83%(6)83% menganggap dokumen ini bermanfaat (6 suara)
992 tayangan2 halaman
Kasus penilaian tanah RS Sumber Waras oleh Pemprov DKI Jakarta yang mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp 191 miliar karena penggunaan NJOP yang terlalu tinggi. BPK menilai harga seharusnya Rp 7 juta/m2 bukan Rp 20 juta/m2. Pemprov membeli tanah tersebut dari YKSW berdasarkan kesepakatan dengan PT Ciputra yang gagal membayar uang muka Rp 50 miliar, namun YKSW menolak mengem
Deskripsi Asli:
1. Analisis prinsip-prinsip apa yang tidak sesuai dalam penilaian aset sehingga menimbulkan permasalahan tersebut!
2. Bagaimana pendekatan penilaian guna memperoleh nilai wajar tanah sumber waras
Kasus penilaian tanah RS Sumber Waras oleh Pemprov DKI Jakarta yang mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp 191 miliar karena penggunaan NJOP yang terlalu tinggi. BPK menilai harga seharusnya Rp 7 juta/m2 bukan Rp 20 juta/m2. Pemprov membeli tanah tersebut dari YKSW berdasarkan kesepakatan dengan PT Ciputra yang gagal membayar uang muka Rp 50 miliar, namun YKSW menolak mengem
Kasus penilaian tanah RS Sumber Waras oleh Pemprov DKI Jakarta yang mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp 191 miliar karena penggunaan NJOP yang terlalu tinggi. BPK menilai harga seharusnya Rp 7 juta/m2 bukan Rp 20 juta/m2. Pemprov membeli tanah tersebut dari YKSW berdasarkan kesepakatan dengan PT Ciputra yang gagal membayar uang muka Rp 50 miliar, namun YKSW menolak mengem
Penilaian aset publik memegang peranan penting dalam tata kelola
manajemen aset. Pelaksanaannya harus memenuhi unsur kehati-hatian dan kecermatan dalam menentukan kewajaran nilai sebuah aset jika tidak akan menimbulkan permasalahan hukum dikemudian hari. Hal ini terjadi pada kasus RS Sumber Waras. Berikut ini adalah sejumlah fakta yang dihimpun dari media masa adalah terkait kasus penilaian aset RS Sumber Waras, yaitu:
1. Pembelian lahan RS Sumber Waras seluas 36.410 meter untuk
keperluan pembangunan rumah sakit khusus kanker Pemprov DKI 2. Lahan tersebut pada awalnya hendak dibeli oleh PT. Ciputra Karya dan telah diberi uang muka sebesar Rp50 miliar. Tetapi kemudian PT Ciputra Utama tidak juga melunasinya setelah gagal menawar sehingga pembeliannya diambil alih Pemprov DKI 3. Pemprov DKI memakai NJOP senilai Rp20 juta per-meter sehingga harga tanahnya menjadi Rp755 miliar sesuai dengan kesepakatan NJOP antara PT Ciputra Karya Utama dengan Yayasan Kesehatan Sumber Waras (YKSW) 4. BPK menganggap bahwa lokasi lahan RS Sumber Waras yang dibeli Pemprov DKI berada di Jalan Tomang Utara, sedangkan Pemprov meyakini posisi lahan berbeda yaitu berada di jalan Kyai Tapa. Atas dasar inilah BPK menilai terjadi kesalahan dalam menetapkan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) di lokasi lahan. BPK menilai angka Rp 20 juta per meter terlalu besar dari harga yang seharusnya yaitu Rp 7 juta per meter. 5. Investigasi BPK menyebut Pemprov DKI tidak cermat dalam membeli lahan Sumber Wras. Ketidakcermatan dinilai dari tidak adanya pengkajian dan perencanaan yang matang terlebih dahulu. Namun Pemprov menyatakan bahwa pembelian lahan tersebut telah direncanakan dan telah mendapatkan persetujuan DPRD DKI Jakarta. 6. Terdapat dua pilihan kepada YKSW terkait penyelesaian kerugian negara dalam pembelian lahan tersebut, yaitu:
Pertama, meminta pihak YKSW untuk mengembilkan uang kelebihan
sebesar Rp 191 miliar atau kedua, membatalkan pembeliannya. Kedua solusi merupakan saran dari Badan Pemeriksa Keuangan.Namun belakangan diketahui bahwa Dinas Kesehatan sudah menagih pengembalian kelebihan uang sebesar Rp 191 miliar tersebut kepada pihak YKSW, namun YKSW merasa tidak ada dasar mengembalikan uang tersebut Pihak YKSW menganggap telah melakukan transaksi berdasarkan NJOP (nilai jual obyek pajak) dan kesepakatan kedua belah pihak. Sumber: http://wartakota.tribunnews.com/2018/01/09/kasus-sumber- waras-kembali-diramaikan-sandiaga-uno-ini-lima-faktanya?page=3
Dari kasus tersebut diskusikan hal-hal sebagai berikut:
1. Analisis prinsip-prinsip apa yang tidak sesuai dalam penilaian aset
sehingga menimbulkan permasalahan tersebut! 2. Bagaimana pendekatan penilaian guna memperoleh nilai wajar tanah sumber waras?