Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara teoritis Hukum Administrasi Negara merupakan fenomena kenegaraan dan


pemerintahan yang keberadaannya setua dengan konsepsi negara hukum atau muncul
bersamaan dengan diselenggarakannya kekuasaan negara dan pemerintahaan berdasarkan
aturan hukum tertentu. Meskipun demikian, hukum administrasi negara sebagai suatu
cabang ilmu, khususnya di wilayah hukum kontinental, baru muncul belakangan. Pada
awalnya, khususnya di negeri Belanda, hukum administrasi negara menjadi suatu
kesatuan dengan hukum tata negara dengan nama staat en administratief recht.

Good governance merupakan wujud dari penerimaan akan penting suatu


perangkat peraturan atau tata kelola yang baik untuk mengatur hubungan, fungsi dan
kepentingan berbagai pihak dalam urusan bisnis maupun pelayanan publik. Prinsip –
prinsip Good governance menjadi sangat penting dalam mewujudkan pemerintahan yang
baik. Berawal dari arti good governance maka perlu penyediaan informasi yang relevan
dan menggambarkan kinerja (performance) sektor publik yang sangat penting dalam
memberikan pertanggungjawaban akan segala aktivitas kepada semua pihak yang
berkepentingan.

Penyelenggaraan pemerintahan
lebih nyata dalam
HAN, karena di sini akan
terlihat konkrit hubungan
antara pemerintah dengan
masyarakat,
1
kualitas dari hubungan
pemerintah dengan masyarakat
inilah setidaknya dapat
dijadikan
ukuran apakah
penyelenggaraan pemerintahan
sudah baik atau belum. Di satu
sisi HAN dapat
dijadikan instrumen yuridis
oleh pemerintah dalam rangka
melakukan pengaturan,
pelayanan,
dan perlindungan bagi
masyarakat, di sisi lain HAN
memuat aturan normatif
tentang
2
bagaimana pemerintahan
dijalankan, atau sebagaimana
dikatakan Sjachran Basah,
bahwa
salah satu inti hakikat HAN
adalah untuk memungkinkan
administrasi negara untuk
menjalankan fungsinya, dan
melindungi administrasi
negara dari melakukan
perbuatan yang
salah menurut hukum. Tulisan
dalam makalah ini akan
difokuskan pada fungsi HAN
baik

3
sebagai norma, instrumen,
maupun jaminan perlindungan
bagi rakyat.identifikasi
masalah
adalah,eksitensi pemerintah
dalam konsepsi welfare state
Indonesia,tindakan
pemerintahan
dalam Negara hukum,sumber-
sumber kewenangan tindakan
pemerintahan,fungsi-fungsi
hukum admnistrasi Negara dan
fungsi normative hukum
administrasi Negara.
Penyelenggaraan pemerintahan
lebih nyata dalam
4
HAN, karena di sini akan
terlihat konkrit hubungan
antara pemerintah dengan
masyarakat,
kualitas dari hubungan
pemerintah dengan masyarakat
inilah setidaknya dapat
dijadikan
ukuran apakah
penyelenggaraan pemerintahan
sudah baik atau belum. Di satu
sisi HAN dapat
dijadikan instrumen yuridis
oleh pemerintah dalam rangka
melakukan pengaturan,
pelayanan,
5
dan perlindungan bagi
masyarakat, di sisi lain HAN
memuat aturan normatif
tentang
bagaimana pemerintahan
dijalankan, atau sebagaimana
dikatakan Sjachran Basah,
bahwa
salah satu inti hakikat HAN
adalah untuk memungkinkan
administrasi negara untuk
menjalankan fungsinya, dan
melindungi administrasi
negara dari melakukan
perbuatan yang

6
salah menurut hukum. Tulisan
dalam makalah ini akan
difokuskan pada fungsi HAN
baik
sebagai norma, instrumen,
maupun jaminan perlindungan
bagi rakyat.identifikasi
masalah
adalah,eksitensi pemerintah
dalam konsepsi welfare state
Indonesia,tindakan
pemerintahan
dalam Negara hukum,sumber-
sumber kewenangan tindakan
pemerintahan,fungsi-fungsi

7
hukum admnistrasi Negara dan
fungsi normative hukum
administrasi Negara.
Penyelenggaraan pemerintahan
lebih nyata dalam
HAN, karena di sini akan
terlihat konkrit hubungan
antara pemerintah dengan
masyarakat,
kualitas dari hubungan
pemerintah dengan masyarakat
inilah setidaknya dapat
dijadikan
ukuran apakah
penyelenggaraan pemerintahan

8
sudah baik atau belum. Di satu
sisi HAN dapat
dijadikan instrumen yuridis
oleh pemerintah dalam rangka
melakukan pengaturan,
pelayanan,
dan perlindungan bagi
masyarakat, di sisi lain HAN
memuat aturan normatif
tentang
bagaimana pemerintahan
dijalankan, atau sebagaimana
dikatakan Sjachran Basah,
bahwa

9
salah satu inti hakikat HAN
adalah untuk memungkinkan
administrasi negara untuk
menjalankan fungsinya, dan
melindungi administrasi
negara dari melakukan
perbuatan yang
salah menurut hukum. Tulisan
dalam makalah ini akan
difokuskan pada fungsi HAN
baik
sebagai norma, instrumen,
maupun jaminan perlindungan
bagi rakyat.identifikasi
masalah

10
adalah,eksitensi pemerintah
dalam konsepsi welfare state
Indonesia,tindakan
pemerintahan
dalam Negara hukum,sumber-
sumber kewenangan tindakan
pemerintahan,fungsi-fungsi
hukum admnistrasi Negara dan
fungsi normative hukum
administrasi Neg
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asas-asas umum pemerintahan yang baik?
2. Bagaimana mewujudkan Pemerintahan yang baik dalam Pelayanan Publik?
C. Manfaat dan Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui asas-asas umum pemerintahan yang baik
2. Untuk mengetahui bagaimana mewujudkan pemerintahan yang baik dalam
pelayanan public

11
BAB II

PEMBAHASAN

A. Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik

Asas-asas umum pemerintahan yang baik muncul karena adanya kewenangan bagi
administrasi negara (pemerintah) untuk bertindak secara bebas dalam melaksanakan
tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan, maka ada kemungkinan administrasi negara
(pemerintah) melakukan perbuatan yang menyimpang dari peraturan yang berlaku
sehingga menimbulkan kerugian bagi warga masyarakat. Untuk itu, asas-asas umum
pemerintahan yang baik muncul sebagai upaya peningkatan perlindungan hukum bagi
warga masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Asas-asas umum pemerintahan yang baik diantaranya sebagai berikut:

 Komisi de Monchy

Istilah asas-asas umum pemerintahan yang baik pertama kali lahir dari
laporan panitia (komisi) de Monchy di Nederland pada tahun 1950. Di Indonesia
asa tersebut telah dituangkan ke dalam peraturan perundang-undangan, seperti:
tertuang dalam ketentuan UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, dan UU Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Dalam laporan komisi yang dibentuk oleh Pemerintah Belanda yang


diketuai oleh Mr. De Monchy, bertugas menyelidiki cara-cara perlindungan
hukum bagi warga masyarakat. Komisi ini telah berhasil menyusun asas-asas
umum untuk melaksanakan suatu pemerintahan yang baik dengan nama The
General of Good Government.

Asas-asas umum yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Asas Kepastian Hukum (Principles of Legal Security)

Asas ini menghendaki dihormatinya hak yang telah diperoleh


seseorang berdasarkan suatu keputusan pejabat administrasi negara.
Artinya, pemerintah di dalam menjalankan wewenangnya haruslah sesuai
dengan aturan-aturan hukum yang telah ditetapkannya. Pemerintah harus

12
menghormati hak-hak seseorang yang telah diperoleh dari pemerintah dan
tidak boleh ditarik kembali. Pemerintah harus konsekuen atas
keputusannya demi terciptanya suatu kepastian hukum.

2. Asas Keseimbangan (Principles of Proportionality)

Asas ini menghendaki proporsi yang wajar dalam penjatuhan


hukuman (sanksi) terhadap pegawai yang melakukan kesalahan. Artinya,
ada keseimbangan antara pemberian sanksi terhadap suatu kesalahan
seorang pegawai, janganlah hukuman bagi seseorang berlebihan
dibandingkan dengan kesalahannya.

Pelaksanaan asas ini mengacu pada UU Nomor 5 Tahun 1986


tentang Peradilan Tata Usaha Negara, sebagaimana telah diubah dengan
UU Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU Nomor 5 Tahun
1986 Jo UU Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas UU
Nomor 5 Tahun 1986, khususnya mengenai gugatan individu atas putusan
pejabat administrasi negara

3. Asas Kesamaan (Principles of Equality)


Asas ini menghendaki adanya kesamaan di hadapan hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan, tanpa
kecuali.
4. Asas Bertindak Cermat (Principles of Carefulness)
Asas ini menghendaki agar administrasi negara senantiasa
bertindak secara hati-hati agar tidak menimbulkan kerugian bagi
masyarakat.
5. Asas Motivasi untuk Setiap Keputusan (Principles of Motivation)

Asas ini menghendaki agar dalam mengambil keputusan pejabat


administrasi negara bersandar pada alasan atau motivasi yang cukup yang
sifatnya benar, adil, dan jelas. Artinya. Setiap keputusan pemerintah harus
mempunyai motivasi (alasan) yang benar, adil, dan jelas.

6. Asas Jangan Mencampur Adukan Kewenangan (Principles of Non Missue


of Competence)

13
Asas ini menghendaki agar dalam mengambil keputusan pejabat
administrasi negara tidak menggunakan kewenangan atas kekuasaan di
luar maksud pemberian kewenangan atau kekuasaan itu.

7. Asas Permainan yang Layak (Principles of Fair Play)

Asas ini menghendaki agar pejabat administrasi negara


memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk
mendapatkan informasi yang benar dan adil serat memberi pula
kesempatan yang luas untuk menuntut kebenaran dan keadilan.

8. Asas Keadilan atau Kewajaran (Principles of Reasonable or Prohibition of


Arbitrariness)

Asas ini menghendaki agar dalam melakukan tindakan


pemerintahan tidak berlaku sewenang-wenang atau berlaku tidak layak.

9. Asas Menghadapi Pengharapan yang Wajar (Principles of Meeting Raised


Expectation)

Asas ini menghendaki agar tindakan pemerintah dapat


menimbulkan harapan-harapan yang wajar bagi yang berkepentingan.

10. Asas Meniadakan Akibat Suatu Keputusan yang Batal

Asas ini menghendaki jika terjadi pembatalan atas suatu keputusan,


maka akibat dari keputusan yang dibatalkan itu dihilangkan, sehingga yang
bersangkutan (terkena putusan) harus diberikan ganti kerugian atau
rehabilitas.

11. Asas Perlindungan atas Pandangan Hidup Pribadi (Principles of


Protecting The Personal Way of Life)

Asas ini menghendaki agar setiap pegawai negeri diberi kebebasan


atau hak untuk mengatur kehidupan pribadinya sesuai dengan pandangan
(cara) hidup yang dianutnya.

14
12. Asas Kebijaksanaan (Principles of Wisdom – Sapientia)
Asas ini menghendaki agar dalam melaksanakan tugasnya
pemerintah diberi kebebasan untuk melakukan kebijaksanaan tanpa harus
selalu menunggu instruksi.
13. Asas Penyelenggaraan Kepentingan Umum (Principles of Public Service)

Asas ini menghendaki agar dalam menyelenggarakan tugasnya


pemerintah selalu mengutamakan kepentingan umum.

 Menurut Para Ahli

Menurut W. J. S. Poerwadarminta, pengertian asas adalah: (1) Dasar,


alas, pondamen; misalnya: batu yang baik untuk asas rumah; (2 )Sesuatu
kebenaran yang menjadi pokok atau tumpuan berpikir (berpendapat dan
sebagainya); misalnya: bertentangan dengan asas-asas hukum pidana, pada
asasnya saya setuju dengan usul saudara; (3) Cita-cita yang menjadi dasar
(perkumpulan, negara dan sebagainya); misalnya; membicarakan asas tujuan
perserikatan. Rumusan lain dari asas itu sendiri, menurut C.W. Paton adalah: “A
principle is the broad reason, which lies at the base of a rule of law” (Asas adalah
suatu alam pikiran yang dirumuskan secara luas dan yang mendasari adanya suatu
norma hukum). Dalam kepustakaan hukum Belanda, Asas-Asas Umum
Pemerintahan yang Baik (AAUPB) dikenal dengan sebutan Algemene Beginselen
van Behoorllijke Bestuur (ABBB).

Di Perancis disebut dengan Les Principaux Generaux du Droit Coutumier.


Di Inggris dikenal dengan The Principal of Natural Justice. Di Jerman dikenal
sebagai Verfassung Prinzipien. Di Indonesia dikenal dengan Asas-Asas Umum
Pemerintahan yang Baik (AAUPB). Dalam perkembangan selanjutnya kita juga
mendengar sebutan thegeneral principles of good administration. Olden Bidara
mengutip pandangan dari F.H. Van der Burg dan G.J.M. Cartigny,
mengemukakan bahwa AAUPB adalah “asas-asas hukum tidak tertulis yang harus
diperhatikan oleh badan atau pejabat administrasi negara dalam melakukan
tindakan hukum yang akan dinilai kemudian oleh hakim administrasi”.

Ridwan HR memberikan penjelasan tentang Asas-Asas Umum


Pemerintahan yang Baik sebagai berikut bahwa Pemahaman mengenai AAUPB

15
tidak hanya dapat dilihat dari segi kebahasaan saja namun juga dari segi
sejarahnya, karena asas ini timbul dari sejarah juga. Dengan bersandar pada kedua
konteks ini, Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik dapat dipahami sebagai
asas-asas umum yang dijadikan dasar dan tata cara dalam penyelenggaraan
pemerintahan yang layak, yang dengan cara demikian penyelenggaraan
pemerintahan menjadi baik, sopan, adil, terhormat, bebas dari kedzaliman,
pelanggaran peraturan, tindakan penyalahgunaan wewenang, dan tindakan
sewenang-wenang. Berbeda dari pemahaman sebelumnya, Jazim Hamidi memberi
pengertian tentang Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB), antara
lain:

 AAUPB merupakan nilai-nilai etik yang hidup dan berkembang dalam


lingkungan hukum Administrasi Negara;
 AAUPB berfungsi sebagai pegangan bagi para pejabat administrasi
negara dalam menjalankan fungsinya, merupakan alat uji bagi hakim
administrasi dalam menilai tindakan administrasi negara (yang
berwujud penetapan atau beschikking) dan sebagai dasar pengajuan
gugatan bagi pihak penggugat;
 Sebagian besar dari AAUPB masih merupakan asas-asas yang tidak
tertulis, masih abstrak, dan dapat digali dalam praktik kehidupan di
masyarakat;
 Sebagian asas yang lain sudah menjadi kaidah hukum tertulis dan
terpencar dalam berbagai peraturan hukum positif.

Berbeda dengan Jazim Hamidi, SF Marbun mengemukakan bahwa


AAUPB sebagai hukum tidak tertulis bukanlah etika atau moral, akan tetapi lebih
merupakan hukum tidak tertulis yang mempunyai kekuatan mengikat dan sanksi
yang dapat dipaksakan. Pendapat yang serupa juga dikuatkan oleh Ridwan HR,
yang mengemukakan bahwa AAUPB bukanlah keenderungan etik atau moral tapi
hukum yang tidak tertulis.

Istilah Algemene Beginselen van Behoorllijke Bestuur (ABBB) dilihat dari


kelahirannya adalah dalam rangka meningkatkan perlindungan hukum (verhoogde
rechtsbescherming) rakyat dari tindakan pemerintah, yang selanjutnya
berkembangan dan diterapkan dilingkungan peradilan untuk menguji

16
(toetsingsground) tidakan pemerintah yang bersifat keputusan (beschikkking)
namun kemudian AAUPB diakui sebagai prinsip yang dijadikan pedoman bagi
pememerintah dalam menjalan tugas pemerintahan, yang diakui dan ditempatkan
sebagai hukum tidak tertulis.

Dalam berbagai undang-undang yang mengatur mengenai peradilan


administrasi di Nederland, AAUPB disebut sebagai dasar banding atau pengujian
Pasal 8 ayat (1) dibawah wet AROB/Administrative Rechtspraak
Overheidsbeschikkingen). Dalam perkembangan selanjutnya di negeri Belanda
AAUPB kemudian mendapatkan tempat dan diakui sebagai hukum tidak tertulis,
yang senantiasa ditaati oleh pemerintah. Selain itu AAUPB dapat juga disebut
sebagai asas-asas hukum tidak tertulis, dimana dalam keadaan-keadaan tertentu
dapat dijadikan sebagai acuan untuk menggali hukum-hukum tertentu. Jazim
Hamidi mengemuakakan bahwa sebagian besar AAUPB masih merupakan hukum
yang tidak tertulis. Para pakar Hukum Administrasi negara seperti H.D van
Wijk/Willem Koninjnenbelt dan J.B.J.M TEN Berge menyatakan bahwa
kedudukan AAUPB adalah sebagai hukum yang tidak tertulis. Philipus M. Hajon
berpendapat bahwa AAUPB harus dipandang sebagai norma hukum yang tidak
tertulis.

 Menurut UU Nomor 28 Tahun 1999 jo. UU Nomor 32 Tahun 2004


Dalam UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, Pasal 1 angka 6 dosebutkan
bahwa asas umum pemerintahan negara yang baik adalah asas yang
menjunjung tinggi norma kesusilaan, kepatuhan, dan norma hukum, untuk
mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi,
kolusi, nepotisme.
Penyelenggaraan pemerintahan (termasuk pemerintahan daerah) berpedoman
pada asas umu penyelenggaraan negara/pemerintahan sebagaimana daitur
dalam ketentuan UU nomot 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme jo. UU Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, terdiri atas:
1. Asas Kepastian Hukum
2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara/Pemerintahan
3. Asas Kepentingan Umum
17
4. Asas Keterbukaan
5. Asas Proposionalitas
6. Asas Profesionalitas
7. Asas Akuntabilitas
8. Asas Efisiensi
9. Asas Efektivitas

Selanjutnya, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)


merumuskan ada 14 indikator (prinsip) tata laksana pemerintahan yang baik dan
bertanggung jawab beserta maknanya, sebagai berikut:

1. Wawasan ke depan (visionary)


2. Keterbukaan dan transparansi (openness and tarnsparancy)
3. Partisipasi masyarakat (participation)
4. Tanggung gugat (accountability)
5. Supremasi hukum (rule of law)
6. Demokrasi (democracy)
7. Profesionalisme dan kompetensi (profesionalism and competency)
8. Daya tanggap (responsiviness)
9. Keefisienan dan keefektifan (effeciency and effectiveness)
10. Desentralisasi (decentralization)
11. Kemitraan dengan dunia usaha swasta dan masyarakat (private
sector and civil society pernership)
12. Komitmen pada pengurangan kesenjangan (commitment to reduce
inequality)
13. Komitmen pada lingkungan hidup (commitment to environtmental
protection)
14. Komitmen pasar yang fair (commitment to fair market)
B. Mewujudkan Pemerintahan yang Baik dalam Pelayanan Publik
1. Konsep Pemerintahan yang Baik

Istilah pemerintahan yang baik lazim pula disebut dengan istilah yang
lebih popular good governance. Good governance menjadi sangat popular di
Indonesia antara lain melalui Conference on Good Governance in East Asia yang
diselenggarakan di Jakarta tanggal 17-18 November tahun 1999 atas prakarsa

18
CSIS (Central For Strategic and International Studies). Istilah good governance
maupun governance, hingga saat ini belum ada istilah baku dalam bahasa
Indonesia. Ada yang menerjemah tata pemerintahan dan ada pula yang
menerjemahkan kepemerintahan. Dalam UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Program Pembangunan Nasional (Propernas) digunakan istilah pemerintahan yang
baik dalam konteks mewujudkan supremasi publik dan pemerintahan yang baik.

Dari sudut pandang publik administrasi Negara, konsep good governance


berkaitan dengan aktivitas pelaksanaan fungsi untuk menyelenggarakan
kepentingan umum. Good governance berkenaan dengan penyelenggaraan tiga
tugas dasar pemerintah, yaitu :

a. Menjamin keamanan setiap orang dan masyarakat (to guarantee the


security of all persons and society it self),
b. Mengelola suatu struktur yang efektif untuk sektor public, sektor
swasta dan masyarakat (to manage an effective framework for the
public sector, the private sector and civil society),
c. Memajukan sasaran ekonomi, social dan bidang lainnya sesuai dengan
kehendak rakyat (to promote economic, social and other aims in
accordance with the wisches of the population).

Good governance berhubungan erat dengan hak-hak asasi manusia. Kajian


hokum administrasi Negara menunjukkan bahwa hokum administrasi Negara
berfungsi melindungi hak-hak asasi berkenaan dengan penggunaan kekuasaan
memerintah dan berkenaan dengan perilaku aparat dalam melaksanakan pelayanan
public. Penggunaan kekuasaan pemerintahan bertumpu atas ada legalitas
(rechtmatigheid). Jadi secara konseptual dapat dipahami bahwa good governance
menunjukkan suatu proses penyelenggaraan manajemen pemerintahan yang
demokrasi, efisien, dan pemerintahan yang bebas dan bersih dari korupsi, kolusi,
suap, dan gratifikasi.

Dalam workshop “Best Practices Reformasi Birokrasi”, di Surakarta,


Bupati Jembrana I Gede Winasa mengungkapkan dalam konsep good dovernance
pada hakikatnya didukung oleh tiga kaki, yakni :

19
a. Tata pemerintahan di bidang politik dimaksudkan sebagai proses
pembuatan keputusan untuk formulasi kebijakan public.
Penyusunannya baik yang dilakukan oleh birokrasi maupun birokrasi
bersama politisi. Partisipasi masyarakat dalam proses ini tidak hanya
pada tataran implementasi, melainkan mulai dari formulasi,
implementasi, sampai evaluasi,
b. Tata pemerintahan di bidang ekonomi, meliputi proses pembuatan
keputusan untuk memfasilitasi aktivitas ekonomi di dalam negeri dan
interaksi di antara para penyelenggara ekonomi. Sektor pemerintahan
diharapkan tidak terlampau banyak campur dan terjun langsung pada
sektor ekonomi karena bisa menimbulkan distorsi mekanisme pasar,
c. Tata pemerintahan di bidang administrasi adalah berisi implementasi
kebijakan yang telah diputuskan oleh institusi politik.

Hubungan ketiga komponen tersebut akan dapat sinergis apabila masing-


masing memahami posisi dan tugasnya. Permasalahannya adalah kesenjangan
pada ketiga komponen itu sangat tinggi. Maka pemerintah harus melakukan upaya
pemberdayaan menuju kemandirian melalui suatu sistem pelayanan publik yang
optimal.

2. Pemerintahan yang Baik dalam Perspektif Pelayanan Publik

Pelayanan public (public service) adalah produk yang dihasilkan oleh


pemerintah kepada masyarakat. Dalam hubungan pemerintah dengan masyarakat,
semakin maju suatu masyarakat makin meningkat pula kesadaran akan haknya,
maka pelayanan ublic menjadi suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh
pemerintah.

Permasalahan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh organisasi


pemerintahan merupakan suatu hal yang menarik untuk diperdebatkan. Seperti
yang dikemukakan oleh Agus Dwiyanto, bahwa pelayanan publik selama ini
telah menjadi ranah di mana Negara yang diwakili oleh organisasi pemerintah
berinteraksi langsung dengan pihak non-pemerintaha. Dalam ranah ini telah
terjadi pergumulan yang sangat intensif antara pemerintah dengan warga, baik-
buruknya dalam pelayanan public sangat dirasakan oleh masyarakat. Hal ini dapat
dibuktikan, jika terjadi perubahan signifikan dalam pelayanan publik dengan

20
sendirinya manfaat dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat.
Keberhasilan dalam mewujudkan praktik pemerintahan yang baik dalam
pelayanan public mampu membangkitkan dukungan dan kepercayaan masyarakat.

Dengan demikian, pemerintah sebagai unsur pelayan public dituntut lebih


kreatif, inovatif, dan cerdas mengekspresikan mana yang harus dilakukan dengan
skala prioritas, serta mampu membedakan antara yang urgent dan yang tidak,
perlu dilakukan dengan mempertimbangkan keterbatasan sumber daya
menghemat dan menambah sumber publik melalui investasi publik dengan tidak
membebani masyarakat titik misalnya, masalah perizinan titik. Dalam hal ini
pemerintah untuk meningkatkan pelayanan publik dan perekonomian daerah
dituntut meningkatkan profesionalisme, termasuk penataan bidang perizinan guna
meningkatkan pelayanan publik karena perizinan adalah unsur yang sangat
diperhatikan para pelaku bisnis dalam menanamkan investasinya di daerah.

Secara umum hambatan sistem perizinan di Indonesia khususnya di daerah


setelah dikeluarkannya Kebijakan otonomi daerah adalah :

a. Belum adanya sistem perizinan yang baku dan komprehensif,


b. Banyak berbagai instansi yang mengeluarkan izin,
c. Tersebarnya peraturan tentang perizinan dalam berbagai peraturan
perundang-undangan,
d. Diadakannya suatu izin hanya didasarkan semata-mata kepada tujuan
pemasukan bagi pendapatan daerah (peningkatan pendapatan asli
daerah)

Beragamnya organ pemerintahan yang berwenang memberikan izin, dapat


menyebabkan tujuan dari kegiatan yang membutuhkan izin menjadi terhambat,
bahkan tidak mencapai sasaran titik Dalam hal ini campur tangan pemerintah
dalam bentuk regulasi perizinan akan melahirkan kejenuhan bagi masyarakat yang
membutuhkan izin. Terlebih lagi dengan otonomi daerah, muncul suatu
permasalahan baru dimana izin dijadikan sebagai salah satu alat untuk mengeruk
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan cenderung berbelit-belit.

Hasil analisis publik yang dilakukan oleh Universitas Gadjah Mada pada
tahun 2002, secara umum stakeholder menilai bahwa kualitas pelayanan publik

21
mengalami perbaikan setelah diberlakukannya otonomi daerah. Namun, dilihat
dari sisi efisiensi dan efektivitas, responsivitas, kesamaan perlakuan (tidak
diskriminatif) masih jauh dari yang diharapkan dan masih memiliki beberapa
kelemahan yang diantaranya, adalah :

a. Kurang responsif, kondisi ini terjadi pada hamper semua tingkatan


unsur pelayanan, mulai pada tingkatan petugas sampai pada tingkatan
pertanggungjawaban instansi;
b. Kurang inovatif, berbagai macam informasi yang seharusnya
disampaikan kepada masyarakat menjadi terlambat atau bahkan tidak
sampai;
c. Kurang accessible, berbagai unit pelaksana pelayanan public jauh dari
jangkauan masyarakat;
d. Kurang koordinasi, berbagai unit pelaksana pelayanan public yang
terkait satu dengan yang lainnya sangat kurang koordinasi;
e. Birokratis (khususnya dalam masalah perizinan)
f. Kurang mau mendengar keluhan saran dan aspirasi masyarakat
g. Tidak efisien, berbagai persyaratan yang diperlukan seringkali tidak
relevan.

Selain kelemahan yang diuraikan tersebut, juga dapat diidentifikasi


kelemahan lainnya berupa sisi kelembagaan di mana kelemahan utama terletak
pada sisi organisasi yang tidak dirancang khusus dalam rangka pemberian
pelayanan publik, syarat dan dengan hierarki yang membuat birokrasi menjadi
berbelit-belit dan tidak terkoordinasi.

Mengatasi masalah yang demikian ini maka unsur profesionalisme


merupakan hal yang mutlak. Karena profesionalisme berkaitan erat dengan
pelayanan, maka perizinan yang berbelit-belit harus dipangkas demi lancarnya
urusan untuk memenuhi keperluan masyarakat dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan masyarakat itu sendiri.

Ruang lingkup pelayanan publik tersebut meliputi: pendidikan,


pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal, komunikasi dan informasi,
lingkungan hidup, kesehatan, jaminan public, energy, perbankan, perhubungan

22
sumber daya alam, pariwisata dan sektor lain yang terkait (Pasal 5 ayat 2 UU
Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik)

Pelayanan barang publik dimaksud meliputi :

a. Pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh instansi


pemerintah yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari
anggaran pendapatan dan belanja public dan atau anggaran pendapatan
dan belanja daerah;
b. Pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh suatu
badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya
bersumber dari kekayaan publik dan atau kekayaan daerah yang
dipisahkan;
c. Pengadaan dan penyaluran barang publik yang pembiayaannya tidak
bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja ublic atau anggaran
pendapatan dan belanja daerah atau badan usaha yang modal
pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan
publik dan atau kekayaan daerah yang dipisahkan, tetapi
ketersediaannya menjadi misi publik yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan (Pasal 5 ayat 3 UU Nomor 25 Tahun 2009).

Dengan demikian, pelayanan barang publik adalah pelayanan yang


menghasilkan berbagai bentuk/jenis barang yang digunakan oleh publik. Misalnya
jaringan telepon, penyediaan tenaga listrik, dan penyediaan air bersih.

Pelayanan atas jasa publik yang dimaksud meliputi :

a. Penyediaan jasa publik oleh instansi pemerintah yang sebagian atau


seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
publik dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah;
b. Penyediaan jasa ublic oleh suatu badan usaha yang modal
pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan
publik dan atau kekayaan daerah yang dipisahkan;
c. Penyediaan jasa publik yang pembiayaannya tidak bersumber dari
Anggaran pendapat dan belanja publik atau anggaran pendapatan dan
belanja daerah atau badan usaha yang modal pendiriannya sebagian

23
atau seluruhnya bersumber dari kekayaan publik dan/atau kekayaan
daerah yang dipisahkan, tetapi ketersediaannya menjadi misi publik
yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan (Pasal 5 ayat 4
UU Nomor 25 Tahun 2009).

Jadi pelayanan atas jasa dimaksud adalah pelayanan yang menghasilkan


berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan oleh publik. Misalnya pendidikan,
pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan transportasi, dan pos.

Pelayanan publik administratif dimaksud meliputi :

a. Tindakan publik administrative pemerintah yang diwajibkan oleh


publik dan diatur dalam peraturan perundang-undangan dalam
rangka mewujudkan perlindungan pribadi, keluarga kehormatan,
martabat, dan harta benda.
b. Tindakan publik administratif oleh instansi non pemerintah yang
diwajibkan oleh publik dan diatur dalam peraturan perundang-
undangan serta diterapkan berdasarkan perjanjian dengan penerima
pelayanan (Pasal 5 ayat 7 UU Nomor 25 Tahun 2009).

Pelayanan publik administratif dimaksud adalah pelayanan yang


menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik.
Misalnya, status kewarganegaraan, sertifikat kompetensi, kepemilikan atau
penguasaan terhadap suatu barang dan sebagainya. Dokumen-dokumen tersebut
mencakup antara lain: Kartu Tanda Penduduk (KTP), akte pernikahan, akta
kelahiran, akte kematian, Buku Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB), Surat
Izin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), Izin Mendirikan
Bangunan (IMB), paspor, dan sertifikat kepemilikan/ penguasaan tanah.

Untuk itu, pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan


masyarakat oleh penyelenggara publik. Dalam hal ini publik didirikan oleh
masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Secara teoritis, tujuan pelayanan public pada dasarnya adalah memuaskan


masyarakat. Untuk mencapai kepuasan dimaksud dituntut kualitas pelayanan
prima yang tercermin dari:

24
a. Transparansi, yaitu pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan
dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan serta
disediakan secara memadai serta mudah dimengerti;
b. Akuntabilitas, yaitu pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. Kondisional, yaitu pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan
kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap
berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas;
d. Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta
masyarakat dalam penyelenggaraan pelayan publik dengan
memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat;
e. Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan
diskriminasi dilihat dari aspek apapun, khususnya suku, ras, agama,
golongan, dan status.

25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemerintahan yang baik secara konseptual, mempunyai pengertian bahwa kata
baik atau good dalam istilah kepemerintahan yang baik yang memiliki makna bahwa
good governance telah mengandung dua pemahaman: Pertama, nilai yang menjunjung
tinggi keinginan/kehendak rakyat, dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan
rakyat dalam pencapaian tujuan (nasional) kemandirian, pembangunan, berkelanjutan,
dan keadilan sosial. Kedua, aspek fungsional dari pemerintah yang efektif dan efisien
dalam pelaksanaan tugasnya 2 untuk mencapai tujuan tersebut.

Pelaksanaan fungsi-fungsi
HAN adalah dengan membuat
penormaan kekuasaan,
mendasarkan pada asas
legalitas dan persyaratan,
sehingga memberikan jaminan
perlindungan baik bagi
administrasi negara maupun
warga masyarakat. Upaya
meningkatkan

26
penyelenggaraan pemerintahan
antara lain dengan pengawasan
lembaga peradilan,
pengawasan masyarakat, dan
pengawasan melalui lembaga
ombusdman. Di samping itu
juga
dengan menerapkan asas-asas
umum pemerintahan yang
baik.
B. Saran
Agar penyelenggaraan pemerintahan berjalan dengan baik, maka sebaiknya
pengawasan lembaga peradilan masyarakat dilakukan dengan efektif. Di samping itu
pemerintah sebaiknya memperhatikan dan menerapkan asas-asas umum pemerintahan
yang baik. Agar dapat mencapai implementasi hukum administrasi Negara yang baik.

27
DAFTAR PUSTAKA

https://www.researchgate.net/publication/336889009_PELAKSANAAN_FUNGSI_HUKUM
_ADMINISTRASI_NEGARA_DALAM_MEWUJUDKAN_PEMERINTAHAN_YANG_B
AIK

28

Anda mungkin juga menyukai