Anda di halaman 1dari 185

SKRIPSI

STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA TERPADU KABUPATEN

TIMOR TENGAH SELATAN

Oleh :

SELVIANUS IMANUEL KAUSE

1910010012

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2023
ABSTRACT
Strategi Pengambangan Objek Wisata Terpadu
Kabupaten Timor Tengah Selatan
Oleh :
Selvianus Imanuel Kause
NIM : 1910010012
(Pembimbing : Dr. Apriana H.J. Fanggidae, Novi Theresia Kiak)
Universitas Nusa Cendana

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi dalam pengembangan objek wisata
terpadu kabupaten Timor Tengah Selatan agar bisa menambah daya tarik wisatawan
dan juga dan juga mengetahui apa saja yang menjadi komponen yang dibutuhkan
dalam pengembangan objek-objek wisata di Kabupaten Timor Tengah Selatan
menggunakan analisis SWOT. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunkan adalah wawancara, objservasi
dan dokumentasi. Hasil penelitian menentukan kebijakan yang seharusnya
diprioritaskan oleh pemerintah dalam upaya pengambangan objek wisata terpadu
kabupaten Timor Tengah Selatan. Penelitian ini menunjukan bahwa perlunya
peningkatan sumber daya manusia dalam pengembangan objek wisata, peningktan
infrastruktur, sarana prasarana penunjang, kemudian fokus utama dalam penelitian ini
dengan dasar konsep wisata terpadu adalah pada program Paket Wisata yang telah
dicanangkan akan sangat baik jika mendapat perhatian lebih
Kata Kunci: Strategi, Pengembangan, Wisata, Terpadu

ii
ABSTRACT
Integreted Tourist Attraction Development Strategy District Timor Tengah Selatan
:
Selvianus Imanuel Kause
NIM : 1910010012
(Suprvisors: Dr. Apriana H.J. Fanggidae, SE., M.Si and Novi Theresia Kiak, SE.,
M.SE)

This research aims to find out strategies for developing integrated tourist attractions
in South Central Timor Regency so that they can increase tourist attraction and also
find out what components are needed in developing tourist attractions in South
Central Timor Regency using SWOT analysis. This research use desciptive
qualitative approach. The data collection techniques used were interviews,
observation and documentation. The results of the research determine the policies
that should be prioritized by the government in efforts to develop integrated tourist
attractions in South Central Timor district. This research shows that there is a need
to increase human resources in developing tourist attractions, improving
infrastructure, supporting infrastructure, then the main focus in this research based
on the concept of integrated tourism is the Tour Package program that has been
launched which would be very good if it received more attention.

Keywords: Strategy, Development, Tourism, Integrated

iii
Motto

“Karena masa depan sungguh ada dan harapanmu tidak akan hilang”

-Amsal 23:18-

iv
PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk

Tuhan Yesus Kristus yang selalu menuntun dan menolong dalam segala hal.

Diri sendiri yang selalu bekerja keras dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Bapak Yusak Kause, Mama (Alm) Yohana Lasboy dan Mama Semi Taneo yang

menjadi motivator dan pendoa yang terbaik dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dosen Pembimbing Ibu Dr. Apriana H.J. Fanggidae, M,Si, , Ibu Novi Theresia Kiak,

SE., M.SE , dan dosen penguji Ibu , Ibu Fransina W. Ballo, SE., ME yang senantiasa

dengan sabar telah membimbing hingga selesainya skripsi ini, serta semua dosen dan

pegawai pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Nusa Cendana secara khusus

Bapak dan Ibu dosen Prodi Ekonomi Pembangunan.

Seluruh Informan yang telah memberikan data, serta meluangkan waktu dan tenaga

untuk diwawancarai pada penelitian ini.

Keluarga Tercinta Kaka Samrit Kause, Kaka Robinson Kause,Yosua Kause dan

Ester Kause yang selalu membantu dalam doa untuk penyelesaian skripsi ini.

Sahabat dan teman terkasih yang selalu mendoakan, membantu dan memberikan

nasihat Ardi Pah, Patris Angul, dan Bernard Loda.

Seluruh pengajar JETB yang senantiasa mendukung dalam doa dan memberikan
motivasi

Teman-teman EKSTREMLY'19, dan Almamater tercinta Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Nusa Cendana.

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan Skirpsi dengan judul “Strategi Pengembangan objek

Wisata Terpadu kabupaten Timor Tengah Selatan ”dengan baik. Dalam rangkaian

proses penulisan proposal ini, tidak sedikit tantangan yang penulis hadapi, namun

semuanya dapat dilewati berkat cinta kasih Tuhan Yesus yang disampaikan melalui

segala bentuk dukungan dari banyak pihak yang tentunya sangat besar artinya bagi

penulis, untuk itu dengan kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. drh. Maxs U. E. Sanam, M.Sc, selaku Rektor Universitas Nusa

Cendana Kupang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menuntut ilmu;

2. Dr. Apriana H. J. Fanggidae, SE.,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Nusa Cendana;

3. Fransina W. Ballo, SE.,ME, selaku koordinator Program Studi Ekonomi

Pembangunan, sekaligus dosen pembimbing akademik dan seluruh staf dosen

dan pegawai pada Prodi Ekonomi Pembangunan;

4. Dr. Apriana H. J. Fanggidae, SE.,M.Si,, selaku pembimbing I atas kerelaan

waktu, pikiran dan tenaga yang diberikan selama proses penyediaan Skripsi

ini;

vi
5. Novi Theresia Kiak.,SE.M.SE, selaku pembimbing II atas kesediaanya

membagikan ilmu, wawasan dan motivasi dalam penyediaan Skripsi ini;

6. Fransina W. Ballo, SE.,ME, selaku Penguji atas kritikan dan saran yang

diberikan kepada penulis untuk kesempurnaan tulisan;

7. Bapa, Mama, kaka Edi, Kaka Robi, Beni dan Putri serta singkatnya seluruh

keluarga dan kerabat yang telah banyak memberikan bantuan fisik dan psikis

bagi penulis;

8. Seluruh Teman-Teman Seperjuangan EKSTREMLY‟19 yang tidak bisa saya

sebutkan satu persatu. Terima kasih telah membagi ilmu, bantuan dan

dukungan kepada penulis dalam penyelesaian Skripsi ini;

Akhirnya, penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam tulisan

ini, sehingga masukan-masukan yang bersifat konstruktif sangat diharapkan untuk

menyempurnakan tulisan ini.

Kupang, Desember 2023

Peneliti

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... i

ABSTRAK .............................................................................................................. ii

ABSRACT .............................................................................................................. iii

MOTTO .................................................................................................................. iv

PERSEMBAHAN ................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................................ vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................... xi

DAFTAR BAGAN ................................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2. Rumusan masalah ................................................................................. 10

1.3. Tujuan penelitian ................................................................................... 11

1.4. Manfaat penelitian ................................................................................ 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teoritis ..................................................................................... 12

2.1.1. Pariwisata ................................................................................ 13

2.1.2. Strategi pengembangan pariwisata ........................................... 13

2.1.3. Wisata terpadu .......................................................................... 16

2.1.4. Pengembangan sarana dan prasarana ...................................... 17

viii
2.1.5. Konsep strategi ......................................................................... 19

2.1.6. Definisi Strategi ........................................................................ 22

2.1.7. Jenis-jenis strategi .................................................................... 31

2.1.8. Pembangunan Ekonomi ............................................................ 36

2.1.9. Indikator kesejahteraan masyarakat ........................................ 39

2.1.10. Analisis EFAS dan IFAS .......................................................... 40

2.2. Kajian Empiris ...................................................................................... 43

2.3. Kerangka Berpikir ................................................................................ 44

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian .................................................................................... 46

3.2. Pendekatan penelitian ......................................................................... 46

3.3. Fokus Penelitian .................................................................................. 46

3.4. Jenis dan sumber data .......................................................................... 47

3.5. Teknik pengumpulan data ................................................................... 48

3.6. Informan penelitian ............................................................................. 48

3.7. Teknik Analisis Data ............................................................................ 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ......................................................... 57

4.1.1 Kabupaten Timor Tengah Selatan ................................................... 57

4.1.2 Gambaran Ekonomi Kabupaten TTS ............................................... 74

4.1.3 Sejarah Suku Boti, Benteng None dan Sonaf Amanuban................. 78

4.2 Hasil dan Pembahasan ............................................................................ 119

ix
4.2.1 Komponen Utama dalam Pengembangan Kawasan Objek wisata . 119

4.2.2 Identifikasi Faktor IFAS dan EFAS ................................................. 122

4.2.3 Strategi dan kebijakan dalam Pengembangan wisata terpadu ........ 148

4.2.4 Lesson and Learn ............................................................................. 149

BAB V HASIL DAN KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 152

5.2 Saran ....................................................................................................... 153

Daftar pustaka ....................................................................................................... 155

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.3 Kajian Empiris ....................................................................................... 43

Tabel 3.1 Informaan Penelitian ............................................................................. 49

Tabel 3.2 Matriks IFAS ......................................................................................... 50

Tabel 3.3 Matriks EFAS ......................................................................................... 51

Tabel 3.1 Matrik SWOT ........................................................................................ 52

Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kec. Di Kab. TTS ............................................. 58

Tabel 4.2 Kawasan Rawan Bencana di Kab. TTS .................................................. 63

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk .............................. 64

Tabel 4.4 Jumlah KK di kabupaten TTS ................................................................. 66

Tabel 4.5 Proyeksi Penduduk Kabupaten TTS ....................................................... 68

Tabel 4.6 Presentase Status Penguasaan Bangunan di Kab. TTS ........................... 72

Tabel 4.7 Tingkat Kewenangan, Kondisi dan Jenis jalan Kab. TTS ...................... 74

Tabel 4.8 Kontribusi Kategori Ekonomi Terhadap PDRB Kab.TTS ..................... 76

Tabel 4.9 Matriks Faktor Internaal dan Eksternal Suku Boti ................................. 122

Tabel 4.10 Internal Factor Analysis Summary ....................................................... 123

Tabel 4.11.External Factor Analysis Summary ...................................................... 124

Tabel 4.12 Rekapitulasi Hasil Perhitungan SWOT Suku Boti .............................. 125

Tabel 4.13 Matriks Analisis SWOT ........................................................................ 128

Tabel 4.14 Matriks Faktor Internal dan Eksternal Benteng None ......................... 132

Tabel 4.15 Internal Factor Analysis Summary ....................................................... 133

Tabel 4.16 Eksternal Factor Analysis Summary ..................................................... 133

xi
Tabel 4.17 Rekapitulasi Hasil Perhitungan SWOT Benteng None ....................... 134

Tabel 4.18 Matriks Analisis SWOT ....................................................................... 136

Tabel 4.19 Matriks Faktor Internal dan Eksternal Sonaf Amanuban ..................... 140

Tabel 4.20 Internal Faktor Analysis Summary ...................................................... 140

Tabel 4.21 External Factor Analysis Summary ...................................................... 141

Tabel 4.22 Rekapitulasi Hasil Perhitungan SWOT Sonaf Amanuban .................... 142

Tabel 4.23 Matriks Analisis SWOT ....................................................................... 143

Tabel 4.24 Strategi dan kebijakan dalam pengembangan Objek wisata Kab TTS. 148

xii
DAFTAR BAGAN

Grafik 1.1 Jumlah Kunjungan Wisata Mancanegara dan Domestik Kab.TTS ...... 4

Diagram 3.1 Diagram Analisis SWOT ................................................................ 54

Diagram 4.1 Analisis SWOT Suku Boti ................................................................ 126

Diagram 4.2 Analisis SWOT Benteng None ......................................................... 134

Diagram 4.3 Analisis SWOT Sonaf Amanuban ..................................................... 143

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir .............................................................................. 45

Gambar 4.1 Piramida Penduduk ............................................................................. 67

Gambar 4.2 Jumlah Penduduk dan Garis Kemiskinan Kab. TTS ........................... 69

Gambar 4.3 Indeks keparahan dan Kedalaman Kemisinan di Kab. TTS............... 70

Gambar 4.4 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kab. TTS ............................................... 78

Gambar 4.5 Peta Kab. TTS .................................................................................... 79

Gambar 4.6 Suku Boti ............................................................................................ 80

Gambar 4.7 Pakaian Suku Boti .............................................................................. 84

Gambar 4.8 Umekbubu ........................................................................................... 85

Gambar 4.9 Budaya Menenun dan Motif adat Suku Boti ...................................... 87

Gambar 4. 10 Konde Pria Boti ............................................................................... 95

Gambar 4.11 Sonaf ................................................................................................ 96

Gambar 4.12 Penginapan ....................................................................................... 97

Gambar 4.13 Lapak Suku Boti ................................................................................ 98

Gambar 4.14 Pameran Suku Boti ........................................................................... 99

Gambar 4.15 Pagar Benteng None ......................................................................... 102

Gambar 4.16 Lopo .................................................................................................. 102

Gambar 4.17 Pene .................................................................................................. 103

Gambar 4.18 Ote‟Naus ........................................................................................... 103

Gambar 4.19 Telur ................................................................................................ 104

Gambar 4.20 Bol Nu‟ut ........................................................................................... 104

xiv
Gambar 4.21 Rahang Hewan ................................................................................. 106

Gambar 4.22 Ukiran Kayu ...................................................................................... 107

Gambar 4.23 Kerajaan Amanuban ......................................................................... 108

Gambar 4.24 Sonaf Amanuban .............................................................................. 109

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada era globalisasi, sektor pariwisata menjadi industri terbesar dan terkuat

dalam pembiayaan ekonomi global, sektor pariwisata juga memberikan devisa yang

cukup besar bagi berbagai negara. Wahab (2003;5), menyatakan bahwa “pariwisata

merupakan komoditas yang dibutuhkan oleh setiap individu dimana pariwisata

menjadi salah satu dari industri gaya baru, yang mampu menyediakan pertumbuhan

ekonomi yang cepat dalam segala kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan

dalam mengaktifkan sektor produksi lain dalam negara penerima wisatawan” secara

tidak langsung pariwisata merupakan potensi penting yang dimiliki oleh suatu daerah

yang apabila dikembangkan dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi

masyarakatnya. Sektor pariwisata bisa dikatakan sebagai sector andalan dalam

pengentasan masalah-masalah sosial dan ekonomi seperti kemiskinan, pengangguran

dan masalah social ekonomi lainya. Soebagyo (2012:154) pada hakekatnya ada empat

bidang pokok yang dipengaruhi oleh usaha pengembangan pariwisata yaitu ekonomi,

sosial, budaya dan lingkungan. Salah satu yang menjadi dampak positif dalam

bidang ekonomi adalah kegiatan pariwisata yang mendatangkan pemasukan bagi

negara.

Undang-Undang NO. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan dituangkan hal-

hal sebagai berikut: (1) Meningkatkan petumbuhan ekonomi; (2) Meningkatkan

1
kesejahteraan masyarakat; (3) Menghapus kemiskinan; (4) Melestarikan alam,

lingkungan dan sumber daya; (5) Mengatasi pengangguran; (6) Memajukan

kebudayaan; (7) Meningkatkan citra bangsa; (8) Menumpukan cinta rasa tanah air;

(9) Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; (10) Mempererat persahabatan antar

bangsa.

Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah salah satu provinsi yang kaya akan

potensi pariwisata, destinasi-destinasi wisata yang dimiliki oleh provinsi Nusa

Tenggara Timur sudah cukup dikenal masyarakat luas, seperti Labuan Bajo, Pulau

Komodo dan lain sebagainya. Pengembangan pariwisata di Nusa Tenggara Timur

menjadi prioritas pemerintah pusat dan pemerintah daerah sejak 2018-2023, terdapat

berbagai dukungan dari pemerintah pusat mengenai regulasi maupun penganggaran

untuk pengembangan sektor pariwisata di provinsi Nusa Tenggara Timur.1

Provinsi Nusa Tenggara Timur setidaknya sejak tahun 1986 sudah memiliki

RIPDA (Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah) Tingkat I Nusa Tenggara

Timur Nomor 12 Tahun 1986. Dalam sinergitas antara kepariwisataan dan ekonomi

kreatif, propinsi Nusa Tenggara Timur memiliki 44 destinasi wisata, 5 minat khusus

dan 16 pasar utama. Meskipun sektor pariwisata sudah ditunjang oleh berbagai hal,

kontribusi pariwisata dalam struktur ekonomi masih sangat kecil, data BPS tahun

2018 menunjukan bahwa kontribusi pariwisata dalam struktur ekonomi adalah

1
http;//bpad.nttprov.go.id

2
0,74%, sedangkan jumlah kunjungan wisatawan terus meningkat dari tahun 2016-

2018 yaitu 496.081.2

Upaya pengembangan pariwisata provinsi NTT ini dikarenakan terdapat isu-

isu strategis yang dimiliki oleh propinsi NTT. Dalam isu globalisasi, Provinsi NTT

akan menghadapi persaingan yang semakin ketat untuk merebut pangsa pasar

pariwisata dunia. Pada isu investasi dalam industri pariwisata, terbatasnya jumlah

investasi dibidang pariwisata menunjukan bahwa peran swasta dalam pengembangan

pariwisata masih belum optimal. Dalam isu daya saing destinasi pariwisata NTT,

belum memadainya sarana dan prasarana pendukung pariwisata, kurang optimalnya

pengelolaan destinasi, dan kurang memadainya informasi pariwisata. Pada isu

sumber daya manusia, ketersediaan SDM pariwisata yang berkualitas dan profesional

masih belum tercukupi, belum adanya standarisasi dan sertifikasi SDM pariwisata,

penempatan SDM pariwisata di daerah yang tidak sesuai dengan kebutuhan the right

man is not in the right place. Sedangkan isu kemajuan tegnologi komunikasi dan

informasi, e-business telah menjadi strategi baru dalam pemasaran pariwisata, e-

business mampu memberikan banyak kemudahan, strategi yang lebih efektif dengan

jangkauan yang jauh lebih luas dan tanpa batas.

Kabupaten Timor Tengah Selatan adalah salah satu kabupaten yang berada di

provinsi Nusa Tenggara Timur. Kabupaten Timor Tengah Selatan menyimpan

sejumlah destinasi wisata yang tidak kalah menarik, destinasi wisata di kabupaten

Timor Tengah Selatan menjadi daya tarik tersendiri untuk wisatawan lokal maupun
2
BPS NTT, 2018)

3
wisatawan mancanegara. Terdapat setidaknya 15 tempat wisata yang berada di

kabupaten TTS yaitu pegunungan Fatumnasi, Pantai Kolbano, Suku Boti, Taman

Rekreasi Bu‟at, Pohon Beatrix, Air terjun Oehala, Air Terjun Kejepit, Air Terjun

Cina, Bola Palelo, Pantai Oetune, Fatukopa, Oelbubuk, Ajaobaki, Benteng None,

Sonaf Amanuban. Destinasi-destinasi wisata yang terdapat pada kabupaten TTS dapat

digolongkan menjadi dua bagian berdasarkan jenis objek wisatanya yaitu objek

wisata sejarah dan objek wisata alam.3

Data dari Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif kabupaten TTS jumlah

wisatawan domestik dan mancanegara yang berkunjung ke pulau timor mengalami

penurunan seperti yang terlihat pada grafik 1.1 dibawah ini :

Grafik 1.1
Jumlah Kunjungan Mancanegara dan Domestik di Kabupaten
Timor Tengah Selatan
35,000
30,000
25,000
Axis Title

20,000
15,000
10,000
5,000
0
2018 2019 2020 2021
Pertumbuhan Jumlah
32,854 9,146 19,204 21,247
Kunjungan (%)

Sumber : Data Olahan penulis, 2023

3
poskupangwiki.tribunnews, 2021

4
Berdasarkan pada grafik 1.1 diatas dapat diketahui jumlah kunjungan

wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke objek wisata

kabupaten TTS dari tahun 2018-2021 cenderung fluktuatif, dimana terjadi penurunan

dan peningkatan. Penurunan terjadi ditahun 2019 sebesar 72,16% dikarenakan adanya

wabah Corona Virus. Selanjutnya, pada tahun 2020-2021 mengalami peningkatan

diatas 9% meskipun adanya PSBB ( Pembatasan Sosial berskala Besar ) oleh

pemerintah daerah wisatawan tetap berminat untuk melakukan kunjungan wisata

dengan mematuhi protokol kesehatan.

Pada penelitian ini, peneliti mencoba mencari tahu tentang strategi yang tepat

dalam meningkatan objek wisata terpadu dengan mengambil studi kasus wisata

sejarah dikabupaten TTS yaitu objek wisata kampung Adat Boti, Benteng None dan

Sonaf Amanuban. Dengan mengetahui strategi yang tepat dalam mengembangkan

objek wisata terpadu diatas maka akan menarik minat wisatawan baik itu wisatawan

lokal maupun luar negeri untuk berkunjung pada objek-objek wisata yang dimaksud.

Pada objek-objek wisata tersebut harus dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang

memenuhi kebutuhan para pengunjung agar para pengunjung tidak merasa bosan

ataupun khawatir untuk berkunjung di objek-objek wisata terpadu tersebut.

Peningkatan jumlah kunjungan akan menambah pendapatan pada Pendapatan

Asli Daerah (PAD), selain itu jika objek-objek wisata terus dikembangkan maka

masayarakat setempat akan mendapatkan dampak yang baik dari hal tersebut,

pengadaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pada objek-objek wisata tersebut akan

5
menambah penghasilan pada masyarakat setempat dan demikian akan memunculkan

suatu pembangunan ekonomi dan mencapai kesejahteraan ekonomi masyarakat.

Kampung adat Boti didiami oleh Suku Boti yang merupakan keturunan dari

suku asli pulau Timor, Atoin Meto. Wilayah kerajaan Boti terletak sekitar 40 km dari

kota kabupaten TTS. Secara administrasi desa Boti terletak di kecamatan Kie. Karena

letaknya yang sulit digapai ditengah pegunungan, desa boti tertutup dari peradaban

modern dan perkembangan zaman. Hal unik yang terdapat di Suku Boti adalah

system kepercayaan yang dianut oleh masyarakat yang ada di Desa Boti dan juga

mempertahankan budaya asli dari suku timor. Desa Boti terbagi menjadi dua bagian,

yaitu Boti Dalam Dan Boti Luar. Jumlah penduduk Boti Dalam + 77 kepala keluarga

atau 319 jiwa, sedangkan jumlah penduduk Boti Luar + 2.500 jiwa. Hanya kampuang

adat Boti Dalam yang mewarisi dan mempraktekan tradisi lokal dan agama asli yang

disebut Uis Neno ma Uis Pah (Dewa Langit dan Dewa Bumi). Warga Boti Dalam

tinggal di area Sonaf (kerajaan) seluas +300 m2 yang dikelilingi pagar kayu,

sedangkan warga Boti Luar sudah menganut agama Yaitu agama Kristen Protestan

dan Kristen Khatolik.

Benteng None merupakan benteng peninggalan Kerajaan Amanuban di

Kabupaten Timor Tengah Selatan. Benteng None didirikan pada tahun 1820 saat

kekuasaan Usif atau Raja Amanuban Usif Nope yang mendiami Sonaf Niki-niki.

Tetapi benteng ini dijadikan sebagai objek wisata pada tahun 2002 untuk wisatawan

domestik maupun wisatawan mancanegara. Benteng ini didirikan karena sering

terjadinya permusushan antar suku yang satu dengan suku yang lainnya. Benteng

6
None ini berlokasi di kampong None, desa Tetaf, Kecamatan Kuatnana, kabupaten

Timor Tengah Selatan. Benteng ini sendiri ada 3 ritual adat yang harus dilakukan

sebelum menyatakan perang terhadap musuh yakni pene (Pengamatan), otenaus

(mengukur kekuatan dan meramalkan hasil) dan juga bol nu‟ut (lubang intip).

Sonaf Amanuban merupakan pusat kerajaan Amanuban yang terletak di Niki-

niki hingga saat ini, yang sebelumnya berpusat dibeberapa tempat. Perpindahan

ibukota Amanuban dimasa kepemimpinan Raja Don Lous III. Latar belakang

perpindahan dari Pili Besabnao ke Niki-niki karena tempat ini sangat strategis untuk

pertahanan terhadap serangan musuh dan layak sebagai istana raja. Raja Don Louis

III bertahta dari tahun 1808-1824 dan dikenalkan kepada pendiri kota Niki-niki dan

menetapkan nama Nope (awan) kepada marga dinasti Nope yang belakang sekali.

Raja Don Louis III wafat di Niki-niki pada tahun 1824 dan dimakamkan di Niki-niki.

Niki-niki berasal dari kata Nik-Nik yang artinya melihat ke belakang. Istana ini masih

dilestarikan dan dipakai oleh keluarga Nope untuk berkumpul. Jaraknya 27 km arah

timur Kota Soe dan dapat ditempuh dalam waktu 40 menit dengan mengunakan

rental mobil, angkutan pedesaan maupun sepeda motor.

Ketiga objek wisata diatas merupakan objek wisata sejarah yang dimana pada

objek-objek wisata tersebut terdapat peninggalan-peninggalan yang menjadi saksi

perkembangan masyarakat pulau Timor dan kerajaan-kerajaan yang terdapat di

dalamnya. Kekurangan fasilitas pendukung dalam berwisata merupakan hal yang

menjadi alasan mengapa penelitian ini diperlukan khususnya pada wisata terpadu.

Merujuk pada pengertian wisata terpadu yang artinya mengusahakan agar wisatawan

7
yang biasanya memiliki waktu yang banyak dapat menggunakan waktu yang ada

untuk menikmati objek yang sebanyak-banyaknya dan dengan kualitas kenikmatan

yang optimal. Oleh karena itu dalam suatu kota dikembangkan konsep „jalur wisata‟.

Kekurangan fasilitas pendukung dalam pariwisata kabupaten TTS menjadi suatu

keterbatasan para wisatawan dalam menikmati objek-objek wisata yang dimana

berada pada suatu jalur tujuan wisata. Ketiga objek wisata tersebut berbeda dengan

objek wisata kebanyakan pada kabupaten TTS dimana ketiga objek wisata tersebut

merupakan objek wisata sejarah yang perlu mendapat perhatian agar terus terpelihara

dan dipertahankan sehingga bisa dinikmati oleh generasi selanjutnya dan tidak

tertutup oleh perkembangan zaman.

Pengembangan objek wisata terpadu pada masing-masing objek wisata sangat

diperlukan untuk menarik minat dari wisatawan baik wisatawan domestik maupun

wisatawan mancanegara dengan demikian, terciptanya pengembangan pariwisata

yang memiliki prinsip diantaranya penambahan pelayanan kepada wisatawan yang

akan meningkatkan jumlah wisatawan dan pemberdayaan atau partisipasi masyarakat

didalamnya, karena pada dasarnya tujuan dari pengembangan pariwisata salah

satunya adalah meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat melalui

pemberdayaan masyarakat. Hal ini sesuai dengan visi pada pengembangan pariwisata

kabupaten TTS bahwa objek wisata kabupaten TTS harus menjadi destinasi unggulan

pada provinsi NTT. Visi tersebut diupayakan dalam melakukan empat misi yakni

mengembangkan potensi pariwisata, mengembangkan promosi dan pemasaran,

mengembangkan industri pariwisata dan mengembangkan sumber daya manusia.

8
Peraturan pemerintah daerah (Perda) tentang rencana induk pembangunan

kepariwisataan kabupaten TTS (RIPPARKAB) nomor 3 tahun 2018 mengenai

pembahasan pariwisata Timor Tengah Selatan harus menjadi destinasi unggulan di

provinsi NTT dengan mengacu pada sasaran pembangunan daerah dan ditetapkan

arah pembangunan pembangunan pariwisata kabupaten Timor Tengah Selatan tahun

2018-2025, pokok dalam peraturan tersebut adalah pembangunan kepariwisataan,

pengawasan dan pengendalian pariwisata di kabupaten TTS.4

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dwicahyadi, Harianto (2019) dan

Apridev Khomenie, Ema Umilia juga telah membahas mengenai strategi

pengembangan wisata terpadu, penelitian yang dilakukan oleh Reza Dwicahyadi dan

Asep Harianto tahun 2019 yang membahas tentang strategi pengembangan di

Kecamatan Muntok Kabupaten Bangka Barat, hasil analisis strategi pengembangan

wisata terpadu di Kecamatan Muntok yang dirumuskan menggunakan matriks SWOT

mendapatkan 10 strategi pengembangan sebagai berikut : (1)Meningkatkan Kualitas

pelayanan Wisata Terpadu berdasarkan cluster objek wisata; (2)Membuat suatu

jaringan transportasi terpadu antar objek-objek Wisata di Kec. Muntok;

(3)meningkatkan infrastruktur secara terpadu antar objek wisata; (4)Meningkatkan

pengembangan real estate sebagai fasilitas disektor pariwisata; (5)Meningkatkan

aksesibilitas menuju daya tarik wisata; (6)Meningkatkan strategi pemasaran

pariwisata melalui promosi dan informasi daya tarik wisata dengan konsep terpadu di

4
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/144873/perda-kab-timor-tengah -selatan-no-3-
tahun-2018

9
kecamatan Muntok; (7)Meningkatkan Sumberdaya Manusia; (8)Melakukan

Kerjasama dengan pihak berwajib demi keamanan wisatawan; (9)Mengadakan suatu

program pemeliharaan dan pelestarian wisata sejarah; (10)Melakukan sosialisasi

kepada masyarakat dan pedagang di sekitar objek wisata. Selain itu, ada juga

penelitian yang dilakukan oleh Apridev Khomenie dan Ema Umilia yang membahas

tentang arahan pengembangan kawasan wisata terpadu Kanjeran Surabaya,

penelitian ini menghasilkan arahan pada keterpaduan kawasan yang didukung oleh

aksebilitas berupa pengadaan jalur wisata internal dan eksternal melewati akses tepi

air dan terintergrasi dengan Coastal Road.

Maka dengan itu peneliti tertarik untuk meneliti mengenai startegi yang dapat

digunakan dalam pengembangan kawasan objek wisata terpadu dengan studi kasus

pada objek wisata Suku Boti, Benteng None, Sonaf Amanuban. Strategi-strategi yang

dihasilkan kemudian diharapkan agar menjadi suatu cara dalam mencapai suatu

pembangunan ekonomi masyarakat pada kawasan objek-objek wisata tersebut,

dengan judul Strategi Pengembangan Objek Wisata Terpadu Kabupaten Timor

Tengah Selatan

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian ini, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi pengembangan objek wisata terpadu

dalam rangka meningkatkan pembangunan ekonomi masyarakat?

10
1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui strategi pengembangan wisata

terpadu dengan studi kasus Kampung Adat Boti, Benteng None dan Sonaf Amanuban

untuk menjawab masalah-masalah yang terjadi demi tercapainya pembangunan

ekonomi.

1.4. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah

wawasan dalam permasalahan yang yang berkaitan dengan pengembangan

objek wisata terpadu serta menjadi bahan masukan pada penelitian selanjutnya.

b. Manfaat praktis

Bagi masing-masing objek wisata. Penelitian ini menjadi acuan dalam

pengembangan kawasan objek wisata dalam rangka peningkatan kualitas objek

wisata yang dimaksud. Selanjutnya penelitian ini juga dapat digunakan sebagai

referensi keilmuan bagi jurusan Ekonomi Pembangunan, khususnya konsentrasi

Perencanaan pembangunan dalam hal penelitian mengenai kawasan objek

wisata terpadu.

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teoritis

2.1.1. Pariwisata

1. Pengertian Pariwisata

Secara umum pariwisata merupakan aktivitas/kegiatan seseorang yang

melakukan perjalanan ke suatu tempat dan dalam kurun waktu tertentu yang

telah direncanakan sebelumnya, biasanya pariwisata dilakukan untuk

menghilangkan penat akan kehidupan sehari-sehari. Pariwisata sudah menjadi

gaya hidup manusia pada saat ini, hal ini dikarenakan pariwisata bukanlah

sekedar aktivitas wisata seperti jalan-jalan untuk menghilangkan stres atau

melihat pemandangan indah suatu kawasan pariwisata. Namun pariwisata saat

ini telah memiliki aktivitas antara lain ekonomi, seni budaya, kegiatan

pendidikan, kegiatan agama, olahraga dan masih banyak lagi. Perkembangan

industri pariwisata bagi negara-negara maju khususnya negara berkembang

sangatlah berperan penting terhadap pertumbuhan ekonomi tidak terkecuali

negara Indonesia. hal ini ditunjukan dengan semakin maraknya perkembangan

industri pariwisata yang menjamur hampir di seluruh plosok negeri. Menurut

Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Pariwisata (Pasal 1 Ayat 3),

Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai

fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah

dan pemerintah daerah. Wahab (2006:32) dalam Pendit “Pariwisata adalah

12
salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi

dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta

menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya, sebagai sektor yang

kompleks, ia juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri kerajinan

tangan dan cinderamata.”

Wahab (2003:32) juga menambahkan makna dari pariwisata adalah

Pariwisata merupakan faktor yang penting dalam pengembangan ekonomi

karena mendorong perkembangan sektor ekonomi nasional, diantaranya

menggugah industri baru berkaitan dengan jasa wisata, misal: usaha

transportasi,akomodasi (hotel, pondok wisata), memperluas pasar barang-

barang lokal pariwisata, memperluas lapangan kerja baru (hotel atau tempat

penginapan lainnya, usaha perjalanan, kantor-kantor pemerintah yang

mengurus pariwisata dan penerjemah, industri kerajinan tangan dan

cenderamata, serta tempat-tempat penjualan lainnya), serta membantu

pembangunan daerah-daerah terpencil jika daerah itu memiliki daya tarik

pariwisata.

2.1.2. Strategi Pengembangan Pariwisata

1. Strategi Pengembangan Pariwisata

Berdasarkan manfaat dampak yang ditimbulkan dari pariwisata, maka

sebuah pengembangan pariwisata harus memperhatikan strategi apa yang harus

dilakukan untuk pengembangan pariwisata. Soebagyo (2012:156-158)

13
pengembangan pariwisata yang menunjang pertumbuhan ekonomi dapat

dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut:

1. Perlu ditetapkannya peraturan yang berpihak pada peningkatan mutu

pelayanan pariwisata dan kelestarian lingkungan wisata, bukan

berpihak pada kepentingan pihak-pihak tertentu. Selain itu perlu

diambil tindakan yang tegas bagi pihak-pihak yang melakukan

pelanggaran terharap aturan yang telah ditetapkan.

2. Pengelolaan pariwisata harus melibatkan masyarakat setempat. Hal ini

penting karena pengalaman pada beberapa daerah tujuan wisata

(DTW), sama sekali tidak melibatkan masyarakat setempat, akibatnya

tidak ada sumbangsi ekonomi yang diperoleh masyarakat sekitar.

3. Kegiatan promosi harus dilakukan beragam, selain dengan

mencanangkan cara kampanye dan program Visit Indonesia Year

seperti yang sudah dilakukan sebelumnya, kegiatan promosi juga perlu

dilakukan dengan membentuk system informasi yang handal dan

membangun kerja sama yang baik dengan pusat-pusat informasi

pariwisata pada Negara-negara yang potensial

4. Perlu menentukan DTW-DTW utama yang memiliki keunikan

dibanding DTW lain, terutama yang bersifat tradisional dan alami.

Kebetulan objek wisata yang alam dan tradisional menjadi sasaran

utama para wisatawan asing.

14
5. Pemerintah pusat membangun kerjasama dengan kalangan swasta dan

pemerintah daerah setempat, dengan system yang jujur, terbuka dan

adil. Kerjasama ini sangat penting untuk lancarnya pengelolaan secara

professional dengan mutu pelayanan yang memadai. Selain itu

kerjasama dintara agen biro perjalanan, penyelenggara tempat wisata,

pengusaha jasa akomodasi dan komponen-komponen terkait lainnya

merupakan hal yang sangat penting bagi keamanan kelancaran dan

kesuksesan pariwisata

6. Perlu dilakukan pemerataan arus wisata bagi semua DTW yang ada

diseluruh Indonesia, dalam hal ini pemerintah juga harus memberikan

perhatian yang sama kepada semua DTW, perhatian DTW yang sudah

mandiri hendaknya dikurangi dan memberikan perhatian lebih kepada

DTW yang memerlukan perhatian lebih

7. Mengajak masyarakat sekitar DTW agar menyadari peran, fungsi dan

manfaat pariwisata serta merangsang mereka untuk memanfaatkan

peluang-peluang yang tercipta bagi berbagai kegiatan yang dapat

menguntungkan secara ekonomi.

8. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan perlu dipersiapkan secara baik

untuk menunjang kelancara pariwisata. Pengadaan dan perbaikan

jalan, telepon, angkutan, pusat perbelanjaan wisata dan faislitas lain

disekitar lokasi DTW sangat diperlukan.

15
2. Promosi Pariwisata

Didalam melakukan promosi atau pemasaran suatu usaha pariwisata

tentu harus memperhatikan strategi yang tepat guna memaksimalkan potensi

objek wisata yang sukses. Pitana dan Diarta (2009:177), promosi merupakan

kegiatan komunikasi dimana organisasi penyelenggara pariwisata berusaha

mempengaruhi khalayak dari mana penjualan penjualan produknya

bergantung. Promosi merupakan suatu usaha untuk didalam melakukan

promosi atau pemasaran suatu usaha pariwisata tentu harus memperhatikan

strategi yang tepat guna memaksimalkan potensi objek wisata yang sukses.

2.1.3. Wisata Terpadu

1. Pengertian Wsata Terpadu

Salah satu prinsip penting dalam pengembangan pariwisata terpadu

adalah the value of time yang artinya mengusahakan agar wisatawan yang

biasanya memiliki waktu yang banyak dapat menggunakan waktu yang ada

untuk menikmati objek yang sebanyak-banyaknya dan dengan kualitas

kenikmatan yang optimal. Oleh karena itu dalam suatu kota dikembangkan

konsep „jalur wisata‟. Pelupessy menyebutkan bahwa pengembangan kawasan

wisata terpadu artinya pengembangan kawasan wisata yag memperhitungkan

pusat-pusat kegiatan wisatawan, karakteristik dari objek wisata yang

mempunyai keterkaitan dengan sirkuit atau jalur wisata (Suharso, 1996:49).

16
2.1.4. Pengembangan Sarana dan Prasarana

1. Sarana Pariwisata

Sarana pariwisata (tourism superstructure) Yoeti (1996:197), adalah

perusahan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik

secara langsung atau tidak langsung dan hidup serta kehidupannya banyak

tergantung pada kedatangan wisatawan. Dalam rangka mengembangkan

industri pariwisata yang modern maka sarana pariwisata sudah menjadi suatu

keharusan, dikarenakan sarana yang ada akan berpengaruh pada ketertarikan

para wisatawan terhadap objek wisata.

2. Prasarana Pariwisata

Yoeti (1996:186) prasarana pariwisata (tourism infrastructure) adalah

semua fasilitas yang dapat memungkinkan proses perekonomian berjalan

dengan lancar sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan manuasia untuk

dapat memenuhi kebutuhannya. Prasarana pariwisata sangat diperlukan agar

sarana pariwisata dapat hidup dan berkembang serta dapat memberikan

pelayanan pada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang beraneka

ragam dalam melakukan kegiatan wisata. apabila prasarana dan sarana

pariwisata tidak dipersiapkan dengan baik atau bahkan tidak tersedia maka

para wisatawan akan ragu-ragu bahkan enggan untuk datang ke objek wisata

yang dikunjungi. Keterkaitan antara prasarana dan sarana pariwisata dapat kita

ibaratkan antara lain sarana pengangkutan dapat berfungsi apabila terdapat

prasarana perhubungan, kereta api memerlukan rel serta stasiun kereta tempat

17
kereta tersebut berhenti, pesawat udara memerlukan landasan udara agar dapat

terbang atau mendarat, serta banyak contoh lainnya untuk mengibaratkan

kertekaitan keduanya.

3. Community Bassed Tourism

Pengembangan pariwisata tidak lepas dari peran berbagai pihak tak

terkecuali masyarakat khususnya masyarakat sekita objek wisata. Masyarakat

sekitar objek pariwisata tentu harus ikut berperan aktif dalam pengembangan

suatu objek pariwisata. Sumber daya manusia didalam kepariwisataan sangat

berperan penting, Hadiwijoyo (2012:56) penyiapan sumber daya manusia

yang memiliki kompetensi tinggi dibidang pelayanan jasa kepariwisataan juga

menjadi hal yang perlu dilakukan. Kemampuan masyarakat dalam berinteraksi

dan bersosialisasi perlu dilengkapi pula denga kemampuan teknis, operasional

dan manejerian dalam penyediaan barang dan jasi kepariwisataan. Stigma

bahwa pekerja dibidang pariwisata merupakan pelayan harus mulai diubah

menjadi pekerja profesional yang berkelas dunia. Begitu pula dengan

pengembangan pariwisata harus berbasis masyarakat atau Comunnity Bassed

Tourism, Nurhidayati (2008:21) defenisi Comunnity Bassed Tourism sebagai

berikut. Pertama, bentuk pariwisata yang memberiakan kesempatan kepada

masyarakat lokal untuk mengontrol dan terlibat dalam manajemen dan

pembangunan pariwisata. Kedua, memberikan keuntungan kepada masyarakat

yang tidak terlibat langsung dalam usaha-usaha pariwisata. Ketiga, menuntut

18
pemberdayaan secara politis dan demokratis dengan distribusi kepada

komunitas yang kurang beruntung dipedesaan.

4. Peran serta Pemerintah, Swasta dan Masyarakat

Didalam pengembangan pariwisata tentu tidak terlepas dari adanya

peran serta masyarakat dan juga pemerintah . dimana pemerintah yang

membuat regulasi dan masyarakat juga ikut berperan aktif dalam

pengembangan pariwisata. Pitana dan Diarta (2009:32): “Regulasi merupakan

suatu usaha dari instansi (pemerintah) yang telah diberi wewenang atau

otoritas untuk mengatur aktivitas tertentu yang berada dalam wilayah

yuridiksinya. Hal ini berarti pemerintah memberlakukan aturan tertentu yang

mendikte aktivitas pihak lain, dalam kaitannya dengan pariwisata, regulasi

merupakan alat bagi pemerintah dalam menjamin stake-holder pariwisata

yang ditetapkan“

2.1.5. Konsep strategi

Analisis strategi militer diplomatik dan analogi-analogi yang serupa

dalam bidang lain menyediakan beberapa wawasan penting kedalam

dimensi dasar, sifat dan desain strategi formal (Quinn dkk., 2003:71-75)

Pertama, strategi efektif mengandung tiga unsur penting:

1. Tujuan

Tujuan merupakan hasil yang ingin dicapai oleh suatu organisasi atau

instansi. Tujuan merupakan salah satu dimensi yang dapat menciptakan

sebuah strategi yang akan digunakan sebuah organisasi atau instansi

19
dalam pencapaian tujuannya dimana ketika tujuan sudah ditetapkan

maka kita dapat mengetahui strategi yang akan digunakan.

2. Kebijakan

Kebijakan Merupakan rangkaian keputusan yang membimbing dan

membatasi tindakan yang dilakukan. Kebijakan yang dibuat untuk

menetapkan arah suatu tujuan yang ditetapkan ditetapkan sehingga

pembuatan kebijakan lebih memudahkan untuk mengarahkan suatu

organisasi atau instansi dalam menerapkan suatu strategi.

3. Program

Program merupakan urutan-urutan tindakan yang dilakukan dalam

mencapai tujuan yang ditetapkan. Program dimaksudkan untuk mengatur

segala tindakan-tindakan yang akan dilakukan sehingga strategi yang

akan diterapkan dapat terlaksana dengan maksimal.

Strategi menentukan arah keseluruhan dan tindakan fokus organisasi.

formulasinya tidak dapat dianggap sebagai generasi belaka dan keselarasan

program untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan

pembangunan merupakan bagian integral dari strategi formulasi. Kedua,

strategi efektif mengembangkan beberapa konsep, kunci dan dorongan yang

memberi mereka kohesi, keseimbangan, dan fokus. Bebesrapa tekanan

bersifat sementara: lain yang dilakukan melalui strategi tahap akhir. Sumber

daya harus dialokasikan dalam pola-pola yang menyediakan sumber daya

yang cukup untuk setiap dorongan untuk berhasil terlepas dari rasio biaya

20
relatif/keuntungannya. Unit organisasi harus terkoordinasi dan tindakan-

tindakan yang dikendalikan untuk mendukung pola dorong yang

dimaksudkan atau strategi total. Ketiga, strategi berkaitan tidak hanya

dengan tak terduga, tetapi juga dengan tidak dapat diketahui.

Braybrooke dan Lindblom (1963:89) untuk strategi perusahaan, analis

tidak bisa meramalkan cara yang tepat di mana semua kekuatan bisa

berinteraksi satu sama lain., terdistorsi oleh sifat atau emosi manusia, atau

dimodifikasi oleh imajinasi dan tujuan aksi balasan lawan cerdas. Tindakan

rasional atau bagaimana rangkaian acara yang tampaknya aneh dapat

berkonspirasi untuk mencegah atau membantu keberhasilan Akibatnya,

esensi dari strategi apakah militer, diplomatik, Bisnis, olahraga, (atau)

politik. adalah untuk membangun postur yang begitu kuat dan berpotensi

fleksibel, cara selektif bahwa organisasi dapat mencapai tujuan meskipun

cara-cara tidak terduga, kekuatan-kekuatan eksternal benar-benar dapat

berinteraksi ketika saatnya tiba. Keempat, hanya sebuah organisasi militer

yang memiliki berbagai eselon grand, teater, daerah, pertempuran, Infantri

dan artileri strategi, jadi kompleks organisasi harus lain yang memiliki

sejumlah hirarki terkait dan saling mendukung strategi Vancil dan Lorange

(1975:47). Setiap strategi harus lebih atau kurang lengkap dalam dirinya

sendiri, selaras dengan tingkat desentralisasi yang dimaksudkan. Namun

masing-masing harus dibentuk sebagai elemen kohesif tingkat strategi yang

lebih tinggi. Meskipun, mencapai total kohesi antara semua organisasi yang

21
besar, strategi akan menjadi tugas yang luar biasa untuk setiap petugas

kepala executif, sangat penting bahwa ada satu wadah yang sistematis untuk

pengujian setiap komponen strategi dan melihat bahwa itu memenuhi

prinsip-prinsip utama dari strategi dibentuk.

2.1.6. Definisi Strategi

Pengertian “strategi” bersumber dari kata Yunani Klasik, yakni

“strategos” (jenderal), yang pada dasarnya diambil dari pilihan kata-kata

Yunani untuk “pasukan” dan “memimpin”. Penggunaan kata kerja Yunani

yang berhubungan dengan “strategos” ini dapat diartikan sebagai

“perencanaan dan pemusnahan musuh-musuh dengan menggunakan cara

yang efektif berlandaskan sarana- sarana yang dimiliki” (Heene dkk,

2010:10).

Salusu dan Young (Salusu, 2015:25) menawarkan suatu definisi

yang lebih sederhana, yaitu “strategi ialah suatu seni menggunakan

kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya

melalui hubungannya yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang

paling menguntungkan”.

Kenichi (Kurniawan dan Hamdani, 2000:42) seorang pakar

pemasaran sekaligus konsultan manajemen tersohor dan penulis buku The

End of Nation State mengatakan “Strategi adalah “keunggulan bersaing

guna mengubah kekuatan perusahaan menjadi sebanding atau melebihi

kekuatan pesaing melalui cara yang paling efisien”.

22
Benjamin dan John (Kurniawan dan Hamdani, 2000:42)

mendefinisikan strategi sebagai “kerangka yang membimbing dan

mengendalikan pilihan-pilihan yang menetapkan arah serta karakteristik

suatu organisasi”.

Gerry dan Kevan (Jemsly Hutabarat dan Martani Huseini 2006:18)

menyatakan bahwa “strategi sebagai arah dan cakupan jangka panjang

organisasi untuk mendapatkan keuntungan melalui konfigurasi sumber

daya lingkungan yang berubah untuk mencapai kebutuhan pasar dan

memenuhi harapan berbagai pihak”.

Jauch (Sedarmayanti, 2014:31) “strategi adalah rencana yang

disatukan, luas dan berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategi

perusahaan dengan tantangan lingkungan, dirancang untuk memastikan

tujuan utama dari perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang

tepat oleh organisasi”.

Chandler (Salusu, 1996:88) mengatakan strategi adalah penetapan

sasaran jangka panjang organisasi, serta penerapan serangkaian tindakan

dan alokasi daya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut.

Dewasa ini istilah strategi sudah digunakan oleh semua jenis

organisasi dan ide-ide pokok yang terdapat dalam pengertian semula tetap

dipertahankan hanya saja aplikasinya disesuaikan dengan jenis strategi

yang diterapkannya, karena dalam arti yang sesungguhnya, manajemen

puncak memang terlibat dalam suatu “peperangan” tertentu.

23
Dalam merumuskan suatu strategi, manajemen puncak harus

memperhatikan berbagai faktor yang sifatnya kritikal, yaitu :

Pertama: Strategi berarti menentukan misi pokok suatu organisasi

karena manajemen puncak menyatakan secara garis besar apa yang

menjadi pembenaran keberadaan organisasi, filosofi yang bagaimana yang

akan digunakan untuk menjamin keberadaan organisasi tersebut dan

sasaran apa yang ingin dicapai. Yang jelas menonjol dalam dalam faktor

pertama ini ialah bahwa strategi merupakan keputusan dasar yang

dinyatakan secara garis besar.

Kedua: Dalam merumuskan dan menetapkan strategi, manajemen

puncak mengembangkan profil tertentu bagi organisasi. Profil dimaksud

harus menggambarkan kemampuan yang dimiliki dan kondisi internal yang

dihadapi oleh organisasi yang bersangkutan.

Ketiga: Pengenalan yang tentang lingkungan dengan mana organisasi

akan berinteraksi, terutama situasi yang membawa suasana persaingan

yang mau tidak mau harus dihadapi oleh organisasi apaila organisasi yang

bersangkutan ingin tidak hanya mampu melaksanakan eksistensinya, akan

tetapi juga meningkatkan efektivitas dan produktivitas kerjanya.

Keempat: Suatu strategi harus merupakan analisis yang tepat tentang

kekuatan yang dimiliki oleh organisasi, kelemahan yang mungkin melekat

pada dirinya, berbagai peluang yang mungkin timbul dan harus

24
dimanfaatkan serta ancaman yang diperkirakan akan dihadapi. Dengan

analisis yang tepat berbagai alternatif yang dapat ditempuh akan terlihat.

Kelima: Mengidentifikasikan beberapa pilihan yang wajar ditelaah

lebih lanjut dari berbagai alternatif yang tersedia dikaitkan dengan

keseluruhan upaya yang akan dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan

dan sasaran organisasi.

Keenam: Menjatuhkan pilihan pada satu alternatif yang dipandang

paling tepat dikaitkan sasaran jangka panjang yang dianggap mempunyai

nilai yang paling stratejik dan diperhitungkan dapat dicapai karena

didukung oleh kemampuan dan kondisi internal organisasi.

Ketujuh: suatu sasaran jangka panjang pada umumnya mempunyai

paling sedikit empat ciri yang paling menonjol, yaitu: (a) sifatnya yang

idealistik, (b) jangkauan waktunya jauh ke masa depan, (c) hanya bisa

dinyatakan secara kualitatif, dan (d) masih abstrak. Dengan ciri-ciri seperti

itu, suatu strategi perlu memberikan arah tentang rincian yang perlu

dilakukan. Artinya, perlu ditetapkan sasaran antara dengan ciri-ciri: (a)

jangkauan waktu ke depan spesifik, (b) praktis dalam arti diperkirakan

mungkin dicapai, (c) dinyatakan secara kuantitatif, dan (e) bersifat konkret.

Kedelapan: Memperhatikan pentingnya operasionalisasi keputusan

dasar yang dibuat dengan memperhitungkan kemampuan organisasi di

bidang anggaran, sarana, prasarana, dan waktu.

25
Kesembilan: Mempersiapkan tenaga kerja yang memenuhi berbagai

persyaratan bukan hanya dalam arti kualifikasi teknis, akan tetapi juga

keperilakuan serta mempersiapkan system manajemen sumber daya

manusia yang berfokus pada pengakuan dan penghargaan harkat dan

martabat manusia dalam organisasi.

Kesepuluh: teknologi yang akan dimanfaatkan yang karena

peningkatan kecanggihannya memerlukan seleksi yang tepat.

Kesebelas: Bentuk, tipe, dan struktur organisasi yang akan digunakan

pun harus turut diperhitungkan, misalnya apakah akan mengikuti pola

tradisional dalam arti menggunakan struktur yang hierarkiral dan

piramidal, ataukah akan menggunakan struktur yang lebih datar dan

mungkin berbentuk matriks.

Keduabelas: Menciptakan suatu sistem pengawasan sedemikian rupa

sehingga daya inovasi kreativitas dan diskresi para pelaksana kegiatan

operasional tidak “dipadamkan”.

Ketigabelas: Sistem penilaian tentang keberhasilan atau

ketidakberhasilan pelaksanaan strategi yang dilakukan berdasarkan

serangkaian kriteria yang rasional dan objektif.

Keempatbelas: Menciptakan suatu sistem umpan balik sebagai

instrumen yang ampuh bagi semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan

strategi yang telah ditentukan itu untuk mengetahui apakah sasaran

26
terlampaui, hanya sekedar tercapai atau bahkan mungkin tidak tercapai.

Kesemuanya ini diperlukan sebagai bahan dan dasar untuk mengambil

keputusan di masa depan.

Dari pembahasan di atas kiranya jelas bahwa pada dasarnya yang

dimaksud dengan strategi bagi manajemen organisasi pada umumnya ialah

rencana berskala besar yang berorientasi jangkauan masa depan yang jauh

serta ditetapkan sedemilkian rupa sehingga memungkinkan organisasi

berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya dalam kondisi persaingan

yang kesemuanya diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan dan

berbagai sasaran organisasi yang bersangkutan (Siagian 2003:16).

(Henry dkk,2003:58) dalam buku The Strategy Process, menyajikan

lima definisi strategi yaitu :

1. Strategi Sebagai Rencana

Strategi adalah rencana, semacam sadar dimaksudkan yang meliputi

tindakan, pedoman (atau pedoman yang ditetapkan) untuk menangani

situasi. Dengan definisi ini, strategi memiliki dua karakteristik penting:

mereka dibuat sebelum tindakan yang menerapkan, dan mereka

dikembangkan secara sadar dan sengaja. Sebagai rencana, strategi

berkaitan dengan bagaimana pemimpin mencoba untuk menetapkan arah

untuk organisasi, untuk mengatur mereka pada tindakan yang telah

ditentukan. Dalam mempelajari strategi sebagai rencana, kita harus entah

27
bagaimana masuk ke dalam pikiran strategi, untuk mencari tahu apa yang

benar-benar dimaksudkan.

2. Strategi Sebagai Taktik

Sebagai taktik, strategi membawa kita ke dalam wilayah persaingan

langsung, dimana ancaman dan feints dan berbagai manuver lain bekerja

untuk mendapatkan keuntungan. Tempat ini proses pembentukan strategi

dalam pengaturan yang paling dinamis, dengan gerakan memprovokasi dan

seterusnya. Namun Ironisnya, strategi itu sendiri adalah sebuah konsep

yang berakar tidak dalam perubahan tetapi dalam stabilitas dalam mengatur

rencana dan pola didirikan.

3. Strategi Sebagai Pola

Tetapi jika strategi dapat dimaksudkan (apakah sebagai rencana

umum atau khusus ploys), tapi mereka juga dapat terwujud. Dengan kata

lain, menentukan strategi sebagai rencana ini tidak cukup; kita juga perlu

definisi yang meliputi perilaku yang dihasilkan. Dengan demikian, definisi

ketiga diusulkan: strategi adalah pola khususnya, pola dalam aliran

tindakan. Menurut definisi ini, strategi adalah konsistensi dalam perilaku,

apakah atau tidak dimaksudkan.

Hal ini mungkin terdengar aneh definisi untuk kata yang telah begitu

terikat dengan kehendak bebas. Tetapi faktanya adalah bahwa sementara

hampir tidak ada yang mendefinisikan strategi dalam cara ini, banyak

28
orang tampak pada suatu waktu menggunakannya. Quinn (1980:35) dalam

(Mintzberg dkk, 2003:35) mengatakan, pertimbangkan ini kutipan dari

seorang eksekutif bisnis "Secara bertahap pendekatan yang sukses

menggabungkan ke dalam pola tindakan yang menjadi strategi kami. Kita

tidak memiliki strategi keseluruhan".

Dengan demikian, definisi strategi sebagai rencana dan pola dapat

cukup independen satu sama lain: rencana saya belum direalisasi,

sementara pola mungkin muncul tanpa prasangka. Sebagai pola, bertitik

berat pada tindakan. Strategi sebagai pola juga memperkenalkan gagasan

tentang konvergensi, pencapaian konsistensi dalam perilaku organisasi.

Menyadari strategi dimaksudkan, mendorong kita untuk

mempertimbangkan gagasan bahwa strategi dapat muncul serta sengaja

dikenakan.

4. Strategi Sebagai Posisi

Definisi keempat adalah strategi sebagai posisi-secara khusus, cara

untuk menemukan sebuah organisasi, di teori organisasi suka menyebutnya

"lingkungan". Dengan definisi ini, strategi menjadi mediasi antara

organisasi dan lingkungan dalam konteks internal dan eksternal. Definisi

strategi sebagai posisi dapat kompatibel dengan baik (atau semua) dari

yang sebelumnya, posisi dapat dicentang dan bercita-cita untuk

memikirkan rencana (atau taktik) atau dapat dicapai, mungkin bahkan

melalui pola perilaku.

29
Sebagai posisi, strategi ini mendorong kita untuk melihat organisasi

dalam lingkungan kompetitif mereka, bagaimana mereka menemukan

posisi mereka dan melindungi mereka untuk memenuhi persaingan,

menghindarinya atau menumbangkannya. Hal ini memungkinkan kita

untuk berpikir organisasi secara ekologis, sebagai organisme dalam ceruk

yang berjuang untuk bertahan hidup di dunia permusuhan dan

ketidakpastian serta simbiosis.

5. Strategi Sebagai Perspektif

Definisi kelima ini menunjukkan bahwa semua konsep strategi

memiliki satu implikasi penting, yaitu bahwa semua strategi adalah

abstraksi yang hanya ada di pikiran pihak yang berkepentingan. Hal ini

penting untuk diingat bahwa tidak ada yang pernah melihat atau menyentuh

strategi, setiap strategi adalah sebuah penemuan, khayalan dari imajinasi

seseorang, apakah dirumuskan sebagai niat untuk mengatur perilaku itu

berlangsung atau disimpulkan sebagai pola untuk menggambarkan perilaku

yang telah terjadi.

Sebagai perspektif, strategi menimbulkan pertanyaan menarik tentang

niat dan perilaku dalam konteks kolektif. Jika kita mendefinisikan

organisasi sebagai tindakan kolektif dalam mengejar misi umum, kemudian

strategi sebagai perspektif memunculkan masalah bagaimana menyebar

niat melalui sekelompok orang untuk menjadi bersama sebagai norma-

30
norma dan nilai-nilai, dan bagaimana pola perilaku menjadi sangat

tertanam dalam kelompok.

Seperti yang disarankan di atas, strategi sebagai posisi dan perspektif

dapat kompatibel dengan strategi sebagai rencana dan/atau pola. Tapi, pada

kenyataannya, hubungan antara definisi yang berbeda ini bisa lebih terlibat,

tapi konsep strategi yang muncul adalah bahwa pola yang dapat muncul

dan diakui menimbulkan sebuah rencana resmi, mungkin dalam perspektif

keseluruhan.

Sementara berbagai hubungan yang ada antara definisi yang berbeda,

satu hubungan, atau satu definisi diutamakan dibanding yang lain. Dalam

beberapa hal, definisi ini bersaing (dalam artian bahwa mereka dapat

menggantikan satu sama lain), tetapi mungkin cara yang lebih penting,

mereka saling melengkapi. Masing-masing definisi menambahkan elemen

penting untuk pemahaman kita tentang strategi, mendorong kita untuk

mengatasi pertanyaan mendasar mengenai organisasi secara umum.

2.1.7. Jenis-Jenis Strategi

Adapun jenis-jenis strategi di dalam buku Konsep Manajemen

Strategis, (David dan Guswan 2015:16) menjelaskan bahwa ada beberapa

jenis strategi alternatif, yaitu :

31
1. Strategi Integrasi

Strategi integrasi adalah jenis strategi yang memungkinkan sebuah

perusahaan memperoleh kendali atas distributor, pemasok, dan / atau

pesaing. Jenis-jenis integrasi adalah sebagai berikut :

a. Integrasi ke depan

Integrasi ke depan adalah jenis integrasi yang berkaitan

dengan usaha untuk memperoleh kepemilikan atau kendali

yang lebih besar atas distributor atau peritel.

b. Integrasi ke belakang

Integrasi ke belakang adalah jenis integrasi yang

mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas

pemasok perusahaan.

c. Integrasi horizontal

Integrasi horizontal adalah jenis integrasi yang mengupayakan

kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pesaing.

2. Strategi Intensif

Strategi intensif adalah jenis strategi yang mengharuskan adanya

upaya- upaya intensif jika posisi kompetitif sebuah perusahaan dengan

produk yang ada saat ini ingin membaik.

a. Penetrasi pasar

Penetrasi pasar adalah jenis strategi yang mengusahakan

peningkatan pangsa pasar untuk produk atau jasa yang ada di

32
pasar saat ini melalui upaya-upaya pemasaran yang lebih

besar.

b. Pengembangan pasar

Pengembangan pasar adalah jenis strategi yang

memperkenalkan produk atau jasa saat ini ke wilayah

geografis baru.

c. Pengembangan produk

Pengembangan produk adalah jenis strategi yang

mengupayakan peningkatan penjualan melalui perbaikan

produk atau jasa saat ini atau pengembangan produk atau jasa

baru.

3. Strategi Diversifikasi

Strategi diversifikasi adalah suatu jenis strategi dimana perusahaan

menambah produk atau jasa baru untuk membantu meningkatkan

penjualan perusahaan.

a. Diversifikasi Terkait

Diversifikasi terkait adalah jenis strategi dimana perusahaan

menambah produk atau jasa yang baru namun masih berkaitan

dengan produk atau jasa perusahaan yang lama.

b. Diversifikasi tak terkait

33
Diversifikasi tak terkait adalah jenis strategi dimana

perusahaan menambah produk atau jasa yang baru namun

tidak berkaitan sama sekali dengan garis bisnis perusahaan

sebelumnya.

4. Strategi Defensif

Strategi defensif adalah jenis strategi dimana kondisi perusahaan

sedang mengalami penurunan sehingga harus melakukan

restrukturisasi melalui penghematan biaya dan asset untuk

meningkatkan kembali penjualan dan laba yang sedang menurun.

a. Penciutan

Penciutan adalah strategi dimana dilakukan pengelompokan

ulang (regrouping) melalui pengurangan biaya dan asset

untuk membalik penjualan dan laba yang menurun.

b. Divestasi

Divestasi adalah strategi dimana dilakukan penjualan suatu

divisi atau atau bagian dari suatu organisasi.

c. Likuidasi

Likuidasi adalah strategi dimana dilakukan penjualan seluruh

asset perusahaan, secara terpisah-pisah, untuk kekayaan

berwujudnya.

34
Adapun Jenis-jenis strategi yang dikemukakan oleh Robbins dan Coulter

(2016:68) dalam buku Management yang mengklasifikasikan jenis-jenis strategi

berdasarkan tingkatan organisasinya, yaitu5:

1. Strategi Tingkat Korporasi

Strategi tingkat korporasi (corporate-level strategis) berusaha

menentukan apakah yang seharusnya dimasuki atau ingin dimasuki

perusahaan. Strategi tingkatan korporasi menentukan arah yang akan dituju

organisasi itu dan peran yang akan dimainkan oleh tiap unit bisnis organisasi

itu dalam mengejar arah itu. Ada tiga strategi korporasi yang utama, yaitu :

a. Strategi Pertumbuhan adalah strategi tingkatan korporasi yang

berusaha meningkatkan tingkat operasi organisasi tersebut dengan

meluaskan jumlah produk yang ditawarkan atau pasar yang dilayani.

b. Stabilitas strategi adalah strategi tingkat korporasi yang dicirikan

oleh tiadanya perubahan yang berarti. Contoh strategi itu mencakup

secara terus menerus melayani klien yang sama dengan menawarkan

produk atau jasa yang sama, mempertahankan pangsa pasar, dan

mempertahankan tingkat hasil atas investasi (return on investment)

organisasi tersebut.

c. Strategi Pembaharuan adalah membuat strategi yang mengatasi

kelemahan organisasional yang menyebabkan penurunan kinerja.

Ada dua jenis utama dari strategi pembaharuan : Strategi


5
http://repository.iainpare.ac.id/2774/3/15.2300.130%20BAB%202.pdf

35
pengurangan adalah suatu strategi pembaharuan jangka pendek yang

digunakan dalam situasi ketika kinerja tak begitu serius. Strategi

perubahan haluan adalah strategi pembaharuan untuk saat di mana

masalah kinerja organisasi menjadi lebih kritis.

2. Strategi Tingkat Perusahaan

Strategi tingkat perusahaan berusaha menentukan cara organisasi bersaing

dalam tiap bisnisnya atau tiap perusahaannya. Bagi organisasi kecil yang

menekuni hanya satu lini bisnis atau organisasi besar yang tidak melakukan

diversifikasi ke berbagai produk atau pasar, strategi tingkatan perusahaan itu

lazimnya tumpang tindih dengan strategi korporasi organisasi tersebut. Bagi

organisasi-organisasi yang memiliki bisnis beragam, bagaimanapun juga, tiap-

tiap divisi akan mempunyai strateginya sendiri yang mendefinisikan produk

atau jasa yang akan ditawarkannya, pelanggan yang ingin diraihnya atau

semacamnya.

3. Strategi Tingkat Fungsional

Strategi tingkat fungsional mendukung strategi tingkat bisnis. Bagi organisasi

yang memiliki departemen fungsional tradisional, seperti pabrikasi,

pemasaran, sumber daya manusia, riset dan pengembangan, dan keuangan,

strategi-strategi itu harus mendukung strategi tingkat perusahaan.

2.1.8. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi atau sering disebut perkembangan ekonomi

adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkatpita penduduk

36
meningkat dalam jangka panjang disertai dengan perubahan ciri-ciri penting

dalam suatu masyarakat (Mulyani,2017:6)

1. Pengertian Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total

dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertumbuhan

penduduk disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi

suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara.

Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi.

Pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya.

Pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Yang

dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas

produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan

pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan

ekonomi apabila terjadi penigkatan Produk Domestik Bruto rill di negara

tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan

pembangunan ekonomi. Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan

ekonomi keberhasilannya lebih bersifat kualitatif, yaitu adanya kenaikan

dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan,

sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bkan hanya

pertambahan produksi, tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam

37
struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sector perekonomian

seperti lembaga,pengetahuan, social dan teknik.6

2. Elemen Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang

menyebabkan pendapatan per kapita penduduk meningkat dalam jangka

panjang. Terdapat tiga elemen penting yang berkaitan dengan

pembangunan ekonomi:7

1. Pembangunan sebagai suatu proses, artinya bahwa pembangunan

merupakan suatu tahap yang harus dijalalani oleh setiap masyarakat

atau bangsa. Sebagai contoh manusia mujlai lahir, tidak langsung

menjadi dewasa harus melalui tahapan-tahapan pertumbuhan.

Demikaian pula, setiap bangsa harus menjalani tahap-tahap

perkembangan untuk menuju kondisi yang adil, makmur, dan

sejahtera.

2. Pembangunan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan

perkapita. Sebagai suatu usaha, pembangunan merupakan tindakan

aktif yang harus dilakukan oleh suatu negara dalam rangka

meningkatkan pendapatan perkapita. Dengan demikian, sangat

dibutuhkan peran serta masyarakat, pemerintah, dan semua elemen

yang terdapatdalam suatu negara untuk berpartisispasi aktif dalam

6
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_ekonomi
7
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_ekonomi

38
proses pembangunan. Hal ini dilakukan karena kenaikan

pendapatan perkapita mencerminkan perbaikan dalam kesejahteraan

masyarakat.

3. Peningkatan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka

panjang. Suatu perekonomian dapat dinyatakan dalam keadaan

berkembang apabila pendapatan perkapita dalam jangka panjang

cenderung meningkat. Hal ini tidak berarti pendapatan perkapita

harus mengalami kenaikan terus menerus. Misalnya, suatu negara

mengalami musibah bencana alam ataupun kekacauan politik, maka

mengakibatkan perekonomian negara tersebut mengalami

kemunduran. Namun, kondisi tersebut hanyalah bersifat sementara

yang terpenting bagi negara tersebut kegiatan ekonominya secara

rata-rata meningkat dari tahun ke tahun.

2.1.9. Indikator Kesejahteraan Masyarakat

Kehidupan yang didambakan oleh semua manusia di dunia adalah

kesejahteraan. Baik di kota maupun di desa, semua mendambakan kehidupan

yang sejahtera baik lahir maupun batin. Namun dalam perjalannya, kehidupan

yang dijalani oleh manusia tidak selamanya dalam kondisi sejahtera. Pasang

surut kehidupan ini membuat manusia selalu berusaha untuk mencari cara

agar tetap sejahtera. Mulai dari pekerjaan kasar seperti buruh atau sejenisnya,

sampai menjadi anggota DPR yang bisa ratusan juta gajinya, diperjuangkan

39
oleh manusia. Jangankan yang halal, yang harampun rela dilakukan demi

kesejahteraan hidup.8

Kesejahteraan meliputi seluruh bidang kehidupan manusia. Mulai dari

ekonomi, sosial, budaya, iptek, pertahanan, keamanan nasional, dan lain

sebagainya. Berbagai bidang kehidupan tersebut meliputi jumlah dan

jangkauan pelayanannya. Pemerintah memiliki kewajiban utama dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, untuk mendapatkan kesejahteraan itu

memang tidak gampang, tetapi bukan berarti mustahil didapatkan, tidak perlu

melakukan yang haram, sebab yang halal masih banyak yang bisa dikerjakan

untuk mencapai kesejahteraan. Hal yang perlu diperhatikan yaitu indikator

kesejahteraan tersebut.9

2.1.10. Analisis EFAS dan IFAS

Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan

ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan sehingga dari

analisis tersebut dapat diambil suatu keputusan dalam organisasi, sebelum

menganalisis menggunakan SWOT, terlebih dahulu menganalisis faktor

internal dan eksternal (Rangkuti,2013:18).

1. Faktor strategi internal

Setelah faktor-faktor strategi internal diidentifikasi, suatu tabel IFAS

(Internal Strategis Faktor Analisis Summary) disusun untuk merumuskan

8
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2012/39TAHUN2012PPPanjel.htm
9
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2012/39TAHUN2012PPPanjel.htm

40
faktor-faktor strategi internal tersebut dalam kerangka strength and

weakness tahapannya adalah (Rangkuti, 2013:18);

1. Tentukan yang menjadi faktor-faktor kekuatan dan kelemahan

perusahaan dalam kolom 1

2. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari

0.1 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan

pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi sttrategi perusahaan.

(semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh lebih dari skor 1,00)

3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1

(poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi

perusahaan yang bersangkutan. Variable yang bersifat positif

(semua Variabel yang masuk kategori kekuatan) diberi nilai +1

sampai dengan +4 (sangat baik) dengan membandingkan rata-rata

industri dengan pesaing utama. Sedangakan variabel yang bersifat

negatif, kebalikannya. Contohnya, jika kelemahan perusahaan besar

sekali dibandingkan dengan rata-rata industri, nilainya adalah 1,

sedangkan jika kelemahan perusahaan dibawah rata-rata industri,

nilainya adalah 4.

4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating kolom 3, untuk

memperoleh faktor pembobotan pada kolom 4, hasilnya berupa skor

41
pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi

mulai dari 4.0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor)

5. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh

total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai

total ini menunjukan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi

terhadap strategis internalnya.

2. Faktor Strategi Eksternal

Sebelum membuat matriks faktor strategis eksternal, kita perlu mengetahui

terlebih dahulu faktor strategis eksternal (EFAS). Berikut ini langkah-

langkah dalam menentukan faktor strategi Eksternal (EFAS) (Rangkuti,

2013:19);

1. Susunlah dalam kolom 1 (peluang dan ancaman)

2. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2 mulai dari 1,0 (sangat

penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut

kemungkinan dapat memberikan dampak strategis.

3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing- masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)

berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang

bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor bersifat positif

(peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya

kecil diberi rating 1). Misalnya jika nilai ancamannya sedikit maka

ratingnya 4.

42
4. Jadi, rating mampu mengacu kepada kondisi perusahaan sedangkan

bobot mengacu pada industri dimana perusahaan berada

5. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk

memperoleh faktor pembobotan pada kolom 4 hasilnya berupa skor

pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai

dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

6. Jumlahkan skor pembotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor

pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan.

2.2. Kajian Empiris

No Nama/Judul Tujuan Penelitian Metode Hasil


Penelitian Penelitian
1 Reza Dwicahyadi, Merumuskan Penelitian ini Hasil dari penelitian ini
Asep Harianto/ strategi menggunakan berupa strategi
Strategi pengembangan penelitian ini pengembangan tiap
Pengembangan wisata terpadu di adalah Deskriptif masing-masing objek yang
Wisata Terpadu di kecamatan Muntok Kuantitatif telah mempunyai
Kecamatan keterpaduan pada sisi
Muntok Kabupaten manajemen, infrastruktur,
Bangka Barat fasilitas, dan aksesibilitas.
Hal ini dimaksudkan agar
memudahkan pengunjung
dalam menggunakan
waktunya sesingkat
mungkin dan mendapatkan
pengalaman berwisata
sebanyak-banyaknya
2 Wanjat Kastolani/ Dapat Penelitian ini Berdasarkan daya tarik
Pengembangan mengidentifikasi menggunakan wisata yaitu
wisata terpadu pengembangan Skalogram diperlukannya upaya
berdasarkan daya wisata terpadu Guttman yang pengembangan pada
tarik kawasan berdasarkan daya mengacu pada faktor-faktor penentu daya
konservasi di tarik kawasan faktor penentu tarik wisata,
kecamatan konservasi daya tarik sehingga didapatkan
Cimenyan dikecamatan pemilihan lokasi wisata
Cimenyan untuk pengembangan pada
faktorfaktor penentu daya
tarik wisata, sehingga
didapatkan pemilihan

43
lokasi wisata untuk
pengembangan obyek
wisata pada lima lokasi
wisata yang ada di
Kecamatan Cimenyan
yaitu lokasi wisata Curug
Hampa, Caringin Tilu,
Oray Tapa, Kolam Renang
Nuansa Alam, dan Taman
THR Djuanda
3 Abdur Razak dan Penelitian ini Penelitian ini Penelitian ini
Rimadewi bertujuan untuk menggunakan menghasilkan zona-zona
Suprihardjo/ menjabarkan potensi pendekatan pengembangan pada
Pengembangan dan karakteristik rasionalisme, wilayah penelitian. Zona-
Kawasan masing-masing didalamnya zona ini terdiri dari zona
Pariwisata Terpadu kawasan hingga menggunakan inti dan zona pendukung.
di Kepulauan mendapatkan pendekatan
Seribu struktur kawasan kualitatif
pengembangan
4 Apridev Khomenie Penelitian ini Penelitian ini Penelitian ini
dan Ema bertujuan untuk menggunakan menghasilkan arahan pada
Umilia/Arahan mendapatkan arahan penelitian keterpaduan kawasan yang
Pengembangan pengembangan kualitatif yang didukung oleh aksebilitas
kawasan wisata kawasan wisata bersifat deskriptif berupa pengadaan jalur
terpadu Kanjeran terpadu Kanjeran wisata internal dan
Surabaya Surabaya eksternal melewati akses
tepi air dan terintergrasi
dengan Coastal Road.
Sumber : Kompilasi berbagai jurnal, 2023

2.3. Kerangka berpikir

Sektor pariwisata merupakan salah satu indikator penting dalam

peningkatan Produk Domestik Bruto (PDRB) baik atas dasar harga berlaku

maupun atas harga konstan. Dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk

melihat potensi yang dimiliki oleh kabupaten TTS dalam hal ini disektor

pariwisata. Penelitian ini mengkaji wisata terpadu dengan studi kasus pada

objek wisata Kampung adat Boti, Benteng None dan Sonaf Amanuban dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan Ekonomi masyarakat.

Penelitian ini menggunakan analisis SWOT dalam mencari tahu

44
strategi apa saja yang bisa digunakan dalam meningkatkan objek wisata

terpadu diatas. Strategi yang didapat nantinya akan menjadi acuan dalam

mencari tahu bagaimana langkah yang strategis dalam meningkatkan objek

wisata terpadu sehingga DTW pada kabupaten TTS akan ditingkatkan

kualitasnya dalam rangka menarik minat kunjungan pada kabupaten TTS.

Selain itu objek-objek wisata yang dimaksud juga akan menambah kontribusi

yang semakin baik pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada kabupaten TTS.

Strategi-strategi yang nantinya akan menjadi panduan dalam membangun

kawasan tersebut akan digunakan untuk mengembangkan wisata terpadu pada

kabuaten TTS sehingga makin banyak wisatawan yang tertarik untuk

berkunjung maka perlahan-lahan kesejahteraan ekonomi masyarakat akan

ditingkatkan.

Gambar 2.1
Kerangka Berpikir

WISATA TERPADU
1. Kampung Adat Boti
2. Benteng None
3. Sonaf Amanuban

SWOT

STRATEGI PENGEMBANGAN
WISATA TERPADU

45
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan

melakukan kegiatan studi kasus guna memperoleh berbagai data dan informasi

yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas. Jadi penelitian ini

bertujuan untuk mencari dan mengumpulkan data dalam rangka pengembangan

wisata terpadu pada objek wisata Kampung Adat Boti, Benteng None dan

Sonaf Amanuban.

3.2. Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian Deskriptif

Kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengungkapkan informasi

kualitatif sehingga lebih menekankan pada masalah proses dan makna dengan

mendeskripsikan sesuatu masalah. Pendekatan penelitian yang digunakan ini

dipilih karena dalam pendekatan ini dapat menggambarkan dan memberikan

penjelasan tentang peran pemerintah dan pengembangan sektor pariwisata

terhadap wiata terpadu dengan objek penelitian terpadu yaitu Kampung Adat

Boti, Benteng None, Sonaf Amanuban.

3.3. Fokus Penelitian

Fokus pada penelitian ini adalah mengamati objek wisata Kampung

Adat Boti, Benteng None, Sonaf Amanuban dan mengumpulkan data

46
wawancara dan observasi dari informan kemudian melakukan pengolahan data

yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu kesimpulan berupa strategi dalam

pengembangan wisata terpadu.

3.4. Jenis dan Sumber data

3.4.1. Jenis data

a. Data kualitatif

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif.

Data kualitatif dalam penelitian ini berupa informasi tentang kebijakan

apasaja yang dibuat dalam rangka pengembangan wisata terpadu dan apa

saja yang menjadi keluhan dan kebutuhan masyarakat pada masing-masing

objek wisata serta wisatawan berdasarkan hasil wawancara dan koisioner.

b. Data kuantitatif

Data kuantitatif dalam penelitian ini berupa angka pada objek wisata

Kampung Adat Boti, Benteng None, Sonaf Amanuban.

3.4.2. Sumber data

1. Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung sebagai

hasil pengumpulan sendiri. Data primer pada penelitian ini adalah data

yang diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada informan yang

meliputi pengelola masing-masing objek wisata, tokoh masyarakat,

aparatur desa, dan pengunjung.

47
2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi yang

terkait dengan melakukan studi kepustakaan terhadap bahan-bahan

publikasi secara resmi, buku-buku, majalah-majalah serta laporan lain

yang berhubungan dengan penelitian. Data sekunder pada penelitian ini

diperoleh dari website Dinas Pariwisata kabupaten Timor Tengah Selatan,

data publikasi yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

3.5. Teknik Pengumpulan data

Untuk memperoleh data diperlukan teknik pengumpukan data yang

baik guna menyempurnakan hasil penelitian yang digunakan. Adapun teknik

pengumpulan data yang dipilih oleh penulis adalah metode wawancara dan

dokumentasi

3.6. Informan Penelitian

Informan penelitain yang dilibatkan merupakan orang yang

memberikan informasi tentang situasi dan latar penelitian. Ada beberapa

informan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

48
Tabel 3.1
Informan Penelitian

No Informan Jumlah Status Alasan

1 Tokoh Pemerintah 3 Informan Sebagai pihak yang terlibat dan


(desa) pada ketiga objek utama pengambilan keputusan dan
wisata terlibat dalam birokrasi di
pemerintahan desa
2 Tokoh adat pada ketiga 3 Informan Sebagai pihak yang
objek wisata utama mempertimbangkan setiap
kebijakan yang diambil dari
budaya lokal masyarakat
setempat sehingga tidak
menghilangkan budaya yang
kearifan lokal
3 Masyarakat pada ketiga 3 Informan Sebagai pihak yang
objek wisata pendukung mengetahui perkembangan
objek wisata di ketiga objek
wisata tersebut
4 Wisatawan 3 Informan Sebagai pihak yang menikmati
utama ketiga objek wisata tersebut
dan mengetahui kebutuhan apa
saja yang diperlukan dalam
pengembangan objek wisata
5 Pemerintah dinas 1 Informan Sebagai pihak yang mengetahui
pariwisata dan ekonomi utama tentang rencana yang akan
kreatif kabupaten TTS diambil dan dikembangkan
berdasarkan data yang sudah
diambil
Sumber: Hasil olahan penulis,2023

3.7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis dengan menggunakan deskriptif kualitatif yang di padukan dengan

anaisis SWOT. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara

sistematis untuk merumuskan strategi suatu perusahaan. Analisis SWOT

membandingkan anatara faktor external peluang dan ancaman dengan faktor

internal kekuatan dan kelemahan sehingga dari analisis tersebut dapat diambil

suatu keputusan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat merumuskan

49
kekuatan (Strenght) dan peluang (Opportunities). Namun secara bersamaan

dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Theats). Proses

pengambilan keputusan selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan,

strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan suatu

strategi harus menganalisis faktor-faktor strategi perusahaan (kekuatan,

kelemahan, peluang, ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini (Rangkuti,

2013:19).

Dari pengertian SWOT akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Evaluasi Faktor Internal

1. Kekuatan (Strength), yaitu kekuatan apa yang dimiliki TNK.

Dengan mengetahui kekuatan, pariwisata dapat dikembangkan menjadi

lebih tangguh untuk bertahan di pasar dan mampu bersaing untuk

pengembangan lebih lanjut.

2. Kelemahan (Weaknes), yaitu semua faktor yang tidak menguntungkan

atau merugikan TNK.

Tabel 3.2
Matriks IFAS

Faktor-faktor strategi Bobot (2) Rating Jumlah


(1) (3) (4= 2 x 3)
Kategori sebagai Kekuatan X X X
Kategori sebagai kelemahan X X X
Total IFAS X
Sumber: Rangkuti, 2006

50
2. Evaluasi faktor eksternal

1. Kesempatan (opportunity), yaitu semua yang ada sebagai kebijakan

pemerintah, peraturan atau ketentuan yang berlaku perekonomian

nasional atau global yang dianggap memberikan peluang agar

pariwisata tumbuh dan berkembang dimasa depan datang.

2. Ancaman (Threaths), yaitu hal-hal yang dapat mendatangkan kerugian

untuk pariwisata, seperti tergerusnya budaya lokal akibat upaya meniru

gaya hidup pengunjung khususnya wisatawan negara asing, yang

mengakibatkan hilangnya identitas atau keunikan dari budaya lokal.

Tabel 3.3
Matriks EFAS

Faktor-faktor strategi Bobot Rating Jumlah


(1) (2) (3) (4= 2 x 3)
Kategori sebagai Peluang X X X
Kategori sebagai Ancaman X X X
Total IFAS X
Sumber: Rangkuti, 2006

3. Penentuan Bobot

Setelah mendapatkan faktor internal dan eksternal, Peluang dan

Kekuatan diberi bilangan bulat yang positif dan dimulai dari 1 sampai

dengan 5, sedangkan untuk Kelemahan dan Ancaman diberi bilangan

bulat yang 51 negatif dan dimulai dari – 5 sampai dengan – 1. Di

bawah ini adalah pedoman yang dapat dipakai dari angka rating serta

maksudnya.

51
Kelompok Angka/ Rating Arti

Peluang dan Kekuatan 1 Sangat tidak setuju

2 Tidak setuju

3 Ragu

4 Setuju

5 Sangat setuju

Ancaman dan Peluang -1 Agak

-2 Buruk

-3 Cukup

-4 Mengkhawatirkan

-5 Hati-hati/Bahaya

Sumber : Hasil olahan peneliti,2023

4. Perumusan Strategi

Untuk mendapatkan prioritas dan keterkaitan antar strategi, dari hasil

pembobotan IFAS-EFAS SWOT untuk setiap indikator tersebut,

dilakukan interaksi kombinasi strategi yang meliputi kombinasi

eksternal dan internal yang dapat dilihat pada tabel 3.4 :

Tabel 3.4
Matriks SWOT

Faktor Internal STRANGTHS (S) WEAKNESSES (W)


(Daftar semua kekuatan (Daftar kelemahan
yang dimilki) yang dimiliki)
Faktor Eksternal
OPPORTUNITIES (S) Strategi WO Strategi WO
(Daftar semua peluang yang (Growth) (Stabillity)
dapat diidentifikasikan)
THREATS (T) Strategi ST Strategi WT
(daftar semua ancaman yang (Disverisfikation) (Defend)
dapat diidentifikasi)
Sumber: Kuncoro dalam Rahmana (2012)

52
Berdasarkan matrik SWOT diatas dapat diidentifikasikan 4 Strategi yaitu:

1. Strategi SO yang merupakan Strategi dengan menggunakan semua

kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang

2. Strategi ST yang merupakan strategi dengan menggunakan semua

kekuatan untuk menghindar dari semua ancaman

3. Strategi WO yang merupakan strategi mengatasi semua kelemahan

dengan memanfaatkan peluang

4. Strategi WT yang merupakan strategi yang menekan semua kelemahan

dan mencegah semua ancaman

Untuk dapat menentukan posisi sektor pariwisata harus dilakukan penilaian

terhadap dampak IFAS dan EFAS yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

baik secara langsung maupun tidak langsung. Berikut adalah tahap-tahap dalam

menentukan IFAS dan EFAS.

1. Susunlah 1-5 kekuatan dan kelemahan untuk IFAS serta peluang dan

ancaman untuk EFAS.

2. Berikan bobot mulai dari 0,0 ( Tidak Penting) hingga 1,0 (Sangat Penting)

pada masing-masing faktor.

3. Hitung rating pada masing-masing strategi dengan skala 1 (poor) hingga 5

(out standing) berdasarkan strategi pengembangan sektor pariwisata.

4. Kalikan bobot dengan rating untuk memperoleh faktor pembobotan,

sehingga menghasilkan skor pembobotan pada masing-masing faktor yang

nilainya bervariasi mulai dari 1,0 hingga 5,0;

53
5. Jumlahkan skor pembobotan untuk memperoleh total skor pembobotan

yang nantinya nilai total ini menunjukan bagaimana sektor pariwisata

bereaksi terhadap strategis pengembangannya.

Analisis ini dilakukan dengan menggunakan alat pengumpulan data, yaitu:

pedoman kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Dengan tahapan sebagai

berikut:

1. Mengelompokkan data yang sudah didapatkan untuk diolah.

2. Lakukan analisis SWOT.

3. Masukkan ke dalam matriks SWOT.

4. Menganalisis strategi matriks SWOT.

Diagram 3.1
Diagram Analisis SWOT
Opportunity
O

(-,+) (+,+)
Ubah Strategi Progresif

Weakness Kuadran III Kuadran I Strengtht


W S

Kuadran IV Kuadran II

(-,-) (+,-)
Stretegi bertahan Diversifikasi Strategi

T
Threath

Sumber: Diagram Analisis SWOT, Rangkuti 2004

54
Perhitungan nilai pada analisis SWOT dapat dilakukan dengan pendekatan

Kuantitatif analisis SWOT yang dilakukan dengan melakukan perkalian skor

(a) terhadap bobot (b) pada setiap faktor SWOT untuk mendapatkan nilai

perkalian (c = a x b ), pendekatan ini dikembangkan berdasarkan pendekatan

kualitatif. Penentuan posisi dilakukan dengan mengurangi total nilai perkalian

faktor S dan W untuk mendapatkan koordinat x (x = S-W) dan mengurangi total

nilai faktor O dengan T untuk mendapatkan koordinat y (y = O-T), sehingga

mendapatkan koordinat (x,y) untuk menentukan posisi perusahaan pada

diagram SWOT.

Diagram SWOT terbagi menjadi 4 kuadran yang ditunjukan pada gambar 3.1.

1. Kuadran I

Posisi ini menandakan perusahaan memiliki kekuatan dan peluang yang

baik. Rekomendasi strategi pada posisi ini adalah progresif, dimana

perusahaan dapat terus melakukan pengembangan karena memiliki peluang

dan kekuatan yang baik.

2. Kuadran II

Posisi ini menandakan perusahaan memiliki kekuatan yang baik namun

memiliki tantangan yang besar. Rekomendasi strategi pada posisi ini adalah

Diversifikasi Strategi, perusahaan harus memiliki beberapa strategi lain

untuk menghadapi tatangan tersebut.

3. Kuadran III

55
Posisi ini menandakan perusahaan yang lemah namun memiliki peluang

yang baik. Rekomendasi strategi pada posisi ini adalah Perubahan Strategi,

perusahaan harus merubah strateginya untuk memanfaatkan peluang yang

ada karena dikhawatirkan strategi yang lama tidak dapat memanfaatkan

peluang tersebut.

4. Kuadran IV

Posisi ini menandakan perusahaan lemah dan memiliki ancaman.

Rekomendasi strategi pada posisi ini adalah Bertahan, dimana perusahaan

berada di posisi dilematis. Strategi bertahan diambil untuk membenahi

kondisi internal perusahaan agar tidak semakin terperosok.

56
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1. Kabupaten Timor Tengah Selatan

1. Wilayah Administrasi

a. Deskripsi Umum

Kabupaten Timor Tengah Selatan merupakan sebuah kabupaten yang

berada di Pulau Timor, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia, dengan

ibu kota berada di kota Soe. Pada tahun 2020 kabupaten TTS memiliki

penduduk sebanyak 471.202 jiwa dengan kepadatan penduduk 119

jiwa/km2. Secara geografis kabupaten TTS terletak pada2 koordinat

120o4‟00”-124o49‟0 BT dan 9o28‟13”LS-10o10‟26” LS. Kabupaten TTS

memiliki 32 kecamatan dan yang terdiri dari 288 desa dan 12 kelurahan,

memiliki luas wilayah 3.955,36 km2 atau 395.536 Ha. Kabupaten TTS

memiliki batas-batas wilayah geografis sebagai berikut:

1. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Malaka

2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kupang

3. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Timor Tengah Utara

4. Sebelah Selatan berbatsan dengan Laut Timor

57
2. Luas Wilayah

Luas Wilayah menurut Kecamatan di kabupaten TTS.

Tabel 4.1
Luas Wilayah menurut Kecamatan di kabupaten TTS

No Kecamatan luas (Km2) Presentase(%)


1. Mollo Utara 208,22 5,26
2. Fatumnasi 198,65 5,02
3. Tobu 98,89 2,50
4. Nunbena 134,49 3,40
5. Mollo Selatan 147,18 3,72
6. Polen 250,29 6,33
7. Mollo Barat 165,14 1,18
8. Mollo Tengah 99,69 2,52
9. Kota SoE 28,08 0,17
10. Amanuban barat 114,30 2,89
11. Batu Putih 102,32 2,59
12. Kuatnana 141,22 3,57
13. Amanuban Selatan 326,01 8,24
14. Noebeba 186,02 4,70
15. Kuanfatu 136,52 3,45
16. Kualin 195,84 4,95
17. Amanuban Tengah 87,71 2,22
18. Kolbano 108,70 2,75
19. Oenino 154,96 3,92
20. Amanuban Timur 149,26 3,77
21. Fautmolo 46,34 1,77
22. Fatukopa 65,59 1,66
23. KiE 162,78 4,12
24. Kot‟Olin 58,94 1,49
25. Amanatun Selatan 82,64 2,09
26. Boking 94,58 2,39
27. Nunkolo 69,09 1,75
28. Noebana 49,63 1,25
29. Santian 48,17 1,22
30. Amanatun Utara 105,84 2,68
31. Toianas 103,95 2,63
32. Kokbaun 34,32 0,87
33. Timor Tengah Selatan 3.955,36 100
Sumber : Badan Pusat Statistik dalam Angka,2021

58
3. Kondisi fisik

1. Topografi

Kabupaten TTS memiliki sejumlah dataran dengan tipe yang

berlainan. Dataran Pantai Selatan Pulau Timor di Kabupaten TTS

didominasi oleh dataran aluvial yang datar sampai berkemiringan landai.

Pada bagian lain pulau dalam wilayah Kabupaten TTS didominasi

pegunungan. Sedangkan tingkat kelerengan wilayah Kabupaten TTS

berkisar antara :

a. Kelerengan 0–8 % seluas 1.737,42 km² sebaran lokasi sebagian

Kecamatan Kualin, Amanuban Selatan (Panite), sebagian Kecamatan

Kolbano, sebagian Kecamatan Kuatnana, sebagian Kecamatan

Oenino, sebagian Kecamatan Kota Soe, sebagian Kecamatan Polen,

sebagian Kecamatan Amanuban Timur (Oeekam) dan sebagian

Kecamatan Mollo Barat.

b. tingkat kelerengan antara 08–15 % seluas 1.146,48 Km2 lokasinya

berupa spot-spot dan hampir ada disetiap kecamatan,

c. kemiringan lereng antara 15–25 % seluas 826,99 Km2 lokasinya

menyebar dan hampir ada di setiap kecamatan,

d. kemiringan antara 25 – 40 % seluas 244,82 Km2 lokasinya menyebar

di setiap kecamatan

59
e. dan tingkat kemiringan lereng 40 % ke atas seluas 39,91 km²

lokasinya yang terluas di Kecamatan Fatumnasi, Kecamatan Oenlasi

dan sebagian di Kecamatan Nunkolo.

Wilayah Kabupaten TTS memiliki ketinggian dari 0 meter dpl (garis

pantai) hingga 2.477 mdpl (puncak gunung Mutis). Sedangkan hasil dari

proses tektonik lempeng dan mempunyai deformasi relief yang ekstrem.

Berdasarkan pada peta Landsystem (RePPProT skala 1 : 250.000 (1988)

lembar Kupang, Kefamenanu dan Atambua), sistem lahan yang terdapat di

dalam wilayah Kabupaten TTS sebanyak 29 (dua puluh sembilan) buah

dengan total areal seluas 3.955,36 km².

Secara morfologi wilayah Kabupaten TTS dikelompokkan dalam

wilayah dataran seluas 235,54 km², berombak seluas 836,21 km²,

bergelombang seluas 980,30 km² dan berbukit seluas 1929,78 km².

Sedangkan relief ketinggian antara 0 – 500 sekitar 49 % dan relief 500

meter ke atas sekitar 51% di atas permukaan laut (dpl) dengan rincian

sebagai berikut: 0 - 500 Mdpl seluas 2.086,88; 500 - 1000 Mdpl seluas

1.556,98; 1000 - 1500 Mdpl seluas 276,15; 1500 - 2000 Mdpl seluas 74,92;

2000 - 2500 Mdpl seluas 2,9110

1. Geologi dan Morfologi

Berdasarkan peta geologi lembar Kupang – Atambua, Timor

(HMD Rosidi.S Tjokro Saputro, S. Gafoer, K Suwitodirdjo 1979)


10
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Timor_Tengah_Selatan

60
Kabupaten Timor Tengah Selatan ditinjau dari stratigrafi memiliki jenis

batuan sedimen, beku, vulkanik dan batuan malihan, sebagai berikut:

a. Batuan sedimen terdiri dari batuan gamping, kalsilutit, batu pasir,

lanau, serpih dan lempung;

b. Batuan beku terdiri dari batuan ultra basa dan diorit;

c. Batuan malihan adalah malihan berderajat rendah sampai tinggi terdiri

batu sabak, filit, sekis,

d. amfibolit dan granoli.

Satuan alokton, batuan sedimen dan vulkanik terdiri dari kompleks

mutis (PPM), formasi mau bisse/batu gamping (Tr Pml), Formasi mau

bisse/lava bantal (Tr Pmv), formasi haulasi dan formasi noni tak teruraikan,

formasi manamas (Tmm) dan batuan ultra basa (Ub), batuan ekstrusi (basa,

lava), Batuan Ellektrusi (menengah, piroklastik). Di wilayah Kabupaten

Timor Tengah Selatan terdapat patahan/sesar, yaitu sesar antiklin,

kelurusan, kontak, sesar, sesar geser jurus, dan sesar naik. Sesar geser

terdapat di bagian utara Kabupaten Timor Tengah Selatan (Kecamatan

Fatumnasi dan Mollo Selatan). Sedangkan untuk Sesar naik melitasi bagian

Kecamatan Oenlasi, Kecamatan Kuanfatu, Kecamatan Noebeba,

Kecamatan Kot‟olin, sebagian Kecamatan Kolbano dan sebagian

Kecamatan Nunkolo, sedangkan sesar lainnya, yaitu sesar garis jurus mulai

dari Batu Putih sampai Kota Soe, dengan adanya sesar, sesar garis jurus

dan sesar naik menyebabkan permukaan tanahnya labil. Secara morfologi

61
wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan dikelompokkan dalam wilayah

dataran seluas 235,54 Km2, berombak seluas 836,21 Km2, bergelombang

seluas 980,30 Km2 dan berbukit seluas 1929,78 Km2. Sedangkan relief

ketinggian antara 0 – 500 sekitar 49 % dan relief 500 meter ke atas sekitar

51% di atas permukaan laut (dpl) dengan rincian sebagai berikut: 0 – 500

Mdpl seluas 2.086,88; 500 – 1000 Mdpl seluas 1.556,98; 1000 – 1500

Mdpl seluas 276,15; 1500 – 2000 Mdpl seluas 74,92; 2000 – 2500 Mdpl

seluas 2,91.

2. Iklim

Suhu udara di wilayah di wilayah Kabupaten TTS bervariasi oleh

karena beragamnya tingkat ketinggian permukaan tanah, tetapi secara

umum suhu udara di wilayah ini berkisar antara 18°–31 °C. Tingkat

kelembapan nisbi di wilayah ini pun bervariasi antara 62%–81%. Wilayah

Kabupaten TTS beriklim sabana tropis (Aw) dengan dua musim,

yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau di wilayah

Kabupaten TTS bisa berlangsung sangat lama yakni lebih dari 7 bulan

antara periode April hingga November dengan puncak periode

terkering Juli–September yang tingkat curah hujan bulanannya berada di

bawah 20 mm per bulan. Sementara itu, musim penghujan di wilayah

Kabupaten TTS berlangsung cukup singkat yakni ≤ 5 bulan pada

periode Desember–Maret yang curah hujan bulanannya di atas 150 mm per

bulan. Curah hujan tahunan di wilayah Kabupaten TTS berkisar antara

62
1.000–1.700 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 70–

140 hari hujan per tahun.11

3. Kerawanan Bencana

Berdasarkan data BPS, bencana alam yang tercatat dalam kurun waktu

2018-2020 adalah banjir, gempa bumi, dan tanah longsor. Berdasarkan

RTRW Kabupaten Timor Tengah Selatan 2012-2032, perincian daerah

rawan bencana adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2
Kawasan Rawan Bencana di Kabupaten TTS

No Kawasan Lokasi
1 Kawasan Rawan Banjir Tersebar di wilayah Kabupaten
2 Kawasan Rawan Longsor Tersebat di wilayah Kabupaten
3 Kawasan rawan Gelombang Kecamatan di sepanjang pantai selatan
Pasang yaitu Kecamatan Amanuban Selatan,
Kecamatan Kualin, Kecamatan
Kolbano, Kecamatan Kot‟olin,
Kecamatan Nunkolo, Kecamatan
Boking dan Kecamatan Toianas
4 Kawasan rawan Gempa Bumi Kecamatan Mollo Barat, Kecamatan
Mollo Utara, Kecamatan Mollo
Tengah, Kecamatan Mollo Selatan dan
Kecamatan Batuputi
5 Kawasan Rawan Tsunami Kecamatan Kualin, Kecamatan
Kolbano dan Kecamatan Amanuban
Selatan
6 Kawasan rawan Abrasi Kecamatan Kualin, Kecamatan
Kolbano
dan Kecamatan Amanuban Selatan
Sumber :RTRW Kabupaten Timor Tangah Selatan tahun 2012-2032

11
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Timor_Tengah_Selatan#Geografi

63
4. Demografi

1. Jumlah penduduk

Tabel 4.3
Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk per 2020-
2022 di Kabupaten Timor Tengah Selatan, 2022
No Kecamatan Penduduk Laju
(ribu) pertumbuhan
penduduk
(2020-2022)
1. Mollo Utara 22,96 -0,59
2. Fatumnasi 6,80 -0,66
3. Tobu 10,04 0,12
4. Nunbena 5,54 0,43
5. Mollo Selatan 17,42 1,33
6. Polen 13,79 -0,79
7. Mollo Barat 7,31 -0,79
8. Mollo Tengah 7,78 0,43
9. Kota SoE 40,84 0,61
10. Amanuban barat 25,35 1,02
11. Batu Putih 13,61 0,89
12. Kuatnana 16,61 0.78
13. Amanuban Selatan 24,51 -0,69
14. Noebeba 12,48 0,54
15. Kuanfatu 19,84 -0,26
16. Kualin 20,53 -0,39
17. Amanuban Tengah 16,13 0,00
18. Kolbano 19,42 -0,18
19. Oenino 11,79 0,86
20. Amanuban Timur 16,21 -0,39
21. Fautmolo 7,50 -0,45
22. Fatukopa 6,05 2,17
23. KiE 23,51 0,61
24. Kot‟Olin 10,69 -0,69
25. Amanatun Selatan 18,38 -0,50
26. Boking 9,67 -0.60
27. Nunkolo 13,46 -0,59
28. Noebana 4,81 -0,50
29. Santian 6,02 -0,58
30. Amanatun Utara 16,16 -0,59
31. Toianas 11,91 -0,59
32. Kokbaun 3.02 -0,60
33. Timor Tengah Selatan 460,12 0,03
Sumber: Kabupaten TTS dalam Angka, 2022

64
Pada Kabupaten TTS jumlah penduduk terbanyak terdapat

pada Kecamatan Kota Soe dengan jumlah penduduk 40.839 orang.

Selain penduduk terbanyak, Kecamatan Kota Soe juga merupakan

tempat dengan jumlah penduduk terpadat. Sex ratio Kabupaten TTS

menurut Sensus Penduduk 2022 adalah 99 yang berarti dari 100

penduduk perempuan terdapat 99 penduduk laki-laki. Jumlah

penduduk di Kabupaten TTS paling banyak terdapat di usia muda

dengan jumlah penduduk usia 10-14 tahun terbanyak yaitu 48.294

jiwa. Dengan demikian, 5-10 tahun ke depan diharapkan TTS

masuk ke dalam fase bonus demografi

2. Jumlah Rumah Tangga

Rata-rata banyaknya anggota keluarga di Kabupaten Timor

Tengah Selatan tahun 2020 adalah 4,06 (BPS Provinsi NTT dalam

Angka, 2021). Jumlah KK di Kabupaten Timor Tengah Selatan

pada tahun 2020 sebanyak 112.170 KK. Terdapat sebanyak

120.270 kepala keluarga (KK) di Kabupaten Timor Tengah Selatan

pada tahun 2021. Jumlah terbanyak berada di Kecamatan Kota Soe

(8.297 KK), sedangkan jumlah paling sedikit terdapat di

Kecamatan Kokbaun (1.128 KK).

65
Tabel 4.4
Jumlah KK di Kabupaten TTS

No Kecamatan Jumlah KK
1. Mollo Utara 5.920
2. Fatumnasi 1.888
3. Tobu 2.377
4. Nunbena 2.167
5. Mollo Selatan 3.632
6. Polen 3.636
7. Mollo Barat 2.319
8. Mollo Tengah 1.882
9. Kota SoE 8.297
10. Amanuban barat 5.757
11. Batu Putih 4.028
12. Kuatnana 6.332
13. Amanuban Selatan 6.332
14. Noebeba 3.238
15. Kuanfatu 5.112
16. Kualin 5.240
17. Amanuban Tengah 3.453
18. Kolbano 5.428
19. Oenino 3.099
20. Amanuban Timur 4.803
21. Fautmolo 2.210
22. Fatukopa 1.693
23. KiE 6.082
24. Kot‟Olin 3.077
25. Amanatun Selatan 5.229
26. Boking 2.861
27. Nunkolo 4.057
28. Noebana 1.558
29. Santian 2.239
30. Amanatun Utara 4.587
31. Toianas 3.198
32. Kokbaun 1.128

33. Total 120.270


Sumber: Dinas Perumahan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman

Kabupaten Timor Tengah Selatan, 2021

3. Piramida penduduk

Penduduk di Kabupaten Timor Tengah Selatan saat ini

didominasi oleh penduduk yang berusia produktif (penduduk

66
berusia 15-64 tahun) yaitu 64,79 %. Jika dilihat dari piramida

penduduk yang ada pada gambar dibawah, piramida tersebut

tergolong piramida ekspansif (muda). Artinya sebagian besar

penduduk berusia muda, sedangkan penduduk usia lanjutnya

sedikit. Sehingga diperlukan lapangan pekerjaan yang cukup untuk

memenuhi jumlah angkatan kerja yang ada.

Gambar 4. 1
Piramida Penduduk Kabupaten TTS

Sumber : Badan Pusat Statistik dalam angka, 2021

4. Proyeksi Penduduk

Berdasarkan proyeksi penduduk yang telah dilakukan, pada

tahun 2041 penduduk Kabupaten Timor Tengah Selatan meningkat

dari 455.410 jiwa (tahun 2020) menjadi 486.863 jiwa. Proyeksi

tersebut dihitung dengan menggunakan rumus geometri seperti

berikut:

Dengan: Pn = Proyeksi penduduk tahun tertentu Po = Penduduk

awal tahun

67
1 = konstantar

r = angka pertumbuhan penduduk

n = rentang tahun

Proyeksi tersebut menggunakan data jumlah penduduk dari tahun

2010 hingga 2020. Jumlah penduduk Kabupaten Timor Tengah

Selatan pada tahun 2010 adalah 441.155 jiwa dan laju

pertumbuhan penduduk 2010-2020 adalah 0.32%. Sehingga

didapatkan hasil proyeksi seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.5
Proyeksi Penduduk Kabupaten Timor Tengah Selatan

Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)


2010 441.115
2015 461.681
2020 455.410
2021 456.861
2025 462.709
2030 470.126
2035 477.661
2041 486.863
Sumber : Badan Pusat Statistik,2021

5. Kemiskinan

Gambaran kemiskinan di Kabupaten Timor Tengah Selatan selama

tahun 2013-2020 dapat dilihat pada grafik. Jumlah penduduk

miskin mengalami perkembangan fluktuatif hingga pada tahun

2020 mencapai 128.980 jiwa (27,49% dari keseluruhan).

68
Gambar 4.2
Jumlah Penduduk dan Garis Kemiskinan Kabupaten Timor
Tengah Selatan
Jumlah Penduduk dan Garis Kemiskinan

350
300
250
Axis Title

200
150
100
50
0
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Series 1 235.9 246.2 254.4 276.7 293.6 302.1 318.9 338.1

Sumber: BPS Kabupaten Dalam Angka, 2021

Adapun perkembangan secara fluktuatif juga terlihat pada

indeks kedalaman kemiskinan dan keparahan kemiskinan yang

pada tahun 2020 mencapai angka 5,86 untuk indeks kedalaman

kemiskinan (lebih tinggi dari rerata Prov. NTT sebesar 4,15) dan

1,73 untuk Indeks Keparahan Kemiskinan (lebih tinggi dari rerata

Prov. NTT sebesar 1,24).

69
Gambar 4.3
Indeks Keparahan dan Kedalaman Kemiskinan di Kabupaten
Timor Tengah Selatan
Indeks Keparahan Kemiskinan

2.5

2
Axis Title

1.5

0.5

0
201 201 201 201 201 201 201 202
3 4 5 6 7 8 9 0
Indeks Keparahan Kemiskinan 0.99 1.25 1.74 1.4 2.15 1.96 2.09 1.73

Sumber: BPS Kabupaten Dalam Angka, 2021

5. Perumahan dan Kawasan Pemukiman

1. Gambaran Umum Perumahan dan Kawasan Pemukiman

Jumlah unit rumah di Kabupaten Timor Tengah Selatan belum

terdata. Namun jika diperkirakan berdasarkan jumlah penduduk

Kabupaten Timor Tengah Selatan, maka diperoleh jumlah unit

rumah kurang lebih 68.089 unit. Pengembangan daerah yang

potensial dalam pembangunan sektor perumahan dan permukiman

masih fokus di daerah sekitar pengembangan Kota Soe. Potensi

pengembangan perumahan dan kawasan permukiman di kawasan

Perkotaan Soe dan Perkotaan Boking yang sudah sudah disusun

70
dalam Rencana Detil Tata Ruang (RDTR). Pola permukiman di

Kabupaten Timor Tengah Selatan menyebar, mengingat topografi

yang bergelombang. Budaya bermukim masyarakat umumnya

ditemui pada kawasan perbukitan dan kawasan sempadan pantai.

Rumah-rumah sempadan pantai berada di bagian selatan Kabupaten

di Oebobo Kecamatan Batu Putih. Permukiman di area hutan dapat

ditemukan di Desa Oenino Kecamatan Oenino. Perumahan lainnya

berupa Perumahan POLRI dan POLRES. Adapun perumahan yang

dibangun oleh swasta (pengembang perumahan) dan Rusunawa

tidak ditemukan di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Terdapat tiga

Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) di Kabupaten Timor Tengah

Selatan, yaitu:

a. Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) Kualin di Desa Kualin,

Kecamatan Kualin menampung 127 KK (606 jiwa)

b. Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) Fatukoko di Desa

Salbait, Kecamatan Mollo Barat menampung 96 KK (284 jiwa)

c. Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) Klus Kualin di

Kecamatan Kualin seluas 300 Ha sebanyak 100 unit untuk 100

KK

2. Status Penguasaan Bangunan

Status penguasaan bangunan merupakan salah satu indikator

kesejahteraan penduduk bagian perumahan. Semakin banyak

71
penduduk yang mempunyai rumah sendiri maka semakin banyak

juga masyarakat yang tergolong mapan dan sejahtera terutama

memenuhi kebutuhan hidupnya. Berdasarkan data pada buku

statistik kesejahteraan Nusa Tenggara Timur tahun 2020, persentase

kepemilikan bangunan tertinggi di Kabupaten Timor Tengah

Selatan adalah milik sendiri yaitu sebesar 96,06%. Berikut

merupakan tabel persentase status penguasaan bangunan tahun

2018-2020 di Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Tabel 4.6
Persentase Status Penguasaan Bangunan di Kabupaten
Timor Tengah Selatan

Status Penguasaan Presentase (%)


Bangunan
2018 2019 2020
Milik Sendiri 94.95 96,59 96,06
Kontrak /Sewa 0,61 1,15 0
Bebas Sewa 3,97 2,1 0,76
Dinas / lainnya 0,46 0,16 2,59
Sumber: Buku Statistik Kesejahteraan Prov. NTT 2018-2021

3. Kampung Adat

Beberapa kampung adat yang dapat ditemui di Kabupaten

Timor Tengah Selatan adalah sebagai berikut:

a. Rumah Adat Lopo (rumah Bulat) di Kota Soe. Dinding

bangunan Rumah Adat Lopo berbentuk bulat dan atap kerucut,

dengan pintu setinggi kurang dari 1 meter. Pada bagian tengah

bangunan terdapat 4 tiang pancang yang ditengah-tengahnya

72
terdapat tungku perapian. Keempat tiang ini berfungsi untuk

membuat para-para, yaitu tempat menyimpan hasil panen,

seperti padi, jagung, kacang tanah, kacang-kacangan dan ubi.

Paparan asap dari tungku perapian ini adalah teknologi

sederhana untuk mengawetkan bahan pangan yakni dengan

pengasapan. Tinggi para-para ini sekitar 1,7 meter dengan

tujuan agar mudah dijangkau oleh penghuninya.

b. Kampung adat masyarakat adat None yang dihuni oleh Marga

Tauho. Di kampung ini terdapat rumah-rumah adat orang

Timor berupa Ume Kbubu dan Lopo. Dalam filosofi orang

Timor, Rumah Adat Ume Kbubu melambangkan wanita orang

Timor yang santun, bersahaja, merenda, dan tertutup auratnya.

Filosofi ini tercermin dalam bangunan rumah adat Ume Kbubu,

dimana atapnya menerus dari bubungan sampai ke tanah dan

memiliki satu pintu saja, sehingga orang keluar masuk harus

menunduk. Sementara rumah adat Lopo melambangkan laki-

laki, dimana agak terbuka, kokoh, dan sebagai tempat untuk

pertemuan keluarga.

c. Kampung Adat Boti di Desa Boti, Kecamatan Kei.

Permukiman adat ini terbagi menjadi Boti Dalam dan Boti

Luar. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kearifan lokal,

73
dimana penggunaan air tidak boleh berasal dari luar karena air

dari luar sudah terkontaminasi.

6. Prasarana dan Sarana Pemukiman

1. Prasarana Jalan

Prasarana jalan di Kabupaten Timor Tengah Selatan

berdasarkan data BPS bahwa panjang ruas jalan Kabupaten Timor

Tengah Selatan adalah 1.587,94 km dimana 75,12% nya merupakan

jalan kabupaten. Sebagian besar jalan sudah menggunakan aspal

namun masih terdapat jalan kerikil, tanah, dan lainnya sebesar

48,49%. Jika ditinjau dari kondisi jalannya, terdapat 33,12% jalan

yang masuk kategori rusak-rusak berat. Rincian kondisi, jenis, dan

tingkat kewenangan jalan dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7
Tingkat Kewenangan, Kondisi, dan Jenis Jalan di Kabupaten TTS
No Jenis Jumlah Presentase
1 Negara 88,70 5,59%
2 Provinsi 306,34 19,29%
3 Kabupaten 1.192,90 75,12%
Jumlah 1.587,94 100,00%
No Jenis Jumlah Presentase
1 Baik 660,62 41,60%
2 Sedang 401,36 25,28%
3 Rusak 78,75 4,96%
4 Rusak Berat 447,21 28,16%
Jumlah 1.587,94 100,00%
No Jenis Jumlah Presentase
1 Aspal 818.02 51,15%
2 Kerikil 722,34 45,49%
3 Tanah 47,58 3.00%
4 Lainnya - 0,00%
Sumber: Kabupaten TTS dalam Angka, 2021

74
4.1.2. Gambaran Ekonomi Kabupaten TTS

1. Struktur Ekonomi

Perekonomian Kabupaten TTS pada dasarnya merupakan

perekonomian agraris yang dicirikan dengan lebih besarnya peranan sektor

atau kategori kegiatan ekonomi dibidang pertanian. Dari tabel 4.8 dapat

dilihat bahwa perekonomian kabupaten Timor Tengah Selatan memiliki

ketergntungan yang cukup besar pada kategori (lapangan usaha) pertanian.

Lapangan usaha pertanian pada tahun 2015 memberikan kontribusi

terhadap perekonomian PDRB kabupaten Timor Tengah Selatan mencapai

46,40 persen, kontribusi ini terus menurun, walau tidak signifikan,

sampaitahun 2019 menjadi 44,07 persen. Penurunan kontribusi sektor

pertanian ini disebabkan karena beberapa lapangan usaha di luar pertanian

sedikit demi sedikit berkembang.

75
Tabel 4.8
Kontribusi Kategori usaha Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten
Timor Tengah Selatan Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2015-2019

Kategori Uraian 2015 2016 2017 2018 2019


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
A Pertanian, Kehutanan dan 46,40 45,63 45,22 44,45 44,07
perikanan
B Pertambangan dan Penggalian 1,95 1,93 1,79 1,70 1,60
C Industry Pengolahan 0,63 0,61 0,60 0,59 0,58
D Pengadaan listrik dan Gas 0,02 0,03 0,03 0,03 0,03
E Pengadaan Air, Pengolahan 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
Sampah, limbah dan Daur Ulang
F Konstruksi 8,36 8,76 9,13 9,45 9,66
G Perdagang Bsar dan Eceran; 6,21 6,12 5,59 5,84 6,18
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
Kategori Uraian 2015 2016 2017 2018 2019
H Transportasi dan Pergudangan 1,42 1,37 1,34 1,33 1,30
I Penyediaan Akomodasi dan 0,09 0,09 0,09 0,10 0,09
Makan Minum
J Informasi dan Komunikasi 7,06 6,93 6,78 6,76 6,66
K Jasa Keuangan dan Asuransi 2,66 2,78 2,85 2,82 2,72
L Real Estate 2,88 2,80 2,70 2,64 2,46
M,N Jasa perusahaan 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08
O Adiministrasi Pemerintahan, 13,52 14,09 14,65 15,40 15,82
pertahanan dan jaminan Sosial
Wajib
P Jasa Pendidikan 5,98 6,06 6,14 6,24 6,33
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan 1,64 1,61 1,57 1.50 1,49
Sosial
R,S,T,U Jasa Lainnya 1,07 1,07 1,006 1,04 0,91
PRODUK DOMESTIK 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
REGIONAL DOMESTIK
BRUTO
Sumber : PDRB Timor Tengah Selatan, 2015-2019

Kategori usaha lain yang peranannya cukup besar dalam

perekonomian Kabupaten Timor Tengah Selatan adalah jasa Administrasi,

pertahanan dan jaminan sosial wajib, kategori usaha dibidang

bangunan/konstruksi, kategori usaha dibidang informasi dan komunikasi,

kategori usaha perdagangan, reparasi kendaraan bermotor dan kategori

76
usaha jasa pendidikan. Sumbangan usaha ekonomi kategori jasa

administrasi pemerintah, pertahanan dan jaminan social wajib pada tahun

2019 mencapai 15,82 persen, kategori usaha bangunan/konstruksi

berkontribusi sebesar 9,66 persen, kategori informasi dan komunikasi

sebesar 6,66 persen. Sedangkan sumbangan kategori usaha perdagangan,

reparasi kendaraan bermotor relative menurun sejak tahun 2015 sampai

2018 yaitu sebesar 6,21 sampai dengan 5,84 persen, dan kembali

meningkat di tahun 2019 menjadi 6,18 persen. Untuk sumbangan usaha

ekonomi kategori jasa pendidikan juga mengalami peningkatan dimana

tahun 2015 yaitu 5,98 persen meningkat sampai angka 6,33 ditahun 2019.

Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.8

Berdasarkan uraian tersebut jelas bahwa selama kurun waktu 2015-

2019 belum terjadi pergeseran struktur ekonomi yang cukup signifikan di

Kabupaten Timor Tengah Selatan. Usaha ekonomi kategori primer masih

mendominasi perekonomian Kabupaten Timor Tengah Selatan. Usaha

ekonomi kategori tersier yang pengaruhi oleh usaha ekonomi kategori jasa

administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib relatif

mengalami peningkatan. Sementara kategori kategori sekunder

memberikan sumbangan yang relatif kecil.

2. Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Timor Tengah Selatan terus

mengalami peningkatan sejak tahun 2015 hingga tahun 2019. Pada tahun

77
2015 sebesar 4,39 persen sampai dengan tahun 2019 menjadi 5,10 persen.

Gambar 4.4 menunjukan trend pertumbuhan dalam lima tahun terakhir

secara rata-rata pertumbuhan ekonomi Timor Tengah Selatan sebesar 4,86

persen

Gambar 4.4
Laju Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten Timor Tengah Selatan tahun 2015-2019

Sumber:PDRB Timor Tengah Selatan

4.1.3. Sejarah Suku Boti, Benteng None dan Sonaf Amanuban

1. Suku Boti

Di Kabupaten Timor Tengah Selatan terdapat salah satu Kampung

adat yaitu Kampung adat Boti yang terletak sekitar 30 kilometer dari Soe,

Ibukota Kabupaten Timor Tengah Selatan, Propinsi Nusa Tengara Timur.

Suku adat yang mendiami pegunungan di Kecamatan Ki‟e ini merupakan

segelintir yang tersisa dari pewaris tradisi suku asli pulau Timor, Atoin

Meto.

78
Gambar 4.5
Peta Kabupaten TTS

Batas-batas geografis pemerintah desa boti :

1. Sebelah Utara : Desa Oenlasi dan Napi

2. Sebelah Selatan : Desa Haunobenak dan Babuin

3. Sebelah Barat : Desa Naekpumek dan Baki

4. Sebelah Timur : Desa Beleh dan Neilmesek

Suku boti merupakan salah satu kelompok masyarakat yang masih

mempertahankan kesatuan kebudayaan, yaitu kebudayaan boti. Menurut

sejarah khususnya di Kabupaten Timur Tengah Selatan sendiri ada tiga

suku besar yang disebut dengan nama Banam (Amanuban), Onam

(Amanatun) dan Oenam (Mollo). Ketiga suku ini bersatu hati membangun

tanah Timur Tengah Selatan. Amanuban dan Amantun dikisahkan sebagai

laki-laki, sedangkan Mollo adalah adik perempuan mereka.

79
Gambar 4.6
Suku Boti

Sumber : Pemdes Boti, 2023

Suku Boti ada di wilayah Amanuban. Secara sosial religius Desa Boti

terbagi atas dua bagian yaitu Boti dalam dam Boti luar. Boti dalam adalah

orang-orang Boti yang masih menganut kepercayaan agama suku halaika

dan masih menjaga keaslian budaya mereka, sedangkan Boti luar adalah

orang-orang Boti yang telah menerima agama negara sebagai agama

mereka dan lebih terbuka pada perkembangan. Pada mulanya tidak ada

yang namanya Boti luar atau Boti dalam karena leluhur mereka pada waktu

dahulu masih berpegang pada ajaran agama suku dan masih hidup melekat

budaya dan tradisi.

Dikisahkan bahwa terbentuknya Boti ini berawal dari beberapa orang

yang memiliki pemikiran menbuat sebuah kelompak, mereka berpindah

dari suatu tempat yang dinamakan Fatuelaf. sekelompok orang-orang itu

terdiri dari sebelas belas marga antara lain: Tefu, Nabu, Neolaka, Asbilak,

80
Tekfan, Kao, Naat, Natonis, Lunesi, Tanesab dan Benu. kesebelas marga

ini bukan orang-orang berbeda, melaikan mereka adalah saudara yang

berasal dari leluhur yang sama. Dari dua belas marga ini terbentuk suatu

kelompok masyarakat yang membentuk Rezim pemerintahan adat yang di

pikirkan rezim ini terbentuk sebelum tahun 1955 jadi dituakan dari

kesebelas marga untuk menjadi pemimpin mereka ialah marga Benu.

Selain marga Benu orang yang ditentukan untuk menjadi juruh bicara dan

pemimpi ritual adalah Naat dan Natonis.

Kata „Boti‟ sendiri adalah kata yang diambil kata yang diambil dari

leluhur kesebelas marga tadi. Untuk menghargai leluhur mereka maka

tempat yang mereka tempati disebut dengan nama Boti. Kelompok marga

tersebut berpindah tempat awal mereka ke tempat yang saat ini di namakan

Boti, disebabkan pada zaman dahulu sering terjadi perang antar suku,

sehingga untuk bisa tinggal dengan aman maka orang-orang dahulu

mencari tempat yang letaknya srategis yang menghindarkan mereka dari

serangan musuh. Adapun letak srategisnya yaitu : diatas gunung, dengan

pemahaman mereka bahwa dari ketinggian mereka dengan muda melihat

bahwa ada musuh yang datang dan dengan gampang mereka mengatur

strategi untuk melawan musuh. Selain gunung menjadi tempat tinggal yang

aman, kaki gunungpun menjadi pilihan yang aman sebagai mereka, karena

menurut mereka tempat yang diapit oleh pengunugan susah untuk

dijangkau oleh musuh. Berdasarkan hal-hal tersebut maka orang Boti

81
zaman dahulu berpindah dari Fatuelaf ke tempat yang sekarang disebut

Boti.

Pemerintahan yang dibangun pada zaman awal merga-marga pendiri

Boti adalah Pemerintah adat dan pemerintahan itu berbentuk kerajaan,

dalam masyarakat timur adapun struktur pemerintahan secara umum, Usif

(Raja) adalah seoarang bangsawan dan menjadi pemimpin dalam suatu

wilaya tertentu dan Usif bertanggung jawan untuk penerapan istilah

ahautafatis (penyedia dan pendukung) sebuah kerajaan. Usif juga

bertanggungjawab atas seluruh urusan rakyat atau disebut juga Lasih Atoni

Pah Meto Usif juga adalah pemelihara utama tatanan ilahi, ia bertanggung

jawab untuk ritual yang dilakukan seni pengajiaan dari hal panen diatas

mesba yang besar (Tolah Naek) digunakan untuk mengorbankan dan untuk

ritual perang. Amaf (para tua-tua adat) secara struktural Amaf berada di

bawa Usif, fungsi Amaf pun hampir sama dengan Usif yaitu penyedia dan

pendukung rakyat Amaf di kategorikan sebagai pejabat, tetapi amaf bukan

berasal dari kaum bangsawan melainkan ia dari kalangan rakyat biasa,

namun karena keungulan dari karisma maupun usia ia diangkat sebagai

tetua dalam suatu wilayah yang masih ada dalam pemerintahan kerajaan.

Selain Usif dan Amaf adapun yang disebut Mafefa (juruh bicara) :

seseorang yang telah mencapai tingkat tinggi pembelajaran sehubungan

dengan lais mete atau hal-hal yang berkaitan dengan pengajaran dan

permasalahan orang Timor sehingga ia berfungsi sebagai pembicara

82
kerajaan saat ada kunjugan tamu atau saat berbicara kepada rakyat, Usif

memberi perintah kepada Mafefa untuk menyampaikan hal-hal yang

diingin sampaikan Usif kepada rakyatnya selain mafefa ada yang disebuat

Meo (panglima perang) : Meo secara harafia berarti „kucing‟, Meo adalah

orang yang dipercayai untuk memimpin pasukan biala terjadi perang, ia

adalah seorang yang memeliki keahlian dalam berperang. Melalui ritual

perang Meo akan menjadi orang tubuhnya kebal terhadap senjata atau

benda-benda tajam lainnya, dalam istilah Timor Meo biasanya disebut

Atoniaubesi Ma Nak Fatu (Pria Dengan Tubuh Besi Dan Kepala Batu Atau

Keras Kepala).

Selain panglima perang atau Meo ada juga berperang sebagai tabib

atau penyembuh yang dalam bahasa Timor disebut Mnane. Menjadi

seorang Mnane adalah merupakan warisan keturunan yang secraa alami

memiliki karisma untuk menyembukan penyakit, selain karena warisan

keturunan ,Mnane juga adalah orang-orang yang belajar tentang

pengobatan sehingga mencapai tingkatan atas dan mampu menyembukan

orang. Fungsi Mnane adalah untuk mencari obat dan menyembuhkan

penyakit Tho (rakyat): Dalam struktur kerajaan rakyat adalah sekumpulan

orang-orang yang dipimpin oleh Usif, dan yang terakhir adalah Ate

(hamba): Hamba adalah orang-orang yang menjadi tawanan dalam perang,

bila terjadi peperangan antara kerajaan yang satu dengan kerajaan yang

lain, dan salah satu kerajaan menang maka Ia akan kembali dengan

83
membawah tawanan dalam perang, bila terjadi peperangan antara kerajaan

yang satu dengan kerajaan yang lain, dan salah satu kerajaan menang,

maka ia akan kembali dengan membawah tawanan dari kerajaan yang

kalah dan tawanan-tawanan tersebut yang akan di jadikan sebagai hamba.

Kampung ini terbagi menjadi dua, yakni Boti Dalam dan Boti Luar.

Jumlah penduduk Boti Dalam sikitar 77 kepala keluarga atau 319 jiwa,

sedangkan Boti Luar sekitar 2.500 jiwa. Hanya kampung adat Boti Dalam

yang mewarisi dan mempraktikan tradisi lokal dan agama asli yang di

sebut Uis Neno ma Uis Pah, dewa langit dan bumi. Penduduk Boti hanya

menggunakan pakaian yang mereka tenun dari benang katun yang mereka

pintal sendiri.

Gambar 4.7

Pakaian suku Boti

Sumber: Pemdes Boti,2023

Di perkampungan ini terdapat beberapa umekebubu, rumah khas

Timor.Warga Boti Dalam tinggal di area seluas 3.000 meter persegi yang

di kelilingi pagar kayu.

84
Gambar 4.8
Umekbubu

Sumber:Dokumentasi Peneliti,2023

Masyarakat Desa Boti memiliki prinsip hidup yang mandiri dan tidak

serakah mereka sangat anti untuk merusak alam, bahkan mereka berusaha

untuk menjaga kelestarian alam yang ada disekitarnya. Hingga kini desa

Boti tetap memegang teguh adat dan kepercayaan nenek moyang secara

turun temurun.; meskipun modernisasi mulai mempengaruhi daerah sekitar,

namun masyrakat boti tetap hidup dalam kesederhanaan seperti yang

diwariskan oleh nenek moyang. Kehidupan orang Boti secara umum

sederhana, terlihat rumah beratap daun alang-alang tanpa listrik, berdinding

pelepah. orang Boti memiliki prinsip hidup sederhana, karena bagi mereka

bahwa hidup sederhana akan membuat mereka tidak merasa lebih satu

dengan yang lainya. Dalam wawancara dengan salah masyarakat suku boti

bernama Neno liunesi berkata bahwa :

85
“hai atoni boti hai monit lo es lei hai mui fafi, bia, mis hai lo moin onla i,

hai meup neno neno he mia ma miun le nane lo pas neu kai,hai ka muif

ume naek ma uim tembok mis hai moin hai ka mi fuatom neu atoni

bian.hai mami meskim ma hai miaham meskim” 12

(Kehidupan kami orang Boti sudah seperti ini, kami ada sapi, babi tapi

kami tetap hidup sederhana kami hanya kerja untuk mencukupi kebutuhan

hidup kami setiap hari karena kami tidak mau menggantungkan hidup kami

pada orang lain ).

Kondisi alam pulau timor yang kering dan tandus menuntut

masyarakat suku Boti juga untuk bekerja keras dalam memenuhi

kebutuhan, hal ini dapat kita lihat dari pembagian tugas kerja antara laki-

laki dan perempuan, pembagian tugas kerja masyarakat Boti Dalam sama

seperti pembagian tugas kerja masyarakat pada umumnya, laki –laki

bekerja dikebun untuk memenuhi kebutuhan makanan dan minuman,

sementara perempuan bekerja di rumah untuk memasak, mengurus anak-

anak, dan menenun. Ketika melakukan wawancara bersama Raja Boti Usif

Namah Benu beliau mengatakan bahwa:

“Bife nok atoni mbi la ume nanan so mepun matulun es nok es he nati

mepu lenane nao mat mes so atoni msa nahin intukas es le mepu mbi lene,

hao muit onle hao fafi, hao bibi, bia ma mepu bian, te bife msa onan inim

msa so nahin in mepu es nahan mbu ume, paloil li ana ma mepu bian” 13

12
Wawancara pada tanggal 9 september
13
Wawancara pada tanggal 9 september

86
(Hidup dalam berumah tangga mestinya kita saling menolong antara laki-laki

dan perempuan sehingga pekerjaan dapat terselesaikan namun kita perlu

memahami peran dan tugas kita masing-masing seperti laki laki harus

berkebun, memelihara ternak sementara perempuan pekerjaannya memasak,

menenun, dan menjaga anak-anak.)

Gambar 4.9
Budaya Menenun dan Motif adat Suku Boti

Sumber :Dokumentasi Peneliti, 2023


Dalam kerajaan Boti, adapun struktur sosial seperti kerajaan-kerajaan

Timor pada umumnya, namun ada beberapa yang sekarang tidak ada lagi

diantaranya ialah Ate, dan peran Meo tidak seperti zaman dahulu, karena

pada zaman sekarang tidak lagi terjadi peperangan sehinga peran Meo

hanya sebagai pengawal dari Usif. Adapun struktur pemerintahan dalam

87
kerajaan Boti Dalam yaitu: Usif (Raja), Amaf (tua-tua adat), Meo (panglima

perang dan saat ini beralih pengawal raja), Mafefa (juru bicara), Mnane

1. Kalender harian masyarakat boti

Salah satu tradisi yang masih dipegang masyarakat desa boti hingga

saat ini adalah sistem penanggalan atau kalender harian, dimana dalam

tradisi mereka dalam sepekan terdiri dari sembilan hari. Setiap hari

memiliki makna tersendiri bagi masyarakat boti, sembilan hari tesebut

adalah sebagai berikut :

a. Hari Api (Neon Ai)

Hari yang dipercaya sebagai hari baik, cerah dan terang. Namun

harus berhati-hati ketika menggunakan api, karena dapat

menimbulkan malapetaka berupa kebakaran.

b. Hari Air (Neon Oe)

Aktifitas dihari ini berorientasi kepada air. Setiap orang harus

bertanggung jawab dengan baik saat menggunakan air dalam

keseharian

c. Hari Besi (Neon Besi)

Hari dimana semua benda yang memiliki unsur besi dikeramtkan

harus berhati-hati ketika menggunakan semua benda tajam seperti

pisau, parang, pedang dan tombak.

d. Hari Dewa Bumi dan Langit (neon Uis Pah ma Uis Neno)

88
Hari ini merupakan hari yang diperuntukkan bagi orang Boti Dalam

untuk pencipta dan pemelihara hidup, serta pemangku dan pemberi

kesuburan, oleh karena itu pada hari ini orang Boti Dalam akan

bekerja dengan penuh rasa syukur dan tidak boleh bersungut-

sungut.

e. Hari perselisihan (neon suli)

hari ini dimanfaatkan untuk menyelesikan setiap perselisihan yang

terjadi dalam kehidupan mereka, pada hari ini juga ketika

melakukan interaksi maka harus berhati-hati karena bila tidak

berhati-hati maka akan terjadi perselisihan satu dengan yang lain.

f. Hari berebutan (neon masikat)

Hari ini adalah kesempatan bagi orang Boti Dalam untuk bekerja

dengan sebaik mungkin karena hari ini merupakan kesempatan

untuk meraih sukses dalam hidup.

g. Hari besar (Neon naek)

Hari ini penuh dengan nuansa persaudaraan, sehingga perlu untuk

menjaga agar tidak terjadinya pertengkaran baik dalam keluarga

maupun sesama.

h. Hari anak-anak (Neon Liana)

Hari yang disediakan untuk anak-anak, mereka akan

mengekspresikan kebahagiaan dengan bermain, dan setiap orang

89
tua dilarang untuk membatasi atau melarang aktifitas anak-anak

tersebut.

i. Hari Istirahat (Neon Tokos)

Pada hari itu mereka akan berhenti dari semua pekerjaan mereka

baik itu beternak, berkebun, dan pekerjaan di rumah, mereka

berhenti dari semua pekerjaan mereka dikebun dan di rumah karna

menurut mereka pada hari itu kedelapan dewa yang dipercaya

dalam setiap hari sedang keluar dan bekerja oleh karna itu tidak

boleh menggangu pekerjaan mereka, semua masyarakat Boti Dalam

akan berkumpul di sonaf mulai dari jam 08.00-17.00 untuk

mendengarkan nasihat dari raja, dan sambil mendengarkan nasihat

dari raja, maka mereka akan melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti

menenun, 46 membuat ukiran dari kayu dan menganyam.

Orang Timor pada umumnya memahami Uis Neno dan Uis Pah yaitu

sebagai berikut Uis Neno dipercaya sebagai yang tertinggi Dia

menganugerahkan kebenaran (amneot) memberikan berkat dan karunia

(Tetus ma ao mina), memberikan kesejukan (Manikin), dingin (Oetene).,

badan indah (Auleko). Uis Neno yang berseri-seri (Apinat Aklahat),

matahari (Manas). memberi perlindungan (Abenit), memberi naugan

(Aneot). Dia yang membawa perubahan, dia yang mengubah, dia yang

menyediakan dan mendukung (Atetus) keadilan (Amnit Uis Neno) tinggi

dilangit dan jauh sekali. Dia adalah satu-satunya yang ditinggikan (Afinit

90
Amnanut). Dia paling terang „Suci‟. Dia berdiri dan tidak dapat di dekati,

sehingga Kita bisa menyimpulkan bahwa Uis Neno menurut orang Timor

adalah Tuhan Allah .

Sedangkan pemahaman orang Timor bahwa Uis Pah adalah penguasa

alam ia di ibaratkan sebagai Ibu yang memberi makan anak-anaknya. Jadi

Uis Neno adalah Tuhan langit, dan Uis Pah adalah Tuhan Bumi. Uis Pah

adalah yang memberikan kemakmuran dan kesejahteraan melalui alam dan

tumbuh-tumbuhan yang hidup di bumi. Bila orang Timor mendapatkan

yang hal-hal yang baik, maka mereka harus berdoa pada Uis Neno dalam

tingkatan pertama, dan Uis Pah dalam tingkatan kedua. Doa-doa tersebut

dipanjatkan melalui ritual yang dilakukan yang benar sesuai dengan aturan

yang telah ada Uis Pah juga sering diartikan sebagai Pah Tuaf (penjaga

bumi). Pah Tuaf adalah jelmaan dari Uis pah berupa seekor ular penjaga

Bumi. Dengan demikian maka Neno dan Uis Pah sangat berperan

penting.Dalam kehidupan orang Timor.

Para Penganut Halaika tidak memahami yang namanya surga dan

neraka. Ada sepenggal kalimat yang menjadi dasar pemahaman mereka,

yaitu et fatu bian ma hau bian artinya berada di balik batu dan balik pohon.

Pandangan mereka bahwa setelah mereka meninggal arwah mereka akan

berada dibalik batu ataupun pohon, dan itu hanya sementara, karna arwah

mereka akan kembali ke dunia dengan cara di lahirkan kembali, sehingga

orang Boti Dalam ketika memberi nama kepada anak mereka tidak bisa

91
lain dari nama leluhur atau orang tua, dan untuk mengetahui bahwa

seseorang telah dilahirkan kembali adapun ritual pemberian nama. Ketika

seorang anak dilahirkan dan menangis, maka orang tua dari anak tersebut

harus menyebutkan nama leluhur mereka. Apabila saat nama leluhur

disebutkan dan anak tersebut berhenti menangis, maka itulah kelahiran

kembali dari leluhur mereka.

Ada keunikan masyarakat suku Boti Dalam ketika mendapati

seseorang mencuri, yaitu mereka tidak menghakiminya. Mereka memiliki

pemahaman bahwa saudara mereka mencuri karena ia lapar contoh, bila

seseorang mencuri pisang maka setiap orang dari masyarakat Boti Dalam,

diwajibkan membawa anakan pisang lalu mereka menanam pohon pisang

tersebut untuk orang yang mencuri. Karena mereka memiliki pemahaman

jika saudaranya memiliki apa yang dicuri, maka ia tidak akan mencuri lagi,

dan menurut mereka sebenarnya jika orang diperlakukan seperti itu maka

dengan sendirinya dia akan malu atas perbuatannya. Demikian yang

dikatakan oleh bapak Lunu Benu :

“kami orang Boti dilarang untuk mencuri, kalau ada yang mencuri juga

kami tidak boleh pukul dia. Karena bila pukul berarti telah langgar

perintah untuk jangan hakimi orang. Baru-baru kami punya saudara satu

pencuri kurus (cabe), dan tuan kebun sendiri yang tangkap, setelah itu

92
kami lapor di usif dan kepala desa, lalu diputuskan untuk setiap warga

bawa anakan kurus (cabe) dan tanam di kebunnya.‟‟14

Semua ajaran dan aturan dalam kehidupan orang Boti Dalam adalah

hal yang terus diturunkan kepada generasi muda. Menurut bapak Heka

Benu selaku masyarakat menyatakan bahwa:

“Cara meneruskan ajaran dan aturan yang mengandung makna dan nilai

tersebut ialah melalui didikan orang tua kepada anak-anak kami setiap

hari di rumah, bukan saja rumah yang dijadikan tempat untuk mengajarkan

nilai-nilai dan ajaran serta aturan yang berlaku dalam kehidupan

mereka”.15

Hari berkumpul masyarakat Boti Dalam yang biasanya disebut hari

kesembilan atau yang mereka sebut neontokos. Hari kesembilan merupakan

waktu di mana ajaran dan aturan-aturan dibicarakan baik bagi orang tua

maupun anak-anak. Pada hari kesembilan semua orang Boti Dalam, baik

itu orang tua maupun anak-anak berkumpul di sonaf (kerajaan) untuk

mendengarkan arahan dari raja. Berkaitan dengan hari kesembilan maka

perlu untuk mengetahui perhitungan hari dalam kehidupan orang Boti

Dalam. Adapun perhitungan hari dalam kehidupan orang Boti Dalam,

mereka percaya bahwa ada 9 hari dan perhitungan Sembilan hari itu

dimulai dari hari Senin (hari pertama), selasa (hari selasa), rabu (hari

ketiga), kamis (hari keempat), jumat (hari kelima), sabtu (hari keenam),

14
Wawancara pada tanggal 9 september
15
Wawancara pada tanggal 9 september

93
minggu (hari ketujuh), kembali lagi ke hari senin dengan hitungan lanjutan

ke hari kedelapan, dan selasa dihitung hari kesembilan. Ketika telah sampai

pada hari kesembilan maka perhitungan hari pertama akan dimulai lagi dari

hari rabu, dan kemudian kembali lagi ke hari kamis sebagai hari pertama.

Jadi hari senin sampai pada hari minggu, semua hari itu akan menjadi hari

kesembilan atau neon tokos.

Nasihat yang di berikan raja Boti Dalam kepada masyarakatnya selalu

berkaitan dengan aturan dan nilai-nilai yang dihidupi dengan komunitas

mereka. Nilai-nilai dan aturan tersebut antara lain, berkaitan dengan kerja

keras, rendah hati, dan kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan sebagai

seorang penganut Halaika. Dalam nasihat tersebut juga akan di ingatkan

tentang peraturan bahwa seorang pria Boti Dalam (Halaika) harus

berkonde. Tradisi berkonde bagi pria Boti Dalam selalu diwariskan dari

generasi ke gene rasi tidak dengan suatu ajaran tertulis, melainkan tradisi

ini diteruskan dengan cara memberitahukan secara lisan, tempat dan waktu

yang tepat untuk menghimbau masyarakat Boti Dalam supaya terus

mempertahankan kepercayaan dan tradisi mereka ialah ketika hari

kesembilan. Setiap keluarga suku Boti Dalam tidak menolak bila ada anak-

anak mereka yang ingin keluar dari komunitas mereka atau tidak lagi

memegang kepercayaan Halaika, mereka akan diberikan ijin, Contohnya

bila satu keluarga memiliki dua orang anak, maka salah satu anak mereka

akan diijinkan untuk bersekolah dan satunya lagi tetap tinggal dalam

94
komunitas mereka dengan maksud bahwa mereka bisa mengetahui sesuatu

dari dunia luar namun di satu sisi masih ada yang akan meneruskan dan

menjaga kepercayaan serta tradisi mereka.

Sementara menurut kepala desa Boti bapak Balsasar Benu yang juga

merupakan salah satu masyarakat suku boti luar yang mengatakan bahwa:

aturan dan nilai-nilai yang ada di desa Boti luar dengan tiga

kepercayaan yaitu krisen katolik , Kristen protestan dan Halaika.

Sehingga dilihat secara agama kami mengikuti ajaran agama semntara

dalam tradisi budaya kami masih mengikuti tradisi orang Boti Dalam. 16

Gambar 4.10
Konde Pria Boti

Sumber:Dokumentasi Peneliti, 2023


Gambar tersebut menjelaskan bahwa rambut pria suku boti dalam

harus berkonde dan itu sudah menjadi identitas mereka hal menjadi salah

satu aturan yang ada di dalam masyrakat suku Boti dalam yang bertujuan

untuk bisa membedakan antara masyrakat suku Boti luar dan suku Boti

Dalam. Pria dengan konde pada kepala bagian belakang menandakan

16
Wawancara pada tanggal 9 september

95
bahwa pria tersebut sudah menikah dan pria dengan konde tepat pada atas

kepala menandakan bahwa pria tersebut belum menikah.

Terdapat 4 tempat yang menjadi tempat yang penting dalam suku

tersebut yaitu:

Gambar 4. 11
Sonaf (Istana Raja )

96
Sumber : Dokumentasu Peneliti, 2023
Sonaf merupakan tempat kediaman Raja yang dimana pada saat ada

tamu atau wisatawan yang berkunjung, harus terlebih dahulu meminta ijin

pada raja di Sonaf.

Gambar 4.12
Penginapan

Sumber: Dokumentasi Penelti, 2023


Tempat ini biasa digunakan oleh wisatawan yang mau berkunjung dan

menginap. Biaya penginapan untuk seorang adalah Rp.250.000 sedangkan

untuk 1 kamar yang ditempati oleh 4 orang harganya Rp.750.000.

penginapan ini merupakan hasil usaha sendiri dari masayarakat suku boyi

tanpa campur tangan pemerintah dan biayanya diberikan pada raja untuk

97
mengurus keperluan masyarakatnya dengan berpatokan pada adat yang

mereka pegang.

Gambar 4.13
Lapak Suku Boti

Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2023


Suku boti memiliki kerajinan tangan baik itu kain tenunan adat yang

dihasilkan dari kapas yang dipintal manual oleh masyarakat suku boti

sendiri kemudian terdapat tas dari kain adat, gelang motif adat boti dan

98
pernak-pernik yang berciri suku boti, harganya bervariasi mulai dari

Rp.3.000 sampai dengan Rp. 2.000.000.

Gambar 4.14
Pameran

99
Sumber:Dokumentasi Peneliti, 2023
Lokasi pameran ini berada pada gerbang ke 2 masuk suku boti, pada

lokasi ini kita dapat melihat motif dari kain adat suku boti dan ayaman

serta patung ukiran yang dibuat sendiri oleh masyarakat suku Boti.

Semuanya hanya merupakan pameran dan tidak dijual, jika ada pengunjung

yang ingin membeli maka akan di arahkan ke tempat penjualan souvenir

pada gambar 4.13.

Dalam area suku Boti ini terdapat sebuah Lopo yang disebut Lopo

ana, lopo ini dilarang oleh Raja Suku boti untuk didekati dan

didokumentasi.

Dalam peradaban suku Boti terdapat 3 upacara adat yang dilakukan

setiap tahunnya oleh masyarakat suku Boti yaitu upacara Memanggi Hujan,

Upacara adat untuk Mulai menanam, dan pada waktu panen.

2. Benteng None

Benteng ini terletak di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS),

Kecamatan Kuatnana, Desa Tetaf, Propinsi Nusa Tengara Timur (NTT),

100
Indonesia. Untuk menuju Benteng None dari Kota Kupang kita bisa

menggunakan jasa Trevel (Rp 50.000) atau Bus (Rp 30.000). Dari Kupang

menuju Benteng diperlukan total waktu sekitar 3 Jam. Dari Kota Soe

menuju Oebesa-Oekamusa-Mnelalete-Neonmat-Tublopo-Nusa-Lakat dan

Tetaf. Benteng ini terletak di pinggir jalan sebelah kanan dengan Gapura

selamat datang. Dari gapura kita harus berjalan masuk sekitar 10 menit

melewati rumah penduduk (Marga Tauho) dengan mengikuti arah

penunjuk jalan menunju Benteng. Namun sebelum masuk ke Benteng kita

harus meminta ijin dan ditemani oleh Penjaga benteng yang juga

merupakan Keturunan Ke-7 dari pewaris Benteng, Bapak Anderias Tauho

yang akan memberi penjelasan seputar benteng. Benteng ini didirikan pada

Tahun 1820 saat kekuasaan Usif/Raja Amanuban, Usif Nope yang

mendiami di Sonaf /Istana Niki - niki. Benteng ini didirikan karena sering

terjadinya, permusuhan antara suku yang satu dengan suku lainnya, dimana

suku lain itu seperti suku Amanatun dan Mollo. Saat itu belum ada agama

sehingga mereka mempercayai Batu, kayu.

Benteng ini memiliki luas 80 X 44 Meter, dengan beberapa bukti

peninggal sejarah yang terdapat di dalamnya yaitu: Pagar batu, Rumah

tradisional (Lopo dan Ume Kbubu ), Pene, Bak-bak, Otenaus, Bol Nu'ut,

Perlengkapan Perang (Kalewang/parang, senapan tumbuk dan Tombak).

Sebagian sisi benteng dipagar dengan menggunakan batu dan sejenis

101
tumbuhan berduri (Kaktus) dan bagian lainnya terdapat jurang sehingga

musuh akan sulit masuk.

Gambar 4.15
Pagar Benteng

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2023


Lopo digunakan sebagai tempat Musyawarah sedangkan Ume Kbubu

sebagai tempat tidur dan memasak yang berada pada posisi tengah benteng.

Gambar 4.16
Lopo

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2023


Pene adalah tempat yang terletak di sisi kiri dimana terdapat

pepohonan besar dan sebuah kayu setinggi 1 meter yang tertancap di tanah,

Pene merupakan tempat untuk mengintai musuh.

102
Gambar 4.17
Pene

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2023

Ote‟Naus merupakan tempat untuk Ritual meramalkan apakah saat

perang nanti akan kalah dan menang. Media yang digunakan adalah Kayu

sekitar 1 meter, satu telur ayam, arang, dan piring. Media pertama yang

digunakan adalah dengan melihat tikaman posisi kayu pada tiang

penyangga lopo kecil. Jika saat kayu ditelentangkan dan ujung ibu jari

menyentuh tiang maka akan menang dan sebaliknya.

Gambar 4.18
Ote’Naus

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2023

103
Selanjutnya mengunakan telur yang di beri garis menggunakan arang

mewakili 4 arah Timur, Barat, Utara dan Selatan, telur kemudian di

pecahkan kesebuah wadah jika warnanya bening akan menang sebaliknya

jika berwarna merah akan mengalami kekalahan.

Gambar 4.19
Telur

Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2023


Bol Nu‟ut merupakan sebuah lubang kecil pada pagar batu untuk

meletakan senjata untuk menembak musuh.

Gambar 4.20
Bol Nu’ut

Sumber:Dokumantasi Peneliti, 2023


Saat di medan perang jika musuh dalam jarak jauh menggunakan

senapan tumbuk, jika jarak dekat menggunakan tombak atau

104
Kalewang/Parang. Saat menang Kepala Musuh akan dipotong dan di

bawah pulang ke benteng. Kemudian dilanjutkan dengan Upacara

kemenangan yang disebu “Sbo‟ Ma Meo” selama 4 hari 4 malam.

Sementara itu kepala musuh diletakaan diatas para-para yang dibawahnya

diberi api untuk mengasapi kepalah musuh denga tujuan agar otak dan

darahnya kering sehingga saat dipersembahkan kepada Raja tidak bau. Saat

kepala musuh di persembahkan maka pahlawan perang akan mendapat

gelar ”Meo” sementara benteng akan disebut “Kot”. Selain upacara perang

juga terdapat upacara menjelang dan sesudah panen yang disebut Poit Pah.

Upacara ini dilakuan mejelang musim tanam (November-Desember) dan

musim Panen (April-Juni). Dalam upacara ini menggunakan Babi jantan

warna hitam. Upacara ini dilakukan diatas “Bak-bak” atau mesbah/altar

yang tersusun atas batuan dengan ditengahnya terdapat sebuah tiang atau

pohon. Benih yang akan ditanam diletakan diatas bak-bak kemudian

dipercik darah babi hitam dengan menggunakan daun kusambi dengan

harapan agar mendapat hasil panen yang baik. Upacara panen dilakukan

untuk mensyukuri hasil panen yang melimpah. Darah sembelihan

ditampung didalam tempurung kelapa kemudian diperciki pada hulu hasil

yang ada.

105
Gambar 4.21

Rahang Hewan (Babi)

Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2023

Rahang babi yang di sembelih akan di simpan dalam Lopo yang

disusun berurutan sebagai hiasan. Didalam lopo juga ada hiasan berupa

anyaman binatang dari lontar. Lopo juga digunakan untuk menyimpan

makanan sehingga tiang lopo di beri papan berbentuk lingkaran agar tikus

tidak memakan hasil panen. Dibagian atas lopo terdapat sebuah pintu

masuk untuk menyimpan dan mengambil hasil panen. Saat berkunjung

terkadang kita bisa mengikuti upacara adat yang dipimpin oleh kepala suku

Bapak Kores Kohe Tauho.

Ditempat ini juga terdapat tenunan dan berbagai kerajinan masyarakat

dari bahan dasar kayu dan bambu yang diukir mulai dari harga Rp 50.000.

Saat berkunjung, pengunjung hanya perlu mengisi buku tamu dan

membayar secara sukarela untuk pemeliharaan.

106
Gambar 4.22
Ukiran Kayu

Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2023

3. Sonaf Amanuban

Kerajaan Amanuban (Banam) adalah sebuah kerajaan yang terletak di

pulau Timor bagian barat, wilayah Indonesia. Di era kemerdekaan,

Kerajaan Amanuban bersama Kerajaan Molo (Oenam) dan Kerajaan

Amanatun membentuk Kabupaten Timor Tengah Selatan (dalam bahasa

Belanda disebut Zuid Midden Timor) di Provinsi Nusa Tenggara

Timur dengan ibu kota So'E.

107
Gambar 4.23
Kerajaan Amanuban

Sumber:Pemerintah Kelurahan Niki-niki, 2023


Kerajaan Amanuban (Banam) diawali dengan kehadiran Olak Mali,

leluhur Raja Nope, dengan istrinya di Gunung Tunbes. Olak Mali

mempunyai pengetahuan, kemampuan, dan kekuatan untuk memengaruhi

suku-suku yang berada di Gunung Tunbes seperti Nuban, Tenis, Asbanu,

Nomnafa untuk mengakuinya sebagai penguasanya. (Norholt,1971).

Dengan kemampuan yang dimiliki oleh Olak Mali dan isterinya yang

mampu meyakinkan suku-suku (tsepe) primitif seperti Nuban,

Tenis, Asbanu, dan Nubatonis ( Si Nuban yang suka Natoni) di Gunung

Tunbes bahwa dia (Olak Mali) adalah penguasa dan Pemimpin Amanuban

( Raja atau Usif). Hal ini dibuktikannya kepada Nubatonis dengan beberapa

bukti seperti menanam pohon pisang, menanam tebu, api unggun,

memanggil bumi. 'Koe bako mese ma tib mese' sebagai pengesahan

pemilihan di Gunung Tunbes, pil nam Tunbes.

Empat kelompok suku yang hidup bermasyarakat di Gunung Tunbes

bersama para amaf lain kemudian mengukuhkan Olak Mali

108
menjadi Raja Amanuban ( Banam ) sekaligus peristiwa ini merupakan cikal

bakal terbentuknya Kerajaan Amanuban. Bukti fisik yang ada hingga saat

ini menunjukkan kehebatan Olak Mali sebagai Raja Amanuban pertama

yang mampu menata kehidupan sosial, kemasyarakatan, dan pemukiman

masyarakat Tubes secara baik dan teratur.

Gambar 4.24
Sonaf Amanuban

Sumber:Dokumentasi Peneliti, 2023

Posisi istana (sonaf) Raja Nope yang berada di tengah dengan pagar

batu kokoh sebagai inti (core) yang kemudian dikelilingi dengan

pemukiman Kelompok suku-suku seperti Tenis, Nuban, Asbanu, Nubatonis

dan Nomnafa menunjukan bahwa istana (sonaf) raja Nope di Gunung

Tunbes ini adalah kerajaan Amanuban itu sendiri. Raja Nope di Banam

yakni nun ana banam ma let ana banam untuk aman turun temurun on oof

ma bilu, he nah sis fafi nalali, he nah mak ane nalali.

Daerah Tunbes sesuai pembagiannya terdiri dari Mnela Ooh ( keempat

suku di Tunbes), Kekan ( kawasan lindung), kandang kerbau, Istana (sonaf)

dan tempat kuburan raja.Ada empat raja yang dimakamkan di Tunbes.

109
Awal mula kerajaan Amanuban dipercayai oleh masyarakat karena

kerajaan ini memiliki hubungan dengan kerajaan Amanatun dan kerajaan

Amarasi, ketiga kerajaan ini dianggap berasal dari tiga orang bersaudara.

Nama Banam - Amanuban Menurut penelitian dari dr Pieter

Middelkop bahwa secara tradisional sehari hari, penduduk Amanuban dan

wilayah Amanuban disebut Banam. Kata Banam atau Banamas digunakan

untuk menyebut orang atau masyarakat Amanuban dan juga untuk wilayah

Amanuban. Kata Banam terbentuk dari dua suku kata " ba" dan "nam". Ba

adalah awalan (prefiks) yang sejajar dengan awalan ber dalam bahasa

Indonesia yang berarti mempunyai. Kata 'nam' atau 'na nam' dalam

bahasa Timor (uab meto) mempunyai arti merangkak atau merayap. Dalam

tradisi adat dan adat istiadat Timor, termasuk Amanuban, penduduk atau

rakyat Amanuban yang mau bertemu dengan Raja harus merangkak atau

merayap sebagai bentuk penghormatan mereka kepada Raja. Namun sering

juga kata Amanuban diidentikan dengan nama salah satu kelompok

suku yang ada di kuan tubu Tunbes yang bernama Nuban dengan sebutan

Ama atau Am (Bapak). Sehingga Am Nuban sama dengan sebutan atau

sapaan bapak kepada Nuban. Ama Nuban sama dengan Bapak Nuban. Kata

Ama atau Am biasa juga digunakan untuk menyapa atau memanggil orang

laki-laki di Timor seperti Ama Asbanu atau Am Asbanu (Bapak Asbanu),

Ama Nomnafa atau Am Nomnafa (Bapak Nomnafa), Ama Tenis atau Am

Tenis (Bapak Tenis). Sebutan atau panggilan Bapak kepada seseorang tidak

110
serta merta diartikan sebagai Raja atau Usif karena tidak semua bapak itu

adalah Raja atau Usif. Banam Tuan sama dengan Tuan atau pemimpinnya

Banam (Amanuban) sama dengan Nope ( dipanggil dengan sebutan Nope).

Dari Tunbes kemudian pusat kerajaan Amanuban dipindahkan ke Pili

Besabnao. Perpindahan pusat kekuasaan ini karena sudah terjadi

pertambahan penduduk sedangkan luas lahan di Tunbes semakin kecil.

Surat dari Apolonius Shot, tertangga l 5 Juni 1613, menyebutkan bahwa

saat VOC melakukan kunjungan dagang ke Timor untuk pembelian

cendana maka saat itu sudah ada beberapa Raja kerajaan di Timor yang

bisa dan senang diajak bersahabat dan bekerja sama. Williiem Jacobsz

dan Melis Andriaz juga telah bertemu dan berbicara langsung

dengan Raja Amanuban. Kerajaan Amanuban tahun 1641 telah memeluk

Agama Katolik ditandai dengan kunjungan missi padrie Jacinto de

Dominggo, namun disayangkan nama baptis mereka tidak dicantumkan

dalam daftar nama silsilah raja-raja Amanuban. Bukti prasasti Gereja

Katolik di Abi ( Neke) dibangun 1527.

Antonio da Hornay tokoh penting Topas (Orang Kaesmetan-

Portugis Hitam) memerintah di Timor 1664-1695 dan ia kawin dengan

putri Amanuban dan Ambenu. De Ornay dan Da Costa merupakan dua

tokoh penting yang saling merebut kekuasaan di Timor. Putra Dominggus

da Costa III yang bernama Simao da Costa kawin dengan bi Noni Nope.

Laporan VOC tahun 1764 menyebutkan bahwa Raja Amanuban dan

111
Amanessi meminta diberi gelar Don (Schulte Nordholt,1971). Kekejaman

Simao Louis diimbangi dengan membagi-bagikan tongkat kepada Raja

yang tunduk kepada Portugis sebagai tanda pengenal untuk boleh

mengumpulkan cendana dan lilin untuk dijual kepada Portugis. Antonio

de Ornay kemudian menggantikan Simao Louis sebagai capitao mor di

Timor.

Dalam surat Kaiser Sonbai tanggal 23 September 1703, yang dikirim

ke Batavia, menyebutkan bahwa Sonbai sedang menghadapi masalah

dengan Ambenu, Amanuban, Boro, Asem, Mina, dan Likusaen. Kemudian

terjadi pertempuran antara Molo dengan Amakono, Amfoan serta

Amanuban dimana dalam pertempuran itu di pihak Amanuban tewas 5000

orang. (Hans Hagerdal, 2004).

Batu bertulis ANNO 1709 (secara jelas batu tersebut tertulis DRB dan

tulisan ANNO 1709, batu berbentuk bujur sangkar dengan ukuran panjang

30 cm dan lebar 31 cm dengan tebal batu 13 cm). Setahun

setelah Perang Penfui dalam dokumen VOC 1750 menyebutkan bahwa

Raja pemimpin Amanuban saat itu adalah Don Michel (Don Migil)

bersama Don Bernando dari Amfoang datanng ke Kupang bersama Kaiser

dari Amakono dengan harapan hidup berdamai dengan Belanda. Karena

sebelum pecahnya perang Penfui Amanuban bersama Amakono,Sorbian,

Amanatun, Amarasi-Amanesi adalah sekutu Portugis dan topas.

112
Pada tahun 1756 Raja Amanubang Don Louis II juga ikut

menandatangani trakta kontrak Paravicini bersama raja-raja Timor lainnya

Contract Paravicini yang di buat oleh Komisaris Johanies Andreas

Pavicini pada 9 Juni 1756, menurut catatan VOC 1941, itu selain di tanda

tangani oleh Raja Don Louis juga di tanda tangani oleh Don Bastian fettor

dari Amanuban dan Temuku dari Amanuban.

Pada tahun 1786 suku Amanuban yang anti Belanda menyerang

sonaf Raja Jacobus Albertu dari Amanuban di Kobenu yang letaknya

setengah hari perjalanan dari Kupang. Jacobus Albertus pada tengah malam

harus menyelamatkan diri bersama dua putranya kemudian menuju tanah

tumpah darahnya Amanuban-Banam yang berjarak tiga hari perjalanan.

Sepupu Jacobus Albertus yang bernama Tobani diakui sebagai Raja

Amanuban.

Raja Don Louis III kemudian memindahkan pusat kerajaan Amanuban

(Banam) dari Pili Besabnao ke Niki-niki hingga sekarang. Raja Don

Louis III bertakhta 1808-1824, semenjak itu ia dikenal sebagai pendiri

kota Niki-niki dan menetapkan nama Nope (awan) sebagai marga dinasti

Nope selanjutnya. Adik dari Raja Don Louis III bernama

Tanelab di Babuin dan Taifa di Mei. Raja Baki Nope-Baki Klus

mempunyai saudari bi Bia Nope (Oenino) dan bi Nino Telnoni (Ofu).

(Baki Klus). Raja Don Louis III wafat di Niki-niki tahun 1824 dan

dimakamkan di Niki-niki, sekarang pemakaman Cina - Son Leu. Bi Lese

113
Nenosae adalah istri dari Raja Don Louis III. (Regeeringsalmanak van

Belanda).

Latar belakang perpindahan ke Niki-Niki karena tempat ini sangat

strategis untuk pertahanan terhadap serangan musuh dan layak sebagai

istana raja. Perkataan Niki-Niki berasal dari kata Nik Nik yang berarti

menjilat-jilat dan melihat ke belakang. Digambarkan dalam

laporan Belanda, Raja Sufa Leu sebagai kekuasaan yang berdiri secara kuat

dan bebas dari pengaruh dan tekanan kolonial yang memerintah dengan

keras dan saling mencurigai, semua rakyatnya tunduk dan patuh kepadanya

dengan rasa hormat dan takut. Setiap rakyat Amanubang yang berhadapan

dengan Raja Sufa Leu dilarang keras menentang dan memandang

wajah raja ini (harus menutup mata / na bil). Raja Sufa Leu pada tanggal 1

Juli 1908 menandatangani Korte Verklaring sebagai landschapen

Amanubang dan Koko Sufa Leu sebagai Kaiser Muda Amanubang

dan Zanu Nakamnanu.

Setelah Raja Sufa Leu alias Raja Bil Nope gugur sebagai pahlawan

dengan membakar dirinya (Lan Ai) pada bulan Oktober 1910, maka

diangkatlah adik kandungnya Noni Nope sebagai penggantinya oleh

Belanda. Raja Noni Nope sebagai kepala zelf bestuur Amanuban dengan

dibantu oleh dua orang fettor yakni fetoor Noe Liu Zanu Nakamnanu (Noe

Nakan) dan Fettor Noe Bunu Boi Isu (Noe Haen) dengan satu mafefa Tua

Isu. Raja Noni Nope menandatangani korte Verklaring Maret 1912.

114
Menurut Arsip Nasional di Den Hag Belanda tentang Raja-raja

Amanuban menyebutkan bahwasannya Raja Baki Nope melahirkan putra

sulung bernama Raja Zanu Nope dengan saudaranya Pa'e. Menurut catatan

Kruseman tentang Timor menyebutkan Raja Louis Nope baru meninggal

pada tahun 1824 berusia lanjut dan putranya bertakhta menggantikannya

tetapi bertentangan dengan pamannya. Adik kandung dari Hau Sufa

Leu gelar Bil Nope ada dua orang laki-laki yaitu Kusa Nope (Fatu Auni),

Raja Noni Nope (Neke), dan seorang perempuan bi Natu Nope.

Raja Pae Nope menggantikan ayahnya Raja Noni Nope sebagai Raja

Amanuban 1920. Raja Pae memekarkan dua kefetoran utama Amanuban

menjadi tiga kefetoran dengan menambah lagi kefetoran Noe Beba yang

dipimpin oleh keluarga Nope sendiri. Pada tahun 1939 Raja Pae Nope

memekarkan lagi kefetoran di Amanubang menjadi tujuh kefetoran

yakni Noe Bunu, Noe Hombet, Noe Siu, Noe Liu, Noe Muke, Noe Beba,

Noe Meto.

Permaisuri dari Raja Pae Nope bernama Ratu bi Siki Nitibani berdiam

di istana kerajaan Amanuban (Sonaf Naek) yang melahirkan putera

mahkota raja Amanuban Johan Paulus Nope ( 1946-1949) dengan ketiga

adiknya yaitu Kusa Nope ( fettor Noe Meto), bi Feti Nope, dan Kela Nope

(juga menjadi fetor Noemeto). Raja Pae Nope juga mempunyai beberapa

orang istri seperti bi Fanu Tnunai, Bi Kohe Nitibani (ibunda dari Raja Kusa

Nope), bi Oba Sonbai, bi Tipe Asbanu, bi Oko Tuke, bi Koin Tunu, bi

115
Kohe Babis, bi Bene Boimau, dan bi Seong Wun. Bi Kohe Nitbani adalah

anak dari bi Oki pelayan (ate) yang tinggal di dalam sonaf Neke.

Raja Pae Nope pernah menandatangani korteverklaring pada 21

Februari 1923 di Niki-Niki.

Putra Mahkota Johan Paulus Nope atau Raja Leu Nope menggantikan

ayahnya sebagai Raja Amanuban 1946 karena raja Pae Nope sudah berusia

lanjut dan tak kuat melaksanakan tugas pemerintahan kerajaan. Raja

Johan Paulus Nope juga memiliki banyak istri yakni bi Nino Selan, bi

Kohe Nitibani,bi Obe Banamtuan, bi Fenu Selan, bi Muke Tse, bi Liu Tse,

bi Sufa Asbanu, bi sabet Abanat, dan bi Kaes Beti. Raja Leu Nope

atau Johan Paulus Nope kemudian dibaptis menjadi Kristen Protestan dan

bersama seluruh rakyat Amanuban menjadi penganut agama Protestan

Seluruh rakyat Amanuban sering juga menyebut Raja Leu Nope dengan

sebutan-sebutan seperti Usi Anesit (Raja yang mempunyai kelebihan -

kelebihan dalam kalangan bangsawan Nope), Usi Nakfunmanu (Raja

berambut panjang), Usi Tata (Raja yang juga seorang kakak dalam

kalangan keluarga sonaf-istana Amanuban).

Pada tanggal 21 Oktober 1946 Raja-Raja seluruh keresidenan Timor

mengadakan sidang atau konferensi di Kota Kefamenanu guna membentuk

Timor Eiland Federatie (gabungan kerajaan afdelling Timor - Dewan Raja-

raja Timor). Dalam sidang tersebut, H. A. Koroh (Raja Amarasi) dan A.

116
Nisnoni (Raja Kupang) terpilih masing-masing sebagai ketua dan ketua

muda Timor Eiland Federatie.

Raja Amanuban Johan Paulus Nope yang hadir dalam sidang tersebut

dari Kerajaan Amanuban. Masih dalam forum yang sama berhasil

dibentuk Dewan Perwakilan Rakyat Timor Eiland Federatie Amanuban

mendudukan S.L Selan mewakili Kerajaan Amanuban, Ch. Tallo

mewakili Kerajaan Amanatun dan T.Benufinit mewakili kerajaan Mollo,

sebagai DPRD Timor dan Kepulauanya.

Karena faktor kesehatan Raja Johan Paulus Nope yang terganggu

maka kontroleur Belanda mengusulkan adiknya Kusa Nope yang baru

tamat sekolah praja di Makasar untuk melaksanakan pemerintahan sehari-

hari kerajaan sambil menantikan dewasanya Putra Mahkota kerajaan

Amanuban anak laki-laki dari Raja Johan Paulus Nope yang bernama Louis

Nope dan Mahteos Nino Nope untuk dinobatkan menjadi Raja

Amanuban. Raja Pae Nope dan Raja Johan Paulus Nope wafat pada tahun

1959 di Niki-Niki.

Kusa Nope kemudian menjadi Kepala Daerah Swapraja Amanuban

(KDS Amanuban). Kusa Nope juga kemudian menjadi Bupati Timor

Tengah Selatan pertama. Istri pertama Kusa Nope bernama bi Malo

Nitibani disusul bi Kina dan bi Sole. Ada tujuh raja Amanuban yang

dimakamkan di Son Nain Niki-Niki. Kedudukan raja adalah turun temurun,

117
dan putera mahkota berhak menggantikan kedudukan ayahnya sebagai raja.

Putra mahkota adalah putra sulung raja yang lahir dari permaisuri.

Raja-raja

Adapun daftar raja:

1. Olak Mali.

2. Ol Banu.

3. Bil Banu.

4. Tu Banu.

5. Louis I (Tunbes).

6. Bill (Pili).

7. Don Louis II, dimakamkan di Boti.

8. Tubani (1786-1808).

9. Don Louis III. 1808-1824, pusat kerajaan ke Niki-Niki, dimakamkan

di Pekuburan Cina Niki-Niki.

10. Baki Nope / Baki Klus 1824-1862.makam Son Nain

11. Sanu Nope 1862-1870, dimakamkan di Son Nain.

12. Bil Nope - Sufa Leu (1870-1910).

13. Noni Nope (1911-1920).

14. Pae Nope ( 1920-1946).

15. Leu - Johan Paulus Nope ( 1946-1949).

16. Kusa Nope (1950-1958)

118
4.2. Hasil dan Pembahasan

4.2.1 Komponen Utama dalam Pengembangan Kawasan Objek Wisata

Pengembangan kawasan objek wisata pada objek-objek wisata sejarah

merupakan hal yang penting dalam menarik kunjungan wisatawan karena menjadi

daya tarik tersediri, keunikan dan nilai-nilai budaya merupakan hal yang menjadi

ciri khas tersendiri bagi masyarakat Kabupaten Timor Tengah Selatan. Warisan

budaya seperti situs budaya, rumah adat, upacara dan ritual adat, tarian dan musik

tradisional dari masayarakat suku Timor menjadi daya tarik bagi wisatawan

khususnya pada wisatawan mancanegara. Berdasarkan hasil wawancara dengan

Wilem Benu sebagai seorang Tour Giude mengatakan bahwa

“Wisatawan mancanegara biasanya lebih tertarik dengan budaya orang luar

karena, tempat-tempat wisata seperti pantai dan gunung juga mereka miliki tetapi

budaya pada suatu tempat hanya ada pada tempat tersebut dan tidak ada di tempat

lain dan menjadi daya tarik dan ciri khas tersendiri pada tempat tersebut” 17

Menurutnya budaya pada suatu tempat adalah ciri khas tempat tersebut dan itu

menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung dan ingin melihat bagaimana

budaya pada suatu tempat, ini merupakan suatu peluang yang baik pada objek

wisata kabupaten Timor Tengah Selatan untuk meningkatkan komponen utama

dalam pengembangan objek wisata dengan begitu maka akan membuat wisatawan

senang dalam berkunjung pada objek wisata tersebut. Pengembangan komponen

17
Wawancara Pada Tanggal 9 September

119
dalam objek wisata juga di tuturkan oleh sekertaris Dinas Pariwisata Kabupaten

Timor Tengah Selatan, John Lasmanu. Beliau mengatakan

“Komponen utama yang dibutuhkan pada pengembangan objek wisata adalah

SDM, baitu itu dari pemerintah maupun masyarakat. Jika pemerintah berusaha

untuk mengelola dan tanpa dukungan masyarakat maka akan terhambat dan

sebaliknya. Pemerintah telah melakukan pelatihan pada masyarakat untuk saling

bekerja sama dalam pengembangan objek wisata di seluruh kabupaten TTS.

Selanjutnya, program paket wisata yang telah dicanangkan diharapkan agar

mendapatkan perhatian lebih dalam mengembangkan paket wisata dikabupaten TTS

dengan pusatnya pada Batu Putih. Penganggaran pada pengembangan dan

pengelolaan objek wisata juga terus dilakukan melalui APBD sehingga kebutuhan-

kebutuhan yang dikeluhkan oleh masyarakat mengenai objek wisata terus

difasilitasi. Infrastruktur,Fasilitas dan Aksesibilitas merupakan hal yang sangat

penting yang sedang teus diusahakan oleh Pemda Kabupaten Timor Tengah

Selatan”18

Menurut beliau keterpaduan antara Manajemen SDM dan SDA serta

infrastruktur, fasilitas, Aksesibilitas merupakan komponen yang paling

dibutuhkan dalam pengelolaan dan pengembangan objek wisata di kabupaten

Timor Tengah Selatan dan sedang diusahakan oleh pemerintah Kabupaten Timor

Tengah Selatan selain itu juga butuh bantuan dari masyarakat dalam

pengembangan objek wisata di kabupaten Timor Tengah Selatan.

Pembentukan Kelompok Sadar Wisata diharapkan akan membantu

Pemerintah dalam pengembangan dan pengeolaan objek wisata di kabupaten

18
Wawancara Pada Tanggal 4 September

120
Timor Tengah Selatan, dapat disimpulkan bahwa pengembangan objek-objek

wisata di Kabupaten Timor Tengah Selatan harus melibatkan pihak pemerintah

sebagai regulator dan masyarakat sebagai eksekutor karena masyarakat yang lebih

mengetahui apasaja yang dibutuhkan dalam pengembangan objek wisata dan

bagaimana pelaksanaannya pada wilayah tersebut.

Pendampingan pada masyarakat sebegai eksekutor juga diperlukan, hal ini

perlu karena pemerintah sebagai regulator turut mengambil bagian dalam

memberikan pelatihan dan pengetahuan lebih pada kelompok Sadar Wisata,

kemudian terlibat dalam pelatihan-pelatihan wisata, Pelatihan pemandu wisata

dan kerjasama antar lembaga untuk turut mengembangkan potensi yang dimiliki

oleh kabupaten Timor Tengah Selatan. Dalam pelaksanaannya terdapat kendala

yang dirasakan oleh pemerintah dan masyarakat diantaranya kurangnya

Komunikasi yang baik antara pemerintah dan masyarakat, kurangnya dukungan

dari lembaga-lembaga pemerintah lainnya serta minimnya anggaran yang

diberikan untuk pengembangan objek wisata di kabupaten Timor Tengah Selatan.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian pendukung dari

Dwicahyadi dkk, dengan judul penelitian Strategi Pengembangan Wisata Terpadu

di kecamatan Muntok kabupaten Bangka Barat, dimana tujuan penelitian ini

adalah merumuskan strategi pengembangan wisata terpadu kecamatan Muntok,

penelitian ini menggunakan penelitian ini adalah Deskriptif Kuantitatif. Hasil dari

penelitian ini berupa strategi pengembangan tiap masing-masing objek yang telah

mempunyai keterpaduan pada sisi manajemen, infrastruktur, fasilitas, dan

121
aksesibilitas. Hal ini dimaksudkan agar memudahkan pengunjung dalam

menggunakan waktunya sesingkat mungkin dan mendapatkan pengalaman

berwisata sebanyak-banyaknya.

4.2.2 Identifikasi Faktor IFAS dan EFAS

1. Suku Boti

Kondisi internal dalam pengembangan parwisata di Suku Boti akan

terangkum dalam matriks IFAS (Internal Strategic Factor Analysis),

sedangkan kondisi eksternal dalam pengembangan pariwisata di suku Boti

akan terangkum dalam matrik EFAS (External Strategic Factors Analysis).

Oleh karena itu dalam penyusunan strategi, peneliti terdahulu

mengidentifikasi kriteria dari faktor-faktor internal dan eksternal sebagai

berikut:

Tabel 4.9
Matriks Faktor Internal dan Eksternal
Faktor Internal Faktor Eksternal
Kekuatan Peluang
1. Budaya yang masih sangat kental 1. Dukungan positif dari pemerintah
(Kesenian,ketrampilan lokal, filosofi (promosi pariwisata, pembangunan
dll) infrastruktur, bantuan modal )
2. Ritual dan upacara adat yang masih 2. Lingkungan yang masih asri dan alami
terjaga hingga saat ini 3. Memiliki daya tarik bagi wisatawan
3. Masyarakat yang ramah 4. Meningkatkan sumber pendapatan
4. Keberadaan objek wisata
Kelemahan Ancaman
1. Infrastruktur jalan yang masih rusak. 1. Pembangunan yang merusak keindahan
2. Ketersediaan transportasi umum yang dan kelestarian objek wisata
kurang memadai 2. Masuknya perkembangan zaman yang
3. Kurangnya promosi pariwisata mengancam
4. masih kurangnya Money Changer/ 3. Kurangnya sadar wisata bagi
penukaran mata uang asing wisatawan (pengrusakan sarana dan
prasarana pariwisata)
4. Masuknya campur tangan pemerintah
dalam pengelolaan
Sumber:Data Olahan Peneliti,2023

122
Semua aspek tersebut terangkum dalam aspek kekuatan dan

kelemahan pada matriks IFAS (Internal Strategic Factor Analysis

Summary). Sedangkan pada Matriks EFAS (Exsternal Starategic Factor

Analysis Summary) terangkaum peluang dan ancaman. Berikut ini

merupakan hasil matriks IFAS dan EFAS yang diperoleh dengan merata

rata hasil penilaian yang telah diberikan terhadap kondisi internal dan

eksternal pada suku Boti.

Tabel 4.10
Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS)

Faktor Strategi Internal Bobot Skor Nilai


(Bobot x skor)
Kekuatan
1. Budaya yang masih sangat kental 0,29 4 1,14
(Kesenian,ketrampilan lokal, filosofi dll)
2. Ritual dan upacara adat yang masih 0,29 5 1.43
terjaga hingga saat ini
3. Masyarakat yang ramah 0,23 3,5 0,83
4. Keberadaan objek wisata 0,19 3 0,58
Jumlah Kekuatan 3,98
Kelemahan
1. Infrastruktur jalan yang masih rusak. 0,19 1.7 0,33
2. Ketersediaan transportasi umum yang 0,14 1 0,13
kurang memadai
3. Kurangnya promosi pariwisata 0,29 2,5 0,72
4. masih kurangnya Money Changer/ 0,38 2,5 0,96
penukaran mata uang asing
Jumlah Kelemahan 2,14
JUMLAH KESELURUHAN 1 1.18
Sumber: Data Olahan Peneliti,2023

Hasil perhitungan pada tabel 4.10 diatas maka kekuatan terbesar yang

dimiliki Suku Boti adalah budaya yang masih sangat kental dan ritual dan

upacara adat yang masih terjaga hingga saat ini, sedangkan kelemahan yang

terbesar adalah ketersediaan transportasi umum yang kurang memadai

123
diikuti dengan infrastruktur jalan yang masih rusak membuat akses ke Suku

Boti tidak lancar.

Tabel 4.11
Esxternal Strategic Factors Analysis Summary (EFAS)

Faktor Strategi Eksternal Bobot Skor Nilai


(Bobot x skor)
Peluang
1. Dukungan positif dari pemerintah 0,24 3 0,72
(promosi pariwisata, pembangunan
infrastruktur, bantuan modal )
2. Lingkungan yang masih asri dan alami 0,32 4 1,28
3. Memiliki daya tarik bagi wisatawan 0,24 3 0,72
4. Meningkatkan sumber pendapatan 0,20 2,5 0,50
Jumlah Peluang 3,22
Ancaman
1. Pembangunan yang merusak keindahan 0.38 1 0,375
dan kelestarian objek wisata
2. Masuknya perkembangan zaman yang 0,25 1,5 0,375
mengancam
3. Kurangnya sadar wisata bagi wisatawan 0,25 2 0,50
(pengrusakan sarana dan prasarana
pariwisata)
4. Masuknya campur tangan pemerintah 0,12 2 0,25
dalam pengelolaan
Jumlah Ancaman 1,50
JUMLAH KESELURUHAN 1 1,72
Sumber: Data diolah peneliti,2023

Pada tabel 4.11 peluang terbesar dari Suku Boti ini adalah Lingkungan

yang masih asri dan alami sehingga menjadi pendukung objek wisata ini

selanjutnya dukungan dari pihak pemerintah juga peluang yang besar,

sedangkan ancaman terbesar pada Suku Boti adalah pembangunan yang

disusul oleh perkembangan zaman.

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan melalui analisis SWOT

diperoleh nilai akhir sebagai berikut:

124
Tabel 4.12
Rekapitulasi Hasil Perhitungan SWOT
Suku Boti

No Uraian Nilai
1 Faktor Internal
a. Kekuatan 3.98
b. Kelemahan 2.14
2 Faktor Eksternal
a. Peluang 3.22
b. Ancaman 1.50
Sumber : Hasil olahan Peneliti, 2023

Dalam merumuskan strategi baru berdasarkan analisis SWOT maka

perlu direncanakan strategi yang menggunakan kekuatan sebagai modal

awal, meminimalisir kelemahan, memanfaatkan peluang yang ada dan

menanggulangi ancaman yang ada. Untuk mengetahui letak diagram maka

dihitung selisih antara kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman

dengan nilai sebagai berikut:

Kekuatan – Kelemahan = 3,98 – 2,14 = 1,84

Peluang – Ancaman = 3,22 – 1,50 = 1,72

125
Diagram 4.1
Analisis SWOT Suku Boti

Strategi Strategi
Putar Balik 3 Agresif

1,72 (1.84 , 1.72)


1

0,5

W S
-3 -2 -1 -0,5 0,5 1 1,84 2 3

-0,5

Strategi
Strategi 2 Disversifikasi
Divensif

Sumber : Hasil olahan Penulis ,2023

Berdasarkan diagram 4.1 strategi dalam peningkatan objek wisata

Suku Boti di Kabupaten Timor Tengah Selatan berada pada kuadran 1

yang merupakan situasi yang baik dimana strategi peningkatan objek

wisata di kabupaten Timor Tengah Selatan dapat memanfaatkan peluang

126
dan kekuatan untuk merumuskan strategi baru agar mendukung

pengembangan objek wisata yang agresif dan tepat sasaran. Rekomendasi

strategi pada kuadran ini adalah Progresif, dimana objek wisata Suku Boti

dapat terus melakukan pengembangan karena memiliki peluang dan

kekuatan yang baik.

Setelah semua faktor yang diketahui diperoleh dari proses analisis

matriks eksternal mengenai kekuatan dan kelemahan serta analisis matriks

eksternal mengenai peluang dan ancaman yang dihadapi berdasarkan hasil

wawancara dengan beberapa narasumber serta disertai pengamatan

dilapangan, tahap selanjutnya adalah menggabungkan faktor internal dan

eksternal menggunakan matriks strategi. Berdasarkan identifikasi diatas

maka perumusan strategi dilakukan lebih lanjut dengan menggunakan

matriks SWOT dengan mamasukan indikator IFAS dan EFAS yaitu

sebagai berikut:

127
Tabel 4.13
Matriks Analisis SWOT

IFAS Kekuatan (S) Kelemahan (W)


1. Budaya yang masih sangat 1. Infrastruktur jalan yang
kental (Kesenian, masih rusak
ketrampilan lokal, filosofi 2. Ketersediaan
dll) transportasi umum yang
2. Ritual dan upacara adat kurang memadai
yang masih terjaga hingga 3. Kurangnya promosi
EFAS saat ini pariwisata
3. Masyarakat yang ramah 4. masih kurangnya Money
4. Keberadaan objek wisata Changer/ penukaran
mata uang asing
Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O
1. Dukungan positif dari 1. Melakukan pengmbangan 1. Pengadaan Money
pemerintah (promosi infrastruktur dan fasilitas Changer/ penukaran
pariwisata, demi kenyamanan mata uang asing
pembangunan berwisata ke suku Boti 2. Meningkatkan promosi
infrastruktur, bantuan 2. Melakukan pengembangan pariwisata
modal ) Paket wisata dalam rangka
2. Lingkungan yang penyelenggaraan jalur
masih asri dan alami wisata dan melancarkan
3. Memiliki daya tarik perjaanan objek wisata
bagi wisatawan serta penyediaan fasilitas-
4. Meningkatkan sumber fasilitas dalam mendukung
pendapatan program paket wisata .

Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T


1. Pembangunan yang 1. Membuat peta wisata 1. Pengangkatan tenaga
merusak keindahan 2. Meningkatkan hubungan ahli dari dalam daerah
dan kelestarian objek kerja sama dengan ynag proposional.
wisata lembaga pemerintahan 2. Pemberdayaan
2. Masuknya maupun non pemerintahan masyarakat lokal
perkembangan zaman serta melibatkan terutama disekitar objek
yang mengancam wisatawan dalam wisata.
3. Kurangnya sadar mengontrol dan merawat
wisata bagi wisatawan objek wisata
(pengrusakan sarana
dan prasarana
pariwisata)
4. Masuknya campur
tangan pemerintah
dalam pengelolaan.
Sumber : Hasil olahan penulis, 2023

Dari matriks SWOT diatas diperoleh strategi-strategi pengembangan

pariwisatapada objek wisata Suku Boti Selatan sebagai berikut:

128
1. Strategi S-O (Strenght-Opportunity)

Stratregi S-O atau strategi kekuatan-peluang adalah strategi yang

menggunakan kekuatan internal untuk memanfaaatkan peluang ekternal.

Berikut strategi yang direkomendaasikan sebagai strategi kekuatan-

peluang:

1. Melakukan pengembangan infrastruktur dan fasilitas demi

kenyamanan berwisata ke suku boti .

2. Melakukan pengembangan paket wisata dalam rangka

penyelenggaraan jalur wisata dan melancarkan perjalanan objek

wisata serta penyediaan fasilitas-fasilitas dalam mendukung program

paket wisata.

2. Strategi W-O (weakness-Opportunity)

Strategi W-O atau Strategi Kelemahan-Peluang adalah strategi yang

bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan

peluang. Berikut strategi yang direkomendasikan sebagai strategi

kelemahan peluang adalah:

1. Pengadaan money changer atau penukaran mata uang asing.

2. Meningkatkan promosi pariwisata melalui media Online dan Offline

seperti website Dinas Pariwisata Kabupaten TTS dan mengikut

sertakan diri pada pameran dan festival-festival budaya.

129
3. Strategi S-T(Strenght-Threath)

Strategi S-T atau strategi kekuatan-ancaman adalah strategi yang

menggunakan kekuatan internal untuk menghindari atau mengurangi

dampak ancaman eksternal. Berikut strategi yang direkomendasikan

sebagai strategi kekuatan-ancaman:

1. Membuat peta wisata.

2. Meningkatkan hubungan kerja sama dengan lembaga pemeritahan

maupun non pemerintahan serta melibatkan wisatawan dalam

mengontrol dan merawat objek wisata.

4. Strategi W-T (Weakness-Threath)

Strategi W-T atau strategi kelemahan-ancaman adalah strategi untuk

mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman ekternal.

Berikut. Strategi yang direkomendasikan untuk mengurangi kelemahan

internal dan menghindari ancaman eksternal:

1. Pengangkatan tenaga kerja ahli bagian pariwisata dari dalam daerah

yang proposional karena selain paham pariwisata mereka juga tau

tentang sejarah dari objek wisata tersebut

2. Pemberdayaan masyarakat lokal terutama disekitar objek wisata

dalam rangka memajukan ekonomi kreatif pada masyarakat

sekitaran objek wisata tersebut

Hasil Matriks SWOT menunjukan terdapat 8 alternatif strategi kebijakan

untuk mendukung pengembangan wisata Suku Boti yaitu:

130
1. Melakukan pengembangan infrastruktur dan fasilitas demi kenyamanan

berwisata ke suku boti .

2. Melakukan pengembangan paket wisata dalam rangka penyelenggaraan

jalur wisata dan melancarkan perjalanan objek wisata serta penyediaan

fasilitas-fasilitas dalam mendukung program paket wisata.

3. Pengadaan money changer atau penukaran mata uang asing.

4. Meningkatkan promosi pariwisata pariwisata melalui media Online dan

Offline seperti website Dinas Pariwisata Kabupaten TTS dan mengikut

sertakan diri pada pameran dan festival-festival budaya.

5. Membuat peta wisata.

6. Meningkatkan hubungan kerja sama dengan lembaga pemerintahan

maupun non pemerintahan serta melibatkan wisatawan dalam

mengontrol dan merawat objek wisata pemerintahan maupun non

pemerintahan serta melibatkan wisatawan dalam mengontrol dan

merawat objek wisata

7. Pengangkatan tenaga kerja ahli bagian pariwisata dari dalam daerah

yang proposional karena selain paham pariwisata mereka juga tau

tentang sejarah dari objek wisata tersebut

8. Pemberdayaan masyarakat lokal terutama disekitar objek wisata dalam

rangka memajukan ekonomi kreatif pada masyarakat sekitaran objek

wisata tersebut.

131
2. Benteng None

Dalam matriks IFAS (Internal Factor Analysis Summary) terdapat

kondisi internal pengembangan pariwisata di Benteng None, sedangkan

kondisi eksternal dari pengembangan pariwisata di Benteng None

terangkum dalam matriks EFAS (External Factors Analysis Summary).

Tabel 4.14
Matriks Faktor Internal dan eksternal

Faktor Internal Faktor Eksternal


Kekuatan Peluang
1. Budaya yang masih dilestarikan 1. Dukungan
(Kesenian,ketrampilan lokal, filosofi dll pemerintah
2. Situs-situs bersejarah dalam benteng yang masih 2. Lokasi yang mudah
terpelihara (lopo,Umekbubu,pene,ote naus dll) dijangkau
3. Masyarakat yang ramah
Kelemahan Ancaman
1. Kekurangan Infrastruktur pendukung 1. Perkembangan
2. Kurangnya promosi pariwisata zaman
3. Kurangnya fasilitas pendukung (homestay, rumah 2. Pembangunan
makan, MCK dll)
Sumber: Hasil olahan peneliti, 2023

Semua aspek tersebut terangkum dalam aspek kekuatan dan

kelemahan pada IFAS (Internal Factor Analysis Summary). Sedangkan

pada matriks EFAS (External Factor Analysis Summary) terangkum

peluang dan ancaman. Berikut dipaparkan hasil matriks IFAS dan EFAS

diperoleh dengan rata-rata hasil penilaian yang telah diberikan terhadap

kondisi internal dan eksternal pada Benteng None.

132
Tabel 4.15
Internal Factor Analysis Summary

Faktor Strategi Internal Bobot Skor Nilai


(Bobot x skor)
Kekuatan
1. Budaya yang masih dilestarikan 0,35 2 0,71
(Kesenian,ketrampilan lokal, filosofi dll)
2. Situs bersejarah yang masih terpelihara 0,47 3 1,41
(lopo,Umekbubu,pene,ote naus dll)
3. Masyarakat yang ramah 0,18 1 0,18
2.30
Jumlah Kekuatan
Kelemahan
1. Kurangnya infrastruktur pendukung 0,29 1 0,29
2. Kurangnya promosi pariwisata 0,42 1,5 0,65
3. Kurangnya fasilitas pendukung 0,29 0,5 0,14
(homestay, rumah makan, MCK dll
Jumlah Kelemahan 1,08
JUMLAH KESELURUHAN 1 1,22
Sumber: Hasil olahan Peneliti, 2023

Pada tabel 4.15 dapat dilihat bahwa kekuatan terbesar pada objek

wisata Benteng None ini adalah pada situs bersejarah yang dimiliki oleh

Benteng None yang menjadi saksi bisu sejarah, sedangkan kelemahan pada

objek wisata Benteng None ini adalah kurangnya fasilitas pendukung pada

sekitaran objek wisata tersebut.

Tabel 4.16
Ekternal Factor Analysis Summary
Faktor Strategi Eksternal Bobot Skor Nilai
(Bobot x skor)
Peluang
1. Dukungan dari pemerintah 0,4 2 0.80
2. Lokasi yang mudah dijangkau 0,6 3 1.80
Jumlah Peluang 2,60
Ancaman
Perkembangan zaman 0,75 2 1,50
Pembangunan 0,25 1,5 0,38
Jumlah Ancaman 1,88
JUMLAH KESELURUHAN 1 0,72
Sumber:Hasil olahan peneliti, 2023

133
Pada tabel 4.16 peluang terbesar dari Benteng None ini adalah Lokasi yang

mudah dijangkau karena terletak + 200 m dari dalan negara, sehingga

penjadi pendukung objek wisata ini selanjutnya dukungan dari pihak

pemerintah juga peluang yang besar, sedangkan ancaman terbesar pada

objek wisata Benteng None adalah pembangunan yang disusul oleh

perkembangan zaaman. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan melalui

analisis SWOT diperoleh nilai akhir sebagai berikut:

Tabel 4.17
Rekapitulasi Hasil Perhitungan SWOT
Benteng None

No Uraian Nilai
1 Faktor Internal
a. Kekuatan 2,30
b. Kelemahan 1,08
2 Faktor Eksternal
c. Peluang 2,60
d. Ancaman 1.88
Sumber : Hasil olahan Peneliti, 2023

Dalam merumuskan strategi baru berdasarkan analisis SWOT maka

perlu direncanakan strategi yang menggunakan kekuatan sebagai modal

awal, meminimalisir kelemahan, memanfaatkan peluang yang ada dan

menanggulangi ancaman yang ada.

Kekuatan – Kelemahan = 2,30 – 1,08 = 1,22

Peluang – Ancaman = 2,60 – 1,88 = 0,72

134
Diagram 4.2
Analisis SWOT Benteng None

Strategi Strategi
Putar Balik 3 Agresif

1,22 (0.72 , 1,22)


1
)

0,5

W S
-3 -2 -1 -0,5 0,5 0,72 1 1,84 2 3

-0,5

Strategi
Strategi 2 Disversifikasi
Divensif

Sumber : Hasil olahan Penulis ,2023

Berdasarkan diagram 4.2 strategi dalam peningkatan objek wisata

Benteng None di Kabupaten Timor Tengah Selatan berada pada kuadran 1

Rekomendasi strategi pada kuadran ini adalah Progresif, dimana objek

135
wisata Benteng None dapat terus melakukan pengembangan karena

memiliki peluang dan kekuatan yang baik.

Tabel 4.18
Matriks Analisis SWOT

IFAS Kekuatan (S) Kelemahan (W)


1. Budaya yang masih sangat kental 1. Kurangnya infrastruktur
(Kesenian, ketrampilan lokal, pendukung
filosofi dll) 2. Kurangnya promosi
2. Situs-situs ersejarah dalam pariwisata
Benteng None yang masih 3. Kurangnya fasilitas
terpelihara (Lopo, Umekbubu, pendukung (Home stay,
EFAS Pene, Ote Naus dll) rumah makan, MCK dll)
3. Masyarakat yang ramah
Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O
1. Dukungan 1. Melakukan pengembangan 1. Melakukan koordinasi
pemerintah infrastruktur dan fasilitas demi terkait kebutuhan dan
2. Lokasi yang mudah kenyamanan berwisata ke memfasilitasi kebutuhan
di jangkau Benteng None objek wisata.
2. Melakukan pengembangan Paket 2. Meningkatkan promosi
wisata dalam rangka pariwisata
penyelenggaraan jalur wisata
Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T
1. Perkembangan zaman 1. Membuat peta wisata 1. Pengangkatan tenaga ahli
2. Pembangunan 2. Meningkatkan hubungan kerja dari dalam daerah yang
sama dengan lembaga proposional.
pemerintahan maupun non 2. Pemberdayaan masyarakat
pemerintahan serta melibatkan lokal terutama disekitar
wisatawan dalam mengontrol objek wisata.
dan merawat objek wisata
Sumber: Hasil olahan Penulis, 2023

Dari matriks SWOT diatas diperoleh strategi-strategi pengembangan

pariwisata pada Objek Wisata Benteng None Kabupaten Timor Tengah

Selatan sebagai berikut:

1. Strategi S-O (Strenght-Opportunity)

Stratregi S-O atau strategi kekuatan-peluang adalah strategi yang

menggunakan kekuatan internal untuk memanfaaatkan peluang ekternal.

136
Berikut strategi yang direkomendaasikan sebagai strategi kekuatan-

peluang:

1. Melakukan pengembangan infrastruktur dan fasilitas demi

kenyamanan berwisata ke Benteng None.

2. Melakukan pengembangan paket wisata dalam rangka

penyelenggaraan jalur wisata.

2. Strategi W-O (weakness-Opportunity)

Strategi W-O atau Strategi Kelemahan-Peluang adalah strategi yang

bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan

peluang. Berikut strategi yang direkomendasikan sebagai strategi

kelemahan peluang adalah:

1. Melakukan koordinasi terkait kebutuhan dan memfasilitasi kebutuhan

objek wisata.

2. Meningkatkan promosi pariwisata pariwisata melalui media Online

dan Offline seperti website Dinas Pariwisata Kabupaten TTS dan

mengikut sertakan diri pada pameran dan festival-festival budaya.

3. Strategi S-T(Strenght-Threath)

Strategi S-T atau strategi kekuatan-ancaman adalah strategi yang

menggunakan kekuatan internal untuk menghindari atau mengurangi

dampak ancaman eksternal. Berikut strategi yang direkomendasikan

sebagai strategi kekuatan-ancaman:

137
1. Membuat peta wisata.

2. Meningkatkan hubungan kerja sama dengan lembaga pemeritahan

maupun non pemerintahan serta melibatkan wisatawan dalam

mengontrol dan merawat objek wisata.

4. Strategi W-T (Weakness-Threath)

Strategi W-T atau strategi kelemahan-ancaman adalah strategi untuk

mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman ekternal.

Berikut. Strategi yang direkomendasikan untuk mengurangi kelemahan

internal dan menghindari ancaman eksternal:

1. Pengangkatan tenaga kerja ahli bagian pariwisata dari dalam daerah

yang proposional karena selain paham pariwisata mereka juga tau

tentang sejarah dari objek wisata tersebut.

2. Pemberdayaan masyarakat lokal terutama disekitar objek wisata

dalam rangka memajukan ekonomi kreatif pada masyarakat

sekitaran objek wisata tersebut.

Hasil Matriks SWOT menunjukan terdapat 8 alternatif strategi

kebijakan untuk mendukung pengembangan wisata Benteng None yaitu:

1. Melakukan pengembangan infrastruktur dan fasilitas demi kenyamanan

berwisata ke Benteng None .

2. Melakukan pengembangan paket wisata dalam rangka penyelenggaraan

jalur wisata

138
3. Melakukan koordinasi terkait kebutuhan dan memfasilitasi kebutuhan

objek wisata.

4. Meningkatkan promosi pariwisata melalui media Online dan Offline

seperti website Dinas Pariwisata Kabupaten TTS dan mengikut sertakan

diri pada pameran dan festival-festival budaya.

5. Membuat peta wisata.

6. Meningkatkan hubungan kerja sama dengan lembaga pemerintahan

maupun non pemerintahan serta melibatkan wisatawan dalam

mengontrol dan merawat objek wisata pemerintahan maupun non

pemerintahan serta melibatkan wisatawan dalam mengontrol dan

merawat objek wisata

7. Pengangkatan tenaga kerja ahli bagian pariwisata dari dalam daerah yang

proposional karena selain paham pariwisata mereka juga tau tentang

sejarah dari objek wisata tersebut

8. Pemberdayaan masyarakat lokal terutama disekitar objek wisata dalam

rangka memajukan ekonomi kreatif pada masyarakat sekitaran objek

wisata tersebut

3. Sonaf Amanuban

Dalam matriks IFAS (Internal Factor Analysis Summary) terdapat

kondisi internal pengembangan pariwisata di Sonaf Amanuban,

sedangkan kondisi eksternal dari pengembangan pariwisata di Sonaf

139
Amanuban terangkum dalam matriks EFAS (External Factors Analysis

Summary).

Tabel 4.19
Matriks Faktor Internal dan eksternal

Faktor Internal Faktor Eksternal


Kekuatan Peluang
1. Situs sejarah 1. Dukungan pemerintah
2. Peninggalan-peninggalan 2. Lokasi yang Strategis
Kelemahan Ancaman
1. Kurangnya Perawatan 1. Perkembangan zaman
2. Kurangnya Promosi 2. Pembangunan
Sumber: hasil olahan peneliti, 2023

Semua aspek tersebut terangkum dalam aspek kekuatan dan

kelemahan pada IFAS, Sedangkan pada matriks EFAS Berikut dipaparkan

hasil matriks IFAS dan EFAS diperoleh dengan rata-rata hasil penilaian

yang telah diberikan terhadap kondisi internal dan eksternal pada Sonaf

Amanuban.

Tabel 4.20
Internal Factor Analysis Summary

Faktor Strategi Internal Bobot Skor Nilai


(Bobot x skor)
Kekuatan
Situs sejarah yang masih terpelihara 0,57 3 1,71
(sonaf)
Peninggalan-peninggalan yang menjadi 0,43 2 0.86
saksi bisu keberadaan sonaf

Jumlah Kekuatan 2,57


Kelemahan
Kurangnya Perawatan 0,57 2 1,14
Kurangnya promosi pariwisata 0,43 1,5 0,64
Jumlah Kelemahan 1,79
JUMLAH KESELURUHAN 1 0,78
Sumber: Hasil olahan Peneliti, 2023

140
Pada tabel 4.20 dapat dilihat bahwa kekuatan terbesar pada objek

wisata ini Sonaf Amanuban adalah pada situs bersejarah yang dimiliki oleh

Sonaf Amanuban yang menjadi saksi bisu sejarah, sedangkan kelemahan

pada objek wisata Sonaf Amanuban ini adalah kurangnya promosi

pendukung pada sekitaran objek wisata tersebut.

Tabel 4.21
Ekternal Factor Analysis Summary

Faktor Strategi Eksternal Bobot Skor Nilai


(Bobot x skor)
Peluang
1. Dukungan dari pemerintah 0,46 2 0.92
2. Lokasi yang mudah dijangkau 0,54 2,25 1.21
Jumlah Peluang 2,13
Ancaman
Perkembangan zaman 0,25 2 0,50
Pembangunan 0,75 2,25 1,875
Jumlah Ancaman 2,38
JUMLAH KESELURUHAN 1 -0,25
Sumber:Hasil olahan peneliti, 2023

Pada tabel 4.21 peluang terbesar dari Sonaf Amanuban ini adalah

Lokasi yang mudah dijangkau karena terletak + 100 m dari dalan negara,

sehingga penjadi pendukung objek wisata ini sedangkan ancaman terbesar

pada objek wisata Sonaf Amanuban adalah perkembangan zaman yang

disusul oleh Pembangunan. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan

melalui analisis SWOT diperoleh nilai akhir sebagai berikut:

141
Tabel 4.22
Rekapitulasi Hasil Perhitungan SWOT
Sonaf Amanuban

No Uraian Nilai
1 Faktor Internal
a. Kekuatan 2,57
b. Kelemahan 1,79
2 Faktor Eksternal
e. Peluang 2,13
f. Ancaman 2,38
Sumber : Hasil olahan Peneliti, 2023

Dalam merumuskan strategi baru berdasarkan analisis SWOT maka

perlu direncanakan strategi yang menggunakan kekuatan sebagai modal

awal, meminimalisir kelemahan, memanfaatkan peluang yang ada dan

menanggulangi ancaman yang ada. Untuk mengetahui letak diagram maka

dihitung selisih antara kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman

dengan nilai sebagai berikut:

Kekuatan – Kelemahan = 2,57 – 1,79 = 0,78

Peluang – Ancaman = 2,13– 2,38 = -0,25

142
Diagram 4.3
Analisis SWOT Sonaf Amanuban

Strategi Strategi
Putar Balik 3 Agresif

(-0,25 , 0.78) 1

0,78
)
0,5
W -3 -2 -1 -0,5 -0,25 0, 1 1,84 2 3
S

-0,5

Strategi
Strategi 2 Disversifikasi
Divensif

Sumber : Hasil olahan Penulis ,2023

Berdasarkan diagram 4.1 strategi dalam peningkatan objek wisata

terpadu di Kabupaten Timor Tengah Selatan berada pada kuadran 3 yang

merupakan situasi dimana strategi pengembangan objek wisata pada Sonaf

Amanuban menghadapi peluang yang besar, akan tetapi di lain sisi strategi

143
pengembangan mengalami beberapa kendala/kelemahan internal.

Rekomendasi strategi pada posisi ini adalah Perubahan Strategi, objek Sonaf

Amanuban harus merubah strateginya untuk memanfaatkan peluang yang

ada karena dikhawatirkan strategi yang lama tidak dapat memanfaatkan

peluang tersebut.

Tabel 4.23
Matriks Analisis SWOT

IFAS Kekuatan (S) Kelemahan (W)


1. Situs-situs bersejarah 1. Kurangnya perawatan
2. Peninggalan-peningglan 2. Kurangnya Promosi
EFAS
Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O
1. Dukungan pemerintah 1. Melakukan 1. Melakukan koordinasi
2. Lokasi yang strategis pengembangan Paket terkait kebutuhan dan
wisata dalam rangka memfasilitasi kebutuhan
penyelenggaraan jalur objek wisata.
wisata 2. Meningkatkan promosi
2. Membuat peta wisata pariwisata

Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T


1. Perkembangan zaman 1. Melakukan edukasi 1. Pengangkatan tenaga
2. Pembangunan pada masyarakat ahli dari dalam daerah
mengenai Program yang proposional.
Sadar Wisata 2. Pemberdayaan
2. Meningkatkan masyarakat lokal
hubungan kerja sama terutama disekitar
dengan lembaga objek wisata.
pemerintahan maupun
non pemerintahan serta
melibatkan wisatawan
dalam mengontrol dan
merawat objek wisata
Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2023

Dari matriks SWOT diatas diperoleh strategi-strategi pengembangan

pariwisata pada Objek Wisata Sonaf Amanuban Kabupaten Timor Tengah

Selatan sebagai berikut:

144
1. Strategi S-O (Strenght-Opportunity)

Stratregi S-O atau strategi kekuatan-peluang adalah strategi yang

menggunakan kekuatan internal untuk memanfaaatkan peluang

ekternal. Berikut strategi yang direkomendaasikan sebagai strategi

kekuatan-peluang:

1. Melakukan pengembangan paket wisata dalam rangka

penyelenggaraan jalur wisata.

2. Membuat peta wisata.

2. Strategi W-O (weakness-Opportunity)

Strategi W-O atau Strategi Kelemahan-Peluang adalah strategi yang

bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan

memanfaatkan peluang. Berikut strategi yang direkomendasikan

sebagai strategi kelemahan peluang adalah:

1. Melakukan koordinasi terkait kebutuhan dan memfasilitasi

kebutuhan objek wisata.

2. Meningkatkan promosi pariwisata melalui media Online dan

Offline seperti website Dinas Pariwisata Kabupaten TTS dan

mengikut sertakan diri pada pameran dan festival-festival budaya.

3. Strategi S-T (Strenght-Threath)

Strategi S-T atau strategi kekuatan-ancaman adalah strategi yang

menggunakan kekuatan internal untuk menghindari atau mengurangi

145
dampak ancaman eksternal. Berikut strategi yang direkomendasikan

sebagai strategi kekuatan-ancaman:

1. Melakukan edukasi pada masyarakat mengenai Program Sadar

Wisata

2. Meningkatkan hubungan kerja sama dengan lembaga pemeritahan

maupun non pemerintahan serta melibatkan wisatawan dalam

mengontrol dan merawat objek wisata.

4. Strategi W-T (Weakness-Threath)

Strategi W-T atau strategi kelemahan-ancaman adalah strategi untuk

mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman ekternal.

Berikut. Strategi yang direkomendasikan untuk mengurangi kelemahan

internal dan menghindari ancaman eksternal:

1. Pengangkatan tenaga kerja ahli bagian pariwisata dari dalam

daerah yang proposional karena selain paham pariwisata mereka

juga tau tentang sejarah dari objek wisata tersebut

2. Pemberdayaan masyarakat lokal terutama disekitar objek wisata

dalam rangka memajukan ekonomi kreatif pada masyarakat

sekitaran objek wisata tersebut

Hasil Matriks SWOT menunjukan terdapat 8 alternatif strategi kebijakan

untuk mendukung pengembangan wisata Sonaf Amanuban yaitu:

1. Melakukan pengembangan paket wisata dalam rangka penyelenggaraan

jalur wisata

146
2. Membuat Peta Wisata.

3. Melakukan koordinasi terkait kebutuhan dan memfasilitasi kebutuhan

objek wisata.

4. Meningkatkan promosi pariwisata melalui media Online dan Offline

seperti website Dinas Pariwisata Kabupaten TTS dan mengikut

sertakan diri pada pameran dan festival-festival budaya.

5. Melakukan edukasi pada masyarakat mengenai program Sadar wisata

6. Meningkatkan hubungan kerja sama dengan lembaga pemerintahan

maupun non pemerintahan serta melibatkan wisatawan dalam

mengontrol dan merawat objek wisata pemerintahan maupun non

pemerintahan serta melibatkan wisatawan dalam mengontrol dan

merawat objek wisata

7. Pengangkatan tenaga kerja ahli bagian pariwisata dari dalam daerah

yang proposional karena selain paham pariwisata mereka juga tau

tentang sejarah dari objek wisata tersebut

8. Pemberdayaan masyarakat lokal terutama disekitar objek wisata dalam

rangka memajukan ekonomi kreatif pada masyarakat sekitaran objek

wisata tersebut

147
4.2.3 Strategi dan kebijakan dalam pengembangan objek wisata terpadu

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis SWOT pada objek wisata Suku

Boti, Benteng None dan Sonaf Amanuban yang dirangkum dalam Objek wisata

terpadu kabupaten Timor Tengah Selatan maka perumusan Strategi dalam

pengembangan objek wisata terpadu kabupaten Timor Tengah Selatan sebagai

berikut:

Tabel 4.24
Strategi dan kebijakan dalam pengembangan Objek Wisata Terpadu
Kabupaten Timor Tengah Selatan

No Strategi Strategi Peneliti Kebijakan Program


Pemerintah
1 Meningkatan Meningkatkan kesadaran Melakukan pelatihan Pelatihan
jumlah destinasi masyarakat dan dan pengedukasian kelompok Sadar
wisata memberikan edukasi terkait objek wisata Wisata
pada masyarakat akan dan sadar wisata
keberadaan objek wisata.
2 Meningkatkan Meningkatkan Memperkenalkan Promosi objek
jumlah wisatawan pengelolaan pada objek kekayaan objek wisata melalui
wisata serta peningkatan wisata yang dimiliki media Online dan
pemeliharaan pada objek daerah pada Offline
wisata msyarakat luas.
3 Meningkatkan Meningkatkan Melakukan Pengadaan
aksesibilitas infrastruktur dan fasilitas pengadaan infrastruktur dan
destinasi wisata pendukung dan infrasrtuktur dan fasilitas
peningkatan objek fasilitas yang pendukung objek
wisata. memadai sesuai wisata dan
kebutuhan dari tiap- pemberlakuan
tiap objek wisata. program paket
wisata
4 Meningkatkan Melakukan promosi Melakukan promosi Promosi pangan
ekonomi bagi terkait makanan khas mengenai makanan lokal baik dalam
masyarakat lokal di daerah dan karya seni khas daerah dan hasil objek wisata
sekitar objek wisata dari masyarakat sekitaran karya masyarakat maupun diluar
objek wisata sebagai usaha dalam objek wisata
peningkatan ekonomi
masyarakat sekitar
objek wisata
Sumber:Hasil olahan peneliti, 2023

148
4.2.4 Lesson and Learn

Lesson and Learn dalam penelitian ini adalah hal yang dilakukan

untuk melihat Perkampungan adat Nagari Sijunjung Sumatra Barat yang sudah

maju dan strategi pengembangannya sudah dianggap cukup maksimal.

Kendala-kendala dalam Pengembangan wisata terpadu kabupaten Timor

Tengah Selatan pada umunya adalah, Keterbatasan infrastruktur dan fasilitas

pendukung dalam pengelolaan dan pengembangan objek wisata di kabupaten

Timor Tengah selatan terutama di wilayah pedesaan (ketersediaan fasilitas

seperti penginapan dan rumah makan dan MCK), Ketersediaan transportasi

umum yang kurang memadai pada lokasi tujuan wisata, Kurangnya kesadaran

masyarakat dengan potensi yang ada serta keterbatasan sumber daya yang

mampu, Kurangnya promosi pariwisata, masih kurangnya komunikasi dan kerja

sama yang baik antara pemerinah dan masyarakat, serta Masih kurang

tersedianya money changer/penukaran mata uang asing. Strategi dalam

pengembangan wisata terpadu kabupaten Timor Tengah Selatan dapat

menerapkan Strategi Pengembangan perkampungan adat Nagari Sijunjung

Sumatra Barat.

Pengembangan perkampungan adat Nagari Sijunjung Sumatra Barat

dianggap berhasil , dapat dilihat bahwa dalam membangun citra dan daya tarik

sebagai bentuk pariwisata budaya yang ada pada perkampungan adat Nagari

Sijunjung pada tahun 2019 mendapatkan dan meraih peringkat kedua dalam

Anugerah Pesona Indonesia (API) dalam kategori „Kampung Adat Terpopuler‟.

149
Begitu juga pada tahun yang sama dalam kejuaraan dunia arum jeram yang

bertajuk Silokek Geofest Rafting World Cup (SGRWC) menjadikan Rumah

Gadang yang ada di Perkampungan Adat sebagai tempat menginap para atlet

luar negeri dan nasional menginap selama kejuaraan berlangsung.

Pengembangan pariwisata di daerah perkampungan adat Nagari Sijunjung tidak

terlepas dari insan-insan yang berperan dalam memajukan pariwisata di

perkampungan adat tersebut, yaitu: masyarakat, pemerintah, dan swasta.

Sesungguhnya perubahan pada daerah pedesaan tidak terhindar dari

perkembangan ekonomi global maupun lokal dan pariwisata telah muncul

sebagai salah satu cara dimana suatu desa dapat berkembang dalam bentuk

ekonomi, sosial dan politik dengan lingkungan global hal ini terlihat dalam

pengembangan pariwisata yang dilakukan untuk perkampungan adat Nagari

Sijunjung sejak diresmikannya sebagai cagar budaya Nasional pada tahun 2014

oleh pemerintah setempat. Tujuannya berupaya untuk membangun dan

melengkapi fasilitas-fasilitas yang ada di kawasan perkampungan adat Nagari

Sijunjung seperti pembuatan gapura, perbaikan jalan, pembuatan patung bundo

kanduang, membangun balai-balai, merenovasi bangunan rumah gadang,

membangun tempat berkaul, membuat pagar di setiap rumah gadang,

membangun toilet dan merenovasi pasar Sijunjung yang terletak di Nagari

Sijunjung tersebut. Beberapa pelatihan-pelatihan juga dilakukan kepada

masyarakat dalam upaya mengembangkan pariwisata perkampungan adat

150
seperti pelatihan tenun, pelatihan menjahit, latihan menerima tamu dan sebagai

pemandu wisata. 19

Wisata terpadu kabupaten Timor Tegah Selatan dalam aspek promosi

dan pengadaan infrastruktur serta fasilitas pada objwk wisata Kabupaten Timor

Tengah Selatan bisa dikatakan masih kurang hal ini disebabkan oleh

keterbatasan SDM yang mampu mengelola dan mengembangkan pariwisata di

Timor Tengah Selatan. Pariwisata seharusnya dikemas dalam suatu

Komodifikasi. Komodifikasi budaya sebagai industri pariwisata yang dibangun

atas wacana orientalis seperti museum hidup di Perkampungan Adat Nagari

Sijunjung Sumatra Barat.

19
Hudson dan Townsend (1992 dalam Novitasari, 2019)

151
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Strategi pengembangan objek wisata yang digunakan dalam

pengembangan objek wisata terpadu Kabupaten Timor Tengah Selatan dengan

Study kasus pada objek wisata Suku Boti, Benteng None dan Sonaf Amanuban

adalah Meningkatkan kesadaran masyarakat dan memberikan edukasi pada

masyarakat akan keberadaan objek wisata, Meningkatkan pengelolaan pada

objek wisata serta peningkatan pemeliharaan pada objek wisata, Meningkatkan

infrastruktur dan fasilitas pendukung dan peningkatan objek wisata,

Melakukan promosi terkait makanan khas daerah dan karya seni dari

masyarakat sekitaran objek wisata. Dalam pengembangan objek wisata terpadu

terdapat komponen yang diutuhkan yaitu manajemen, infrastruktur, fasilitas,

dan aksesibilitas. Hal ini dimaksudkan agar memudahkan pengunjung dalam

menggunakan waktunya sesingkat mungkin dan mendapatkan pengalaman

berwisata sebanyak-banyaknya sesuai dengan Konsep Wisata Terpadu.

Dalam pengembangan objek wisata terpadu terdapat kendala-kendala

yang dihadapi yaitu kurangnya Komunikasi yang baik antara pemerintah dan

masyarakat, kurangnya dukungan dari lembaga-lembaga pemerintah lainnya

serta minimnya anggaran yang diberikan untuk pengembangan objek wisata di

kabupaten Timor Tengah Selatan.

152
Fokus utama dalam pengembangan objek Wisata terpadu ini adalah

pada progam Paket Wisata yang sudah dicanangkan oleh pemerintah, dimana

program paket wisata memberikan layanan pada pengunjung dengan

mengunjungi beberapa tempat wisata dalam suatu waktu.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka beberapa saran yang diajukan dalam

penelitian ini adalah:

1. Melaksanakan program Paket Wisata, program paket wisata merupakan suatu

peluang yang baik yang dicanangkan oleh pemerintah kabupaten Timor

Tengah Selatan, yang berpusat pada kecamatan Batu Putih kemudian membuat

jalur wisata. Sehingga wisatawan bisa menikmati wisata yang dimiliki oleh

kabupaten Timor Tengah Selatan secara Terpadu.

2. Membuat peta wisata. Pembuatan peta wisata dapat membantu wisatawan agar

mengetahui pada paket wisata mana wisatawan tersebut akan berkunjung dan

pada objek wisata mana saja.

3. Meningkatkan fasilitas dan infrastruktur. Peningkatan fasilitas dan

infrastruktur dalam pengembangan objek wisata di kabupaten Timor Tengah

Selatan sangatlah penting dikarenakan akan memberikan kenyamanan bagi

wisatawan yang berkunjung. Keterbatasan fasilitas dapat menyebabkan

wisatawan mengurungkan niatnya untuk berwisata ke suatu tempat. Dengan

penyediaan fasilitas yang baik dapat membuat wisatawan tidak merasa

khawatir dan ragu untuk berkunjung ke suatu tempat.

153
4. Meningkatkan promosi wisata. Promosi wisata dapat dilakukan melalui media

social kemudian pada website kabupaten Timor Tengah Selatan sehingga

masyarakat luar dapat mengetahui kekayaan wisata yang dimiliki oleh

Kabupaten Timor Tengah Selatan. Promosi wisata juga dapat dilakukan

dengan menyertakan diri dalam festival-festival atau lomba-lomba yang

berkaitan dengan karakter dari masing-masing objek wisata.

5. Membangun hubungan kerja sama. Hubungan kerja sama antar lembaga

pemerintahan dan non pemerintahan juga merupakan suatu hal penting dan

bisa saling melengkapi,contohnya penyediaan alat transportasi bagi wisawatan

yang berasal dari luar kabupaten Timor Tengah Selatan.

6. Pemberdayaan masyarakat lokal. Pemberdayaan masyarakat dengan cara

memberikan pelatihan kepada masyarakat setempat dan manfaat dalam

pengembangan dan pengelolaan objek wisata.

154
DAFTAR PUSTAKA
BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur, 2018. Nusa Tenggara Timur dalam angka
Dinas Pariwisata Kabupaten TTS, Jumlah Kunjungan wisatawan mancanegara dan
domestic

Endang Mulyani. (2017). Ekonomi Pembangunan. UNY Press

Fatimah, F. N. A. D. (2016). Teknik analisis SWOT. Anak Hebat Indonesia.

Hermawan, H. (2017). Pengembangan destinasi wisata pada tingkat tapak lahan


dengan pendekatan analisis SWOT. Jurnal Pariwisata, 4(2), 64-74.

Khomenie, A., & Umilia, E. (2013). Arahan pengembangan kawasan wisata terpadu
Kenjeran Surabaya. Jurnal Teknik ITS, 2(2), C87-C91.

Kastolani, W. (2008). Pengembangan Wisata Terpadu Berdasarkan Daya Tarik


Kawasan Konservasi di Kecamatan Cimenyan. Jurnal Geografi Gea, 8(1), 51-
59.

Khomenie, A., & Umilia, E. (2013). Arahan pengembangan kawasan wisata terpadu
Kenjeran Surabaya. Jurnal Teknik ITS, 2(2), C87-C91.

Mori S (2022). Kearifan Lokal Sebagai Daya Tarik Wisata di Kampung Adat Boti
Kabupaten Timor Tengah Selatan. Jurnal Pariwisata, 34-60

Nugraha, R. D., & Hariyanto, A. (2019). Strategi Pengembangan Wisata Terpadu di


Kecamatan Muntok Kabupaten Bangka Barat. Prosiding Perencanaan
Wilayah dan Kota, 308-314.

Pitana, I. G. (2019). Pengantar ilmu pariwisata

Rangkuti, F. (1998). Analisis SWOT teknik membedah kasus bisnis. Gramedia


Pustaka Utama.

155
Rangkuti, F. (2013). SWOT–Balanced Scorecard. Gramedia Pustaka Utama.

Razak, A., & Suprihardjo, R. (2013). Pengembangan kawasan pariwisata terpadu di


Kepulauan Seribu. Jurnal Teknik ITS, 2(1), C14-C19.

RIPPARKAB TTS No.3 2018-2025

Sugiono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualititatif, dan R&B. Bandung. 334
hlm.

Buku Statistik Kesejahteraan Prov. NTT 2018-2021

Undang-Undang No. 10 Tahun 2009

Yoeti, Oka A 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. PT Paradnya


Paramita. Jakarta.

Yoeti, O. A., & Gunadi, I. M. A. (2013). Sustainable Tourism sebagai Instrumen


Strategis dalam Perencanaan Pembangunan Suatu Analisis dari Sisi
Pengembangan Destinasi Pariwisata Berkelanjutan. Journal of Tourism
Destination and Attraction, 1(1), 37-44..

Yoety, O. A. (2008). Ekonomi pariwisata: introduksi, informasi, dan aplikasi.


Penerbit Buku Kompas.

Link:
http://ariantosntt.blogspot.com/2016/07/benteng-none-kabupaten-tts.html
poskupangwiki.tribunnews.com:
https://www.google.com/amp/s/poskupangwiki.tribunnews.com/amp/2021/03/11/daft
ar-tempat-wisata-di-kabupaten-timor-tengah-selatan-provinsi-ntt
https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Amanuban

https://perkim.id/profil-pkp/profil-perumahan-dan-kawasan-permukiman-kabupaten-
timor-tengah-selatan/

156
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Timor_Tengah_Selatan#Geografi

poskupangwiki.tribunnews,a. (2021, Maret 11)


Daftar Tempat Wisata di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Retrieved Februari 16,
2023, from

157
LAMPIRAN

1. Transkrip Wawancara

1. Dinas Pariwisata Kabupaten TTS


No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana dukungan dan peran Dinas Melakukan promosi objek-objek wisata melalui
Pariwisata Kabupaten TTS dalam website Dinas Pariwisata kemudian Dinas
pengembangan objek wisata Suku Boti, Pariwisata juga mengundang atau melibatkan
Sonaf Amanuban dan Benteng None ? objek-objek wisata dalam kegiatan-kegiatan atau
pameran wisata (festival budaya pah meto) yang
dilakukan oleh pemerintah kabupaten TTS selain itu
kami juga turut memasarkan produk-produk yang
berasal dari tiap-tiap objek wisata contohnya kain
tenunan.
Dinas pariwisata hanya mendukung objek-objek
wisata yang dimana merupakan asset pemerintah
daerah sedangkan untuk objek-objek wisata yang
bukan merupakan asset daerah tidak mendapat
perhatian yang lebih dari pemerintah daerah karena
keterbatasan anggaran dan kepengurusannya
dikembalikan kepada pihak pengurus/ pihak
keluarga. Tetapi jika dari hak pengurus meminta
bantuan atau apapun itu kami tetap turun tangan
tetapi tidak pro aktif dalam mengelola objek wisata
tersebut.
Bagaimana keterlibatan Dinas Pariwisata Dinas pariwisata ikut mendukung pengelolaan
dalam pengelolaan objek wisata Suku objek-objek wisata dikabupaten TTS dengan cara
Boti, Sonaf Amanuban dan Benteng contohnya mengikut sertakan objek-objek wisata
None ? dalam pameran wisata (festival budaya pah meto)
dan budaya, memasarkan produk-produk yang
berasal dari masing-masing objek wisata,
melakukan penganggaran setiap tahun dalam proses
pengelolaan dan pengembangan objek wisata tetapi
kembali lagi pada mana saja yang menjadi asset
pemerintah daerah atau bukan asset, untuk Suku
boti pun sebenarnya bukan merupakan asset
pemerintah TTS tetapi karena sudah dikenal
masyarakat luas maka selalu diikut sertakan dalam
kegiatan-kegiatan.
Membentuk kelompok-kelompok SADAR
WISATA pada kabupaten TTS.

158
3 Apasaja kendala dalam pengelolaan dan Dalam pengelolaan dan pengembangan objek-
pengembangan objek wisata Suku Boti, objek wisata yang menjadi kendala adalah :
Sonaf Amanuban dan Benteng None ? 1. SDM yang kurang
2. Inisiatif yang kurang dari masyarakat dan
pemerintah pada objek wisata untuk ikut
mengelola objek wisata
3. Penganggaran untuk pengelolaan dalam hal ini
APBD yang sedikit.
4 Apakah masyarakat disekitaran objek Setiap tahun dinas pariwisata bersama pemerintah
wisata Suku Boti, Sonaf Amanuban dan kabupaten TTS melakukan festival pah meto
Benteng None ikut dilibatkan dalam masyarakat ikut serta dan aktif dalam memamerkan
pengelolaan objek wisata ? produk dari masing-masing objek wisata maupun
dari setiap kecamatan kemudian sekolah- sekolah
pun ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut
terakhir dilakukan pada 2018-2019 kemudian pada
tahun- tahun selanjutnya tidak diadakan lagi karena
terhambat oleh covid-19 selanjutnya tidak
dianggarkan lagi untuk kegiatan tersebut.

5 Apa komponen yang merupakan bagian Pengembangan pariwisata berdasarkan kendala-


dalam pengembangan objek wisata Suku kendala yang dialami oleh kita semua.
Boti, Sonaf Amanuban dan Benteng 1. Membentuk, Melatih dan memfasilitasi
None ? kelompok-kelompok SADAR WISATA agar
dapat memelihara dan objek-objek wisata
yang ada
2. Upaya pengembangan paket wisata yang
sudah dicanangkan
3. Melakukan penganggaran terhadap
pengelolaan dan pengembangan wisata

2. BAPPEDA Kab. TTS


1 Bagaimana peran Bappeda Kab. TTS Bappeda sebagai Perencana atau pencatata
dalam pengembangan objek wisata Suku kebijakan saja. Kami biasanya turun ke lapangan
Boti, Sonaf Amanuban dan Benteng untuk memantau perncanaan yang telah kami
None ? lakukan. Jadi kami hanya melihat potensi yang
dimiliki oleh wilayah-wilayah di kabupaten TTS ini.
2 Apa saja komponen yang merupakan Komponen yang dibutuhkan pada pengembangan
bagian dari pengembangan objek wisata objek wisata ini adalah penyediaan infrastruktur
Suku Boti, Sonaf Amanuban dan yang memadai kemudian sarana prasarana
Benteng None ? penunjang kemudian SDM yang memadai pula
untuk mampu mengelola apa yang menjadi
kelebihan kita di kabupaten TTS ini
3 Apakah terdapat anggaran yang Ada anggrannya, tetapi terbatas. Beberapa tahun
dikeluarkan dalam pengembangan objek terakhir banyak anggaran yang difokuskan untuk
wisata Suku Boti, Sonaf Amanuban dan menangani Covid-19 dalam hal ini kesehatan
Benteng None ? kemudian stunting sehingga kendala kita pada dana
yang ada.

159
4 Kebijakan apa saja yang dipakai dalam Kebijakan yang dilakukan adalah kebijakan-
perencanan pengembangan objek kebijakan yang berpatokan pada RPJMD. RPJMD
wisata Suku Boti, Sonaf Amanuban dan sebagai pedoman dalam penyusunan pengebangan
Benteng None ? suatu wilayah jadi kebijakan yang kami lakukan
sesuai dengan apa yang ada dalam RPJMD. Ada
yang namanya pembangunan jangka menengah dan
ada juga pembangunan jangka panjang.
3. Kepala Desa Tetaf, Kepala Desa Niki-Niki, Kepala Desa Boti
1 Apa komponen yang dibutuhkan dalam Kepala Desa Tetaf (Benteng None): Lokasi dari
pengembangan objek wisata ? Benteng None perlu pengembangan lagi dan perlu
perhatian lagi. Pengembangan dan perhatian dalam
hal ini infrastruktur dan sarana prasarana yang
mendukung tempat wisata tersebut. Seperti fasilitas
MCK yang sudah rusak pada objek wisata benteng
None yang pernah dibangun oleh Dinas pariwisata
Kepala Desa Boti:
Dalam pengembangan Suku Boti yang perlu
ditingkatkan lagi adalah perbaikan infrastruktur
jalan sehingga memperlancar jalur keluar masuknya
pengunjung dalam suku Boti ini
Lurah Niki-Niki:
Yang dibutuhkan Sonaf Amanuban Untuk saat
sekarang ini adalah promosi. Sedangkan untuk
pemeliharaan dan perawatan Sonaf , sudah ada
Keluarga Nope atau keluarga Raja yang menempati
Sonaf tersebut, sehingga untuk perawatan dan
pemeliharaan dijaga langsung oleh pihak kerajaan
sendiri.
2 Bagaimana peran pemerintah dalam Kepala Desa Tetaf (Benteng None):
pengelolaan objek wisata ? Pihak pemerintah desa tetap mendukung karena
pada objek wisata tersebut masih menjaga
kelestarian dari benteng tersebut
Kepala Desa Boti :
Peran pemerintah dalam pengembangan objek
wisata ini hanya berada pada luar kawasan suku
Boti karena pada dasarnya Suku Boti tidak
menerima segala macam bantuan yang menurut
mereka tidak mendukung adat dan keaslian mereka
jadi pemerintah hanya bisa melakukan
pengembangan melalui perbaikan infrastruktur jalan
kemudian kebijakan-kebijakan penunjang objek
wisata ini
Lurah Niki-Niki:
Pengembangan objek wisata Sonaf Amanuban ini
dibawah tanggung jawab langsung oleh pihak
kerajaan . pengembangan terus dilakukan tetapi
keterbatasan dana membuat semuanya terhambat.
Promosi dan penentuan kebijakan sering dilakukan
dalam rangka pengembangan objek wisata ini.
3 Apa saja yang sudah dibuat oleh Kepala Desa Tetaf (Benteng None): dari pihak
pemerintah pada objek wisata dalam pemerintah desa sendiri pada tahun 2018-2019

160
rangka pengembangan objek wisata? mengadakan festival yang dikelola langsung oleh
yang bertanggung jawab di objek tersebut.
Kepala Desa Boti:
pemerintah desa Boti terus menerus memberikan
dukungan pada Suku Boti dan jika dari perncanaan
pemrintahan memberikan bantuan kami selaku
pemerintah desa menjadi jembatan atas bantuan
tersebut
Lurah Niki-Niki
Pengembangan dan pengelolaan yang dilakukan
oleh pemerintah Kelurahan Niki-Niki adalah dengan
menyiapkan papan petunjuk letak sonaf kemudian
membantu membuat pagar keliling pada area sonaf.
Pada pengelolaan dalam Sonaf sendiri itu di bawah
tanggung jawab dari ihak kerajaan sendiri tetapi jika
pihak kerajaan meminta bantuan maka kami
berdesedia membantu.
4 Apakah masyarakat dilibatkan dalam Kepala Desa Tetaf (Benteng None): Pihak dari
menjalankan program pengembangan Benteng None belum mau bekerja sama dengan
objek wisata ? pihak pemerintah yang berarti masyarakat sendiri
yang mengembangkan objek tersebut tanpa campur
tangan pemerintah
Kepala Desa Boti
ya. Ikut serta. Segala kebijakan yang dibuat oleh
suku boti dan pemerintah adalah ketetapan bersama
sehingga pelaksanaannya juga dilakukan secara
bersama-sama.
Lurah Niki-Niki
Pihak pemerintah desa selama ini terbuka dengan
apa saja yang dibutuhkan oleh pihak pengelola
kerajaan. Sehingga apapun yang butuhkan pasti
akan dilaksanakan oleh semua masyarakat
kelurahan Niki-niki
5 Apa saja kendala yang dihadapi dalam Kepala Desa Tetaf (Benteng None): Pihak
melaksakankan pengembangan objek pengelola Benteng None belum mau bekerja sama
wisata ? dalam mengembangkan objek wisata tersebut.
Kepala Desa Boti
yang dirasakan selama ini adalah penyesuaian
kebijakan dan keputusan yang diambil oleh pihak
pemerintah dan Pihak suku Boti terkadang tidak
sejalan sehingga terkendala.
Lurah Niki-Niki
komunikasi yang kurang antara pihak pengelola dan
pihak pemerintah.
6 Apakah pemilik dan pemerintah sudah Kepala Desa Tetaf (Benteng None): Sejauh ini
saling bekerja sama dalam pemerintah sudah berusaha untuk bekerja sama
pengembangan objek wisata? tetapi dari pihak pengelola itu sendiri belum mau
bekerja sama dalam pengelolaan objek tesrsebut.
Kepala Desa Boti
Sudah ada kerja sama tetapi yang saya sudah
katakan bahwa perlu banyak penyesuaian antara

161
Suku Boti dan ketetapan dan kebijakan yang buat
oleh pemerintah
Lurah Niki-Niki
Kerja sama yang dilakukan sudah terjalin terus
menerus tetapi komunikasi yang dilakukan
terkadang tidak melalui pemerintah kelurahan
tetapi langsung dari pemerintah kabupaten ke Sonaf.
Hal ini dikarenakan pengelolaan sonaf amanuban
dibawah tanggung jawab dari pihak kerajaan
sendiri.
7 Bagaimana pembagian pendapatan yang Kepala Desa Tetaf (Benteng None): Semua dana
didapat dari objek wisata ? yang masuk pada objek wisata tersebut tidak
diketahui oleh pihak pemerintah Desa sehingga
tidak terdapat pembagian pendapatan untuk desa
Kepala Desa Boti
Untuk pembagiannya semua dikelola langsung oleh
pihak Suku Boti
Lurah Niki-Niki
Semua Pendapatan yang diterima oleh Sonaf
amanuban dikelola sendiri oleh pihak sonaf tidaak
ada pembagian pada pihak pemerintah kelurahan
4. Tua Adat
1 Apa saja yang sudah dibuat oleh Pengelola Benteng None: dari pihak pemerintah
pemerintah pada objek wisata dalam yang pernah dibuat adalah BAPPEDA (MCK),
rangka pengembangan objek wisata ? Dinas Pariwisata dan PPO infrastruktur jalan.
Pemerintah memang belum bekerja sama dengan
pengelol untuk pengembangan tetapi jika ada
dukungan dari pemerintah kami tetap siap menerima
tetapi kami tidak meminta.
Raja Suku Boti
Pembangunan harus menyesuaikan dengan adat
yang ada di sini. Kami punya aturan sendiri dan
jikaaturan yang pemerintah buat tidak sesuai dengan
aturan kami maka kami tolak
Pengelola Sonaf Amanuban
Pemerintah selalu menyediakan apa yang kami
butuhkan untuk menjaga kelestarian sonaf ini
2 Apakah pihak dari objek wisata Pengeola Benteng None: pihak pengelola Benteng
menerima rancangan pengembangan None selalu membuat usulan pengelolaan dan di
objek wisata yang dibuat oleh usulkan pada pemerintah namun realisasinya sampai
pemerintah ? saat ini belum ada. Pada tahun 2020 pernah
diusulkan namum semua dana di alokasikan pada
Covid-19.
Raja Suku Boti
Tidak semua rencana pemerintah kami terima. Yang
kam terima yang sesuai dengan aturan kami saja
Pengelola Sonaf Amanuban
kami selalu menerim rancangan pemerintah demi
kebaikan bersama kami selalu terima
3 Apasaja yang perlu dikembangkan lagi Pengeola Benteng None: perbaikan infrastruktur
dalam mengembangkan objek wisata? dan sarana prasarana yang perlu dikembangkan lagi

162
Raja Suku Boti
Dalam suku ini kami bisa jaga sendiri pemerintah
berurusan dengan pemerintah kami dengan aturan
kami. Pemerintah bisa perbaiki jalan dan akses
masuk ke desa Boti
Pengelola Sonaf Amanuban
Kami berharap agar kami juga terus diperhatikan
sebagai objek wisata yang baik dan dapat dikenal
banyak orang
4 Bagaimana dengan pendapatan yang Pengeola Benteng None: pendapatan yang diterima
diterima pada objek wisata ? di kelola langsung oleh pengelola benteng none.
Pendapatan tersebut dibagi menjadi 3 bagian yaitu
inventaris, adminisatrasi dan motivasi.
Raja Suku Boti
Pendapatan yang di dapat oleh kami kami pakai
sendiri untuk mengembangkan suku kami sesuai
dengan apa yang menjadi aturan kami
Pengelola Sonaf Amanuban
kami pakai untuk mengebangkan dan memelihara
sonaf ini
5. Masyarakat
1 Bagaimana peranan pemerintah dalam Masyarakat sekitaran Benteng None: sejauh ini
pengelolaan objek wisata ? hanya terdapat beberapa saja pembangunan yang
paling mencolok adalah pembangunan infrastruktur
jalan.

Masyarakat Suku Boti:


kami disini mempunyai aturan dan jika aturan yang
masuk tidak sesuai dengan aturan yang berlaku di
sini kami tolak. Seperti listrik karena itu akan
membuat kami menjadi malas untuk bekerja.
Masyarakat Kelurahan Niki-niki
Dari yang dilihat bahwa pemerintah selalu
menyediakan apa yang pihak Sonaf butuhkan.
Sebagai masyarakat kami mendukung semua
kebijakan yang diambil pemerintah karena itu unutk
kebaikan kita
2 Bagaimana keterlibatan masyarakat Masyarakat sekitaran Benteng None: masyarakat
dalam upaya mengelola objek wisata? selalu siap dalam pengelolan contohnya pada saat
lopo tempat penyimpanan senjata di Benteng None
terbakar kami turut bantu memperbaiki dan
membuat lopo baru di Benteng None.
Masyarakat Suku Boti;
Kami disini dibawah pimpinan raja sehingga jika
raja berkata apa kami akan ikut itu. Tetapi jika dari
luar datang untuk membantu dan jika sesuai dengan
aturan kami maka kami bersedia menjalankannya
Masyarakat Kelurahan Niki-niki
Masyarakat disini terlibat aktif dalam upaya
pengelolaan sonaf amanuban. Contohnya pada saat

163
ada anjuran dari pihak Kelurahan untuk pembuatan
pagar kami sama-sama melaksanakannya.
3 Bagaimana tanggapan masyarakat Masyarakat sekitaran Benteng None: benteng
terhadap objek wisata ? None ini merupakan suatu objek wistata sejarah
yang dimana banyak menyimpan budaya orang
timor jadi pelestarian budaya dan benteng none ini
harus tetap dijaga sehingga tidak termakan oleh
perkembangan zaman
Masyarakat Suku Boti
Ini merupakan budaya dan rumah kami jadi ami
harus setia pada aturan yang berlaku supaya
keaslian Suku Timor terus terjaga
Masyarakat Kelurahan Niki-Niki
Objek wisata ini sebernarnya sangat bagus karena
menjadi saksi bisu dalam perkembangan kerajaan
Amanuban sehingga perlu peelirahaan lebih lanjut
dan pengelolaan yang maksimal
4 Apasaja manfaat yang didapat oleh Masyarakat sekitaran Benteng None: sejauh ini
masyarakat dalam pengembangan objek kami turut bangga karena budaya kami masih
wisata? terjaga hingga saat ini dan anak cucu kami masih
bisa melihat dan mengetahui budaya dan terutama
adalah kami bagian dari Benteng None ini.
Masyarakat Suku Boti
Sejah ini kami mendapat adalah berbagi macam
bantuan tetapi tidak semua kami terima dan itu
sesuai dengan aturan kami disini dan kami juga
dapat mengembangkan adat istiadat kami diini
dengan terus mendapat dukungan dan bantuan dari
pemerintah.
Masyarakat Kelurahan Niki-niki
Manfaat yang didapat adalah kita bisa menunjukan
kepada dunia bahwa kita punya suatu keunikan
yaitu budaya kitaselain itu juga akan menambah
pendapatan bagi masyarakat sekitaran objek wisata
ini
5 Apasaja komponen yang dibutuhkan Masyarakat sekitaran Benteng None:
dalam pengembangan objek wsiata? infrasturktur jalan pada dasarnya perlu
pengembangan lagi, kemudian dibutuhkan semacam
Homestay dan MCK pada sekitaran area benteng
None ini
Masyarakat Suku Boti
Perbaikan akses untuk masuk ke desa boti sehingga
suku ii terus dikenal oleh semua orang
Masyarakat Kelurahan Niki-niki
Perlunya peningkatan promosi objek wisata ini
sehingga teru dikenal uas oleh wisatawan dalam dan
luar negeri

164
6. Wisatawan
1 Apakah pengunjung nyaman berada di Benteng None
objek wisata ? Kekurangan sarana prasarana yang terkadang
membuat ketidaknyaman dalam berwisata seperti
MCK, Rumah Makan, tempat menginap
Suku Boti
Infrastuktur jalan dan kendaraan yang masuk ke
suku boti menjadi kendala kami dalam berkunung
selain itu penyambutannya kemudian fasilitasi di
suku boti telah dilengkapi oleh masyarakat Suku
Boti
Sonaf Amanuban
Ini merupakan objek wisata yang sangat baik jika
mendapatkan perhtian lebih karena menjadi saksi
perkembangan kerajaan Amanuban namun
kekurangan informasi akan objek ini adalah sangat
penting.
2 Bagaimana fasilitas yang sudah ada Benteng None
apakah memberikan kenyamanan bagi Pada objek wisata ini fasilitas dan sarana prasarana
pengunjung? masih sangat kurang seperti ketiadaan MCK,
Rumah makan, HomeStay.
Suku Boti
Kenyamanan sudah didapatkan karena dalam suku
ini terdapat Home Stay tempat untuk menginap dan
untuk makan disediakan juga kemudian MCK juga
sudah disediakan
Sonaf Amanuban
Fasilitas terdekat sudah ada akan tetapi sebaiknya
menggunakan Tour Giud yang mengerti dan tau
cara masuk ke sonaf ini
3 Apakah terdapat keluhan atau kesulitan Benteng None
dalam mengunjungi objek wisata ? Tidak karena di Benteng None ada gapura
penunjuk kemudian didampingi juga oleh pengelola
Benteng None
Suku Boti
Keluhannya terdapat pada akses untuk menuju ke
suku boti baik itu infrastruktur jalan dan kendraan
yang masuk ke suku boti
Sonaf Amanuban
Tidak ada
4 Apakah yang perlu dikembangkan lagi Benteng None
dalam pengembangan pariwisata Perbaikan infrastruktur jalan kemudian penyediaan
khususnya pada objek wisata ? barang-barang antic dan mengadakan fasiitas
penunjang pada objek wisata ini, kemudian Promosi
yang perlu terus di lakukan
Suku Boti
Perbaikan akses kendaraan yang menuju Suku Boti,
Infrastruktur jalan, peningkatan promosi karena
objek wisata ini sangat bagus.
Sonaf Amanuban

165
Perlu adanya promosi tentang objek wisata ini
kemudian pengadaan barang-barang milik kerajaan
yang membuat suasana untuk masuk ke kerajaan
terasa lebih nyata
5 Apakah pesan dan kesan serta saran bagi Benteng None
pengembangan objek wisata ? Objek wisata ini bagus dengan segala keunikan di
dalamnya akan tetapi perlu perhatian lebih dan
pengembangan dari masyarakat dan pihak
pengelola
Suku Boti
Suku Boti sudah terkenal hingga ke seluruh dunia
karena keaslian alamnya maka dari wisatawan
tertarik untuk terus berkunjung pada objek wisata
ini namun peningkatan infrasstrktur perlu ada.
Sonaf Amanuban
Sonaf Amanuban ini sebenarnya sangat potensial
karena meruakan saksi dari perjalanan kerajaan
amanuban ini jika mendaatakan perhatian
pemerintah dengan peningkatan dan pengelolaan
maka akan menjadi objek wisata yang bagus.

166
2. Lampiran Dokumentasi Penelitian

Wawancara dengan informan Pak John Lasmanu, Sekertaris Dinas Priwisata

Kabupaten TTS

Wawancara dengan Informan Kepala Desa Tetaf

167
Wawancara dengan informan Pengelola Benteng None

Wawancara dengan informan Lurah Niki-Niki

168
Wawancara dengan Informan Sonaf Amanuban

Wawancara dengan informan Kepala Desa Boti

169
Wawancara dengan informan Raja Suku Boti

170

Anda mungkin juga menyukai