Anda di halaman 1dari 46

KARYA TULIS ILMIAH

UJI DAYA HAMBAT SEDIAAN FACE SPRAY EKSTRAK ETANOL KULIT

BUAH APEL FUJI (Malus pumila Mill) TERHADAP

Staphylococcus aureus.

Oleh :

MUHAMMAD ACHMAD SAKTI HNS

16.061.AF

AKADEMI FARMASI
YAYASAN MA’BULO SIBATANG
MAKASSAR
2019
UJI DAYA HAMBAT SEDIAAN FACE SPRAY EKSTRAK ETANOL KULIT

BUAH APEL FUJI (Malus pumila Mill) TERHADAPStaphylococcus

aureus.

Karya Tulis Ilmiah ini dianjurkan untuk memenuhi syarat

Dalam menyelesaikan program pendidikan

Ahli Madya Farmasi

Oleh :

MUHAMMAD ACHMAD SAKTI HNS

16.061.AF

AKADEMI FARMASI

YAYASAN MA’BULO SIBATANG

MAKASSAR

2019
KARYA TULIS ILMIAH

UJI DAYA HAMBAT SEDIAAN FACE SPRAY EKSTRAK ETANOL KULIT

BUAH APEL FUJI (Malus pumila Mill) TERHADAP Staphylococcus

aureus.

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

TAUFIQ, S.Si, M.Kes,Apt. SUHARTINI, S.Si,Apt.


NIDN : 0902028003 NIDN : 0912028103

Mengetahui :

Direktur

Rusmin, S.Si, M.Si, Apt.


NIDN : 0931056806
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : MUHAMMAD ACHMAD SAKTI HNS

Nim : 16.061.AF

Jurusan : Farmasi

Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah dengan judul “UJI DAYA

HAMBAT SEDIAAN FACE SPRAY EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH

APEL FUJI (Malus pumila Mill) TERHADAP Staphylococcus aureus”

benar bebas plagiat. Dan apabila dikemudian hari terbukti plagiat dalam

karya tulis ilmiah, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan

perundang - undagan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Makassar, Juli 2019

MUHAMMAD ACHMAD SAKTI HNS


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karna berkat rahmat dan

karunia-Nya Sehingga penilasan Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan

dengan baik, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ahli madya

farmasi di Akademi Farmasi Yamasi Makassar.

Dalam proses penelitian ini banyak sekali hambatan yang di peroleh,

tapi berkat usaha maksimal penulisan serta bimbingan dari para dosen

pembimbing, maka penelitian ini akhirnya dapat terselesaikan. Untuk itu

penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada orang tua saya

tercinta, Ayahanda Drs. Hasanuddin N Syeabu dan Ibunda Mantasia S.pd

yang selalu mendoakan dan mendukung saya dengan penuh kasih sayang

karena berkat doa dan kasih sayangnya lah saya dapat menyelesikan

pendidikan. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak

Taufiq.,S.Si.,M.Kes.,Apt selaku pembimbing pertama, Ibu Suhartini.,S.Si.,Apt.

selaku pembimbing kedua saya. Atas keikhlasan meluangkan waktu untuk

memberikan petunjuk dan berbagai saran serta menyumbangkan pemikiran

dalam membimbing penulis sehingga terselesainya Karya Tulis Ilmiah ini.

Untuk itu, melalui ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

tulus kepada :

1. Direktur Akademi Farmasi Yamasi Makassar, Bapak Rusmin,

S.Si.,M.Si.,Apt.
2. Ibu Sukirawati, S.Farm.,M.Kes.,Apt

3. Seluruh dosen dan staf Akademi Farmasi Yamasi Makassar.

4. Kepada kakak Sucinur Pratiwi Z.,S.,Farm.,Apt yang telah membantu saya

melakukan penelitian di Laboratorium Mikroba.

5. Kepada teman hidup saya nantinya Masrura stori yang selalu menemani

mengerjakan Karya Tulis Ilmiah.

6. Kepada seluruh teman-teman seperjuangan, terutama Ismail dan Emmy

sekaligus kelompok penelitian saya atas kekompakan dan kerja sama

yang baik selama proses penelitian dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

Semoga segala kebaikan dan bantuan yang telah diberikan mendapat

imbalan dari Allah SWT.

Harapan kami semoga hasil penelitian ini yang sangat sederhana

dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan alam khususnya

dibidang Farmasi.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,

khususnya mahasiswa (i) Akademi Farmasi Yamasi Makassar.

Makassar, Juli 2019

MUHAMMAD ACHMAD SAKTI HNS


ABSTRAK

MUHAMMAD ACHMAD SAKTI HNS : “Uji Daya Hambat Sediaan Face Spray
Ekstrak Etanol Kulit Buah Apel Fuji (Malus pumila Mill)
TerhadapStaphylococcus aureus” (dibimbing oleh : Taufiq dan Suhartini).
Kulit Buah Apel Fuji (Malus Pumila Mill) memiliki kandungan polifenol
lebih banyak dari pada buah apel itu sendiri, polifenol merupakan senyawa
kandungan yang dapat bermanfaat bagi tubuh dan kulit manusia yang
sebagai antibakteri, antioksidan, dan antiproliferatif. Kulit buah apel
mengandung beberapa unsur senyawa kimia diantaranya kuersetin, katekin,
phloridzin, dan asam klorogenik. Salah satu penyebab infeksi pada kulit
manusia seperti jerawat atau abseb sebagian besar disebabkan oleh bakteri
Staphylococcus aureus, dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui
seberapa besar daya hambat Sediaan Face Spray Ekstrak Etanol Kulit Buah
Apel Fuji (Malus pumila Mill) TerhadapStaphylococcus aureus. Penelitian ini
menggunakan metode difusi agar paper disk. hasil penelitian diperoleh
diameter zona hambat yang berbeda-beda pada sampel Sediaan Face Spray
Ektrak Etanol Kulit Buah Apel Fuji dengan konsentrasi 5% b/V : 5 mm dan
10% b/V : 7,33 mm.

Kata kunci : Daya Hambat, Sediaan Face Spray Ekstrak Etanol Kulit Buah
Apel Fuji, Staphylococcus aureus.
ABSTRAC

MUHAMMAD ACHMAD SAKTI HNS : “Inhibitory Test Of Face Spray


Preparation Ethanol Extract Of Fuji Apple Peel (Malus pumila Mill) Against
Staphylococcus aureus” (Supervised by : Taufiq dan Suhartini).
Fuji Apple Skin (Malus pumila Mill) coutains more polyphenols than the
apple itself, polyphenols are compounds that can benefit the body and human
skin as antibacterial, antioxidant, and anti proliferative. Apple skin contains
several elements of chemical compounds including quercetin, catechins,
phloridzine, and chlorogenic acid. One of the causes of infection in human
skin such as acne or abscesses is mostly caused by Staphlococcus aureus
bacteria, this study was conducted to find out how much the inhibition power
of the face spray preparation was ethanol extract of fuji apple peel (Malus
Pumila Mill) against Staphlococcus aureus. This study uses a diffusion
method so that the paper disk, the results of the study showed different
inhibition zona diameters in the face spray sample preparation ethanol extract
of fuji apple peel with a concentration of 5% b/v : 5 mm and 10% b/v : 7,33
mm.
Key words : Inhibition, Face Spray Preparation Ethanol Extract Of Fuji Apple
Peel (Malus pumila Mill), Staphlococcus aureus.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………. i
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………….. ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI……………………………………………… iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT………………………………… iv
KATA PENGANTAR………………………………………………………….. v
ABSTRAK……………………………………………………………………… vii
ABSTRAC……………………………………………………………………… viii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………. ix
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………. xii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………… xiv
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………. 1
I.1 Latar Belakang…………………………………………………………….. 1
I.2 Rumusan Masalah………………………………………………………… 4
I.3 Tujuan Penelitian………………………………………………………….. 4
I.4 Manfaat Penelitian………………………………………………………… 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…...………………………………………....… 5
II.1 Uraian Tanaman……….…………………………………...……….……. 5
II.1.1 Klasifikasi Tumbuhan……………………….…………..……….…….. 5
II.1.2 Nama Daerah……………………………..………..…………………... 5
II.1.3 Morfologi Tumbuhan……..………………………………..…………... 6
II.1.4 Kandungan Kimia………………..…………………………..………… 7
II.1.5 Khasiat Dan Kegunaan…………...………………………….……….. 8
II.2 Ektrak……………………………………………………….……………... 8
II.2.1 Tujuan Ekstrak…………………………………………..………….... 8
II.2.2 Macam – Macam Metode Ekstrak……………………………..…… 9
II.2.3 Macam – Macam Ekstrak……………………………………..…….. 11
II.3 Face Spray……………………………………………………..……….. 11
II.3.1 Keuntungan Dan Kerugian Face Spray…………………..……….. 11
II.3.2 Uji Mutu Fisik Sediaan Face Spray……………………..…………. 12
II.4 Uraian Stapylococcus Aureus…………………………..……………. 13

II.4.1 Klasifikasi………………………………………………..………….... 13

II.4.2 Fisiologi………………………………………………………………. 14

II.4.3 Patogenitas…………………………………………………………... 14

II.5 Metode Pengujian Daya Hambat Antimikroba…………………....... 15

BAB III METODE PENELITIAN………………………………………….... 18

III.1 Jenis Dan Desain Penelitian………………………………………... 18

III.2 Waktu Dan Lokasi Penelitian………………………...……………... 18

III.3 Alat, Bahan, Dan Hewan Uji……………………….………………... 18

III.4 Pengambilan Bahan Uji………………………….………………...... 19

III.5 Metode Sterilisasi Alat…………………………..…………………..... 19

III.6 Prosedur………………………………………...…………………….... 20

III.6.1 Pembuatan Ekstrak………………………...……………………….. 20

III.6.2 Pembuatan Face Spray…………………...………………………... 21

III.6.3 Pembuatan Media (NA)…………………...………………………... 22

III.6.4 Uji Peremajaan Bakteri…………………………………………....... 22


III.6.5 Pengujian Daya Hambat…………………………………………… 22

III.7 Pengamatan Dan Pengukuran Diameter Hambatan……………... 23

III.8 Pembahasan Dan Kesimpulan…………………………………….... 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………….. 24

IV.1 Hasil Penelitian………………………………………………………... 24

IV.2 Pembahasan…………………………………………………………... 25

BAB V PENUTUP………………………………………………………….. 27

V.1 Kesimpulan…………………………………………………………….. 27

V.2 Saran……………………………………………………………………. 27

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 28
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pada zaman dahulu masyarakat memakai beragam tumbuhan yang

ada untuk pengobatan pada saat sakit dan masyarakat menyebutnya

sebagai obat tradisional.Tapi masih banyak tumbuhan di dunia ini yang

belum di ketahui khasiatnya sampai sekarang.

Bagian – bagian yang biasa di manfaatkan oleh masyarakat sekitar

itu seperti bagian akar, daun, rimpang, batang, bunga, biji, dan buah. Dan

pada era sekarang sudah banyak penelitian terhadap tumbuhantradisional

yang sering di konsumsi oleh masyarakat sekitar untuk menyehatkan

ataupun menyegarkan badan adalah buah apel.

Apel selain sangat populer dikonsumsi oleh masyarakat baik di

konsumsi secara lansung maupun dalam bentuk olahan, karena buah apel

memiliki rasa yang manisdan menyegarkan, Selain itu buah apel juga

memiliki nilai gizi tinggi yang sangat bermanfaat untuk menyehatkan

tubuh.Selain buah apel, kulit apel juga sangat bermanfaat bagi kesehatan

dan kandungan polifenol yang terdapat pada kulit apel juga lebih banyak di

bandingkan dengan buah apel itu sendiri.Kulit apel bermanfaat bagi tubuh

dan kulit kita sebagai antibakteri, antioksidan dan antiproliferatif. Kulit buah
apel mengandung beberapa unsur senyawa kimia diantaranya kuersetin,

katekin, phloridzin, dan asam klorogenik (Jannata,R.H., Gunadi,A., dan

Ermawati,T, 2014).

Ekstrak kulit buah apel sudah diteliti memiliki antibakteri yang dapat

menghambat jenis bakteri Escherichia coli ATCC 25922, Staphylococcus

aureus ATCC29213, dan Pseudomonas aeruginosa ATCC

27853(Jannata,R.H., Gunadi,A., dan Ermawati,T. 2014).

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukanPuguh Surjowardojo, Tri

Eko Susilorini, dan Angel Apriliani Panjaitan uji daya hambat jus Kulit Apel

manalagi(Malus sylvestris Mill) terhadap Staphylococcus aureus dan

Escherichia colidengan konsentrasi 10%, 20%, dan 30% (Surjowardojo, P.,

Susilorini, T. E., dan Panjaitan, A, A. 2015).

Staphylococcus aureus merupakan salah satu penyebab infeksi

pada kulit manusia seperti jerawat atau abses, keracunan makanan,

endokarditis dan infeksi paru-paru (Apriani, D., Amaliawati, N., Kurniati, E.

2014).

Pengujian aktivitas mikroba merupakan suatu pengujian untuk

menentukankemampuan suatu zat yang diketahui atau sudah memiki

aktivitas sebagai antibakteridalam larutan terhadap suatu bakteri (Jawetz

et al. 2001).

Pada pengujian aktivitas mikroba ada beberapa cara metode untuk

menguji daya hambat suatu senyawa obat atau sediaan antimikroba


seperti dengan metode difusi dan Dilusi, dan pada kesempata kali ini,

penelitian akan dilakukan dengan metode difusi yang menggunakan kertas

cakram atau paper disk (Widyawati, A, A. 2017).

Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian tentang

Kulit Apel Fuji dalam sediaan Face Spray terhadapStaphylococcus aureus.

I.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah sediaan Face Spray Kulit Buah Apel Fujidapat

menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus?

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui daya hambat sediaan Face

Spray Kulit Buah Apel Fujiterhadap Staphylococcus aureus.

I.4 Manfaat Penelitian

1. Dapat memberkan informasi terhadap masyarakat akan manfaat

SediaanFace Spray Kulit Buah Apel Fuji yang dapat menghambat

pertumbuhan Staphylocuccos aureus sehingga dapat di manfaatkan

dengan baik.

2. Hasil dari penelitian ini dapat di jadikan referensi bagi penelitian

selanjutnya yang akan datang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Uraian Tanaman

II.1.1 Klasifikasi Tumbuhan ApelFuji(Malus pumila Mill)

Regnum : Plantae

Subkingdom : Virdiplantae

Infrakingdom : Streptophyta

Superdivision : Embryophyta

Division : Tracheophyta

Subdivision :Spermatophytina

Class :Magnoliopsida

Superorder :Rosanae

Order :Rosales

Family : Rosacea

Jenus : Malus mill

Spesies : Malus pumila Mill

(Its, Go. 2011)

II.1.2 Nama Daerah

Apel(Jawa), Appele(Makassar), Apel(Indonesia)

II.1.3 Morfologi Tumbuhan (Bambang Soelarso. 1997)

a. Batang
Pohon apel berkayu cukup keras dan kuat, cabang-cabang

yang dibiarkanatau tidak dipangkaspertumbuhannya lurus dan

tidak beranting. Kulitkayunya cukup tebal, warna kulit batang

muda, cokelat muda sampaicokelat kekuning-kuningan dan

setelah tua berwarna hijau kekuning-kuningan sampai kuning

keabu-abuan. Karena dilakukan pemangkasanpemeliharaan,

maka tajuk pohon berbentuk perdu seperti payung ataumeja.

b. Daun

Bentuk daun apel dipilah dalam enam kategori, yaitu oval,

broadly oval,narrow oval, acute, broadly acute, dan narrow

acute. Permukaan daun biasa datar atau bergelombang. Sisi

daun ada yang melipat ke bawah, ada jugayang melipat ke

atas.Bagian bawah daun umumnya diselimuti bulu-buluhalus.

c. Akar

Pohon apel yang berasal dari biji dan anakan membentuk akar

tunggang,yaitu akar yang arah tumbuhnya lurus atau vertikal

ke dalam tanah.Akarini berfungsi sebagai penegak tanaman,

penghisap air, dan unsur haradalam tanah, serta menembus

lapisan tanah yang keras. Sedangkan batangbawah yang

berasal dari stek dan rundukan tunas akar, yang

berkembangbaik adalah akar serabut dan tidak mempunyai


akar tunggang, sehinggabatangnya kurang kuat dan rentan

terhadap kekurangan air.

d. Bunga

Bunga apel bertangkai pendek, menghadap ke atas,

bertandan, dan padatiap tandan terdapat 7-9 bunga.Bunga

tumbuh pada ketiak daun, mahkotabunga berwarna putih

sampai merah jambu berjumlah 5 helai,menyelubungi

benangsari pada badan buah, dan di tengah-tengah

bungaterdapat putik atau bakal buah.

e. Buah

Buah apel mempunyai bentuk bulat sampai lonjong, bagian

pucuk buahberlekuk dangkal, kulit agak kasar dan tebal, pori-

pori buah kasar danrenggang, tetapi setelah tua menjadi halus

dan mengkilat. Warna buahhijau kekuning-kuningan, hijau

berbintik-bintik, merah tua, dansebagainya sesuai dengan

varietasnya.

II.1.4 Kandungan Kimia

Kulit apel mengandung kuersetin zatyang dibutuhkan guna

meningkatkan kadarantioksidan guna mencegah berbagai

macampenyakit. Hasil penelitian menyatakanbahwa hanya kulit apel,

buah yang memilikikuersetin. Itu sama artinya apel

mampumenyediakan antioksidan setara 1.500 mgvit.C dari ekstrak


apel segar dari apelukuran medium (Pertiwi, R, D., Yari, C, E., dan

Putra N, F. 2016).

II.1.5 Khasiat Dan Kegunaan

Kuersetin merupakan golongan senyawa flavonol yang paling

banyak di jumpai di alam dari pada jenis flavonoid yang lain.

Kuersetin terdapat dalam buah apel yang berfungsi sebagai

antioksidan dan anti aging (Pertiwi, R, D., Yari, C, E., dan Putra N, F.

2016).

II. 2 Ekstraksi

Ekstraksi adalah penyariangan zat yang berkhasiat atau zat aktif

dalam tanaman obat, hewan dan beberapa jenis biota laut.Zat-zat aktif ini

terdapat di dalam sel, namun sel tanaman dan hewanberbeda

ketebalannya pun berbeda, sehingga diperlukan metode ekstraksi dan

pelarut yang sesuai dalam mengekstraksi(Rusmiati. 2010).

II. 2. 1 Tujuan Ekstraksi

Untuk menarik kandungan kimiayang ada dalam simplisia,

proses ekstraksi ini didasari atasperpindahan berat komponen-

komponen zat padat pada simplisia kedalampelarut, setelah itu

pelarut menembus permukaan dinding sel,


kemudianberkontraksisehingga terjadilah perbedaan tekanan

diluar dan didalam sel pada simplisia (Rusmiati. 2010).

II. 2. 2 Macam-Macam Metode Ekstraksi

a. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan

menggunakan pelarut dengan beberapa kali percobaan atau

pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Secara

teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode

pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik

berarti dilakukan pengadukan yang kontinyu (terus-menerus).

Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan

pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan

seterusnya (Akhsani, L, W. 2017).

b. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi bagian pelarut yang selalu

baru sampai sempurna (exhaustive extration) yang umumnya

dilakukan pada temperatur ruangan. Proses ini terdiri dari

tahapan pengembanga bahan, tahap perkolasi sebenarnya

(penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai

diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan

(Akhsani, L, W. 2017).
c. Refluks

Refluks adalah cara ekstraksi dengan pelarut pada suhu

titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas

yang relative konstan dengan adanya pendingin balik agar

hasil penyarian lebih baik atau sempurna. Refluks umumnya

dilakukan berulang ulang (3 - 6 kali) terdapat residu pertama.

Cara ini memungkinkan terjadi penguraian senyawa yang tidak

tahan panas (Akhsani, L, W. 2017).

d. Soklehtasi

Soklehtasi adalah cara ekstraksi menggunakan pelarut

organik pada suhu didih dengan alat sokhlet. Pada sokhletasi,

simpisia dan ekstrak berada labu berbeda, pemanasan

mengakibatkan pelarut menguap dan uap masuk dalam labu

pendingin, hasil kondensasi jatuh bagian simplisia sehingga

ekstraksi berlangsung terus menerus dengan jumlah pelarut

relative konstan. Ekstraksi ini dikenal dengan ekstraksi yang

berkesinambungan (Akhsani, L, W. 2017).


II.2.3 Macam - Macam Ekstrak

Menurut Farmakope Indonesia edisi III Tahun 1979 dikenal

tiga macam ekstrak yaitu :

a) Ekstrak cair : adalah ekstrak yang diperoleh dari hasil

penyarian bahan alam masih mengandung larutan penyari.

b) Ekstrak kental : adalah ekstrak yang telah mengalami proses

penguapan, dan tidak mengandung cairan penyari lagi, tetapi

konsistensinya tetap cair pada suhu kamar.

c) Ekstrak kering : adalah ekstrak yang telah mengalami proses

penguapan dam tidak mengandung pelarut lagi dan mempunyai

konsistensi padat (berwujud kering) (Moenier, R.2013).

II. 3 Face Spray

Semprot atau Spray yaitu komposisi yang dikabutkan, terdiri dari

tetesan cairan berukuran kecil atau besar yang diterapkan melalui

aplikator aerosol atau pompa air (Akhsani, L, W. 2017).

II.3.1 Keuntungan dan kerugian face spray

Keuntungan dari sediaan spray yaitu tingkat kontaminasi

mikroba yang rendah, lebih praktis dalam penggunaannya dan

waktu kontak obat relatif lebih lama dibanding sediaan lainnya

(Akhsani, L, W. 2017).
II. 3. 2Uji Mutu Fisik Sediaan Face Spray

1. Pengamatan organoleptik

Pengamatan organoleptik terdiri atas pengamatan

warna, bau, dan bentuk sediaan.

2. Pengukuran derajat keasaman PH

Harga PH adalah harga yang ditunjukkan oleh PH meter

telah dibakukan dan mampu mengukur harga PH sampai

0,02 unit PH mennggunakan elektroda indicator yang peka

terhadap aktivitas ion hydrogen, elektroda kaca dan elektoda

pembanding yang sesuai seperti elektroda kalomel dan

elektroda perak-perak klorida. Pengukuran dilakukan pada

suhu ±25ºC. Kecuali dinyatakan lain dalam masing masing

monografi.

3. Pengukuran dan visikositas dan sifat air

Digunakan viskometer stormer (RHTech,

Jerman).Viskometer ini memugkinkan terbentuknya ruang

antara mangkuk dan rotor, serta dibiarkan hingga mencapai

keseimbangan temperatur. Beban dipasangkandi

penggantung, kemudian waktu yang diperlukan bagi rotor

untuk mencapai 100 kali putaran dicatat. Data ini kemudian

diubah ke dalam bentuk rpm, kemudian prosedur dilakukan

berulang. Reogram akan terbentuk, yakni plot rpm versus


beban yang ditambahkan. Dengan konstanta yang sesuai,

nilai rpm akan diubah menjadi laju geser yang sesungguhnya

dalam satuan satu per detik.

Pengukuran viskositas dilakukan pada minggu ke-0 dan

ke-8(Iswandana, R., dan KM Sihombing, L. 2017)

II.4 Uraian Stapylococcus aureus

II.4.1 Klasifikasi

KlasifikasiStaphylococcus aureus (Rosenbach 1884) yaitu:

Kingdom : Bacteria

Kerajaan : Eubacteria

Filum : Firmicutes

Kelas : Bacilli

Ordo : Bacillales

Famili : Staphylococcaceae

Genus : Staphylococcus

Spesies : S. aureus

Nama binomial : Staphylococcus aureus


II.4.2 Fisiologi

Stapylococcus aureus merupakan bakteri gram positif yang

berbentuk bulat dengan diameter 0,7 – 1,2 μm, yang hidup

berkelompok tidak beraturan seperti buah anggur, Fakultatif

anaerob,Tidak membentuk spora, Dan tidak bergerak. Bakteri ini

bisa tumbuh pada suhu optimum 37C, Tetapi bakteri ini dapat

membentuk pigmen lebih baik pada suhu kamar (20 - 25C).

Koloni saat perbenihan berbentuk padat berwarna abu-abu

sampai kuning keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol, dan

berkilau (Jawetz et al., 2008).

II.4.3 Patogenisitas

Staphylococcus aureus iyalah suatu bakteri pathogen yang

utama pada manusia. Hampir semua manusia di muka bumi ini

pernah mengalami infeksi yang disebabkan oleh bakteri

Staphylococcus aureus, menyebabkan infeksi yang cukup parah

dan beragam, mulai dari keracunan makana, sindroma syok toksik,

dan infeksi pada kulit baik itu ringan sampai berat yang mengancam

jiwa manusia(Kusuma, S. A. F, 2009).

Bakteri dari genus staphylococcus ini hidup pada kulit

manusia, saluran pernafasan, saluran pencernaan makanan dalam

keadaan flora normal.Bakrteri ini juga dapat ditemukan di udara dan


lingkungan sekitar.Stapyhlococcus aureus yang pathogen dapat

menyebabkan hemolisis, membentuk koagulase, dan mampu

meragikan manitol (Kusuma, S. A. F, 2009).

Infeksi yang ditimbulkan oleh Stapyhlococcus aureus ditandai

dengan adanya kerusakan jaringan yang diserati abses pada

kulit.Berikut ini beberapa penyakit infeksi yang di sebabkan bakteri

ini adalah bisul, jerawat, impetigo, dan infeksi luka.Infeksi yang lebih

berat diantaranya pneumonia, mastitis, plebitis, meningitis, infeksi

saluran kemih, osteomielitis, dan endokarditis(Kusuma, S. A. F,

2009).

II.5 Metode Pengujian Daya Hambat Antimikroba

Metode pengujian daya antimikroba bertujuan untuk

menentukankonsentrasi suatu zat antimikroba sehingga memeperoleh

suatu sustem pengobatanyang efektif dan efisien. Terdapat dua metode

untuk menguji daya antimikroba,yaitu dilusi dan difusi. metode difusidan

metode dilusi terbagi menjadi beberapa metode, yaitu:

1. Metode Difusi adalah pengukuran dan pengamatan diameter zona

bening yangterbentuk di sekitar cakram, dilakukan pengukuran setelah

didiamkan selama18-24 jam dan diukur menggunakan jangka sorong.


a. Metode disc diffusionatau metode Kirby Baure, metode ini

menggunakankertas cakram yang berisi zat antimikroba dan

diletakkan pada media agaryang telah ditanami bakteri uji.

b. Metode E-Test digunakan untuk menentukan KHM (Kadar

HambatMinimum), yaitu konsentrasi minimal zat antimikroba dalam

menghambatpertumbuhan bakteri uji. Metode ini menggunakan strip

plastik yang telahberisi zat antibakteri dan diletakkan pada media

agar.

c. Ditch plste technique, zat antimirkoba diletakkan pada parit yang

dibuatdengan cara memotong media agar dalam cawan petri pada

bagian tengahsecara membujur dan bakteri uji digoreskan ke arah

parit.

d. Cup-plate technique, metode ini hampir sama dengan metode

discdiffusion namun bedanya tidak menggunakan kertas. Pada

media agardibuat sumur, dan pada sumur tersebut diberi zat

antimikroba.

e. Gradient-plate technique, media agar dicairkan dan ditambahkan

larutanuji kemudian campuran tersebut dituangkan ke dalam cawan

petri dandiletakkan dalam posisi miring.

2. Metode Dilusi dibedakan mejadi dua, yaitu:

a. Metode Dilusi cair/broth dilution test, digunakan untuk mengukur

KHMdan KBM. Zat antimikroba diencerkan pada medium cair yang


telahditambhakan bakteri uji. Larutan antimikroba dengan kadar

terkecil danterlihat jernih ditetapkan sebagai KHM. KHM dikultur

ulang pada mediacair tanpa penambahan bakteri dan zat

antimirkoba, kemudian diinkubasiselama 18-24 jam. Media yang

tetap cair ditetapkan sebagai KBM.

b.Metode dilusi padat/solid dilution test, metode ini hampir sama

denganmetode dilusi cair, namun menggunakan media padat/solid.

Metode dilusipadat dapat menguji beberapa macambakteri dalam

satu konsentrasi zatantimikroba (Widyawati, A, A, 2017).


BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Jenis Dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini dilakukan secara experiment, Untuk menguji daya

hambat terhadap Stapylococcus aureus yang dilakukan di Laboratorium

Mikrobiologi Akademi Farmasi Yamasi Makassar.

III.2 Waktu Dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan di laksanakan pada bulan April– Juli 2019 yang

berlokasi di Laboratorium MikrobiologiAkademi Farmasi Yamasi

Makassar.

III.3 Alat, Bahan, Dan Hewan uji

1. Alat

Batang Pengaduk, Botol semprot, Bunsen, Cawan petri, Corong

gelas, Erlenmeyer, Gelas piala, Gelas ukur, Incubator, Jangka

sorong,Korek api, Labu erlenmeyer, Lampu spiritus, Ose bulat, Oven,

autoklaf, Penangas air, Pinset, Rak tabung, Tabung reaksi, Sendok

tanduk, Swab steril, Timbangan analitik.

2. Bahan
Pada penelitian ini di gunakan bahan yaitu, Aethanolum, Air suling,

Aluminium foil, Handscoon, Kapas, Kertas perkamen,

NutrienAgar(NA), Paper diskSediaan Face Spray dari Kulit Buah Apel

Fuji (Malus domestica).

3. Hewan uji

Bakteri Staphylococcus aureus.

III.4 Pengambilan Bahan Uji

Sediaan yang digunakan adalah Face Spray yang berbahan dasar

ekstrak etanol kulit apel fuji yang diperoleh dari daerah kota Makassar.

III.5 Metode Sterilisasi Alat

Sterilisasi Alat

Semua alat yang akan di gunakan diharuskan dalam keadaan steril

dengan melalui tahap sterilisasi yang bertujuan untuk mematikan seluruh

kehidupan mikroorganisme yang terdapat pada alat yang akan di

gunakan nantinya. Alat yang berupa ose di sterilkan dengan cara

pemijaran di atas api spiritus, sedangkan alat di cuci dengan sabun,

kemudian di bungkus dengan kertas, untuk yang berupa gelas ukur atau

berskala seperti Erlenmeyer, gelas ukur, tabung reaksi di sterilkan

menggunakan autoklaf dengan suhu 121C selama 15 menit, Adapun

alat-alat yang khusus gelas yang tidakberskala seperti cawan petri,


batang pengaduk, dan pinset di sterilkan dalam oven dengan suhu 180C

selama 2 jam.

Peralatan yang telah disterilkan diangkat atau di pindahkan di

tempat penyimpanan yang steril setelah selesai, lalu peralatan siap di

gunakan pada pengujian daya hambat sediaan face spray ekstrak etanol

kulit buah apel fuji terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

III.6 Prosedur

III.6.1 Pembuatan Ekstrak Kulit Buah Apel Fuji (Malus pumila Mill)

Ekstrak etanol kulit buah apel yang diharapkan merupakan

ekstrak kental.Ditimbang serbuk simplisia sebanyak 500 gram,

kemudian dimasukkan ke dalam bejana.Selanjutnya, ditambahkan

pelarut etanol sampai serbuk simplisia terendam seluruhnya.

Wadah bejana tersebut kemudian ditutup, dan dilakukan maserasi

selama 2-3 jam sambil sesekali diaduk.Ekstrak yang telah

diekstraksi, kemudian didiamkan selama 24 jam.Hasil maserasi

kemudian disaring sampai didapatkan filtrat.Filtrat yang terdapat

kemudian disaring kembali dengan menggunakan kertas

saring.Selanjutnya, kembali dimaserasi kembali sampai warna

tampak lebih pucat. Filtrat yang didapatkan kemudian diuapkan

pelarutnya dengan menggunakan vacum rotary evaporator (Buchi,

Jerman) sampai didapatkan ekstrak kental (Departemen


Kesehatan Republik Indonesia, 2000). Seluruh proses ekstraksi

dilakukan pada suhu ruang.

III.6.2 Pembuatan Face Spray

Formulasi Face Spray Ekstrak Kulit Buah Apel Fuji

Tabel 1.1 Rancangan formulasi face spray ekstrak kulit buah apel

fuji(Malus pumila Mill).

Konsentrasi (%)
1 2
No. Nama bahan 5 10
1. Ekstrak etanol kulit buah apel 0,05 0,05
2. Menthol 20 20
3. Etanol ad 100 ad 100
4. Ad aquadest

Cara Pembuatan :

Pada tahap pertama, Pada wadah terpisah, ekstrak etanol

Kulit Buah Apel dilarutkan secukupnya ke dalam etanol (campuran

A). Larutkan menthol dengan etanol hingga larut, (campuran B).

Campuran Adan campuran B dicampurkan dan diaduk hingga

homogen lalu ditambahkan propilenglikol.Keduanya dihomogenkan

hingga benar-benar bercampur. Kemudian dicukupkan dengan

aquadest.
III.6.3 Pembuatan Media (NA)

Bahan – bahan yang di gunakan dalam pembuatan media NA

(Natrium Agar) yaitu :

Komposisi : Tiap 1.000 ml mengandung :

Pepton from meat : 5 gram

Meat extract : 3 gram

Agar : 5 gram

Cara Pembuatan :

Ditimbang media NA 2 gram, Kemudian dilarutkan dengan

100 ml aqua dest. Lalu didihkan sampai larut kemudian disterilkan di

autoklaf pada suhu 121C selama 15 menit.

III.6.4 Uji Peremajaan Bakteri

Staphylococcus aureus di ambil 1 ose di inokulasi dengan

cara digoreskan pada medium NA dan di inkubasikan pada suhu

37C selama 1x24 jam sehingga diperoleh biakan murni

Staphylococcus aureus, kemudian di suspensikan dengan NaCl

0,9% steril.

III.6.5Pengujian Daya Hambat

Disiapkan media NA steril kemudian didinginkan hingga suhu

sekitar 45C lalu di tuang secara aseptis ke dalam cawan petri steril
sebanyak 20 ml di biarkan memadat, setelah itu disuspensikan

bakteri uji dengan cara di goreskan pada media NA tadi.

Disiapkan paper disk yang akan direndam kedalam bahan

yang akan diuji yaitu kontrol negatif, dengan konsentrasi5% b/v,dan

10% b/v, Serta kontrol negatif basis Face Spray, Setelah di rendam

selama 15 sampai 30 menit kemudian paper disk di letakan ke

dalam cawan petri yang telah berisi media NA dan bakteri,

Kemudian diinkubasikan pada suhu 37C selama 1x24 jam.

III.7 Pengamatan Dan Pengukuran Diameter Hambatan

Pengamatan dan pengukuran diameter hambatan dilakukan dengan

menggunakan jangka sorong setelah di inkubasikan selama 1x24 jam.

III.8 Pembahasan Dan Kesimpulan

Pembahasan dan kesimpulan di buat berdasarkan data yang

diperoleh nanti dari hasil pengukuran.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Penelitian

Tabel 1. Data hasil pengukuran diameter zona hambat Sediaan

Face Spray Kulit Buah Apel Fuji (Malus pumila Mill) terhadap

pertumbuhan Staphylococcus aureus.

Diameter Zona Hambat


Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Perlakuan Rata – rata (mm)
(mm) (mm) (mm)
5% 5 5 5 5
10% 8 7 7 7,33
Kontrol (-) - - - -

Keterangan

Kontrol Negatif : Menthol : 0,05

Etanol : 20

Aquadest : ad 100
IV.2 Pembahasan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya

suatu daya hambat dari Sediaan Face Spray Ekstrak Etanol Kulit Buah

Apel Fuji (malus pumila Mill) terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureusdengan cara melihat zona hambatan pada bahan

yang di ujikan.

Pada penelitian ini pertama - tama dilakukannya pembuatan

Ekstrak Kulit Buah Apel Fuji (Malus pumila Mill) dengan menggunakan

metode maserasi dengan pelarut yang digunakan etanol 96%.

Kemudian ekstrak cair yang di peroleh di lanjutkan penguapan dengan

hair dryer sampai menghasilkan Ekstrak Kental Kulit Buah Apel Fuji

(Malus pumila Mill). Kemudian ekstrak kental yang telah di peroleh di

buatSediaan Face Spray dengan konsentrasi 5% dan 10%.

Dilakukanlah penelitian uji daya hambat dengan menggunakan

bakteri Staphylococcus aureus. Dalam penelitian ini di gunakan 3 cawan

petri yang berisi Nutrien Agar (Medium NA) untuk mengetahui zona

hambat kulit buah apel fuji (Malus pumila Mill) terhadap Staphylococcus

aureus. Dalam satu buah cawan petri di masukkan 3 paper disk yang

berisi Sedian Face Spray Ekstrak Etanol Kulit Buah Apel Fuji (Malus

pumila Mill) dengan konsentrasi 5%, 10%, dan kontrol negative (-)

bahan dasar Sediaan Face Spray.


Dari hasil masing – masing diameter zona hambat yang di

perolehcawan petri pertama, kedua, dan ketiga padakonsentrasi 5%

diperoleh zona hambat yaitu 5 mm dengan hasil rata – rata 5 mm,

sedangkan pada konsetrasi 10% cawan petri pertama diperoleh zona

hambat yaitu 8 mm, dan padacawan petri kedua dan ketiga diperoleh

zona hambat yaitu 7 mm dengan hasil rata – rata konsentrasi 10% yaitu

7,33 mm. Hal ini membuktikan bahwa Sediaan Face Spray Ekstrak

Etanol Kulit Buah Apel dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureusdengan terdapatnya zona hambatan yang terlihat

berwarna bening pada sekitar paper disk dengan diameter yang

berbeda pada masing – masing konsentrasi dalam paper disk,

sedangkan kontrol negatif dari bahan dasar Sediaan Face Spray tidak

terdapat zona hambatan pada sekitar paper disk.

Pada penelitian ini tidak didapatkan kesalahan dalam proses

penelitian, hal ini disebabkan karena bahan yang digunakan serta

prosedur kerja yang dilakukan sudah sesuai dengan ketetapan yang

berlaku.
BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Berasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat

di simpulkan bahwa :

1. Sediaan Face Spray Kulit Buah Apel Fuji (Malus pumila Mill) dapat

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

2. Konsentrasi yang efektif menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureusyaitu pada konsentrasi tertinggi 10% dengan

zona hambat rata – rata 7,33 mm.

V.2 Saran

Pada hasil penelitian yang telah dilakukan maka disarankan untuk

lebih lanjut melakukan pengujian penelitian khususnya terhadap Sediaan

Face Spray Ekstrak Kulit Buah Apel Fuji (Malus pumila Mill) ataupun

sediaan atau ekstrak yang lain terhadap bakteri yang sama ataupun yang

lain, yang dapat bermanfaat baik itu di bidang pendidikan ataupun

penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Akhsani, L, W. 2017. Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik-Kimia Sediaan Spray


Gel Etil P-Metoksisinamat Dari Rimpang Kencur (Kaemferia Galanga
Linn) Dan Menthol. Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program
Study Farmasi, Jakarta.
Apriani, D., Amaliawati, N., Kurniati, E. 2014.,Efektivitas Berbagai
Konsentrasi Infusa Daun Salam (Eugenia polyantha Wight) terhadap
Daya Antibakteri Staphylococcus aureus Secara In Vitro.
Yogyakarta :Jurusan AnalisKesehatan Poltekkes Kemenkes.
Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum EkstrakTumbuhan Obat. Edisi I.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan.DirektoratPengawasan Obat Tradisional. Jakarta.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia,Jakarta.

Iswandana, R., dan KM Sihombing, L. 2017. Formulasi, Uji Stabilitas Fisik,


dan Uji Aktivitas Secara In Vitro Sediaan Spray Antibau Kaki yang
Mengandung Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L.). PharmSciRes
Vol. 4 No. 3)
Its, Go. 2011. Lintegrate Taxonomic Information System. Taxonomic Serial
No. 25262
Jannata,R.H., Gunadi,A. dan Ermawati,T, 2014. Daya Antibakteri Ekstrak
Kulit Apel Manalagi (Malus sylvestris Mill.) Terhadap Pertumbuhan
Streptococcus mutans (Antibacterial Activity of Manalagi Apple Peel
(Malus sylvestris Mill.) Extract on The Growth of Streptococcus
mutans).Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember (UNEJ)Jln.
Kalimantan 37, Jember.
Jawetz, E., Melnick, J. L., Adelberg, E. A., 2001, Mikrobiologi Kedokteran,
Edisi XXII, Diterjemahkan Oleh Bagian Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga, 205-209, Penerbit Salemba Medika,
Jakarta.
Jawetz, Melnick., dan Adelberg’s. 2008. Mikrobiologi Kedokteran.
SalembaMedika. Jakarta.
Kusuma, S. A. F. 2009. Staphylococcus aureus.MAKALAH. FARMASI
UNPAD.
Moenier, R.2013. Laporan Penguapan Daun Awar-Awar. Universitas Muslim
Indonesia, Makassar
Nurcahyati, Erna. 2014. Khasiat & Manfaat Dahsyatnya Kulit Apel. Surabaya:
Healthy Books.
Pertiwi, R, D., Yari, C, E., dan Putra N, F. 2016.Uji Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Etanol Limbah Kulit Buah Apel (Malus Domestica Borkh.)
Terhadap Radikal Bebas Dpph (2,2-Diphenyl-1-
Picrylhydrazil).Akademi Farmasi Hang Tuah, Jakarta
Rosenbach, F, G. 1884, Mikro-Organismen bei den Wund-infections-
Krankheiten des Menschen, Wiesbaden, J. F. Bergmann.
Rusmiati. 2010, Pengaruh Metode Ekstraksi Terhadap Aktivitas Antimikroba
Ekstrak Metanol Daun Mimba (Azadirachta Indica Juss), Fakultas Ilmu
Kesehatan Uin Alauddin, Makassar.
Soelarso, B. 1997.Budidaya apel.Yogyakarta : Kanisius.

Surjowardojo, P., Susilorini, T. E., dan Panjaitan, A.A, 2015.Daya Hambat


Jus Kulit Apel Manalagi (Malus Sylvestris Mill.) Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dan Escherichia Coli
Penyebab Mastitis Pada Sapi Perah.Fakultas Peternakan,Universitas
Brawijaya Malang.
Widyawati, A, A, 2017. Uji Daya Antimikroba Berbagai Konsentrasi Ekstrak
Daun Dan Buah Tamarindus Indica Terhadap Diameter Zona Hambat
Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus.Fakultas Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Malang.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar : Skema Kerja


Premajaan
Kultur Murni Bakteri
P Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus
(Medium NA)

Suspensi

Staphylococcus aureus

(Pengujian Daya Hambat)

Sediaan Face Spray


Ekstrak Kulit Apel
dengan Konsentrasi
Medium
10%, 20%, dan 30%

5% b/v 10% b/v

Kontrol negatif(Basis
Face Spray)

Di Inkubasi pada suhu 37C selama 1x24 jam

Pengukuran Zona Hambat

Pembahasan dan Kesimulan

Skema kerja (Uji Daya Hambat Sediaan Face Spray Ekstrak Etanol Kulit
Buah Apel Fuji (Malus pumila mill)Terhadap Staphylococcus aureus.
Perhitungan bahan

5%
a. Ekstrak etano = 100 % x 100 ml=5 gram

10 %
. x 100 ml=10 gram
100 %

0,05 %
b. Menthol =
100 %
x 100 ml=0,05 gram

20 %
c. Etanol =
100 %
x 100 ml=20 gram

d. Aqudestillata ad 100 ml
Lampiran 2. Gambar 1 :Tanaman Buah Apel Fuji

Gambar 2 : Buah Apel Fuji yang ada di pasaran

Lampiran 3.

Gambar 1 : Alat – alat yang di gunakan

Oven Inkubator Laf Autoklaf


Gambar 2 : Kegiatan penelitian

Penuangan Medium Na Pengambilan BakteriStaphylococcus


aureus

Biakan BakteriStaphylococcus Perendaman Paper Disk Dalam aureus


SediaanFace Spray Kulit Buah Apel
Fuji Konsentrasi 5%, 10%, Dan Basis
Face Spray (Kontrol negatif)

Cawan Petri Yang Siap Di Inkubasi


Gambar 3 : Hasil penelitian

Cawan petri 1 Cawan petri 2


Cawan Petri 3

Uji Daya Hambat Sediaan Face Spray Ekstrak Etanol Kulit Buah Apel

Fuji (Malus pumila Mill) Terhadap Staphylococcus Aureus

8
Diameter Zona Hambat (mm)

5 Konsentrasi 5%
Konsentrasi 10%
4

0
PERLAKUAN

Gambar Grafik : Data hasil pengujian.

Anda mungkin juga menyukai