Anda di halaman 1dari 12

BHINEKA TUNGGAL

IKA
Kelompok 4
Denny Septianto (021150057)
Ika Mustika Wati (021160055)
Ganis Fahrul R (021160062)
Neneng Safitri (021160064)
Afrizal Dendy S (021160076)
Pengertian Bhineka Tunggal Ika
Secara etimologi atau asal-usul bahasa, kata-kata Bhinneka
Tunggal Ika berasal dari bahasa Jawa Kuno yang bila dipisahkan
menjadi

Bhinneka = beragam atau beraneka


Tunggal = satu
Ika = itu

Artinya secara harfiah jika diartikan menjadi beraneka satu itu.


Maknanya bisa dikatakan bahwa beraneka ragam tetapi masih
satu jua.
Sejarah Bhineka Tunggal Ika

Sebelumnya semboyan yang dijadikan semboyan resmi


Negara Indonesia sangat panjang yaitu Bhineka Tunggal Ika
Tan Hana Dharma Mangrwa. Semboyan Bhineka Tunggal Ika
dikenal untuk pertama kalinya pada masa Majapahit era
kepemimpinan Wisnuwardhana.

Perumusan semboyan Bhineka Tunggal Ika ini dilakukan oleh Mpu


Tantular dalam kitab Sutasoma. Perumuan semboyan ini pada
dasarnya merupakan pernyataan keratif dalam usaha mengatasi
keanekaragaman kepercayaan dan keagamaan.
Semboyan Negara Indonesia ini telah memberikan nilai-nilai inspiratif
terhadap system pemerintahan pada masa kemerdekaan. Bhineka
Tunggal Ika pun telah menumbuhkan semangat persatuan dan kesatuan
Negara Kesatuan Republik Indoesia. Dalam kitab Sutosoma, definisi Bhineka
Tunggal Ika lebih ditekankan pada perbedaan dalam hal kepercayaan dan
keaneragaman agama yang ada di kalangan masyarakat Majapahit.

Namun, sebagai semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia, konsep


Bhineka Tunggal Ika bukan hanya perbedaan agama dan kepercayaan
menjadi fokus, tetapi pengertiannya lebih luas. Bhineka Tunggal Ika sebagai
semboyan Negara memiliki cakupan lebih luas, seperti perbedaan suku,
bangsa, budaya (adat-istiadat), beda pulau, dan tentunya agama dan
kepercayaan yang menuju persatuan dan kesatuan Negara.
Prinsip Bhineka Tunggal Ika
 1. Common Denominator
 Di Indonesia, berbagai macam keaneka ragaman yang ada tidaklah membuat
bangsa ini menjadi pecah. Terdapat 5 agama yang ada di Indonesia, dan hal
tersebut tidak membuat agama-agama tersebut untuk saling mencela. Maka sesuai
dengan prinsip pertama dari Bhinneka Tunggal Ika, maka perbedaan-perbedaan di
dalam agama tersebut haruslah dicari common denominatornya, atau dengan kata
lain kita haruslah mencari sebuah persamaan dalam perbedaan itu, sehingga
semua rakyat yang hidup di Indonesia dapat hidup di dalam keanekaragaman dan
kedamaian dengan adanya kesamaan di dalam perbedaan tersebut.
 Begitu juga halnya dengan dengan aspek lain yang mempunyai perbedaan di
Indonesia, seperti adat dan kebudayaan yang terdapat di setiap daerah. Semua
macam adat dan budaya itu tetap diakui konsistensinya sebagai adat dan budaya
yang sah di Indonesia, tapi segala macam perbedaan tersebut tetap bersatu di
dalam bingkai Negara kesatuan republik Indonesia.

 2. Tidak Bersifat Sektarian dan Enklusif
 Makna yang terkandung di dalam prinsip ini yakni semua
rakyat Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
tidak dibenarkan menganggap bahwa dirinya atau
kelompoknya adalah yang paling benar, paling hebat, atau
paling diakui oleh yang lain. Pandangan-pandangan sectarian
dan enklusif haruslah dihilangkan pada segenap tumpah
darah Indonesia, karena ketika sifat sectarian dan enklusif
sudah terbentuk, maka akan banyak suatu konflik yang
terjadi dikarenakan kecemburuan, kecurigaan, sikap yang
berlebihan, dan kurang memperhitungkan keberadaan
kelompok atau pribadi lain.
 3. Tidak Bersifat Formalistis
 Bhinneka Tunggal Ika tidak bersifat formalistis,
yang hanya menunjukkan sebuah perilaku semu
dan kaku. Tetapi, Bhinneka Tunggal Ika
sifatnya universal dan menyeluruh. Hal ini
dliandasi oleh adanya rasa cinta mencintai, rasa
hormat menghormati, saling percaya mempercayai,
dan saling rukun antar sesame. Karena dengan cara
inilah, keanekaragaman bisa disatukan dalam
bingkai ke-Indonesiaan.
 4. Bersifat Konvergen
 Bhinneka Tunggal Ika sifatnya konvergen dan tidak
divergen. Segala macam keaneka ragaman yang
ada bila terjadi masalah, bukan untuk dibesar-
besarkan, tetapi haruslah dicari satu titik temu yang
bisa membuat segala macam kepentingan menjadi
satu. Hal ini bisa dicapai bila terdapatnya sikap
toleran, saling percaya, rukun, non sectarian, dan
inklusif.
Implementasi Bhineka Tunggal Ika
 1. Perilaku Inklusif
 Seseorang haruslah menganggap bahwa dirinya sedang berada di dalam suatu populasi
yang luas, sehingga dia tidak melihat dirinya melebihi dari yang lain. Begitu juga
dengan kelompok. Kepentingan bersama lebih diutamakan daripada sebuah keuntungan
pribadi atau kelompoknya. Kepentingan bersama bisa membuat segala komponen
merasa puas dan senang. Masing-masing kelompok mempunyai peranan masing-masing
di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
 2. Mengakomodasi Sifat Prulalistik
 Ditinjau dari keanekaragaman yang ada di dalam negeri ini, maka sepantasnyalah bila
Indonesia adalah bangsa dengan tinglat prulalistik terbesar di dunia. Hal inilah yang
membuat bangsa kita disegani oleh bangsa lain. Tapi, bila hal ini tidak
bisa dipergunakan dengan baik, maka sangat mungkin akan terjadi disintegrasi di dalam
bangsa.
 Agama, ras, suku bangsa, bahasa, adat dan budaya yang ada di Indonesia
mempunyai jumlah yang tidak sedikit. Sikap saling toleran, saling menghormati, saling
mencintai, dan saling menyayangi menjadi hal mutlak yang dibutuhkan oleh segenap
rakyat Indonesia, supaya terciptanya masyarakat yang tenteram dan damai.
 3. Tidak Mencari Menangnya Sendiri
 Perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah terjadi pada zaman sekarang. Apalagi
ditambah dengan diberlakukannya sistem demokrasi yang menuntut segenap rakyat
bebas untuk mengungkapkan pendapatnya masing-masing. Oleh sebab itu, untuk
mencapai prinsip ke-Bhinneka-an, maka seseorang haruslah saling menghormati antar
satu pendapat dengan pendapat yang lain. Perbedaan ini tidak untuk dibesar-besarkan,
tetapi untuk dicari suatu titik temu dengan mementingkan suatu kepentingan bersama.
Sifatnya konvergen haruslah benar-benar dinyatakan di dalam hidup berbangsa dan
bernegara, jauhkan sifat divergen.
 4. Musyawarah untuk Mufakat
 Perbedaan pendapat antar kelompok dan pribadi haruslah dicari solusi bersama
dengan diberlakukannya musyawarah. Segala macam perbedaan direntangkan untuk
mencapai satu kepentingan. Prinsip common denominator atau mencari inti kesamaan
haruslah diterapkan di dalam musyawarah. Dalam musyawarah, segala macam
gagasan yang timbul akan diakomodasikan dalam kesepakatan. Sehingga kesepakatan
itu yang mencapai mufakat antar pribadi atau kelompok.
 5. Dilandasi Rasa Kasih Sayang dan Rela
Berkorban
 Sesuai dengan pedoman sebaik-baik manusia yaitu
yang bermanfaat bagi manusia lainnya, rasa rela
berkorban haruslah diterapkan di dalam kehidupan
sehari-hari. Rasa rela berkorban ini akan terbentuk
dengan dilandasi oleh rasa salin kasih mangasihi,
dan sayang menyayangi. Jauhilah rasa benci karena
hanya akan menimbulkan konflik di dalam
kehidupan.
Contoh kasus
 Kasus kekerasan agama terjadi di Yogyakarta. Seorang pemuda bersenjata
pedang menyerang jemaat di Gereja Santa Lidwina, Desa Trihanggo,
Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakarta pada Minggu (11/2).
 Peristiwa ini menyebabkan Romo Prier dan dua jemaatnya serta seorang
polisi mengalami luka berat akibat sabetan senjata tajam. Pelajar berinisial
S asal Banyuwangi, Jawa Timur itu akhirnya dilumpuhkan polisi dengan
senjata api di bagian kaki dan perut.
 Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyebutkan, S diduga terpengaruh
radikalisme hingga melakukan aksi penyerangan ke tempat ibadah. Dia
pernah tinggal di Poso dan Magelang. Dia juga pernah membuat paspor
untuk pergi ke Suriah, tapi gagal.
 Kepolisian masih menyelidiki kemungkinan S bekerja sendiri (lone wolf)
atau terlibat jaringan teroris lain. Kondisi S saat ini belum dapat dimintai
keterangan karena mengalami luka tembak yang cukup parah.

Anda mungkin juga menyukai