Anda di halaman 1dari 19

KARAKTERISTIK PENGEMBANGAN

KOGNITIF ANAK USIA DINI

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas


mata kuliah Metode Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini

Disusun Oleh:
Markhamah
192200094

Dosen Mata Kuliah:


Tri Mulat, M.Pd.I.

Sekolah Tinggi Agama Islam Sufyan Tsauri (STAIS)


Jalan KH. Sufyan Tsauri, Cibeunying, Majenang, Cigaru, Cibeunying, Majenang,
Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah 53257

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu
membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada
kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita
capaimenjadilebihmudahdanpemanfaat.

Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta
teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun
materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa
maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian,
yang kadangkala hanya menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami
jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan
makalah-makah kami dilainwaktu.

Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-
mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-
teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau
mengambil hikmah dari judul ini ( Karakteristik Pengembangan Kognitif Anak
Usia Dini) sebagai tambahan dalam menambah referensi di Mata Kuliah Semester
ini.

Majenang, April 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................ ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. PengertianPerkembanganKognitif..................................................... 3

B. Proses PerkembanganKognitif........................................................... 4

C. KarakteristikPerkembanganKognitifPesertaDidik.......................... 5

D. MasalahPerkembanganKognitifPesertaDidik................................... 14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................... 15
B. Saran..................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Anak usia dini tidak pernah lepas dari belajar, baik di sekolah lingkungan
keluarga, maupun lingkungan masyarakat. Kemampuan kognitif sangat
diperlukan anak usia dini dalam pendidikan. Perkembangan kognitif merupakan
salah satu aspek yang sangat penting dalam perkembangan anak usia dini. Kita
ketahui bahwa anak usia dini merupakan objek yang berkaitan langsung dengan
proses pembelajaran, sehingga perkembangan kognitif sangat menentukan
keberhasilan anak usia dini dalam sekolah.1
Dalam perkembangan kognitif di sekolah, guru sebagai tenaga
kependidikan yang bertanggung jawab dalam melaksanakan interaksi edukatif dan
pengembangan kognitif anak usia dini, perlu memiliki pemahaman yang sangat
mendalam tentang perkembangan kognitif pada anak didiknya.
Orang tua juga tidak kalah penting dalam kognitif anak karena
perkembangan dan pertumbuhan anak dimulai di lingkungan keluarga. Namun,
sebagian pendidik dan orang tua belum terlalu memahami tentang perkembangan
kognitif anak, karakteristik perkembangan kognitif, dan lain-lain yang
berhubungan dengan masalah perkembangan kognitif anak.
Oleh karena itu, mengingat pentingnya perkembangan kognitif bagi anak
usia dini, diperlukan penjelasan perkembangan kognitif lebih detail baik
pengertian maupun tahap-tahap karakteristik perkembangan kognitif anak usia
dini.

B.     Rumusan Masalah


Dari latar belakang perkembangan kognitif anak usia dini, dapat kita ambil
masalah-masalah yang mendasar terhadap perkembangan kognitif, antara lain:
1.      Apa pengertian perkembangan kognitif ?

1
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Anak usia dini. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, H, 76

1
2.      Bagaimana proses perkembangan kognitif anak usia dini ?
3.      Apa saja karakteristik perkembangan kognitif anak usia dini dan tahap-tahapnya?
4.      Masalah apa yang berkaitan dengan perkembangan kognitif anak usia dini dan
bagaimana solusinya ?

C.     Tujuan
Dari rumusan masalah perkembangan kognitif anak usia dini, tujuan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui pengertian perkembangan kognitif anak usia dini.
2.      Mengetahui proses perkembangan kognitif anak usia dini.
3.      Mengetahui karakteristik perkembangan kognitif anak usia dini dan tahap-
tahapnya.
4.      Mengetahui masalah seputar karakteristik perkembangan kognitif anak usia dini
dan solusinya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Perkembangan Kognitif


Serupa dengan aspek-aspek perkembangan yang lainnya, kemampuan
kognitif anak juga mengalami perkembangan tahap demi tahap. Secara sederhana,
kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir
lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah.
Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini akan memudahkan anak usia
dini menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu
melanjutkan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan
lingkungan.2
Sehingga dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah salah satu
aspek perkembangan anak usia dini yang berkaitan dengan pengetahuan, yaitu
semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari
dan memikirkan lingkungannya, sesuai buku karangan.
Teori perkembangan kognitif, menurut Pieget Perkembangan kognitif
seorang anak terjadi secara bertahap, lingkungan tidak tidak dapat mempengaruhi
perkembangan pengetahuan anak. Seorang anak tidak dapat menerima
pengetahuan secara langsung dan tidak bisa langsung menggunakan pengetahuan
tersebut, tetapi pengetahuan akan didapat secara bertahap dengan cara belajar
secara aktif dilingkungan sekolah.
Kemudian, pandangan perkembangan kognitif menurut Vygotsky berbeda
dengan piaget. Vygotsky lebih menekankan pada konsep sosiokultural, yaitu
konteks sosial dan interaksi dengan orang lain dalam proses belajar anak.
Vygotsky juga yakin suatu pembelajaran tidak hanya terjadi saat disekolah atau
dari guru saja, tetapi suatu pembelajaran dapat terjadi saat siswa bekerja

2
Fatimah, E. 2010. Psikologi Perkembangan (perkembangan anak usia dini). Bandung:
CV Pustaka Setia, H, 291

3
menangani tugas-tugas yang belum pernah dipelajari disekolah namun tugas-tugas
itu bisa dikerjakannya dengan baik, misalnya di masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan dan dapat dipahami
bahwa kognitif atau pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi
untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi,
pikiran, ingatan dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang
memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan,
atau semua proses psikologis yang berkaitan bagaimana individu mempelajari,
memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan
memikirkan lingkungannya.

B.     Proses Perkembangan Kognitif


Dalam pembahasan proses perkembangan kognitif, ada dua alternative proses
perkembangan kognitif yaitu pada teori dan tahap-tahap perkembangan yang
dikemukakan oleh Piaget dan proses perkembangan kognitif oleh para pakar
psikologi pemprosesan informasi.
1.      Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Piaget meyakini bahwa pemikiran seorang anak berkembang dari bayi
sampai dia dewasa. Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai
dari bayi yang baru di lahirkan sampai mengijak usia dewasa mengalami empat
tingkat perkembangan kognitif, yaitu :
a.       Tahap Sensori-Motorik (usia 0-2 tahun)
Tahap ini seperti Bayi bergerak dari tindakan reflex instinktif pada saat
lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman
tentang dunia melalui pengkoordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan
tindakan fisik.
b.      Tahap Pra-Operasional (usia 2-7 tahun)
Pada tahap ini anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dari
berbagai gambar. Kata dan gambar-gambar ini menunjukkan adanya peningkatan
pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi indrawi dan tindakan
fisik.

4
c.       Tahap Konkret-Operasional (usia 7-11 tahun)
Ditahap ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa
yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang
berbeda. Tetapi dalam tahapan konkret-operasional masih mempunyai kekurangan
yaitu, anak mampu untuk melakukan aktivitas logis tertentu tetapi hanya dalam
situasi yang konkrit. Dengan kata lain, bila anak dihadapkan dengan suatu
masalah secara verbal, yaitu tanpa adanya bahan yang konkrit, maka ia belum
mampu untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik.
d.      Tahap Operasional Formal (usia 11 tahun-dewasa)
Ditahap ini remaja berfikir dengan cara yang lebih abstrak, logis, dan lebih
idealistik.3

C.     Karakteristik Perkembangan Kognitif Anak usia dini


Karakteristik perkembangan kognitif anak usia dini dibagi menjadi 3, yaitu:
1.      Masa kanak-kanak awal
a.       Pengertian perkembangan kognitif masa kanak-kanak awal
Jean Piaget menanamkan masa kanak-kanak awal. Dari sekitar usia 2 sampai 7
tahun, sebagai tahap praoperasional, karena anak-anak belum siap untuk terlibat
dalam operasi atau manipulasi mental yang mensyaratkan pemikiran logis.
Karakteristik perkembangan dalam tahap kedua adalah perluasan penggunaan
pemikiran simbolis, atau kemampuan representional, yang pertama kali muncul
pada akhir tahap sensorimotor. Menurut Montessori ( Hurlock, 1978) anak usia 3-
6 tahun adalah anak yang sedang berada dalam periode sensitif atau masa peka,
yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan
sehingga tidak terhambat perkembangannya. Anak taman kanak-kanak adalah
anak yang sedang berada dalam rentang usia 4-6 tahun, yang merupakan sosok
individu yang sedang berada dalam proses perkembangan. Proses pendidikan bagi
anak usia 4-6 tahun secara formal dapat ditempuh di taman kanak-kanak.
b.      Kemampuan yang mampu dikuasai anak

3
Arya. 2010. Perkembangan kognitif pada anak. (online).

5
Pada tahap ini kemampuan anak berada pada tahap praoperasional. Dikatakan
praoperasional karena pada tahap ini anak belum memahami. Fase praoperasional
dapat dibagi ke dalam tiga subfase, yaitu subfase fungsi simbolis, subfase berpikir
secara egosentris dan subfase berpikir secara intuitif. Fase ini rnemberikan andil
yang besar bagi perkembangan kognitif anak. Pada fase praoperasional, anak tidak
berpikir secara operasional yaitu suatu proses berpikir yang dilakukan dengan
jalan menginternalisasi suatu aktivitas yang memungkinkan anak mengaitkannya
dengan kegiatan yang telah dilakukannya sebelumnya. Fase ini merupakan fase
permulaan bagi anak untuk membangun kemampuannya dalam menyusun
pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak pada fase ini belum stabil dan tidak
terorganisasi secara baik.4
Fase praoperasional mencakup tiga aspek, yang memiliki kemampuan yaitu:
1.      Berpikir Simbolik
Berpikir simbolik yaitu kemampuan untuk berpikir tentang objek dan
peristiwa walaupun objek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di
hadapan anak. Subfase fungsi simbolis terjadi pada usia 2 - 4 tahun. Pada masa
ini, anak telah memiliki kemampuan untuk menggarnbarkan suatu objek yang
secara fisik tidak hadir. Contoh kemampuan ini membuat anak dapat
rnenggunakan balok-balok kecil untuk membangun rumah-rumahan, menyusun
puzzle, dan kegiatan lainnya. Pada masa ini, anak sudah dapat menggambar
manusia secara sederhana. Pada fase praoperasional, anak mulai menyadari bahwa
pemahamannya tentang benda-benda di sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan
melalui kegiatan sensorimotor, akan tetapi juga dapat dilakukan melalui kegiatan
yang bersifat simbolis. Anak tidak harus berada dalam kondisi kontak
sensorimotorik dengan objek, orang, atau peristiwa untuk memikirkan hal
tersebut. Anak dapat membanyangkan objek atau orang tersebut memiliki sifat
yang berbeda dengan yang sebenarnya.

2.      Berpikir Egosentris


4
Fridani Lara, Wulan Sri, Astuti Indah Sri, (2008). Evaluasi Perkembangan Anak
Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

6
Aspek berpikir secara egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar atau tidak
benar, setuju atau tidak setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu,
anak belum dapat meletakkan cara pandangnya di sudut pandang orang lain.
Menurut Piaget, pemikiran itu khas bersifat egosentris, anak pada tahap ini sulit
membayangkan bagaimana segala sesuatunya tampak dari perspektif orang lain.
Subfase berpikir secara egosentris terjadi pada usia 2-4 tahun. Berpikir secara
egosentris ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk memahami perspektif atau
cara berpikir orang lain. Anak berasumsi bahwa orang lain berpikir, menerima dan
merasa sebagaimana yang mereka lakukan.
3.      Berpikir lntuitif
Fase berpikir secara intuitif, yaitu kemarnpuan untuk menciptakan sesuatu,
seperti menggambar atau menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan
pasti alasan untuk melakukannya. Subfase berpikir secata intuitif tenadi pada usia
4 - 7 tahun. Masa ini disebut subfase berpikir secara intuitif karena pada saat ini
anak kelihatannya mengerti dan mengetahui sesuatu.
Kemampuan memori yang berkembang pada masa kanak-kanak awal. Model
pemprosesan informasi mendeskripsikan tiga tahap dalam mengingat yaitu:
1.      Encoding: proses di mana informasi dipersiapkan untuk penyimpanan jangka
panjang dan pemanggilan kembali di kemudian hari.
2.      Storage: penyimpanan ingatan untuk penggunaan di masa depan.
3.      Retrieval: proses di mana informasi diakses atau dipanggil kembali dari
penyimpanan ingatan.
Pada semua usia, mengenal dapat dilakukan lebih baik dari mengingat, akan
tetapi kedua kemampuan tersebut meningkat pada masa anak-anak awal.5

2.      Masa Kanak-kanak Akhir

Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini, (Jakarta:Kencana Prenada


5

Media Grup, 2012), h. 47

7
Menurut teori Piaget, pemikiran anak – anak usia sekolah dasar disebut
pemikiran Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya aktivitas
mental yang difokuskan pada objek – objek peristiwa nyata atau konkrit. Masa ini
berlangsung pada masa kanak-kanak akhir. Dalam upaya memahami alam
sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari
pancaindera, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa
yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya. Dalam keadaan normal,
pada periode ini pikiran anak berkembang secara berangsur – angsur. Jika pada
periode sebelumnya, daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris,
maka pada periode ini daya pikir anak sudah berkembang ke arah yang lebih
konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak
benar-benar berada pada stadium belajar.6
Dalam masa ini, anak telah mengembangkan 3 macam proses yang disebut
dengan operasi – operasi, yaitu :
a)      Negosiasi, yaitu pada masa konkrit operasional, anak memahami hubungan-
hubungan antara benda atau keadaan yag satu dengan benda atau keadaan yang
lain.
b)      Hubungan Timbal Balik, yaitu anak telah mengetahui hubungan sebab-akibat
dalam suatu keadaan.
c)      Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan benda-benda
yang ada.7
Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk
mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan.
Jadi, pada tahap ini anak telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkanya
dapat berfikir untuk melakukan suatu tindakan, tanpa ia sendiri bertindak secara
nyata.
1.      Pemikiran spasial

6
Aisyah, Siti. (2007). Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia
Dini.  Jakarta: Universitas Terbuka.
7
(http://ilmupsikologi.wordpress.com/2020/03//perkembangan-kognitif-pada-anak/, diakses 2
November 2020).

8
Contoh : Dani dapat menggunakan peta atau model untuk membantunya mencari
objek tersembunyi dan dapat memberikan arah untuk menemukan benda tersebut
kepada orang lain. Dia dapat menemukan jalan ke sekolah dan pulang ke rumah,
dapat memperkirakan jarak, dapat menilai berapa waktu yang dibutuhkan untuk
pergi dari satu tempat ke tempat yang lain.
2.      Sebab akibat
Contoh : Doni mengetahui atribut fisik objek mana yang akan memengaruhi hasil
(misalnya, jumlah objek berpengaruh sedangkan jumlah warna tidak). Tetapi dia
belum mengetahui faktor spesial mana seperti posisi dan penempatan objek, yang
membuat perbedaan.
3.      Klasifikasi
Kemampuan mengategorisasi membantu anak untuk berpikir secara logis.
Contoh : elena dapat memilah objek ke dalam beberapa kategori, seperti bentuk,
warna, atau keduanya. Dia mengetahui bahwa subkelas (mawar) memiliki anggota
yang lebih sedikit dibandingkan dengan kelas yang menjadi induknya (bunga).
4.      Seriasi dan kesimpulan transitif
Kemampuan untuk mengenali hubungan antara dua objek dengan mengetahui
hubungan antara masing-masing objek tersebut dan objek ketiga. Contoh : nina
dapat mengatur kumpulan tongkat sesuai urutan, dari yang paling pendek ke yang
paling panjang, dan dapat memasukkan tongkat berukuran menengah ke tempat
yang tepat. Dia mengetahui apabila satu tongkat lebih panjang dibandingkan
tongkat kedua, dan tongkat kedua lebih panjang dari tongkat ketiga, maka tongkat
pertama lebih panjang dari tongkat ketiga.
5.      Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif merupakan tipe penalaran logis yang bergerak dari yang
observasi khusus terhadap anggota kelas hingga mencapai kesimpulan tentang
kelas tersebut. Dan penalaran deduktif merupakan tipe penalaran logis yang
bergeneral dari premis umum tentang sebuah kelas kepada sebuah kesimpulan
tentang anggota tertentu atau beberapa anggota dari kelas tersebut. Contoh : Dara
dapat memecahkan masalah induktif maupun deduktif dan mengetahui bahwa
kesimpulan induktif (yang didasarkan pada beberapa premis tertentu) memiliki

9
tingkat kepastian yang lebih rendah dibandingkan dengan kesimpulan deduktif
(didasarkan kepada premis umum).
1.      Perkembangan Memori
Cara otak menyimpan informasi dipercaya bersifat universal, walaupun efisiensi
dari sistem tersebut bervariasi dari orang ke orang (Siegler, 1998). Model
pemrosesan informasi menggambarkan otak memiliki tiga “gudang”, yaitu:
a)      Memori sensoris (sensory memory) adalah sistem penyimpanan awal “tangki
penampungan” sementara bagi informasi sensoris yang masuk. Ingatan sensoris
menunjukkan sedikit perubahan berkaitan dengan usia; sebagaimana yang telah
kita saksikan, bayi pun memilii ingatan sensoris.
b)      Memori kerja (working memory) adalah sebuah “gudang” jangka pendek bagi
informasi yang sedang dikerjakan oleh seseorang pada saat ini; dan informasi
tersebut adalah informasi yang berusaha untuk dipahami, diingat, atau dipikirkan.
c)      Memori jangka panjang (long-term memory) adalah sebuah “gudang” dengan
kapasitas penyimpanan yang tidak terbatas, yang menyimpan informasi dalam
jangka waktu yang lama.
2.      Perkembangan Pemikiran Kritis
Perkembangan pemikiran kritis yaitu pemahaman atau refleksi terhadap
permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka, tidak
mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber
serta mampu befikir secara reflektif dan evaluatif.
3.      Perkembangan Kreativitas
Dalam tahap ini, anak-anak mempunyai kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan,
terutama lingkungan sekolah.
4.      Perkembangan Bahasa
Selama masa anak-anak awal, perkembangan bahasa terus berlanjut.
Perkembangan bahasa pada usia sekolah yaitu antara lain:
a)      Aspek pada penggunaan bahasa adalah narasi dan percakapan.
Umumnya pada usia ini, tugas komunikasi menjadi kompleks dan sulit,
sehingga anak-anak usia ini mengalami kesulitan untuk memahami perasann

10
orang lain, lalu anak usia 5-6 tahun cenderung kurang mampu
mengkomunikasikan informasi dari anak yang lebih tua, jadi informasi yang
abstrak belum mampu dikomuikasikan pada anak-anak.
b)      Meningkatnya jumlah pembendaharaan dan spesifikasi definisi.
Dalam masa pertumbuhan pemahaman kata dan hubungannya berlangsung
terus menerus, sehingga mereka dapat memperkaya perbendaharaan katanya lebih
banyak melalui bacaan-bacaan yang sifatnya konstekstual, peningkatan tersebut
mungkin setelah kelas empat SD. Namun walaupun terjadi peningkatan
perbendaharaan kata tidak selalu anak dapat memahami makna suatu kata atau
kalimat. Karena, dapat terjadi bila anak tidak menguasai perbendaharaan dari
semua kata di dalam kalimat, tapi anak itu dapat memahami makna kata atau
kalimat secara tepat. Sebaliknya, anak yang menguasai arti dari seluruh kata
dalam suatu kalimat tertentu tidak dapat memahami makna kata atau suatu
kalimat. Untuk itu dalam memaknai suatu kata ataupun kalimat diperlukan lebih
banyak kemampuan menjustifikasi suatu kata atau kalimat daripada sekedar
mengetahui arti kata.8
3.      Masa Remaja
a)      Pengertian Perkembangan Kognitif Remaja
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli
perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap
pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini,
idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan
masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja
berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat
membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat
atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang
sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja
tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses
informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka

8
Wiriana, 2020. Perkembangan kognitif pada anak. (online).

11
juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk
ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan.
Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan
diri dengan lingkungan sekitar mereka.
Perkembangan kognitif remaja mencapai tahap operasional formal yang
memungkinkan remaja berpikir secara abstrak dan komplek, sehingga remaja
mampu mengambil keputusan untuk dirinya. Selama masa remaja, kemampuan
untuk mengerti masalah-masalah kompleks berkembang secara bertahap. Masa
remaja adalah awal dari tahap pikiran formal operasional, yang mungkin dapat
dicirikan sebagai pemikiran yang melibatkan logika pengurangan atau deduksi.
Tahap ini terjadi di semua orang tanpa memandang pendidikan dan pengalaman
mereka. Namun, bukti riset tidak mendukung hipotesis itu yang menunjukkan
bahwa kemampuan remaja untuk menyelesaikan masalah kompleks adalah fungsi
dari proses belajar dan pendidikan yang terkumpul.
Unsur yang terpenting dalam mengembangkan pemikiran seseorang adalah
latihan dan pengalaman. Latihan berpikir, merumuskan masalah dan
memecahkannya, serta mengambil kesimpulan akan membantu seseorang untuk
mengembangkan pemikirannya ataupun intelegensinya. Piaget membedakan dua
macam pengalaman, yaitu :
1.      Pengalaman fisis: terdiri dari tindakan atau aksi seseorang terhadap objek yang di
hadapi untuk mengabstraksi sifat-sifatnya.
2.      Pengalaman matematis-logis: terdiri dari tindakan terhadap objek untuk
mempelajari akibat tindakan-tindakan terhadap objek itu.
Kemampuan yang dimiliki pada tahap operasional formal ini adalah:
a)      Abstrak
Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta
pengalaman yang benar-benar terjadi. Mampu memunculkan kemungkinan-
kemungkinan hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran yang benar-benar abstrak.
b)      Fleksibel dan kompleks
Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan
tentang suatu hal. Mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri, orang

12
lain, dan dunia, serta membandingkan diri mereka dengan orang lain dan
standard-standard ideal ini. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai
tahap operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu
hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah
mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan
(Santrock, 2001). Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada
saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian,
seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk
adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya. Di negara-negara
berkembang (termasuk Indonesia), masih banyak sekali remaja yang belum
mampu berpikir dewasa. Sebagian masih memiliki pola pikir yang sangat
sederhana. Hal ini terjadi karena sistem pendidikan di Indonesia banyak
menggunakan metode belajar mengajar satu arah atau ceramah, sehingga daya
kritis belajar seorang anak kurang terasah. Bisa juga pola asuh orang tua yang
cenderung masih memperlakukan remaja seperti anak-anak sehingga mereka tidak
punya keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usianya.
Seharusnya seorang remaja harus sudah mencapai tahap perkembangan pemikiran
abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis
dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.
c)      Logis
Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana
mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa
depan (Santrock, 2001). Mulai mampu mengembangkan hipotesis atau dugaan
terbaik akan jalan keluar suatu masalah, menyusun rencana-rencana untuk
memecahkan masalah-masalah dan menguji pemecahan-pemecahan masalah
secara sistematis. Misal : Dalam pengambilan keputusan oleh remaja mulai dari
pemikiran, keputusan sampai pada konsekuensinya, bagaimana lingkungannya
yang menunjukkan peran lingkungan dalam membantu pengambilan keputusan
pada remaja.

D.    Masalah Perkembangan Kognitif Anak usia dini

13
a.       Masa kanak-kanak awal
Permasalahan membaca pada masa ini masih dengan cara dieja,
pemahamannya hanya satu kata dan terkadang anak sulit diajak belajar membaca.

Solusi: Membaca diikuti kata-kata bergambar agar menari anak untuk membaca.
b.      Masa kanak-kanak akhir
Permasalahan membaca dan pemahaman di SD saat ini umumnya
menggunakan sistem klasikal yang menempatkan kecepatan memahami isi bacaan
berdasarkan kecepatan rata-rata memahami isi buku atau siswa merasa bahwa
pembelajaran membaca pemahaman yang dilakukan oleh guru terlalu cepat.

Solusi: Guru mengefektifkan pembelajaran membaca interpretatif dengan


mengelompokkan siswa menjadi 8 kelompok dengan memahami isi bacaan dan
sharing.
c.       Masa Remaja
Permasalahan membaca pemahaman di masa SMP/SMA lebih ke kurang
memahami isi bacaan.
Solusi: Seharusnya dengan membaca pemahaman secara serius.9

BAB III
PENUTUP

9
(http://www.doctoc.com/docs/20992333/perkembangankognitif-padaanak, diakses 28 November
2020)

14
A.    Kesimpulan
Perkembangan kognitif pada anak usia dini merupakan suatu pembahasan
yang cukup penting bagi pengajar maupun orang tua. Perkembangan kognitif pada
anak merupakan kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta
kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah yang termasuk dalam
proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan
memikirkan lingkungannya.
Dalam memahami perkembangan kognitif, kita harus mengetahui proses
perkembangan kognitif tersebut. Selain itu karakteristik perkembangan kognitif
anak usia dini juga harus dapat dipahami semua pihak. Dengan pemahaman pada
karakteristik perkembangan anak usia dini, pengajar dan orang tua dapat
mengetahui sebatas apa perkembangan yang dimiliki anak didiknya sesuai dengan
usia mereka masing-masing, sehingga pengajar dan orang tua dapat menerapkan
ilmu yang sesuai dengan kemampuan kognitif masing-masing anak didik.
Meskipun banyak hal dan kendala dalam perkembangan kognitif anak,
setidaknya kita sebagai calon pengajar maupun sebagai orang tua harus
memahami tentang perkembangan kognitif dan tahap-tahap karakteristik
perkembangan kognitif agar kita mampu mengetahui perkembangan kemampuan
kognitif masing-masing anak.

B. Saran

Pengajar dan orang tua sebaiknya memahami perkembangan kognitif pada


anak usia dini, sehingga mampu memilih metode pengasuhan yang tepat. Anak
usia dini butuh perhatian yang tepat dalam proses belajarnya sehingga ia dapet
berkembang di sekolah dan di kehidupannya sehari-hari sebagaimana mestinya.

DAFTAR PUSTAKA

15
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Anak usia dini. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Fatimah, E. 2010. Psikologi Perkembangan (perkembangan anak usia dini).
Bandung: CV Pustaka Setia.
Arya. 2010. Perkembangan kognitif pada anak. (online).
(http://ilmupsikologi.wordpress.com/2010/03/31/perkembangan-kognitif-pada-
anak/, diakses 2 November 2010).
Wiriana, 2008. Perkembangan kognitif pada anak. (online).
(http://www.doctoc.com/docs/20992333/perkembangankognitif-padaanak, diakses
4 November 2010)
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini, (Jakarta:Kencana Prenada
Media Grup, 2012), h. 47
Fridani Lara, Wulan Sri, Astuti Indah Sri, (2008). Evaluasi Perkembangan
Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.
Aisyah, Siti. (2007). Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak
Usia Dini.  Jakarta: Universitas Terbuka.

16

Anda mungkin juga menyukai