Anda di halaman 1dari 5

FM-UAD-PBM-04-16/R1

UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP


MATA KULIAH
MANAJEMEN ADMINISTRASI KEBIJAKAN RUMAH SAKIT

Nama: Innas Rostina Novianingrum


NIM: 2108053056

Dosen Pengampu: Muhammad Syamsu Hidayat S.E., M.Sc., Ph.D.

PROGRAM PASCASARJANA KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2023
FM-UAD-PBM-04-16/R1

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TA 2022/2023


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
Manajemen Administrasi S2 Kesehatan
MATA KULIAH (sks) : PRODI :
Kebijakan Rumah Sakit Masyarakat
DOSEN : M Syamsu Hidayat KELAS/SEM : A

HARI/TANGGAL : Senin, 31 Juli 2023 RUANG : Take Home

JAM MULAI / WAKTU : 15.30 WIB SIFAT UJIAN : Terbuka

Petunjuk :
1. Berdoa sebelum mengerjakan.
2. Wajib mengumpulkan hasil Ujian Akhir pada link berikut https://s.uad.id/kumpul_uas_genp22-23

Soal:
Pilihlah sebuah kebijakan kesehatan/rumah sakit. Lakukan analisis kualitas dengan menggunakan framework
Indeks Kualitas Kebijakan. Analisis mencakup empat komponen: Agenda Setting, Formulasi Kebijakan,
Implemantasi Kebijakan, dan Evaluasi Kebijakan. Analisis tidak perlu memakai scoring.

Diverifikasi oleh : Disusun oleh :


Ketua Program Studi Penanggungjawab Keilmuan Dosen Pengampu

Dr. Dra. R Sitti Nur Djannah, M.Kes


FM-UAD-PBM-04-16/R1

Analisis Kebijakan terhadap Pelayanan Rumah Sakit Daerah


Berdasarkan Kerangka Kerja Indeks Kualitas Kebijakan (IKK)

Pemerintah masih memiliki banyak kekurangan dalam memberikan pelayanan publik, sehingga
dari segi kualitas masih jauh dari yang diharapkan masyarakat. Mengenai layanan langsung yang
ditawarkan oleh pemerintah, masih banyak kekhawatiran dari masyarakat umum. Saat berada di area
servis, kritik tersebut bisa dirasakan dan dilihat secara langsung. Masyarakat juga dapat mengadu dan
menanggapinya melalui media. Pengaduan masyarakat akan menimbulkan persepsi negatif terhadap
pemerintah jika tidak ditanggapi. Pemerintah mengesahkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
Tentang Pelayanan Publik sebagai salah satu inisiatif untuk meningkatkan pelayanan masyarakat.
Diperkirakan bahwa undang-undang ini akan lebih meningkatkan pelayanan publik, yang akan
meningkatkan kesejahteraan dan mempromosikan demokrasi dalam jangka panjang.
Rumah sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan yang mengkoordinir
penyelenggaraan pelayanan kesehatan pilihan masyarakat. Rumah sakit menawarkan pelayanan
kesehatan dasar, rujukan, dan dukungan untuk kesehatan dengan pertimbangan yang memadai untuk
fungsi sosial. Rumah sakit dihimbau untuk memberikan pelayanan agar tercapainya kepuasan pasien,
baik pasien rawat inap maupun rawat jalan. Untuk melakukan ini, rumah sakit harus dapat
memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuannya, terutama yang berkaitan dengan
peningkatan kualitas layanan. Ketika pengguna jasa senang dengan pelayanan yang diperolehnya, maka
dapat dikatakan bahwa pemerintah telah memberikan pelayanan yang sesuai dengan kewajibannya.
Kualitas pelayanan merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan kepuasan pengguna jasa.
Kepuasan penerima layanan harus menjadi pertimbangan ketika mengevaluasi kualitas layanan publik
yang ditawarkan oleh pemerintah.
Keputusan terkait kesehatan pemerintah disebut sebagai kebijakan kesehatan. Tingkat kesehatan
masyarakat yang terbaik adalah apa yang diupayakan oleh kebijakan kesehatan untuk ditingkatkan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dan Peraturan Presiden
Nomor 72 Tahun 2012 Tentang Sistem Kesehatan Nasional menjadi landasan kebijakan kesehatan
nasional. Arah, tujuan, kebijakan, dan dasar pemikiran untuk mengelola semua inisiatif kesehatan di
Indonesia dijelaskan dalam kebijakan ini.Indeks Kualitas Kebijakan (IKK) adalah suatu instrument
untuk menilai kualitas kebijakan pemerintah dilihat dari proses pembuatan kebijakan dan bagaimana
dilihat dari proses pembuatan kebijakan dan bagaimana melakukan pengaturan agenda, formulasi dan
implementasi, serta melakukan evaluasi kemanfaatan kebijakan yang telah disusun. IKK sebagai
indicator pengukuran capaian Reformasi Birokrasi Nasional (Permen PAN 25/2020 tentang Road Map
Reformasi Birokrasi 2020-2024).
Dalam penyusunan suatu kebijakan, terdapat siklus kebijakan kesehatan yang terbagi dalam 5
tahapan yaitu agenda setting, perumusan kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan
evaluasi kebijakan. Setelah evaluasi kebijakan, hasil evaluasi dapat menjadi problem masalah yang
FM-UAD-PBM-04-16/R1

menjadi agenda setting berikutnya sehingga menjadi suatu siklus yang terus menerus dan
berkesinambungan. Agenda setting merupakan penentuan fokus permasalahan yang akan dibahas atau
dikembangkan kebijakannya. Agenda setting merupakan pertemuan dari 3 pilar penting yaitu masalah
(problem), solusi yang memungkinkan untuk masalah tersebut (possible solutions to the problem), dan
keadaan politik (politic circumtances). Adanya masalah publik (public issue) merupakan awal dari
penyusunan kebijakan dalam siklus kebijakan.
Formulasi Kebijakan merupakan tahap dalam pengembangan kebijakan yang terdiri dari
beberapa tahapan yaitu:
1. Pengaturan proses pengembangan kebijakan Dalam tahap ini dilakukan pengaturan atau SOP
dalam pengembangan kebijakan yang akan dilakukan. Kapan waktunya, siapa aktor yang
terlibat, dan sebagainya.
2. Penggambaran permasalahan Pada proses ini mulai digambarkan permasalahan yang terjadi
dan mulai dijabarkan public issue yang akan diselesaikan, dan solusi yang memungkinkan
untuk masalah tersebut.
3. Penetapan sasaran dan tujuan Dalam penyusunan kebijakan. Tujuan dan sasaran dari
kebijakan harus jelas.
4. Penetapan prioritas
5. Perancangan kebijakan
6. Penggambaran pilihan-pilhan
7. Penilaian / peer review/feedback
Menurut Dunn (2003) implementasi kebijakan merupakan pelaksanaan atau pengendalian aksi-
aksi kebijakan dalam kurun waktu tertentu. Implementasi merupakan tahapan yang penting untuk
dilakukan. Sebaik apapun suatu kebijakan jika tidak diimplementasikan maka tidak akan sesuai tujuan
dari pembentukan kebijakan tersebut. Implementasi melibatkan seluruh aktor, organisasi, prosedur,
serta aspek teknik untuk meraih tujuan kebijakan atau program-program.
Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang analisis kebijakan kesehatan pada
efektivitas organisasi. RSUD dalam meningkatkan pelayanan pasien rawat jalan dan rawat inap.
Gambaran singkat mengenai kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Daerah,
maka timbul pertanyaan mengapa implementasi kebijakan kesehatan yang dilaksanakan oleh Kedua Rumah
Sakit Umum Daerah terhadap efektivitas organisasi Rumah Sakit Umum Daerah dalam rangka meningkatkan
pelayanan pasien rawat jalan dan inap belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Oleh karena itu diperlukan
adanya suatu penelitian yang menyangkut kurang efektifnya implementasi kebijakan kesehatan yang dilakukan
oleh kedua rumah sakit umum daerah tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk mencari salah satu /
penyebanya yang menyangkut kurang efektifnya implementasi kebijakan kesehatan oleh kedua rumah sakit
umum daerah. Peningkatan kepuasan pelayanan kepada pasien harus dijadikan strategi oleh Rumah Sakit Umum
Daerah itu sendiri, sebab akan membawa nama bagi Rumah Sakit Umum Daerah sendiri dan nama Pemerintah
Daerah dimana Rumah Sakit Umum Daerah tersebut berada.
Di Rumah Sakit Umum Daerah, masih banyak dokter yang belum memberikan informasi secara
lengkap kepada pasiennya tentang penyakit yang dideritanya, termasuk bagaimana penyakit itu
FM-UAD-PBM-04-16/R1

ditemukan, bagaimana perkembangannya, bagaimana mencegah komplikasi, apakah kemungkinan


sembuh, dan bagaimana memilih pengobatan yang terbaik. Situasi ini menunjukkan bahwa banyak
dokter sebagai staf medis di Rumah Sakit Umum Daerah masih belum memahami pedoman
pelaksanaan kebijakan dan juga menunjukkan bahwa sosialisasi keputusan atau peraturan kode etik
kedokteran belum terintegrasi. Efisiensi organisasi rumah sakit umum daerah dalam meningkatkan
pelayanan rawat jalan dan rawat inap sangat dipengaruhi oleh unsur komunikasi, sumber daya, sikap
atau disposisi pelaksana, dan struktur birokrasi. Artinya kinerja organisasi RSUD dalam meningkatkan
pelayanan rawat jalan dan rawat inap secara simultan dipengaruhi oleh variabel komunikasi, sumber
daya, disposisi atau sikap pelaksana, dan struktur birokrasi. Factor komunikasi, factor sumber daya, dan
factor struktur birokrasi merupakan factor terbesar dalam meningkatkan efektivitas pelayanan
kesehatan. Disposisi atau sikap pelaksana memiliki dampak yang dapat diabaikan terhadap efektivitas
organisasi rumah sakit umum daerah dalam meningkatkan pelayanan rawat jalan dan rawat inap, yang
berarti bahwa faktor disposisi atau sikap pelaksana hanya sedikit mempengaruhi seberapa efektif
pelayanan rawat inap diberikan di rumah sakit umum.

Anda mungkin juga menyukai