Anda di halaman 1dari 91

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) adalah salah satu sarana
pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting ditinjau dari sistem pelayanan
kesehatan di Indonesia, sehubungan dengan peranan dan kedudukan puskesmas
sebagai ujung tombak sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Peran puskesmas
sebagai sarana pelayanan kesehatan dasar dan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Puskesmas diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan
yang bermutu kepada masyarakat, untuk menjamin terlaksananya pelayanan
kesehatan yang bermutu setiap Puskesmas perlu mengembangkan Standar Pelayanan
Minimal (SPM).1
Kebijakan pemerintah perihal standar pelayanan minimal bidang kesehatan di
Indonesia diatur dalam Permenkes No.741/Menkes/Per/VII/2008 tentang standar
pelayanan minimal bidang kesehatan di Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut
atau disingkat SPM kesehatan adalah tolak ukur kinerja pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan oleh Daerah Kabupaten/Kota. Jenis pelayanan yang wajib
diselenggarakan oleh Kabupaten/Kota ada 6 (enam) jenis, yaitu: Pelayanan Kesehatan
Dasar, Pelayanan Kesehatan Rujukan, Penyelidikan Epidemiologi dan
Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB), serta Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJM) 2010 2014, pada tahun 2014 Implementasi SPM sudah harus
memasuki tahap monitoring dan evaluasi. Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
secara efektif serta dapat di jangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.1,2
Sekalipun telah banyak keberhasilan yang dicapai oleh puskesmas dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, namun dalam pelaksanaanya masih
banyak terjadi masalah masalah yang dapat menghambat puskesmas berfungsi
maksimal. Masalah masalah tersebut dapat memengaruhi pemanfaatan puskesmas

1
yang pada ujungnya berpengaruh pada status kesehatan masyarakat di wilayah
kerjanya.1
Hal ini terlihat antara lain menurut data RISKESDAS 2014 pada tingkat
pemanfaatan pelayanan KB di rumah sakit pemerintah sebesar 3,2%, pemanfaatan
puskesmas 12%, pemanfaatan pustu 4,5%, poskesdes atau polindes 1,5 %.3
Pencapaian terhadap target indikator SPM yang mengikuti MDGs antara lain
cakupan terhadap kunjungan ibu hamil K4 sebesar 61,3% sementara target SPM 95%,
cakupan peserta KB aktif 53,9% sementar target SPM 70%, cakupan persalinan yang
ditolong tenaga kesehatan 82,3% sementara target nasional 90% dan cakupan
kunjungan neonatus 60,6% sementara target SPM 90%.3
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014,
Standar Pelayanan Minimal Kesehatan (SPM) merupakan tolak ukur kinerja
pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di daerah. Oleh karena itu keberhasilan
kinerja pelayanan kesehatan diukur dengan mengacu kepada Indikator Kinerja SPM
2016 yang disesuaikan dengan Indikator SDGs.4
Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah suatu standar dengan batas-batas
tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah
Kab/Kota yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang mencakup
jenis pelayanan, indikator, dan nilai. Prinsip prinsip SPM, yaitu (1) Diterapkan pada
kewenangan wajib (2) Diberlakukan untuk seluruh Daerah Kabupaten dan Daerah
Kota (3) Menjamin akses masyarakat mendapat pelayanan kesehatan dasar tanpa
mengorbankan mutu, mempunyai dampak luas pd masyarakat (4) Merupakan
indikator kinerja, bukan standar teknis (5) Dinamis (6) Dalam kerangka
penyelenggaraan yang dasar.1
Dibandingkan dengan indikator kinerja SPM 2017, pelayanan kesehatan di
Puskesmas Salaman I belum sepenuhnya tercapai, karena pada umumnya cakupan
pelayanan di Puskesmas Salaman I masih di bawah Target Indikator SPM 2017,
seperti cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak, Program Gizi, Promosi
Kesehatan, P2M, Program kesehatan lingkungan dan sanitasi dan lainnya lagi.
Menyadari pentingnya puskesmas dalam rangka meningkatkan derajat

2
kesehatan masyarakat, maka berbagai masalah atau kekurangan dalam
penyelenggaraan pelayanan puskesmas perlu diteliti. Masalah masalah tersebut
berasal dari dalam maupun luar lingkungan puskesmas. Dari dalam puskesmas
misalnya dari perilaku dan keterampilan petugas. Dari luar puskesmas misalnya dari
karakteristik pengguna pelayanan itu sendiri, dari sosiokultur masyarakat maupun
dari faktor organisasi.
Identifikasi masalah pada laporan ini menggunakan data standar pelayanan
minimal (SPM) Puskesmas Salaman I periode Januari Februari 2017. Cakupan yang
tidak mencapai target pada tahun 2017 akan menjadi masalah yang disepakati untuk
dilakukan analisis lebih lanjut demi mendapatkan pemecahan masalah.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan yang ada
dari hasil prioritas masalah, yaitu: Bagaimana hasil pencapaian upaya kegiatan
pokok, di Puskesmas Salaman I berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang
berlaku periode Januari Februari 2017 ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mengetahui, menganalisa dan mendeskripisikan pelaksanaan manajemen
program dan mutu pelayanan di Puskesmas Salaman I pada bulan Januari
Februari 2017 dalam rangka upaya perbaikan kinerja puskesmas.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui proses P1, P2, dan P3 pada Puskesmas Salaman I.
b. Mengetahui hasil pencapaian upaya kesehatan dasar dan pengembangan
pada Puskesmas Salaman I pada bulan Januari s/d Februari 2017.
c. Mengetahui masalah manajemen pelayanan yang terjadi di Puskesmas
Salaman I pada bulan Januari s/d Februari 2017.
d. Mengetahui faktor- faktor yang menyebabkan masalah pencapaian upaya
kesehatan Puskesmas Salaman I.
e. Menentukan prioritas masalah yang ada pada Puskesmas Salaman I.

3
f. Menentukan alternatif pemecahan masalah dari prioritas masalah yang
terpilih di Puskesmas Salaman I.
g. Membuat rencana kegiatan dari pemecahan masalah terpilih di Puskesmas
Salaman I.

D. Manfaat Kegiatan
1. Bagi Mahasiswa :
a. Sebagai syarat untuk mengikuti ujian kepaniteraan klinik Ilmu kesehatan
Masyarakat.
b. Mengetahui sistem manajemen puskesmas secara keseluruhan.
c. Mengetahui upaya upaya pokok maupun tambahan yang di puskesmas.
2. Bagi Puskesmas :
a. Mengetahui masalah atau upaya puskesmas yang belum memenuhi target
standar pelayanan minimal (SPM).
b. Membantu puskesmas dalam mengidentifikasi penyebab dari upaya
puskesmas yang belum memenuhi target standar pelayanan minimal
(SPM).
c. Membantu puskesmas dalam memberikan alternatif penyelesaian
terhadap masalah tersebut.

E. Metodologi Penelitian
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder yang didapatkan
pada bulan Januari Februari 2017 di Puskesmas Salaman I. Data primer berupa
pelaksanaan proses manajemen (P1/Perencanaan, P2/ Penggerakkan dan Pelaksanaan,
P3/Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian) diperoleh dari wawancara dengan
petugas atau pegawai puskesmas serta pengamatan langsung tentang pelaksanaan
manajemen. Data sekunder diperoleh dari SIMPUS (Sistem Informasi Puskesmas)
dan laporan hasil kegiatan setiap bulannya untuk memperoleh dimensi mutu
Puskesmas.
Data yang sudah diperoleh dari pemegang program kemudian diolah dengan
Standar Pelayanan Minimal (SPM). Kemudian dilakukan evaluasi program dengan
menerapkan problem solving cycle dan penerapan sistem dengan langkah-langkah,
identifikasi dari masalah yang ada sehingga akan didapatkan skor pencapaian. Data
dari skor pencapaian yang kurang dari 100% dan kurang dari target merupakan

4
masalah yang ada. Setelah itu, ditentukan prioritas masalah dengan menggunakan
metode Hanlon Kuantitatif.
Kemudian, dilakukan analisa penyebab masalah dengan mencari kemungkinan
penyebabnya dengan pendekatan sistem dan jaminan mutu dan untuk membantu
menentukan kemungkinan penyebab masalah dapat dipergunakan diagram fish bone.
Kemudian kemungkinan penyebab masalah dikonfirmasi untuk mencari penyebab
masalah yang paling mungkin. Dengan demikian dapat ditentukan alternatif
pemecahan masalah secara sistematis dan ditentukan prioritas pemecahan masalah
dengan kriteria matriks dengan rumus m x I x v / C. Setelah didapatkan pemecahan
masalah lalu dibuat rencana kegiatan berdasarkan pemecahan masalah yang terpilih.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Hendrick L Blum

5
Menurut Hendrik L. Blum, derajat kesehatan dipengaruhi 4 faktor yaitu faktor
lingkungan, perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Faktor
lingkungan inilah yang paling besar menentukan status kesehatan. Kedua adalah
pelayanan kesehatan diantaranya adalah sumber daya manusia yang kompoten dan
siap siaga dalam melayani masyarakat. Ketersediaan tenaga dan tempat pelayanan
yang memadai. Faktor ketiga adalah faktor perilaku dalam hal ini faktor yang paling
berpengaruh adalah faktor pemahaman dan tingkat pengetahuan masyarakat terhadap
kesehatan. Faktor terakhir adalah keturunan. Semua faktor saling berkaitan satu sama
lain.5

Gambar 1. Konsep Hendrick L Blum

Dari skema diatas, terlihat bahwa perilaku manusia mempunyai kontribusi,


yang apabila dianalisa lebih lanjut kontribusinya lebih besar. Sebab disamping
berpengaruh tidak langsung melalui faktor lingkungan terutama lingkungan fisik
buatan manusia, sosio budaya, serta faktor fasilitas kesehatan. Bahwa faktor perilaku
ini juga dapat berpengaruh terhadap faktor keturunan karena perilaku manusia
terhadap lingkungan dapat menjadi pengaruh yang negatif terhadap kesehatan dan
karena perilaku manusia pula maka fasilitas kesehatan disalahgunakan oleh manusia
yang akhirnya berpengaruh kepada status kesehatan.5

6
B. Konsep Paradigma Sehat
Paradigma adalah suatu cara pandang mendasar atau cara kita melihat,
memikirkan, memaknai, menyikapi, serta memilih tindakan atas fenomena yang ada.
Paradigma merupakan suatu diagram atau kerangka berfikir yang menjelaskan suatu
fenomena. Mengandung berbagai konsep yang terkait dengan fokus keilmuannya.6
Menurut WHO (World Health Organization) definisi sehat merupakan suatu
keadaan kondisi fisik, mental dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan
dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.6
Pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 Tahun 1960, Bab I Pasal
2 adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan
sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan.
Menurut UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup
produktif secara sosial dan ekonomi.6
Batasan kesejahteraan sosial yang ada di setiap tempat atau negara sulit diukur
dan sangat tergantung pada kultur, kebudayaan dan tingkat kemakmuran masyarakat
setempat. Dalam arti yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial adalah suasana
kehidupan berupa perasaan aman damai dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan
papan. Dalam kehidupan masyarakat yang sejahtera, masyarakat hidup tertib dan
selalu menghargai kepentingan orang lain serta masyarakat umum.6
Spiritual merupakan komponen tambahan pada definisi sehat oleh WHO dan
memiliki arti penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu perlu
mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk berlibur,
mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan
lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton.6
1. Paradigma Sehat
Paradigma sehat merupakan cara pandang, pola pikir, atau model
pembangunan kesehatan yang bersifat holistik. Cara pandang ini menekankan
pada melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang
bersifat lintas sektor. Upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan

7
dan perlindungan kesehatan, bukan hanya penyembuhan orang sakit atau
pemulihan kesehatan. Dengan diterapkannya paradigma ini, diharapkan mampu
mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan mereka
sendiri melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan
yang bersifat promotif dan preventif.6
Paradigma Sehat atau cara pandang atau pola piker pembangunan kesehatan
yang bersifat holistik, menyeluruh, bahwa masalah kesehatan dipengaruhi banyak
faktor dan multi dimensional yang upayanya lebih diarahkan pada peningkatan,
pemeliharaan dan perlindungan kesehatan yang lebih dikenal dengan preventif
dan promotif.6
Perubahan pemahaman tentang konsep sehat dan sakit serta makin kayanya
khasanah ilmu pengetahuan dengan informasi tentang determinan penyebab
penyakit yang multifaktorial, telah menggugurkan paradigma pembangunan
kesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif
dan rehabilitatif. Pentingnya penerapan paradigma pembangunan kesehatan baru,
yaitu paradigma sehat merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan
bangsa yang bersifat proaktif. Paradigma sehat tersebut merupakan model
pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang mampu mendorong
masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri
melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang
bersifat promotif dan preventif. Paradigma sehat ini pertama kali disampaikan
oleh Menteri Kesehatan RI Prof. Dr. F. A. Moeloek dalam Rapat Sidang DPR
komisi VI pada tanggal 15 September 1998.6

Paradigma sehat dengan sebutan: Gerakan Pembangunan Yang


Berwawasan Kesehatan dicanangkan oleh Presiden RI pada tanggal 1 Maret
1999. Lebih dari itu, paradigma sehat adalah bagian dari pembangunan peradaban
dan kemanusiaan secara keseluruhan. Paradigma sehat adalah perubahan mental
dan watak dalam pembangunan.6
Paradigma sehat adalah perubahan sikap dan orientasi, yaitu sebagai berikut:

8
a. Pola pikir yang memandang kesehatan sebagai kebutuhan yang bersifat
pasif, menjadi merupakan keperluan dan bagian dari hak asasi manusia
(HAM).
b. Sehat bukan hal yang konsumtif, melainkan suatu investasi karena
menjamin tersedianya SDM yang produktif secara sosial dan ekonomi.
c. Kesehatan yang semula hanya berupa penanggulangan yang bersifat
jangka pendek ke depannya akan menjadi bagian dari upaya
pengembangan SDM yang bersifat jangka panjang.
d. Pelayanan kesehatan tidak hanya pelayanan medis yang melihat bagian
dari yang sakit/penyakit, tetapi merupakan pelayanan kesehatan
paripurna yang memandang manusia secara utuh.
e. Kesehatan tidak hanya sehat jasmani, tetapi juga sehat mental dan sosial.
f. Pelayanan kesehatan tidak lagi terpecah pecah (fragmented), tetapi
terpadu (integrated).
g. Fokus kesehatan tidak hanya penyakit, tetapi juga bergantung pada
permintaan pasar.
h. Sasaran pelayanan kesehatan bukan hanya masyarakat umum (pelayanan
kesehatan pada fasilitas kesehatan umum), melainkan juga masyarakat
swasta (pelayanan kesehatan untuk perorangan/pribadi, misalnya
homecare).6
2. Dasar Pemikiran Paradigma Sehat
Hidup sehat adalah hak asasi manusia, artinya sehat merupakan sesuatu yang
sangat esensial dalam diri manusia yang perlu dipertahankan dan dipelihara. Sehat
merupakan suatu investasi untuk kehidupan yang produktif, bukanlah hal yang
konsumtif, melainkan prasyarat agar hidup kita menjadi berarti, sejahtera dan
bahagia.7
Kesehatan merupakan salah satu dari tiga faktor utama yang sangat
menentukan kualitas sumber daya manusia, disamping pendidikan dan pendapatan
(ekonomi). Oleh karena itu, kualitas kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan.
Sehat juga merupakan karunia Tuhan yang perlu disyukuri. Mensyukuri karunia
dapat ditunjukan dengan perkataan, perasaan, dan perbuatan. Bersyukur dengan

9
perbuatan ditunjukan dengan memelihara kesehatan dan berupaya untuk
meningkatkannya.7
Memelihara dan meningkatkan kesehatan lebih efektif daripada mengobati
penyakit. Oleh karena itu, upaya peningkatan kesehatan (promosi) dan pencegahan
penyakit (preventif) perlu ditekankan tanpa mengesampingkan upaya
penyembuhan dan pemulihan. Derajat kesehatan dipengaruhi oleh faktor
lingkungan perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Faktor lingkungan dan
perilaku memiliki konstribusi yang sangat besar terhadap kualitas derajat
kesehatan. Di pihak lain, faktor lingkungan dan perilaku terkait dengan banyak
sektor di luar kesehatan.7
Adanya transisi demografis dan epidemologis, tantangan global dan
regional, perkembangan iptek, tumbuhya era desentralisasi, serta maraknya
demokratisasi disegala bidang, mendorong perlunya upaya peninjauan kebijakan
yang ada serta perumusan paradigma baru dibidang kesehatan. Berdasarkan
paradigma sehat, dirumuskan visi, misi dan strategi pembangunan kesehatan.Visi
Indonesia Sehat 2015.7

3. Tiga Pilar Indonesia Sehat


Tiga pilar Indonesia sehat, antara lain:
a. Lingkungan sehat, adalah lingkungan yang kondusif untuk hidup yang
sehat, yakni bebas polusi, tersedia air bersih, lingkungan memadai,
perumahan pemukiman sehat, perencanaan kawasan sehat, terwujud
kehidupan yang saling tolong-menolong dengan tetap memelihara nilai-
nilai budaya bangsa.
b. Perilaku sehat, yaitu bersikap proaktif memelihara dan meningkatkan
kesehatan (contoh: aktifitas fisik, gizi seimbang), mencegah resiko
terjadinya penyakit (contoh: tidak merokok), melindungi diri dari
ancaman penyakit (contoh: memakai helm dan sabuk pengaman, JPKM),
berperan aktif dalam gerakan kesehatan (contoh: aktif di posyandu).

10
c. Pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, dan merata, yang menjangkau
semua lapisan masyarakat tanpa adanya hambatan ekonomi, sesuai
dengan standar dan etika profesi, tanggap terhadap kebutuhan
masyarakat, serta memberi kepuasan kepada pengguna jasa.8

4. Indikator Utama Indonesia Sehat


Indikator utama Indonesia sehat, yaitu:
a. Lingkungan sehat: 80% rumah sehat, 90% keluarga menggunakan air
bersih, 85% keluarga menggunakan jamban sehat, 80% sekolah sehat,
80% Kabupaten/kota sehat.
b. Perilaku sehat: 80% penduduk berperilaku sehat (aktivitas fisik, makan
dengan gizi baik, dan tidak merokok); 80% tatanan keluarga sehat.
c. Pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau: Setiap
kecamatan memiliki 1,5 puskesmas; pemanfaatan sarana yankes 80%;
pengunjung/pasien puas akan pelayanan kesehatan; rasio desa terhadap
posyandu adalah 1:5 (minimal salah satunya purnama/mandiri); 100%
balita telah diimunisasi.8

C. Desa Siaga
1. Pengertian Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
Desa siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan,
terutama bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.9
Menurut Kemenkes RI, 2011, Desa Siaga Aktif merupakan pengembangan
dari Desa Siaga, yaitu:
a. Penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar
yang memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesahatan Desa atau
sarana kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti, Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) atau sarana kesehatan lainnya.
b. Memilki Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang
melaksanakan upaya survailans berbasis masyarakat (pemantauan
penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan, dan perilaku),

11
penanggulangan bencana dan kedaruratan kesehatan, serta penyehatan
lingkungan.9

2. Komponen Desa dan Kelurahan Siaga Aktif


Desa atau Kelurahan Siaga Aktif memiliki komponen :
a. Pelayanan kesehatan dasar.
b. Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UKBM dan
mendorong upaya survailans berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan
dan penanggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan.
c. Perilaku Hidup Sehat dan Bersih.9

3. Tujuan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif


a. Tujuan Umum :
Percepatan terwujudnya masyarakat desa dan kelurahan yang peduli,
tanggap, mampu mengenali, mencegah dan mengatasi permasalahan
kesehatan secara mandiri, sehingga derajat kesehatan dapat meningkat.9
b. Tujuan Khusus :
1) Mengembangkan kebijakan pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif di setiap tingkat Pemerintahan Desa atau Kelurahan.
2) Meningkatkan komitmen dan kerjasama semua pemangku kepentingan
di Desa dan Kelurahan untuk pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif.
3) Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar di
desa dan kelurahan.
4) Mengembangkan UKBM dan melaksanakan penanggulangan bencana
dan kedaruratan kesehatan, survailans berbasis masyarakat (meliputi
pemantauan penyakit, kesehatan ibu, pertumbuhan anak, lingkungan,
dan perilaku), serta penyehatan lingkungan.
5) Meningkatkan ketersediaan sumber daya manusia, dana, maupun
sumber daya lain, yang berasal dari pemerintah, masyarakat dan
swasta/dunia usaha, untuk pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif.

12
6) Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah
Tangga.9

4. Manfaat Desa dan Kelurahan Siaga Aktif


a. Bagi Masyarakat :
1) Mudah mendapat pelayanan kesehatan dasar.
2) Peduli, tanggap dan mampu mengenali, mencegah dan mengatasi
masalah kesehatan yang dihadapi.
3) Tinggal di lingkungan yang sehat.
4) Mampu mempraktikkan PHBS.9
b. Bagi Tokoh Masyarakat/Organisasi Kemasyarakatan :
1) Membantu secara langsung terhadap upaya pemberdayaan dan
penggerakan masyarakat di bidang kesehatan.
2) Meningkatkan kepercayaan masyarakat dan citra terhadap figur tokoh
masyarakat/organisasi kemasyarakatan.
3) Membantu meningkatkan status kesehatan masyarakat.9
c. Bagi Kepala Desa/Kelurahan :
1) Optimalisasi kinerja Kepala Desa/Lurah.
2) Meningkatnya status kesehatan masyarakat.
3) Optimalisasi fungsi fasilitas kesehatan yang ada di wilayah kerjanya
sebagai tempat pemberdayaan masyarakat dan pelayanan kesehatan
dasar.
4) Efisiensi dalam menggerakkan dan menumbuhkan kesadaran
masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
5) Meningkatkan citra diri sebagai kepala pemerintahan Desa/Kelurahan
yang aktif mendukung dan mewujudkan kesehatan masyarakat.9

5. Kriteria Desa dan Kelurahan Siaga Aktif


Kriteria Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, yaitu:
a. Kepedulian Pemerintahan Desa atau Kelurahan dan pemuka masyarakat
terhadap Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang tercermin dari keberadaan
dan keaktifan Forum Desa dan Kelurahan.
b. Keberadaan Kader Pemberdayaan Masyarakat/Kader Kesehatan Desa dan

13
Keluraha Siaga Aktif.
c. Keberadaan UKBM dan melaksanakan (a) penanggulangan bencana dan
kedaruratan kesehatan, (b) survailans berbasis masyarakat, (c) penyehatan
lingkungan.
d. Tercakupnya pendanaan untuk pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif dalam Anggaran Pembangunan Desa atau Kelurahan serta dari
masyarakat dan dunia usaha.
e. Peran serta aktif masyarakat dan organisasi kemasyarakatan dalam
kegiatan kesehatan di Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
f. Peraturan di tingkat desa atau kelurahan yang melandasi dan mengatur
tentang pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
g. Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga. 10

6. Pentahapan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif


Atas dasar kriteria Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang telah ditetapkan,
maka pentahapan dalam pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif,
yaitu4:
a. Desa atau Kelurahan Siaga Aktif Pratama
b. Desa atau Kelurahan Siaga Aktif Madya
c. Desa atau Kelurahan Siaga Aktif Purnama
d. Desa atau Kelurahan Siaga Aktif Mandiri10.

Tabel 1. Pentahapan Desa atau Kelurahan Siaga Aktif

Desa atau Kelurahan Siaga Aktif


Kriteria
Pratama Madya Purnama Mandiri
1. Forum Desa/ Ada tetapi Berjalan, Berjalan Berjalan Setiap
Kelurahan belum tetapi belum Setiap Bulan
berjalan rutin setiap triwulan

14
Triwulan
2. KPM/Kader Sudah ada, Sudah ada, Sudah ada, Sudah ada 9
Kesehatan minimal 2 miinimal 3-5 minimal 6-8 orang atau
orang Orang Orang Lebih
3. Kemudahan Ya Ya Ya Ya
Akses
Pelayanan
Kesehatan
Dasar
4. Poyandu & Posyandu ya, Posyandu dan Posyandu dan Posyandu dan
UKBM UKBM 2 UKBM 3 UKBM 4 UKBM
lainnya aktif lainnya tidak lainnya aktif lainnya aktif lainnya aktif
aktif
5. Dukungan dana Sudah ada Sudah ada Sudah ada Sudah ada
untuk kegiatan dana dari dana dari dana dari dana dari
kesehatan di Desa pemerintah Pemerintah pemerintah Pemerintah
dan Kelurahan: Desa dan Desa dan Desa dan Desa dan
Pemerintahan Kelurahan Kelurahan Kelurahan Kelurahan
desa dan serta serta satu serta dua serta dua
Kelurahan belum ada sumber daya sumber daya sumber daya
Masyarakat sumber Lainnya lainnya Lainnya
Duniausaha daya
lainnya
6. Peran serta Ada peran Ada peran Ada peran Ada peran
Masyarakat dan aktif Aktif Aktif Aktif
Organisasi masyarakat Masyarakat masyarakat Masyarakat
Kemasyarakatan dan tidak dan peran dan peran dan peran
ada peran aktif satu aktif dua aktif dua
aktif ormas Ormas ormas Ormas
7. Peraturan Kepala
Desa atau Belum ada Ada, belum Ada, sudah Ada, sudah
peraturan Bupati/ direalisasikan direalisasikan Direalisasikan
Walikota
8. Pembinaan PHBS Pembinaan Pembinaan Pembinaan Pembinaan
di Rumah Tangga PHBS PHBS PHBS PHBS
kurang minimal 20% kurang dari kurang dari
dari 20% rumah tangga 40% rumah 70% rumah
rumah tangga Tangga

15
tangga

7. Penyelenggaraan Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif


Kepala Desa/Lurah dan Perangkat Desa Kelurahan bersama Badan
Permusyawaratan Desa (BPD), serta lembaga kemasyarakatan yang ada harus
mendukung penyelenggaraan pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif,
melalui langkah-langkah sebagai berikut :
a. Pengenalan Kondisi Desa atau Kelurahan
Pengenalan kondisi desa atau kelurahan oleh Kader Pemberdayaan
Masyarakat (KPM), lembaga kemasyarakatan, dan Perangkat Desa atau
Kelurahan dilakukan dengan mengkaji data Profil Desa atau Profil
Kelurahan dan hasil analisis situasi perkembangan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif yang menggambarkan kriteria Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif yang sudah dapat dan belum dapat dipenuhi oleh desa atau
kelurahan yang bersangkutan10.
b. Identifikasi Masalah Kesehatan dan PHBS
Dengan mengkaji Profil/Monografi Desa atau Kelurahan dan hasil
analisis situasi kesehatan melalui Survai Mawas Diri (SMD). SMD
merupakan pengumpulan data oleh kader, tokoh masyarakat, anggota
Forum Desa yang terlatih dengan menggunakan daftar pertanyaan yang
sudah disepakati kader dan Forum Desa. Melalui SMD dapat
diidentifikasi:
1) Masalah kesehatan dan urutan prioritasnya.
2) Hal-hal yang menyebabkan terjadinya masalah kesehatan.
3) Potensi yang dimilik desa/kelurahan.
4) UKBM yang ada, yang harus diaktifkan kembali dan yang dibentuk
baru.
5) Bantuan/dukungan yang diharapkan10.
c. Musyawarah Desa dan Kelurahan
Musyawarah Desa/Kelurahan dapat dilakukan secara berjenjang dengan

16
terlebih dulu menyelenggarakan Musyawarah Dusun atau Rukun Warga.
Musyawarah Desa/Kelurahan bertujuan untuk mensosialisasikan tentang
adanya masalah kesehatan dan program pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif, kesepakatan tentang urutan prioritas masalah,
kesepakatan tentang UKBM yang hendak dibentuk baru atau diaktifkan
kembali, memantapkan data potensi desa atau potensi kelurahan,
menggalang semangat dan partisipasi warga desa atau kelurahan untuk
mendukung pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.10
d. Perencanaan Partisipatif
1) KPM dan lembaga kemasyarakatan mengadakan pertemuan guna
menyusun rencana pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
untuk dimasukkan kedalam Rencana Pembangunan Desa/Kelurahan.
2) Rencana pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif mencakup :
UKBM yang akan dibentuk baru atau diaktifkan kembali.
Sarana yang akan dibangun baru atau direhabilitasi (misalnya
Poskesdes, Polindes, Sarana Air Bersih, Jamban Keluarga, dan lain-
lain).
3) Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dan biaya operasionalnya.
Hal-hal yang dapat dilaksanakan dengan swadaya masyarakat dan atau
bantuan, disatukan dalam dokumen tersendiri. Sedangkan hal-hal yang
memerlukan dukungan Pemerintah dimasukkan ke dalam dokumen
Musrenbang Desa atau Kelurahan untuk diteruskan ke Musrenbang
Kecamatan dan Kabupaten/Kota.10
e. Pelaksanaan Kegiatan
1) Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM), Kader Kesehatan dan
lembaga kemasyarakatan memulai kegiatan dengan membentuk
UKBM-UKBM yang diperlukan, menetapkan kader-kader
pelaksananya, melaksanakan kegiatan-kegiatan swadaya atau yang
sudah diperoleh dananya dari donatur.
2) Kegiatan tersebut dilaksanakan secara teratur swakelola oleh
masyarakat dengan didampingi Perangkat Pemerintahan serta dibantu

17
oleh para KPM dan Fasilitator. Jika dibutuhkan dapat difasilitasi oleh
Puskesmas dan Dinas Kesehatan setempat.
3) Pencatatan dan pelaporan kegiatan10.
f. Pembinaan Kelestarian
Pembinaan kelestarian Desa/Kelurahan Siaga Aktif pada dasarnya
merupakan tugas dari KPM/kader kesehatan, Kepala Desa/Lurah,
Perangkat Desa/Kelurahan dengan dukungan dari berbagai pihak,
utamanya pemerintah daerah dan Pemerintah.10

D. Manajemen Puskesmas
Puskesmas merupakan tulang punggung penyelenggaraan upaya pelayanan
kesehatan dasar bagi masyarakat di wilayah kerjanya berperan dalam
menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan
yang optimal. Puskesmas dalam melaksanakan upaya kesehatan baik upaya kesehatan
masyarakat tingkat pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama
dibutuhkan manajemen Puskesmas yang dilakukan secara terpadu dan
berkesinambungan agar menghasilkan kinerja Puskesmas yang efektif dan efisien.11
Manajemen adalah serangkaian proses yang terdiri atas perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan kontrol (Planning, Organizing, Actuating,
Controling) untuk mencapai sasaran/tujuan secara efektif dan efesien. Efektif berarti
bahwa tujuan yang diharapkan dapat dicapai melalui proses penyelenggaraan yang
dilaksanakan dengan baik dan benar serta bermutu, berdasarkan atas hasil analisis
situasi yang didukung dengan data dan informasi yang akurat (evidence based).
Sedangkan efisien berarti bagaimana Puskesmas memanfaatkan sumber daya yang
tersedia untuk dapat melaksanaan upaya kesehatan sesuai standar dengan baik dan
benar, sehingga dapat mewujudkan target kinerja yang telah ditetapkan11.
Pedoman manajemen Puskesmas harus menjadi acuan bagi puskesmas dan
dinas kesehatan kabupaten/kota. Peran dinas kesehatan kabupaten/kota dalam
manajemen puskesmas adalah melaksanakan pembinaan dan bimbingan teknis

18
manajemen Puskesmas. Sedangkan, peran puskesmas dalam manajemen puskesmas
adalah:
1. Menyusun rencana 5 (lima) tahunan yang kemudian dirinci kedalam rencana
tahunan
2. Menggerakan pelaksanaan upaya kesehatan secara efisien dan efektif
3. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja Puskesmas
4. Mengelola sumber daya secara efisien dan efektif
5. Menerapkan pola kepemimpinan yang tepat dalam menggerakkan, memotivasi,
dan membangun budaya kerja yang baik serta bertanggung jawab untuk
meningkatkan mutu dan kinerjanya.11
Siklus manajemen Puskesmas yang berkualitas merupakan rangkaian kegiatan
rutin berkesinambungan, yang dilaksanakan dalam penyelenggaraan berbagai upaya
kesehatan secara bermutu, yang harus selalu dipantau secara berkala dan teratur,
diawasi dan dikendalikan sepanjang waktu, agar kinerjanya dapat diperbaiki dan
ditingkatkan dalam satu siklus Plan-Do-Check-Action (P-D-C-A). Untuk menjamin
bahwa siklus manajemen Puskesmas yang berkualitas berjalan secara efektif dan
efisien, ditetapkan Tim Manajemen Puskesmas yang juga dapat berfungsi sebagai
penanggung jawab manajemen mutu di Puskesmas. Tim terdiri atas penanggung
jawab upaya kesehatan di Puskesmas dan didukung sepenuhnya oleh jajaran
pelaksananya masing-masing. Tim ini bertanggung jawab terhadap tercapainya target
kinerja Puskesmas, melalui pelaksanaan upaya kesehatan yang bermutu.11
Upaya kesehatan Puskesmas yang dilaksanakan secara merata dan bermutu
sesuai standar, diwujudkan dengan bukti adanya perbaikan dan peningkatan
pencapaian target indikator kesehatan masyarakat dan perseorangan. Seperti
menurunnya angka-angka kesakitan penyakit yang menjadi prioritas untuk ditangani,
menurunnya angka kematian balita, angka gizi kurang dan atau gizi buruk balita dan
maternal, menurunnya jumlah kematian maternal, teratasinya masalah-masalah
kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya, dan lainnya. Diperlukan dukungan
sumber daya yang memadai baik dalam jenis, jumlah maupun fungsi dan
kompetensinya sesuai standar yang ditetapkan, dan tersedia tepat waktu pada saat
akan digunakan. Dalam kondisi ketersediaan sumber daya yang terbatas, maka

19
sumber daya yang tersedia dikelola dengan sebaik-baiknya, dapat tersedia saat akan
digunakan sehingga tidak menghambat jalannya pelayanan yang akan dilaksanakan11
Manajemen sumber daya dan mutu merupakan satu kesatuan sistem
pengelolaan Puskesmas yang tidak terpisah satu dengan lainnya, yang harus dikuasai
sepenuhnya oleh tim manajemen Puskesmas dibawah kepemimpinan kepala
Puskesmas, dalam upaya mewujudkan kinerja Puskesmas yang bermutu, mendukung
tercapainya sasaran dan tujuan penyelenggaraan upaya kesehatan di Puskesmas, agar
dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat di wilayah
kerjanya. Manajemen Puskesmas akan mengintegrasikan seluruh manajemen yang
ada (sumber daya, program, pemberdayaan masyarakat, sistem informasi Puskesmas,
dan mutu) didalam menyelesaikan masalah prioritas kesehatan di wilayah kerjanya11

Gam
bar 2. Siklus Manajemen Puskesmas

20
BAB III
DATA UMUM PUSKESMAS SALAMAN 1

A. Keadaan Geografi Dan Lingkungan


1. Keadaan Geografi
a. Luas Wilayah Kerja
Luas wilayah kerja Puskesmas Salaman 1 adalah 38,89 km2
b. Batas-batas wilayah Puskesmas Salaman 1 adalah :
Utara : Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang.
Selatan : Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, dan
Kecamatan Samigaluh, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Barat : Wilayah kerja Puskesmas Salaman 2, Kabupaten
Magelang

21
Timur : Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.

Gambar 3. Peta Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang


c. Pembagian Wilayah
Jumlah desa wilayah kerja Puskesmas Salaman 1 sebanyak 10 desa dengan
65 dusun, yang semuanya merupakan desa swasembada. Desa di wilayah
kerja Puskesmas Salaman 1 antara lain:
1) Ngargoretno 6) Sidomulyo
2) Paripurno 7) Kebonrejo
3) Kalirejo 8) Salaman
4) Menoreh 9) Kalisalak
5) Ngadirejo 10) Banjarharjo

22
d. Kondisi wilayah terdiri dari :
Kondisi wilayah kerja Puskesmas Salaman 1 terdiri dari :
- Daerah dataran 60% : Meliputi 5 desa
- Daerah pegunungan 30% : Meliputi 3 desa
- Daerah bergelombang 10% : Meliputi 2 desa.

Grafik 1. Kondisi wilayah kerja puskesmas Salaman 1

e. Transportasi
Jarak puskesmas - RSU Tidar : 15 km
Jarak puskesmas - Kantor Dinas Kabupaten : 10 km
Jarak puskesmas - RSU Muntilan : 20 km
Jarak puskesmas - desa terjauh : 10 km
Semua desa/balai desa dapat terjangkau dengan kendaraan bermotor roda
dua. Angkutan umum berupa ojek, andong, angkudes, pick-up, dan bus
umum.
2. Profil Puskesmas
a. Situasi Puskesmas
Puskesmas Salaman 1 merupakan Puskesmas Rawat Inap, pertama kali
didirikan sebagai Rumah Sakit Pembantu (RSP), dan semenjak adanya
Puskesmas sekitar tahun 70-an, diberlakukan sebagai puskesmas dengan
rawat inap.

Luas tanah : 17.270 m2

Luas gedung : 1.600 m2

Jumlah tempat tidur : 76 buah tempat tidur
Ruang pelayanan yang tersedia :
1) Ruang UGD : 1 ruang

23
2) Ruang pendaftaran : 2 ruang
3) Ruang radiologi : 1 ruang
4) Kamar operasi minor : 1 ruang
5) BP umum : 2 ruang
6) BP Gigi : 1 ruang
7) Ruang poli Penyakit Dalam : 1 ruang
8) Ruang poli Kebidanan dan Kandungan : 1 ruang
9) Ruang KIA/KB : 4 ruang
10) Ruang Laboratorium : 1 ruang
11) Ruang Pelayanan Obat : 1 ruang
12) Gudang Obat : 1 ruang
13) Ruang Dapur : 1 ruang
14) Ruang Gizi : 1 ruang

b. Sarana Kesehatan
Puskesmas pembantu : 4 buah (Ngargoretno,Kalisalak,
Ngadirejo,Kalirejo), dengan jumlah
tenaga medis yang terbatas.
Polindes : 1 buah (Ngadirejo)
Pos Kesehatan Desa (PKD) : 5 buah (Kalirejo, Sidomulyo,
Paripurno, Kebonrejo, Banjarharjo)
Bidan Puskesmas : 15 orang
Bidan Desa : 10 orang
Posyandu : 72 buah
Posyandu Lansia : 50 buah

3. Keadaan Penduduk
a. Jumlah penduduk : 43.482 jiwa
b. Laki-laki : 21.861 jiwa (50,27%)
c. Perempuan : 21.621 jiwa (49,72 %)
d. Jumlah rumah tangga : 12.900 KK
e. Kepadatan penduduk : 1.118,07 jiwa/ km2
f. Jumlah pasangan usia subur : 7.855 pasangan

Tabel 2. Komposisi Penduduk Per Desa di Wilayah Puskesmas Salaman 1


Tahun 2017
No. Nama Desa Laki-laki Perempuan

1. Ngargoretno 1.558 1.554


2. Paripurno 1.735 1.650

24
3. Kalirejo 2.446 2.575

4. Menoreh 4.119 3.956

5. Ngadirejo 2.543 2.546

6. Sidomulyo 1.951 1.883

No. Nama Desa Laki-laki Perempuan

7. Kebonrejo 2.812 2.820

8. Salaman 2.055 2.074

9. Kalisalak 1.960 1.892

13. Banjarharjo 682 681

Total 21.861 21.621

Sumber Data :BPS Kabupaten Magelang

4. Keadaan Sosial Budaya


a. Agama
Penduduk di wilayah kerja puskesmas Salaman 1 mayoritas adalah
pemeluk agama Islam. Data lebih rinci dapat dilihat dari tabel dibawah
ini.
Tabel 3. Data Pemeluk Agama di Wilayah Kerja Puskesmas
Salaman 1
Agama Jumlah Persentase
Islam 41.674 99,31 %
Kristen Protestan 156 0,37 %
Katolik 133 0,31 %
Budha 0 0%
Hindu 0 0%
Total 41.963 100 %

b. Sarana Peribadatan
Berdasarkan data statistik Kecamatan Salaman tahun 2013 dirinci
menurut desa terdapat 246 rumah peribadatan di wilayah kerja
Puskesmas Salaman 1, meliputi 102 masjid, 142 langgar/surau dan 2
gereja.

25
c. Tingkat Pendidikan
Tabel 4. Data Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja
Puskesmas Salaman 1
Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
Tidak/belum pernah sekolah 3.460 8,24 %
Tidak/belum tamat SD 5.744 13,68 %
Tamat SD/sederajat 19.376 46,17%
Tamat SLTP/sederajat 7.181 17,11 %
Tamat SLTA/sederajat 5.781 13,77%
Tamat akademi/PT 421 1,00 %
Total 41.963 100 %

Tingkat pendidikan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Salaman 1


didominasi oleh penduduk yang tamat SD/ sederajat, dan penduduk
yang tamat akademi/ PT berjumlah paling sedikit.
d. Sarana pendidikan :
TK : 25
SD / MI : 29
SLTP / Mts : 10
SLTA / MA :5

5. Sosial Ekonomi
Tabel 5. Data Mata Pencaharian Penduduk di Wilayah Kerja
Puskesmas Salaman 1 (10 tahun ke atas)
Mata Pencaharian Jumlah Persentase
Buruh tani 5.321 22,85 %
Tani 8.906 30,41 %
Buruh 4.786 6,60 %
PNS / ABRI 1.273 3,00 %
Sopir angkutan 1.332 4,34 %
Pedagang 3.268 11,16 %
Pensiunan PNS /ABRI 867 2,96 %
Pengusaha 1.680 5,73 %
Lain-lain 3.847 13,13 %
Total 33.014 100 %

26
Dapat dilihat dari data mata pencaharian penduduk, total penduduk yang
memiliki pencaharian adalah 33.014 dari jumlah penduduk 43.482.
Berdasarkan data diatas disimpulkan terdapat 8.949 penduduk tidak memiliki
mata pencaharian. Dapat dilihat mata pencaharian penduduk tertinggi adalah
di bidang pertanian dan yang terendah adalah pensiunan PNS/ABRI.

B. Visi, Misi, Filosofi, dan Struktur Organisasi Puskesmas Salaman 1


1. Visi Puskesmas Salaman 1
Visi merupakan gambaran yang ingin dicapai di masa depan oleh segenap
komponen masyarakat, melalui pembangunan kesehatan, visi puskesmas
Salaman 1 adalah Menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan yang bermutu,
terjangkau dan dipercaya sehingga terwujud masyarakat Salaman
Sehat.
Melalui visi ini diharapkan masyarakat kecamatan Salaman telah
mencapai tingkat kesehatan tertentu yang ditandai oleh penduduknya yang
hidup dalam lingkungan yang sehat, mempraktekkan perilaku hidup bersih
dan sehat, baik jasmani, rohani, maupun sosial, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta
mempunyai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

2. Misi Puskesmas Salaman 1


a. Meningkatkan mutu pelayanan
b. Menjalin kemitraan dengan pelanggan dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan
c. Meningkatkan mutu dan profesionalisme SDM
d. Meningkatkan kesejahteraan karyawan
e. Meningkatkan kebersihan dan keindahan lingkungan Puskesmas

27
f. Memelihara agar orang tetap sehat dengan membentuk lingkungan yang
sehat, dengan mengikutkan peran serta masyarakat dan mendorong
kemandirian untuk hidup sehat
g. Memberikan pelayanan rawat inap yang berkualitas pada masyarakat
setaraf dengan Rumah Sakit tipe D.

3. Filosofi Puskesmas Salaman 1


a. Memperlakukan pelanggan sebagaimana diri kita ingin diperlakukan
b. Mencegah lebih baik dari pada mengobati
c. Kepuasan pelanggan adalah prioritas kami

4. Dimensi Mutu Puskesmas Salaman 1


a. Cepat, tepat dan akurat
b. Efektif dan efisien
c. Disiplin dan setia kawan
d. Jujur dan transparan
e. Biaya terjangkau
f. Bersih, indah, aman dan nyaman
g. Ramah tamah dan peduli

5. Definisi Mutu Puskesmas Salaman 1


Pelayanan kesehatan yang cepat, tepat dan akurat, efektif dan efisien
dengan biaya terjangkau, dalam lingkungan kerja yang bersih, indah, aman
dan nyaman yang dilandasi dengan sikap karyawan yang jujur, disiplin dan
setia kawan dengan memberikan pelayanan sesuai dengan prosedur dan
standar, sehingga memberikan hasil yang memuaskan.

28
C. Struktur Organisasi

Kepala Puskesmas

dr. Hery Sumantyo, MPH

Kepala Sub Bagian TU


Sri Wigati, SE

Dr. HerySumantyo, MPH


Keuangan
Kelompok Jabatan Fungsional Titik Kadarsih, S.Sos, Santosa

Unit Pelayanan Kesehatan Unit Penggerak Pembangunan Unit Pemberdayaan Masyarakat


Kesehatan dan Keluarga
Rawat Jalan Sanitarian : Woro W, ST PromKes : Suratmi. S.Sos
Poli Umum : dr. Satoto P2M : Andang B, A.Md.Kep Jamkesmas : Tri Setyowati Elnur,SE
UGD : dr. Siti Aimatus UKS : drg. Saptaya KesehatanKel : Kasiyem, Eni Pujiati,
Spesialis :- Perkesmas : Sri Kustinah, S.Kep A.MdKeb
Poli Gigi : drg. Saptaya PeningkatanGizi : Wahyu Sri Lestari, A.Md
KIA/KB : dr..Riyono

Rawat Inap
Rawat inap : dr. Fitri Indriani
Dapur/Gizi : Wahyu Sri L, A.Md
Puskesmas Pembantu
Penunjang
Kalisalak : Himatul Khoiriyah, S.kep.Ns
Laboratorium : Sarkoyir, Retno, A.Md,
Kali rejo : Jamiatul B, S.kep.Ns
Sutina Daniyati
Ngargoretno : Andang B, A.MdKep
Rontgen : Heri Wibowo,A.Md
Ngadirejo : Sri Kustinah, S.Kep

Gambar2.3.
Peta Jabatan Puskesmas Salaman 1
Kepala Puskesmas

1 dr. Hery Sumantyo, MPH

Administrasi Kesehatan
Dokter Spesialis Apoteker KaSubBag TU
1. Endaryanti 1. Sri Wigati,
1 S.Farm.Apt 1
Penyakit Dalam SE
Pengadministrasi
Perawat AsistenApoteker PelaksanaKeperawat 1. Umum
Ahmad
2 1. KhusnitaHerawati 1Pengadministrasi
Anak 1. Andang B, A.Md.Kep
2. Siti Farida an Humam
2. B Febriana E, A.Md.Kep tiKoiriyah Pelayanan Umum
3. Dwi Daryanti 3. Sri 5 1. Gressi Tri
4. Emsi Setyati, A.Md.Kep PerekamMedis 4 Cahyani
Bedah 5. HimatulKh, S.Kep.Ns 1. Han Wicaksono, Susilowati
6. Jamiatul B, S.Kep
1 A.Md dari Sri L
2. Luki Ariyani
7. Magdalena, A.Md.Kep
8. Minuk T B A, A.Md.Kep BidanDesa Verifikator Keuangan
Obsgyn Dokter Umum 9. Nunik D, A.Md.Kep PelaksanaGizi 3. Nurul Makrifah
1. dr. Siamsasi Roharni 10. Nurul F, A.Md.Kep 1. Titik
2. dr. Fitri Indriani
Ngargoretno
20 11. Putri M. ,A.Md.Kep 2 Kadarsih, S.Sos
3. dr. Riyono 12. R. Suci H. ,A.Md.Kep 1 UswatunKhasanah
5 13. Siti Aminah PelaksanaKebidanan Pengadministrasi
2. Santosa
4. dr. Siti Aimmatus S.
5. dr. M. Satoto 14. Sri Kustinah, S.Kep Paripurno Kepegawaian
15. Surini, A.Md.Kep 1. Tri Setyowati
Dokter Gigi 16. Tugi Harini 1 HimatulKhoiriyah 1Pengadministrasi
PelaksanaRadiografi E. S.E
1. drg. Saptaya Peny.
17.Kes.
Priyo Sulistyono, S.Kep
1 1. 18. Slamet
Suratmi,Suryono Kalirejo Perlengkapan
1 Masyarakat 1 1. Joko Sujono
19. Esah Fitriana, A.MdKep
S.Sos
Bidan Puskesmas Sanitarian 1 Erma N, A.Md.Keb PetugasKebersihan
20. Dian Apriliani PenataBoga
Woro Wiharyati, ST Menoreh PranataLabkes 1. Rudi
1. Kasiyem, A.Md.Keb 1 1. 2 Prindarto
2. Eny Pujiati, A.Md 1 WijiPangesti Pramu
2. Kantor
Solikin
3. Emmy R, 3 SutinaDariyati
Nutrisionis Ngadirejo
A.Md.Keb
4. Endang W, Dewi Eta Sari, 2. Retno S., Penjaga Kantor
8 1
A.Md.Keb 2 Wahyu Sri L., A.Md A.Md.Keb Radiografer
A.Md
1. Maryanto
5. Tutik Andriyani Sidomulyo 1. HeriWibowo,
1 2. Muh. Tasor
6. Triomy L, 3. A.MdSarkoyir 4
1 Siti Munifah 3. Prihanto
A.Md.Keb Perawat Gigi
7. Ratri Adiningsih Kebonrejo 4. Waluyo
8. Retno Sekarsari 1. Kamidjo, SKM
Fisiotherapis 2 2. Titik Isyati 1 Puji Astuti T Teknisi Elektromedis Pengemudi
Salaman 1 1. Imam Turmudi 1 1. MochTholib
1 Indah Listai, A.MdKeb
Kalisalak
1 Rekno Sri Hastuti
Banjarharjo
1 Nur Latifah
D. Data Sumber Daya Puskesmas
1. Man (Ketenagakerjaan)
Tabel 6. Tenaga Kerja di Puskesmas Salaman 1
No Kategori Tenaga Jumlah
1. Kepala Puskesmas 1
2. Kasubag TU 1
3. Dokter Spesialis Dalam/Anak/Obsgyn -/-/-
4. Dokter umum 4
5. Dokter gigi 1
6. Bidan desa PNS / PTT 7/ 3
7. Bidan Puskesmas PNS/ Bidan PONED PNS/THL 3/9/3
8. Perawat PNS / THL 19
9. Pelaksana Keperawatan 10
10. Perawat Gigi 2
11. Administrasi Kesehatan 10
12. Promosi Kesehatan -
13. Perekam Medis 1
14. Nutrisionis 2
15. Sanitarian 2
16. Pranata Labkes 3
17. Apoteker / Ass. Apoteker 1/2
18. Radiografi / Pelaksana 1/1
19. Teknisi Elektromedis 1
20. Pengadministrasian Umum 1
21. Pengadministrasi Pelayanan Umum (Obat/loket) PNS/THL 5
22. Verifikator Keuangan 2
23. Pengadministrasi Kepegawaian 1
24. Pengadministrasi Perlengkapan -
25. Petugas Kebersihan PNS/THL 2/4
26. Penjaga Kantor (PNS / THL) 4/1
27. Pengemudi (PNS / THL) 1/1

31
28. Tenaga Dapur THL 6
29. Tukang Kebun PNS/ THL 2/6
30. Petugas Cuci THL 1
TOTAL 124

Dari tabel di atas terlihat bahwa pekerja terbanyak di Puskesmas Salaman 1


adalah perawat kesehatan.

Deskripsi Kerja Ketenagakerjaan

a. Dokter/Kepala Puskesmas
Tugas pokok : Mengusahakan agar fungsi puskesmas terselenggara dengan
baik.
Fungsi :
1) Sebagai manager:
Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen di Puskesmas.
Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral
secara vertikal dan horizontal.
Menerima konsultasi dari semua kegiatan di Puskesmas.
2) Sebagai seorang dokter:
Melakukan pemeriksaan dan pengobatan penderita
Merujuk kasus yang tidak bisa diatasi
Melakukan penyuluhan kesehatan kepada penderita dan
masyarakat
b. Dokter Umum
Tugas pokok : Mengusahakan agar pelayanan pengobatan di wilayah kerja
Puskesmas dapat berjalan dengan baik.
Fungsi :
1) Mengawasi pelaksanaan pelayanan obat di Puskesmas.
2) Memberikan pelayanan pengobatan di wilayah kerja Puskesmas baik di
Puskesmas, Pustu atau Pusling.
3) Memberikan bimbingan, edukasi dan motivasi kepada penderita dan
masyarakat.
4) Membantu membina kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan
peran masyarakat.
5) Melakukan pencatatan dan pelaporan.

32
c. Dokter Gigi
Tugas Pokok : Mengusahakan agar pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
wilayah kerja Puskesmas agar dapat berjalan dengan baik.
Fungsi :
1) Mengawasi pelaksanaan kesehatan gigi di Puskesmas.
2) Memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di dalam wilayah kerja
Puskesmas secara teratur.
3) Supervisi dan bimbingan teknis pada program gigi di Puskesmas.
4) Memberikan penyuluhan kesehatan gigi pada penderita dan masyarakat
di wilayah kerja Puskesmas.
5) Membantu dan membina kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan
peran serta masyarakat.
6) Memberikan penyuluhan kesehatan.
7) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.
d. Perawat Gigi
Tugas Pokok : Melaksanakan pelayanan kesehatan gigi di puskesmas.
Fungsi:
1) Membantu dokter gigi dalam pelayanan kesehatan di puskesmas.
2) Memeriksa, menambal, membersihkan karang gigi dan mengobati gigi
yang sakit.
3) Merujuk kasus yang perlu ditindak lanjuti dari seorang dokter gigi.
4) Melaksanakan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) dan UKGS (Usaha
Kesehatan Gigi Sekolah).
5) Melaksanakan kunjungan kesehatan gigi.
e. Tata Usaha
Tugas pokok :
1) Menghimpun dan menyusun semua laporan kegiatan Puskesmas.
2) Menghimpun, mengatur dan menyimpan semua surat masuk.
Fungsi :

1) Mengumpulkan, membuat surat yang masuk/keluar yang didisposisi.


2) Mengumpulkan laporan berkala setiap tugas Puskesmas.
3) Penyiapan dan pengaturan tata usaha kepegawaian Puskesmas.
4) Melakukan laporan berkala ketatausahaan.
f. Petugas Puskesmas
Tugas Pokok : Melaksanakan dan mengkoordinir pelaksanaan kegiatan
Perkesmas di wilayah kerja Puskesmas agar berjalan dengan baik.
Fungsi :

33
1) Melaksanakan kegiatan Perkesmas baik di dalam maupun luar gedung.
2) Menyiapkan blanko-blanko dan pencatatan untuk kegiatan Puskesmas.
3) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.
4) Memantau masyarakat/kasus-kasus rawan kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas.
5) Melakukan pendataan sasaran secara periodik.
g. Petugas Pengobatan
Tugas pokok :
1) Melaksanakan pengobatan rawat jalan di wilayah Puskesmas.
2) Memeriksa dan mengobati penyakit menular secara pasif atas delegasi
dari dokter.
3) Melaksanakan penyuluhan kesehatan.
4) Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi.
5) Melakukan pencatatan dan pelaporan.
6) Melakukan kegiatan Puskesmas.
7) Ikut dalam kegiatan Puskesling dan Pustu.
h. Petugas P2M
Tugas pokok : Melaksanakan dan mengkoordinir kegiatan pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular di wilayah kerja Puskesmas.
Fungsi :
1) Melaksanakan pengamatan penyakit di wilayah kerja Puskesmas.
2) Melaksanakan tindakan pemberantasan penyakit menular.
3) Melaksanakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit menular.
4) Melakukan penyuluhan, pencatatan dan pelaporan.
5) Melakukan pengobatan terhadap penderita penyakit menular atas
delegasi dari dokter.
6) Melakukan kunjungan rumah.
7) Ikut dalam kegiatan Puskesling dan kegiatan terpadu lain yang terkait
P2P.
8) Memberikan penyuluhan kesehatan.
9) Melakukan pencatatan dan pelaporan.
i. Petugas KIA
Tugas Pokok : Melaksanakan kegiatan pelayanan KIA di wilayah kerja
Puskesmas agar dapat berjalan dengan baik.
Fungsi :
1) Melaksanakan pemeriksaan secara berkala ibu hamil, ibu menyusui,
bayi, dan anak.
2) Mengatur dan menjaga tempat kerja dengan rapi.
3) Memberikan jelang imunisasi pada bayi dan ibu hamil.

34
4) Melakukan pembinaan dukun bayi.
5) Melakukan pembinaan kepada bidan desa.
6) Melaksanakan kegiatan Posyandu dan kegiatan terpadu lain yang terkait
dengan KIA.
7) Melakukan penyuluhan kesehatan.
8) Melakukan pencatatan dan pelaporan.
9) Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi.
j. Petugas Gizi
Tugas pokok : Melaksanakan kegiatan dan mengkoordinir perbaikan gizi
di wilayah kerja Puskesmas.
Fungsi :
1) Melaksanakan pemberian makanan tambahan.
2) Memantau keadaan gizi di masyarakat khususnya kasus-kasus kurang
gizi.
3) Membantu meningkatkan kerja sama lintas sektoral terkait dengan
gizi.
4) Memberikan penyuluhan gizi, melatih kader gizi.
5) Melakukan pencatatan dan pelaporan.
6) Melakukan pembagian vitamin A secara periodik.
7) Melakukan monitoring garam beryodium secara periodik.
8) Melakukan pembinaan Posyandu.
9) Melakukan rujukan kasus gizi.
k. Petugas Sanitarian
Tugas pokok : Merubah, mengendalikan atau menghilangkan semua
unsur fisik dan lingkungan yang memberikan pengaruh buruk terhadap
kesehatan masyarakat.
Fungsi :
1) Penyuluhan terhadap masyarakat tentang penggunaan air bersih,
jamban keluarga, rumah sehat, kebersihan lingkungan dan pekarangan.
2) Membantu masyarakat dalam pembuatan sumur, perlindungan mata
air, penampungan air hujan dan sarana air bersih lainnya.
3) Pengawasan higiene, perusahaan dan tempat tempat umum.
4) Melakukan pencatatan dan pelaporan.
5) Aktif memperkuat kerjasama lintas sektoral.
6) Ikut serta dalam Puskesling dan kegiatan terpadu yang terkait dengan
H.S.
7) Memberikan penyuluhan kesehatan.
8) Pengawasan, penyehatan perumahan.

35
9) Pengawasan pembuangan sampah.
10) Pengawasan makanan dan minuman.
11) Pembuatan SPAL (Sistem Pembuangan Air Limbah).

l. Pelayanan Imunisasi
Tugas pokok : Melaksanakan dan mengkoordinir imunisasi di wilayah
kerja Puskesmas.
Fungsi :
1) Melaksanakan kegiatan imunisasi di lapangan dan Puskesmas.
2) Melakukan penyuluhan kepada pasien tentang imunisasi.
3) Melakukan pencatatan dan pelaporan.
4) Menyelenggarakan dan memonitor Cold Chain dari imunisasi.
5) Menyediakan persediaan vaksin secara teratur.
6) Melakukan sweeping untuk daerah-daerah yang cakupannya kurang.
7) Memberikan penyuluhan kesehatan.
m. Petugas Unit Gawat Darurat
Tugas pokok : Melaksanakan kegiatan untuk pelayanan kasus gawat
darurat di Puskesmas.
Fungsi :
1) Menyiapkan ruang gawat darurat dalam keadaan siap untuk pelayanan.
2) Melakukan pencatatan dan pelaporan.
3) Melakukan rujukan kasus gawat darurat bila tidak mampu ke
Puskesmas yang lebih mampu atau ke Rumah Sakit.
4) Melakukan penanganan kasus gawat darurat sesuai standar dan
prosedur.
n. Petugas Apotek
Tugas pokok : Menerima resep, memeriksa, meracik dan membungkus
dan memberikan obat.
Fungsi :
1) Melaksanakan sebagian kegiatan pengelolaan obat yang meliputi
peresepan, pembungkusan dan pemberian obat pada pasien.
2) Membantu pelaksanaan kegiatan petugas gudang obat.
3) Membantu dalam penyimpanan obat dan administrasi dari obat di
apotek.
4) Membantu distribusi obat ke Puskesling, Pustu, dan PKD.
5) Melakukan pencatatan dan pelaporan obat.
6) Mengatur kebersihan dan kerapihan kamar obat.
o. Petugas Laboratorium

36
Tugas pokok : Melakukan pelayanan pemeriksaan laboratorium.
Fungsi :
1) Membantu menegakkan diagnosa penyakit.
2) Melaksanakan pemeriksaan spesimen.
3) Membantu rujukan spesimen.
4) Ikut membantu kegiatan lain yang berhubungan dengan kegiatan
laboratorium.
5) Memberikan penyuluhan kesehatan.
6) Melakukan pencatatan dan pelaporan.
p. Petugas Pendaftaran
Tugas pokok : Melakukan proses pelayanan di loket pendaftaran pada
semua pengunjung Puskesmas.
Fungsi :
1) Melakukan pelayanan pendaftaran secara berurutan.
2) Memberikan penjelasan kepada pasien tentang proses pendaftaran.
3) Memberikan gambar status/catatan medis untuk setiap pasien.
4) Mencatat semua kunjungan pasien pada buku.
5) Menata kembali dengan rapi status yang sudah dipergunakan hari
tersebut.
6) Melakukan pencatatan dan pelaporan.
q. Petugas Gudang Obat
Tugas Pokok : Mengelola obat-obat yang ada di puskesmas.
Fungsi:
1) Membantu dokter atau kepala puskesmas dalam pengelolaan obat di
puskesmas.
2) Mempersiapkan pengadaan obat di puskesmas.
3) Mengatur penyimpanan obat.
4) Mengatur administrasi obat dan mengatur distribusi obat.
5) Menyediakan obat untuk Puskesling, Pustu, dan Poliklinik Kesehatan
Desa (PKD).
6) Mengatur dan menjaga kerapihan, kebersihan dan pencahayaan dalam
obat.

2. Material (Sarana)
a. Sarana Fisik
Gedung puskesmas meliputi;
1) Ruang UGD : 1 ruang
2) Ruang pendaftaran : 2 ruang

37
3) Ruang radiologi : 1 ruang
4) Kamar operasi minor : 1 ruang
5) BP umum : 2 ruang
6) BP Gigi : 1 ruang
7) Ruang poli Penyakit Dalam : 1 ruang
8) Ruang poli Kebidanan dan Kandungan : 1 ruang
9) Ruang KIA/KB : 4 ruang
10) Ruang Laboratorium : 1 ruang
11) Ruang Pelayanan Obat : 1 ruang
12) Gudang Obat : 1 ruang
13) Ruang Dapur : 1 ruang
14) Ruang Gizi : 1 ruang
b. Sarana penunjang medis
1) Dental unit dan dental chair : dalam keadaan lengkap
2) Perlengkapan medik umum :
KIA-set dan KB
Poliklinik-set
IUD-set
Peralatan surgical
Perlengkapan laboratorium
Alat UGD obstetri dan neonatal
Radiologi
EKG
c. Sarana obat
1) Obat yang tersedia dalam jumlah cukup, jenis terbatas, dan dalam
keadaan baik.
2) Obat-obatan berasal dari obat DAU Kabupaten, DAU Propinsi, Askes.
3) Disamping itu ada dana obat dari APBD Kabupaten untuk suplemen.
d. Sarana penunjang
1) Mobil ambulans : 1 buah
2) Mobil Pusling : 1 buah
3) Sepeda motor : 5 buah
4) Lemari es dan freezer : 5 buah
5) Alat komunikasi radio medis, telepon, komputer dan alat-alat
penyuluhan.
e. Sarana Pelayanan Puskesmas
Enam program Kesehatan Dasar Puskesmas (Upaya Kesehatan Wajib)
Salaman 1, yaitu :
1) KIA dan KB
2) Gizi
3) Kesehatan Lingkungan

38
4) P2M
5) Promosi Kesehatan
6) Pengobatan
Tiga Program Kesehatan Pengembangan Puskesmas Salaman 1, yaitu:
1) Perawatan Kesehatan Masyarakat.
2) Usaha Kesehatan Sekolah
3) Kesehatan Jiwa
3. Money (Sumber dan Penggunaan Dana)
Sumber pendanaan Puskesmas Salaman 1 berasal dari :
a. Pendapatan Puskesmas
Retribusi dan Biaya Pelayanan/ Tindakan Medis
Lain-lain : parkir
b. Penerimaan
Dana puskesmas diperoleh dari :
Dana dari APBD Kabupaten untuk operasional meliputi gaji, sarana
dan prasarana aparatur serta sarana dan prasarana publik
Dana dari APBD Kabupaten melalui Dinas Kesehatan untuk
pemeliharaan kendaraan roda dua dan roda empat
Dana dari BPJS Kesehatan
Bantuan Operasional Kesehatan
Merupakan bantuan pemerintah kepada pemerintah daerah dalam
melaksanakan SPM Bidang Kesehatan untuk pencapaian MDGs tahun
2015 melalui peningkatan kinerja Puskesmas dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.

4. Method (P1P2P3)
Manajemen puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang berkerja secara
sistematik untuk menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan efisien
(KepMenkes RI No.128/MENKES/SK/2004).
Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan oleh puskesmas
membentuk fungsi-fungsi manajemen. Ada tiga fungsi manajemen puskesmas
yang dikenal yakni P1, P2, dan P3.

5. Machine (Alat Kesehatan)

39
Alat kesehatan standar puskesmas untuk pemeriksaan dasar.

E. Proses (Manajemen Di Puskesmas)


Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan pemerintah.
Puskesmas memiliki wilayah kerja dan berhubungan langsung dengan dengan
keluarga di rumah-rumah mereka. Dalam mencapai tujuan puskesmas yang berdaya
guna dibutuhkan suatu proses (manajemen) yang baik dari puskesmas tersebut.
Manajemen adalah ketrampilan untuk memperoleh hasil dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dengan menggerakkan orang lain dan
memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Sejalan dengan pengertian manajemen
yang dirumuskan, maka akan dilakukan kegiatan pokok puskesmas hingga
didapatkan fungsi manajemen yang lebih mengandung pengertian tentang
perencanaan (P1), pergerakan pelaksanaan (P2), pengawasan, pengendalian dan
penilaian (P3).
1. Perencanaan (P1)
a. Tahap Persiapan
Kepala puskesmas membentuk tim yang terdiri dari ketua, sekretaris
dan penanggungg jawab masing-masing unit. Bahan perencanaan mengacu
pada buku Pedoman Perencanaan tingkat Puskesmas.
Kepala Puskesmas memberikan bahan perencanaan kepada masing-
masing penanggungjawab dan menjelaskan mengenai Perencanaan Tingkat
Puskesmas (PTP), kemudian mengadakan pengkajian bahan perencanaan
tersebut untuk menentukan tujuan dan sasaran kegiatan.
b. Tahap Analisis Situasi
Tim Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) mengumpulkan data
umum dan data pencapaian target. Data umum diantaranya adalah data
kependudukan dan data wilayah yang diperoleh dari kantor kelurahan dan
kecamatan. Data sekolah diperoleh dari kantor pendidikan nasional
kecamatan. Sedangkan data pencapaian target diperoleh dari data Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas.
Tiap unit mengumpulkan data hasil pencapaian kegiatan selama satu
tahun kemudian diolah dan ditampilkan dalam bentuk grafik, tabel dan
peta. Data tersebut dianalisa dan dengan membandingkan dengan target

40
yang mengacu pada SPM sebelumnya. Hasil analisa digunakan untuk
laporan kegiatan tahunan dan acuan langkah berikutnya.
c. Tahap Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan
Masing-masing tim mengajukan rencana usulan kegiatan (RUK)
dengan mempertimbangkan faktor-faktor pendukung dan penghambat
untuk menghasilkan hasil yang seoptimal mungkin. Prioritas masalah
ditentukan oleh kepala Puskesmas beserta tim. Setelah prioritas ditentukan
maka dipikirkan pemecahan masalah yang paling realistis dan logis.
Alternatif pemecahan masalah harus memperhatikan biaya, sarana, tenaga,
waktu serta teknologi yang ada.
d. Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) disusun untuk setahun yang
akan datang oleh pemimpin Puskesmas beserta tim dilaksanakan setelah
dilakukan stratifikasi.
RPK disusun berdasarkan priotitas masalah dan dirangkum dalam
dokumen perencanaan. RPK disusun dengan memperhitungkan dana yang
dimiliki dan dana yang didapatkan.
Berdasarkan hasil kunjungan kami ke Puskesmas Salaman 1, kami
belum melakukan pengamatan pada dokumen perencanaan Puskesmas
yang seharusnya berisi : Persiapan, Analisis Situasi, Rencana Usulan
Kegiatan (RUK), Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK).
2. Penggerakan, Pelaksanaan dan Pengendalian (P2)
a. Pengorganisasian
Puskesmas sebagai organisasi fungsional dalam menjalankan
fungsinya telah mempunyai struktur organisasi yang sesuai dengan fungsi
Puskesmas dan uraian yang jelas mengenai target, wewenang dan tanggung
jawab masing-masing staf, yang ditentukan pada lokakarya mini tahunan.
Masing-masing staf mempunyai uraian yang jelas mengenai target,
wewenang dan tanggung jawab yang ditentukan pada Lokakarya Mini
Tahunan.
Karena Puskesmas Salaman 1 merupakan Puskesmas rawat inap maka
pembagian tugas agak berbeda dengan Puskesmas yang lain. Tenaga
Puskesmas dibagi menjadi 3 kelompok tugas yaitu:

41
1) Murni bertugas di lapangan
2) Murni bertugas di rawat inap
3) Campuran (bertugas di lapangan dan rawat inap)
Untuk petugas rawat inap, jadwal kerja dibagi dalam 4 shift yaitu pagi,
sore, malam dan libur.
b. Kepemimpinan dan Pengisian Staf
Pemimpin Puskesmas Salaman 1 berfungsi sebagai manajer, konsultan
medis, dan penggerak masyarakat. Sebagai manajer pimpinan
mendelegasikan tugas-tugas kepada staf sesuai kemampuannya. Pengisian
staf dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga tiap unit, kemudian
diinventarisasikan sesuai dengan jenis tenaga yang dibutuhkan. Setiap staf
yang mengalami kesulitan dapat berhubungan langsung dengan kepala
Puskesmas.
c. Kerjasama Lintas Program
Penggalangan kerja sama lintas program dilaksanakan dalam bentuk
Lokakarya Mini Tahunan. Pada lokakarya ini dibahas pembagian tugas
masing-masing staf berupa:
1) Tugas Pokok merupakan tugas pelayanan dan pembinaan kesehatan
masyarakat, yaitu tugas yang berhubungan dengan fungsi Puskesmas
dan berhubungan dengan pelayanan dan pembinaan kesehatan
masyarakat di Puskesmas yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan
pokok.
2) Tugas integrasi merupakan tugas pengembangan peran serta
masyarakat, yaitu tugas yang dibebankan kepada seseorang yang
berkaitan dengan pengembangan dan pembinaan peran serta
masyarakat.
3) Tugas tambahan merupakan tugas yang dibebankan kepada setiap
petugas berdasarkan kesepakatan bersama serta atas perintah
pimpinan.
Masing-masing petugas sesuai tugas pokok, integrasi dan tambahan
dibuatkan uraian tugas dan uraian kegiatan. Untuk memudahkan
pelaksanaan tugas dibuatkan prosedur kerja yang merupakan rangkaian

42
kerja yang berkaitan satu sama lain. Selain itu juga dibuatkan protap-protap
baik medis teknis maupun teknis administratif.
Lokakarya Mini Tahunan kemudian dilanjutkan dengan rapat kerja
bulanan, yang membahas pencapaian kegiatan tiap bulan, masalah-masalah
yang dihadapi serta rencana kegiatan pada bulan berikutnya. Pada rapat ini
juga dibahas mengenai masalah individu berkaitan dengan motivasi kerja.
Yang paling penting dari Lokakarya Mini tahunan ini adalah keluarannya,
yaitu mengenai pembagian tugas dan masukan program.
d. Kerjasama Lintas Sektoral
Puskesmas menjalin kerjasama lintas sektoral yang terkait dengan
kesehatan dan mempunyai persamaan sasaran untuk merumuskan dan
menetapkan tujuan-tujuan kegiatan kerjasama. Kerjasama ini dilakukan
dalam bentuk rapat koordinasi kecamatan (konferensi desa) yang dilakukan
setiap tiga bulan sekali. Dalam pertemuan tersebut dibahas program-
program sektoral yang mempunyai kesamaan sasaran dengan program
kesehatan, contoh kesehatan ibu dan anak. Bentuk hasil pertemuan tersebut
dapat berupa informasi yang akan ditindaklanjuti oleh Puskesmas sendiri
ataupun dalam bentuk kesepakatan dan pembentukan tim. Puskesmas yang
menjalin kerjasama dengan Puskesmas Salaman 1 yakni Puskesmas
disekitar Kawedanan Salaman yakni : Puskesmas Salaman 1I, Puskesmas
Kajoran I, Puskesmas Kajoran II, Puskesmas Borobudur, Puskesmas
Tempuran.
e. Kerjasama Lintas Wilayah
Puskesmas menjalin kerjasama lintas wilayah dengan Puskesmas lain
terkait dengan masalah kesehatan yang menuntut adanya kerja sama dan
kesamaan dalam tujuan yang ingin dicapai.
f. Pembimbingan
Pembimbingan oleh kepala puskesmas dilakukan dalam bentuk
penyampaian informasi kebijakan terbaru kepada para staf dan konsultasi
jika staf menemui masalah dalam pelaksanaannya. Kepala puskesmas
berusaha mencarikan jalan keluar, selain itu juga memberikan pembinaan
dalam segi administrasi dan teknis serta peran serta masyarakat. Para staf

43
dapat memperoleh peningkatan pengetahuan atau wacana dari kepustakaan
yang dimiliki puskesmas.
3. Pengawasan, Penilaian dan Pertanggungjawaban (P3)
Adalah proses memperoleh kepastian, kesesuaian penyelenggaraan, dan
pencapaian tujuan puskesmas terhadap rencana dan undang- undang yang
berlaku. Pengawasan terdiri atas pengawasan internal dari atasan langsung
(Kepala Puskesmas) terhadap seluruh staf dan pengawasan eksternal yang
dilakukan sebagian masyarakat dan dinas kesehatan terhadap kegiatan yang
dilaksanakan Puskesmas, dengan ruang lingkup administratif, keuangan,
teknis pelayanan yang dilakukan di Puskesmas Salaman 1.
Penilaian dilakukan pada akhir tahun meliputi penilaian terhadap
penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai, dibandingkan dengan
rencana tahunan dan standar pelayanan. Untuk program KIA dan imunisasi,
penilaian hasil kegiatan adalah dengan sistem Kewaspadaan Dini (SKD) yaitu
pemantauan adanya kenaikan kasus.
Pertanggung-jawaban dilakukan melalui laporan pertanggung-jawaban
tahunan yang berisi tentang pelaksanaan kegiatan, perolehan sumber dana
(keuangan), dan penggunaan sumber daya. Laporan per-tanggungjawaban
dibuat oleh Kepala Puskesmas pada setiap akhir tahun anggaran yang
mencakup didalamnya pelaksanaan kegiatan serta perolehan dan penggunaan
berbagai sumber daya termasuk keuangan, disampaikan kepada dinas
kesehatan kabupaten/ kota serta pihak- pihak terkait lainnya, termasuk
masyarakat.

F. Data 20 Besar Penyakit Terbesar di Puskesmas Salaman 1

Tabel 7. Data 20 Besar Penyakit di Puskesmas Salaman 1 Kabupaten Magelang,


Bulan JanuariMaret 2017 (Diagnosis Berdasarkan ICD-X)
No Diagnosis penyakit Jumlah Persentase
kunjungan
1. Infeksi saluran pernapasan akut 613 20,81 %
2. Dispepsia 492 16,23 %
3. Myalgia 231 7,62 %

44
4. Hipertensi Esensial 200 6,59 %
5. Dermatitis Eksfoliata 193 6,36 %
6. Gastritis ulseratif akut dengan perdarahan 163 5,37 %
7. Kehamilan dengan riwayat ANC kurang 141 4,65 %
8. Unspesified Fever 135 4,45 %
9. Karies Dental 114 3,76 %
10. Konjungtivitis 96 3,16 %
11. Amebiasis Intestinal Kronis 93 3,06 %
12. Morbiditas dengan penyebab tidak diketahui 86 2,83 %
13. Rheumatisme 77 2,54 %
14. Asma 72 2,37 %
15. Migrain 71 2,34 %
16. Demam Tifoid 59 1,94 %
17. Luka akibat KLL 55 1,81 %
18. Suspek Glaukoma 51 1,68 %
19. Nasofaringitis akut 48 1,58 %
20. Penyakit Jantung Kongestif 41 1,35 %
Total 3031 100%
Sumber: SIMPUS Puskesmas Salaman 1 2017

Berdasarkan data di atas, infeksi akut pada saluran napas bagian atas
mempunyai frekuensi tertinggi sebesar 613 penderita (20,81%) dari 3031 total
pasien.

BAB IV
DATA KHUSUS PUSKESMAS SALAMAN I

A. Program Pokok Puskesmas

45
1. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang
ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:
a. Promosi Kesehatan
b. Pencegahan Penyakit Menular (P2M)
c. Program Pengobatan
d. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
e. Peningkatan Gizi
f. Kesehatan Lingkungan
g. Pencatatan dan Pelaporan
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di
masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya
kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok
puskesmas yang telah ada yakni:
a. Upaya Kesehatan Mata
b. Upaya Kesehatan Jiwa
c. Upaya Kesehatan Usia
Lanjut
d. Kesehatan Reproduksi
Remaja
e. Kesehatan Sekolah
f. Kesehatan Olahraga

46
3. Upaya Kesehatan Inovasi
a. Rawat Inap g. Klinik sanitasi
b. Laboratorium h. Pelayanan Kebersihan
c. EKG
Gedung dan
d. Apotek
e. Radiologi Lingkungan
f. Klinik Gizi

B. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas


1. Kesehatan Ibu dan Anak serta KB
a. KIA
Pelayanan kesehatan Ibu dan Anak merupakan upaya di bidang
kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil,
ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak pra sekolah
yang buka setiap hari senin-sabtu jam 08.00 yang dikelola oleh 1
dokter dan 3 bidan. Tujuan dari program kesehatan ibu dan anak
adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan
derajat kesehatan yang optimal bagi ibu menuju NKKBS (Norma
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) serta meningkatkan derajat
kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal
yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia
seutuhnya.
b. KB
Keluarga Berencana (KB) merupakan perencanaan kehamilan,
jarak antara kehamilan diperpanjang dan kelahiran selanjutnya dapat
dicegah apabila jumlah anak telah mencapai yang dikehendaki. Tujuan
KB dapat dibagi 2, yaitu:
1) Tujuan umum
Untuk lebih meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak serta
meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka
mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera (NKKBS).

2) Tujuan khusus
a) Agar dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas ibu
dan anak

47
b) Untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu akan
pentingnya memelihara kesehatan ibu dan bayi selama
kehamilan.
Jenis Kegiatan KIA dan KB antara lain :
Pelayanan Kesehatan ibu dan bayi
Pelayanan Kesehatan Anak Pra sekolah dan Usia Sekolah
Pelayanan keluarga berencana
Pelayanan Usila

Tabel 8. Hasil Kegiatan Program KIA


Puskesmas Salaman 1 Januari Februari 2017
Sasaran Cakupan
Target Sasaran
Indikator Bulan Pencapaian
(%) 1 tahun Hasil Cakupan
Berjalan
Kegiatan Persen
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi
Cakupan Kunjungan bumil K1 100% 663 111 116 104.98% 104.98%
Cakupan Kunjungan bumil K4 95% 663 111 87 78.73% 82.88%
Deteksi kasus resiko tinggi Ibu 100% 133 22 25 112.78% 112.78%
hamil*
Ibu hamil resiko tinggi yang 100% 133 22 38 171.43% 171.43%
ditangani (PONED)
Ibu hamil dengan komplikasi 100% 133 22 19 85.71% 85.71%
yg ditangani (PONED)
Cakupan pertolongan 100% 663 106 111 105.21% 105.21%
persalinan oleh tenaga
kesehatan
Cakupan Kn1*) 100% 603 101 89 88.56% 88.56%
Cakupan kunjungan neonatus 95% 603 101 87 86.57% 91.12%%
(Kn2)
Cakupan kunjungan neonatus - 603 101 82 81.59% 85.89%
(Kn3)
Cakupan kunjungan Bayi 92% 603 101 94 95.53% 101.67%
BBLR yg ditangani 100% 38 6 2 31.58% 31.58%
Neonatal resti yg ada / 100% 90 15 25 166,67% 166.67%
ditemukan*
Neonatal resti/ komplikasi yg 100% 90 15 25 166.67% 166.67%
ditangani (PONED)
Sumber: Puskesmas Salaman 1 Januari Februari 2017
Tabel 8. Hasil Kegiatan Program KIA
Puskesmas Salaman 1 Januari Februari 2017, Lanjutan
Sasaran Cakupan
Sasaran
Indikator Target Bulan Hasil Cakupan Pencapaian
1 tahun
Berjalan Kegiatan Persen
Jumlah dukun bayi yg terlatih 100% 19 - 19 100% 100%
Frekuensi pembinaan dukun 100% 10 2 2 100% 100%

48
Jumlah dukun hadir pembinaan 100% 19 - 19 100% 100%
Pelayanan kes anak pra dan usia sekolah
Deteksi dini tumbuh kembang 95% 676 0 0 0% 0%
anak balita dan pra sekolah
Cakupan Pemeriksaan 100% 730 0 0 0% 0%
kesehatan Siswa SD dan
setingkat oleh tenkes, atau
tenaga terlatih/ guru UKS/
dokter kecil (penjaringan kelas
1)
Cakupan pemeriksaan 80% 676 0 0 0% 0%
kesehatan siswa TK, kelas I
SLTP, SLTA dan setingkat
Cakupan pelayanan kesehatan 80% 2636 0 0 0% 0%
remaja (penjaringan kelas 1
SLTP,SLTA/ sederajat
Jumlah TK yang dibina 100% 29 29 29 100,00% 100,00%
Jumlah seluruh peserta KB 80% 6567 - 6003 91.40% 114.25%
aktif
Sumber: Puskesmas Salaman 1 Januari Februari 2017

2. Perbaikan Gizi Masyarakat


a. Pelayanan gizi.
Tujuan dari pelayanan gizi adalah meningkatnya dan terbinanya
keadaan gizi seluruh anggota masyarakat. Berdasarkan hasil studi yang
telah dihimpun di Indonesia terdapat empat masalah gizi utama yaitu1:
1) Kurang kalori protein (KKP)
2) Kurang vitamin A yang menyebabkan kebutaan pada anak-anak
3) Gondok endemik dan kretin endemik akibat kurang yodium
4) Anemia gizi akibat kekurangan zat besi
b. Jenis kegiatan:
1) Pemantauan dan pertumbuhan balita
Indikatornya:
Balita yang datang dan ditimbang (D/S)
Balita yang naik berat badannya (N/D)
Balita BGM
2) Pelayanan gizi
Indikatornya:
Cakupan bayi (6-11 bulan) diberi kapsul vitamin A dosis tinggi
1 kali per tahun.
Cakupan anak balita (12-59 bulan) yang diberi kapsul vitamin
A 2 kali per tahun.
Cakupan bumil yang diberi 90 tablet Fe.

49
Balita gizi buruk yang mendapat perawatan.
Cakupan bufas yang mendapat kapsul vitamin A.

Tabel 9. Hasil Kegiatan Program Gizi


Puskesmas Salaman I Periode Januari Februari 2017
Sasaran Cakupan
Sasaran
Indikator Target Bulan Pencapaian
1 tahun Hasil
berjalan Persen
Kegiatan
Balita yg datang dan ditimbang 85% 2926 xxx 2522 86,19% 101,40%
(D/S)
Balita yg naik berat badannya 85% 1857 xxx 1857 100% 117,65%
(N/D)
Cakupan bayi (6-11 bln) yg 100% 343 xxx 343 100% 100%
diberi kaps vit A dosis tinggi
Cakupan anak balita ( 12 - 59 95% 2339 xxxx 2339 100% 105,26%
bln) yg diberi kapsul vit A 2x/
thn
Cakupan ibu hamil yg diberi 90 95% 663 111 96 86,88% 91,45%
tablet Fe
Balita BGM <1,5% 2522 xxxx 14 0,56% 384,62%
Balita gizi buruk mendapat 100% 5 xxxx 5 100% 100%
perawatan
Cakupan bufas mendapat kapsul 90% 633 106 79 74,88% 82,20%
vit A
Sumber: Puskesmas Salaman Januari- Februari 2017

3. Upaya Kesehatan Lingkungan


Upaya kesehatan lingkungan memiliki tujuan umum dan khusus7.
a. Tujuan umum
Meningkatkan mutu derajat kesehatan dalam rangka mencapai
kualitas hidup yang optimal melalui peningkatan mutu upaya
kesehatan lingkungan dan pelestarian lingkungan yang dinamis
serta meningkatkan dalam memupuk peran serta / swadaya
masyarakat dalam upaya kesehatan lingkungan.

50
b. Tujuan khusus
Untuk merubah, mengendalikan atau menghilangkan semua unsur
fisik dan lingkungan yang terdapat di masyarakat yang dapat
memberikan pengaruh buruk terhadap kualitas kesehatan.
Jenis kegiatan:
a. Pelayanan kesehatan lingkungan.
Indikatornya:
Rumah sehat
Jamban yang memenuhi syarat
Rumah yang mempunyai SPAL yang memenuhi syarat
b. Pelayanan pengendalian vektor.
Indikatornya:
Rumah atau bangunan bebas jentik nyamuk
c. Pelayanan higienis dan sanitasi di tempat umum.
Indikatornya:
TTU yang memenuhi syarat sanitasi
T2PM yang memenuhi syarat sanitasi

Tabel 10. Hasil kegiatan Program Kesehatan Lingkungan


Puskesmas Salaman I Periode JanuariFebruari 2017
Sasaran Cakupan Pencapaian
Sasaran
Indikator Target Bulan Hasil
1 tahun Persen
Berjalan Kegiatan
Rumah sehat 70% 600 955 41 6,83% 9,76%
Penduduk yg 75% 120 666 53 44,17% 58,89%
memanfaatkan jamban
Rumah yg mempunyai 65% 120 521 65 54,17% 83,33%
SPAL yang memenuhi
syarat

51
Tempat-Tempat umum 73% 98 105 7 7,14% 9,78%
(TTU) yang memenuhi
syarat sanitasi
TP2M yg memenuhi 71% 69 70 7 10,14% 14,29%
syarat sanitasi*
Sumber: Puskesmas Salaman 1 Januari Februari 2017

4. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2PM)


Pelayanan rawat jalan buka setiap hari senin sampai sabtu jam 7.30
pagi dikelola oleh 2 dokter dan 3 orang tenaga kesehatan.
Pemberantasan penyakit menular adalah upaya untuk menurunkan dan
mengurangi angka kesakitan dan angka kematian akibat penyakit menular
yang banyak menyerang bayi, anak-anak, ibu dan angkatan kerja. Tujuan
program P2PM adalah:
a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian serta mencegah akibat
buruk lebih lanjut dari penyakit
b. Mengkonsolidir penyakit yang telah dapat dikendalikan
Kegiatan dari P2PM adalah:
a. P2 Malaria
Indikator:
Pengamatan penderita
Jumlah penderita yang diperiksa sedian darah (slide Active
Case Detection (ACD) dan Passive Case Detective (PCD).
Jumlah slide ACD dan PCD positif (dalam wilayah).
Annual Parasite Incidence (API).
Penderita malaria diobati

b. TB Paru
Indikator :
Cakupan suspect TB paru
Penderita BTA + (case detection rate)
Angka konversi (convertion rate)
Angka kesembuhan (cure rate)
c. P2 ISPA
Indikator :
Cakupan pneumonia balita yang ditemukan / ditangani
d. P2 Diare
Indikator:

52
Balita dengan diare yang ditangani sesuai standar
CFR (angka kematian diare)
e. Imunisasi
Indikator :
Jumlah bumil yang mendapat TT1
Jumlah bumil yang mendapat TT2
Jumlah bayi yang mendapat imunisasi:
1) BCG
2) DPT1
3) DPT3
4) Polio 1
5) Polio 4
6) Campak
7) Hepatitis B1 (0-7 hari)
8) Hepatitis B 1 total
9) Hepatitis B2
10) Hepatitis B3

53
f. P2 DBD
Indikator :
Penderita DBD yang ditangani sesuai standar
Tingkat insidensi (20/100.000 penduduk)
Kematian karena DBD

Tabel 11. Hasil Kegiatan Penanggulangan Penyakit Menular


Puskesmas Salaman I Periode Januari Februari 2017

Sasaran Cakupan
Sasaran Pencapaian
Indikator Target bulan Hasil
1 tahun Persen
berjalan kegiatan
Jumlah penderita yang diperiksa 4% 17977 2996 258 8.61% 215.28%
sediaan darahnya slide ACD
Jumlah penderita yang diperiksa 1% 17977 2996 132 4.41% 440.56%
sediaan darahnya slide PCD
API (Annual Parasite Incidence) <1% 43482 7247 1 0,01% 100,00%
Penderita malaria diobati 100% 1 0 1 100,00% 100,00%

Cakupan suspek tb paru* 70% 336 56 28 50.00% 71.43%


Penemuan kasus TB BTA(+) (Case 70% 48 8 4 50.00% 71.43%
Detection Rate)
Angka konversi(convertion rate) * 70% - - - - -
Angka kesembuhan (cure rate) 80% - - - - -
Cakupan balita dg pneumoni yg 70% 2226 371 1115 300.54% 429.34%
ditemukan / ditangani (sesuai
standar)
Balita dg diare yg ditangani sesuai 26% 106 18 16 90.57% 348.33%
standar
Penderita kusta yang selesai berobat 100% - - - - -
Desa UCI 100%
BCG* 95% 596 99 78 78.52% 82.66%
DPT 1* 95% 596 99 89 89.60% 94.31%
DPT 3* 95% 596 99 88 88.59% 93.25%
Polio 1* 95% 596 99 78 78.52% 82.66%
Hepatitis B 1 (0-7 hari)* 90% 596 99 87 87.58% 97.32%
Hepatitis B total* 90% 596 99 89 89.60% 99.55%
Hepatitis B 2* 90% 596 99 88% 88.59% 98.43%
Hepatitis B 3* 90% 596 99 88% 88.59% 98.43%
Penderita DBD yg ditangani*sesuai 100% 5 5 5 100% 100%
standar
Sumber: Puskesmas Salaman 1 Januari Februari 2017

5. Promosi Kesehatan
78
Pelayanan promosi kesehatan merupakan upaya dibidang kesehatan yang
menitikberatkan pada peningkatan kesehatan taraf hidup masyarakat melalui upaya-
upaya pembinaan dan pengembangan peran aktif masyarakat melalui media
penyuluhan. Tujuan dari program promosi kesehatan ada untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan.
Jenis kegiatan:
a. Penyuluhan kelompok dan umum didalam dan luar gedung puskesmas
Indikator:
1)
Rumah Tangga Sehat
2)
Bayi yang dapat ASI ekslusif
3)
Posyandu purnama
4)
Posyandu mandiri
5)
Jumlah kunjungan posyandu seluruhnya (y)
Frekuensi pembinaan (y/x)(12x/tahun)
Jumlah kader terlatih (1 posyandu 5 kader)
Jumlah kader aktif
b. Penyuluhan, pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan NAPZA
1) Penyuluhan P3NAPZA di sekolah setiap bulan juli
2) Penyuluhan HIV/AIDS di sekolah setiap bulan juli
3) Penyuluhan NAPZA dan HIV/AIDS oleh petugas kesehatan setiap bulan
juli
4) Kasus infeksi menular seksual yang diobati

Tabel 12. Hasil Kegiatan Upaya Promosi Kesehatan


Puskesmas Salaman 1 Bulan Januari Februari 2017
Sasaran Cakupan
Target Sasaran Pencapaian
Indikator Bulan Hasil
(%) 1 tahun Persen
Berjalan Kegiatan
Rumah tangga sehat 75% 12338 Xxx 7920 64.19% 85.59%
Bayi yang dapat ASI 50% 603 Xxx 330 54.73% 109.45%
eksklusif
Posyandu purnama 40% 72 Xxx 50 69.44% 173.61%
(indikator 2008)
Posyandu mandiri 30% 72 Xxx 47 65.28% 217.59%
(indikator 2008)
Sumber: Puskesmas Salaman 1 Januari Februari 2017
Tabel 12. Hasil Kegiatan Upaya Promosi Kesehatan
Puskesmas Salaman 1 Bulan Januari Februari 2017, Lanjutan
Jumlah kunjungan ke 80% 864 144 72 100% 125.00%
posyandu seluruhnya
Frekuensi pembinaan 80% 720 120 144 60.00% 75.00%
Jumlah kader terlatih 100% 360 xxx 360 100.00% 100.00%
Jumlah kader akti 80% 360 xxx 326 94.22% 96.24%

79
Kasus infeksi 0% 0 0 0 0.00% 100%
menular seksual yang
diobati
Sumber: Puskesmas Salaman 1 Januari Februari 2017

6. Upaya Pengobatan
Upaya pengobatan dipuskesmas merupakan salah satu bentuk kegiatan pelayanan
pengobatan yang diberikan kepada seseorang untuk menghilangkan penyakit atau
gejala-gejalanya, yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan cara dan teknologi
yang khusus untuk keperluaan tersebut. Tujuan dari upaya pengobatan dapat dibagi
menjadi 2 macam, yaitu:
a. Umum, yaitu untuk meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan
masyarakat.
b. Khusus, dapat dibagi menjadi 4 tujuan, yaitu:
1) Menghentikan proses perjalanan penyakit yang diderita seseorang.
2) Mengurangi penderitaan seseorang karena sakit.
3) Mencegah dan mengurangi kecacatan.
4) Meneruskan penderita ke fasilitas yang lebih baik.
Adapun kegiatan pokok dalam program pengobatan, yaitu:
a. Melakukan diagnosa sedini mungkin.
b. Melakukan tindakan pengobatan.
c. Melakukan upaya rujukan bila dipandang perlu.
d. Melaksanakan pertolongan pertama pada trauma (kecelakaan), keracunan dan
lain-lain.
Pada program pengobatan, keberhasilan program dapat dilihat dengan menilai
jumlah kasus yang ada. Kunjungan ini dapat dibagi menjadi 3 kriteria yang
merupakan indikator kinerja kerja pada program pengobatan, yaitu:
a. Kasus baru: Pernyataan diagnosa pertama kali oleh dokter/paramedis bahwa
seseorang menderita penyakit tertentu.
b. Kasus lama: Kunjungan kedua suatu kasus baru dengan penyakit yang sama
dalam satu periode penyakit yang bersangkutan. Untuk penyakit menahun
adalah kunjungan pertama kali dalam tahun berikutnya namun masih dalam
suatu periode penyakit yang bersangkutan.
c. Kunjungan kasus lama: kunjungan ketiga dan seterusnya suatu kasus (lama)
penyakit yang masih dalam periode penyakit yang bersangkutan. Untuk
penyakit menahun adalah kunjungan kedua dan seterusnya pada tahun
berikutnya. Frekuensi kunjungan adalah rata-rata jumlah kunjungan setiap
kasus ke Puskesmas dan jaringannya sampai sembuh.
Jenis kegiatan:

80
1) Jangkauan pengobatan rawat jalan
Jumlah kasus baru
Frekuensi kunjungan
BOR
LOS

Tabel 13. Hasil Kegiatan Jangkauan Pengobatan Rawat Jalan


Puskesmas Salaman I Januari Februari 2017

Cakupan
Sasaran Sasaran Bulan
Indikator Target Hasil Pencapaian
1 tahun Berjalan Persen
Kegiatan
Jumlah kasus baru (x) 60% 19843 3307 3688 94.14% 156.90%
Frekuensi kunjungan : jml 1.21 xxx 0 2.05 - 1.69
kasus B+L+KK / B
BOR (Bed occupance rate) 60% 16425 xxx 59 - 58.06%
LOS (length of Stay) 4 hari xxx xxx 7 4,27 1 hari
Sumber: Puskesmas Salaman 1 Januari Februari 2017

2) Upaya kesehatan gigi


UKGS tahap 3
Jumlah kunjungan gilut dirawat jalan

Tabel 14. Hasil Kegiatan Upaya Kesehatan Gigi


Puskesmas Salaman I Januari Februari 2017
Indikator Target Sasaran Sasaran Cakupan Pencapaian
1 tahun Bulan
Berjalan Hasil Persen
Kegiatan
UKGS Tahap 3 50 % 29 5 16 55.17% 110.34%
Jumlah kunjungan gilut 5% 41863 6977 531 7.61% 152.21%
dirawat jalan (dalam dan
luar gedung)
Sumber: Puskesmas Salaman Januari Februari 2017

81
BAB V
ANALISA PENYEBAB MASALAH

A. Pemecahan Masalah
1. Kerangka Pikir Pemecahan Masalah
Masalah adalah suatu kesenjangan antara keadaan yang diharapkan dengan
keadaan yang dihasilkan atau didapatkan, yang menimbulkan rasa ketidakpuasan.19
Ciri-ciri masalah adalah :
a. Menyatakan hubungan dua atau lebih variabel
b. Dapat diukur
c. Dapat diatasi

82
Urutan dalam siklus pemecahan masalah antara lain :

Gambar 4. Siklus Pemecahan Masalah

2. Identifikasi / Inventarisasi Masalah


Pada tahap identifikasi / inventarisasi masalah ini, didasarkan pada format SPM
(Standard Pelayanan Minimal) yang merupakan suatu standar dengan batas-batas
tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah
Kab/Kota yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang mencakup
jenis pelayanan, indikator dan nilai. Identifikasi / inventaris masalah ini dilakukan
dengan mengambil data dari beberapa bagian kegiatan pokok, menghitung sasaran
dari tiap indikator kerja, lalu membandingkan hasil pencapaian dengan target yang
ditentukan oleh Dinas Kesehatan Kab. Magelang 2015. Masalah didapatkan pada hasil
kegiatan yang pencapaiannya masih kurang dari 100%. Dari daftar masalah dalam
SPM tersebut dilakukan pengkajian yang lebih mendalam terhadap seuatu
program/kegiatan yang akan dipecahkan.

83
a. Penentuan prioritas masalah
Untuk menentukan prioritas masalah dapat digunakan beberapa metode. Metode
yang umum digunakan adalah metode Hanlon yang terdiri dari Metode Hanlon
Kualitatif dan Kuantitatif. Sedangkan metode yang kami gunakan adalah metode
Hanlon Kuantitatif, dengan menilai dan menghitung besar masalah, tingkat
kegawatan masalah, kemudahan penanggulangan dan PEARL faktor.19
b. Penentuan penyebab masalah
Penentuan penyebab masalah didapat berdasarkan data atau kepustakaan dengan
curah pendapat. Untuk membantu menentukan kemungkinan penyebab masalah
dapat dipergunakan diagram tulang ikan (Fish Bone Diagram) yang terdiri dari
input (5M), Proses (P1, P2, P3) dan Lingkungan. Fish bone diagram untuk
menentukan penyebab masalah berdasar pendekatan sistem. Masalah terletak
pada output.19
c. Memilih penyebab yang paling mungkin
Bertujuan untuk mengurangi faktor-faktor penyebab yang ada, antara lain dengan
cara:
1) Penetapan tujuan dan sasaran
2) Mencari alternatif pemecahan masalah
Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang
didukung oleh data atau konfirmasi.19
d. Menentukan alternatif pemecahan masalah
Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab yang
sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada alternatif
pemecahan.19
e. Penetapan pemecahan masalah terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan
pemecahan terpilih. Apabila diketemukan beberapa alternatif maka digunakan
Hanlon kualitatif untuk menentukan/memilih pemecahan terbaik.19
f. Penyusunan rencana penerapan
Setelah pemecahan masalah terpilih ditentukan, langkah selanjutnya adalah
menentukan kegiatan-kegiatan dalam rangka pemecahan masalah. Rencana
penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan of Action atau
Rencana Kegiatan).19
g. Monitoring dan evaluasi
Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan masalah
yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan menyangkut masalah
itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat dipecahkan.19
B. Analisa Penyebab Masalah

84
Analisa penyebab masalah dengan metode fish bone berdasarkan kerangka pendekatan
sistem, seperti gambar di bawah ini :
Proses

P2

P1 P3

MASALAH

Dll

Money Man

Lingkungan
Input
Gambar 5. Diagram Fish Bone

Hasil cakupan Standar Pelayanan Minimal (SPM) program Puskesmas pada bulan
Januari Februari 2017, yang masih menjadi masalah perlu diupayakan pemecahannya
dengan menggunakan kerangka pikir pendekatan sistem, sebagai berikut :

INPUT PROSES
OUTPUT
Man Fungsi
Cakupan OUTCOME
Manajemen
Money Kegiatan
(P1,P2,P3)
dan
dan
Method Mutu
Manajemen
aterial Mutu IMPACT
Machine
LINGKUNGAN
Fisik
Kependudukan
Sosial Budaya
Sosial Ekonomi
Kebijakan

Gambar 6. Kerangka Pikir Pendekatan Sistem


Masalah yang timbul terdapat pada output dimana hasil kegiatan tidak sesuai standar
minimal. Hal yang penting pada upaya pemecahan masalah adalah upaya kegiatan dalam

85
rangka pemecahan masalah harus sesuai dengan penyebab masalah tersebut, berdasarkan
pendekatan sistem masalah dapat terjadi pada input maupun proses.

C. Cakupan Program Yang Masih Bermasalah


Berdasarkan data pencapaian kegiatan program Puskesmas Salaman mulai bulan
Januari Februari 2017 didapatkan beberapa program yang masih bermasalah karena skor
pencapaiannya kurang dari 100% :

Tabel 16. Daftar Masalah Manajemen Program Puskesmas Salaman


Periode Bulan Januari Februari 2017

No Masalah Pencapaian

1 Cakupan Kunjungan bumil K4 82,88%


2 Bumil dengan komplikasi yang ditangani PONED 85,71%
3 Cakupan Kn1*) ( 6 jam sd 48 jam) 88,56%
4 Cakupan Kn2 91,12%
5 Cakupan Kn3 85,89%
6 BBLR yang ditangani 31,58%
7 Cakupan ibu hamil yg diberi 90 tablet Fe 91,45%
8 Cakupan bufas mendapat kapsul vit A 82,20%
9 Rumah sehat 9,76%
10 Penduduk yang memanfaatkan jamban 58.89%
11 Rumah yang mempunyai SPAL yang memenuhi 83.33%
syarat
12 Tempat-Tempat umum (TTU) yang memenuhi 9,78%
syarat sanitasi
13 TP2M yg memenuhi syarat sanitasi* 14,29%
14 Cakupan suspek TB paru 71,43 %
15 Penemuan kasus TB BTA(+) (Case Detection 71,43 %
Rate)
16 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi BCG 82,66 %
17 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi DPT 1 94,31 %
18 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi DPT 3 93,25 %
19 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Polio 1 82,66 %
20 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Polio 4 93,25 %
21 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Campak 98,55 %
22 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis 97,32 %
B1 (0-7 hari)
23 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis 99,55 %
B1 total
24 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis 98,43 %

86
B2
25 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis 98,43 %
B3
26 Rumah tangga sehat 85.59%
27 Frekuensi pembinaan 75.00%
28 Jumlah kader aktif 96.24%
29 Penyuluhan NAPZA dan HIV/AIDS oleh petugas 20.83%
kesehatan

D. Teknik Prioritas Masalah


Berdasarkan tabel diatas terdapat beberapa masalah pada manajemen program
Puskesmas Salaman mulai bulan Januari Februari 2017. Setelah ditemukannya masalah
dengan hasil pencapaian kurang dari 100%, maka langkah selanjutnya adalah menentukan
prioritas masalah berdasarkan metode Hanlon Kuantitatif.19
Kriteria penentuan prioritas masalah dengan menggunakan metode Hanlon Kuantitatif
sebagai berikut:
Kriteria A : Besarnya masalah (nilai 1 5)
Kriteria B : Kegawatan masalah (nilai 1 5)
Kriteria C : Kemudahan dalam penanggulangan (nilai 1 5)
Kriteria D : Faktor PEARL (nilai 0 atau 1)

Rumus Metode Hanlon Kuantitatif :


Rumus :
(A+B) C x D
3
E. Kriteria A: Besarnya masalah
Besarnya masalah dapat ditentukan melalui langkah-langkah berikut:
Langkah 1:
Menentukan besar masalah dengan cara menghitung selisih presentasi pencapaian hasil
kegiatan dengan pencapaian 100%.

Tabel 17. Hasil Besar Masalah Puskesmas Salaman


Periode Bulan Januari Februari 2017

No Masalah Pencapaian Selisih

1 Cakupan Kunjungan bumil K4 82,88% 17.12%


2 Bumil dengan komplikasi yang ditangani 85,71% 14.29%
PONED
3 Cakupan Kn1*) ( 6 jam sd 48 jam) 88,56% 11.44%
4 Cakupan Kn2 91,12% 8.88%
5 Cakupan Kn3 85,89% 14.11%

87
6 BBLR yang ditangani 31,58% 68.42%
7 Cakupan ibu hamil yg diberi 90 tablet Fe 91,45% 8.55%
8 Cakupan bufas mendapat kapsul vit A 82,20% 17.8%
Tabel 17. Hasil Besar Masalah Puskesmas Salaman
Periode Bulan Januari Februari 2017, Lanjutan
No Masalah Pencapaian Selisih
9 Rumah sehat 9,76% 90.24%
10 Penduduk yang memanfaatkan jamban 58.89% 41.11%
11 Rumah yang mempunyai SPAL yang 83.33% 16.67%
memenuhi syarat
12 Tempat-Tempat umum (TTU) yang memenuhi 9,78% 90.22%
syarat sanitasi
13 TP2M yg memenuhi syarat sanitasi* 14,29% 85.71%
14 Cakupan suspek TB paru 71,43 % 28.57%
15 Penemuan kasus TB BTA(+) (Case Detection 71,43 % 28.57%
Rate)
16 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi BCG 82,66 % 17.34%
17 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi DPT 1 94,31 % 5.69%
18 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi DPT 3 93,25 % 6.75%
19 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Polio 1 82,66 % 17.34%
20 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Polio 4 93,25 % 6.75%
21 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi 98,55 % 1.45%
Campak
22 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi 97,32 % 2.68%
Hepatitis B1 (0-7 hari)
23 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi 99,55 % 0.45%
Hepatitis B1 total
24 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi 98,43 % 1.57%
Hepatitis B2
25 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi 98,43 % 1.57%
Hepatitis B3
26 Rumah tangga sehat 85.59% 14.41%
27 Frekuensi pembinaan 75.00% 25.00%
28 Jumlah kader aktif 96.24% 3.76%
29 Penyuluhan NAPZA dan HIV/AIDS oleh 20.83% 79.17%
petugas kesehatan

Langkah 2:
Menentukan kolom/kelas interval dengan Rumus Sturgess :
k = 1 + 3.3 Log n
Keterangan:
k = jumlah kolom/kelas
n = jumlah masalah
masukkan ke rumus : k = 1 + 3.3 log n
= 1 + 3.3 log 29
= 1 + 4.8 = 5.8 = 6

Langkah 3 :

88
Menentukan interval kelas dengan menghitung selisih besarnya masalah terbesar
dengan terkecil kemudian di bagi kelas/kolom
Nilai besar masalah : terbesar = 100
terkecil = 0,45
Interva l : nilai terbesar nilai terkecil
6
: = 100 0,45 = 16,59
6

Langkah 4 :Menentukan skala interval dan nilai tiap interval sesuai jumlah
kolom/kelas.
Tabel 18. Skala interval

Kolom/Kelas Skala interval Nilai


Skala 1 0.45 17.04 1
Skala 2 17.05 33.63 2
Skala 3 33.64 50.22 3
Skala 4 50.23 66.81 4
Skala 5 66.82 83.40 5
Skala 6 83.41 100 6

Langkah 5 :Besar masalah diklasifikasikan ke dalam skala-skala yang telah kita


tentukan sebelumnya sehingga kita mendapat nilai untuk tiap-tiap masalah :

Tabel 19. Besarnya Masalah terhadap Presentase Pencapaian

Besarnya masalah terhadap presentase


pencapaian
No Masalah 17.05 33.64 50.23 66.82 Nilai
0.45 83.41
- -
17.04 100
33.63 50.22 66.81 83.40
(1) (6)
(2) (3) (4) (5)
1 Cakupan Kunjungan X 2
bumil K4
2 Bumil dengan X 1
komplikasi yang
ditangani PONED
3 Cakupan Kn1*) X 1
(6 jam sd 48 jam)
4 Cakupan Kn2 X 1
5 Cakupan Kn3 X 1
6 BBLR yang ditangani X 5

Tabel 19. Besarnya Masalah terhadap Presentase Pencapaian, Lanjutan

7 Cakupan ibu hamil yg X 1


diberi
90 tablet Fe

89
8 Cakupan bufas X 2
mendapat
kapsul vit A
9 Rumah sehat X 6
10 Penduduk yang X 3
memanfaatkan
Jamban
11 Rumah yang X 1
mempunyai SPAL
yang memenuhi
syarat
12 Tempat-Tempat X 6
umum (TTU)
yang memenuhi
syarat sanitasi
13 TP2M yg memenuhi X 6
syarat sanitasi*
14 Cakupan suspek TB X 2
paru
15 Penemuan kasus TB X 2
BTA(+)
(Case Detection
Rate)
16 Jumlah bayi yang X 2
mendapat
imunisasi BCG
17 Jumlah bayi yang X 1
mendapat
imunisasi DPT 1
18 Jumlah bayi yang X 1
mendapat
imunisasi DPT 3
19 Jumlah bayi yang X 2
mendapat
imunisasi Polio 1
20 Jumlah bayi yang X 1
mendapat
imunisasi Polio 4
21 Jumlah bayi yang X 1
mendapat
imunisasi Campak
22 Jumlah bayi yang X 1
mendapat i
munisasi Hepatitis
B1 (0-7 hari)
23 Jumlah bayi yang X 1
mendapat
imunisasi Hepatitis
B1 total
24 Jumlah bayi yang X 1
mendapat
imunisasi Hepatitis

90
B2

25 Jumlah bayi yang X 1


mendapat
imunisasi Hepatitis
B3
26 Rumah tangga sehat X 1
27 Frekuensi pembinaan X 2
28 Jumlah kader aktif X 1
39 Penyuluhan NAPZA X 5
dan HIV/AIDS
oleh petugas
kesehatan

F. Kriteria B: kegawatan masalah

Kriteria ini dilakukan dengan cara menentukan keganasan, tingkat urgensi, dan tingkat
penyebaran/meluasnya tiap masalah dengan sistem scoring dengan score 1 5. Nilainya
ditentukan juga dengan mempertimbangkan kriteria MDGs.
Tingkat urgensi dinilai sbb :
Sangat mendesak = 5
Mendesak = 4
Cukup mendesak = 3
Kurang mendesak = 2
Tidak mendesak = 1

Keganasan dinilai sbb :


Sangat ganas = 5
Ganas = 4
Cukup ganas = 3
Kurang ganas = 2
Tidak ganas = 1

Tingkat penyebaran/meluasnya masalah dinilai sbb :


Sangat mudah menyebar/meluas = 5
Mudah menyebar/meluas = 4

91
Cukup menyebar/meluas = 3
Sulit menyebar/meluas = 2
Tidak menyebar/meluas = 1

Tabel 20. Kegawatan Masalah

Tingkat Tingkat
Masalah Keganasan Nilai
urgensi Penyebaran
Cakupan Kunjungan bumil K4* 5 5 5 15
Bumil dengan komplikasi yang
4,5 4,5 4,5 13,5
ditangani PONED
Cakupan Kn1*) 5 5 5 15
Cakupan Kn2 5 5 5 15
Cakupan Kn3 5 5 5 15
BBLR yang ditangani 5 3 2 10
Cakupan ibu hamil yang diberi Fe
5 4 4 13
90
Cakupan bufas mendapat kapsul
5 4 4.5 13.5
vit A
Rumah sehat 4 4 4 12
Penduduk yang memanfaatkan
3 3 4 10
jamban
Ru mah yang mempunyai SPAL
4 4 4 12
yang memenuhi syarat
Tempat-tempat umum(TTU) yg
3 3 3 9
memenuhi syarat sanitasi
T2PM yg memenuhi syarat
4 4 3,5 11,5
sanitasi*
Cakupan suspek TB paru* 5 5 5 15
Penemuan kasus TB BTA(+)
5 5 4.5 14.5
(Case Detection Rate)
Jumlah bayi yg mendapat
3 5 4 12
imunisasi BCG
Jumlah bayi yg mendapat
3 3,5 3 9,5
imunisasi DPT 1
Jumlah bayi yg mendapat
3 3,5 3 9,5
imunisasi DPT 3
Jumlah bayi yg mendapat
3 5 4 12
imunisasi Polio 1
Jumlah bayi yg mendapat
4 3.5 4 11.5
imuniasasi Polio 4
Jumlah bayi yg mendapat
3 3,5 3 9,5
imunisasi Campak

Tabel 20. Kegawatan Masalah, Lanjutan


Tingkat Tingkat
Masalah Keganasan Nilai
urgensi Penyebaran
Jumlah bayi yg mendapat
4 4 4 12
imunisasi Hepatitis B1 (0-7 hari)

92
Jumlah bayi yg mendapat
4 4 3 11
imunisasi Hepatitis B1 total
Jumlah bayi yg mendapat
4 4 5 11,5
imunisasi Hepatitis B2
Jumlah bayi yg mendapat
4 3,5 4 11,5
imunisasi Hepatitis B3
Rumah tangga sehat 2 2 2 6
Frekuensi pembinaan 2 2 2 6
Jumlah kader aktif 3 2 1.5 6.5
Penyuluhan NAPZA dan
HIV/AIDS oleh petugas kesehatan 1 2 2 5

G. Kriteria C: kemudahan dalam penganggulangan


Kemudahan dalam penganggulangan masalah di ukur dengan sistem scoring dengan
nilai 1 5 dimana:
Sangat mudah = 5
Mudah = 4
Cukup mudah = 3
Sulit = 2
Sangat sulit = 1

Tabel 21. Kemudahan dalam Penanggulangan


No Masalah Nilai
1 Cakupan Kunjungan bumil K1* 3
2 Cakupan Kunjungan bumil K4 3
3 Cakupan Kn1*) 3
4 Cakupan Kn2 3
5 Cakupan Kn3 3
6 BBLR yang ditangani 3
7 Cakupan ibu hamil yang diberi Fe 90 3,5
8 Cakupan bufas mendapat kapsul vit A 2,5
9 Rumah sehat 2
10 Penduduk yang memanfaatkan jamban 2
11 Ru mah yang mempunyai SPAL yang memenuhi syarat 2
12 Tempat-tempat umum(TTU) yg memenuhi syarat sanitasi 2
13 T2PM yg memenuhi syarat sanitasi* 2
14 Cakupan suspek TB paru* 2,5

Tabel 21. Kemudahan dalam Penanggulangan, Lanjutan


No Masalah Nilai
15 Penemuan kasus TB BTA(+) (Case Detection Rate) 2
16 Jumlah bayi yg mendapat imunisasi BCG 3
17 Jumlah bayi yg mendapat imunisasi DPT 1 3

93
18 Jumlah bayi yg mendapat imunisasi DPT 3 3
19 Jumlah bayi yg mendapat imunisasi Polio 1 3
20 Jumlah bayi yg mendapat imuniasasi Polio 4 3
21 Jumlah bayi yg mendapat imunisasi Campak 3
22 Jumlah bayi yg mendapat imunisasi Hepatitis B1 (0-7 hari) 3
23 Jumlah bayi yg mendapat imunisasi Hepatitis B1 total 3
24 Jumlah bayi yg mendapat imunisasi Hepatitis B2 3
25 Jumlah bayi yg mendapat imunisasi Hepatitis B3 3
26 Rumah tangga sehat 3
27 Frekuensi pembinaan 3
28 Jumlah kader aktif 3
29 Penyuluhan NAPZA dan HIV/AIDS oleh petugas kesehatan 3

H. Kriteria D: PEARL faktor


Kelompok kriteria D terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan dapat atau
tidak nya suatu program dilaksanakan, faktor-faktor tersebut adalah:
- Kesesuaian (Propriety)
- Secara Ekonomis murah (Economic)
- Dapat diterima (Acceptability)
- Tersedianya sumber ( Resources availability)
- Legalitas terjamin (Legality)
Bobot nilai : bila Ya = 1
Bila Tidak = 0

Tabel 22. PEARL Faktor


Hasil
No Masalah P E A R L
kali
1 Cakupan Kunjungan bumil K1* 1 1 1 1 1 1
2 Cakupan Kunjungan bumil K4 1 1 1 1 1 1
3 Cakupan Kn1*) 1 1 1 1 1 1
4 Cakupan Kn2 1 1 1 1 1 1
5 Cakupan Kn3 1 1 1 1 1 1
6 BBLR yang ditangani 1 1 1 1 1 1
7 Cakupan ibu hamil yang diberi 1 1 1 1 1 1
Fe 90
8 Cakupan bufas mendapat kapsul 1 1 1 1 1 1
vit A
9 Rumah sehat 1 1 1 1 1 1
10 Penduduk yang memanfaatkan 1 1 1 1 1 1
jamban
Tabel 22. PEARL Faktor, Lanjutan
Hasil
No Masalah P E A R L
kali
11 Rumah yang mempunyai SPAL 1 1 1 1 1 1
yang memenuhi syarat
12 Tempat-tempat umum(TTU) yg 1 1 1 1 1 1
memenuhi syarat sanitasi
13 T2PM yg memenuhi syarat 1 1 1 1 1 1

94
sanitasi*
14 Cakupan suspek TB paru* 1 1 1 1 1 1
15 Penemuan kasus TB BTA(+) 1 1 1 1 1 1
(Case Detection Rate)
16 Jumlah bayi yg mendapat 1 1 1 1 1 1
imunisasi BCG
17 Jumlah bayi yg mendapat 1 1 1 1 1 1
imunisasi DPT 1
18 Jumlah bayi yg mendapat 1 1 1 1 1 1
imunisasi DPT 3
19 Jumlah bayi yg mendapat 1 1 1 1 1 1
imunisasi Polio 1
20 Jumlah bayi yg mendapat 1 1 1 1 1 1
imuniasasi Polio 4
21 Jumlah bayi yg mendapat 1 1 1 1 1 1
imunisasi Campak
22 Jumlah bayi yg mendapat 1 1 1 1 1 1
imunisasi Hepatitis B1 (0-7 hari)
23 Jumlah bayi yg mendapat 1 1 1 1 1 1
imunisasi Hepatitis B1 total
24 Jumlah bayi yg mendapat 1 1 1 1 1 1
imunisasi Hepatitis B2
25 Jumlah bayi yg mendapat 1 1 1 1 1 1
imunisasi Hepatitis B3
26 Rumah tangga sehat 1 1 1 1 1 1
27 Frekuensi pembinaan 1 1 1 1 1 1
28 Jumlah kader aktif 1 1 1 1 1 1
29 Penyuluhan NAPZA dan 1 1 1 1 1 1
HIV/AIDS oleh petugas
kesehatan

I. Penilaian Prioritas Masalah


Setelah nilai dari kriteria A,B,C dan D didapat, hasil tersebut dimasukan dalam formula
nilai prioritas dasar ( NPD ) serta nilai prioritas total (NPT) untuk menentukan prioritas
masalah yang dihadapi 3 :
NPD = (A+B) x C
NPT = (A+B) x C x D
Tabel 23. Urutan prioritas berdasarkan perhitungan Hanlon kuantitatif
Urutan
No Masalah A B C D NPD NPT
Prioritas
1 Cakupan Kunjungan bumil K4 2 15 3 1 51 51 1
2 Bumil dengan komplikasi yang 1 13,5 3 1 43.5 43.5 8
ditangani PONED
3 Cakupan Kn1*) 1 15 3 1 48 48 4
4 Cakupan Kn2 1 15 3 1 48 48 5
5 Cakupan Kn3 1 15 3 1 48 48 6
6 BBLR yang ditangani 5 10 3 1 45 45 7
7 Cakupan ibu hamil yang diberi 1 13 3.5 1 49 49 3
tablet Fe 90

95
8 Cakupan bufas mendapat kapsul 2 13.5 2.5 1 38.7 38.7 12
vita 5 5
9 Rumah sehat 6 12 2 1 24 24 25
10 Penduduk yg memanfaatkan 3 10 2 1 26 26 22
jamban
11 Rumah yg mempunyai SPAL 1 12 2 1 26 26 23
yang memenuhi syarat
12 Tempat-tempat umum (TTU) 6 9 2 1 30 30 21
yang memenuhi syarat sanitasi
13 T2PM yang memenuhi syarat 6 6 2 1 24 24 26
sanitasi
14 Cakupan suspek TB paru 2 15 2,5 1 39.5 39.5 11
15 Penemuan kasus TB BTA (+) 2 14.5 3 1 49.5 49.5 2
(Case Detection Rate)
16 Jumlah bayi yang mendapat 2 12 3 1 42 42 10
imunisasi BCG
17 Jumlah bayi yang mendapat 1 9.5 3 1 31.5 31.5 18
imunisasi DPT 1
18 Jumlah bayi yang mendapat 1 9.5 3 1 31.5 31.5 19
imunisasi DPT3
19 Jumlah bayi yang mendapat 2 12 3 1 42 42 9
imunisasi Polio 1
20 Jumlah bayi yang mendapat 1 11.5 3 1 37.5 37.5 13
imunisasi Polio 4
21 Jumlah bayi yang mendapat 1 9.5 3 1 31.5 31.5 20
imunisasi Campak
22 Jumlah bayi yg mendapat 1 10.5 3 1 34.5 34.5 15
imunisasi Hepatitis B1 (0-7 hari)
23 Jumlah bayi yg mendapat 1 11 3 1 36 36 14
imunisasi Hepatitis B1 total
24 Jumlah bayi yg mendapat 1 10.5 3 1 34.5 34.5 16
imunisasi Hepatitis B2
25 Jumlah bayi yg mendapat 1 10.5 3 1 34.5 34.5 17
imunisasi Hepatitis B3
26 Rumah tangga sehat 1 6 3 1 21 21 29
27 Frekuensi pembinaan 2 6 3 1 24 24 27
28 Jumlah kader aktif 1 6.5 3 1 22.5 22.5 28
29 Penyuluhan NAPZA dan 5 7 2 1 24 24 24
HIV/AIDS oleh petugas kesehatan

J. URUTAN PRIORITAS MASALAH:

1. Cakupan kunjungan bumil K4


2. Penemuan kasus TB BTA (+)
3. Cakupan ibu hamil yang diberi tablet Fe 90
4. Cakupan Kn 1
5. Cakupan Kn 2
6. Cakupan Kn 3
7. BBLR yang ditangani
8. Bumil dengan komplikasi yang ditangani PONED
9. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi polio 1
10. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi BCG
11. Cakupan suspek TB paru
96
12. Cakupan bufas mendapat Vit. A
13. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi polio 4
14. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi hepatitis B1 total
15. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi hepatitis B1 (0-7 hari)
16. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi hepatitis B2
17. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi hepatitis B3
18. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi DPT 1
19. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi DPT 3
20. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi campak
21. Tempat-tempat umum (TTU) yang memenuhi sarat sanitasi
22. Penduduk yang memanfaatkan jamban
23. Rumah yang mempunyai spal yang memenuhi sarat
24. Penyuluhan NAPZA dan HIV/AIDS oleh petugas kesehatan
25. Rumah sehat
26. Frekuensi pembinaan kader
27. Jumlah kader aktif
28. T2PM yang memenuhi sarat sanitasi
29. Rumah tangga sehat

97
Penemuan Target Sasaran
Hasil Sasaran Jan- %
kasus TB paru dinkes Sasaran bulan Hasil Pencapaian
Kegiatan 1 tahun Feb Cakupan
BTA (+) 2017 berjalan
jml
kasus TB
paru BTA
Penemuan 1,07/100
(+) yg
kasus TB paru 70% 0x jml 47 8 4 4 51.06% 72.95%
ditemuka
BTA (+) pddk
n/ditanga
ni sesuai
standar
BAB VI
ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

A. Kegiatan/ Indikator Kegiatan yang Bermasalah


Berdasarkan hasil perhitungan data penentuan prioritas masalah melalui metode Hanlon
kuantitatif, ditemukan masalah TB paru BTA (+) menjadi prioritas masalah yang kedua.
Dilihat dari data cakupan kasus TB paru BTA (+) puskesmas Salaman I sebesar 51.06% dari
target Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang tahun 2017 sebesar 70%, dan setelah
dimusyawarahkan dengan puskesmas kami, maka kasus TB paru BTA (+) akan dijadikan
permasalahan yang perlu dianalisis untuk mencari penyelesaian atau solusinya.

B. Definisi operasional
TB Paru adalah penyakit radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri M.
Tuberkulosis, tanda-tanda penyakit TB paru adalah9:
o Batuk berdahak lebih dari 3 minggu
o Demam atau meriang
o Sesak nafas
o Nyeri dada
o Keringat malam
o Nafsu makan menurun
o Penurunan berat badan

C. Analisis Kemungkinan penyebab masalah


Terdapat beberapa faktor yang mendasari timbulnya kesenjangan antara target yang
ditetapkan dengan hasil kegiatan yang dicapai. Salah satu metode yang digunakan untuk
menentukan penyebab masalah adalah mengunakan diagram fish bone memakai data yang
98
telah diolah dalam lima bulan terakhir yaitu Januari Februari 2017. Cara menganalisis
penyebab masalah adalah dengan menggunakan pendekatan sistem yang meliputi: input,
proses, output, outcome, serta faktor lingkungan, sehingga dapat disimpulkan hal-hal yang
menyebabkan timbulnya permasalahan tersebut.Beberapa kemungkinan penyebab masalah
yang ada, antara lain8:

Tabel 5.1 Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Cakupan Pasien TB paru BTA (+)
yang Ditemukan Ditinjau dari Faktor Input

INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN


Terdapat dokter dan perawat Kurangnya pelatihan untuk
yang dapat menentukan adanya kader P2 TB paru tentang
faktor-faktor yang dimiliki pada menemukan suspek TB paru.
pasien dengan TB paru BTA (+) Kurangnya keterampilan
Koordinator program yang khusus membaca hasil dan pengambilan
untuk program P2 TB paru dengan sampel oleh petugas serta kader
MAN baik melakukan pencatatan dan yang menangani P2 TB paru
(Tenaga Kerja) pelaporan pasien dengan
Terdapat analis laboratorium yang
terlatih untuk melakukan
pemeriksaan TB paru
Terdapat kader dan bidan desa
untuk membantu menjaring pasien
TB paru BTA (+)
Tersedianya dana operasional dari
MONEY
Bantuan Operasional Kesehatan Tidak ditemukan masalah
(Pembiayaan)
(BOK)
Penjaringan secara Pasive Kurangnya program puskesmas
METHOD Promotive Case Finding dalam memberikan penyuluhan
(Metode) Tersedianya pedoman diagnosis TB kepada masyarakat tentang gejala TB
paru secara laboratorium paru
Masih adanya kualitas dahak yang
Tersedianya tempat untuk
MATERIAL tidak baik
melakukan pemeriksaan seperti:
(Perlengkapan) Terdapat reagen yang tidak
puskesmas, pustu, PKD, poliklinik
memenuhi syarat uji
Terdapat kualitas alat yang
MACHINE Tersedianya alat-alat pemeriksaan kurang baik
(Peralatan) untuk kasus TB paru

INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN


LINGKUNGAN Kurangnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat mengenai
penyakit TB paru dan bahayanya
Berobat di tempat lain (BKPM,

99
praktik swasta) namun tidak terdata

Tabel 5.2 Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah TB Paru BTA (+) Yang
Ditemukan Ditinjau dari Faktor Proses dan Lingkungan

PROSES KELEBIHAN KEKURANGAN


Jadwal pelayanan di puskesmas, Kurangnya perencanaan
pustu dan PKD teratur
pelatihan petugas kesehatan dan
Jadwal kunjungan rumah teratur
P1 kader
Telah dilakukan strategi
perencanaan untuk memperoleh Tidak ada jadwal rutin untuk
target penyuluhan
Pelaksanaan tidak sesuai dengan
yang direncanakan sehingga hasil
Jadwal pelayanan terlaksana sesuai tidak sesuai dengan yang
P2
dengan rencana diharapkan
Kurangnya penyuluhan khusus
tentang gejala TB Paru
Kurangnya koordinasi dengan balai
Terdapatnya laporan mengenai pengobatan swasta dalam
jumlah pasien TB Paru BTA (+) pencatatan dan pelaporan pasien
P3
Terdapatnya laporan daftar pasien TB paru BTA (+)
TB Paru BTA (+) Jumlah suspek TB paru yang tidak
memenuhi target

D. Konfirmasi Kemungkinan Penyebab Masalah

100
Setelah dilakukan konfirmasi kepada pihak puskesmas yang terdiri dari bidan
koordinator program, dokter, dan perawat mengenai pasien TB paru BTA (+) yang
ditemukan, maka dari kemungkinan penyebab masalah diatas maka didapatkan penyebab
masalah yang paling mungkin, yaitu sebagai berikut:
1. Kurangnya pelatihan tenaga kesehatan P2 TB paru dan kader
2. Masih adanya kualitas dahak yang tidak baik
3. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai penyakit TB paru
dan bahayanya
4. Berobat di tempat lain (BKPM, praktik swasta) namun tidak terdata
5. Tidak ada jadwal rutin untuk penyuluhan

6. Pelaksanaan tidak sesuai dengan yang direncanakan sehingga hasil tidak sesuai
dengan yang diharapkan
7. Kurangnya penyuluhan khusus tanda dan gejala TB paru
8. Kurangnya koordinasi dengan balai pengobatan swasta dakan pencatatan dan
pelaporan kasus TB paru
9. Jumlah Susp TB paru yang tidak memenuhi target

101
INPUT MONEY
Tidak ditemukan masalah
Kurangnya pelatihan kader P2 TB
paru tentang menemukan pasien TB
paru BTA (+) MAN
MATERIAL Masih adanya kualitas dahak yang
tidak baik

Tidak ditemukan masalah METHOD

MACHINE Tidak ditemukan masalah


Cakupan TB paru BTA (+) yang
ditemukan bulan Januari
Februari 2017 di Puskesmas
Salaman 1sebesar50% lebih
Tidak ada jadwal rutin untuk rendah dari target dinkes yaitu
penyuluhan sebesar 70% .
Pelaksanaan tidak sesuai
P1 LINGKUNGAN
dengan yang direncanakan
sehingga hasil tidak sesuai Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat
dengan yang diharapkan
mengenai penyakit TB paru dan bahayanya
Berobat di tempat lain (BKPM, praktik swasta) namun
tidak terdata
Kurangnya koordinasi dengan P3
balai pengobatan swasta dakan
pencatatan dan pelaporan
pasien TB Paru BTA (+) P2 Kurangnya penyuluhan khusus tentang Gambar 5.2 Diagram Fish Bone
gejala TB Paru Berdasarkan Pendekatan Sistem
Jumlah Susp TB paru yang tidak
memenuhi target
PROSES
102
E. Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah diperoleh daftar masalah, maka dapat dilakukan langkah
selanjutnya, yaitu dibuat alternatif pemecahan penyebab masalah.Berikut ini
adalah alternatif pemecahan penyebab masalah yang ada, yaitu8:

103
No. Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
1. Kurangnya pelatihan tenaga 1. Pelatihan tenaga kesehatan P2 TB paru
kesehatan P2 TB Paruserta dan kader mengenai kasus TB paru
kader dan perencanaan 2. Penjadwalan secara rutin pelatihan dan
pelatihan kasus TB Paru penyuluhan kasus TB paruoleh tenaga
kesehatan P2 TB Paru dan kader kepada
masyarakat
2. Masih adanya kualitas dahak 3. Memberikan edukasi tentang cara
yang tidak baik mengeluarkan dahak yang baik kepada
petugas sehingga dapat mengambil
sampel dahak berkualitas
3. Pelaksanaan tidak sesuai 4. Penyuluhan kepada Masyarakat,
dengan yang direncanakan Pasien TB paru, keluarga yang
sehingga hasil tidak sesuai tinggal serumah serta PMO yang
dengan yang diharapkan terjadwal dengan rutin dan merata
5. Edukasi kepada masyarakat, pasien TB
Paru, keluarga yang tinggal serumah
serta PMO untuk pelaporan pasien
dengan gejala TB
4. Kurangnya pengetahuan dan 6. Penyuluhan kepada Masyarakat, Pasien
kesadaran masyarakat TB paru, keluarga yang tinggal serumah
mengenai penyakit TB paru serta PMO yang terjadwal dengan rutin
dan bahayanya dan merata
5. Berobat di tempat lain 7. Perlu diadakan rapat koordinasi dengan
(BKPM, praktik swasta) jejaring di daerah sekitar untuk
namun tidak terdata pendataan kasus TB
8. Kordinasi di Dinas Kesehatan
Kabupaten Magelang untuk melaporkan
penderita dengan TB BTA (+) dari Unit
Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit dan
BKPM

6. Tidak ada jadwal rutin untuk 9. Penyuluhan kepada Masyarakat, Pasien


penyuluhan TB paru, keluarga yang tinggal serumah
serta PMO yang terjadwal dengan rutin
dan merata
7. Kurangnya program 10. Penyuluhan kepada Masyarakat, Pasien
puskesmas dalam memberikan TB paru, keluarga yang tinggal serumah
penyuluhan khusus tentang serta PMO yang terjadwal dengan rutin
tanda dan gejala TB paru dan merata
11. Pembuatan brosur atau pamflet tentang
tanda dan gejala TB paru
8. Kurangnya koordinasi dengan 12. Kordinasi di Dinas Kesehatan
balai pengobatan swasta dan Kabupaten Magelang untuk melaporkan
104
pencatatan dan pelaporan penderita dengan TB BTA (+) dari Unit
kasus TB paru Pelayanan Kesehatan Swasta, Rumah
Sakit dan BKPM
F. Penentuan Pemecahan Masalah
Dari hasil analisis pemecahan masalah, didapatkan alternatif pemecahan
masalah sebagai berikut:
1. Pelatihan tenaga kesehatan P2 TB paru dan kader mengenai kasus TB
paru
2. Penjadwalan secara rutin pelatihan dan penyuluhan kasus TB paruoleh
tenaga kesehatan P2 TB Paru dan kader kepada masyarakat
3. Memberikan edukasi tentang cara mengeluarkan dahak yang baik
kepada petugas sehingga dapat mengambil sampel dahak berkualitas
4. Edukasi kepada masyarakat, pasien TB Paru, keluarga yang tinggal
serumah serta PMO untuk pelaporan pasien dengan gejala TB
5. Penyuluhan kepada Masyarakat, Pasien TB paru, keluarga yang tinggal
serumah serta PMO yang terjadwal dengan rutin dan merata
6. Perlu diadakan rapat koordinasi dengan jejaring di daerah sekitar untuk
pendataan kasus TB
7. Kordinasi di Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang untuk melaporkan
penderita dengan TB BTA (+) dari Unit Pelayanan Kesehatan Rumah
Sakit dan BKPM
8. Penyuluhan kepada Masyarakat, Pasien TB paru, keluarga yang tinggal
serumah serta PMO yang terjadwal dengan rutin dan merata
9. Penyuluhan kepada Masyarakat, Pasien TB paru, keluarga yang tinggal
serumah serta PMO yang terjadwal dengan rutin dan merata
10. Pembuatan brosur atau pamflet tentang tanda dan gejala TB paru
11. Kordinasi di Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang untuk melaporkan
penderita dengan TB BTA (+) dari Unit Pelayanan Kesehatan Swasta,
Rumah Sakit dan BKPM
12. Penyuluhan tentang TB pada Petugas kesehatan maupun Kader untuk
menjaring pasien suspek TB
13. Dilakukan pendataan pada kelompok rentan yang kontak dengan pasien
TB BTA (+)

105
PENYEBAB MASALAH ALTERNATIF
1. Kurangnya pelatihan tenaga PEMECAHAN MASALAH
kesehatan P2 TB Paruserta kader dan
Pelatihan tenaga kesehatan P2 TB paru dan
perencanaan pelatihan kasus TB Parukader mengenai kasus TB paru untuk
menjaring pasien suspek TB paru

2. Masih adanya kualitas dahak yang Penjadwalan secara rutin pelatihan dan
tidak baik penyuluhan kasus TB paru oleh tenaga
kesehatan P2 TB Paru dan kader kepada
3. Pelaksanaan tidak sesuai dengan
masyarakat, pasien TB, keluarga yang tinggal
yang direncanakan sehingga hasil serumah dan PMO yang terjadwal dengan
tidak sesuai dengan yang diharapkan rutin dan merata

4. Kurangnya pengetahuan dan Edukasi kepada masyarakat, pasien TB Paru,


kesadaran masyarakat mengenai
keluarga yang tinggal serumah serta PMO
penyakit TB paru dan bahayanya
untuk pelaporan pasien dengan gejala TB

5. Berobat di tempat lain (BKPM,


praktik swasta) namun tidak terdata
Memberikan edukasi tentang cara
mengeluarkan dahak yang baik kepada petugas
6. Tidak ada jadwal rutin untuk sehingga dapat mengambil sampel dahak
penyuluhan berkualitas

Pembuatan brosur atau pamflet tentang tanda


7. Kurangnya program puskesmas dan gejala TB paru
dalam memberikan penyuluhan khusus
tentang tanda dan gejala TB paru

106
Kordinasi di Dinas Kesehatan Kabupaten
Magelang untuk melaporkan penderita dengan
8.Kurangnya koordinasi dengan balai TB BTA (+) dari Unit Pelayanan Kesehatan
pengobatan swasta dan pencatatan dan
pelaporan kasus TB paru Rumah Sakit dan BKPM

Dilakukan pendataan pada kelompok rentan


9. Jumlah Susp TB paru yang tidak
memenuhi target yang kontak dengan pasien TB BTA (+)

Gambar 5.3 Diagram Alternatif Pemecahan Masalah


G. Penentuan Pemecahan Masalah Dengan Kriteria Matriks Menggunakan
Rumus Mx IxV/C
Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya
dilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas
alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria
matriksmenggunakan rumus M x I x V / C8.
Penyelesaian masalah sebaiknya memenuhi kriteria, sebagai berikut 8:
1. Efektivitas program
Pedoman untuk mengukur efektivitas program:
Magnitude ( m ) Besarnya penyebab masalah yang dapat
diselesaikan.
Importancy ( I ) Pentingnya cara penyelesaian masalah
Vulnerability ( v ) Sensitivitas cara penyelesaian masalah
Kriteria m, I, dan v kita beri nilai 1-5
Bila makin magnitude maka nilai nya makin besar, mendekati 5 begitu
juga dalam melakukan penilaian pada kriteria I dan v.
2. Efisiensi pogram
Biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah (cost). Kriteria cost
(c) diberi nilai 1-5. Bila cost nya makin kecil, maka nilainya mendekati 1.
Berikut ini proses penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah
dengan menggunakan kriteria matriks :

107
Tabel 5.4 Hasil Akhir Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah
Nilai
Penyelesaian Hasil akhir
Kriteria Urutan
Masalah M I V C (M x I x V) / C
1. Pelatihan tenaga kesehatan P2 TB paru 4 4 3 3 16 IV

dan kader mengenai kasus TB paru


2. Penjadwalan secara rutin pelatihan dan 3 4 3 3 12 X

penyuluhan kasus TB paruoleh tenaga


kesehatan P2 TB Paru dan kader
kepada masyarakat
3. Edukasi kepada masyarakat, pasien TB 2 4 3 2 12 XI
Paru, keluarga yang tinggal serumah
serta PMO untuk pelaporan pasien
dengan gejala TB
4. Penyuluhan kepada Masyarakat, Pasien 3 3 3 2 13,5 VI
TB paru, keluarga yang tinggal
serumah serta PMO yang terjadwal
dengan rutin dan merata
5. Perlu diadakan rapat koordinasi dengan 1 3 3 1 9 XII
jejaring di daerah sekitar untuk
pendataan kasus TB
6. Kordinasi di Dinas Kesehatan 4 4 3 2 13 IX
Kabupaten Magelang untuk
melaporkan penderita dengan TB BTA
(+) dari Unit Pelayanan Kesehatan
Rumah Sakit dan BKPM

108
7. Penyuluhan kepada Masyarakat, Pasien 4 4 4 3 21,33 I
TB paru, keluarga yang tinggal
serumah serta PMO yang terjadwal
dengan rutin dan merata
8. Penyuluhan kepada Masyarakat, Pasien 4 4 4 3 21,33 II
TB paru, keluarga yang tinggal
serumah serta PMO yang terjadwal
dengan rutin dan merata

Nilai
Penyelesaian Hasil akhir
Kriteria Urutan
Masalah
M I V C (M x I x V) / C
9. Pembuatan brosur atau pamflet tentang 3 3 3 4 6,75 XIII

tanda dan gejala TB paru

10. Kordinasi di Dinas Kesehatan 3 4 4 3 16 V


Kabupaten Magelang untuk
melaporkan penderita dengan TB BTA
(+) dari Unit Pelayanan Kesehatan
Swasta, Rumah Sakit dan BKPM
11. Penyuluhan tentang TB pada Petugas 4 4 4 3 21,33 III
kesehatan maupun Kader untuk
menjaring pasien suspek TB
12. Mengedukasi tentang cara pengambilan 3 3 3 2 13.5 VII
sampel dahak yang berkualitas kepada
petugas
13. Dilakukan pendataan pada kelompok 3 3 3 2 13.5 VIII
rentan yang kontak dengan pasien TB
BTA (+)

Setelah penentuan prioritas alternatif pemecahan penyebab masalah dengan


menggunakan kriteria matriks, maka di dapatkan urutan prioritas alternatif
pemecahan penyebab masalah TB paru BTA (+) wilayah kerja Puskesmas
Salaman I, adalah sebagai berikut :
1. Penjadwalan Penyuluhan kepada Masyarakat, Pasien TB paru, keluarga yang
tinggal serumah serta PMO yang terjadwal dengan rutin dan merata oleh
petugas kesehatan.
2. Pelatihan tentang TB pada Petugas kesehatan P2 maupun Kader untuk

109
menjaring pasien suspek TB
3. Kordinasi di Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang untuk melaporkan
penderita dengan TB BTA (+) dari Unit Pelayanan Kesehatan Swasta, Rumah
Sakit dan BKPM
4. Dilakukan pendataan pada kelompok rentan yang kontak dengan pasien TB
BTA (+)
5. Edukasi kepada masyarakat, pasien TB paru, Keluarga yang tinggal serumah
serta PMO untuk pelaporan pasien dengan gejala TB
6. Memberikan edukasi tentang cara mengeluarkan dahak yang baik kepada
petugas sehingga dapat mengambil sampel dahak berkualitas
7. Pembuatan brosur atau pamflet tentang tanda dan gejala TB paru

110
H. PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN
Tabel 5.5 Plan of ActionKasus TB paru BTA (+) Yang Ditemukan di Puskesmas Salaman I

Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Pelaksana Waktu Biaya Metode Tolak ukur
1. Penjadwalan pelatihan dan Meningkatkan Tenaga PKD, Dokter Disesuaik Puskes Penyulu Meningkatnya
penyuluhan kasus TB paru pengetahuan kesehatan, posyandu, puskesmas an mas han & pengetahuan
oleh tenaga kesehatan P2 TB masyarakat dan kader kader & puskesmas Seminar masyarakat tentang
Paru dan kader kpd tentang tanda dan masyarakat tanda &gejala TB
masyarakat secara rutin, gejala TB paru paru
merata dan teralisasikan
2. Pelatihan tenaga kesehatan Meningkatkan Tenaga Puskesmas, Dokter, Disesuaik Puskes Penyulu Meningkatnya
P2 TB paru dan kader pengetahuan tenaga kesehatan, posyandu, Kordinator an mas han & pengetahuan tenaga
mengenai kasus TB paru kesehatan &kader kader & pustu P2 TB paru Seminar kesehatan &kader
tentang tanda & gejala masyarakat tentang tanda &
TB paru dan gejala TB paru dan
penjaringan pasien TB penjaringan pasien
paru TB paru
3. Koordinasi di Dinkes Kab Meningkatkan angka Dokter Puskesmas Dokter Disesuaik Puskes Seminar Meningkatanya
Magelang untuk melaporkan cakupan di wilayah puskesmas Salaman 1 puskesmas an mas angka cakupan di
penderita dgn TB BTA (+) puskesmas Salaman 1 & petugas wilayah puskesmas
dari Unit Pelayanan kesehatan Salaman 1
Kesehatan Swasta, Rumah
Sakit dan BKPM
Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Pelaksana Waktu Biaya Metode Tolak ukur

111
4. Edukasi kepada masyarakat, Meningkatkan angka Masyarakat Cakupan Petugas Disesuaik Puskes Manaje Meningkatannya
pasien TB paru, serta PMO cakupan di wilayah dan PMO Wilayah Kesehatan an mas men angka cakupan di
untuk pelaporan Kasus puskesmas Salaman 1 Kerja dan Kader pendata wilayah puskesmas
dengan gejala TB Puskesmas an Salaman 1
Salaman 1
5. Dilakukan pendataan pada Meningkatkan angka Dokter Cakupan Dokter Disesuaik Puskes Manaje Meningkatannya
kelompok rentan yang cakupan di wilayah puskesmas Wilayah puskesmas an mas men angka cakupan di
kontak dengan pasien TB puskesmas Salaman 1 & petugas Kerja dan Petugas pendata wilayah puskesmas
BTA (+) kesehatan Puskesmas Kesehatan an Salaman 1
Salaman 1
6. Memberikan edukasi tentang Meningkatkan angka Pasien Puskesmas Dokter Disesuaik Puskes Penyulu Meningkatnya
cara mengeluarkan dahak cakupan di Wilayah suspek TB Salaman 1 Puskesmas an mas han pengetahuan
yang baik kepada petugas Puskesmas Salaman 1 dan Laborat/ pengambilan
sehingga dapat mengambil petugas sampel dahak
sampel dahak berkualitas Kesehatan berkualitas
7. Pembuatan brosur atau Meningkatkan Masyarakat Puskesmas Doter, Disesuaik Puskes Brosur Meningkatnya
pamflet tentang tanda dan pengetahuan Salaman 1 Kordinator an mas & pengetahuan
gejala TB paru masyarakat tentang TB & P2 TB paru pamflet masyarakat tentang
paru Posyandu TB paru BTA (+)

112
BAB VII
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis manajemen program puskesmas dibandingkan
dengan SPM Puskesmas Salaman bulan Januari-Februari 2017, didapatkan 67
program dengan 29 program yang belum mencapai target. Berdasarkan data
tersebut diperoleh pencapaian tertinggi adalah 440.56% untuk jumlah penderita
yang diperiksa sediaan darahnya slide PCD dan cakupan terendah adalah rumah
sehatsebesar 9.76% dalam kurun waktu Januari-Februari 2017. Beberapa program
yang belum mencapai target diantaranya adalahcakupan kunjungan bumil
K4,Temuan kasus BTA TB (+), bumil dengan komplikasi yang ditangani PONED ,
Cakupan Kn1 (6 jam sd 48 jam), Cakupan Kn2, Cakupan Kn3, dan lain sebagainya.
Dari 29 masalah yang ditemukan, melalui metode Hanlon Kuantitatif
untuk menentukan prioritas masalah maka didapatkan masalah dengan prioritas
utama adalah cakupan kunjungan bumil k4 namun cakupan kunjungan bumil k4
telah dibahas oleh kelompok sebelumnya sehingga kami menggambil prioritas
urutan kedua untuk di bahas dalam makalah ini. Prioritas urutan kedua adalah
penemuan kasus TB BTA (+) dengan cakupan 50% sedangkan target yang
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang sebesar 70% sehingga
angka pencapaian hanya 71.33%. Tim penulis memilih membahas tentang
penemuan kasus TB BTA (+) karena merupakan urutan prioritas masalah kedua,
angka kejadian TB di kabupaten Magelang meningkat, dan angka kejadian MDR
meningkat.
Kemudian dilakukan analisis mengenai kemungkinan penyebab masalah
setelah itu dikonfimasi kepada petugas kesehatan terkait, sehingga didapatkan
beberapa penyebab masalah yakni kurangnya pelatihan tenaga kesehatan P2 TB
paru dan kader, masih adanya kualitas dahak yang tidak baik, kurangnya
pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai penyakit TB paru dan
bahayanya, berobat di tempat lain (BKPM, praktik swasta) namun tidak terdata,
tidak ada jadwal rutin untuk penyuluhan, kurangnya penyuluhan khusus tanda

113
dan gejala TB paru, kurangnya koordinasi dengan balai pengobatan swasta dakan
pencatatan dan pelaporan kasus TB paru, jumlah Susp TB paru yang tidak
memenuhi target.
Berdasarkan penyebab masalah yang telah dikonfirmasi, terdapat
beberapa alternatif penyelasaian masalah yang paling efektif dan efesien yaitu
dengan Penjadwalan pelatihan dan penyuluhan kasus TB paru oleh tenaga
kesehatan P2 TB Paru dan kader kepada masyarakat, pasien TB, keluarga yang
tinggal serumah dan PMO yang terjadwal dengan rutin, merata dan terealisasikan.

B. Saran
1. Terhadap Puskesmas Salaman
a. Memberikan edukasi kepada kader puskesmas dalam tentang penyakit
TB Paru.
b. Mengadakan kegiatan penyuluhan mengenai penyakit TB paru kepada
masyarakat yang tinggal diwilayah Puskesmas Salaman 1 minimal dalam
kurun 3 bulan dilakukan sebanyak 1 kali.
c. Memberi pembekalan kepada PMO agar pasien dapat teratur dalam
meminum obat.

2. Terhadap Masyarakat
a. Meminum obat secara rutin untuk pasien TB BTA (+).
b. Tidak batuk sembarangan dan selalu menggunakan masker agar tidak
menularkan penyakit TB paru.
c. Membiasakan membuka ventilasi rumah agar sirkulasi udara di dalam
rumah menjadi lebih baik.
d. Menjemur kasur, bantal, dan tempat tidur terutama di pagi hari.
e. Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah dan tidak boleh
digunakan oleh orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI. 2009. Undang-Undang RI No.36 tahun 2009


Tentang Kesehatan. Jakarta ; Departemen Kesehatan RI.

114
2. WHO. Sustainable Development Goals. 2015 Diakses dari
www.who.int/topics/sustainable-development-goals/en/ pada tanggal 2 April
2017.
3. World Health Organization. The Millennium Development Goals for Health:
A review of the indicators. Jakarta: World Health Organization; 2004.
4. Pembangunan Kesehatan Nasional. Universitas Sumatera Utara. Available at :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21014/5/Chapter%20I.pdf.
Diakses pada tanggal 12 April 2017.
5. RISKESDAS 2014. Available at http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/
archives/678. Diakses pada tanggal 2 April 2017.
6. Krisnovianti. Evaluasi Program Desa SiagaAktif di Desa Kaliamok
Kecamatan Malinau Utara Kabupaten Malinau. Journal Pemerintahan
Integratif, 2015 Januari; 3(1): 1-13.
7. Fahrurrozi. Evaluasi Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di UPT Puskesmas Girisubo Kabupaten Gunungkidul Tahun
2015.UMY : Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 2016
8. Puskesmas Salaman I. 2016. Profil Puskesmas Salaman I Tahun 2016.
Kabupaten Magelang : Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang.
9. Hadisaputro, S. 2011. Epidemiologi Manajerial Teori dan Aplikasi. Semarang
: Universitas Diponegoro.

115

Anda mungkin juga menyukai