Anda di halaman 1dari 6

Nama : Muhammad Ichsan Pratama

Nim : 01011381722202
Tugas Latihan Kepemimpinan

Kepemimpinan yang Melayani

Kepemimpinan sering diartikan dengan jabatan formal, yang justru menuntut untuk
mendapat fasilitas dan pelayanan dari konstituen yang seharusnya dilayani. Meskipun banyak di
antara pemimpin atau pejabat yang ketika dilantik mengatakan bahwa jabatan adalah sebuah
amanah, namun dalam kenyataannya sedikit sekali atau bisa dikatakan hampir tidak ada
pemimpin yang sungguh-sungguh menerapkan kepemimpinan dari hati, yaitu kepemimpinan
yang melayani.
Sebuah buku yang menarik tentang kepemimpinan yang melayani (servant leadership)
ditulis oleh Dr. Kenneth Blanchard dan kawan kawan, berjudul Leadership by The Book (LTB).
Ken Blanchard adalah juga co-author dari buku-buku manajemen yang sangat laris, seperti The
One Minute Manager, Raving Fans, Gung Ho, dan Everyone’s Coach. Buku LTB mengisahkan
tentang tiga orang karakter yang mewakili tiga aspek kepemimpinan yang melayani, yaitu
seorang pendeta, seorang professor, dan seorang profesional yang sangat berhasil di dunia bisnis.
Tiga aspek kepemimpinan tersebut adalah HATI yang melayani (servant HEART), KEPALA
atau pikiran yang melayani (servant HEAD), dan TANGAN yang melayani (servant HANDS).

 Hati Yang Melayani (Karakter Kepemimpinan)


Kepemimpinan yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut
suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan sejati dimulai
dari dalam dan kemudian bergerak ke luar untuk melayani mereka yang dipimpinnya.
Disinilah pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin
sejati dan diterima oleh rakyat yang dipimpinnya. Kembali betapa banyak kita saksikan
para pemimpin yang mengaku wakil rakyat ataupun pejabat publik, justru tidak memiliki
integritas sama sekali, karena apa yang diucapkan dan dijanjikan ketika kampanye dalam
Pemilu tidak sama dengan yang dilakukan ketika sudah duduk nyaman di kursinya.
Seorang pemimpin sejati justru memiliki kerinduan untuk membangun dan
mengembangkan mereka yang dipimpinnya sehingga tumbuh banyak pemimpin dalam
kelompoknya. Hal ini sejalan dengan buku yang ditulis oleh John Maxwell berjudul
Developing the Leaders Around You. Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung
dari kemampuannya untuk membangun orang-orang di sekitarnya, karena keberhasilan
sebuah organisasi sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam organisasi
tersebut. Jika sebuah organisasi atau masyarakat mempunyai banyak anggota dengan
kualitas pemimpin, organisasi atau bangsa tersebut akan berkembang dan menjadi kuat.
Pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang
dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan,
impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya.
Ciri keempat seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani adalah akuntabilitas
(accountable). Istilah akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat
diandalkan. Artinya seluruh perkataan, pikiran dan tindakannya dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik atau kepada setiap anggota organisasinya.
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap
kebutuhan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya.
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang dapat mengendalikan ego dan
kepentingan pribadinya melebihi kepentingan publik atau mereka yang dipimpinnya.
Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri ketika tekanan maupun tantangan
yang dihadapi menjadi begitu berat. Seorang pemimpin sejati selalu dalam keadaan
tenang, penuh pengendalian diri dan tidak mudah emosi.

 Kepala Yang Melayani (Metoda Kepemimpinan)


Seorang pemimpin sejati tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tetapi
juga harus memiliki serangkaian metoda kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin
yang efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas dari aspek yang pertama, yaitu
karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pemimpin formal, justru
tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metoda kepemimpinan yang baik. Contoh
adalah para pemimpin karismatik ataupun pemimpin yang menjadi simbol perjuangan
rakyat, seperti Corazon Aquino, Nelson Mandela, Abdurrahman Wahid, bahkan mungkin
Mahatma Gandhi, dan masih banyak lagi menjadi pemimpin yang tidak efektif ketika
menjabat secara formal menjadi presiden. Hal ini karena mereka tidak memiliki metoda
kepemimpinan yang diperlukan untuk mengelola mereka yang dipimpinnya.
Tidak banyak pemimpin yang memiliki kemampuan metoda kepemimpinan ini. Karena
hal ini tidak pernah diajarkan di sekolah-sekolah formal. Oleh karena itu seringkali kami
dalam berbagai kesempatan mendorong institusi formal agar memperhatikan ketrampilan
seperti ini yang kami sebut dengan softskill atau personal skill. Dalam salah satu artikel
di economist.com ada sebuah ulasan berjudul Can Leadership Be Taught. Jelas dalam
artikel tersebut dibahas bahwa kepemimpinan (dalam hal ini metoda kepemimpinan)
dapat diajarkan sehingga melengkapi mereka yang memiliki karakter
kepemimpinan. Ada tiga hal penting dalam metoda kepemimpinan, yaitu:
Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas.Visi ini merupakan sebuah
daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong terjadinya proses
ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun sinergi berbagai keahlian dari
orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut.
Bahkan dikatakan bahwa nothing motivates change more powerfully than a clear vision.
Visi yang jelas dapat secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam organisasi.
Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner, yaitu memiliki visi yang
jelas kemana organisasinya akan menuju. Kepemimpinan secara sederhana adalah proses
untuk membawa orang-orang atau organisasi yang dipimpinnya menuju suatu tujuan
(goal) yang jelas. Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah
yang mendorong sebuah organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar, serta
berkembang dalam mempertahankan survivalnya sehingga bisa bertahan sampai beberapa
generasi.
Ada dua aspek mengenai visi, yaitu visionary role dan implementation role. Artinya
seorang pemimpin tidak hanya dapat membangun atau menciptakan visi bagi
organisasinya tetapi memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan visi tersebut ke
dalam suatu rangkaian tindakan atau kegiatan yang diperlukan untuk mencapai visi itu.
Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang sangat responsive. Artinya dia selalu
tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan dan impian dari mereka yang
dipimpinnya. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap
permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi organisasinya.
Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi orang-
orang yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia memiliki kemampuan untuk
menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya dalam menyusun
perencanaan (termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran, rencana kebutuhan sumber
daya, dan sebagainya), melakukan kegiatan sehari-hari (monitoring dan pengendalian),
dan mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.

 Tangan Yang Melayani (Perilaku Kepemimpinan)


Pemimpin sejati bukan sekedar memperlihatkan karakter dan integritas, serta memiliki
kemampuan dalam metoda kepemimpinan, tetapi dia harus menunjukkan perilaku
maupun kebiasaan seorang pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard tersebut disebutkan
ada empat perilaku seorang pemimpin, yaitu:
Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpinnya, tetapi sungguh-
sungguh memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup
dalam perilaku yang sejalan dengan Firman Tuhan. Dia memiliki misi untuk senantiasa
memuliakan Tuhan dalam setiap apa yang dipikirkan, dikatakan dan diperbuatnya.
Pemimpin sejati fokus pada hal-hal spiritual dibandingkan dengan sekedar kesuksesan
duniawi. Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat memberi dan beramal
lebih banyak. Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat penghargaan, tetapi untuk
melayani sesamanya. Dan dia lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh
kasih dan penghargaan, dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata.
Pemimpin sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek, baik
pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dan sebagainya.
Setiap hari senantiasi menselaraskan (recalibrating) dirinya terhadap komitmen untuk
melayani Tuhan dan sesama. Melalui solitude (keheningan), prayer (doa) dan scripture
(membaca Firman Tuhan).
Demikian kepemimpinan yang melayani menurut Ken Blanchard yang menurut kami
sangat relevan dengan situasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh bangsa Indonesia.
Bahkan menurut Danah Zohar, penulis buku Spiritual Intelligence: SQ the Ultimate
Intelligence, salah satu tolok ukur kecerdasan spiritual adalah kepemimpinan yang
melayani (servant leadership).
Bahkan dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Gay Hendrick dan Kate Luderman,
menunjukkan bahwa pemimpin-pemimpin yang berhasil membawa perusahaannya ke
puncak kesuksesan biasanya adalah pemimpin yang memiliki SQ yang tinggi. Mereka
biasanya adalah orang-orang yang memiliki integritas, terbuka, mampu menerima kritik,
rendah hati, mampu memahami orang lain dengan baik, terinspirasi oleh visi, mengenal
dirinya sendiri dengan baik, memiliki spiritualitas yang tinggi, dan selalu mengupayakan
yang terbaik bagi diri mereka sendiri maupun bagi orang lain.

TRANSENDENTAL KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan adalah topik yang banyak diperebutkan. Bervariasi telah


menjadi teori. kepemimpinan dan bervariasi telah kualitas dikaitkan dengan
seorang pemimpin yang baik. Dari teori genetik kepemimpinan bangsawan
bahwa kepemimpinan diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya
melalui “darah biru”; Kepemimpinan memiliki datang jauh ke berbagai teori
mendalilkan dalam abad ke-20, seperti teori Karismatik Authority of Max Weber,
Situasional teori Kepemimpinan, Model Kepemimpinan Fungsional, dan teori
Antonio Gramsci Budaya Hegemoni. Satu teori yang mendapatkan perhatian
lebih dan lebih di abad 21 adalah teori “Transendental Leadership.”
Transendental Kepemimpinan adalah bentuk kepemimpinan yang
mengarah kapal keluar dari perairan korporasi bermasalah. Ini adalah dunia yang
sangat kompetitif bahwa kita hidup di dunia dan perusahaan adalah bertentangan
untuk memenuhi tuntutan diletakkan oleh pasar dunia. Teori kepemimpinan
sebagian besar didasarkan pada batas manusia ditetapkan. “Ditetapkan” adalah
kata kunci di sini. Manusia membatasi diri dengan mendefinisikan apa yang
mereka bisa atau tidak bisa lakukan. Transendental Kepemimpinan bekerja
menuju kehancuran batas-batas. pemimpin transendental membayangkan mode
baru pemikiran dan memiliki rasa yang lebih dalam perasaan.

Sepuluh kualitas pemimpin transendental adalah:

1. Melakukan yang mustahil

Pemimpin Transendental melakukan apa yang mereka simpulkan sebagai hal


yang benar pada saat yang tepat. Setiap tindakan yang besar telah disebut mustahil pada
satu titik atau yang lain.

2. Merasa mati rasa

Mati rasa terjadi ketika sesuatu membawa kita tidak siap. Dalam situasi yang
sulit kita umumnya merasa mati rasa, merasa lumpuh dan bergerak. Hal yang baik
tentang ini adalah bahwa buruk tidak selalu buruk. Mati rasa adalah reaksi psikologis
yang normal untuk sebuah keadaan yang aneh dan semua pemimpin transendental yang
menyadari hal ini. Masa mati rasa memberikan pikiran mereka untuk membiasakan diri
dengan situasi baru. Dan kemudian mereka bertindak dari situasi itu.

3. Menyentuh tak tersentuh

Tak tersentuh di sini adalah orang-orang yang merasa sangat kurang termotivasi.
Mereka adalah orang-orang yang perlu dimobilisasi dan orang-orang yang tersisa
sebagai hilang disebabkan oleh manajer lain.

4. Melihat tak terlihat

Pemimpin Transendental harus memiliki karunia pandangan ke depan. Mereka


harus mempersiapkan terlebih dahulu berdasarkan kabar dari saat ini.

5. Mendengarkan keheningan

Ada cukup banyak bahwa terjadi dalam sebuah organisasi. Berbohong belum
tentu salah, tapi pemimpin transendental harus melihat melampaui kata-kata dan
memahami situasi. Seseorang mungkin berbohong untuk melarikan diri bully orang lain.

6. Mencium scentless para

Pemimpin Transendental kuat dalam fundamental mereka. Mereka mencium


tanda-tanda sebelum orang lain lakukan dan mereka bertindak pada intuisi.

7. Memahami kebutuhan inarticulate

Orang umumnya tidak pandai menjadi mengartikulasikan kebutuhan mereka. Hal


ini berlaku dari pelanggan dan orang yang bekerja dalam perusahaan.

8. Permukaan keberanian dari rasa takut

Takut mencengkeram semua orang pada suatu titik tetapi mereka yang naik di
atas mereka adalah orang-orang benar-benar hebat.
9. Membuat masa depan yang positif dari rasa takut

Melihat positif pada saat negatif yang besar dan ketakutan adalah suatu prestasi
yang sulit, tetapi para pemimpin transendental berhasil dalam melakukan hal itu.

10. Berpikir yang tak terpikirkan

Semua inovasi adalah hasil dari pemikiran keterlaluan, bahkan berpikir masuk
akal. Keterbatasan waktu dalam hidup harus tidak buta satu untuk kemungkinan masa
depan.

Dasar kepemimpinan transendental terletak pada orang. Hal ini bertujuan untuk bekerja
melalui orang dan bekerja dengan orang-orang dalam rangka mencapai tujuan organisasi
serta mencapai tujuan pribadi.

Anda mungkin juga menyukai