1 Kor 3:9).
Di ladang Tuhan, tumbuh pohon zaitun. Akarnya ialah para bapa bangsa.
Di ladang Tuhan akan terlaksana perdamaian Antara bangsa Yahudi dan kaum kafir
(Rm 11:13-26).
Gereja merupakan kebun anggur pilihan yang ditanami oleh petani Surgawi (Mat
21:33-43).
Yesus Kristus hadir sebagai pokok anggur sejati memberikan hidup dan kesuburan
kepada cabang-cabang.
Cabang-cabang ialah umat beriman yang tinggal di dalam Gereja (Yoh 15:1-5).

d. Gereja sebagai bagunan Allah (1 Kor 3:9).


Batu penjurunya ialah Kristus (Mat 21:42; Kis 4:11; 1 Ptr 2:7; Mzm 117:22).
Di atas dasar Kristus, Gereja dibangun oleh para rasul (1 Kor 3:11).
Gereja memperoleh kekuatan dan keutuhan dari pada-Nya.

e. Gereja diberi gelar sebagai Yerusalem Surgawi dan bunda kita (Gal 4:26; why
12:17) dan Gereja dilukiskan sebagai mempelai bagi anak domba yang tak ternoda
(why 19:7; 21:2; 22:17).
Kristus mengasihi Gereja.
Ia menyerahkan diri-Nya bagi Gereja untuk menguduskan Gereja (Ef 5:25-26).
Kristus menggabungkan Gereja dengan diri-Nya dalam perjanjian yang tak terputuskan.
Ia merawati Gereja terus menerus (Ef 5:24).
Kristus juga mempelai Gereja dengan kurnia-kurnia Gerejawi.
Ia memberikan kurnia-kurnia surgawi Gereja, supaya anggota Gereja mampu
memahami cinta Allah dan Kristus terhadap mereka.

1.2.Model-model Gereja yang agak besar

A. Gereja adalah umat Allah

Kata ‘umat Allah’ berasal dari PL.


Aku menjadi Allah mereka dan mereka menjadi umat-Ku (Yer7:23; 24:7; 30:32;
31:1.33; 32:38).

Kata ’umat Allah’ dipakai dalam PB untuk menyebut persekutuan iman kristiani/
Gereja (Kis 15:14; Rm 9:25; 2 Kor 6:16; Tit 2:14).
Makna paling menonjol dalam sebutan umat Allah ialah “Gereja merupakan umat
terpilih dan dikasihi Allah.

Dalam PL, kata umat Allah digunakan khusus bagi bangsa Israel-bangsa Yahudi dan
bangsa kafir tak mungkin bersatu.

Dalam PB, kata umat Allah, Allah bukan lagi milik suatu bangsa secara khusus.
Allah memilih umat-Nya dari berbagai bangsa, ada Yahudi ada kafir menjadi
satu bangsa.

Oleh karena itu, Gereja bersifat majemuk dan universal serta terbuka bagi semua
orang.
Keanggotaan umat Allah bukan melalui kelahiran jasmani melainkan melalui kelahiran
dari atas, dari air dan Roh (Yoh 3:5-6) yang berarti percaya kepada Kristus dan
pembaptisan.

Israel pun tetap menyandang gelar sebagai umat Allah dengan syarat “Percaya kepada
Yesus Kristus” (Rom 9:23).
Umat Allah ini memiliki Yesus sang Kristus (terurapi dan Mesias) sebagai kepala.
Umat Allah mempunyai martabat dan kebebasan Anak-anak Allah.
Di dalam hati umat tersebut, Roh Kudus berdiam.
Hukumnya ialah perintah untuk mencintai seperti Kristus sendiri telah mencintai kita
(Yoh 13:34).

Bagi Gereja, umat Allah menunjukkan sejarah sudah sampai pada puncak dan
tujuannya di dalam Yesus.
Sejarah keselamatan yang dimulai dengan panggilan Abraham,
berjalan terus dan berpuncak pada Yesus Kristus.
Sejarah keselamatan itu bermuara kepada Gereja,
Umat Allah yang dikehendaki oleh Allah, Israel sejati (Gal 6:15; Rm 9:6).
Oleh karena itu,
Gereja bukan saja lanjutan “Umat Allah yang lama, melainkan terutama kepenuhannya,
karena sejarah keselamatan Allah berjalan terus dan Allah memberikan diri-Nya
dengan semakin semprna (bdk. 1 Kor 15:28).

B. Gereja sebagai Tubuh Kristus

 Gambar / model yang lain untuk Gereja ialah Tubuh Kristus.


 Paulus menjelaskan kiasan ini dengan mengatakan, “Tubuh walaupun terdiri dari
banyak anggota, tetapi tetap satu”. Demikian juga dengan Gereja.
 Berkat karya Roh Kudus, Gereja yang terdiri dari banyak anggota merupakan satu
tubuh dalam Kristus (1 Kor 12:12-13).
 Perbandingan Gereja dengan Tubuh ini menyoroti hubungan yang mesra Antara
Gereja dengan Kristus.
 Gereja tidak hanya berkumpul di sekeliling Kristus, tetapi dipersatukan di dalam
Dia, di dalam tubuh-Nya.
 Tubuh yang satu: kesatuan semua jemaat.
 Kristus sebagai kepala tubuh dan Gereja sebagai mempelai Kristus.

• Tubuh yang satu: kesatuan semua jemaat

 Dengan gambaran tubuh, Paulus mengungkapkan kesatuan semua jemaat,


kendati ada aneka karunia dan pelayanan (1 Kor 12:7).
 Gereja itu satu, tetapi banyak anggota (1 Kor 12:14).
 Semua umat beriman merupakan tubuh Kristus dan masing-masing adalah
anggota-Nya (1 Kor 12:27).
 Kepada seluruh anggota Tubuh yang satu, hidup Kristus dicurahkan, yakni
melalui sakramen-sakramen, khususnya pembaptisan, “Sebab dalam satu Roh
kita semua telah dibaptis menjadi satu tubuh” (1 Kor 12:13).
 Kesatuan tubuh tidak menghapus perbedaan Antara anggota-anggota.
 Dalam pembentukkan Tubuh Kristus berlaku perbedaan anggota dan tugas.
 Hanya satu Roh yang membagikan anugerah-Nya yang beraneka ragam (1 Kor
12:1-11).
 Jadi, Gereja sebagai Tubuh Kristus mengungkapkan kesatuan jemaat
dengan Kristus.

• Kristus adalah kepala Tubuh

 Gereja sebagai Tubuh Kristus mengungkapkan kesatuan jemaat dengan Kristus.


 Kristus merupakan kepala Tubuh, yaitu Gereja (Ef 1:22; 4:15; 4:23; 4:16)
 Ia adalah asal ciptaan.
 Ia adalah penebus.
 Ia yang ditinggikan dalam kemuliaan Bapa.
 Dia-lah yang lebih utama dari segala sesuatu (Kol 1:18).
 Ia menyebarluaskan kerajaan-Nya atas segala sesuatu melalui Gereja.
 Ia memenuhi seluruh tubuh dengan kemuliaan-Nya (Ef 1:18-23).
 Sebagai kepala Tubuh, Ia mempersatukan seluruh jemaat.

• Gereja adalah mempelai Kristus.

 Kesatuan Kristus dengan Gereja – kepala dengan anggota tubuh menunjukkan


keduanya berbeda satu dengan yang lain. Namun, mereka dalam hubungan yang
sangat pribadi.
 Tuhan sendiri menyebut diri-Nya sebagai “pengantin pria” (Mrk 2:19).
 Rasul Paulus melukiskan Gereja dan setiap umat beriman, yang adalah anggota
Tubuh Kristus, sebagai seorang mempelai wanita, yang dijadikan sebagai
‘tunangan’ Kristus Tuhan, supaya menjadi satu Roh dengan Dia.
 Gereja adalah pengantin wanita tanpa cacat (kudus) dari anak domba tanpa
cacat, melalui perjanjian abadi.
 Kristus itu sebagai teladan bagai suami yang mengasihi istrinya, sebagai
tubuhnya sendiri (Ef 5:25-28).

C. Gereja sebagai bait Roh Kudus

▪ Rasul Paulus berkata, “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan
bahwa Roh Allah diam di dalam kamu…?” (1 Kor 3:16; lih 1 Kor 6:16).
▪ Paulus mengajak jemaat di Korintus untuk memelihara dan menyadari makna
kesatuan di dalam Gereja.
▪ Kesatuan itu berasal dari Roh Allah.
▪ Gereja merupakan bait Roh Kudus/ kenisah Roh Kudus.
▪ Bait Allah berarti tempat pertemuan dengan Allah.
▪ Menurut PB, tempat pertemuan dengan Allah ialah Kristus (Yoh 2:21; Rom
3:25).
▪ Karena Kristus itu dan di dalam satu Roh, umat beriman beroleh jalan masuk
kepada Bapa (Ef 2:18; lih 3:12).
▪ Di dalam Gereja, setiap orang diajak ambil bagian dalam kehidupan Allah
Tritunggal sendiri.

 Gereja sebagai bait Allah bukanlah statis tetapi hidup dan berkembang.
 Gereja dibangun atas dasar para rasul dan para nabi dengan Kristus Yesus
sebagai batu penjuru.
 Prinsip kehidupan Gereja adalah Roh Allah.
 Roh harus melaksanakan pembangunan seluruh Tubuh dalam cinta melalui
berbagai cara seperti oleh sabda Allah yang mempunyai kekuatan untuk
membangun (Kis 20:32), dalam pembaptisan oleh sakramen-sakramen, juga
oleh aneka ragam kurnia yang berguna demi kepentingan bersama.

2. Model-model Gereja menurut Tradisi

2.1. Gereja sebagai masyarakat/ komunitas yang sempurna (societas perfecta)

 Gambaran Gereja sebagai masyarakat yang sempurna mengambil analogi dari masyarakat
politis.
 Hakikat Gereja yang utama ialah suatu masyarakat histories yang memiliki konstitusi,
hokum, badan kepemimpinan serta anggota yang menerima hukum tersebut.
 Sifatnya yuridis dan institusional.
 Gereja dengan model ini mengklaim diri, “ia memiliki segala ciri yang harus dipenuhi oleh
suatu masyarakat yang benar.
 Kristus yang memberikan kebenaran itu dan memberikan hukum-hukum tersebut kepada
Gereja.
 Hukum Gereja tersebut sudah permanent.

 Ciri essensial Gereja yang sempurna dan benar sebagai berikut.

1. Kesatuan

 Kesatuan dimengerti sebagai “ketaatan semua orang beriman kepada pemimpin


rohani dan wewenang mengajar yang satu dan sama”.
 Kesatuan dihayati sebagai ketaatan kepada kepala Gereja yang kelihatan.
 Ketaatan sejati terarah kepada Paus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik.
 Gereja Katolik identik dengan kesatuan nyata dan sempurna dari semua bangsa di
dunia dengan persatuan yang mempunyai sumber, akar dan asalnya yang sempurna
dalam kemuliaan tertinggi dari St. Petrus, pemimpin para rasul dan penggantinya.
 Model ini menekankan pentingnya hierarki: Paus, Uskup, Imam sebagai pengganti
Kristus dalam melaksanakan tugas-Nya di dunia.
 Sebagai wakil Kristus, anggota hierarki berhak menetapkan peraturan-peraturan baru
yang wajib dilakukan.

2. Katolik

 Gereja yang ‘Katolik’ berarti Gereja yang tersebar di seluruh dunia.


 Gereja Katolik mempunyai iman yang sama.
 Gereja Katolik mempunyai kebaktian yang sama
 Gereja Katolik mempunyai sistem hukum yang sama

3. Kudus
Kekudusan yang dapat dilihat, yaitu kekudusan sarana-sarana yang tidak ada pada
Kristen lainnya.
Maka, ada uraian panjang tentang nilai kurban Misa, tujuh sakramen, kaul-kaul
kebiaraan dan selibat imamat.

4. Apostolik
Warisan apostolik menyangkut ajaran menyangkut ajaran, sakramen dan jabatan
diteruskan dalam institusi.
Apostolisitas dimengerti sebagai penggantian sah para pemimpin.
Elemen formal pewarisan itu ialah persekutuan dengan Paus.

Untuk itu, anggota hierarki harus melaksanakan tugas misioner dengan memperluas
pewartaan kepada yang bukan anggota Gereja Katolik, agar mereka beroleh
keselamatan.

Orang yang dapat menikmati keselamatan ialah


1. Mereka yang sudah menerima sakramen pembaptisan.
2. Mereka mengakui iman yang benar
3. Mereka tidak terpisah dari kesatuan jemaat atau mereka tidak keluar dari
keanggotaan jemaat Katolik karena kesalahan besar.

Orang yang di luar Gereja Katolik tidak mengalami keselamatan.


(Extra nulla salus).
Gereja yang benar adalah Gereja Katolik – Roma.
Karena itu, setiap orang yang ingin menikmati keselamatan Allah harus bergabung
dalam keanggotaan Gereja Katolik – Roma.
Gambar (Model) Gereja sebagai masyarakat yang sempurna kurang diterima dalam gerakan
ekumene dengan alasan sebagai berikut.
1. Gambar/model Gereja ini tidak berdasar pada Kitab Suci,
melainkan pada masyarakat politis.
Kitab Suci merupakan dasar iman dan mempersatukan Gereja.
Kitab Suci sebagai sumber iman dan tindakan Gereja.
Kitab Suci mutlak dihadirkan di dalam Gereja.
Gereja membaca Kitab Suci berarti mereka mendengarkan suara Allah.
2. Gambar Gereja di atas bersifat eksklusif dan kurang terbuka.
Umat beriman mengalami keselamatan dengan masuk ke dalam Gereja Katolik.
Sedangkan
umat beriman di luar Gereja Katolik dianggap tidak menikmati keselamatan Allah.
Model ini memonopoli keselamatan pada kelompok diri sendiri.
Model ini kurang menghargai hal yang baik dilakukan oleh orang lain.

3. Model ini berintikan kekuasaan dan kurang berciri kekudusan.


Peranan kuasa Roh Kudus seolah-olah digantikan oleh kuasa otoritas.
Anugrah dan rahmat Roh Kudus sepertinya diatur oleh pemimpin resmi.
Kuasa otoritas jauh mengatasi hak-hak orang beriman, sehingga terdapat perbedaan
yang sangat tajam di antara mereka.

4. Model ini melihat katolisitas Gereja terutama status sosial.


Pertumbuhan Gereja kurang dihayati sebagai pemberian dari Allah
dan tantangan kehidupan yang bersumber dari Roh,
melainkan usaha-usaha manusiawi dari anggota hierarki.

2.2. Gereja sebagai sakramen

Model Gereja sebagai sakramen berkembang kuat sesudah Kon. Vat. II.
Kon. Vat. II lewat konstitusi Lumen Gentium (LG) mengatakan,
“Gereja merupakan tanda dan alat sakramen keselamatan” (LG. 48).
Konsili mau menjelaskan misteri Gereja sebagai pertemuan Allah dan manusia.
Model ini menekankan aspek ilahi dan insani Gereja yang masih tersembunyi dan hanya
dimengerti dengan iman.
Ciri ilahinya ialah tindakan Allah yang menyelamatkan manusia.
Sekalipun manusia berdosa, Allah tetap memberikan belas kasih-Nya kepada manusia.
Bukti nyata kasih Allah adalah pemberian diri Yesus Kristus.
Rahmat keselamatan Allah dalam diri Yesus.
Kristus mengandung dan menyalurkan rahmat keselamatan Allah.
Agar Yesus sungguh menjadi tanda dan rahmat keselamatan,
Dia harus dialami oleh seluruh umat manusia,
Sekaligus sebagai tanda jawaban seluruh umat manusia kepada cinta kasih yang
menyelamatkan.
Jawaban manusia itu nyata dengan lahirnya Gereja.
Dengan kata lain, Gereja merupakan suatu tanda keselamatan.
Sebagai ciri insani, Gereja mempunyai institusi yang dapat ditunjukkan kepada dunia.

Model ini memiliki ciri-ciri esensial Gereja sebagai berikut.


1. Apostolisitas
• Rahmat keselamatan Allah, yang nyata dalam penebusan oleh Yesus Kristus
dikaruniakan untuk manusia sepanjang segala abad.
• Tanda keselamatan itu definitif dan abadi.
• Untuk mempertahankan tanda Kristus itu hingga akhir zaman, Gereja pada setiap zaman
harus tetap tinggal pada kontinuitas yang kelihatan dengan Kristus dan Gereja Apostolik.
• Rantai kesinambungan di Antara semua Gereja particular setiap zaman harus ada,
• Agar ia mewujudkan diri sebagai tanda keselamatan di dalam dan melalui Kristus
historis.
• Untuk menjamin sebagai sebuah sakramen dan tanda, Gereja mempunyai aspek
struktural atau institusional.
• Dengan institusi, Gereja menjadi sungguh nampak dan tidak tersembunyi.

2. Katolik
• Gereja merupakan tanda Kristus yang harus menjangkau segala tempat.
• Gereja menyatakan dan mewujudkan kehendak Allah yang menyelamatkan bagi semua
orang di segala tempat dan dari semua kelompok etnis dan budaya.
• Gereja harus menyebarluaskan diri ke seluruh penjuru dunia.
• Ciri kekatolikan Gereja akan nyata bila Gereja terus menerus berusaha untuk
menghimpun seluruh umat manusia di bawah Kristus sebagai kepala dalam kesatuan
Roh-Nya (LG. 13).
• Gereja semakin mewujudkan dirinya bila semakin banyak dan semakin intens orang
beriman berperan serta dalam tindakan nyata Gereja.

3. Kesatuan
• Gereja merupakan tanda persatuan antara Allah dan manusia.
• Kesatuan Allah dan manusia diwujudkan dalam kesatuan di Antara semua orang Kristen.
• Kesatuan itu nyata dalam di Antara orang-orang beriman yang berkumpul di sekeliling
meja kudus dalam perayaan Ekaristi, yang dengannya umat beriman mengantisipasi
perjamuan nikah Surgawi.
• Selama hidupnya, Gereja tidak perlu harus merangkum secara fisik semua orang yang
hidup dari rahmat Kristus dan yang diselamatkan oleh-Nya.
• Lebih dari itu, Gereja dipanggil untuk menjadi tanda yang representatif, yaitu tanda
yang di dalamnya terdapat berbagai ragam manusia, sehingga kekristenan tidak dapat
ditafsirkan sebagai agama dari kelompok atau ras tertentu.

4. Kudus
Tanpa kekudusan, Gereja tidak dapat menjadi tanda Kristus yang menyelamatkan.
Namun, Gereja di dunia ini tidak pernah kudus sepenuhnya.
Melainkan, Gereja terus menerus sedang menuju kepenuhan-Nya.
Di bawah bimbingan Roh Kudus, Gereja terus bekerja untuk menyucikan manusia dari
dosa-dosanya.
Gereja sendiri harus menyadari keberdosaannya yang disertai dengan penyesalan dan
pertobatan.
Kesadaran inilah yang menunjukkan kodrat kekudusan Gereja.
Dalam proses ini, Gereja membutuhkan liturgi pengampunan.
Tanda kekudusan dan pemeliharaan kekudusan Gereja menjadi nyata dalam tindakan ritual
Gereja, seperti perayaan ibadat, doa-doa, khususnya Ekaristi.
Melalui tindakan liturgis, Gereja diubah ke dalam: harapan, sukacita, kesabaran dan
kebahagiaan Kristus, yang dengannya semakin nyata bahwa Gereja merupakan peristiwa
rahmat.
Model ini masih kurang dipakai dalam gerakan ekumene, alasannya sebagai berikut.
1. Dasar biblis kurang kuat.
2. Bagi Gereja protestan, kata sakramen digunakan untuk baptis dan perjamuan kudus.

3. Model Gereja yang diterima dalam gerakan Ekumene

Gambar/ model Gereja yang umum diterima dalam gerakan ekumene ialah “Communio”.
Communio (latin), terjemahan dari kata ‘Koinonia” (Yun) yang berarti persekutuan.
Dalam prolog 1 Yoh 1:1-4, “Persekutuan dilukiskan sebagai kebersamaan dengan Allah dan
Putra-Nya Yesus Kristus.
Dalam persekutuan itu, anggota Gereja berpartisipasi dalam dua hal kebaikan:
1. Anggota Gereja ambil bagian dalam hidup abadi yang adalah kehendak Allah sendiri.
2. Anggota Gereja saling membagi kebaikan yang mereka terima dari Allah dan dalam
terang Allah. Mereka hidup berpusat kepada Allah.
Persekutuan dengan Allah itu merupakan sebuah misteri.
Namun, persekutuan dengan Allah tetap nyata sebagai sakramen.

Communio juga mengadakan komunikasi atau hubungan antara anggota Gereja, sama seperti
hubungan dengan Allah. Hubungan di Antara orang Kristen sama seperti hubungan Antara
seorang Kristen secara individu dengan Allah.
Rasul Yohanes berkata, “Supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan
kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya Yesus Kristus” (1 Yoh 1:3).

Communio di atas merupakan kodrat yang tidak dapat dilihat.


Terletak pada level iman dan misterinya.
Di dalamnya ada kesatuan tetapi tidak dapat dilihat secara konkrit.

Bentuk konkrit dalam model Gereja sebagai Communio dilukiskan dalam kisah turunnya Roh
Kudus atas para rasul, “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan.
Dan mereka selalu berkumpul untuk memecah-mecahkan roti dan berdoa” (Kis 2:42).

Pengajaran iman apostolik mempersatukan komunitas.


Mereka membagikan dan mengalami iman yang sama.
Iman mempersatukan komunitas.
Di dalam iman, jemaat menjadi satu hati dan satu pikiran.
Komponen yang membangun kehidupan komunitas itu ialah kesetiaan pada pengajaran
para rasul, yaitu mendengar sabda dan merayakan ibadat yang sama seperti dilakukan
oleh Tuhan, yaitu Ekaristi.

Ekaristi merupakan sumber dan puncak hidup komunitas.


Ekaristi mengimplikasikan suatu identitas tentang perayaan-perayaan komunitas.
Komunitas beriman setiap zaman dikmpulkan dengan para rasul di sekitar Allah dan Kristus
untuk merayakan sebuah liturgi abadi dan surgawi.
Karena itu, liturgi Ekaristi memiliki dimensi masa kini dan masa eskatologis.

Sambil menuju kehidupan eskatologis, komunitas Kristen harus menciptakan persekutuan


gerejani yang kelihatan di Antara orang beriman, yaitu
1. mengakui iman yang sama
2. merayakan sakramen yang sama.
3. Mendorong ke kesucian hidup
4. Pelayanan satu sama lain sesuai dengan teladan Yesus (bdk. Flp 2:5) di bawah
bimbingan Roh Kudus.

Di samping kesatuan iman,


Gereja sebagai Communio menerima keanekaragaman dalam Gereja,
yaitu keanekaragaman karunia dan cara menghidupi iman dari masing-masing anggota.
Keanekaragaman itu tidak bertentangan dengan kesatuan yang benar.
Kesatuan dibangun atas dasar keanekaragaman karunia-karunia atau ‘charismata’.
Namun, tetap setia pada pengajaran iman apostolik dan pengakuan iman yang sama.

Dalam arti sebenarnya, Communio atau persekutuan Gereja merupakan hasil karya Roh di
dalam umat beriman (LG. 4).
Karena itu, Gereja tidak dapat diterangkan secara organisatoris atau sosiologis saja.
Selain unsur ilahi, Gereja terdapat unsur organisatoris dan komunikasi antar manusia sebagai
sifat insani kehidupan Gereja.
Hidup persekutuan Gereja itu belum lengkap.
Mereka masih dalam peziarahan.
Persekutuan Gereja lokal harus berusaha untuk semakin mencapai kesatuan penuh dengan
Allah dan Putra-Nya Yesus Kristus dalam Roh Kudus.
Gereja sebagai persekutuan harus mengusahakan pertumbuhan dan pendalaman hingga
kehendak Allah menjadi nyata.

Berdasarkan uraian di atas,


Gambar/model Gereja sebagai Communio dapat diterima dalam Gereja ekumene dengan
alasan berikut.
1. Berdasar pada Kitab Suci
2. Menekankan Ekaristi sebagai sumber dan puncak iman
3. Memperhatikan tradisi apostolik
4. Menekankan kesatuan iman dengan tetap memelihara keanekaragaman karunia dan
karisma pelayanan.
5. Menghargai perlunya institusi walaupun tidak dilebih-lebihkan
6. Percaya dalam tuntunan Roh Kudus untuk semakin menyucikan Gereja.

Anda mungkin juga menyukai