“Falsafah Habonaron Do Bona Dalam Budaya Simalungun Sebagai Representasi

Mengasihi dan Menghormati sesama dalam Ajaran Yesus”

KRISTOLOGI B

Nama Dosen Pengampu:

Pdt. Dr. Yusak B. Setyawan (MATS, Ph.D)

Disusun Oleh:

CITRA H. HUTASOIT 712019155

Universitas Krtisten Satya Wacana

Fakultas Teologi

Salatiga

2021
 I. PENDAHULUAN

“Simalungun” berasal dari dua suku kata yaitu “malungun” yang artinya “sunyi atau
tenang”, kemudian kata “si” merupakan penunjuk bagi orang yang memiliki identitas,
kepemilikan benda dan lainnya. Sehingga kata “Simalungun” berarti “orang yang suka dengan
kesunyian atau ketenangan”. Suku Simalungun merupakan bagian dari enam pecahan suku
Batak yang tinggal di daerah utama Simalungun. Nilai-nilai yang ada dalam Habonaron Do
Bona berpadu dengan adat budaya dalam Simalungun yang mana hal tersebut menjadi pengarah
untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari semua orang untuk menyembah Tuhan yang
dikenal dengan nama “Naibata”. Nilai-nilai yang terdapat dalam Habonaron Do Bona yakni
meliputi ajaran tentang: Ketaatan terhadap Tuhan (Ketuhanan), saling menghargai dan
menghormati sesama manusia.

Bagi orang Simalungun, agama merupakan hal yang tak terpisahkan dari budaya
termasuk gereja yang terbentuk di wilayah Simalungun yakni Gereja Kristen Protestan
Simalungun (GKPS). Gereja ini dimekarkan dari Batak Toba dengan nama gereja HKBPS
dengan alasan bahwa orang Simalungun ingin melestarikan budayanya yang sempat ingin
dihilangkan oleh pihak HKBPS. Namun meski demikian, Simalungun bukan lah sebuah suku
yang sangat fanatik terhadap agama yang dianut. Meskipun agama sudah lama masuk ke
Sumatra, orang-orang Simalungun lebih memilih untuk menghidupi falsafah yang sangat mereka
hayati yakni “Habonaron Do Bona” yang telah digunakan sebagai filosopi suku Simalungun
sejak tahun 1970.

II. ARGUMEN UTAMA

Saling menghargai dan menghormati sesama manusia yang merupakan representasi dari
ajaran Yesus yakni kasih. Ajaran ini sangat relevan dengan konsep falsafah Habonaron do Bona
dalam suku Simalungun. Makna lain dari Habonaron Do Bona adalah suatu sikap,berperilaku
(etika) dan ideologi yang berlandas kebenaran. "kebenaran" yang dimaksud itu tampak nyata
dalam berpandangan benar, berniat benar, berbicara benar, bertindak benar, berpenghidupan
benar, dan berusaha benar. Melalui penerapan falsafah tersebut mereka dapat menaikkan status
sosialnya dan karena mereka sadar bahwa sebagai pendatang yang jauh dari kampung halaman,
sehingga mereka menjadi orang yang lebih "tahu diri", rendah hati dan berusaha untuk saling
menolong. Nilai-nilai yang terkandung dalam falsafah Simalungun “Habonaron Do Bona”
menjadi pedoman, dalam berperilaku sehari-hari dan penuntun hidup. Mengasihi Tuhan Allah
merupakan perintah yang pertama dan yang terutama, yang harus kita lakukan. Allah sudah
terlebih dahulu mengasihi kita, untuk itulah kita harus mengasihi Allah. Taat kepada Sang
Pencipta juga menjadi salah satu makna dari Habonaron do Bona yang harus dijalankan. Karena
kasih itu berasal dari pada Tuhan yang kemudian diterapkan oleh orang percaya. Habonaron do
Bona menjadi pedoman hidup bagi masyarakat Simalungun yang mana falsafah ini mengajarkan
untuk menghidupi kebenaran yang sudah pasti kebenaran yang berlandaskan pada ajaran Yesus
seperti taat terhadap penciptanya, realisasinya adalah dengan melaksankan kewajiban
beragamanya dengan sungguh-sungguh serta menunjukkan semangat, jiwa dan perilaku jujur,
bertanggungjawab, pantang menyerah, rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan sesama,
bekerja keras, gigih, senang melakukan kegiatan sosial, kreatif dan menghindari perbuatan yang
melanggar hukum.

III. GARIS BESAR

Garis besar dari semua pembahasan di atas mengenai Falsafah Habonaron do Bona yakni
sebagai berikut:

- Habonaron do Bona sebagai kekayaan etika dalam budaya Simalungun.

- Mengapa orang Simalungun harus menghidupi falsafah Habonaron Do Bona?
- Falsafah Habonarpn do Bona sebagai representasi ajaran Yesus yaitu Kasih.
- Bagaimana orang Simalungun menghidupi falsafah Habonaron do Bona hingga saat ini?