Anda di halaman 1dari 19

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Mata pelajaran kimia merupakan mata pelajaran yang masih tergolong baru di SMP yang menyebabkan di sekolah masih banyak siswa yang kurang memahami konsep dan belajar kimia. Selain itu, pada umumnya siswa menganggap bahwa mata pelajaran kimia ini membosankan dan membingungkan, akibatnya tidak sedikit siswa yang kurang bahkan tidak tertarik dalam memahami dan menguasai konsep-konsep dasar pada kimia. Perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran disekolah terutama diSMP selama ini umumnya masih didominasi oleh kegiatan siswa mengasyiki buku bacaan dari pada mengeksplorasi berbagai objek dan gejala yang ada. Cara belajar tersebut lebih mengarah kepada belajar dengan sistem satu arah (one way) dan kurang bervariasi. Hal ini akan mengakibatkan suasana belajar menjadi membosankan dan tidak dapat mengembangkan potensi siswa secara lengkap. Cara belajar yang berorientasi kepada buku akan membawa siswa sekedar menerima informasi, mengingat dan menghafal. Hal inilah yang dirasakan oleh peneliti selama mengikuti program pengembangan lapangan (PPL) di SMP Negeri 5 Pematangsiantar, siswa di sekolah ini kurang memahami konsep dalam belajar kimia. Selama PPL ditemukan permasalahan belajar yang dihadapi siswa antara lain: 1. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran kimia. 2. Siswa banyak mendapatkan nilai yang rendah saat diberikan latihan dalam belajar kimia. 3. Siswa dalam kelas kurang termotivasi dalam belajar kimia sehingga kelas menjadi pasif (kurang interaksi).

4. Banyak siswa yang ribut selama proses belajar- mengajar berlangsung. 5. Malas mencatat mata pelajaran. 6. Tidak menindak lanjuti proses belajar mengajar. 7. Tidak bergairah dalam melaksanakan tugas atau latihan mata pelajaran. 8. Siswa malas berkonsultasi dengan guru. Oleh sebab itu, seorang guru mata pelajaran kimia diharapkan mampu menghadapi persoalan yang seperti diatas dengan menyajikan materi-materi kimia dengan lebih menarik dan penuh inovasi. Salah satunya dengan mengembangkan metode pembelajaran dipadukan dengan media pembelajaran sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan maksimal dan anggapan siswa yang keliru mengenai kimia tersebut dapat ditepis bahkan hilang sama sekali. Dengan memperhatikan permasalahan yang ada dalam pembelajaran kimia, maka perlu dicari suatu pendekatan dan starategi agar dapat mendukung proses pembelajaran kimia yang menarik dan tidak membosankan serta dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar kimia siswa. Dimana dalam proses pembelajaran tersebut diharapkan lebih berperan aktif dan mampu menyampaikan pendapat-pendapat mereka. Salah satu model pembelajaran yang tepat digunakan adalah Model pembelajaran Kooperatif tipe STAD. Model ini dalam pelaksanaanya adalah mengajak siswa untuk belajar secara berkelompok dengan anggota kelompok terdapat siswa yang lebih unggul sehingga apabila ada anggota kelompok yang mengalami kesulitan siswa tersebut dapat membantu menyelesaikannya. Berdasarkan latar belakang masalah diatas peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian yang berjudul : Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan Menggunakan Media Kartu Tugas di Kelas VIII SMP Negeri 5 Pematangsiantar Pada Materi Ion Positif .

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah-masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. 2. 3. Sebagian dari siswa memiliki prestasi belajar yang rendah, Sebagian dari siswa kurang minat belajar, Kurangnya pemahaman konsep siswa dalam belajar kimia diajarkan 5. Siswa cenderung pasif dalam mengikuti pembelajaran B. Pembatasan Masalah Dari identifikasi masalah penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka pembatasan masalah dititikberatkan pada: 1. Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Dengan Menggunakan Media Kartu Tugas . 2. Pokok bahasan yang dikaji adalah ion Poitif. 3. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 5 Pematangsiantar T.A 2011 / 2012. C. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana cara meningkatkan motivasi dan hasil belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan media Kartu Tugas pada pokok bahasan ion positif?

4. Sebagian siswa kurang berani untuk bertanya mengenai materi yang sedang

D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar melalui pembelajaran koopertaif tipe STAD dengan menggunakan media Kartu Tugas pada pokok bahasan pembentukan ion positif. Serta memberikan informasi tambahan kepada guru lain, pihak sekolah dan pihak lain. E. Manfaat Hasil Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini : 1. Bagi Siswa Membangkitkan semangat, partisifasi, peran siswa dalam belajar Mengembangkan kemampuan berpikir dan berpendapat positif Memberikan bekal untuk dapat bekerjasama dengan orang lain Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat saat berdiskusi dan dalam proses belajar 2. Bagi Peneliti, hasil penelitian tindakan kelas ini bermanfaat memberikan referensi untuk mengkaji masalah yang relevan lagi dalam penelitian selanjutnya 3. Selanjutnya bagi guru, hasil penelitian tindakan kelas ini dapat menjadi cermin menginstropeksikan diri berkenaan dengan tugas guru dalam mengajar siswa di kelasnya dengan menggunakan metode dan media yang lebih menarik lagi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar dan Prestasi Belajar 1.1 Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang diatndai dengan adanya perubahan diri sseseorang. Perubahan hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan kemampuannya, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar. Berkaitan dengan Slameto (1995: 17) menyatakan: Belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. 1.2. Faktor-faktor yang terlibat dalam proses belajar Para siswa yang belajar berusaha mempersiapkan diri untuk memasuki kehidupan sosial secara matang. Interaksi antara sejumlah individu dalam lingkungan sekolah, juga terlibatnya lingkungan sekitar, sehingga mewujudkan kondisi yang amat kompleks dalam proses belajar mengajar di sekolah. Faktor-faktor dalam diri murid (intern) dan faktor yang datang dari luar (extern) secara bersama-sama turut mempengaruhi kegiatan belajar murid yang hasilnya tercermin dalam perubahan pola-pola perilaku mereka. 1.3. Prestasi Belajar Prestasi belajar yang dimaksud adalah suatu hasil yang diperoleh atau yang

dicapai siswa memulai hubungan dalam proses belajar mengajar guru dengan siswa. Hadari Nawawi (1981: 32) mengatakan: Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor dan diperoleh dari hasil tersebut mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. 2. Strategi Dasar Layanan Bimbingan di SMK Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMK merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan Bimbingan dan Konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik, secara individual, kelompok dan atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik. A. Pengertian Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku. B. Bidang Pelayanan Bimbingan dan Konseling Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang

pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan di SMK dan belajar secara mandiri. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir. C. Fungsi Bimbingan dan Konseling 1. Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memahami diri dan lingkungannya. 2. Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mampu mencegah atau menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat perkembangan dirinya. 3. Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mengatasi masalah yang dialaminya. 4. Pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memelihara dan menumbuh-kembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang dimilikinya. D. Teknik Konseling Konseling Eklektif Teknik Konseling Eklektif merupakan penggabungan dua pendekatan Direktif dan Non-Direktif. Konseling Eklektif yang mengambil berbagai kebaikan dari dua kebaikan dari dua pendekatan atau dari berbagai teori konseling, mengembangkan

dan menerapkan dalam praktek sesuai dengan permasalahan klien. Konseling Eklektif lebih tepat dan sesuai dengan filsafat tujuan bimbingan dan konseling dari pada sikap yang hanya mengandalkan satu pendekatan satu pendekatan atau satu dua teori tertentu saja (Moh. Surya : 1988). 1). Konseling Direktif Dalam konseling direktif klien bersifat pasif, dan yang aktif adalah konselor. Dengan demikian inisiatif dan peranan utama pemecahan masalah lebih banyak ditentukan oleh konselor. Klien bersifat menerima perlakuan dan lebih banyak ditentukan oleh konselor. Dalam konseling direktif diperlukan data yang lengkap dengan klien untuk dipergunakan diagnosis. 2). Konseling Non-Direktif Teknik konseling Non-Direktif, tersebut juga Client Centered theraphy, pendekatan ini diperoleh oleh Carl Rongers dari Universitas Wiconsin di Amerika Serikat. Merupakan upaya bantuan pemecahan masalah yang berpusat pada klien, klien diberi kesempatan untuk mengemukakan persoalan, perasaan dan pikiranpikirannya secara bebas. Pendekatan ini berasumsi dasar bahwa seseorang yang mempunyai masalah sendiri. Tetapi oleh karena suatu hambatan, potensi dan kemampuannya itu tidak dapat berkembang atau berfungsi sebagaimana mestinya. Untuk memfungsikan kembali kemampuannya klien memerlukan bantuan, maka dalam konseling, inisiatif dan peranan untama terletak pada pundak klien sendiri. Sedangkan kewajiban dan peran konselor hanya mempersiapkan suasana agar potensi dan kemampuan yang pada dasarnya ada pada klien untuk berkembang secara optimal, menciptakan hubungan konseling yang hangat, dan permisif. Menurut Roger menjadi tanggung jawab klien sendiri untuk membantu dirinya sendiri. Prinsip yang penting adalah mengupayakan agar dengan baik. Teori ini didasari hakekat manusia,

dan tingkah lakunya : pendekatan konseling beraliran Humanistik (Sofyan. S. Willis, 2004 : 176). Aliran ini menekankan pentingnyapengembangan potensi dan kemampuan yang secara hakiki ada pada diri setiap individu. Potensi dan kemampuan yang berkembang menjadi penggerak bagi upaya individu untuk mencapai tujuantujuan hidupnya.

Perilaku Attending Perilaku Attending , (teknik menghadapi klien) melalui kontak mata, bahwa badan, bahasa lisan, sehingga klien akan terlihat dalam pembicaraan terbuka. Attending baik untuk meningkatkan harga diri klien yang bebas. Perlu dihindari konselor berpenampilan attending yang kurang baik seperti: kepala kaku, muka kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat klien sedang bicara, mata melotot. Posisi tubuh bersandar miring, tegak kaku, jarang duduk, jarak duduk menjauh, duduk kurang akrab, dan berpaling. Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk memberi kesempatan klien guna berpikir dan berbicara. Penelitian konselor terpecah, mudah buyar oleh gangguan (Sofyan. S. Willis, 2004 : 176). Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik dapat: 1. Meningkatkan harga diri klien. 2. Menciptakan suasana yang aman 3. Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.

Contoh perilaku attending yang baik :


Kepala : melakukan anggukan jika setuju Ekspresi wajah : tenang, ceria, senyum Posisi tubuh : agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan. Tangan : variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah, menggunakan tangan sebagai isyarat, menggunakan tangan untuk menekankan ucapan. Mendengarkan : aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, diam (menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara.

Contoh perilaku attending yang tidak baik :


Kepala : kaku Muka : kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat klien sedang bicara, mata melotot. Posisi tubuh : tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh, duduk kurang akrab dan berpaling. Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk memberi kesempatan klien berfikir dan berbicara.

Perhatian : terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar.

B. Kajian Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas mempergunakan Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending dalam mengatasi permasalahan siswa kelas 2 yang rata-rata berusia 16- 17 tahun dengan berasumsi dasar bahwa siswa/klien kurang mampu mengatasi sendiri terhadap masalah yang dihadapi, karena itu klien membutuhkan bantuan dari orang lain, yaitu guru selaku konselor. Guru sebagai konselor harus memiliki khasanah teori

10

dan teknik konseling yang justru jauh lebih kaya dari pada mereka yang bertjuan di lingkungan sekolah yang lebih tinggi (HM. Arifin 2003: 22). Teori dan teknik-teknik konseling peorangan yang dipakai untuk anak-anak SMK. Anak SMK perlu banyak perhatian, dan konselor bertanggung jawab penuh melindungi kerahasiaan mereka, mendorong anak agar mampu datang untuk memperoleh layanan bimbingan Selanjutnya guru, Kepala Sekolah, dan orang tua hendaknya saling bekerjasama. Melalui konseling Eklektif dengan Perilaku Attending yang berorientasi kepada pengubahan tigkah laku secara langsung, akan memberikan sumbangan kepada keberhasilan siswa di sekolah maupun di luar sekolah.

11

BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Tindakan Objek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas 2 AK 1 SMK Negeri 1 Kabanjahe berjumlah 40 siswa. B. Setting, Lokasi, Subjek Penelitian Subjek penelitian tindakan kelas ini meliputi : data-data hasil wawancara terhadap responden, sumber data peristiwa : hasil observasi, hasil analisis dokumen, artifak yang berasal dari siswa/klien maupun dari guru/konselor dan peneliti. Subjek penelitian yang berasal dari siswa berupa hasil pengamatan tentang : 1. Partisipasi dalam belajar, bekerja sama, berani bertanya 2. Tidak berbicara kotor, tidak bertengkar 3. Berani berpendapat, membuka diri, berterus terang 4. Ceria, gembira, menerima nasihat, merencanakan tindakan Guru/konselor dalam kegiatan bimbingan konseling berupa : 1. Mengamati, mencatat, mengumpulkan data tentang sejauh manakah pengaruh bimbingan konseling menggunakan teknik attending Eklektif terhadap gairah belajar siswa dan prestasi belajar siswa 2. Tercapainya tujuan pokok bimbingan konseling 3. Guru selaku konselor dalam attending selalu berupaya untuk berpenampilan baik, seperti: kepala mengangguk jika setuju dan melakukan kontak pandang

12

dengan siswa/klien 4. Ekspresi wajah guru/konselor tenang, ceria, tersenyum 5. Posisi tubuh konselor agak condong kearah klien, jarak dekat, duduk akan berhadapan atau berdampingan 6. Tangan konselor bervariasi melakukan gerakan tangan/lengan spontans berubah arah sebagai syarat menekankan ucapan 7. Kesabaran mendengarkan, aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai. 8. Empati ikut merasakan apa yang dirasakan klien 9. Merefleksi/pematulan kembali perasaan, pikiran pengalaman klien 10. Directing/mengarahkan klien 11. Paraphasing/dapat menangkap pesan utama klien 12. Interprestasi/berupaya megulas pemikiran, perasaan, perilaku yang merujuk pada teori 13. Bertanya membuka percakapan dan menyampaikan pertanyaan tertutup terhadap klien 14. Minimal Encouragment atau memberikan dorongan langsung terhadap apa yang dikatakan klien 15. Bertindak sebagai leading/memimpin arah pembicaraan 16. Penyimpulan sementara/Summariing 17. Memberi kesempatan kepada klien untuk feed back/mengambil kilah baik dari hal-hal yang telah dibicarakan 18. Penyimpulan hasil secara bertahap guna meningkatkan kualitas diskusi 19. Pemberian nasehat, informasi dan merencanakan tindakan selanjutnya Setting Lokasi Penelitian Tindakan Kelas ini ruang kelas 2 AK-1 dan ruang guru BP SMK Negeri 1 Kabanjahe

13

C. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui, yaitu : wawancara untuk sumber data responden, observasi untuk sumber data peristiwa dan analisis dokumen untuk sumber data dokumen. Informasi tersebut digali dari empat sumber yaitu : peristiwa/kegiatan, pelaku peristiwa, tempat, dokumen/artifak (Sutopo, 1996: 49-51). 1. Wawancara Wawancara dilakukan oleh peneliti terhadap guru (selaku konselor) dan siswa. Tujuannya adalah ntuk memperoleh data informasi untuk pemahaman, penerapan dan pentingnya bimbingan kelompok dan pendekatan konseling Eklektif guna mengatasi permasalahan belajar. 2. Pengamatan/Observasi Pengamatan akan dilakukan terhadap konselor dan siswa untuk memantau proses dan danpak penanganan masalah belajar melalui pendekatan Eklektif Attending dalam penggunaan permasalah belajar siswa teknik pengamatan yang akan digunakan adalah pengamatan berperan secara aktif sebagaimana dikemukakan oleh Spradley (1980) ditulis kembali Joko Nurkamto (2003 : 12) berperan aktif di dalam pengertian kegiatan alih tangan konselor kepala sekolah. Kemudian hasil pengamatan akan dipergunakan guna menata langkah-langkah perbaikan pada siklus berikutnya. 3. Analisa Dokumen Analisa dokumen akan dilakukan terhadap dokumen-dokumen : data hasil pengamatan, data hasil wawancara serta yang digali dari empat sumber yaitu : peristiwa / kegiatan, pelaku peristiwa, tempat, dokumen atau artifak terhadap guru dan siswa, juga dari catatan lapangan pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam upaya penanganan permasalahan belajar siswa. Tujuannya adalah untuk melengkapi

14

informasi yang telah diuperoleh melalui pengamatan dan wawancara. Indikator kinerja penelitian tindakan kelas bimbingan konseling berupa : 1. Permasalahan siswa dapat teratasi 2. Bangkitnya semangat siswa untuk belajar 3. Partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat 4. Peningkatan prestasi belajar siswa 5. Peningkatan kemampuan guru membimbing siswa Peneliti melakukan persiapan awal mulai bulan September 2009 meliputi kegiatan: mengadakan kontak awal dan kesepakatan dengan reponden, guna membangun mempertahankan kepercayaan, serta memilih informasi (Sugiharto, 2005: 43). Kemudian langkah-langkah prosedur kerja yang dipergunakan menggunakan tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari tiga siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu : perencanaan, implementasi, observasi, evaluasi dan refleksi. 1. Perencanaan Mendiagnosis implementasi permasalahan penanganannya belajar siswa, dalam penyebabnya perencanaan dan dirumuskan

termasuk

langkah-langkah

bimbingan konseling menggunakan Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending : analisa data tentang klien, diagnosis masalah diagnosis masalah prognosis atau prediksi tentang perkembangan masalah selanjutnya, pemecahan masalah, dan tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil konseling begitu juga perencanaan pembentukan bimbingan individual terhadap tiga orang siswa berdasarkan permasalahan yang sama (kebiasaan buruk dalam belajar, berbicara kotor, dan bertengkar) serta merencanakan

15

instrumen pengamatan danwawancara. 2. Implementasi Pada implementasi guru menyusun pelaksanaan bimbingan konseling menggunakan Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending, guru mengamati penanganan permasalahan belajar siswa yang terdiri dari tahapan : 3. Observasi dan Evaluasi Peneliti dan rekan guru berkolaborasi untuk melakukan pengamatan, jalannya bimbingan kelompok melalui Teknik Eklektif, Perilaku Attending, respon siswa, hasil pengamatan dan wawancara. 4. Refleksi Mendiskusikan hasil pengamatan dan wawancara untuk perbaikan pada pelaksanaan siklus II; demikian pula hasil pelaksanaan pengamatan dan wawancara siklus II untuk perbaikan pada siklus III. D. Metode Analisis Data Pengumpulan data relatif cukup lama guna memungkinkan analisa dan melengkapi data secara berangsur-angsur agar memungkinkan ada kesesuaian antara harapan dan kenyataan 1. Penerapan multi metode guna memungkinkan paduan beberapa teknik pengumpulan data seperti : wawancara, observasi, studi dokumenter, dan sumber (Kepala Sekolah, guru/konselor, siswa / klien) hanya dalam pengumpulan dan analisis data (triangulasi) 2. Pencatatan secara lengkap dan detail baik sumber situasi maupun orang

16

3. Bahasa partisipan kata demi katamendapat rumusan dan kutipan yang rinci 4. Penggunaan catatan-catatan dari partisipan berbentuk catatan anekdot untuk melengkapi 5. Pengecekan data oleh semua anggota selama pengumpulan dan analisis data 6. Data deskriftif yang dikumpulkan peneliti dan guru merupakan hasil kolaborasi tim 7. Review oleh partisipan : bertanya kepada partisipan untuk mereview data, melakukan sintesis semua hasil wawancara dan observasi 8. Mencari, mencatat, menganalisis melapor data dan kasus-kasus negatif atau yang berbeda dengan pola yang ada Bahkan untuk meningkatkan refleksitas dalam pengumpulan data, peneliti menggabungkan beberapa cara; 1) Memilih teman yang dapat membantu mempermudah analisis dan interprestasi data, 2) membuat catatan harian yang memuat tanggal, jam, tempat, orang dan kegiatan, perubahan-perubahan dan perkiraan validitas data, 4) catatan tentang pertentangan etika, keputusan dan tindakan dalam jurnal lapangan, 5) teknik pengelolaan pencatatan, pengkodean data, pengelompokan, 6) Melakukan kegiatan kompirmasi formal seperti, kelompok utama, wawancara, 7) melakukan kritik dari dengan mengajukan pertanyaan tentang peranan dan kegiatan dalam seluruh proses penelitian tindakan kelas tersebut. E. Cara Pengambilan Kesimpulan Hasil pengumpulan data, pemeriksaan keabsahan data yang diperoleh peneliti guru selaku konselor melalui ketekunan pengamatan, perpanjangan dan guru selaku konselor melalui ketekunan pengamatan, perpanjangan keikutsertaan peneliti, triangulasi, dan review informan sebagai kunci dalam penelitian tindakan kelas siklus I, II, dan III selanjutnya dipergunakan peneliti dan guru untuk mengambil keputusan. Teknik Eklektif dan Perilaku Attending dinyatakan efektif dalam menangani dan

17

mengentaskan permasalahan siswamanakala data Hasil Observasi Kegiatan guru dan Data Hasil Observasi Kepribadian Siswa yang merekam dalam tabel menunjukan rata-rata > 60 % dan data hasil wawancara menunjukan respon positif dan cocok dengan kajian pustaka. Perilaku Attending terbukti efektif apabila dalam kegiatan tindakan kelas ini permasalahan siswa dapat diatasi, siswa bersemangat, berpartisipasi aktif, bekerja sama, berani bertanya, tidak berbicara kotor, tidak bertengkar, berani berpendapat, membuka diri, berterus terang, ceria, gembira, menerima nasehat dan merencanakan tindakan. Kemudian muncul pengaruh peningkatan kemampuan guru dalam membimbing siswa sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat.

18

DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu & Supriono, Widodo. (2004). Belajar dan Manifestasinya. Bandung: Rajawali Hadari Nawawi. (1987). Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta: Gajah Mada University press H.M. Arifin. (2003). Teori-teori Konseling Agama dan Umum. Jakarta: PT.Golden Terayon Press Ketut Sukardi (2008). Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta Ketut Sukardi (1983). Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Surabaya : Usaha Nasional Moh. Surya. (1988). Psikologi Pendidikan. Bandung: FIP IKIP Bandung Sadirman, A.M (1998). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar; Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru. Bandung : Rajawali Slameto. 1995. Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta Sunaryo Kartadinata (1988). Bimbingan Dan Konseling. Bandung: IKIP BANDUNG Sugiharto.(2005). Pendekatan dalam Konseling (Makalah). Jakarta : PPPG Sutopo (1996). Metode Pengumpulan Data. Surabaya : Usaha Nasional Wilis, Sofyan, S (2004). Konseling Individual Teori dan Praktek. Jakarta: Alfa Beta

19

Anda mungkin juga menyukai

  • Ide Bisa Muncul Kapan Aja
    Ide Bisa Muncul Kapan Aja
    Dokumen28 halaman
    Ide Bisa Muncul Kapan Aja
    Meida Esterlina Marpaung
    Belum ada peringkat
  • Spek To Foto Metri
    Spek To Foto Metri
    Dokumen26 halaman
    Spek To Foto Metri
    arsitadevy
    Belum ada peringkat
  • Pengembangan Kurikulum
    Pengembangan Kurikulum
    Dokumen19 halaman
    Pengembangan Kurikulum
    Meida Esterlina Marpaung
    Belum ada peringkat
  • Surat Lamaran Mariani
    Surat Lamaran Mariani
    Dokumen1 halaman
    Surat Lamaran Mariani
    Meida Esterlina Marpaung
    Belum ada peringkat
  • Tugas PKN
    Tugas PKN
    Dokumen7 halaman
    Tugas PKN
    Meida Esterlina Marpaung
    Belum ada peringkat
  • Metopel
    Metopel
    Dokumen4 halaman
    Metopel
    Meida Esterlina Marpaung
    Belum ada peringkat
  • Makalah Profesi Kependidikan
    Makalah Profesi Kependidikan
    Dokumen10 halaman
    Makalah Profesi Kependidikan
    Meida Esterlina Marpaung
    Belum ada peringkat
  • Kualitas Air Bersih
    Kualitas Air Bersih
    Dokumen11 halaman
    Kualitas Air Bersih
    Meida Esterlina Marpaung
    Belum ada peringkat
  • Metalurgi Meida
    Metalurgi Meida
    Dokumen5 halaman
    Metalurgi Meida
    Meida Esterlina Marpaung
    Belum ada peringkat
  • Tugas Magang
    Tugas Magang
    Dokumen1 halaman
    Tugas Magang
    Meida Esterlina Marpaung
    Belum ada peringkat
  • Manajemen Lab
    Manajemen Lab
    Dokumen15 halaman
    Manajemen Lab
    Mumtihana Muchlis
    Belum ada peringkat
  • Geologi
    Geologi
    Dokumen5 halaman
    Geologi
    Meida Esterlina Marpaung
    Belum ada peringkat