Oleh
Ferry Susanawati
pertumbuhan dan kontribusinya terhadap total pajak daerah serta pendapatan asli
pendapatan asli daerah. Dan memproyeksikan pajak daerah di masa yang akan
datang.
Data yang digunakan berupa data primer dan sekunder di Kota Metro dengan
periode penelitian tahun 2004 2013. Alat analisis yang digunakan adalah
dan kontribusi jenis pajak daerah terhadap total pendapatan pajak daerah dan
terhadap pendapatan asli daerah. Analisis overlay dengan matrik digunakan untuk
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan dan kontribusi jenis pajak
berdasarkan analisis overlay pajak restoran dan pajak bumi dan bangunan
merupakan jenis pajak daerah yang memiliki potensi untuk dikembangkan dalam
sedangkan realisasi terbesar pajak restoran pada tahun anggaran 2013 sebesar Rp.
Untuk pajak PBB Perkotaan Nilai Pajak PBB Perkotaan di Kota Metro pada tahun
2013 dengan menggunakan data objek pajak yang sesuai dengan Pokok Ketetapan
PBB Perkotaan tahun 2013 hanya sebesar Rp. 2.230.859.456,- atau sebesar 70,9
%, dengan demikian potensi yang belum terealisasi sebesar 29,1 % atau sebesar
Rp. 916.282.651,-
Proyeksi terhadap jenis pajak daerah dan pajak restoran dilakukan dengan
menggunakan Teknik Anuitas. Proyeksi pajak daerah Kota Metro didapat bahwa
tingkat pertumbuhan atau r = 0,243, maka untuk tahun anggaran 2014 s.d 2018
proyeksi baik pajak daerah Kota Metro dan pajak restoran mengalami peningkatan
dari setiap jenis pajak daerah agar mengalami peningkatan pertumbuhan dengan
mengurangi fluktuasinya.
daerah
ABSTRACT
Ferry Susanawati
This study aims to analyze the types of local taxes on the growth and contribution
to total local taxes and local revenue. To identify the prime classification,
potential of the local taxes that have the potential to be developed in order to
The data used in the form of primary and secondary data in Metro City with the
study period of 2004 - 2013 is the analytical tool used growth analysis,
projection analysis.
Analysis of growth and contribution are used to determine the growth and
contribution of local taxes to total tax revenue to the area and local revenues.
Overlay with matrix analysis is used to identify the types of local taxes are
potential use to assess the real potential of this type of tax potential areas to be
has fluctuated. Identify the types of local taxes done by looking at the growth and
contribution. The results of the calculation of growth and the contribution made
and underdeveloped. And based on the analysis of overlay restaurant tax and
property tax is a local tax types that have the potential to be developed in order to
increase revenue.
The potential value of the actual restaurant tax is Rp 2,554,800,000, -, while the
biggest realization restaurant tax year 2013 budget of Rp. 553 700 312, -. So that
is the unrealized potential of 78.33%. For property tax Tax Value United Nations
Urban Urban Metro City in 2013, using data to tax in accordance with the Decree
of the UN Basic Urban is Rp. 3147142107, -; United Nations Urban Tax revenue
Projections of the types of local taxes and restaurant taxes done using Technique
Annuity. Metro City local tax projections obtained that the growth rate or r =
0.175. Restaurant tax projections obtained that the growth rate or r = 0.243, then
the budget for the year 2014 till 2018 good projection City Metro area tax and
restaurant tax increase compared to the previous year or compared to fiscal year
2013.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
kekuatan dan izin-Nya kepada penulis baik fisik maupun mental sehingga penulis
METRO.
pendidikan pada program Strata Dua (S2) dan untuk melengkapi syarat-syarat
guna memperoleh gelar Magister Ilmu Ekonomi (M.I.E.) dalam Ilmu Ekonomi
Lampung.
Dalam upaya penyelesaian tesis ini, penulis telah banyak menerima bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dengan tidak mengurangi rasa terima kasih atas
1. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S. selaku Rektor Universitas Lampung;
Lampung;
3. Prof. Dr. Satria Bangsawan S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
6. Dr. I Wayan Suparta, S.E., M.Si., Selaku Pembimbing Kedua, yang telah
memotivasi penulis dalam proses belajar kearah yang lebih baik serta
Universitas Lampung ;
7. Bapak dan Ibu Dosen di Program Magister Ilmu Ekonomi yang telah
dan karyawan yang senantiasa ikhlas dalam melayani administrasi dan segala
Ekonomi;
9. Pimpinan perpustakaan beserta karyawan, baik perpustakaan Ekonomi
10. Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Metro, yang telah memberikan
11. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Metro, yang
penulis.
12. Rekan-rekan kantor di Kantor Ketahanan Pangan Kota Metro yang senantiasa
tesis ini;
13. Kedua orangtuaku yang selalu memberikan motivasi dan doa-doa sucinya,
sungguh begitu besar jasa-jasa kalian kepadaku dalam hidup ini. Hanya doa
14. Adik-adikku tercinta yang selalu mendoakan penulis dalam mencapai cita-
kedua Bapak Imam Santoso, S.E., Mbak Ii, S.E., Bang Ery Muniadi, S.Fil., Mbak
Nindya Eka Sobita, S.P, Mas M. Iqbal Harori S.AB, Mbak Rini Anita Sari, S.E.,
Mas Dwi Marwanto, S. PdH., Bang Hendra Prasetya, S.E., Ayuna Tantina, S.E.,
Bang Hendra, S.E., Mas Sulistyo, S.E., Mbak Dini Maisyuri Sibron, S.E., Mbak
Maya Narang Ali, S.S.T., Rizqo Fitriani, S.S.T., Bapak Sigit, S.A.B., Indah Ayu
tesis ini.
17. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil
Penulis sadar bahwa dalam penyusunan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan,
Akhirnya kepada Allah swt penulis senantiasa memohon rahmat, hidayah dan
inayah-Nya semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan Allah
meridhai amal baik atas jasa semua pihak yang telah membantu dalam penulisan
tesis ini.
FERRY SUSANAWATI
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.4 Klasifikasi Jenis Pajak Daerah Kota Metro, Tahun 2004
2013....................................................................................... 72
Tabel 4.8 Proyeksi Pajak Daerah Kota Metro dengan Teknik Anuitas,
Tahun 2014 2018................................................................ 93
Halaman
I. PENDAHULUAN
Otonomi daerah merupakan suatu konsekuensi reformasi yang harus dihadapi oleh
setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota sebagai unit pelaksana
otonomi daerah. Agar lebih siap melaksanakan otonomi daerah, perlu proses
yang diharapkan.
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang merupakan revisi dari
Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan
Daerah, yang menyatakan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan
kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam
Ciri utama kemampuan suatu daerah adalah terletak pada kemampuan keuangan
daerah artinya daerah otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk
menjalankan fungsi pemerintahan faktor keuangan suatu hal yang sangat penting
karena hampir tidak ada kegiatan pemerintahan yang tidak membutuhkan biaya.
Pemerintah daerah tidak saja menggali sumber-sumber keuangan akan tetapi juga
3
sanggup mengelola dan menggunakan secara value for money dalam rangka
menjadi sumber keuangan terbesar. Kegiatan ini hendaknya didukung juga oleh
daerah dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah adalah dari pendapatan asli
penerimaan yang berasal dari daerah sendiri yang terdiri dari ; (1) hasil pajak
daerah; (2) hasil retribusi daerah; (3) bagian laba pengelolaan aset daerah yang
dipisahkan; (4) lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, diharapkan dapat
semakin banyak kebutuhan daerah dapat dibiayai oleh Pendapatan Asli Daerah
(PAD) maka semakin tinggi pula tingkat kualitas otonomi daerah, juga semakin
tercermin dari peranan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap APBD yang
4
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hirawan, bahwa selama ini Pendapatan
Asli Daerah secara keseluruhan masih merupakan bagian yang relatif kecil dan
dkk,1994 :2)
sumber-sumber pendapatan asli daerah yang potensial terutama dari pajak daerah.
Dengan tidak memperhatikan dan mengelola pajak daerah yang potensial maka
pengelolaan tidak akan efektif, efisien dan ekonomis. Pada akhirnya akan
tidak mengenai sasaran dan realisasi terhadap penerimaan daerah tidak optimal.
Dalam mengestimasi potensi PAD, diperlukan informasi dan tolak ukur yang riil.
Salah satu tolak ukur finansial yang dapat digunakan untuk melihat kesiapan
berupaya untuk meningkatkan PAD Kota Metro dengan jalan menggali sumber-
selama 10 tahun terakhir ini dapat dilihat dari Tabel 1.1 dan Gambar 1.1 berikut
ini:
1 2004 136.457.352,03
2.252.021.140,00 5.746.274.978,00 2.376.743.679,53 10.511.497.149,56
2 2005 167.349.607,00
2.128.646.300,00 8.179.273.339,05 2.423.856.122,00 12.899.125.368,05
3 2006 254.386.641,00
2.447.578.390,00 10.560.120.556,00 4.281.269.090,91 17.543.354.677,91
4 2007 390.476.808,00
2.567.719.926,00 10.868.674.979,00 8.392.393.400,29 22.219.265.113,29
5 2008 520.452.000,00
2.552.490.505,00 12.842.733.009,00 4.064.957.438,26 19.980.632.952,26
6 2009 665.120.737,49
3.660.580.994,00 13.485.295.948,00 3.249.412.189,00 21.060.409.868,49
7 2010 937.823.489,86
3.499.101.891,00 19.730.395.511,00 3.422.178.694,25 27.589.499.586,11
8 2011 1.576.543.753,00
6.158.571.584,00 2.514.943.447,05 31.757.440.130,19 42.007.498.914,24
9 2012 2.056.949.123,00
6.807.598.744,00 4.217.549.646,05 35.299.227.342,79 48.381.324.855,84
10 2013* 2.884.797.831,09
11.291.481.099,78 4.980.519.054,00 40.067.730.027,54 59.224.528.012,41
Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah Kota Metro Laporan Realisasi Penerimaan
APBD, (data diolah)
*) Data Sementara
6
Dari Tabel 1.1 dan Gambar 1.1 di atas dapat dilihat bahwa selama periode 10
tahun anggaran Kota Metro realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
cenderung meningkat. Pada tahun 2011 pada pajak daerah mengalami kenaikan
yang cukup signifikan karena adanya penambahan pajak daerah yaitu pajak parkir
dan pajak BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan) kemudian
retribusi daerah juga mengalami penurunan yang sangat tajam, penurunan ini
kesehatan) dalam hal ini Rumah Sakit Ahmad Yani Metro menjadi BLUD (Badan
Daerah Yang Sah. Akan tetapi hal tersebut tidak mempengaruhi terhadap total
Pendapatan Asli Daerah Kota Metro ini merupakan akibat perkembangan pajak
terjadi perlu dibuat pengkajian mengenai penerimaan Pendapatan Asli Daerah dari
Pendapatan Asli Daerah dari jenis pajak daerah perlu diukur dengan baik dan
akurat agar potensi yang sebenarnya dapat dikelola dan dikumpulkan secara
maksimal. Penentuan potensi selama ini di Kota Metro menurut informasi dari
Dinas Pendapatan Kota Metro dengan perkiraan yang berpedoman terhadap target
pencapaian tahun anggaran sebelumnya. Padahal potensi pajak daerah secara riil
karena membutuhkan data pendukung yang banyak, sedangkan banyak data yang
tidak ada pada dinas-dinas terkait. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan Tabel 1.2
Tabel 1.2 Pendapatan Pajak Daerah dan Target Penerimaan terhadap PAD
Kota Metro, Tahun 2004 2013 (dalam rupiah)
Gambar 1.2 Perkembangan Target dan Realisasi Pajak Daerah Kota Metro,
Tahun 2004 2013
Berdasarkan Tabel 1.2 dan Gambar 1.2 di atas bahwa dalam menentukan target
yang ada pada masyarakat. Potensi penerimaan daerah untuk masing-masing jenis
pajak daerah belum dihitung secara menyeluruh. Berdasarkan Tabel 1.2 dan
Gambar 1.2 di atas juga terlihat bahwa setiap tahunnya antara realisasi dan target
terhadap peningkatan PAD sampai saat ini (khususnya pajak daerah) disebabkan
antara lain oleh ketidakmampuan daerah dalam membuat strategi koleksi dan
memetakan potensi pajak daerah. Teknik yang digunakan untuk mengukur potensi
seringkali tidak realistis yakni hanya didasarkan pada keinginan untuk senantiasa
9
menaikkan pajak daerah, itupun dengan estimasi yang seringkali tidak akurat
Untuk pengukuran prestasi kerja dalam penerimaan pajak daerah Kota Metro
masih didasarkan pada rasio pengumpulan (collection ratio), yaitu rasio yang
target penerimaan pajak daerah bukan ukuran ratio cakupan (coverage ratio), yang
kontribusi pajak terhadap PAD Kota Metro juga belum berimbang. Dimana antara
pertumbuhan dan kontribusi mempunyai nilai atau angka yang tidak seimbang,
meningkat. Dapat dilihat pada Tabel 1.3 dan Gambar 1.3 berikut ini :
Tabel 1.3 Pertumbuhan Pajak dan Kontribusi Pajak terhadap PAD Kota
Metro, Tahun 2004 2013 (dalam rupiah)
Gambar 1.3 Pertumbuhan Pajak dan Kontribusi Pajak terhadap PAD Kota
Metro, Tahun 2004 2013
Hal ini menunjukkan bahwa pajak daerah di Kota Metro belum dikelola dengan
baik potensi yang sebenarnya. Sesuai pendapat Mardiasmo dkk (2000 : I.3-4)
Dari uraian di atas diperoleh suatu gambaran bahwa potensi pajak daerah bagi
Pemerintah Kota Metro belum diketahui, terutama jenis pajak daerah apa saja
yang menjadi pendapatan yang potensial bagi Pendapatan Asli Daerah. Jenis pajak
B. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan fenomena di atas perlu dibuat rumusan masalah dengan baik.
Asli Daerah ?
2. Jenis pajak daerah apa saja yang berpotensi untuk dikembangkan dalam
C. Tujuan Penelitian
peningkatan PAD;
D. Manfaat Penelitian
1. sebagai bahan informasi awal tentang jenis pajak daerah yang berpotensi
E. Kerangka Pikir
negara maju (lihat Lains, 1995 : 39). Kondisi keuangan daerah di negara yang
kepentingan daerah, (2) sebagian besar sumbangan berasal dari subsidi atau
bantuan pemerintah pusat, (3) kotribusi pajak daerah dan PAD terhadap total
penerimaan daerah sangat kecil karena hampir semua pajak di daerah telah
dijadikan pajak sentral dan dipungut oleh pemerintah pusat, (4) terdapat campur
Menurut Devas, dkk (1989 : 59) bagi daerah tingkat II (kabupaten atau kota),
pajak daerah merupakan pos pendapatan kedua terbesar di dalam PAD setelah
retribusi daerah. Namun bagi Kota Metro penerimaan pajak menduduki peringkat
13
kedua setelah Pos Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah dari
otonomi adalah dengan melihat besarnya nilai PAD yang dapat dicapai oleh
modal utama bagi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, pada saat ini
pengelolaan pajak daerah yang potensial sehingga pada akhirnya akan merugikan
masyarakat dan pemerintah daerah sebagai pemungut pajak karena pajak tidak
rangka peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat digunakan alat analisis
Overlay. Dan untuk mengetahui tentang proyeksi pajak dimasa yang akan datang
berarti bahwa Pendapatan Asli Daerah Kota Metro telah sesuai dengan apa yang
diharapkan. Potensi yang dimiliki oleh pajak daerah Kota Metro belum tergali
akhirnya pajak daerah yang potensial apabila ditangani dengan baik akan
memberikan kontribusi yang sangat besar bagi Pendapatan Asli Daerah Kota
Metro.
Setelah semua alat analisis digunakan, maka akan didapatkan suatu hasil. Hasil
tersebut akan ada implikasinya berupa jenis pajak daerah yang memiliki
Gambar. 1
Bagan Kerangka Pikir
F. Hipotesis
daerah yang diukur dengan analisis pertumbuhan dan analisis kontribusi di Kota
Diduga terjadi perbedaan pada masing-masing jenis pajak daerah yang berpotensi
menghasilkan proyeksi penerimaan pajak daerah Kota Metro untuk Tahun 2014
s.d 2018.
G. Sistematika Penulisan
Tesis ini terdiri dari empat bab, yaitu pengantar, tinjauan pustaka dan alat analisis,
hasil penelitian dan kesimpulan serta saran. Rincian lebih lanjut dari masing-
masing bab adalah sebagai berikut ini. BAB I PENDAHULUAN: Bab ini
serta penelitian terdahulu. BAB III ANALISIS DATA: Bab ini berisikan tentang
tentang kesimpulan dari hasil penelitian serta implikasi terhadap kebijakan yang
dapat diambil sebagai saran bagi Pemerintah Kota Metro dalam rangka
A. Konsep Desentralisasi
transfer wewenang dan tanggung jawab kepada pemerintah daerah. Hal ini
dilakukan karena memandang bahwa pemerintah daerah lebih dekat kepada warga
manajer unit.
Hal serupa dikemukakan oleh Living Stone dan Charlton (1998 : 499), yaitu
merupakan suatu tujuan yang penting di banyak negara sedang berkembang dan
bahwa kabupaten atau kota lebih memungkinkan untuk lebih dekat dengan
penyelenggaraan Pemerintah yang sentralistik dimasa lalu sudah tidak sesuai lagi
karena disamping tidak efisien biayanya mahal juga tidak sesuai dengan
Penyelenggaraan Pemerintah.
keuangan daerah, pada dasarnya menyangkut tiga bidang analisis yang saling
terkait satu sama lain. Ketiga bidang analisis tersebut meliputi (Mardiasmo,
2000);
pendapatan tersebut;
depan.
Keterbatasan dana pusat bagi pembangunan daerah dan dalam rangka penggalian
bagi peningkatan pendapatan asli daerah adalah; pertama, Strategi yang berkaitan
20
Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah
Pendapatan Asli Daerah, atau yang lebih dikenal melalui singkatannya: PAD,
dalam arti sempit. Pendapatan Asli Daerah merupakan penerimaan yang diperoleh
berlaku. Pendapatan Asli Daerah dapat berupa hasil pajak dan retribusi daerah,
bagian laba pengelolaan aset daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli
a. Pajak Daerah;
b. Retribusi Daerah;
f. Dana Penyesuaian.
Selanjutnya dikatakan bahwa secara umum ada dua cara untuk mengupayakan
intensifikasi dan ekstensifikasi. Lebih lanjut diuraikan bahwa salah satu wujud
nyata dari kegiatan intensifikasi ini untuk retribusi yaitu menghitung potensi
Menurut Jaya (1996:5) beberapa hal yang dianggap menjadi penyebab utama
Daerah;
23
jenis pajak utama yang paling produktif baik pajak langsung maupun tidak
3. Kendati pajak daerah cukup beragam, ternyata hanya sedikit yang bisa
separatisme;
oleh instansi yang lebih tinggi, misalnya pajak kendaraan bermotor (PKB),
pungutan lainnya;
4. Adanya kebocoran-kebocoran;
C. Konsep Perpajakan
function) yang utama juga berperan sebagai alat pengatur (regulatory function).
pajak, namun demikian mempunyai arti dan tujuan yang sama. Munawir (1997: 5)
serta dapat dipaksakan akan tetapi tidak ada jasa balik dari negara secara langsung
kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran
pungutannya dapat dipaksakan kepada subjek pajak di mana tidak dapat balas
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan tentang ciri-ciri yang melekat pada
pelaksanaannya;
e. Dapat dipaksakan.
1. pajak merupakan iuran masyarakat kepada negara dimana dapat diartikan yang
berhak untuk melakukan pungutan pajak yaitu negara dengan alasan apapun
artinya kontraprestasi diberikan oleh negara kepada rakyat dan tidak dapat
aturan pelaksanaanya;
26
Pajak daerah yang baik merupakan pajak yang akan mendukung pemberian
berarti memberikan suatu local taxing power. Untuk itu pemerintah daerah dalam
tetap dan selalu meningkat. Kriteria tetap dalam arti selalu dapat
dan ekonomi, (mengatur redistribusi barang dan jasa) dalam hal ini
termasuk layanan.
(budgetair) juga mempunyai fungsi lain seperti alat untuk mengatur dan
sebagai alat anggaran juga dipergunakan sebagai alat mengumpulkan dana guna
2000:96). Oleh sebab itu kedua fungsi pajak di atas harus dijalankan secara
27
kelangsungan sumber daya dalam jangka panjang. Sehubungan dengan itu maka
perekonomian.
makro ekonomi seperti PDRB, pendapatan per kapita dan jumlah penduduk;
memadai tidaknya suatu perolehan pajak jika dikaitkan dengan bentuk dan
apakah tarif yang progresif atau menggunakan tarif tetap. Pembebanan pajak
D. Pengelompokan Pajak
1. Berdasarkan Golongannya
a. Pajak Pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
Bea Materai.
b. Pajak Daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah, dan
3. Berdasarkan Sifatnya
E. Pajak Daerah
Pajak adalah iuran yang dikumpulkan dari masyarakat kepada negara yang
dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang
Soemitro, (2003), pajak adalah iuran rakyat yang dikumpulkan untuk menjadi Kas
prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
sebagai berikut. Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas
Dalam ketentuan umum PP No. 65 Tahun 2001 pasal 1, pajak daerah adalah iuran
wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan usaha pada daerah tanpa
30
administrasi daerah, pajak daerah dapat digolongkan menjadi pajak daerah tingkat
Adapun kriteria yang harus dipenuhi suatu potensi pendapatan agar dapat menjadi
akan dikeluarkan;
dengan kesanggupannya;
dalam administrasinya;
daerah;
Menurut Davey (1988:40) secara umum perpajakan daerah dapat diartikan sebagai
berikut:
31
daerah sendiri;
1. Pajak daerah yang berasal dari pajak negara yang diserahkan kepada
daerah;
Dari ciri-ciri di atas jelas terlihat bahwa peranan Pemerintah Daerah sangat
signifikan dalam penetapan dan pemungutan Pajak Daerah. Namun demikian pada
prakteknya, banyak pajak yang hanya satu atau dua karakteristik seperti tersebut
28 Tahun 2009 ada dua jenis pajak Pajak Pusat yang dilimpahkan menjadi Pajak
Daerah yakni Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P-2) dan
Pajak daerah merupakan sumber utama Pendapatan Asli Daerah dan merupakan
berlaku.
Drt Tahun 1957 tentang Peraturan Umum Pajak Daerah, UU No. 18 Tahun 1997
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, UU No. 34 Tahun 2000 tentang
Perubahan atas UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.
2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah menggantikan UU No. 34 Tahun 2000.
dapat dikontrol dalam rangka pembiayaan kewajiban dan tanggung jawab (pajak
dan retribusi, bagi hasil). Dengan pengalokasian ini, PAD diharapkan dapat
kewenangan dalam hal ini provinsi memungut 5 jenis pajak dan kabupaten / kota
pajak tersebut secara umum dapat dipungut hampir disemua daerah dan
merupakan jenis pungutan yang secara teoritis dan praktek merupakan pungutan
yang baik.
a. Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air, yaitu pajak atas
atas air ;
b. Pajak bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air, yaitu
pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor dan kendaraan di atas
air sebagai akibat dari perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau
keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau
c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor, yaitu pajak atas bahan bakar yang
d. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan,
yaitu pajak atas pengambilan dan pemanfaatan air di bawah tanah dan/atau
air permukaan untuk digunakan bagi orang pribadi atau badan, kecuali
e. Pajak Rokok.
34
a. Pajak Hotel, yaitu pajak atas pelayanan hotel. Hotel adalah bangunan yang
b. Pajak Restoran, yaitu pajak atas pelayanan retoran. Restoran adalah tempat
dengan nama dan bentuk apapun yang ditonton atau dinikmati oleh setiap
berolah raga;
adalah benda, alat perbuatan, atau media yang menurut bentuk dan corak
menganjurkan atau memuji suatu barang, jasa atau orang, ataupun untuk
mencari perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang
ditempatkan atau dapat dilihat, dibaca dan atau didengarkan dari suatu
NSR = NS + NJOPR
Jangka Waktu
NS = Nilai Strategis
Tarif pajak reklame ditetapkan sebesar 25 % (dua puluh lima persen) dari
nilai sewa reklame. Besaran pokok pajak reklame diketahui dengan cara
dari sumber lain. Objek pajak penerangan jalan adalah penggunaan tenaga
listrik baik yang dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh dari sumber
lain
minyak bumi dan gas alam, tarif pajak penerangan jalan ditetapkan
f. Pajak Parkir, yaitu tempat parkir diluar badan jalan yang disediakan oleh
pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha
memungut bayaran;
g. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; Pajak yang dipungut atas
kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber
h. Pajak Air Tanah; Pajak yang dipungut atas kegiatan pengambilan dan/atau
pertambangan.
k. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) ; Pajak yang
hak atas tanah dan / atau bangunan oleh orang pribadi atau Badan. Hak
atas Tanah dan / atau Bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak
Jenis pajak propinsi bersifat limitatif yang berarti propinsi tidak dapat memungut
pajak lain selain yang telah ditetapkan. Adanya pembatasan jenis pajak propinsi
tersebut terkait dengan kewenangan propinsi sebagai daerah otonom yang terbatas
yang hanya meliputi kewenangan dalam bidang pemerintahan yang bersifat lintas
daerah kabupaten/kota dan kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan
dapat tidak memungut pajak yang telah ditetapkan tersebut jika dipandang
sendiri jenis pajak yang bersifat spesifik dengan memperhatikan kriteria yang
Pajak tersebut harus sesuai definisi pajak yang ditetapkan dalam Undang-
pembangunan daerah.
bersangkutan;
umum. Pajak ditujukan untuk kepentingan bersama yang lebih luas antara
keamanan.
4. Potensinya memadai, artinya hasil penerimaan pajak harus lebih besar dari
biaya pemungutan.
5. Obyek pajak bukan merupakan obyek pajak propinsi dan/atau obyek pajak
pusat;
Jenis pajak yang bertentangan dengan kriteria ini, antara lain adalah pajak
ganda (double tax), yaitu pajak dengan objek dan/atau dasar pengenaan
yang tumpang tindih dengan objek dan/atau dasar pengenaan pajak lain
Pemungutannya;
pajak.
beban pajak, sehingga sebagian besar dari beban pajak tersebut tidak
pengenaan pajak tidak memberikan peluang kepada daerah atau pusat atau
Jika ada pajak daerah yang akan dikenakan tidak memenuhi satu saja dari rambu
No. 28 Tahun 2009 secara tegas telah menyatakan bahwa pemerintah pusat bisa
syarat-syarat tersebut.
dengan peraturan daerah, namun tidak boleh lebih tinggi dari tarif maksimum
yang telah ditetapkan undang-undang. Dengan adanya pemisahan jenis pajak yang
40
dipungut oleh propinsi dan yang dipungut oleh kabupaten/kota diharapkan tidak
Pajak daerah yang baik merupakan pajak yang akan mendukung pemberian
Selanjutnya untuk menilai pajak daerah menurut Devas,dkk (1989 : 61-62), dapat
1. hasil (Yield) yaitu memadai tidaknya hasil suatu pajak dalam kaitannya
1
Badan Pengkajian Ekonomi, Keuangan, dan Kerjasama Internasional Departemen Keuangan RI,
Op. Cit, hal 25
41
2. keadilan (Equity) dasar pajak dan kewajiban membayarnya harus jelas dan
pajak harus sama antara berbagai kelompok yang berbeda tetapi dengan
kedudukan ekonomi yang sama); adil secara vertikal (artinya, beban pajak
harus lebih banyak ditanggung oleh kelompok yang memiliki sumber daya
yang lebih besar), dan pajak itu haruslah adil dari tempat ke tempat
berdaya guna dan pilihan produsen menjadi salah arah atau orang menjadi
dapat dilaksanakan, dari sudut kemauan politik dan kemauan tata usaha;
Revenue Source), ini berarti haruslah jelas kepada daerah mana suatu pajak
dengan tempat akhir beban pajak; pajak tidak mudah dihindari, dengan
cara memindahkan obyek pajak dari suatu daerah ke daerah lain; pajak
tidak menimbulkan beban yang lebih besar dari kemampuan tata usaha
pajak daerah.
Dalam perencanaan penerimaan pajak terdapat tiga pendekatan, yaitu (1) makro,
(2) mikro, dan (3) inkremental. Pendekatan inkremental lebih praktis dan
terhadap variabel lain seperti bunga, harga dan produksi migas, PDRB, kurs
rupiah terhadap dollar, dan faktor lain. Sementara pola variabel tax base dapat
3. Penyediaan jasa;
4. Kebijakan publik;
5. Mobilisasi penduduk.
persentase tertentu dengan batasan maksimal atau interval yang harus ditetapkan
secara definitif di dalam Perda tentang Pajak Daerah. Batasan dalam penentuan
tarif ini, memberikan diskresi kepada Daerah untuk menetapkan tarif pajak daerah
ditetapkan dalam UU No. 28 Tahun 2009 untuk Tarif Pajak Kendaraan Bermotor
43
pertama paling rendah sebesar 1% (satu persen) dan paling tinggi sebesar 2% (dua
untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama 1,2% (satu koma dua persen).
Contoh lain untuk Tarif Pajak Hotel ditetapkan dalam UU No. 28 Tahun 2009 :
Tarif Hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Penetapan
Pajak Daerah yang baik pada prinsipnya harus dapat memenuhi dua kriteria.
Pertama Pajak Dearah harus memberikan pendapatan yang cukup bagi daerah
sesuai dengan derajat otonomi fiskal yang dimilikinya. Kedua, Pajak Daerah harus
secara jelas berdampak pada tanggung jawab yang dimiliki oleh Pemerintah
Daerah yang bersangkutan. Cara yang mudah dan mungkin merupakan cara tebaik
untuk mencapai tujuan ini adalah dengan membiarkan daerah menetapkan jenis
legal untuk membebankan pajak, tetapi basis pengenaan pajak yang dimilikinya
terlalu lemah serta mereka masih sangat tergantung terhadap subsidi-subsidi yang
reformasi pengaturan pemungutan Pajak Daerah. Hal ini ditujukan agar para
keuangannya.
Sistem pemungutan pajak yang dilakukan oleh daerah saat ini dibagi atas 3, yaitu
sebagai berikut:
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak atau dibayar
fiskus
Kepala Daerah. Dalam sistem ini pajak dibayar oleh wajib pajak setelah
terlebih dahulu ditetapkan oleh Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk.
Pajak sendiri
pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak atau dipungut oleh
Menurut Musgraves (1998) pendapatan telah diterima secara luas sebagai ukuran
menekankan bahwa besar kecilnya penerimaan pajak akan sangat ditentukan oleh
penerimaan di sektor pajak juga dipengaruhi oleh laju wisatawan asing dan
pajak maka jumlah subjek dan objek pajak akan mempengaruhi penerimaan pajak
Salah satu dasar pengenaan pajak hotel adalah pembayaran yang dilakukan oleh
kamar yang disewa. Dari pembayaran yang dilakukan, maka dasar pengenaan
pajaknya dapat didekati dengan besarnya tingkat hunian kamar. Sehingga secara
spesifik faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak hotel adalah hunian kamar
hotel.
Pajak restoran subjeknya dapat dilihat dari konsumen restoran. Sebagian besar
potensinya dapat dilihat dari pendapatan perkapita. Jadi spesifikasi faktor yang
Pajak hiburan subjeknya dapat dilihat dari jumlah penonton yang menonton
perjalanan wisata adalah untuk menikmati hiburan yang ada dalam obyek wisata.
Berdasarkan hal tersebut, subjek pajak hiburan dapat didekati oleh jumlah
produk barang atau jasa, dalam hal ini adalah produsen (industri). Sehingga
produsen adalah merupakan subjek pajak. Ini berarti dasar pengenaan pajak
reklame dapat didekati dengan seberapa banyak produsen (industri) yang ada
walaupun tidak semua produsen tersebut memasang reklame. Jadi secara spesifik
Mengacu pada PP No. 65 Tahun 2001 wajib pajak dari pajak penerangan jalan
adalah orang pribadi atau badan yang menjadi pelanggan listrik dan atau
pengguna tenaga listrik. Dasar pengenaan pajaknya adalah nilai jual tenaga listrik
yang dipakai. Berdasarkan pada hal tersebut maka potensi pajaknya adalah
peningkatan PAD sampai saat ini (khususnya pajak daerah) disebabkan antara lain
potensi pajak daerah. Teknik yang digunakan untuk mengukur potensi seringkali
tidak realistis yakni hanya didasarkan pada keinginan untuk senantiasa menaikkan
48
pajak daerah, itupun dengan estimasi yang seringkali tidak akurat tanpa melihat
Dalam pengelolaan PAD, ada banyak faktor yang menjadi penghambat, sehingga
pajak.
Beberapa pola dan strategi yang bisa dilakukan dalam meningkatkan PAD
1) Harus ada pelayanan prima, dalam artian waktu dan tempat harus
jelas serta sikap yang ramah dari petugas pajak itu sendiri. Untuk
pembayaran.
pajak maupun petugas pajak. Untuk wajib pajak harus ada kontrol dari
kepada bawahan.
pungutan pajak.
e. Peningkatan SDM, dalam hal ini bisa berupa pemberian pelatihan bagi
I. Pajak Restoran
Sesuai dengan Perda Kota Metro Nomor 02 Tahun 2012, pasal 1 menyatakan
dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung,
bar dan sejenisnya termasuk jasa boga/catering. Pajak restoran adalah pajak atas
pelayanan yang disediakan oleh restoran atau pajak atas pelayanan restoran.
lain.
Objek pajak restoran adalah setiap pelayanan yang disediakan oleh restoran.
Pelayanan yang disediakan oleh restoran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meliputi pelayanan penjualan makanan dan atau minuman yang dikonsumsi oleh
termasuk objek pajak restoran sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (2) adalah
pelayanan yang disediakan oleh restoran yang nilai penjualannya tidak melebihi
Dasar pengenaan Pajak Restoran atau tarif pajak yang dikenakan untuk pajak
restoran.
51
Selanjutnya tarif Pajak Restoran ditetapkan 10% dari jumlah pembayaran. Hal ini
untuk menetapkan tarif pajak yang dipandang sesuai dengan kondisi masing-
diberi kewenangan untuk menetapkan besarnya tarif pajak yang mungkin berbeda
Besarnya pokok Pajak Restoran yang terutang dihitung degan cara mengalikan
tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum perhitungan Pajak
Potensi Pajak Restoran ini diperoleh dengan cara mengalikan jumlah pengunjung
yang datang ke restoran, tarif rata-rata makanan dan minuman yang dijual, rata-
rata jumlah hari kerja dalam 1 bulan (sesuai dengan aturan pemilik restoran), dan
akan memberikan kesejahteraan ekonomi yang lebih baik bagi penduduk suatu
52
wilayah, apabila digunakan alat ukur yang tepat. Beberapa alat ukur diantaranya
Produk Domestik Bruto, pendapatan perkapita, pendapatan per jam kerja dan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yakni nilai total atas segenap output
akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam suatu wilayah, pada
umumnya dalam jangka waktu satu tahun (Todaro : 2003 : 38). PDRB digunakan
oleh banyak negara sebagai tolok ukur tingkat kesejahteraan, ekonomi penduduk,
daerah terutama pajak yang berbasis pajak pendapatan, dilihat dari sisi
(Mangkoesoebroto:2001:235).
dan jasa yang dilakukan dalam perekonomian pada suatu waktu tertentu biasanya
di ukur untuk satu tahun. Komponen utama dari pembelanjaan agregat adalah
konsumsi rumah tangga (C), Investasi yang dilakukan oleh pihak swasta (I),
Secara (regional) untuk seluruh kabupaten atau kota, pengenaan pajak langsung
yang beban pajaknya tidak dapat digeserkan jelas akan mengurangi tingkat
K. Penelitian Terdahulu
Lee dan Snow (1997) mengemukakan bahwa apabila pemerintah daerah akan
Miller dan Russek (1997) meneliti tentang struktur fiskal dan pertumbuhan
ekonomi pada tingkat negara bagian dan daerah di Amerika Serikat. Dari hasil
penelitian ditemukan bahwa di satu sisi pajak dapat berpengaruh positif terhadap
publik dan di sisi lain dapat berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi
dan gas alam serta penerimaan negara bukan pajak. Apabila Indonesia ingin
mandiri maka penerimaan dari pajak haruslah ditingkatkan agar supaya dapat
Waroy (1997) menganalisis potensi jenis pajak dan retribusi daerah berkaitan
sangat rendah yaitu rata-rata 4,59%. Apabila dikaitkan dengan tolok ukur
otonomisasi hasil penelitian Departemen Dalam Negeri dan Fisipol UGM, maka
termasuk dalam daerah tingkat II yang mempunyai rasio kontribusi terhadap total
sumbangan dan bantuan dari pemerintah pusat adalah tinggi yaitu rata-rata 0,0648
rasio rata-rata ini menunjukkan bahwa peran PAD hanya sebesar 6,48% dari
Insukindro, dkk (1994) berpendapat bahwa pajak dan retribusi daerah sebagai
sumber utama pendapatan asli daerah, dan pada umumnya retribusi daerah lebih
Penelitian ini dengan penelitian terdahulu terdapat beberapa kesamaan antara lain
mengenai lokasi penelitian serta data yang digunakan yaitu Kota Metro.
III. METODE PENELITIAN
A. Obyek Penelitian
data yang baik dan reliabel supaya hasil yang diperoleh mengandung unsur
penelitian, karena dalam kegiatan ini akan diperoleh data yang disajikan sebagai
hasil dari penelitian. Sesuai yang telah dikemukakan oleh Moh. Nazir bahwa
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh
penelitian;
penelitian. Dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data primer dan data
sekunder.
a. data primer, yang diambil berdasarkan hasil wawancara langsung kepada para
b. data sekunder, yaitu sejumlah keterangan dan data yang digunakan seseorang
dan diperoleh secara tidak langsung terdiri dari data pendapatan asli daerah,
data jumlah jenis setiap pajak daerah tahun anggaran 2004 - 2013, sedangkan
untuk data proyeksi menggunakan data total pajak daerah tahun anggaran
2004 - 2013. Selain data-data tersebut data sekunder yang dipergunakan juga
B. Pengolahan data
Setelah melakukan pengumpulan data, maka tahap berikutnya adalah tahap analisis.
Dalam menganalisis data digunakan analisis kuantitatif melalui berbagai alat analisis
yang terdapat pada penelitian ini. Hasil pengolahan data tersebut diharapkan dapat
C. Definisi Operasional
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah realisasi penerimaan asli daerah yang
berasal dari: pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba pengelolaan aset daerah
yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah Kota Metro dalam satuan rupiah.
2. Pajak Daerah adalah setiap jenis penerimaan pajak daerah yang ditetapkan
berdasarkan Peraturan Walikota Metro yang berlaku selama satu tahun anggaran.
3. Potensi pajak daerah adalah kekuatan yang ada pada pajak daerah yang dapat
pendapatan asli daerah. Oleh karena jenis pajak daerah Kota Metro mencakup 11
jenis pajak daerah, maka dalam penelitian Potensi Pajak yang akan dihitung
adalah jenis pajak yang memiliki pertumbuhan yang cukup tinggi selama periode
digunakan rumus :
rumus :
wXi = Xi x 100%
X
Dimana:
maksudnya adalah:
1) komposisi penerimaan yaitu total hasil setiap jenis pajak daerah terhadap
jenis pajak daerah dapat dilihat sebagai berikut (Jaya: 1996, 29-30) :
Kontribusi
wXi 1 (tinggi) wXi < 1 (rendah)
Pertumbuhan
Potensial Terbelakang
gXi < 1 (rendah)
Keterangan :
tahun anggaran 2004 s/d 2013 secara garis besar dikelompokan menjadi 4
kondisi:
Pemerintah Kota Metro sesuai dengan Perda Nomor 02 Tahun 2012 tentang
menggunakan perhitungan :
Tangga/Pelanggan;
Dalam penelitian ini jenis pajak yang dianggap memiliki potensi untuk
periode penelitian.
e. Analisis Proyeksi
masa penaksiran bersifat tetap. Diharapkan dengan Teknik Anuitas ini dapat
melihat proyeksi pajak daerah dimasa yang akan datang dengan tingkat
P3 = P0 + (1 + r)2 (1 + r) = P0 (1 + r)3
Pt = P0 (1 + r)t
atas:
(1 + r)t = (Pt/P0)
(1 + r) = (Pt/P0)1/t
r = (Pt/P0)1/t - 1
t adalah waktu/tahun
BAB V
A. Kesimpulan
kesimpulan.
1. Tingkat pertumbuhan dan kontribusi setiap jenis pajak daerah terhadap total
penerimaan pajak daerah dan pendapatan asli daerah di Kota Metro selalu
anggaran 2004 sampai dengan tahun anggaran 2013. Jenis-jenis pajak daerah
dimaksud adalah:
a. jenis pajak daerah yang mengalami pertumbuhan mulai yang terbesar sampai
yang terkecil adalah; pajak restoran (34,46%), pajak reklame (23,97%), pajak
(11,71%), pajak penerangan jalan (10,69%), pajak air tanah (8,04%), pajak
mengalami pertumbuhan), dan pajak sarang burung walet dan sriti (-3,60%)
mengalami penurunan;
b. jenis pajak daerah yang memberikan kontribusi terbesar sampai yang terkecil
terhadap total pendapatan pajak daerah dan total pendapatan asli daerah di
Kota Metro adalah; pajak penerangan jalan (78,24% dan 11,97%), pajak
BPHTB (6,43% dan 1,04%), pajak restoran (5,96% dan 0,90%), pajak
97
reklame (2,47% dan 0,38%), pajak galian golongan C (2,31% dan 0,34%),
pajak PBB Perkotaan (2,16% dan 0,41% ), pajak hotel (0,91% dan 0,14%),
pajak sarang burung walet dan sriti (0,62% dan 0,08%), pajak hiburan (0,45%
dan 0,07%), pajak parkir (0,40% dan 0,07%) dan pajak pemanfaatan air
pajak restoran pada tahun 2009 memiliki klasifikasi prima dengan tingkat
pertumbuhan dan kontribusi yang tinggi tetapi pada tahun 2013 menurun sampai
mendukung program Kota Metro terus ditingkatkan dengan dukungan dari sistem
pengelolaan dan aturan yang yang baik sehingga target dan realisasi dapat
3. Berdasarkan hasil survey potensi terhadap pajak restoran maka perhitungan yang
2013 sebesar Rp. 553.700.312,-. Dengan demikian potensi yang belum terealisasi
adalah sebesar 78,33%. Kemudian untuk pajak PBB Perkotaan Nilai Pajak PBB
Perkotaan di Kota Metro pada tahun 2013 dengan menggunakan data objek pajak
yang sesuai dengan Pokok Ketetapan PBB Perkotaan adalah sebesar Rp.
98
sebesar Rp. 2.230.859.456,- atau sebesar 70,9 %, dengan demikian potensi yang
4. Proyeksi terhadap jenis pajak daerah dan pajak restoran dilakukan dengan
diharapkan juga hasil perhitungan dapat melihat proyeksi pajak daerah dimasa
yang akan datang dengan tingkat akurasi yang tepat. Hasil perhitungan untuk
proyeksi pajak daerah Kota Metro didapat bahwa tingkat pertumbuhan atau r =
0,175 . Dan dari perhitungan untuk proyeksi pajak restoran didapat bahwa tingkat
pertumbuhan atau r = 0,243, maka untuk tahun anggaran 2014 s.d 2018 proyeksi
baik pajak daerah Kota Metro dan pajak restoran mengalami peningkatan di
B. Saran
Hasil temuan empiris dalam studi ini memunculkan saran-saran yang dianggap perlu
sebagai berikut.
dari setiap jenis pajak daerah dan retribusi daerah agar mengalami peningkatan
lapangan penetapan target pendapatan setiap jenis pajak daerah masih dilakukan
melakukan sinergi antara Pemerintah Kota Metro dan DPRD Kota Metro melalui
berkembang dan terbelakang. Hal ini perlu dilakukan peningkatan menjadi pajak
pajak daerah.
yang merupakan salah satu pajak daerah yang memiliki laju pertumbuhan tinggi
dan juga merupakan pajak yang paling berpotensi untuk dikembangkan di Kota
100
Metro. Untuk itu perlu diadakan pendataan kembali subjek dan objek subjek dan
objek pajak restoran yang sudah ada sehingga dapat diketahui potensi yang
sebenarnya melalui pemutakhiran data subjek dan objek pajak restoran. Selain itu
sehingga pemerintah akan terpacu untuk mencapai target tersebut dan dapat
4. Hendaknya lebih ditingkatkan lagi koordinasi dan pengawasan oleh Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) dalam hal ini tim penyelenggara terhadap pelaksanaan
dan pelaporan penerimaan pajak restoran. Pemberian sanksi yang tegas sesuai
dengan Perda Nomor : 02 Tahun 2012 terhadap pelanggaran pajak restoran akan
5. Hasil proyeksi terhadap pajak daerah mengalami peningkatan. Hal ini akan
berpengaruh terhadap total pendapatan asli daerah yang juga akan meningkat.
pendapatan pajak daerah. Pemerintah Kota Metro dan DPRD Kota Metro
daerah. Untuk pajak daerah dilakukan pendataan ulang dan memberikan sanksi
6. Usaha intensifikasi dan ekstensifikasi yang dilakukan dengan cara aktif dimana
petugas pemungut harus lebih giat dalam usaha melakukan penagihan baik
10. Perlunya sanksi tegas terhadap penyimpangan dan penyelewengan bagi wajib
pajak ataupun pemungut pajak dan sanksi dengan pelaksanaan hukum bagi
Devas, Nick. Brian Binder. Anne Booth. Kenneth Davey.Roy Kelly, 1989. Keuangan
Pemerintah Daerah di Indonesia. Penerjemah Masri Maris. Jakarta: UI Press.
Devas, N., Binder, B., Both, A., Davey, K., Kelly, R., 1998, Keuangan Pemerintah
Daerah di Indonesia, Edisi terjemahan, UI Press, Jakarta.
Dorrnbusch,R.,Fischer,S., dan Startz Richard, 2004. Makro Ekonomi. Edisi 8.
Jakarta: Erlangga
Insukindro, Mardiasmo, Widayat, W., Jaya, W.K., Purwanto, B.M., Halim, A.,
Suprianto, J., Purnomo, A.B., 1994, Peranan dan Pengelolaan
Keuangan Daerah Dalam Usaha Peningkatan PAD, Buku I, KKD FE
UGM, Yogyakarta.
Juliansyah Noor, 2010, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya
Ilmiah, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Kaho, J.R, 1997, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia, PT. Raja
Gratondo, Cetakan Keempat, Jakarta.
Kristiadi, JB, 1992. Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah, JHS, S Jakarta.
Lains, Alfian, 1995. Pendapatan Daerah Dalam Ekonomi Orde Baru , Prisma No.
4, 40 57.
Lee, D.R, and Snow, A, 1997, Political Incentives and Optimal Taxation, Public
Finance Review, Vol 25, 491-508.
Living Stone, Ian and Chartlon, Roger, 1998, Raising Local Authority District
Renenues Through Direct Taxation in A Law-Income Developing
Country: Evaluation Ugandas GPT, Public Administration and
Development, Vol 18, No.5, December, 499-517
Mardiasmo, Makhfatih, A., Supomo, B., Purwanto, H., 2000, Pengembangan Model
Standar Analisa Belanja (SAB) Anggaran Daerah (APBD), Laporan
Akhir, PAU-SE UGM, Yogyakarta.
Meier, M.G, 1995, Leading Issues in Economics Development, Sixth Edition, Mc.
Graw Hill, International Edition Finance Series, Singapore.
Miller, Stephen M. And Frank S.Russek, 1997, Fiscal Structure and Economics
Growth at The State and Local Level, Public Finance Review, Vol 25
No.2, 213-237.
Musgrave,R.A., dan Peggy B.M., 1998, Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktek,
Jakarta:Erlangga, PT. Gelora Aksara Pratama.
Nugroho, Riant D., 2000, Otonomi ; Desentralisasi Tanpa Revolusi, Kajian dan
Kritik atas Kebijakan Desentralisasi di Indonesia, PT.Elex Media
Komputindo, Jakarta
Prakoso, Kesit Bambang, 2005. Pajak dan Retribusi Daerah. Yogyakarta: UII Press.
__________, 2012, Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 02 Tahun 2012, Tentang
Pajak Daerah
Setyawan, Setu. Dan Suprapti, Eny, 2004, Perpajakan, Edisi Revisi. Malang:Banyu-
Media Publishing
Sriyana, Jaka, 1999. Hubungan Keuangan Pusat Daerah, Reformasi Perpajakan
dan Kemandirian Pembiayaan Pembangunan Daerah. JEP. Vol 4 No.1
Suparmoko, 2000, Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek, Edisi 5, BPFE,
Yogyakarta.
Syamsi, Ibnu, 1987, Dasar-dasar Kebijakan Keuangan Negara, PT. Bina Aksara,
Jakarta.
Wantara, Agus, 1997. Analisis Pendapatan Asli Daerah dan Bantuan Pemerintah
Pusat di DIY (1970 1992), Kinerja Jurnal Bisnis dan Ekonomi No.
2/Januari, 1997. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana Universitas
Atmajaya.
Waroy, Nicholas, 1997, Analisis Potensi Jenis Pajak dan Retribusi Daerah Berkaitan
dengan Otonomisasi Daerah Tingkat II Sorong, Tesis S-2, Pascasarjana
UGM, Yogyakarta.