PEMBAHASAN
Contoh lain adalah sertifikasi yaitu suatu tanda bukti yang dikeluarkan
oleh suatu institusi yang sifatnya independen yang menjelaskan kulitas tertentu
sesuai dengan keadaan dan sifatnya. Sertifikasi bukan sekedar pemberian tanda
kepada seseorang yang telah mengikuti suatu kegiatan, tetapi terkait dengan
peningkatan mutu, kompetensi, serta kewenangan tertentu, yang merupakan bukti
telah memenuhi standar yang telah ditentukan. Selain kedua hal tersebut adalah
perizinan, artinya sebelum kegiatan dimulai harus terlebih dahulu mendapatkan
izin sesuai kewenangannya dari pihak yang berwenang.
1
sebagainya sehingga pelayan tersebut terlaksana dengan baik, aman dan
menyenangkan.
Review tranfusi darah (blood tranfusion review)
Review pada pelayanan tranfusi darah dimaksudkan agar kegiatan yang
dilaksanakan benar benar sesuai dengan standar yang ada. Review ini
menyankut bagaimana proses yang dilakukan tidak akan menimbulkan
efek samping, baik kepada pendonor maupun terhadap orang lain yang
akan menggunakan darah tersebut.
Review penggunaan obat (drug use review)
Review terhadap penggunaan obat (drug use review) adalah pengukuran
mutu yang bertujuan untuk mengkaji apakah obat obatan yang
digunakan sudah sesuai dengan ketentuan yang ada dan aman untuk
dikonsumsi.
Review rekam medik (medical record review)
Pengukuran mutu pelayanan kesehatan dalam hal ini dilaksanakan
berdasarkan pencatatan (rekaman) medik yang ada. Kajian ini
dimaksudkan agar pelayanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan.
2
Kekurangan dosis
Kekurangan dosis (underuse) adalah suatu keadaan dimana jenis
pelayanan kesehatan tertentu tidak diberikan, meskipun jenis pelayanan itu
sesungguhnya diperlukan dalam pengobatan/pemulihan kesehatan.
Misalnya, pasien yang menderita pneumonia berat seharusnya
mandapatkan antibiotik dalam pengobatan ternyata tidak diberikan
antibiotik.
Salah menggunakan
Yang dimaksud dengan salah menggunakan (misuse) adalah suatu keadaan
dimana pelayanan kesehatan diberikan secara tidak tepat dan dengan
kualitas yang rendah. Misalnya, keliru dalam memberikan obat kepada
pasien, atau salah menggunakan alat dalam memberikan pelayanan.
3
Proporsi kunjungan serta biaya yang dikeluarkan untuk
pemeliharaan kesehatan tingkat pertama dibandingkan dengan
biaya kesehatan lanjutan.
Kunjungan dan biaya rata rata (average cost) untuk setiap jenis
pemeliharaan kesehatan di klinik tingkat pertama.
2. Memantau dan menilai pemeliharaan kesehatan lanjutan. Hal ini penting
untuk mengetahui:
Persentase rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Persentase rawat inap dibandingkan besarnya rujukan dari
pelayanan tingkat kedua.
Proporsi biaya pemeliharaan tingkat lanjutan dibandingkan dengan
seluruh biaya pemeliharaan.
Biaya rata- rata setiap macam pemeliharaan kesehatan tingkat
lanjutan.
3. Memantau dan menilai pemeliharaan rawat inap. Data hasil pemantauan
ini penting untuk mengetahui:
Insidensi rawat inap, misalnya per seribu pasien per bulan.
Rata rata hari rawat inap (average length of stay) setiap kasus di
rumah sakit.
Rata rata perawatan untuk penyakit tertentu.
Biaya rata rata tindakan penunjang diagnostik seperti
pemeriksaan laboratorium, serta sinar X pada rawat jalan tingkat
lanjut dan rawat inap.
Biaya rata rata setiap kasus emergensi
Biaya rata rata tindakan operasi khusus (ICU, ICCU, dll) per
kasus, termasuk operasi kecil, sedang dan besar.
4
Pengukuran mutu oleh teman seprofesi atau teman sejawat yang berasal
dari luar instansi atau unit pelyanan yang bersangkutan (external peer
review).
Pengukuran mutu oleh teman seprofesi atau teman sejawat dalam unit
pelayanan atau instansi yang sama (internal peer review)
5
mengatasi masalah cedera yang terjadi pada pelayanan kesehatan, mengatasi
masalah hukum, dan masalah pelanggan (pasien atau masyarakat).
Menurut William Ryan dalam Nair, B.K and Finucan, ada 3 hal penting
yang perlu diperhatikan dalam manajemen risiko:
1) Manajemen risiko adalah kegiatan yang dilakukan secara komprehensif
oleh tim kerja, dan merupakan prosess yang harus melibatkan
petugas/karyawan pada masing masing bagian dan petugas dibagian
klinik.
2) Peran ini mencakup pengenalan atau identifikasi masalah, pencegahan,
dan kesembuhan pasien.
3) Pimpinan tim bertanggung jawab dalam mengarahkan sikap karyawan
agar peduli terhadap proses manajemen risiko.
6
rencana aksi (plan of action) selama dua hari. Rencana aksi yang disusun
berisikan kegiatan untuk meningkatkan kepatuhan petugas kesehatan di
puskesmas terhadap penggunaan standar pelayanan kesehatan dasar.
Hasil analisis sistem dan rencana aksi yang telah disusun disajikan dalam
suatu lokakarya selama satu hari di kabupaten/kota yang dihadiri oleh pejabat
dinas kesehatan serta kepala dinas yang bersangkutan.
Selanjutnya, pada puskesmas yang sudah di tuntut menindaklanjuti dalam
bentu pelaksanaan kegiatan, selama kegiatan tersebut dilaksanakan (kurang lebih
enam bulan) puskesmas tersebut secara teratur dikunjungi oleh supervisor dari
dinas kesehatan kabupaten/kota.
Tahap analisis sistem seperti ini sudah dijelaskan sebelumnya, yaitu
dilaksanakan dengan cara memantau teman sejawat (Peer Review). Cara ini dapat
dilaksanakan dengan memanfaatkan puskesmas tetangga, artinya tenaga yang
sudah dilatih di puskesmas A dengan menggunakan daftar tilik yang sudah
disiapkan akan melakukan pengamatan/observasi terhadap tenaga yang ada (yang
tidak sama sama dilatih)di puskesmas B (puskesmas tetangga). Cara ini tentu
membutuhkan persiapan yang matang selain dana operasional yang harus ada.
Cara lain yang tidak begitu memerlukan dana yaitu melakukan
pengamatan teman sejawat yang sama sama bekerja di satu puskesmas (internal
peer review).
Kedua cara tersebut sesuai dengan kaidah pengamatan (observasi), yang
sudah tentu memerlukan teknik tersendiri, dalam arti yang di observasi tidak
mengetahui bahwa ia atau mereka sedang diamati/dinilai.
7
terlebih dahulu selama beberapa hari oleh widyaiswara (pelatih) penjaminan mutu
provinsi.
8
Pendekatan model PDCA (Plan, Do, Check, Action) dalam pemecahan
masalah mutu pelayanan sudah banyak digunakan termasuk dalam pelayanan
kesehatan.
Siklus PDCA pertama kali dikembangkan oleh Walter Shwehart, seorang
ahli fisika Amerika yang bekerja pada Bell Telephone Laboratories. Oleh karena
itu, siklus PDCA di kenal juga sebagai siklus Shewhart.
Namun demikian, karena yang mempopulerkan siklus PDCA sebagai
penerapan metode ilmiah dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan
adalah Deming, maka siklus PDCA juga dikenal sebagai siklus Deming,
2.4.1 Batasan
Proses PDCA (Planning, Doing, Check, Action) berlangsung dengan
didasari kesadaran kualitas atau mutu pelayanan. PDCA merupakan suatu proses
yang tidak hanya berlangsung terus menerus tetapi secara tersisteminasi, PDCA
berlangsug di seluruh bagian dan mekanisme pelayanan. PDCA dari tiap tiap
kegiatan berlangsung bersama sama dan harmonis menuju suatu peningkatan
kegiatan pelayanan. PDCA merupakan cara sistematik untuk memecahkan
masalah dalam rangka perbaikan muti pelayanan secara kontinu.
9
akan memudahkan kita untuk mengetahui dimana lokasi
permasalahan yang sesungguhnya.
Lakukan identifikasi masalah berdasarkan pengamatan atau
data lainnya yang berkaitan dengan adanya penyimpangan terhadap
prosedur kerja tersebut atau adanya keluhan pelanggan atas
pelaksanaan kerja. Inventarisasi masalah dilakukan dengan curah
pendapat (brain storming). Hal hal yang perlu diperhatikan dalam
penentuan masalah antara lain:
Tingkat kesulitan penanggulangan.
Hubungan dengan target/rencana organisasi (instansi).
Perkiraan waktu/biaya penyelesaian.
Perkiraan hasil yang diharapkan.
Tingkat pemahaman anggota akan masalah.
Tingkat kepentingan/kedaruratan (mendesak/tidak).
Selanjutnya, lakukan pengumpulan data dengan memakai
alat, misalnya daftar tilik (checklist atau checksheet), terhadap
masalah masalah yang telah dirumuskan diatas untuk
menentukan masalah apa yang mendapat prioritas pertama
diselesaikan. Buat perbandingan antara masalah masalah tersebut
dengan menggunakan alat, antara lain diagram Pareto, Histogram
atau diagram tebar (scatter diagram). Hasilnya akan diperoleh
masalah utama yang akan diselesaikan.
ii. Mencari sebab dari masalah yang timbul
Pada langkah ini kita akan mencoba mengetahui faktor
faktor apa saja yang diduga menjadi penyebab timbulnya
masalah. Untuk mengetahui faktor faktor apa saja yang
menjadi penyebab masala, maka akan digunakan alat bantu berupa
diagram tulang ikan (fish bone diagram)yang dikembangkan oleh
Ishikawa untuk menggambarkan hubungan sebab akibat. Analisis
dapat dilakukan dengan melihat dari sisi metode atau proses yang
akan dilakukan (method), dari sisi manusianya (man), dari sisi
sarana dan alat (material), dan dari sisi lingkungan (environment).
iii. Meneliti sebab yang paling mungkin
Setelah memilih beberapa penyebab yang dianggap
dominan, langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian sampai
sejauh mana penyebab penyebab itu berpengaruh terhadap
10
timbulnya masalah. Jadi, pada langkah tersebut penentuan faktor
faktor penyebab didasarkan pada dugaan (hipotesis) semata,
sehingga pada langkah ini dugaan tersebut harus di uji
kebenarannya.
iv. Menyusun langkah perbaikan
Rencana perbaikan dapat disusun menggunakan tabel yang
berisikan 5W + 1H (what, where, who, when, why, dan how).
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan (do) harus dilakukan sesuai rencana. Dalam
melaksanakan suatu rencana kegiatan, ada kalanya rencanan kegiatan
yang telah dibuat tersebut tidak atau belum dapat menyelesaikan
masalah. Dengan demikian, didalam pendekatan PDCA perlu dilakukan
revisi terhadap rencana kerja hingga pada akhirnya akan diperoleh
kegiatan yang tepat.
c. Pemeriksaan
Hasil dari pelaksanaan kemudian diperiksa. Dasar yang dipakai
dalam pemeriksaan (check) adalah dengan membandingkan hasil yang
dicapai dengan perencanaan (target) yang telah dibuat. Hal ini untuk
menentukan apakah kegiatan berhasil atau tidak. Untuk mengetahui
apakah target yang disusun tersebut tercapai atau tidak, biasanya dilakukan
dengan cara membandingkan kondisi sebelum dilakukan rencana
perbaikan dengan sesudah dilaksanakan perbaikan. Memeriksa hasil
perbaikan dan hasil aktivitas kerja dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu:
Dilihat dari pengaturan kerja.
Dilihat dari masalah dominan.
Dilihat dari penyebab dominan.
Dilihat dari penampilan kerja secara keseluruhan.
Apabila ternyata hasil yang dicapai tidak memenuhi target, jalan yang
terbaik adalah meninjau kembali rencana perbaikan.
d. Perbaikan
Kegiatan dalam perbaikan (action) dimaksudkan untuk:
Mencegah berulangnya persoalan (masalah) yang sama. Hal ini
dapat dilakukan dengan:
Standarisasi, yaitu mempertahankan standar atau
mengadakan perbaikan standar.
11
Pencatatan sisa masalah lain dari tahap perencanaan (plan)
yang belum terpecahkan untuk dipakai dalam perencanaan
berikutnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perlunya pengukuran mutu pelayanan kesehatan adalah untuk terjaminnya
mutu pelayanan kesehatan yang dilakukan sehingga pelanggan (pasien) akan
mendapatkan pelayanan yang bermutu. Pengukuran mutu dalam pelayanan
kesehatan dapat dilakukan dengan berbagai cara atau beberapa pendekatan.
Pendekatan yang lazim dilakukan dalam pengukuran mutu pelayanan di
puskesmas, rumah sakit, dan unit- unit pelayanan kesehatan lainnya adalah
pendekatan variabel masukan, pendekatan variabel proses dan hasil, pendekatan
model HP-IV, dan pendekatan model PDCA.
12
DAFTAR PUSTAKA
Bustami. Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan dan Akseptabilitasnya,
Padang:2001
13