Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN BACA

Menggali Ulang Yesus Sejarah: Kristologi Masakini

Kristologi (A)

DOSEN PENGAMPU :
Pdt. Yusak B. Setyawan,MATS,Ph.D

DISUSUN OLEH :
Yohanes Puta Pratama – 712020090

Fakultas Teologi
Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga
2022
Pokok Pokok Pengetahuan

A. Pokok Pokok Pendahuluan

Di dalam iman Kristen pemahaman terhadap siapa Yesus adalah pokok topic yang
sangat penting. ada banyak sekali jalan jalan untuk memahami Yesus, artinya Yesus
dapat dipahami dengan berbagai perpektif. Salah satu sudut pandang yang dapat di
gunakan di dalam mempelajari Yesus adalah sudut pandang kesejarahan. melalui buku
bacaan karya dari Roy Eckardt, kita di tunjukan untuk melihat Yesus sebagai catatan
sejarah. Yang tentunya akan menghantarkan sebauh pemahaman tersenderi tentang Yesus
dan juga akan mengkontruksi sebuah banguann iman kristiani. Sehingga di dalam catatan
ini kita akan bergumul dengna pemahaman pemahann Yesus sebagai upaya untuk
mejelaskan Yesus sebgai topic yang penting dia alam iman Kristen.
Di dalam sebuah penggalihan sejarah tentunya terdapat objek tertentu yang di
kususkan di dalam penggalian sejarah, maka dalam penggalian sejarah ulang Yesus maka
Yesus lah yang menjadi tokoh utama di dalam penggalian sejarah. Artinya adalah di
dalam pembanguan narasi narasi terkait sejarah Yesus lah yang menjadi sudut pandang
utama. Menyejarah Yesus juga akan melihat secara menyeluruh tantang realitas
kehidupan di masa lampau. Sehingga meihat Yesus sebagai objek yang melakukan
pergerakan tertentu adalah titik pijak di dalam pemahaman Yesus di dalam konteks
sejarah. Mendalamai secara penuh terhadap tempat Yesus melakukan aktivitas, Relasi
Yesus, dan apa yang di perbuat atau di putuskan di dalam kehidupan Nya adalah sebuah
unsur yang membantu di dalam mendalami kehidupan Yesus.
Selaras dengan hal hal yang di sampaikan di atas maka memahami Yesus sebagai
sejarah adalah sebuah ilmu tafsir yang berlandaskan sebuah teks teks sejarah terkait
dengan realitas kehidupan Yesus. Teks teks sejarah adalah termsuk injil. Sehingga
memahami Yesus juga harus menggunakan ilmu ilmu hermeneutik. Selain melihat injil
sebgai alkitab atau dasar iman iman Kristen, di dalam upaya melihat dan memahami
Yesus di dalam sejarah maka injil dapat di gunakan sebgai catatan catatan sejarah.
Karena di dalam injil tercatas sangat komprehansif tentang kehidupan Yesus. Maka dari
sini dalam melihat relalitas Yesus kita tidak dapat meninggalkan injil sebagai alkitab dan
juga catatan sejarah.
Injil sinoptik adalah salah satu injil catatan ssejarah yang cukup luas dalam
menjabarkan kehidupan Yesus di masa pra paskah. Johnson di dalam buku “Menggali
ulang Yesus Sejarah” mengatakan bahwa “di dalam penulisan injil ini, penulis injil
berkeinginan untuk mengenang Yesus dan memelihara ingatan tentang-Nya dengan
tepat”1. Maka dari sini di dalam melihat realitas hidup Yesus, kita menggunakan injil
adalah pilihan yang sangat tepat. Mengapa karena, tujuan di tuliskan nya injil adalah
untuk menggenang dan mempertahankan sejarah Yesus dengan tepat, artinya tidak
terkontaminasi dengan pengertian pengetian yang bersifat subjetif.
Kendati demikian jika mundur kembali bahwa pemehaman kristologi adalah
sebuah ilmu heremeneutik maka unsur unsur subjetivitas dari penafsir juga menentukan
di dalam sebuah pemahaman terhadap Yesus sendiri. Oleh karena itu maka di dalam
memahmi kehidupan Yesus maka kita tidak boleh meninggalkan konteks di mana Yesus
melangsungkan kehidupan nya. mengapa penting karena konteks juga akan
mempengaruhi terhadap hasil dari pemahaman kristologi tersebut. Bangsa Yahudi adalah
konteks yang sangat melekat di dalam kehidupan Yesus. Bahkan did alam buku ini
bangsa Yahudi adala topic yang juga harus di bapahami sebagai upaya melihat realitas
kehidupan Yesus. Sehigga dari sini dapat di tangkap pengertian bahwa dalam
mempelajari kehidupan Yesus maka kita harus melihat Yesus sebagai seorang Yahudi.

B. Yudaisme Yesus Tokoh Kerohanian Pelawan Kebudayaan

Di dalam bagian pertama telah di jelaksan bahwa keberadaan Yesus tidak dapat di
lepaskan pada realitas kehidupan bangsa Israel kusus nya bangsa Yahudi. Sehingga di
dalam bagian ini kita akan meliaht Yesus yang berda di dalam konteks Yudaisme dan
juga kita akan melihat dengan cermat juga relasi sepertia apa yang akan dilakukan Yesus.

1
A Roy Eckardt, “Mengali Ulang Yesus Sejarah” Kritologi masa Kini, Bpk Gunung Mulia 1996, hal 9
Pada dasarya Yesus sedang tidak melawan sebuha bangsa nya sendiri, namun
Yesus sedang berusaha untuk menggeser realitas kehidupan dari Bangas Nya sendiri.
Salah satu nya adalah Yesus hendak mengeser sebuah pemahaman kesucian. “kesucian
bukan lah sesuatu tentang hal hal lahiriah, melainkan tentang isi hati manusia” 2 bab ini di
buka dengan pandangan yang cukup menarik. Bangsa Yahudi sangat memegang teguh
nilai nilai keagaman yang kongkrit. Nilai nilai keagaman ini tentunya berasal dari ajaran
ajaran yang berurat akar di dalam Taurat. namun Yesus teryata sangat tidak sependapat
dengan sebuah ritus ritus lahiriah. Yesus berusaha untuk menggeser topic kesucian
dengan sangat sederhana, bagi Yesus kesucian berasal dari hari bukan dari ritus ritus
yang di lakukan.
Mengenai cara pandang Yesus dapat di dihat dari salah satu kisah yang di tuliskan
di dalam Alkitab, yaitu ketika Yesus sedang mengusir para pedagang dan para penukar
uang di dalam Bait Allah. Buku ini memiliki dua sudut pandang terkait denga kisah ini.
Sudut pandang ini datang dari dua tokoh besar yang juga memliki bidang minat di dalam
kristoogi.
Marcus J Borg di dalam buku ini memiliki pandangan bahawa aksi Yesus di
dalam pengusiran ini adalah sebuah upaya untuk membersihkan bait Allah dari antara
orang orang yang sedang berusaha untuk memperlihatkan praktik praktik keagamaan.
Perlu di ketahui bahwa focus di dalam konflik ini bukan lah terkait dengan kegiatan
perekonomian di dalam sebuah bait Allah, namun Yesus focus di dalam sebauh praktik
praktik keagaman yang terjadi. Ternyata hewan hewang yang di perdagangkan depan bait
Allah pada mama itu adalah hewang yang di gunakan untuk mempersiapkan korban
bakaran. Borg berpendapat bahwa kegiatan ini di anggap sebagai praktik praktik keagaam
secara lahiriah. Sehingga sudah tentu Yesus mencoba untuk menghentikan praktik
tersebut. Dan upaya pengusiran Yesus di pahami Borg sebagai upaya penyucian bait
Allah atau pemurnian bait Allah.
Namun E P Sanders berpedapat lain, bahwa Yesus tidak sendang berusaha
memurnikan bait Allah, namun Yesus sedang menyuarakan suara kenabian nya. didalam
memahami pandangan Sanders ini cukup membutuhkan sebuah kemampuan tafsiran dan
kepekaan yang mendalam. Sanders menjelaksan semua yang di lakukan Yesus adalah

2
A Roy Eckardt, “Mengali Ulang Yesus Sejarah” Kritologi masa Kini, Bpk Gunung Mulia 1996, Hal 56
sebuah gamabran bahwa Bait Allah akan di hancurkan dan kemudan di bangun lagi. Dan
banguan nan bait Allah ini adalah sebuah eskatologi. Kehancuran bait Allah di
gambarkan dengan banyak nya penjual di sana, dan pembanguan bait Allah adalah ketika
Yesus mengusir para pedangan tersebut.
Di dalam dua perpekstif ini pada dasarnya adalah hendak ingin menunjukan
bahwa Yesus sedang berupaya untuk menjalankan tugas nya di tengah tengan bangsa
Yahudi. Yesus sedang berusaha untuk menyuarakan kenabian Nya ( Sanders ) dan juga
Yesus sedang mencoba untuk mengeser pemahaman bangsa Yahudi yang di rasa Yesus
telah salah ( Borg ).
Secara sepintas ralasi antara Yesus dengan bangsa Yahudi nampak seperti sangat
berkonflik. Namun pada dasarnya Yesus sedang tedak memusihi bangsa Nya sendiri,
namun Yesus sedang memperbaiki sebuah kehdipan para sahabat sahabat nya. dan juga
hendak membangan suatu gerakan pembaruan. Walaupun Yesus berada di tengah
tengagh bangsa Yahudi, dan berasal dari bangsa Yahudi, namun Yesus bukan Yahudi itu
sendiri. Yesus tidak dapat dikatakan bahwa Yesus bukan Yahudi sebah realitas kehiduan
Yesus terhubung dengan Roh roh kharimatis. Keterhubungan ini lah yang membuat
Yesus mampu untuk menyuarakan kenabian dan memiliki penglihatan penglihatan.

C. Yudaisme Yesus, Pembebas Orang Susah Dan Sengsara

Di dalam dua bab yang telah di jelaskan di atas kita agak sedikit bergeser kedalam
topic baru. Di dalam dua bab di atas kita telah di tunjukan kesejarahan Yesus, dan juga
bagaimaan hubungan Yesus terhadap bangsa Yahudi namun pada bab ini kita akan
melihat realitas kehidupan Yesus sebagai tokoh sejarah yang membawa kedamian di
dalam dunia. di dalam bab ini kedamian di pahami sebgai kedamiann yang berada di
dalam kehidupan, artinya kedamainn yang sedang di ajarkan oleh Yesus adalah kedamian
yang berada di dalam kondisi pembebasan.
Actor perdamaian adalah sebutan yang dapat mengambarkan pribadi Yesus di
dalam sejarah maupun di masa sekarang. Hal ini terjadi kareana di dalam reaitas
kehidupan Yesus, Ia sangat aktif menyuarakan kedamian. Walaupun bab awal awal
tulisan ini Yesus napak seperti menghadiran konfilk di antara bangsa Yahudi namun pada
dasar nya tujuan Yesus ialah membangun masyarak yang damai tanpa penindasan.
Relaitas kehidupan pada saat itu nampak sekali terdapat kesenjangan social, dimana pada
imam dalam hal ini adalah tua tua agama Yahudi sibuk di dalam ritus ritus peribadatan
sehingga kehidupan social justru terabaikan. Maka Yesus dengan aktif mengkritik itu
semua, dari sini dapat lihat benang merah dari pergerakan Yesus adalah justru
membebaskan para kaum tertindas di dalam tatanan social pada masa itu.
Keselamatan adalah tujuan dari setiap manusia, dan keslamatan hanya berasal sari
Allah3. jika kita tarik keterhubungan antara keselamtan dan pembebasan maka kita akan
membangaun sebuah argument yang demikian. Pembebasan adalah bukti kongkrit yang
sengaja hadir didalam dunia dalam mengambarkan keselamtan. Pembebasan juga hadir
sebagai anugrah bagi kaum kaum tertindas dan maginal. Berbicara tentang pembebasan
maka kita dapat meliaht dari berbagai konteks antara nya, pembebasan di dalam konteks
psikis, social dan Politik4. Maka dari sini dapat dikatakan bahwa Yesus sebagai pembawa
kedamain terus memainkan peran dalam menggaungkan berita baik tetang keselamtan,
salah satu nya adalah pergerakan Yesus yang berada bersama sama kaum tertindas.
Yesus sebagai pembawa kedamian juga dapt di lihat sebagai model pemebesan
yang nyata. Hal ini dapt juga di pertegas dengan penyataan Ekardt di dalam buku nya
yaitu, “penderitaan manusia tidak dapat dipahami sebagai semacam perkara yang bernilai
atau yang berharga ( seperti hal nya mati syahid ). Satu satu nya hal yang dapat
dibenarkan sehubungan dengan penderitan adalah mengutukinya dan bekerja keras untuk
melenyapkannya5. Dari sini namak jelas bahwa pergrakan Yesus di masa lalu adalah
model terbaik di dalam menjalankan misi pembesan bagi orang orang tertindas.

Melalui relasi relasi yang terbangun antara Yesus dan orang orang tertindas
membuktikab bahwa Yesus benar benar memaian peran didalam menciptakan suatu
pembasan tersebut. Cerita cerita di dalam sejarah pada pra paskah ketika Yesus
mengobati orang sakit, memberi makan orang, dan mengadakan mujizat adalah contoh
kongkrti di dalam mempertunjukan Yesus sebagai pembela kaum marginal dan kaum

3
A Roy Eckardt, “Mengali Ulang Yesus Sejarah” Kritologi masa Kini, Bpk Gunung Mulia 1996, Hal 155
4
A Roy Eckardt, “Mengali Ulang Yesus Sejarah” Kritologi masa Kini, Bpk Gunung Mulia 1996, Hal 157
5
A Roy Eckardt, “Mengali Ulang Yesus Sejarah” Kritologi masa Kini, Bpk Gunung Mulia 1996, Hal 158
tertindas. Hingga dasini kita dapat memahami bahwa pemahaman terhadadp Yesus dapt
di katakan dengan kristologi pembebasan.

D. Yudhaisme Penyelamat Kaum Perempuan

Setelah kita bersama sama berbicara tentang peran Yesus di dalam penindasan
maka terdapat satu topic kembali yang meiliki keterikatan dengan topic penindasan, yaitu
feminisme. Peran perempuan di dalam tradisi trade keyahudian masih sangat lah minim,
hal ini dikarenakan bahwa budaya patriaki yang masih sangt lah kental menyelubungi di
pada masa itu. Sehingga sudah tentu penindasan penindasan yang terjadi terhaadap kaum
perempuan juga tidak terelakan. Namun nampak nya injil tidak mengangkat topic inni
dengan serius, mengapa penulis mengatakan demikian karena di dalam injil masih min
sekali penulisan cerita cerita peradapan perempuan. Oleh Karena itu lah kristoogi
feminisme di bangun.
Dari awal terus di ingatkan bahwa kritologi tidak dapat di pisahkan dengan
kehidupan dan perbuatan perbuatan Yesus, di dalam bagian ini kita akan melihat
keterkaitan kristologi atau peran Yesus terhadap kaum perempuan. Walaupun injil tidak
telalau memandang baik realitas kehidupan para kaum perempuan, namun terdapat satu
peritiwa yang sangat menggambarkan keterlibatan Yesus dalam membela kaum kaum
wanita. Yaitu ketika Yesus di perhadapkan denganpelacur yang akan di rajam oleh batu,
Yesus menunjukan bahwa Ia begitu kasih terhadap perempuan sehingga dengan segala
otoritas nya pada saat tu Ia membela denga serius tokoh yang hendak di rajam batu
tersebut.

Jika kita berbicara tentang kristologi yang di lihat dari sudut pandang femminisme
maka keterkaitan Maria sebagai Ibu Yesus di dalam karya penyelamatan Yesus juga
harus di perhitungkan dengan serius. Yesus sebagi firman yang menjadi daging memakai
tokoh Maria yang sangat hikmat di dalam jalan untuk hadir bersama sama dengan
manusia adalah langkah yang harus nya dapat menjadi dasar yang kuat untuk
mempertahanakn eksistensi wanita sebgai manusia yang utuh. Sejarah ceita kelahiran
Yesus melai rahim seorang ibu Maria juga memberikan maknan bahwa kelakian Yesus
sebagai Tuhan juga sebanding dengan perempuan. Dari sini dapat ditarik kesimpulan
bahwa Yesus sebagi Tuhan tidak dapat di pahami sepenuh nya bahwa Ia adalah laki laki
yang lebih unggul dari para wanita.

Kepentingan Pokok Pokok Pengetahuan di Dalam Memahami Yesus

Di dalam memahami kritologi, kita membutuhkan banding bandaingan realita


skehiduapn di masa kini. Mengapa hal ini dapat terjadi karena kritologi adalah sebuah
tafsiran, tafsiran dari kehidupan Yesus maka relevasi konteks sangat lalh menentukan
sebauh hasil tafsiran. Pemahaman terhadap Yesus juga demikian, realitas kehidupan masa
Yesus pra paskah sangat lalh berbeda namun kita sebagai teolog harus berupaya keras
untuk menarik sebuah nilai nilai kristiani untuk dapat di lakukan secara kongkrit di masa
sekarang. Sehingga melalui bebrapa topic topic di atas kita semkain paham bagaimana
Yesus di dalam konteks masa itu.

Sejarah Yesus sangat lah menarik untuk di palajari, di dalam bab bertama tuisan
ini, penulis banyak bergumul dengan kesejarahan Yesus di dalam konteks keahudian nya.
hal ini dirasa penting karena, seperti yang telah di singgung di atas bahwa pemahaman
realitas kehidupan Yesus akan melahirkan sebuah nilai nilai kritiani.

Termasuk sejarah kehidupan Yesus, sejarah kehidupan Yesus menyangkup dari


apa yang yang dilakukan Yeus hingga keputuan yang keluar dari gerak gerik Yesus. Hal
ini lah yang kemudian membentuk sebagai nilai nilai kritiani. Yesus sebagai seorang
Yahudi juga harus di pahami secara menadalam, karena terdapat banyak spekulsi yang
berkembang dan kita sebgai seorang Kristen harus memami secara serius dengan hal ini,
agar kehidupan kritiai kita dapat terarah dengan baik dengna pemahaman pengenalan
Yesus sebagai Tuhan.

Berbagai isu yang marak terjadi seperti penindasan dan pemarzinalan juga harus
kita pahami sebagai salah satu reliat kehiduan masa kini. Melalui pengenalan Yesus
sebgai tokoh yang membela kaum tertindas, kita di celikan untu juga mengambil perann
di dalam isu isu tersebut. Kejerahan Yesus sebagai pribadi yagn menolak keras kekerasan
haruslah di pahami dengan cermat. Mengapa hal ini penting karena di masa sekaran ini
agama sebagai wujud dari komunitas iman Kristen uga rentas sekali untuk di jadikan
sebuah alat dalam menyerang dan guna untuk melancarkan kepentingan kepetingan
ekonomi atau politik. Nampak nya bukan membela namun justru menindas adalah
langkah yang di lakukan oleh para pembesar agama. Dari sini dapat dikatakan bahwa
Yesus sebagai tokoh utama di dalam memberikan model pembelaan kaum penindasan
perlu di pahami serius untuk mengjidari hal hal yang keji di atas.

Isu isu tetang penindasan kepada kaum perempuan juga turut menjadi rentetan
yang harus kita pahami dari perpekstif kristologi. Hal ini juga lah penting karena
kehidupan beragama kita sudah lama di nan bobokan di dalam budaya patriaki. Agama
dengan realitas kehidupan nya begitu nyaman di dalam budaya yang sangat merugikan
tersebut. Oleh karean itu keterlibatan Yesus terhadap kaum perempuan juga perlu di
palajari secara serius. Harapan dari ini adalah gereja segera menginsafi bahwa kaum
perempuan juga sejajar dengan kaum laki laki. Namuan kenyataan bahwa Yesus sebagai
laki laki masih terus mendatangkan sebuah dialog kusus.

Kesulitan Di dalam Membaca

Yang pertama adalah, karena buku ini adalah buku terjemahan maka kesesuaian
konteks penerjemah dan penulis membuat pembaca harus ekstra focus untuk
mendapatkan poin dari setiap narasi. Hal ini juga beribas di dalam teori teori yang
aturkan didalam buku ini. Nampak sperti berputar di dalam penyampain terii atau
argument yang tebangun. Sehingga penulis harus memainkan asumsi terlebih dahulu did
ketika membaca, setelah itu dikonfirmasi melalui pembacaan kedua atau pembacaan
selanjutnya. Namun pada dasarnya Roy begitu cermat di dalam menyampaikan
pendaptnya, sehingga walaupun nampak berputar namun jika kita lanjutkan didalam bab
bab selanjunya maka kita akan semakin menjadi paham, kerena proses penulisan yang
runtut dan terarah.

Yang kedua adalah, Roy memiliki banyak sekali refresi didalam tulisan ini, maka
kemampuan untuk mengalisi yang kuat harus lah sangat lah di perhatikan. Hal ini di
karenakan jika tidak focus dengan narasi yang terbangun sakingn banyak nnya refresi dan
pendapt orang lain yang di masukan di dalam bacaan, maka kita akan terlena dengan
narasi tersebut, dan kita akan salah tebak jika ternyata argument atau narasi tersebut
bukan dari narasi Roy namun pendapat orang lain yang di maksukan. Namun hal ini juga
membantu memberika pemahaman yang labih karean dengan adanya pendapat orang lain
di dalam sebuah tulisan maka kita akan semaian di perkaya karena kita di tuntut untuk
mengkomparasikan sebuah pemahaman yang bersifat subjektivitas.

Anda mungkin juga menyukai