PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyelenggaraan pemerintahan
lebih nyata dalam
HAN, karena di sini akan
terlihat konkrit hubungan
antara pemerintah dengan
masyarakat,
1
kualitas dari hubungan
pemerintah dengan masyarakat
inilah setidaknya dapat
dijadikan
ukuran apakah
penyelenggaraan pemerintahan
sudah baik atau belum. Di satu
sisi HAN dapat
dijadikan instrumen yuridis
oleh pemerintah dalam rangka
melakukan pengaturan,
pelayanan,
dan perlindungan bagi
masyarakat, di sisi lain HAN
memuat aturan normatif
tentang
2
bagaimana pemerintahan
dijalankan, atau sebagaimana
dikatakan Sjachran Basah,
bahwa
salah satu inti hakikat HAN
adalah untuk memungkinkan
administrasi negara untuk
menjalankan fungsinya, dan
melindungi administrasi
negara dari melakukan
perbuatan yang
salah menurut hukum. Tulisan
dalam makalah ini akan
difokuskan pada fungsi HAN
baik
3
sebagai norma, instrumen,
maupun jaminan perlindungan
bagi rakyat.identifikasi
masalah
adalah,eksitensi pemerintah
dalam konsepsi welfare state
Indonesia,tindakan
pemerintahan
dalam Negara hukum,sumber-
sumber kewenangan tindakan
pemerintahan,fungsi-fungsi
hukum admnistrasi Negara dan
fungsi normative hukum
administrasi Negara.
Penyelenggaraan pemerintahan
lebih nyata dalam
4
HAN, karena di sini akan
terlihat konkrit hubungan
antara pemerintah dengan
masyarakat,
kualitas dari hubungan
pemerintah dengan masyarakat
inilah setidaknya dapat
dijadikan
ukuran apakah
penyelenggaraan pemerintahan
sudah baik atau belum. Di satu
sisi HAN dapat
dijadikan instrumen yuridis
oleh pemerintah dalam rangka
melakukan pengaturan,
pelayanan,
5
dan perlindungan bagi
masyarakat, di sisi lain HAN
memuat aturan normatif
tentang
bagaimana pemerintahan
dijalankan, atau sebagaimana
dikatakan Sjachran Basah,
bahwa
salah satu inti hakikat HAN
adalah untuk memungkinkan
administrasi negara untuk
menjalankan fungsinya, dan
melindungi administrasi
negara dari melakukan
perbuatan yang
6
salah menurut hukum. Tulisan
dalam makalah ini akan
difokuskan pada fungsi HAN
baik
sebagai norma, instrumen,
maupun jaminan perlindungan
bagi rakyat.identifikasi
masalah
adalah,eksitensi pemerintah
dalam konsepsi welfare state
Indonesia,tindakan
pemerintahan
dalam Negara hukum,sumber-
sumber kewenangan tindakan
pemerintahan,fungsi-fungsi
7
hukum admnistrasi Negara dan
fungsi normative hukum
administrasi Negara.
Penyelenggaraan pemerintahan
lebih nyata dalam
HAN, karena di sini akan
terlihat konkrit hubungan
antara pemerintah dengan
masyarakat,
kualitas dari hubungan
pemerintah dengan masyarakat
inilah setidaknya dapat
dijadikan
ukuran apakah
penyelenggaraan pemerintahan
8
sudah baik atau belum. Di satu
sisi HAN dapat
dijadikan instrumen yuridis
oleh pemerintah dalam rangka
melakukan pengaturan,
pelayanan,
dan perlindungan bagi
masyarakat, di sisi lain HAN
memuat aturan normatif
tentang
bagaimana pemerintahan
dijalankan, atau sebagaimana
dikatakan Sjachran Basah,
bahwa
9
salah satu inti hakikat HAN
adalah untuk memungkinkan
administrasi negara untuk
menjalankan fungsinya, dan
melindungi administrasi
negara dari melakukan
perbuatan yang
salah menurut hukum. Tulisan
dalam makalah ini akan
difokuskan pada fungsi HAN
baik
sebagai norma, instrumen,
maupun jaminan perlindungan
bagi rakyat.identifikasi
masalah
10
adalah,eksitensi pemerintah
dalam konsepsi welfare state
Indonesia,tindakan
pemerintahan
dalam Negara hukum,sumber-
sumber kewenangan tindakan
pemerintahan,fungsi-fungsi
hukum admnistrasi Negara dan
fungsi normative hukum
administrasi Neg
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asas-asas umum pemerintahan yang baik?
2. Bagaimana mewujudkan Pemerintahan yang baik dalam Pelayanan Publik?
C. Manfaat dan Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui asas-asas umum pemerintahan yang baik
2. Untuk mengetahui bagaimana mewujudkan pemerintahan yang baik dalam
pelayanan public
11
BAB II
PEMBAHASAN
Asas-asas umum pemerintahan yang baik muncul karena adanya kewenangan bagi
administrasi negara (pemerintah) untuk bertindak secara bebas dalam melaksanakan
tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan, maka ada kemungkinan administrasi negara
(pemerintah) melakukan perbuatan yang menyimpang dari peraturan yang berlaku
sehingga menimbulkan kerugian bagi warga masyarakat. Untuk itu, asas-asas umum
pemerintahan yang baik muncul sebagai upaya peningkatan perlindungan hukum bagi
warga masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Komisi de Monchy
Istilah asas-asas umum pemerintahan yang baik pertama kali lahir dari
laporan panitia (komisi) de Monchy di Nederland pada tahun 1950. Di Indonesia
asa tersebut telah dituangkan ke dalam peraturan perundang-undangan, seperti:
tertuang dalam ketentuan UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, dan UU Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
12
menghormati hak-hak seseorang yang telah diperoleh dari pemerintah dan
tidak boleh ditarik kembali. Pemerintah harus konsekuen atas
keputusannya demi terciptanya suatu kepastian hukum.
13
Asas ini menghendaki agar dalam mengambil keputusan pejabat
administrasi negara tidak menggunakan kewenangan atas kekuasaan di
luar maksud pemberian kewenangan atau kekuasaan itu.
14
12. Asas Kebijaksanaan (Principles of Wisdom – Sapientia)
Asas ini menghendaki agar dalam melaksanakan tugasnya
pemerintah diberi kebebasan untuk melakukan kebijaksanaan tanpa harus
selalu menunggu instruksi.
13. Asas Penyelenggaraan Kepentingan Umum (Principles of Public Service)
15
tidak hanya dapat dilihat dari segi kebahasaan saja namun juga dari segi
sejarahnya, karena asas ini timbul dari sejarah juga. Dengan bersandar pada kedua
konteks ini, Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik dapat dipahami sebagai
asas-asas umum yang dijadikan dasar dan tata cara dalam penyelenggaraan
pemerintahan yang layak, yang dengan cara demikian penyelenggaraan
pemerintahan menjadi baik, sopan, adil, terhormat, bebas dari kedzaliman,
pelanggaran peraturan, tindakan penyalahgunaan wewenang, dan tindakan
sewenang-wenang. Berbeda dari pemahaman sebelumnya, Jazim Hamidi memberi
pengertian tentang Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB), antara
lain:
16
(toetsingsground) tidakan pemerintah yang bersifat keputusan (beschikkking)
namun kemudian AAUPB diakui sebagai prinsip yang dijadikan pedoman bagi
pememerintah dalam menjalan tugas pemerintahan, yang diakui dan ditempatkan
sebagai hukum tidak tertulis.
Istilah pemerintahan yang baik lazim pula disebut dengan istilah yang
lebih popular good governance. Good governance menjadi sangat popular di
Indonesia antara lain melalui Conference on Good Governance in East Asia yang
diselenggarakan di Jakarta tanggal 17-18 November tahun 1999 atas prakarsa
18
CSIS (Central For Strategic and International Studies). Istilah good governance
maupun governance, hingga saat ini belum ada istilah baku dalam bahasa
Indonesia. Ada yang menerjemah tata pemerintahan dan ada pula yang
menerjemahkan kepemerintahan. Dalam UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Program Pembangunan Nasional (Propernas) digunakan istilah pemerintahan yang
baik dalam konteks mewujudkan supremasi publik dan pemerintahan yang baik.
19
a. Tata pemerintahan di bidang politik dimaksudkan sebagai proses
pembuatan keputusan untuk formulasi kebijakan public.
Penyusunannya baik yang dilakukan oleh birokrasi maupun birokrasi
bersama politisi. Partisipasi masyarakat dalam proses ini tidak hanya
pada tataran implementasi, melainkan mulai dari formulasi,
implementasi, sampai evaluasi,
b. Tata pemerintahan di bidang ekonomi, meliputi proses pembuatan
keputusan untuk memfasilitasi aktivitas ekonomi di dalam negeri dan
interaksi di antara para penyelenggara ekonomi. Sektor pemerintahan
diharapkan tidak terlampau banyak campur dan terjun langsung pada
sektor ekonomi karena bisa menimbulkan distorsi mekanisme pasar,
c. Tata pemerintahan di bidang administrasi adalah berisi implementasi
kebijakan yang telah diputuskan oleh institusi politik.
20
sendirinya manfaat dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat.
Keberhasilan dalam mewujudkan praktik pemerintahan yang baik dalam
pelayanan public mampu membangkitkan dukungan dan kepercayaan masyarakat.
Hasil analisis publik yang dilakukan oleh Universitas Gadjah Mada pada
tahun 2002, secara umum stakeholder menilai bahwa kualitas pelayanan publik
21
mengalami perbaikan setelah diberlakukannya otonomi daerah. Namun, dilihat
dari sisi efisiensi dan efektivitas, responsivitas, kesamaan perlakuan (tidak
diskriminatif) masih jauh dari yang diharapkan dan masih memiliki beberapa
kelemahan yang diantaranya, adalah :
22
sumber daya alam, pariwisata dan sektor lain yang terkait (Pasal 5 ayat 2 UU
Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik)
23
atau seluruhnya bersumber dari kekayaan publik dan/atau kekayaan
daerah yang dipisahkan, tetapi ketersediaannya menjadi misi publik
yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan (Pasal 5 ayat 4
UU Nomor 25 Tahun 2009).
24
a. Transparansi, yaitu pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan
dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan serta
disediakan secara memadai serta mudah dimengerti;
b. Akuntabilitas, yaitu pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. Kondisional, yaitu pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan
kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap
berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas;
d. Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta
masyarakat dalam penyelenggaraan pelayan publik dengan
memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat;
e. Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan
diskriminasi dilihat dari aspek apapun, khususnya suku, ras, agama,
golongan, dan status.
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemerintahan yang baik secara konseptual, mempunyai pengertian bahwa kata
baik atau good dalam istilah kepemerintahan yang baik yang memiliki makna bahwa
good governance telah mengandung dua pemahaman: Pertama, nilai yang menjunjung
tinggi keinginan/kehendak rakyat, dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan
rakyat dalam pencapaian tujuan (nasional) kemandirian, pembangunan, berkelanjutan,
dan keadilan sosial. Kedua, aspek fungsional dari pemerintah yang efektif dan efisien
dalam pelaksanaan tugasnya 2 untuk mencapai tujuan tersebut.
Pelaksanaan fungsi-fungsi
HAN adalah dengan membuat
penormaan kekuasaan,
mendasarkan pada asas
legalitas dan persyaratan,
sehingga memberikan jaminan
perlindungan baik bagi
administrasi negara maupun
warga masyarakat. Upaya
meningkatkan
26
penyelenggaraan pemerintahan
antara lain dengan pengawasan
lembaga peradilan,
pengawasan masyarakat, dan
pengawasan melalui lembaga
ombusdman. Di samping itu
juga
dengan menerapkan asas-asas
umum pemerintahan yang
baik.
B. Saran
Agar penyelenggaraan pemerintahan berjalan dengan baik, maka sebaiknya
pengawasan lembaga peradilan masyarakat dilakukan dengan efektif. Di samping itu
pemerintah sebaiknya memperhatikan dan menerapkan asas-asas umum pemerintahan
yang baik. Agar dapat mencapai implementasi hukum administrasi Negara yang baik.
27
DAFTAR PUSTAKA
https://www.researchgate.net/publication/336889009_PELAKSANAAN_FUNGSI_HUKUM
_ADMINISTRASI_NEGARA_DALAM_MEWUJUDKAN_PEMERINTAHAN_YANG_B
AIK
28