Rumah sakit merupakan bagian penting dari sistem kesehatan. Rumah sakit
menyediakan pelayanan kuratif komplek, pelayanan gawat darurat, pusat alih
pengetahuan dan teknologi dan berfungsi sebagai pusat rujukan. Rumah sakit harus
senantiasa meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan harapan pelanggan untuk
meningkatkan kepuasan pemakai jasa. Dalam UndangUndang Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit, Pasal 29 huruf b menyebutkan bahwa rumah sakit wajib
memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi dan efektif
dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah
sakit, kemudian pada Pasal 40 ayat (1) disebutkan bahwa dalam upaya peningkatan
mutu pelayanan rumah sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal tiga
tahun sekali. Dari undang-undang tersebut diatas akreditasi rumah sakit penting untuk
dilakukan dengan alasan agar mutu dan kualitas diintegrasikan dan dibudayakan ke
dalam sistem pelayanan di rumah sakit ( Depkes, 2009 ).
RS juga diharapkan dapat memperbaharui pengetahuan terkini dan skill dari
karyawan RS sehingga peningkatan mutu dan patient safety dapat ditingkatkan. Dengan
adanya Sosialisasi Peraturan Pemerintah R.I Nomor 47 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan diharapkan RS dapat segera menyesuaikan
dengan peraturan yang terbaru sehingga perencanaan dan program RS dapat
terselenggara dengan baik
Materi 1 :
Upaya Peningkatan Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan Melalui PP No. 47 Tahun
2021 dan PP 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan
Prof. dr. Abdul Kadir, Ph.D.Sp.THT-KL(K) M.A.R.S ( Dirjen Yankes, Kemenkes RI)
- Pada tahun 2020 dilakukan Kajian terhadap PMK No.3/2019 Tentang Klasifikasi dan
Perizinan RS karena adanya klasifikasi RS ini menyulitkan masyarakat untuk
melakukan layanan di RS. Selain itu timbul masalah mengenai pengklasifikasian
Farmasi yang dikelompokkan ke dalam struktur non medis sehingga timbul keberatan
dai Ikatan Apoteker Indonesia sehingga dilakukan pengkajian ulang dan keluarlah
PMK No.3/2020.
- Lalu pada Th 2021 keluarlah UU tentang Cipta Kerja. UU ini mengatur sector Tenaga
kerja, UMKM dan Regulasi perizinan. Regulasi Perizinan yang sulit menciptakan
peluang untuk dimanfaatkan sebagai lahan korupsi. Oleh karena itu UU ini
dimaksudkan untuk menciptakan lapangan kerja, memudahkan pembukaan usaha baru
serta mendukung pemberantasan korupsi.
- Di dalam materi Muatan UU Cipta Kerja ada beberapa perubahan. Ada 5 undang
undang yang berubah mengenai Kesehatan. termasuk didalamnya adalah UU No 44 Th
2009 tentang Rumah Sakit. Di dalam UU no 44 ada 10 pasal yang dirubah tetapi sisanya
masih dan tetap berlaku sehingga di dalam penciptaan PP 47 ini akan tetap berhubungan
secara dinamis dengan UU no 44.
- Tindak lanjut UU Cipta Kerja di sektor kesehatan yang akan di prakarsai oleh
Kemenkes adalah PP tentang penyelenggaraan bidang perumahsakitan (PP 47 Tahun
2021) termasuk diantaranya tentang :
1. Klasifikasi Rumah Sakit
2. Kewajiban Rumah Sakit
3. Akreditasi Rumah Sakit / Pembinaan dan Pengawasan
4. Tata cara pengenaan sanksi administrative
- Di dalam PP no 47 Tahun 2021 mencakup 4 pasal yang penting untuk diketahui yaitu :
1. Pasal 24 ayat (2) : Tentang Klasifikasi Rumah Sakit
2. Pasal 29 ayat (3) : Tentang Kewajiban Rumah Sakit
3. Pasal 40 ayat (4) : Tentang Akreditasi Rumah Sakit
4. Pasal 56 ayat (6) : Tentang Pembinaan dan Pengawasan serta Kriteria jenis dan tata
cara pengenaan sanksi administrative
- Pasal pasal ini memperbaharui permenkes permenkes yang sebetulnya sudah hadir
sebelumnya untuk mengakomodir semua hal tersebut.
- Dalam Regulasi sebelumnya, Klasifikasi RS ditentukan berdasarkan kelas A,B,C,D
yang didalamnya mencakup komponen seperti RS Kelas D memiliki 2 spesialis dasar
dan RS kelas C memiliki 4 Spesialis dasar dengan ditambah 4 Speisalis penunjang
medis. Dalam hal ini praktis RS kelas C dan D tidak melakukan pelayanan sub
spesialistik sehingga dalam hal ini menyulitkan masyarakat untuk melakukan layanan
RS. Oleh karena itu di dalam PP 47 Klasifikasi RS dirubah menjadi
1. Kemampuan Pelayanan
2. Fasilitas Kesehatan
3. Sarana Penunjang
4. Sumber Daya Manusia
Sehingga didapatkan Akses pelayanan Kesehatan kepada masyarakat, kemudahan
pelaku usaha dalam menyediakan pelayanan Kesehatan dan kemudahan pekerja/tenaga
Kesehatan dalam memperoleh lapangan kerja dan meningkatkan kompetisi.
- Di dalam mndirikan RS ada hal yang harus dipenuhi didalam perizinan yaitu izin
mendirikan bangunan dan izin operasional sehinga dianggap terlalu sulit. Ke depannya
tidak ada izin mendirikan,tetapi yang ada hanyalah Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
dengan tambahan standar bangunan RS sehingga saat ada RS mengajukan izin
mendirikan bangunan ada standar mengenai bangunan yang harus dipenuhi dan tidak
ada lagi izin operasional yang ada hanyalah Perizinan Berusaha.
- Rumah Sakit Kelas D Pratama hanya dapat didirikan pada daerah yang memenuhi
kriteria :
1. Daerah yang belum tersedia RS/ telah tersedia RS tetapi sulit dijangkau karena
kondisi geografis
2. Daerah Tertinggal
3. Daerah Terpencil dan daerah yang sulit dijamgkau karena keadaan geografis
4. Daerah Perbatasan yang berhadapan dengan negara lainnya baik yang dibatasi darat
maupun laut
5. Daerah Kepulauan, wilayah pesisir dan pulau pulau kecil terluar
- Jenis RS : Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus
- RS Umum : meliputi pelayanan medik dan penunjang medik, keperawatan dan
kebidanan, kefarmasian dan pelayanan penunjang
- Rs Khusus : meliputi pelayanan medik dan penunjang medik sesuai kekhususan,
keperawatan dan atau kebidanan, kefarmasian dan pelayanan penunjang.
- Kemampuan Pelayanan, Fasilitas Kesehatan dan Sarana Penunjang, serta Sumber Daya
Manusia akan digunakan sebagai self assessment sehingga dalam pendirian RS saat
mengajukan perizinan investor akan diwajibkan untuk melakukan self assessment
tentang hal hal tersebut.
- Rumah Sakit Khusus dapat menyelenggarakan pelayanan Kesehatan di luar kekhususan
nya (paling banyak 40 % dari seluruh jumlah tempat tidur rawat inap)
- Ditetapkan secara bertahap sampai 1 Januari 2023 :
➢ Tempat Tidur Perawatan Intensif :
Paling sedikit 10% dari total TT . Rasio nya sbb : 6 % untuk pelayanan
Intesif/ICU, dan 4 % Pelayanan yang terdiri dari perawatan intensif Neonates
(NICU) dan Pediatrik (PICU)
➢ Ruang Isolasi paling sedikit 10 % dari seluruh TT. Dalam kondisi Wabah 30 %
untuk TT RS Pemerintah dan 20 % untuk RS Swasta.
- Perubahan Kelas RS dapat diajukan oleh Pemilik/Kepala/Direktur RS dan hanya dapat
dilakukan untuk RS yang sudah ter Akreditasi.
- Kewajiban RS : - Pengecualian menyangkut Rahasia Kedokteran
- Informasi Umum RS
- Informasi terkait Kinerja RS
- Informasi terkait Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Kepada Pasien
- Akreditasi RS dilakukan paling lambat setelah 2 tahun sejak memperoleh perizinan
berusaha pertama kali
- Akreditasi RS secara berkala minimal 3 tahun sekali.
- Pemberian izin berusaha : - RS Kelas A : Menkes
- RS kelas B : Gubernur
- RS Kelas C dan D : Bupati/Walikota
- SISRUTE diperlukan karena di dalam SISRUTE tersebut dapat dilihat fasilitas fasilitas
RS yang ada sehingga memudahkan RS tipe kecil untuk melakukan rujukan.
Q : Pemenuhan ruang ICU apakah mutlak dilakukan sesuai dengan klasifikasi RS meningat di
daerah daerah terpencil adanya ruang ini masih sulit dilakukan?
A : Mutlak dilakukan (Harus Ada). Implementasinya berkaitan dengan PP no 5 saat perizinan
berusaha. Diberikan waktu 3 bulan untuk melengkapi. Akan dilakukan evaluasi mengenai
hal ini untuk ke depannya.
Q : Untuk RS baru dilakukan Akreditasi 2 tahun sejak berdiri, bagaimana dengan kerja sama
dengan BPJS ? Kapan PP ini berlaku / mulai dapat diterapkan?
A : Mulai berlaku sejak PP ditetapkan. Kerja sama dengan JKN ini memerlukan perubahan
yang cepat. Konsep ke depannya diperbolehkan selama 2 tahun pertama sebelum
akreditasi, namun jika setelah 2 tahun masih juga belum ter akreditasi, kerja sama dengan
JKN tidak dapat lagi dilakukan.
Q : SDM yang tercantum di +/- kesiapan fasilitas RS apakah purna atau part time ?
A : Masih belum ada konsep yang jelas tentang hal ini. Hal ini masih bersifat dinamis untuk
pemberi tenaga kerja dan penerima . Aturan umum adalah 40jam dalam 1 minggu. Hal
yang diinginkan adalah 2 jam di pagi hari, 2 jam di siang hari, dan 2 jam di malam hari.
Tetapi hal ini masih sulit diterapkan apalagi menyangkut ASN. Belum tersedia jumlah
spesialis yang merata. Sebagian masih menumpuk di kota besar. Karena alasan itulah
masih di +/- kan di dalam kesiapan fasilitas RS.
F. DAMPAK
Dampak positif bagi rumah sakit adalah RS mendapatkan penjelasan secara detail dan
terperinci mengenai Perundang undangan Rumah sakit yang terbaru sehingga dapat
diaplikasikan secara langsung sesuai dengan aturan aturan yang berlaku sehingga dapat
terhindar dari sanksi administratif. Selain itu RS juga dapat memiliki waktu untuk
melakukan perencanaan yang matang mengenai pembangunan dan pelaksanaan
program program RS.serta mendapatkan pengetahuan baru dalam Menghadapi
Problematika dan standar Mutu Pelayanan RS.
G. PENUTUP
1. Kesimpulan
Dengan adanya Kegiatan Webinar ini maka RS dapat mengetahui Peraturan
perundang undangan Perumahsakitan yang terbaru serta dapat melakukan
perencanaan yang matang di dalam melakukan pembangunan RS dan melakukan
program program RS sehingga dapat memperbaiki kekurangan - kekurangan yang
ada serta dapat mempersiapkan diri di dalam melaksanakan PP 47 Tahun 2021.
2. Saran
Rumah sakit dapat Menerapkan hal hal yang tertuang di dalam materi Webinar
untuk segera melakukan perencanaan yang matang di dalam menjalankan visi dan
misi RS serta program program RS.