Anda di halaman 1dari 4

Nama : Annisa Almagfirah

NIM : E011181023

FINAL KEPEMIMPINAN

(RANGKUMAN MATERI)

A. Teori Kebutuhan Abraham Maslow


Konsep dari kebutuhan dasar ini muncul ketika Abraham Maslow melakukan penelitian /
observasi terhadap monyet. Berdasarkan pengamatannya, didapatkan kesimpulan bahwa
beberapa kebutuhan lebih diutamakan dibandingkan dengan kebutuhan yang lain.
1. Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)
Kebutuhan paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan fisiologis yakni
kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik. Kebutuhan – kebutuhan
yang dimaksud seperti, makanan, minuman, oksigen, dan sebagainya. Kebutuhan-
kebutuhan fisiologis adalah potensi paling dasar dan besar bagi semua pemenuhan
kebutuhan di atasnya. Kebutuhan fisiologis berbeda dari kebutuhan-kebutuhan lain
dalam dua hal. Pertama, kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang
bisa terpuaskan sepenuhnya atau minimal bisa diatasi. Kedua, yang khas dalam
kebutuhan fisiologis adalah hakikat pengulangannya. Setelah manusia makan, mereka
akhirnya akan menjadi lapar lagi dan akan terus menerus mencari makanan dan air
lagi.
2. Kebutuhan Akan Rasa Aman (Safety / Security Needs)
Kebutuhan rasa aman yang dimaksud disini seperti, rasa aman fisik, takut, cemas,
bahaya, dan sebagainya. Serta kebutuhan secara psikis yang mengancam kondisi
kejiwaan seperti tidak diejek, tidak direndahkan, tidak stres, dan lain sebagainya.
Menurut Maslow, orang-orang yang tidak aman akan bertingkah laku sama seperti
anak-anak yang tidak aman. Seseorang yang tidak aman memiliki kebutuhan akan
keteraturan dan stabilitas secara berlebihan serta akan berusaha keras menghindari
hal-hal yang bersifat asing dan yang tidak diharapkannya.
3. Kebutuhan Akan Rasa Memiliki dan Kasih Sayang (Social Needs)
Jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi, maka
muncullah kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki-dimiliki. Semua
manusia pasti akan membutuhkan kebutuhan rasa kasih sayang dari orang – orang
terdekatnya. Bentuk akan pemenuhan kebutuhan ini seperti bersahabat, keinginan
memiliki pasangan dan keturunan, kebutuhan untuk dekat pada keluarga dan
kebutuhan antarpribadi seperti kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta.
Maslow juga mengatakan bahwa kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi
dan cinta yang menerima. Kita harus memahami cinta, harus mampu mengajarkannya,
menciptakannya dan meramalkannya.
4. Kebutuhan Akan Penghargaan (Esteem Needs)
manusia akan bebas untuk mengejar kebutuhan egonya atas keinginan untuk
berprestasi dan memiliki wibawa. Maslow menemukan bahwa setiap orang yang
memiliki dua kategori mengenai kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan yang lebih
rendah dan lebih tinggi. Sekali manusia dapat memenuhi kebutuhan untuk dihargai,
mereka sudah siap untuk memasuki gerbang aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi yang
ditemukan Maslow.
5. Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri (Self – Actualization Needs)
Tingkatan terakhir dari kebutuhan dasar Maslow adalah aktualisasi diri, yaitu
kebutuhan untuk membuktikan dan menunjukan dirinya kepada orang lain. Pada
tahap ini, seseorang mengembangkan semaksimal mungkin segala potensi yang
dimilikinya. Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan
keseimbangan, tetapi melibatkan keinginan yang terus menerus untuk memenuhi
potensi.

B. Teori Motivasi Frederick Herzberg


Hasil penelitian yang dikembangkan Herzberg bersama mahasiswanya adalah salah
satu teori motivasi, yaitu dengan Teori Dua Faktor. Teori yang diterapkan dalam lingkungan
kerja ini membahas motivasi manusia dalam lingkungan kerjanya serta dampak pada
kepuasan kerja dan kesehatan mental masing-masing pekerja. Menurut Herzberg, ada dua
faktor yang mempengaruhi motivasi pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya. Faktor
tersebut adalah:
1. Faktor Motivator. Merupakan kelompok faktor yang mendorong dan merangsang
karyawan untuk bekerja lebih baik dan produktif. Faktor-faktor tersebut diantaranya
adalah prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, serta kemajuan.
2. Faktor Hygiene. Merupakan faktor-faktor yang menimbulkan rasa ketidakpuasan
pada karyawan. Kekurangan pada faktor-faktor tersebut akan menimbulkan rasa tidak
puas, namun bukan berarti terpenuhinya faktor tersebut akan menjamin timbulnya
motivasi kerja. Yang termasuk dalam faktor ini adalah faktor atasan, lingkungan
kerja, hubungan kerja antar-individu, imbalan dan rasa aman, serta kebijakan
perusahaan.

C. Teori Kepemimpinan Transaksional


Kepemimpinan transaksional adalah model kepemimpinan dimana seorang pemimpin
lebih cenderung memberikan arahan pada bawahannya, dan memberi insentif serta hukuman
pada kinerja mereka serta menitik beratkan terhadap perilaku untuk membimbing
pengikutnya (Maulizar dan Yunus, 2012). Gaya kepemimpinan transaksional juga dikenal
sebagai kepemimpinan manajerial yang berfokus pada peran pengawasan, organisasi, dan
kinerja kelompok. Gaya kepemimpinan transaksional adalah gaya kepemimpinan dimana
pemimpin mendorong kepatuhan pengikutnya melalui dua faktor yaitu imbalan dan
hukuman. Para pemimpin dengan gaya kepemimpinan transaksional bekerja dengan cara
memperhatikan kerja karyawan untuk menemukan kesalahan dan penyimpangan. Jenis
kepemimpinan ini sangat efektif dalam situasi krisis dan darurat.
Indikator kepemimpinan transaksional dalam penelitian ini diadopsi dari penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Awan (2014) yang sebagai berikut:
1. Imbalan Kontingen (Contingent Reward) Bawahan akan menerima imbalan dari
pemimpin sesuai dengan kemampuannya dalam mematuhi prosedur tugas dan
keberhasilannya mencapai target-target yang telah ditentukan.
2. Manajemen eksepsi aktif (active management by exception) Faktor ini menjelaskan
tingkah laku pemimpin yang selalu melakukan pengawasan secara direktif terhadap
bawahannya. Pengawasan direktif yang dimaksud adalah mengawasi proses
pelaksanaan tugas bawahan secara langsung.
3. Manajemen eksepsi pasif (passive management by exception) Seorang pemimpin
transaksional akan memberikan peringatan dan sanksi kepada bawahannya apabila
terjadi kesalahan dalam proses yang dilakukan oleh bawahan yang bersangkutan.

D. Teori Kepemimpinan Transformasional


Kepemimpinan transformasional memiliki dampak yang melebihi kepemimpinan
transaksional, yaitu mengilhami dan memotivasi anak buah untuk berbuat lebih dari yang
diharapkan. Indikator langsung dari adanya kepemimpinan transformational ini terletak pada
perilaku para pengikutnya yang didasarkan pada persepsi mereka terhadap sang pemimpin.
Oleh karena itu teori ini dapat dikategorikan sebagai teori atribusi.
Bass (1990) merumuskan empat ciri yang dimiliki oleh seorang pemimpin sehingga
memiliki kualitas transformasional. Pertama, pemimpin tersebut memiliki karisma yang
diakui oleh pengikutnya (charisma), sehingga dia dapat memberikan inspirasi atau menjadi
sumber inspirasi bagi anak buahnya (inspirational). Ciri yang ke tiga adalah perilakunya dan
perhatiannya terhadap anak buah yang sifatnya individual (individualized consideration).
Artinya dia bisa memahami dan peka terhadap permasalahan dan kebutuhan tiap-tiap anak
buahnya. Hal ini tercermin dari persepsi anak buahnya yang merasa bahwa sang pemimpin
mampu memahami dirinya sebagai individu. Setiap anak buah merasa dekat dengan
pemimpinnya dan merasa mendapat perhatian khusus. Ciri yang ke empat adalah
kemampuan sang pemimpin untuk menstimulasi pemikiran atau ide-ide dari bawahannya
(intelektual stimulation). Dalam pemahaman kita mungkin bisa dikatakan bahwa pemimpin
transformasional adalah seorang pemimpin yang cerdas sehingga ide-idenya atau analisisnya
mampu memberikan pencerahan intelektual pada anak buahnya.

DAFTAR PUSTAKA
http://repo.darmajaya.ac.id/197/2/BAB%20II.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Hierarki_kebutuhan_Maslow
https://id.wikipedia.org/wiki/Frederick_Herzberg
Riyono, Bagus. 1999. Kepemimpinan Transformasional. Buletin Psikologi.

Anda mungkin juga menyukai