Anda di halaman 1dari 9

Nama : Citra Hotjayani Hutasoit

NIM : 712019155
Kelas : Kristologi B
Dosen Pengampu : Pdt. Yusak Budi Setyawan,S.Si., MATS.,Ph.D.

LAPORAN BACA

Identitas Buku

Judul : Memandang Yesus, Gambar Yesus Dalam Berbagai Budaya.


Penulis : Anton Wessels
Penerbit : BPK Gunung Mulia
Cetakan : Pertama, 1990
Tebal       : 188 halaman

I. PENDAHULUAN

Laporan baca yang dilaporkan adalah buku berjudul Memandang Yesus, Gambar Yesus
Dalam Berbagai Budaya yang ditulis oleh Anton Wessels tahun 1990. Dengan tebal buku
sebanyak 188 halaman. Buku ini diterbitkan oleh BPK Gunung Mulia. Garis besar buku Anton
Wessels yang berjudul Memandang Yesus, Gambar Yesus Dalam Berbagai Budaya terdiri atas
10 bab.

Buku ini ditulis menurut bab-bab yang dijelaskan secara terpisah. Setiap bab membahas
pengertian , pandangan serta tafsiran mengenai Yesus dalam berbagai negara termasuk berbagai
budaya sebab beda negara maka berbeda juga budayanya. Tafsiran Yesus ini terus berubah dari
abad ke abad maka penting untuk memahami perubahan mengenai kristologi seiring berjalannya
waktu. Walaupun di beberapa daerah penegertian tentang Yesus masih tetap namun, juga
berubah.

II. BATANG TUBUH (6 pokok-pokok pengetahuan, pendapat mengenai


pentingnya keenam pokok tersebut, kesulitan membaca buku)
1. Bab I : Yesus adalah orang Yahudi.
Bab ini membicarakan mengenai pengertian orang Yahudi tentang Yesus. Yesus bukan
orang Kristen, tetapi orang Yahudi. Betapa sering orang Kristen kira, bahwa mereka memiliki
Yesus bagi diri mereka sendiri, seakan-akan mereka sudah memahami dan mengetahui seluruh
pribadi-Nya. Orang-orang Kristen dari abad-abad pertama dan juga sesudah itu mengharapkan
dari bangsa yang dipilih sebagai pewaris perjanjian Allah, bahwa sewajarnyalah mereka yang
pertama-tama bisa melihat penggenapan perjanjian itu di dalam diri Yesus. Bab ini juga dibagi
dalam beberapa sub-judul yakni:

Kaum Yahudi dan Yesus.

Ada baiknya jika orang Kristen menyadari bahwa agama Kristen bukan suatu masalah
“eksistensial” bagi orang-orang Yahudi seperti yang mungkin ia pikirkan. Apa yang terjadi
dengan Yesus di bawah kuasa Pontius Pilatus sama sekali tidak mempengaruhi kesadaran agama
orang Yahudi dalam abad-abad pertama.

Yesus dalam Talmud.

Mulai akhir abad kedua muncul polemik-polemik dalam kesusastraan para rabi, yang
menentang pokok-pokok pengakuan iman Kristen tertentu, seperti pengakuan bahwa Allah
mempunyai seorang Putra. Dalam sub-bab ini juga dijelaskan mengenai Toledoth Yeshuh yang
merupakan kumpulan kehidupan Yesus yang dikisahkan oleh orang-orang Yahudi dalam bentuk
lelucon dan ejekan terhadap Kitab-kitab Injil kanonik yang ada.

Gambaran bangsa Yahudi modern tentang Yesus.

Sub-bab ini menjelaskan pandangan beberapa tokoh Yahudi tentang Yesus. Seperti
Joseph Klauser dalam bukunya yang berjudul Yesus dari Nazareth. Kemudian tulisan Claude G.
Montefiori mengenai Kitab-kitab Injil Sinopsis sudah terbit lebih awal lagi. Menurut Frans
Rosenweig, Yesus terutama penting bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi dan bahwa Ia adalah
jalan menuju Sang Bapa.

Perpecahan.

Salah satu perpecahan yang dibahas dalam sub-bab ini yaitu kutipan dari David Flusser.
“Berlawanan dengan maksud sebenarnya, Yesus telah menjadi penyebab perpecahan antara
orang Yahudi dan orang Kristen. Harapan orang Kristen ialah perhatian yang sungguh-sungguh
atas pesan yang sendiri. maka Yesus, orang Yahudi itu tidak lagi memecah-belahkan orang
Yahudi dan Kristen, akan tetapi mempersatukannya,”.

2. Bab II : Kristus dari Kaum Muslim.

Bab ini mengetengahkan “Kristus dari kaum Muslim”. Pertama-tama dikemukakan


bagaimana Qur’an, Kitab Suci orang Muslim bercerita tentang Yesus. Dalam Qur’an dan ajaran
Islam Yesus mempunyai tempat tersendiri. Terdapat anggapan Nabi Muhammad sendiri. Citra
Yesus dalam Qur’an tetap mempunyai pengaruhyang menentukan dalam agama Islam di
kemudian hari. Ditinjau dari pandangan Perjanjian Baru keterangan mengenai Yesus dalam
Qur’an terpenggal-penggal dan sangat terbatas. Hal itu kira-kira sama dengan gambaran tentang
Yesus dalam Wahyu Yohanes 12. Di situ diceritakan tentang seorang wanita yang melahirkan
seorang anak, yang kemudian dirampas dan dibawa lari kepada Allah. Uraian tersebut, demikian
dapat dikatakan, menghapuskan bagian kehidupan Yesus yang penuh kegiatan, yakni antara
kelahiran-Nya dan kenaikan-Nya. Bab II terdiri dari beberapa sub-bab, yakni:

Yesus dalam Qur’an.

Wajah Yesus yang terpancar dari Qur’an “terkemuka di dunia dan akhirat
dan salah seorang di antara orang-orang yang didekatkan kepada Allah”. Allah menjadikan Dia
seorang yang “diberkati” (Surah 19:31). Sampai dua kali diceritakan dalam Qur’an tentang
kelahiran Yesus, hal mana dalam Perjanjian Baru justru tidak banyak diuraikan, kecuali dalam
Injil Lukas (2) dan Matius (1). Sanak keluarga Maryam agak terkejut, karena peristiwa yang
dianggap tidak wajar itu. Maryam kemudian menunjuk kepada bayi yang terbaring pada tempat
pembaringannya. Ketika mereka bertanya-tanyabagaimana harus berbicara dengan bayi,
terjadilah suatu keajaiban. Bayi itu berbicara seperti orang dewasa.

Cerita tentang Yesus ditik-beratkan pada kemampuan-Nya untuk melakukan mujizat. Ia


membuat burung-burung dari tanah liat, lalu menghembuskan nafas hidup pada binatang-
binatang itu. Gambaran Yesus juga dalam berbagai pengertian yang beragam. Pengertian
tersebut diambil dari Surah. Yang sangat mencolok dari sini adalah bahwa dilihat dari sudut
pandang tertentu kritik Qur’an terhadap pandangan Kristen selaras dengan keberatan-keberatan
yang dikemukakan orang-orang Yahudi. Orang Yahudi juga menentang gagasan penyamaan
Yesus dengan Allah dan gagasan “Tritunggal”. Tritunggal dalam Qur’an lebih dilihat sebagai
sekelompok yang beranggotakan tiga jenis yang saling berhubungan (triade), bahkan mungkin
sekelompok yang terdiri dari Allah, Yesus dan Maria (surah 5:116).

Citra Yesus dalam Islam modern.

Dalam sub-bab ini banyak menjabrakan buku yang diterbitkan oleh Naguib Mahfuz yang
berjudul Anak-anak dalam Lingkungan Kita dalam bentuk cerita bersambung. Secara
keseluruhan Mahfuz ingin menguraikan sejarah umat manusia beserta sukanya dan terutama
dukanya. Ia menguraikan dalam lima cerita yang saling berkaitan mengenai sejarah manusia dan
sejarah para “nabi” seakan-akan berlangsung di Kairo. Penyaliban dan kematian Yesus
mengambil tempat yang penting dalam cerita ini. Justru peristiwa-peristiwa inilah yang lazimnya
disangkal oleh kaum Muslim berdasarkan Qur’an. Banyak ungkapan terselubung yang menunjuk
pada cerita yang terdapat dalam Kitab-kitab Injil, yang akan dikenal oleh setiap orang yang
mengenal kitab-kitab tersebut.

3. Bab V : Kristus bangsa Afrika.

Dalam bab ini penulis menjelaskan beberapa hal yakni, Latar belakang religius di
Afrika yang penghayatan kepada leluhurnya sangat kuat sekali. Kemudian penulis juga
menjelaskan kedatangan Yesus Kristus di Afrika yang dilatarbelakangi juga oleh hadirnya agama
Islam sebagai penghambat penyebaran kekristenan. Selanjutnya, penulis menjelaskan Yesus
dalam apa yang disebut “ Gereja-gereja Mandiri” serta sub bab mengenai “Aku orang Afrika”
dan yang lainnya yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Namun yang menarik adalah
penulis menjelaskan mengenai gelar-gelar kristologis dari Afrika yakni: Kristus sebagai
“pemenang”. Orang Afrika sangat tertarik kepada Yesus Kristus sebagai pemenang karena orang
Kristen Afrika sangat peka terhadap berbagai kuasa yang bekerja dalam hidupnya seperti: roh-
roh jahat, kekuatan gaib, sihir, ketakutan, penyakit, kuasa kejahatan dan yang terutama dari
semuanya, kematian. Kedua, Kristus sebagai “ kepala suku. Ketiga, Kristus sebagai leluhur. Ia
adalah hakim yang tidak terlupakan, Ia mengungguli leluhur yang lain, karena dia yang terdekat
dengan Allah. Keempat, Kristus sebagai “Dukun” dalam hal ini Kristus lebih dimengerti sebagai
penyembuh, dukun atau pelindung terhadap kuasa-kuasa jahat.

4. BAB VIII : Kristus pada Jalan Raya India


Bab ini menjelaskan mengenai bagaimana Yesus dipandang dan dipahami oleh
masyarakat India pada umumnya yang mayoritas beragama Hindu. Sebagai contoh, penulis
menggunakan pemahaman Mahatma Gandhi yang memandang Yesus sebagai figur (terlepas dari
nilai historisitasnya) yang memiliki nilai-nilai yang sama dengannya seperti mengutamakan
kebenaran dan menolak kekerasan. Namun, Gandhi menolak keselamatan hanya berasal dari
Yesus dan menganggap bahwa wahyu dari Tuhan tidak hanya hak bagi bangsa tertentu. Menurut
Gandhi : Tuhan adalah Esa dan banyak jalan menuju kepada-Nya.

Dalam pemahaman ini, penulis menjelaskan mengenai usaha teologi yang bertujuan
untuk dapat membawa masyarakat India kepada Kristus. Hal ini dilakukan dengan memahami
Kristologi yang dipahami oleh orang India. Penulis dalam hal ini menggunakan pemahaman
Panikkar, yang melihat bahwa Yesus sebenarnya ada pada agama Hindu. Sehingga, yang
menjadi tugas bagi orang Kristen adalah menghadirkan Kristus dari selubung agama Hindu
menuju agama Kristen dimana Kristus dinyatakan secara sempurna. Hal ini tentunya jauh
berbeda dengan Samartha yang menempatkan Yesus ke dalam struktur spiritual Hindu
dikarenakan oleh nilai sejarah yang ia kurang setujui.

5. BAB IX : Kristus dan Tao

Pada bab ini, penulis memaparkan kristologi yang dipahami oleh Jung Young Lee dalam
menghubungkan ajaran dan teologi Kristen dengan ajaran Tao. Dalam pemahaman teologinya,
Lee bertujuan untuk dapat menghubungkan Kristologi atau pemahaman mengenai Yesus ke
dalam pemikiran dan ciri khas Cina. Dalam usahanya ini, Lee melihat Yesus sebagai sebuah
realisasi perubahan yang sempurna dikarenakan oleh pemusatan yang lebih kepada Yesus dan
pekerjaan-Nya dan bukan kepada Allah sebagai pencipta.

Dalam penelitiannya, Lee memandang kitab Kejadian sebagai awal yang bagus dalam
memulai pemahaman mengenai Kristologi. Dihubungkan dengan pemahaman Yin dan Yang,
Yesus dapat dilihat sebagai terang atau Yang namun tidak terpisah dari Yin atau kegelapan. Lee
melihat bahwa Yesus senantiasa berkembang dalam karya keselamatan-Nya dalam proses
pembebasan dari kegelapan. Selain itu, Lee disini menanggapi dosa sebagai kehendak manusia
dan keengganan untuk berubah. Yesus hadir disini sebagai jalan dengan perkataan-Nya “Akulah
jalan” yaitu jalan perubahan. Gagasan ini terdapat dalam kitab Tao taitu Tao te ching dimana
jalan dapat diperoleh dari kerugian yang akhirnya tiba pada suatu keadaan istirahat.

Untuk itu dapat dikatakan bahwa jalan Yin disini dapat menawarkan proses kemenangan
dengan menunjukkan jalan melalui Kristus. Menerima Kristus berarti menerima Ia bekerja dalam
manusia sebagaimana Yang bekerja di dalam Yin. Sederhananya, penulis menyimpulkan
pemikiran Lee bahwa pandangan dari sifat ilahi yang transeden adalah konsep yang dapat
memperkenalkan Yesus sebagai Kristus. Sebagai Kristus, Yesus berada di dalam Allah dan tidak
dapat terpisahkan dari manusia dan begitu juga sebaliknya.

6. BAB X : Katamu, Siapakah Aku?

Pada bab ini penulis menjelaskan bahwa Yesus sebelumnya telah banyak dijelaskan
maupun dipahami dalam berbagai konteks budaya yang berbedal-beda. Namun, pandangan yang
cukup krusial menurut penulis adalah bagaimana Yesus dapat dipahami tanpa disertai dengan
adanya keterikatan terhadap pemahaman budaya tertentu yang kesannya dapat menjadi
dipaksakan. Selain itu, bab ini juga menjelaskan mengenai adanya keberatan dalam Qur’an
mengenai sifat kepribadian Yesus dan pemahaman-pemahaman teologi spesifik lainnya seperti
teologi kulit hitam maupun pemahaman teologi-teologi lainnya.

Namun, penulis menjelaskan dengan baik bahwa Yesus tidak boleh terikat hanya kepada
satu konteks tertentu. Hal ini berlaku baik pada teologi Barat maupun Timur. Yesus akan selalu
ada dan memiliki pemahaman yang beragam namun Yesus sajalah yang tidak akan berubah.
Dalam memandang Yesus, perlu dilihat bahwa Yesus adalah figur yang bersifat universal dalam
pengajaran-Nya. Untuk itu, Yesus dapat dipahami dalam konteks dunia yang berbeda-beda baik
itu di Asia, Afrika, Amerika Utara dan Selatan, serta Eropa dan Australia.

Keenam pokok pengetahuan dari bab-bab diatas merupakan hal yang penting sebagai
landasan memahami Yesus Kristus secara mendalam. Bab I yang membahas tentang Yesus
adalah orang Yahudi. Hal ini membantu kita memahami bahwa Yesus itu bukanlah orang Kristen
melainkan orang Yahudi. Sebab pada jaman sekarang ini tidak sedikit orang menganggap bahwa
Yesus adalah hanya milik orang Kristen saja bahkan melalui hal tersebut banyak orang yang
menganggap bahwa keselamatan yang diaunegarahkan Kristus adalam hanya milik orang Kristen
saja. Pikiran tersebut tentu saja menyesatkan. Pikiran semacam ini juga menyebabkan seolah-
olah Yesus telah menjadi penyebab perpecahan antara orang Yahudi dan orang Kristen.

Bab II dari pokok-pokok pengetahuan diatas juga sangat membantu kita untuk
memahami lebih mendalam tentang Yesus. Bab ini juga menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
menurut saya banyak dipertanyakan orang-orang pada umumnya. Bab II yang membahas Kristus
dari Kaum Muslim ini membantu kita mengenal Yesus secara berbeda dari ajaran Kristen
khususnya injil sinoptik. Sangat jelas dikatakan dalam bab ini bahwa Qur’an tidak setuju dengan
ajaran Tritunggal yang ada dalam ajaran kekristenan. Tritunggal dalam Qur’an lebih dilihat
sebagai sekelompok yang beranggotakan tiga jenis yang saling berhubungan (triade), bahkan
mungkin sekelompok yang terdiri dari Allah, Yesus dan Maria (surah 5:116). Walaupun
demikian, hal tersebut harusnya menjadi kekayaan pemahaman kita untuk mengenal Yesus lebih
dalam lagi.

Bab V yakni Kristus bangsa Afrika juga tidak kalah penting untuk memahami Kristus. Yang
mana dalam bab ini sangat menarik karena membahas tentang gelar-gelar kristologis dari Afrika
yakni: Kristus sebagai “pemenang”. Orang Afrika sangat tertarik kepada Yesus Kristus sebagai
pemenang karena orang Kristen Afrika sangat peka terhadap berbagai kuasa yang bekerja dalam
hidupnya seperti: roh-roh jahat, kekuatan gaib, sihir, ketakutan, penyakit, kuasa kejahatan dan
yang terutama dari semuanya, kematian. Kedua, Kristus sebagai “ kepala suku. Ketiga, Kristus
sebagai leluhur. Ia adalah hakim yang tidak terlupakan, Ia mengungguli leluhur yang lain, karena
dia yang terdekat dengan Allah. Keempat, Kristus sebagai “Dukun” dalam hal ini Kristus lebih
dimengerti sebagai penyembuh, dukun atau pelindung terhadap kuasa-kuasa jahat. Dari sini kita
dapat melihat sisi lain dari Yesus Kristus dari pandangan bangsa Afrika.

Bab VIII membahas tentang Kristus pada Jalan Raya India. Dalam hal ini Yesus
dipandang dari sudut pandang Hindu karena Hindu mayoritas di negara India. Sangat menarik
sebab pengetahuan saya semakin kaya untuk memahami Yesus dari sudut pandang Mahatma
Gandhi yang memandang Yesus sebagai figur. Dan yang tidak kalah menarik sangat penting
untuk memperdalam argumen Mahatma Gandhi yang menyatakan bahwa Tuhan adalah Esa dan
banyak jalan menuju kepada-Nya. Dengan kata lain, keselamatan tidak hanya didapatkan di
dalam Yesus saja melainkan pada agama lain juga.
Bab IX Kristus dan Tao. Pemahaman mengenai kristologi melalui bab ini adalah penelitian
Jung Young Lee dalam menghubungkan ajaran dan teologi Kristen dengan ajaran Tao.
Dihubungkan dengan pemahaman Yin dan Yang, Yesus dapat dilihat sebagai terang atau Yang
namun tidak terpisah dari Yin atau kegelapan. Lee melihat bahwa Yesus senantiasa berkembang
dalam karya keselamatan-Nya dalam proses pembebasan dari kegelapan. Sangat menarik bahwa
ternyata Yesus dapat dikaitkan dengan Yin dan Yang.

Bab X Katamu, Siapakah Aku? Bab ini merupakan bab yang memberikan sisi terang dari
kebingungan menyimpulkan siapakah sebenarnya Yesus itu? Menurut bab ini untuk memahami
Yesus tidak boleh mengaitkannya dengan budaya tertentu karena kesannya akan seperti
dipaksakan. Yesus tidak boleh terikat hanya kepada satu konteks tertentu. Maka menurut saya
bab ini merupakan salah satu pokok-pokok pengetahuan yang sangat penting untuk dipahami
secara mendalam.

Selanjutnya hal-hal yang menjadi kesulitan saya dalam membaca buku yang ditulis oleh
Anton Wessels ini adalah beberapa bahasa atau istilah yang digunakan terlalu sulit untuk saya
pahami. Terlebih lagi beberapa bagian menggunakan bahasa yang “tinggi” sehingga memerlukan
pemahaman yang tinggi pula serta pemikiran kritis. Hal lain yang menjadi kesulitan saya adalah
topik-topik pembahasan yang dibahas di dalam buku belum pernah saya dengar sebelumnya
namun tidak terlalu jelas atau tidak secara gamblang dipaparkan oleh penulis dalam buku
sehingga saya harus melewati bagian tersebut.

III. PENUTUP

Dari semua pembahasan diatas saya menyimpulkan bahwa Yesus sendiri memiliki
pengertian yang universal. Bukan hanya dalam hal pengertian namun juga dalam hal
“kepemilikan” bahwa Kristus bukan hanya milik orang Kristen namun milik semua orang.
Adalah egois jika orang Kristen mempertahankan argumen bahwa keselamatan yang dari Yesus
adalah hanya untuk umat Kristen saja. Namun jika dilihat pada saat ini masih banyak orang-
orang yang mempertanyakan siapakah Yesus itu? Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan
manusia dari maut. Namun, ternyata Yesus itu sendiri menjadi perpecahan antar umat beragama.
Hal itu terjadi sebab mereka tidak memahami bahkan menerima ke-universalan Kristus. Buku ini
sungguh menjadi titik terang bagi semua umat untuk memahami Yesus dalam berbagai
pandangan, dalam berbagai budaya.

DAFTAR PUSTAKA

Wessels, Anton, Memandang Yesus, Gambar Yesus Dalam Berbagai Budaya, Jakarta: BPK,
1990.

Anda mungkin juga menyukai