“Kajian Apologetika Terhadap Teori Bahwa Yesus Melakukan Sesat Pikir Saat
Mengajar Dan Menyampaikan Argumentasi”
Disusun
oleh:
OKTEVAN MOLEDJO
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia ini manusia hidup dengan berbagai perbedaan, Perbedaan Suku, ras dan
terutama Agama. Hidup dengan prinsip dan juga kepercayaan masing-masing adaah
sebuah seni hidup yang tentu akan terus di temui. Dalam bagian ini banyak orang yang
hidup dengan kepercayaan kepada Yesus Kristus. namun di tengah itu tantangan terus
dijumpai seperti halnya tentang adanya suatu kritik terhadap pribadi Yesus dan paling
sering di dengar adanya kritik terhadap ajaran-Nya. Banyak orang-orang ateis bahkan
orang yang diluar Kristen seringkali beradu pendapat mengenai Yesus Kristus. Agaknya
Yesus adalah pribadi yang menarik untuk menjadi pembahasan dalam segala sisi, sebab
Yesus adalah tokoh terbesar dalam sepanjang Zaman, Yesus adalah pribadi yang sudah
hadir secarah Roh dan tinggal dalam kehidupan manusia.1
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dari kajian ini ialah pertama-tama kelompok
menjelaskan tentang apa yang yang dimaksud dengan Apologetika, baik itu secara umum
maupun pendapat dari parah ahli terkait dengan iman Kristen, setelah itu penjelasan
mengenai peran dan tugas daripada apologetika ini. dalam makalah ini penulis
menjelaskan beberapa apologetika terhadap beberapa ajaran Yesus dan yang terakhir
ialah bagaimana pelakasaan apologetika ini.
C. Metode
Adanya suatu teori tenta ng Yesus yang melakukan sesat pikir dalam
pengajarannya memunculkan sebuah apologetika dari kalangan orang-orang Kristen
dengan tujuan untuk mempertahankan kepercayaannya. Oleh karenanya dalam
menjelaskan materi ini kemudian kelompok tertarik untuk mengkaji masalah ini dengan
menggunakan metode kualitatif deskriptif. Metode ini dilakukan dengan cara
menganalisis serta memaparkan secara deskripsi tentang Kajian apologetika mengenai
teori bahwa Yesus melakukan sesat pikir.
1
Timotius Subekti, Keselamatan Yang Alkitabiah (Semarang: Berea, 2009), 26.
BAB II
Pembahasan/Isi
Pengertian Apologetika
Istilah Apologetika berasal dari bahasa Yunani apologia, yang berarti pembelaan.
Penggunaan kata yang paling terkenal dalam literature Yunani ialah Pembelaan (Apologi), di
pakai dalam Alkitab sebanyak 8.2 Selain itu dikenal juga dengan sebuah istilah Apologeomai.
Arti Apologia ini muncul dalam Kisah Para Rasul 25:16 dimana dalam bagian ini ada sebuah
kesempatan yang diberikan kepada seorang pesakitan untuk membela dirinya terhadap
dakwaan dalam satu perkara, Paulus berbicara di hadapan Agripa tentang kesempatan yang
diberikan kepadanya untuk membela diri (apologia) terhadap tuduhan itu. Hal lain juga
ditunjukkan dalam pidato pembelaan yang dilakukan oleh Paulus ketika ia berada di
Yerusalem, di hadapan Festus, dan Agripa serta pidatonya stefanus di hadapan Dewan
Agung. Dalam Kitab Filipi 1:16, 7 Paulus memakai perkataan Apologia dalam arti membela
kebenaran Injil pada umumnya.3 Apologi dapat diartikan seba gai pertanggung jawaban atas
iman Kristen terhadap orang-orang yang menuntut pertanggungjawaban. 4 Sekaitan dengan
adanya teori bahwa Yesus melakukan sesat pikir dalam ajaran-Nya maka apologetika disini
sangatlah penting yang ditandai dengan adanya suatu pembelaan terhadap ajaran Yesus yang
memang benar, dan tentunya untuk mempertahankan apa yang memang dipercayai oleh
orang Kristen pada umumnya.
Seorang yang bernama Powell memandang bahwa Apologetika ini merupakan sebuah
supermarket rohani yang menawaran agama atau kepercayaan. Hal ini tidak bermanfaat
sepihak saja tetapi juga sangat bermanfaat untuk keduanya. Sehubungan dengan ajaran Yesus
Powell melihat beberapa isu yang harus diperhatikan oleh orang Kristen yakni: Yesus tidak
pernah hidup Tidak ada mukjizat, Yesus tidak pernah bangkit bahkan hal-hal yang berkaitan
dengan ajaran Yesus.5 olehnya itu pembelaan/ berapologetika terhadap iman adalah suatu
tugas yang hendaknya dilakukan oleh orang Kristen. Hal ini adalah sebuah perintah yang
tentunya tidak dapat dihindari tetapi dilakukan dengan penuh kesungguhan tetapi yang
intinya bahwa apologetika ini harus melibatkan argumentasi atau penalaran yang
menyampaikan satu dasar yang masuk akal tentang iman Kristen seperti yang hendak
2
Yanjumseby Y. Manafe, Apologetika Kristen (Jakarta: Lakeisha, 2021), 1.
3
J. Verkuyl, Fragmentika Apologetika (Jakarta: Badan Penerbit Kristen, 1966), 7–8.
4
Johannes Verkuyl, Fragmenta Apologetika : Kritik Dan Djawab (Jakarta: Badan Penerbit Kristen, 1963), 10.
5
Doug Powel, Holman Quicksource Guide to Christian Apologetics (Nashville: Holman Reference, 2006), 1–9.
dikukan oleh Yesus dan Para Rasul terkait dengan bukti kepada mereka yang mempunyai
kesulitan untuk percaya kepada Injil.6
R. C. Sproul
Apologetika Kristen adalah sebagai usaha untuk menjelaskan kepada orang lain apa
yang saya percaya dan mengapa saya mempercayainya. Hal ini dilakukan dengan
memberikan argumentasi secara nalar yang disertai penyajian fenomena yang ada di dunia
ini, di mana fenomena itu diakui sebagai wilayah netral. Wilayah netral merupakan daerah di
mana semua orang bisa mengakui keberadaannya, mengenalinya, dan mengambil kesimpulan
yang sama tentang fenomena tersebut, misalnya bunga mawar. Semua orang yang mengakui
keberadaannya, bisa mengenalinya dan mengambil kesimpulan yang sama bahwa tumbuh-
tumbuhan itu adalah bunga mawar. Dengan kata lain, melalui dunia dan segala isinya yang
dikenali oleh semua orang, Sproul melalui argumentasinya mau membimbing orang-orang
kepada siapa dan apa yang diberitakan oleh kitab suci.7
Steve Kumar
Selanjutnya seorang yang bernama Kumar menuliskan bahwa Apologetika Kristen itu
adalah sebuah seni yang menunjukkan mengapa kekristenan itu benar. Sebagai sebuah seni
didalamnya banyak memuat gaya dan cara pendekatan. Apologetika kristen adalah sebuah
aktifitas alkitabiah yang mendasarkan diri dari Kitab suci yang dimiliki oleh orang – orang
percaya untuk memberikan kekuatan dalam berpengharapan kepada Kristus.8
1. Paulus dari Samosata adalah tokoh utama ajaran yang membedakan anatara Yesus
dan Logos. Ia menganggap bahwa Yesus adalah manusia, sama seperti manusia lain
yang dilahirkan oleh Maria. Sedangkan Logos dianggap sebagai pemikiran Ilahi yang
tidak berpribadi, yang kemudian tinggal dalam Kristus sejak waktu Ia dibabtis dan
dengan demikian memberikan kuasa bagi tugas-tugas-Nya yang besar.9
2. Kaum Alogi menolak tulisan-tulisan Yohanes sebab mereka menganggap doktrin
Yohanes tentang Logos bertentangan dengan seluruh Perjanjian Baru. Mereka
6
Andry Setiawan, “Apologetika Prasuposional Triperspektivalisme Jhon M. Frame Fan Aplikasinya Terhadap
Pemikiran Kristen Pluralis Agam Di Indonesia,” Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan (2018): 63.
7
Guntur Hari Mukti, “Konsep Apologetika Sebagai Panggilan Orang Percaya,” Karisma:Jurnal Ilmiah teologi vol
1 no 2 (2020).
8
Ibid.
9
Louis Berkof. Teologi Sistematika: Doktrin Kristus, (Surabaya: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1996), 9.
beranggapan bahwa Yesus hanyalah manusia biasa, walaupun secara ajaib dilahirkan
oleh seorang perawan dan mereka mengajarkan bahwa Kristus turun keatas Yesus
pada saat dibaptis yang menyebabkan Dia memiliki kekuatan supranatural.
3. Kaum Ebonit menyangkal keilahian Kristus. Mereka beranggapan bahwa Yesus
dikandung secara insani, sehingga Ia tetap sebagai manusia biasa, anak Yusuf dan
Maria. Mereka mengakui bahwa Yesus setelah di baptis mempunyai kuasa Ilahii di
dalam diri-Nya karena Roh Kudus memenuhi Dia secara berkelimpahan. “setelah
Yesus dibaptis, Roh Allah turun ke atas-Nya seperti burung merpati, tetapi
meninggalkan Dia sebelum penyaliban”.
10
John M. Frame, “Apologetics to Glori Of God”,hal 4-5
11
Andry Setiawan “Apologetika Prasuposisional Triperspektifvalisme John M. Frame Dan Aplikasinya
Terhadap Pemikiran Kristen Pluralis Tentang Pluralisme Agama Di Indonesia” Vetaris: Jurnal Teologi
dan Pelayanan (2018). Hal. 63
terhadap adanya konsep kelemahan ilahi, apa yang dkatakan Alkitab tentang berbagai
peristiwa dalam perspektif Alkitab.12
Atau pada bagian ini apologetika berperan memberikan jawaban dan pembelaan
terhadap serangan-serangan dari pihak lawan. Di sini apologetika berkaitan dengan
“pertahanan” Iman (Flp. 1:7,16).
3. Apologetika Sebagai Penyerangan
Frame dengan tegas mengatakan “Tuhan tidak hanya memanggil umatNya untuk
menjawab keberatan-keberatan dari mereka yang yang tidak percaya, tetapi juga
melanjutkannya dengan serangan terhadap kepalsuan” (2 Kor. 10:5).13 Frame
mengatakan bahwa pembelaan terbaik adalah serangan terbaik.14
Sebagai bentuk serangan, apologetika berfungsi untuk meruntuhkan
worldview=pandangan/pendapat lawan yang menyimpang, karena Alkitab
menyatakan pemikiran-pemikiran non-Kristen adalah kebodohan (1 Kor. 1:18-
2:16;3:18-23). Dan salah satu fungsi dari apologetika adalah untuk menyatakan
kebodohan tersebut.
Sedangankan menurut Nash, peran Apologetika dibagi menjadi dua bagian yang secara
umum digunakan oleh Apologis 15 (baik apologis Kristen maupun non-Kristen), yaitu:
1. Apologetika negative (defensive). Dalam konteks ini, Apologis menanggung beban
pembuktian, atau lebih dikenal sebagai apologetika bertahan. Pada kerangka ini
apologetika berfungsi untuk mempertahankan prinsip-prinsip Iman Kristen serangan
dan sanggahan pihak lawan.16
2. Apologetika Positif. Merupakan apologetika penyerangan (offensive). Di sini
Apologis mempergunakan metode dan prinsip-prinsip apologetika dalam
memberikan argumentasi-argumentasi untuk meruntuhkan preposisi klaim-klaim
yang dipegang lawan.17
KAJIAN APOLOGETIKA TERHADAP BEBERAPA AJARAN YESUS
Pengajaran Yesus
12
Ibid
13
Joh n M. Frame, Apologetics to the Glory of God, hal 5
14
Iswara Rintis Purwantara, Prapenginjilan (Yogyakarta: ANDI, 2012), 34.
Ronald H. Nash, “Faith and reason:Searching for a Rational Faith (Grand Rapid,
15
Yesus menekankan bahwa segala perbuatan yang perlu dan tindakan belas kasihan itu
diperbolehkan pada hari sabat. Tetapi ini bertentangan dengan orang-orang Farisi yang dalam
banyak hal diajar untuk tidak melakukannya. Pada hari sabat para murid memetik bulir
gandum dan perintah Allah memperbolehkan perbuatan ini (Ulangan 23:25) namun bagi
pandangan orang-orang Farisi merupakan sebuah pelanggaran, bulir gandung hanyalah
sarapan kering, namun orang-orang Farisi tidak mau membiarkan mereka memakannya
dengan tenang karena bagi tradisi nenek moyang mereka tidak diperbolehkan memetik dan
membersihkan bulir gandum dari tangkainya pada hari sabat karena perbuatan ini dianggap
semacam kegiatan menuai. Orang-orang Farisi mengeluhkan mereka kepada guru mereka
karena mereka telah berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan menurut hukum mereka,
namun Kristus membenarkan apa yang dilakukan oleh para Muridnya dengan menyebutkan
peristiwa-peristiwa masa lalu, yang dipandang baik oleh orang-orang farisi misalnya, tentang
Raja Daud yang karena keperluannya melakukan apa yang seharusnya tidak boleh dilakukan
(ay. 3-4). “Tidakkah kamu baca (1 Samuel 21.6) tentang Daud ketika ia makan roti sajian
yang hanya boleh dimakan oleh iman-iman?” roti itu teruntuk bagi Harun serta anak-
John. M . Frahme, Apologetika Bagi Kemulian Allah (Surabaya: Momentum, 2009), hlm
18
181.
anaknya, dan mereka harus memakannya di tempat kudus (Imamat. 24:5-9), dan orang
awam janganlah memakannya (Keluaran 29-33). Meskipun demikian, sang iman
memberikannya kepada Daud dan orang-orangnya. Yang membuatnya boleh memakannya
bukan karena kehormatan yang dimilikinya, malainkan rasa laparnya. Yesus juga
membenarkan tindakan murid-muridnya dengan mengajukan beberapa alasan yaitu Pertama,
ada yang melebihi Bait Allah (ay. 6), kedua Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan
bukan persembahan (ay. 7), ketika Anak manusia adalah Tuhan atas hari sabat (ay. 8).19
19
Hendri Matthew, Injil Matius 1-14, (Momentum Christian Literature,2014)556
3. Apologetika Pengajaran Yesus tentang perzinahan
Yesus dan perempuan yang berzina adalah catatan peristiwa terkenal yang terdapat
pada Injil Yohanes dalam bagian Perjanjian Baru di Alkitab Kristen, yaitu Yohanes 7:53-
8:11. Merupakan kisah konfrontasi antara Yesus Kristus dengan ahli-ahli Taurat dan orang-
orang Farisi mengenai persoalan apakah seorang perempuan yang kedapatan berzina harus
dihukum mati dengan dilempari batu atau tidak. Yesus membuat orang-orang itu menjadi
malu dan satu per satu pergi tanpa melaksanakan penghukuman. Yesus pun membiarkan
perempuan itu untuk pergi tanpa dihukum dengan pesan untuk “jangan berbuat dosa lagi
mulai dari sekarang”.
Sebagai orang percaya ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat melaksanakan
apologetika tersebut diantaranya:
1. Harus dengan rendah hati. Injil dan iman itu telah kita terima sebagai suatu kasih
karunia. Injil itu bukan hasil pemikiran kita. Oleh sebab itu setiap apologi harus
diberikan dalam segala kerendahan hati (1 Kor. 11:7).
2. Harus dengan lemah lembut dan sabra (1 Ptr. 3:15-16).
3. Dengan cara meminta dengan sangat, jangan secara memaksa, seperti Paulus meminta
kepada orang Korintus, berilah dirimu didamaikan dengan Allah (II Kor. 5:20)dan
seperti undangan Yesus dalam Wahyu 3:30 “Lihatlah, Aku berdiri di muka pintu
sambil mengetok; jika ada yang membuka pintu, Aku akan masuk mendapatkannya
dan Aku akan makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku”.
4. Dengan berani, dalam ketakutakn kepada Allah dan bukan dalam ketakutan kepada
manusia.
5. Dengan meminta pertimbangan orang-orang disertai dengan seruan untuk bertobat
dengan seluruh keberadaannya.20
27 dan 44
Bukti bahwa Yesus tidak melakukan sesat pikir dalam berargumentasi
Telah di paparkan di atas bahwa, Apolegetika berarti berkaitan dengan pembelaan. Dan tentu
jika dikaitkan dengan Kekristen Apologetika berarti pembelaan terhadap Iman Kristen,
Ajaran-ajaran dan keyakinanya. Diperlukan juga pembuktian untuk menyatakan bahwa
Yesus, tidak melakukan sesat pikir saat mengajar atau menyampaikan argumen-Nya. Dan
adapun buktinya bahwa Yesus tidak melakukan sesat pikir saat mengajar yaitu:
21
Nasokhil Giaw, Servng Other: Keteladanan Pelayanan Yesus Kristus berdasarkan Yohanes 13, jurnal Teologi,
(2019) hl 61
22
J. M price, Yesus guru Agung (Bandung literatur Baptis 20011), 15
23
Mely Lunanta pengaruh pelayanan remaja 12-15 tahun GKII Jemaat Antutan Kalimantan Utara “Rapository
skripsi online 2020-skripsi sttjafray.ac.id
24
Susanta meneladani jejak Yesus sebagai pemimpin Yogyakarta: Andi 2006. 34
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan