Anda di halaman 1dari 73

KARYA TULIS ILMIAH

UJI EFEK ANTIDIABETIK EKSTRAK ETANOL BATANG


GALING (Cayratia trifolia L. Domin) PADA MENCIT JANTAN
(Mus musculus) YANG DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN

Oleh :

CITRA DEWI ABDULLAH

F.13.022

PROGRAM STUDI DIPLOMA-III FARMASI

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

KENDARI

2016
UJI EFEK ANTIDIABETIK EKSTRAK ETANOL BATANG
GALING (Cayratia trifolia L. Domin) PADA HEWAN UJI MENCIT
JANTAN YANG DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat


Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi
pada Program Studi D-III Farmasi
Akademi Farmasi Bina Husada Kendari

Oleh :

CITRA DEWI ABDULLAH


F.13.022

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
KENDARI
2016
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui Karya Tulis Ilmiah

Saya, dengan judul:

UJI EFEK ANTIDIABETIK EKSTRAK ETANOL BATANG GALING


(Cayratia trifolia L. Domin) PADA HEWAN UJI MENCIT JANTAN YANG
DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN

Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di Internet atau media lain yaitu Digital

Library Perpustakaan Akademi Farmasi Bina Husada Kendari untuk kepentingan

akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan

sebenarnya.

Kendari, 04 Agustus 2016

CITRA DEWI ABDULLAH


F.13.022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil alamin puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT, karena atas limpahan rahmat dan karuniah-Nya, sehingga penulisan karya tulis

ilmiah (KTI) yang berjudul “UJI EFEK ANTIDIABETIK EKSTRAK ETANOL

BATANG GALING (Cayratia trifolia L. Domin) PADA HEWAN UJI MENCIT

JANTAN YANG DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN” dapat terselesaikan untuk

memenuhi salah satu syarat sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan program

pendidikan Ahli Madya Farmasi di Akademi Farmasi Bina Husada Kendari. Berbagai

hambatan kesulitan yang dialami dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, namun atas

dorongan dan kemauan yang keras penulis terutama adanya bantuan dari berbagai

pihak sehingga penulisan karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada

waktunya.

Ucapan terima kasih untuk kedua orang tuaku Abdullah dan Linda,

terimakasih yang setulusnya atas Do’a, perhatian, bantuan materi serta dorongan

moril yang tak henti-hentinya sehingga Karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan.
Serta dengan selesainya Karya tulis ilmiah ini, penulis mengucapkan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Muh. Ilyas Yusuf, S.Farm., M.Imun.,

Apt sebagai pembimbing I, dan Bapak Muh. Syaiful Saehu., ST., M.Si sebagai

pembimbing II, yang telah banyak memberikan pengarahan dan keikhlasannya dalam

penyusunan Karya tulis ilmiah ini. Melalui kesempatan ini penulis juga mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Bapak Kemal Idris Balaka., SH., MH selaku Ketua Yayasan Bina Husada

Kendari

2. Bapak Muh. Syaiful Saehu, ST., M.Si selaku Direktur Akademi Farmasi Bina

Husada Kendari.

3. Bapak Muh. Ilyas Yusuf, S.Farm., M.Imun., Apt selaku Wakil Direktur I

Akademi Farmasi Bina Husada Kendari.

4. Ibu Hasnawati, S.Si., M.Sc selaku Wakil Direktur II Akademi Farmasi Bina

Husada Kendari.

5. Ibu Nirwati Rusli, S.Si., M.Sc., Apt selaku Ketua Program Studi Diploma III

Farmasi Akademi Farmasi Bina Husada Kendari.

6. Bapak Muh. Syaiful Saehu, ST., M.Si. selaku Penasehat Akademik penulis

7. Seluruh dosen dan staf Laboratorium Farmakologi Bina Husada Kendari

khususnya kak Fachriansyah, Kak Kadek, kak fahrun, Kak Dani,

8. Adik beserta Sepupu dan sahabatku Ros Diana Abdullah, Jumbriani Rizky, Muh.

Ibnu, Rizky Lestari, Anawulan, Ircha Hirseza, Sri safitry tambunga, Lidya, Hadria
Bahri, Sajada yosida, Mursalim, iensyam dan yang terspesial Uchok panggabean

yang selalu memberi saya candaan dan semangat dalam menyelesaikan hasil

karya tulis ilmiah saya.

9. Teman seperjuangan selama 3 tahun di Farmasi Ayu Marcellinda, Andi Mona

fatirah s, Ardi mardani, Asti wijayanti, Anggi febryanti, Eky wahyudi dan teman-

teman kls A lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu

10. Teman-teman Akademi Farmasi Bina Husada Kendari angkatan 2013 senasib dan

seperjuangan.

Penulis sadar bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih terdapat

banyak kekeliruan dan kesalahan yang disebabkan oleh keterbatasan dari segi

pengetahuan, tenaga maupun materi.

Oleh karena itu pendapat, saran dan kritik sangat diharapkan dari semua pihak

demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Kendari, 04 Agustus 2016

Penulis
INTISARI

CITRA DEWI ABDULLAH “Uji efek antidiabetik ekstrak batang galing (Cayratia
trifolia L. Domin) pada mencit jantan (Mus musculus) yang diinduksi dengan Stz
(Streptozotocin)” dibawah bimbingan Muh. Ilyas Yusuf dan Muh. Syaiful Saehu.
Batang galing (Cayratia trifolia L. Domin) adalah salah satu tanaman
berkhasiat sebagai antidiabetik dimana kandungan kimia batang galing yang
berpotensi sebagai antidiabetik antara lain flavanoid yang berfungsimenghambat
Enzim glukosidase dan alfa amilase sehingga pemecahan karbohidrat menjadi
monosakarida menjadi gagal dan glukosa tidak dapat diserap oleh usus. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak batang galing terhadap antidiabetik pada
mencit jantan (mus musculus) yang diinduksi dengan Streptozotocin.
Penelitian ini merupakan penelitian Eksperimen dengan menggunakan metode
RAL (Rancangan Acak Lengkap) dimana digunakan sebanyak 15 ekor mencit dibuat
diabetes dengan menggunakan Streptozotocin 150 mg/kgBB secara intraperitonial.
Kemudian dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan, yaitu: Ekstrak dosis 300 mg/gBB,
400 mg/gBB, 500 mg/gBB, sebagai kontrol positif Glibenclamid 5mg, kontrol negatif
Na.cmc 0,5%. Data yang diperoleh dianalisis uji ANOVA SPSS.
Hasil analisis statistic menunjukan pada konsentrasi ekstrak 400 mg/gBB
memberikan efek yang signifikan dengan perlakuan control positif (Glibenclamid).

Kata Kunci : Ekstrak etanol batang galing, antidiabetik, streptozotocin, Mus


musculus, kadar glukosa
ABSTRAC

CITRA DEWI ABDULLAH "Test antidiabetic effect extract galing stem (Cayratia
trifolia L. Domin) in male mice (Mus musculus) induced by Stz (Streptozotocin)"
under the guidance of Muh. Ilyas Yusuf and Muh. Syaiful Saehu.
Galing stem (Cayratia trifolia L. Domin) is one plant useful as antidiabetic
where thr chemical content as a potential galing stem antidiabetic include flavonoids
which serves to inhibit glucosidase and alpha-amylase enzymes that breakdown of
carbohydrates into monosaccharides being a failure and glucose can not be absorbed
by the intestine , This study aims to determine the effect of the antidiabetic galing
stem extract on male mice (Mus musculus) induced by Streptozotocin.
This research is experiment using RAL (Complete Random Design) which is
used as many as 15 mice were made diabetic by using Streptozotocin 150 mg / kg
intraperitoneally. Then divided into 4 groups, namely: Extractdose of 300 mg / gBW,
400 mg / gBW, 500 mg / gBW, as glibenclamide 5 mg positive control, negative
control Na.cmc 0.5%. Data were analyzed ANOVA SPSS.
Results of statistical analysis showed the extract concentration of 400 mg /
gBW give a significant effect with the positive control treatment (Glibenclamide).

Keywords: The ethanol extract galing stem, antidiabetic, streptozotocin, Mus


musculus, glucose
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL DEPAN............................................................................. i

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ ii


HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KAYA ILMIAH ............................ iii

HALAMAN PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH .....................................iv

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ v

KATA PENGANTAR ............................................................................................vi

INTISARI .............................................................................................................. ix

ABSTRACT ............................................................................................................ x

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 5
E. Hipotesis................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Jambu Mete (Anacardium Occidentale L)................. 6


B. Diabetes Melitus.................................................................................... 8
C. Hewan Uji ................... .................................................................... ...19
D. Metode Ekstraksi ................................................................................. 21

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .................................................................................... 27


B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. 27
C. Populasi dan Sampel ........................................................................... 27
D. Variabel Penelitian .............................................................................. 27
E. Definisi Operasional............................................................................ 28
F. Kerangka Konseptual .......................................................................... 28
G. Alat dan Bahan Penelitian ................................................................... 28
H. Prosedur Penelitian.............................................................................. 30
I. Diagram Alir ....................................................................................... 35
J. Analisis Data ....................................................................................... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ................................................................................... 37


B. Pembahasan ......................................................................................... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ......................................................................................... 46
B. Saran .................................................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Hasil Pengukuran kadar gula darah ......................................................... 37

Tabel 2. Hasil Rata-rata Pengukuran kadar gula darah .......................................... 38


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 1. Tumbuhan Galing .................................................................................. 7
Gambar 2. Kerangka Konseptual........................................................................... 28
Gambar 3. Diagram Alir ....................................................................................... 35
Gambar 4. Grafik Rata-rata.................................................................................... 39
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
Lampiran 1. Hasil Penelitian................ ..................................................................49
Lampiran 2. Perhitungan bahan . ............................................................................50
Lampiran 3. Dokumentasi penelitian ......... ............................................................51
Lampiran 5. Laporan Hasil Uji ..................... .........................................................52
Lampiran 6. Surat Keterangan Penelitian...............................................................53
Lampiran 7. Tabel Distributif F..............................................................................54
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia kronis yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,

defek kinerja insulin, atau kedua-duanya (American Diabetes Association,

2008), juga dapat disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan

hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal,

saraf, pembuluh darah (Arif et al., 2001).

Menurut WHO (2011), jumlah penderita Diabetes mellitus di

Indonesia menduduki rengking ke 4 terbesar di dunia setelah Amerika serikat,

India dan Cina. WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang

diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang. WHO memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000

menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 senada dengan WHO, Internasional

Diabetes Federatioan (IDF). Pada tahun 2009 memprediksi kenaikan jumlah

penyandang DM dari 7,0 juta pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun

2030, meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan keduanya


menunjukan adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali

lipat pada tahun 2030 (PERKENI,2011)

Berdasarkan data Riskerdas 2007, angka prevalensi diabetes mellitus

(DM) pada penduduk usia 15 tahun ke atas yang tinggal di daerah perkotaan

di Indonesia adalah 5,7 %. Diabetes mellitus yang paling banyak di temukan

di Indonesi adalah Diabetes mellitus Tipe II (DM Tipe II) (Soegondo, 2002).

Penderita Diabetes mellitus Tipe II mencapai 90-95% dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan et al., 2011).

Sejauh ini tindakan yang dilakukan untuk menangani DM adalah

konsumsi diet dengan komposisi seimbang berupa karbohidrat (60-70%),

protein (10-15%), dan lemak (20-25%). Kalori disesuaikan dengan

pertumbuhan, status gizi, usia, stress, dan kegiatan jasmani untuk mencapai

berat badan ideal (Arif et al., 2001). Jika dengan pengaturan diet (minimal

selama 3 bulan) dan kegiatan jasmani teratur kadar glukosa darah masih

belum baik maka dapat dipertimbangkan pemakaian obat antidiabetika oral

(Tjay dan Rahardja, 2007).

Alternatif lain untuk mengatasi Diabetes mellitus adalah bahan alam

atau obat tradisional, WHO merekomendasi penanggulangan obat tradisional

termaksut herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahaan dan

pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis, WHO juga mendukung

upaya-upaya dalam peningkatan keamanan dan khasiat dari obat tradisional


(WHO, 2003) penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman

dari pada obat sintetik. Hal ini disebabkan karena obat tradisional memiliki

efek samping yang relatif lebih sedikit dari pada obat moderen. Beberapa

tanaman yang biasa digunakan sebagai obat diabetes mellitus adalah biji

alpukat, mahkota dewa, buah naga, jambu biji, pare, dan tanaman seledri.

(Yunita, 2013) Salah satu jenis tanaman yang juga berpotensi menurunkan

kadar gula darah adalah tumbuhan Galing (Cayratia trifolia L.Domin).

(Ojewole.JA 2002).

Telah dilaporkan tumbuhan Galing (Cayratia trifolia L. Domin)

mengandung sejumlah besar senyawa bioaktif seperti kuning lilin minyak,

steroid, terpenoid, flavonoid dan tanin (Kumar, 2012). Tumbuhan ini

dilaporkan menunjukkan efek antifungi, antiprotozoa, antiviral, hipoglikemik,

antikanker, antiinflamasi dan diuretik (Ragasa dkk, 2014), pada batang

Cayratia trifolia L. Domin mengandung alkaloid, flavonoid, senyawa fenolik,

asam amino, protein, karbohidrat, kardioglikosid, saponin, terpenoid dan

steroid (Sowmya dkk, 2015). Flavonoid inilah yang diduga sebagai agen

antidiabetes. Flavonoid adalah senyawa organik alami yang ada pada

tumbuhan secara umum. Flavonoid alami banyak memainkan peran penting

dalam pencegahan diabetes dan komplikasinya (Jack, 2012). Berdasarkan

studi yang dilakukan oleh Shikha Batra dkk,(2013) terhadap akar Cayratia
trifolia L.Domin dengan dosis 200 mg/kg BB dan 400 mg/kg BB secara

signifikan menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih (Antidiabetik).

Berdasarkan uraian diatas,maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian lanjut tentang efek Antidiabetik dari ekstrak batang Galing

(Cayratia trifolia L. Domin) terhadap hewan coba mencit jantan (Mus

musculus) dengan judul “UJI EFEK ANTIDIABETIK EKSTRAK BATANG

GALING (Cayratia trifolia L. Domin) PADA MENCIT JANTAN (Mus

musculus) YANG DI INDUKSI STZ(Streptozotocin)”

B. Rumusan Masalah

Apakah ekstrak etanol batang galing (Cayratia trifolia L. Domin)

memiliki efek antidiabetik pada mencit (Mus musculus) yang diinduksi STZ

(streptozotocin)

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui efek antidiabetik ekstrak etanol batang galing

(Cayratia trifolia L. Domin) terhadap mencit (Mus musculus) setelah di

induksi STZ (Streptozotocin)

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui efek kadar glukosa darah yang di induksi STZ

(Streptozotocin) setelah pemberian ekstrak batang galing (Cayratia

trifolia L. Domin) dengan berbagai macam konsentrasi


b. Untuk mengetahui konsentrasi yang efektif dari ekstrak batang galing

(Cayratia trifolia L. Domin) dalam menurunkan kadar gula dalam

darah pada mencit (Mus musculus) yang di induksi STZ

(Streptozotocin)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

a. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai antidiabetik

ekstrak batang galing (Cayratiamtrifolia L. Domin)

b. Sebagai informasi dan bahan referensi bagi peneliti lain mengenai efek

antidiabetik ekstrak batang galing (Cayratia trifolia L. Domin)

c. Sebagai bahan baku obat antidiabetik ekstrak batang galling (Cayratia

trifolia L. Domin)

E. Hipotesis

Ekstrak batang galing (Cayratia trifolia L. Domin) dapat memberikan

efek Antidiabetik terhadap glukosa dalam darah yang di induksi dengan STZ

(streptozotosin) terhadap mencit (Mus musculus).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Galing (Cayratia trifolia L. Domin)

1. Klasifikasi

Menurut Kumar (Kumar dkk, 2012) klasifikasi dari tumbuhan Galing

(Cayratia trifolia L. Domin) adalah sebagai berikut:

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Vitales

Famili : Vitaceae

Genus : Cayratia

Spesies : Cayratia trifolia L. Domin

2. Nama Lain

Tumbuhan Galing (Cayratia trifolia L. Domin) merupakan tumbuhan

asli yang berasal India, Asia dan Australia. Di wilayah Inggris ummumnya

dikenal dengan nama fox grape, di wilayah India dikenal dengan nama

Amabel dan Ramchana (Kumar dkk, 2012). Diwilaya Indonesia dikenal

dengan nama galing, yang telah di identifikasi menggunakan buku flora of


java volume I, II, III (spermatophyta Only) Backer dan Bathuizen Van de

Brink (1963, 1965, 2968) (Restu dkk, 2010)

3. Marfologi

Tumbuhan galing (Cayratia trifolia L. Domin) merupakan tanaman

yang berasal dari family vitaceae umumnya dikenal sebagai fox grape.

Tanaman ini biasanya ditemukan di dataran rendah baik di daerah tropis

maupun subtropics di kawasan Asia, India, dan Australia. Tumbuhan galing

(Cayratia trifolia L. Domin) merupakan jenis tanaman herba lemah.

Tumbuhan galing (Cayratia trifolia L. Domin) Daun terdiri dari 3 selebaran

berwarna hijau, berbentuk bulat telur, bagian tepinya bergerigi kasar.

Tumbuhan ini memiliki sulur. Buah berbentuk agak bulat dan berwarna

hijau ketika masih muda, ketika matang warnanya menjadi agak

kehitaman(Ongi, 2011). Buah berdaging, ungu gelap atau hitam, hampir

bulat dengan diameter sekitar 1 cm (Kumar dkk., 2012).

(Gambar 1.1 Tumbuhan Galing (Cayratia trifolia L. Domin)


4. Kandungan

Mengandung kuning lilin minyak, steroid, terpenoid, flavonoid dan

tanin oleh skrining fitokimia pendahuluan. Daunnya mengandung stilbenes,

piceid, reveratrol, viniferin dan ampelopsin. Batang, daun dan akar

dilaporkan memiliki asam hidrosianat dan delphinidin. Beberapa flavonoid

seperti cyanidin dilaporkan dalam daun galing (Cayratia trifolia L. Domin)

(Perumal PC, 2012)

5. Khasiat

Seluruh tanaman dapat digunakan sebagai pengobatan dalam tumor,

neuralgia, diuretika, (Gupta dan Sharma, 2012).). Tanaman galing (Cayratia

trifolia L. Domin) berkhasiat sebagai anti bakteri, anti virus, anti protozoa,

anti bakteri, anti kanker, antioksidan dan hipoglikemik (Gupta AK, Oje

Wole JA 2007 )

B. Diabetes Melitus

1. Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan sindrom metabolik paling umun di

seluruh dunia dengan angka kejadian 1-8%. Penyakit ini muncul ketika

insulin tidak cukup di produksi atau insulin tidak dapat berfungsi dengan

baik. Diabetes ditandai dengan hiperglikemi (elevasi kadar glukosa darah)

yang menyebabkan berbagai gangguan metabolik jangka pendek dalam

metabolisme lemak dan protein dan jangka panjang menyebabkan


perubahan aliran kadar yang irreversibel. Manifestasi jangka panjang dari

diabetes adalah dapat menyebabkan beberapa komplikasi mikrovaskuler

maupun makrovaskuler (Brahmachari, 2011).

2. Klasifikasi

Ada beberapa Tipe Diabetes mellitus yang berbeda, penyakit ini dibedakan

berdasarkan penyebab, perjalanan klinik dan terapinya. Klasifikasi diabetes

yang utama adalah (Smeltzer, 2001) :

a. Diabetes Mellitus tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus

(IDDM) Diabetes Mellitus tipe 1 ini terdapat ketidak mampuan

untuk menghasilakn insulin karena sel-sel beta pangkreas telah

dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat

produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu, glukosa

yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun

tetap berada dalam darah dan menimbulkan Heperglikemia postprandial

(Sesudah makan). (Wahyu putry, 2013)

b. Diabetes Mellitus tipe 2 atau Non-Insulin-Dependent Diabetes

Diabetes mellitus Tipe II merupakan gangguan insulin yang

berbeda dengan Diabetes mellitus Tipe I. Khusus DM Tipe II terdapat

lebih dari 90% kasus di seluru dunia di bandingkan dengan DM tipe I.

Diabetes mellitus Tipe II biasanya menyerang orang berusia 40 tahun

dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan


semestinya, dikenal juga dengan istilah (NIDDM) hal ini dikarenakan

berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin,

resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sel

dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya

kadar insulin di dalam darah. Obesitas sering di kaitkan dengan.

Penyakit ini sekitar 80% pasien DM tipe II mengalami obesitas karena

obesitas berkaitan dengan resistensi Insulin. Penyakit diabetes mellitus

Tipe II ini dapat dikendalikan dengan diet, olah raga, atau obat

antidibetes (Wahyu putry, 2013)

c. Diabetes Mellitus Gestasional

GDM di definisikan sebagai intoleransi glukosa yang pertama diakui

selama kehamilan. GDM mempersulit sekitar 7% dari seluruh

kehamilan (Dipro, 2005) Hiperkalemia terjadi selama masa

kehamilan karena sekresi dari hormon plasenta sehingga

menyebabkan resistensi insulin. Diabetes gestasional terjadi pada

14% dari semua wanita hamil dan meningkat resikonya pada mereka

yang memiliki masalah hipertensi dalam kehamilan (Smeltzer, 2001)

3. Gejala

Gejala-gejala diabetes mellitus terdiri dari poliuri ( banyak kencing ),

polidipsi ( banyak minum) dan folipagi ( banayk makan ). Poliuri berkaitan

dengan kadar gula yang tinggi diatas 160-180 mg/dl maka glukosa akan
sampai ke urine tetapi jika tambah tinggi lagi , ginjal akan membuang air

tambahan untuk untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang.

Polidipsi adalah gejala yang di awali dari banyaknya urine yang keluar

maka tubuh mengadakan mekanisme lain untuk menyeimbangkannya yakni

dengan banyak minum. Polifagi disebabkan karena insulin yang

bermasalah, pemasukkan gula ke dalam sel-sel tubuh kurang akhirnya

energi akhirnya energy yang di bentukpun kurang. Inilah mengapa orang

merasakan kurangnya tenaga akhirnya diabetes melakukan kompensasi

yakni dengan banyak makan. Selain gejala-gejala diatas ada pula gejala lain

yang dirasakan, antara lain sering mengantuk, berat badan berlebihan untuk

diabetes mellitus tipe 2,mati rasa pada bagian tubuh bagian bawah,infeksi

kulit,gatal-gatal khususnya pada kaki,penurunan berat badan secara drastis

untuk diabetes mellitus tipe 1,mcepat lelah, mual-mual dan muntah-muntah,

peningkatan kadar gula dalam darah (Novitasari,2012)

4. Diagnosis

Menurut American Association of Clinical Endocrinologists (2007),

diagnose Diabetes Mellitus baru dapat dipastikan jika :

a. Adanya gejala seperti poliuria, polidipsia dan penurunan berat badan

yang cepat tanpa sebab yang jelas dan kadar glukosa darah acak =

200mg/dl atau
b. Kadar glukosa darah puasa (GDP) (dengan menggunakan plasma vena)

= 126mg/dl. Puasa didefinisikan sebagai tidak adanya masukan kalori

selama setidaknya 8 jam atau

c. Kadar glukosa plasma = 200mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75

gram pada tes toleransi glukosa oral (TTGO). Untuk kelompok tanpa

keluhan khas, hasil pemeriksaan kadar glukosa darah abnormal tinggi

(hiperglikemia) satu kali saja tidak cukup kuat untuk menegakkan

diagnosis DM. Diperlukan konfirmasi atau pemastian lebih lanjut

dengan mendapatkan paling tidak satu kali lagi kadar gula darah

sewaktu yang abnormal.

5. Komplikasi

Komplikasi dapat bersifat akut atau kronis. Komplikasi akut terjadi

jika kadar glukosa darah seseorang meningkat atau menurun drastis jika

seseorang menjalani diet terlalu ketat. Komplikasi kronis berupa kelainan

pembuluh darah yang akhirnya dapat menyebabkan serangan jantung,

ginjal, saraf dan penyakit berat lainnya.

Komplikasi kronis Diabetes Mellitus terjadi pada semua pembuluh darah

di seluruh bagian tubuh (angiopati diabetik). Angiopati dibagi menjadi 2

yaitu :
a. Makroangiopati (makrovaskuler)

Jenis komplikasi makrovaskuler yang umum berkembang adalah

penyakit vaskuler perifer, gagal jantung, jantung koroner, infark

miokard, dan kematian mendadak. Diabetes Mellitus merupakan salah

satu penyebab timbulnya penyakit jantung (Triplitt dkk., 2005). Yang

lebih sering merasakan komplikasi ini adalah DM tipe 2 yang

umumnya menderita hipertensi, dislipidemia dan atau kegemukan

(Soegondo, 2006).

b. Mikroangiopati (mikrovaskuler)

Yang termasuk dalam komplikasi mikrovaskuler yaitu retinopati,

nefropati dan neuropati. Hal yang dapat mendorong terjadinya

komplikasi terseb ut ialah terjadinya hiperglikemia dan pembetukan

protein terglikasi yang menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi

semakin lemah dan rapuh dan terjadi penyumbatan pada pembuluh

darah kecil (Soegondo, 2006).

1) Retinopati

Kejadian retinopati diabetik dikarenakan mikroangiopati

yang terjadi pada arteriola prekapiler retinal, kapiler, dan venula.

Kerusakan disebabkan karena kebocoran mikrovaskuler karena

terurainya barier retinal sehingga darah dapat masuk dan adanya

sumbatan mikrovaskuler (Watkins, 2003).


2) Neuropati

Neuropati terjadi, akibat adanya kerusakan pada pembuluh

darah kecil yang memberi nutrisi pada saraf perifer dan

metabolisme gula yang abnormal (Triplitt dkk, 2005).

3) Nefropati

Kadar glukosa yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan

pada pembuluh darah sehingga dapat menyebabkan penurunan

kualitas kerja ginjal (Triplitt dkk,2005).

6. Penatalaksanaan

Tujuan umum penatalaksanaan Diabetes Mellitus adalah memperbaiki

kelainan metabolisme pasien sehingga dapat mempertahankan status

kesehatan pasien dan memperpanjang harapan hidup pasien. Pendekatan

penatalaksanaan terapi Diabetes melitus yang lain dipusatkan pada adanya

resistensi insulin dan usaha untuk meningkatkan kemampuan insulin yang

tersedia dalam memacu pengambilan glukosa oleh jaringan (Asdie, 2000).

Pada penatalaksanaan terapi Diabetes Mellitus terdapat terapi primer dan

terapi sekunder. Penatalaksanaan terapi primer meliputi edukasi, diet, dan

olahraga sedangkan terapi sekunder dengan insulin, obat hipoglikemia oral

dan cangkok pankreas (Asdie, 2000). Apabila penatalaksanaan terapi tanpa

obat (pengaturan diet dan olahraga) belum berhasil mengendalikan kadar

glukosa darah penderita, maka perlu dilakukan langkah berikutnya berupa


penatalaksanaan terapi obat, baik dalam bentuk terapi obat hipoglikemik

oral, terapi insulin, atau kombinasi keduanya.

a. Terapi non Farmakologi

1. Diet

Terapi nutrisi medis direkome ndasikan untuk semua penderita

DM. Melalui terapi ini diharapkan dapat mencapai outcome

metabolik yang optimal dan pencegahan serta terapi komplik asi.

Untuk orang dengan DM tipe 1, fous terutama pada pemberian

insulin dan diseimbangkan dengan diet untuk mencapai dan menjaga

berat badan yang ideal. Pada pasien DM tipe 2 dilakukan pembatasan

kalori untuk mencapai penurunan berat badan. Penurunan berat badan

dapat menurunkan faktor risiko pada orang DM tipe 2 (Triplitt.,

2005).

2. Olah Raga.

Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga

kadar gula darah tetap normal. Prinsipnya, tidak perlu olah raga

berat, olah raga ringan asalkan dilakukan secara teratur akan bagus

pengaruhnya bagi kesehatan. Olah raga akan memperbanyak jumlah

dan meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam tubuh dan juga

meningkatkan penggunaan glukosa.(Triplitt dkk,2005)


b Terapi Farmakologi

1) Terapi Insulin

Bagi penderita DM Tipe 1 terapi insulin sangat dibutuhkan

karena pada penderita DM Tipe 1, sel-sel ß Langerhans kelenjar

pankreas penderita telah rusak, sehingga tidak lagi dapat

memproduksi insulin. Untuk itu penderita harus mendapat insulin

eksogen untuk membantu agar metabolisme karbohidrat di dalam

tubuhnya dapat berjalan normal. Penderita DM Tipe 2 tertentu

kemungkinan juga membutuhkan terapi insulin apabila terapi lain

yang diberikan tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.

2) Terapi Obat Hipoglikemia Oral

Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat hipoglikemik oral

dapat dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu:

a) Golongan Sulfonilurea

Sifat perangsangan obat golongan ini berbeda dengan

perangsangan oleh glukosa, karena ketika kondisi

hiperglikemia sel pankreas gagal merangsang sekresi insulin,

senyawa-senyawa obat ini masih mampu meningkatkan sekresi

insulin. Oleh sebab itu, obat-obat golongan sulfonylurea sangat

bermanfaat untuk penderita diabetes yang kelenjar pankreasnya

masih mampu memproduksi insulin, tetapi karena sesuatu hal


terhambat sekresinya.Obat golongan sulfonilurea be risiko

tinggi terjadi hipoglikemia jika pasien berusia lanjut dan

mengalami insufisiensi renal atau gangguan hati (Triplitt dkk.,

2005).

Golongan sulfonilurea terdiri dari 2 agen generasi.

Agen generasi pertama meliputi klorpropamid, tolbutamid,

karbutamid, asetoxamid, tolazamid dan glikodiazin. Agen

generasi kedua meliputi glibenklamid, glipizid, glik lazid dan

glimepirid (Karam, 2007).

Mekanisme kerja glibenklamid yaitu dengan

merangsang sekresi hormone insulin dari granul sel-sel β

Langerhans pankreas. Interaksinya dengan ATPsensitive K

channel pada membran sel-sel β menimbulkan depolarisasi

membran dan keadaan ini akan membuka kanal Ca. Dengan

terbukanya kanal Ca, maka ion Ca2+ akan masuk ke dalam sel

β kemudian merangsang granula yang berisi insulin dan akan

terjadi sekresi insulin. Pada penggunaan jangka panjang atau

dosis yang besar dapat menyebabkan hipoglikemia (Suherman,

2007).

Glibenklamid memiliki potensi 200 kali lebih kuat dari

tolbutamid. Untuk mencapai kadar optimal di plasma,


glibenklamid akan lebih efektif bila diminum 30 menit

sebelum makan Obat ini cepat diserap dalam saluran

pencernaan, memiliki waktu paruh sekitar 4 jam (Suherman,

2007). Dalam plasma, sekitar 90- 99% terikat pada protein

plasma, terutama albumin. Meskipun waktu paruhnya pendek,

namun efek hipoglikemiknya berlangsung selama 12–24 jam,

sehingga cukup diberikan satu kali sehari. Sekitar 50% dari

dosis diekskresikan dalam urin dan 50% melalui empedu ke

tinja. Dosis awal untuk DM tipe 2 adalah 2,5–5 mg setiap hari,

disesuaikan setiap 7 hari dengan penambahan sebesar 2,5 atau

5 mg sehari sampai 15 mg per hari (Suherman, 2007).

b) Golongan Meglitinida dan Turunan Fenilalanin

Obat golongan glinida ini merupakan obat hipoglikemik

generasi baru yang kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea. Kedua golongan senyawa hipoglikemik oral ini

bekerja meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas. Umumnya senyawa obat hipoglikemik golongan 25

meglitinida dan turunan fenilalanin ini dipakai dalam bentuk

kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya (Carlisle,

Kroon, Kimble, 2005).


c) Golongan Biguanida

Obat hipoglikemik oral golongan biguanida bekerja

langsung pada hatidengan menurunkan produksi glukosa hati.

Senyawa-senyawa golongan biguanida tidak merangsang

sekresi insulin, dan hampir tidak pernah menyebabkan

hipoglikemia. Satu-satunya senyawa biguanida yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral di United State adalah

metformin. Kerja obat ini adalah meningkatkan sensitivitas

insulin pada hati dan jaringan perifer, sehingga meningkatkan

ambilan glukosa (Triplitt., 2005).

C. Hewan Mencit (Mus musculus)

Hewan uji yang sering digunakan sebagai penelitian adalah mencit,

karena mencit memiliki struktur tubuh yang mirip manusia sehingga para ahli

menggunakan mencit sebagai hewan percobaan.

3. Klasifikasi Mencit (Mus musculus) (Priyambodo, 1995).

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Class : Mamalia

Ordo : Rodentia

Family : Muridae

Genus : Mus
Species : Mus musculus

4. Karakteristik Mencit ( Malole dkk, 1989).

Masa puberitas : 4 bulan

Masa beranak : 5 kali setahun

Lama hamil : 19 – 20 hari

Jumlah satu kali lahir : 4 – 12 ekor

Lama hidup : 2 – 3 tahun

Masa tumbuh : 6 bulan

Laju respirasi : 136 – 216/menit

Volume darah : 7,3 b/b %

Suhu tubuh normal : 37,5 – 39,50C

Tekanan darah normal : 147/106 mmHg

Berat badan betina : 25 – 45 g

Berat badan jantan : 20 – 40 g

Pernapasan : 94 – 163 napas/menit

Denyut jantung : 325 – 780 denyut/menit

Panjang Usus Keseluruhan : 40 cm – 80 cm

Kadar glukosa mencit jantan : 62-175 mg/dL

b. Anatomi Mencit

Mencit (Mus musculus) adalah hewan pengerat (rodentia) yang cepat

berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi


genetiknya cukup besar sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi

dengan baik (Malole dkk, 1989).

Mencit hidup dalam daerah yang cukup luas penyebarannya mulai

dari iklim dingin, sedang maupun panas dan dapat hidup terus menerus

dalam kandang atau secara bebas sebagai hewan liar. Mencit paling banyak

digunakan di laboratorium, untuk berbagai penelitian yang sering

digunakan adalah mencit albino swiss (Swess albino mice) yang dibagi

berdasarkan sifat genetik dan sifat lingkungan hidupnya (Malole dkk,

1989).

D. Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi

zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa

atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku

yang telah ditetapkan (Depkes, 1995).

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari

bagian tanaman, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat aktif

yang terdapat dalam tanaman, hewan atau beberapa jenis ikan pada umumnya

mengandung senyawa yang mudah larut dalam pelarut organik (Voight,1994).

Metode pembuatan ekstrak yang umum digunakan antara lain

maserasi, perkolasi, soxhletasi. Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa


faktor seperti sifat dari bahan mentah obat dan daya penyesuaian dengan tiap

macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang

sempurna (Ansel, 2008).

1. Macam-Macam Ekstraksi

a. Ekstraksi Dingin

Proses ekstraksi secara dingin pada prinsipnya tidak memerlukan

pemanasan. Hal ini diperuntukkan untuk bahan alam yang mengandung

komponen kimia yang tidak tahan pemanasan- pemanasan dan bahan

alam yang mempunyai tekstur lunak. Yang termasuk ekstraksi secara

dingin adalah metode maserasi, metode perkolasi dan metode soxhletasi.

1) Metode Maserasi

Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, yang

dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan

penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar terlindung dari

cahaya. Metode ini digunakan untuk menyari simplisia yang

mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan

penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin.

2) Metode Perkolasi

Metode perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan

mengalir cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.

Prinsip ekstraksi dengan metode ini adalah simplisia ditempatkan


dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat

berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk

tersebut. Cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel

simplisia yang dilalui hingga mencapai keadaan jenuh. Gerakan ke

bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan tekanan

penyari dari cairan diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang

cenderung untuk menahan gerakan kebawah.

3) Metode Soxhletasi

Soxhletasi adalah penyarian simplisia secara berkesinambungan,

cairan penyari dipanaskan hingga menguap. Uap cairan penyari

terkondensasi menjadi molekul-molekul cairan oleh pendingin dan

turun menyari simplisia di dalam klonsong dan selanjutnya masuk

kembali ke dalam alas bulat setelah melewati pipa sipon. Proses ini

berlangsung hingga penyarian zat aktif sempurna dan ditandai

dengan beningnya cairan penyari yang melalui pipa sipon tersebut

atau jika diidentifikasi dengan KLT (Kromatografi Lapis Tipis) tidak

menampakkan noda lagi.

b. Ekstraksi Panas

Ekstraksi secara panas dapat dilakukan untuk mengekstrakssi

komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan seperti glikosida,

saponin dan minyak-minyak menguap yang mempunyai titik didih tinggi.


Selain itu pemanasan juga diperuntukkan untuk membuka pori-pori sel

simplisia sehingga pelarut organik mudah masuk kedalam sel untuk

melarutkan zat aktif. Metode ekstraksi yang termasuk dalam cara panas

adalah metode refluks dan destilasi uap air.

1) Metode Refluks

Metode refluks adalah termasuk metode ekstraksi berkesinambungan

dimana cairan penyari secara terus menerus menyari zat aktif dalam

simplisia. Cairan dipanaskan sehingga menguap dan uap tersebut

dikondensasi oleh pendingin balik, sehingga mengalami kondensasi

menjadi molekul-molekul cairan dan jatuh kembali ke dalam labu

alas bulat sambil menyari simplisia, proses ini berlangsung secara

berkesinambungan dan biasanya dilakukan 3 kali selama 4 jam.

2) Metode destilasi uap air

Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang

mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia

yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal. Pada

metode ini digunakan untuk menyari simplisia. Dengan adanya

pemanasan kecil uap air tersebut menguap kembali bersama minyak

menguap dan dikondensasi oleh kondensor sehingga terbentuk

molekul-molekul cairan yang menetes kedalam corong pisah

penampung yang telah diisi dengan air (Voight, 2005).


E. Streptozotocin

Streptozotocin dengan nama IUPAC 2-deoxy-2[(methylnitrosoamino)-

carbony-L-amino)-D-glukopyranose] Memiliki rumus molekul C8H15N3O7

Streptozotocin adalah senyawa yang dihasilkan dari Streptomyces

acromogenes yang merupakan suatu senyawa nitroso urea analog glukosa.

Streptozotocin mudah larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol dan keton.

Dalam penelitian digunakan sebagai penginduksi diabetes pada hewan coba.

Obat dengan berat molekul 265,22. Penyuntikan secara intraperitonial dosis

55 mg/kg bb, dosis tunggal akan menyebabkan hiperglikemia secara cepat .

(Goodman dan Gilman, 1998).

Streptozotocin mempunyai aktivitas antineoplasma dan antibiotik

spektrum luas. Streptozotosin dapat secara langsung merusak masa kritis sel-

β-Langerhans atau menimbulkan proses autoimun terhadap sel-β.

Streptozotocin menginduksi diabetes pada berbagai spesies hewan sehingga

menyerupai adanya hiperglikemik pada manusia. Efek ini secara ekstensif

sudah kelihatan dengan adanya penurunan sel beta nicotinamide adenine

dinucleotide (NAD+) dan menghasilkan perubahan histopatologi sel beta

pankreas. (Goodman dan Gilman, 1998).

Streptozotocin secara efektif dapat menginduksi diabetes pada kelinci

yang ditandai dengan polidipsia, poliuria, polipagia dan hiperglikemia


Streptozotocin menembus sel-β-Langerhans melalui tansporter glukosa GLUT

2. Aksi Streptozotocin intraseluler menghasilkan perubahan DNA sel-β

pankreas. Alkilasi DNA oleh Streptozotocin melalui gugus nitrosourea

mengakibatkan kerusakan pada sel-β pankreas. (Goodman dan Gilman, 1998).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Eksperimen adalah

suatu penelitian, dengan melakukan kegiatan percobaan untuk mengetahui

gejala atau pengaruh yang timbul (Notoatmodjo, 2010)

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan bertempat di Laboratorium Farmakologi

Akademi Farmasi Bina Husada Kendari. Pada Bulan Juni – Juli 2016

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah tanaman galing (Cayritia trifolia L.

Domin)

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ekstrak batang galing (Cayratia trifolia L.

Domin) yang diambil di Kota Kendari. Sampel dibuat ekstrak menggunakan

metode maserasi dengan berbagai konsentrasi.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Mencit (Mus musculus)

2. Variabel terikat : Ekstrak batang galing (Cayratia trifolia L. Domin)


E. Definisi operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan maka

dikemukakan definisi operasional sebagai berikut :

a. Antidiabetik adalah suatu senyawa yang digunakan untuk menurunkan kadar

gula dalam darah

b. Ekstrak etanol batang galing (Cayratia trifolia L. Domin) adalah ekstrak

yang dibuat dari batang galing (Cayratia trifolia L. Domin) yang diproleh

melalui metode maserasi dengan menggunakan larutan penyari Etanol 96%

c. Mencit (Mus musculus) adalah hewan pengerat (rodentia) yang cepat

berkembang baik mudah dipelihara dalah jumlah banyak, variasi genetiknya

cukup besar sifat anatomis disiologinya terkarakterisasi dengan baik

F. Kerangka Konsepsional

Ekstrak Batang
eterangan : Penurunan Kadar
Cayratia trifolia L. gula Darah
Domin

Keterangan :
: Variabel diteliti
: Variabel Terikat

G. Alat dan bahan penelitian

1. Alat yang digunakan :

a. Batang pengaduk
b. Gelas ukur

c. Gelas kimia

d. Gunting bedah

e. Glukometer

f. Hot plate

g. Mortir dan stamper

h. Rotavapor

i. Spoit 1 mL

j. Timbangan analitik

k. Timbangan digital

l. Toples kaca

2. Bahan yang digunakan :


a. Aquadest

b. Etanol 96%

c. Ekstrak batang galing (Cayratia trifolia.L. Domin)

d. Kain flanel

e. Mencit jantan

f. Na. cmc 0,5%

g. Glibenclamide 5mg
H. Prosedur penelitian

1. Penyimpanan sampel

a. Pengumpulan bahan baku/panen batang galing (Cayratia trifolia L.

Domin) yang diambil adalah batang yang segar dan berada pada dekat

pangkal tumbuhan .

b. Sortasi basah dilakukan untuk menghilangkan tanah kotoran lainya yang

melekat pada batang galing (Cayratia trifolia L. Domin) Pencucian

dilakukan dengan air bersih yang mengalir

c. Perajangan dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan

d. Pengeringan untuk mendapatkan batang galing (Cayratia trifolia L.

Domin) yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu

lama

e. Sortasi kering untuk memisahkan benda-benda asing dan kotoran lain

yang masih ada dan tertinggal pada batang galing (Cayratia trifolia L.

Domin) kering.

f. Simplisia batang galing (Cayratia trifolia L. Domin) disimpan dalam

wadah yang baik dan terhindar dari sinar cahaya matahari langsung.
I. Pembuatan ekstrak batang galing (Cayratia trifolia L. Domin) dengan

metode Maserasi :

1. Ditimbang simplisia kering 350 gram kemudian dimasukkan ke dalam wadah

maserasi, lalu direndam dengan pelarut etanol 96% 2600 mL dan dibiarkan

selama 5 hari sambil berulang-ulang diaduk.

2. Setelah didiamkan, kemudian ekstrak etanol Batang galing (Cayratia trifolia

L. Domin) disaring dan diperas lalu dimasukkan kembali ke dalam botol

kemudian ditutup rapat dan didiamkan lagi selama 3 hari.

3. Dipisahkan endapan, lalu diuapkan dengan menggunakan rotavapor. Kemudian

ekstrak kental dimasukkan dalam botol. Kemudian dibuat ekstrak dengan

masing-masing konsentrasi sebagai berikut :

a. Ekstrak 300 mg/kg BB dengan cara ditimbang ekstrak sebanyak 0,3 g/kg

kemudian disuspensikan dengan Na.CMC 0,5%

b. Ekstrak 400 mg/kg BB dengan cara ditimbang ekstrak sebanyak 0,4 g/kg

kemudian disuspensikan dengan Na.CMC 0,5%

c. Ekstrak 500 mg/kg BB dengan cara ditimbang ekstrak sebanyak 0,5 g/kg

kemudian disuspensikan dengan Na.CMC 0,5%.


c. Pembuatan Na CMC 0,5%

1. Ditimbang Na CMC sebanyak 0,5 gram

2. Dilarutkan dengan sedikit air panas dan aduk sampai mengental diatas

kompor gas

3. Ditambahkan air sampai 100 mL, aduk dan biarkan mendidih sampai

larutan menjadi bening dan dingin

d. Pembuatan suspensi glibenklamid

1. Ditimbang satu persatu tablet glibenclamid 5 mg sebanyak 20 tablet

ditimbangan digital, lalu dihitung bobot rata-rata tablet, setelah itu semua

tablet digerus dalam lumpang hinga halus dan homogen.

2. Setelah halus kemudian ditimbang lalu dimasukan dalam gelas kimia.

3. Ditambahkan sedikit demi sedikit Na. CMC 0,5% sebanyak 0,5 gram

dalam 100 mL, sambil aduk hingga homogen.

e. Pembuatan larutan streptozotosin

Larutan streptozotin dapat dibuat dengan cara sebagai berikut :

1) Pembuatan larutan buffer Na sitrat 0,05 M, pH 4,5 dengan melarutkan 1,47

gram sitrat dalam 50 mL Aquades kemudian pH diukur menggunakan pH

meter
2) Sejumlah streptozotosin (100 mg) ditimbang dan dilarutkan dalam 5mL

larutan buffer Na sitrat sebagai konsentrasi akhir streptozotin dalam buffer

Na sitrat 20mg/ml. lalu masukan larutan streptozotosin dalam wadah kaca

gelap steril agar terhindar dari cahaya kemudian disimpan ditempat sejuk

(Brosius, 2003).

f . Penyiapan hewan uji

a. Hewan uji terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan mencit jantan tentang

umur, kesehatan fisik dan layak tidak mencit tersebut digunakan.

b. Hewan uji dikelompokkan menjadi 5 kelompok dan 3 perlakuan kemudian

diukur kadar gula darah mencit.

c. Mencit yang layak untuk dijadikan hewan uji, terlebih dahulu dipuasakan

selama 6-8 jam namun air tetap diberikan pada mencit.

d. Kemudian dilakukan penimbangan mencit dan dicatatat hasilnya.

e. Kemudian dibuat ekstrak

G. Perlakuan hewan uji

a. Masing-masing mencit diambil darahnya melalui vena ekor dengan cara

dilukai, kemudian diukur kadar gula darah awal pada masing-masing

mencit

b. Masing-masing mencit diberi larutan streptozotosin sesuai volume

pemberian dan dibiarkan selama 18-24 jam.


c. Kemudian diukur kadar gula dalm darah setelah diinduksi

d. Tiap-tiap mencit diberi sediaan sesuai kelompok perlakuan melalui oral

dengan, menggunakan spoit oral yaitu :

1. Kelompok I diberikan ekstrak batang galing (Cayratia trifolia. L)

Domin 300 mg/kg BB sesuai volume pemberian.

2. Kelompok II diberikan ekstrak batang galing (Cayratia trifolia. L)

Domin 400 mg/kg BB sesuai volume pemberian.

3. Kelompok III diberikan ekstrak batang galing (Cayratia trifolia. L)

Domin 500 mg/kg BB sesuai volume pemberian.

4. Kelompok IV diberikan glibenklamide sesuai volume pemberian

5. Kelompok V diberikan Na.cmc sesuai volume pemberian.

e. Dilakukan pengukuran kadar glukosa masing-masing mencit setelah 7 hari

pemberian ekstrak.
H. Diagram alir
Batang Cayratia trifolia Mencit jantan
L. Domin
Disortasi basah Diadaptasikan
Dicuci Dipuasakan 6-8 jam
Dirajang Ditimbang
Diangin-anginkan
Disortasi kering
Ditimbang

Maserasi batang Cayratia Dibagi menjadi 5


trifolia L.Domin kelompok

Ekstrak batang Cayratia trifolia Diambil darah mencit


L. Domin 300 mg/kg BB , 400 melalui ujung ekor
mg/kg BB dan 500 mg/kg BB

Induksi streptozotosin dosis 150 mg/kg BB secara


IP,setelah mencit dipuasakan 18-24 jam dan diukur
peningkatan kadar glukosa darahnya sebelum diberi
perlakuan sampel, perbandingan dan plasebo

Kelompok I : Kelompok II : Kelompok III Kontrol positif : Kontrol negatif :


Perlakuan Perlakuan Perlakuan pembanding Larutan
ekstrak 300 ekstrak 400 ekstrak 500 glibenklamid Na.CMC 0,5%
mg/kg BB per mg/kg BB per mg/kg BB per b/v per oral
5mg per oral
oral oral oral

Semua kelompok mencit diukur kadar glukosa


darahnya melalui ekor, setelah 7 hari pemberian
ekstrak

Analisis data
I. Analisis Data

1. Jenis data

a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil penelitian.

b. Data sekunder yaitu data yang berasal dari literatur yang mendukung

penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dipakai dalam pengumpulan data untuk penelitian imi

adalah primer dari efek antidiabetik elstrak batang galing (Cayratia trifolia

L. Domin) pada mencit yang diinduksi dengan streptozotocin dan diamati

setelah 7 hari pemberian ekstrak

3. Pengolahan Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan metode Rancangan Acak

Lengkap (RAL) dengan uji Anova

4. Penyajian Data

Data yang akan dianalisa akan disajikan dalam bentuk tabel

kemudian dijabarkan dalam bentuk narasi.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian uji efek antidiabetik ekstrak batang galing

(Cayratia trifolia L. Domin) pada hewan uji mencit jantan yang diinduksi dengan

streptozotocin diperoleh hasilnya dapat dilihat dibawah ini:

Tabel 1. Rata-rata selisih penurunan kadar glukosa darah setelah perlakuan pada
mencit.

Perlakuan Rata-rata
Ekstrak etanol batang galing 300mg/kgBB 34.66 mg/dL
Ekstrak etanol batang galing 400mg/kgBB 105.33 mg/dL
Ekstrak etanol batang galing 500mg/kgBB 53.33 mg/dL
Suspensi Glibenclamid 132,66 mg/dL
Na. CMC 0,5% 3.67 mg/dL

Berdasarkan Tabel Diatas terlihat bahwa setiap perlakuan mengalami

penurunan glukosa darah yang dapat ditentukan dari rata-rata selisih kadar

glukosa darah setelah pemberian streptozotocin dan kadar glukosa darah setelah

perlakuan selama 7 hari sehingga didapatkan nilai keseluruhan selisih penurunan

glukosa darah pada mencit dari ekstrak batang galing. Kemudian didapatkan

rata-rata selisih penurunan glukosa darah tertinggi terjadi pada ekstrak etanol

batang galing 400 mg/kgBB, sedangkan rata-rata penurunan terendah terjadi

pada kontrol negatif Suspensi Na. CMC 0,5%


Uji Efek Antidiabetes Ekstrak Etanol Batang galing (Cayratia
trifolia L. Domin) pada Mencit (Mus musculus)
300

250

200 Kadar Glukosa Darah (mg/dL) Awal

150
Kadar Glukosa Darah (mg/dL) Setelah
100 pemberian Streptozotosin
50
Kadar Glukosa Darah (mg/dL) Setelah
0 perlakuan setelah 7 hari
Ekstrak etanol Ekstrak etanol Ekstrak etanol Suspensi Na. CMC 0,5 %
batang galing batang galing batang galing Glibenklamid (Kontrol
300mg/kgBB 400mg/kgBB 500mg/kgBB (Kontrol Positif) Negatif)

Gambar 2. Kadar Glukosa Darah Awal, setelah pemberian STZ, dan setelah perlakuan
selama 7 hari (mg/dL)

Berdasarkan gambar diagram di atas terlihat bahwa setelah pemberian STZ

terjadi kenaikan kadar glukosa darah pada mencit, kemudian setelah perlakuan

selama 7 hari kadar glukosa darah dari ekstrak etanol batang galing (Cayratia trifolia

L. Domin) dengan dosis 300 mg/kgBB, 400 mg/kgBB, dan 500 mg/kgBB, suspensi

glibenklamid sebagai kontrol positif dan Na. CMC mengalami penurunan kadar

glukosa darah.

B. Pembahasan

Sampel pada Penelitian ini adalah tumbuhan galing yang diambil di Jl.

Prof. Dr.Abdurrauf Tarimana, Kambu, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. bagian

yang digunakan adalah batang, yang diambil mulai dari cabang pertama sampai

leher akar, pada pagi hari jam 08:35 dengan alasan batang telah mengalami

fotosintesis yang menghasilkan zat aktif lebih banyak. Selanjutnya dilakukan

proses pencucian dengan air mengalir, Kemudian perajangan yang berfungsi


untuk mempermudah proses pengeringan, Setelah itu batang yang telah dirajang

dikeringkan Kemudian dilakukan proses sortasi kering untuk memisahkan benda-

benda asing dan kotoran lain yang masih tertinggal pada batang galing (Cayratia

trifolia L. domin). sampel diekstraksi menggunakan pelarut etanol, dengan cara

merendam simplisia dalam pelarut selama 5 hari. Metode maserasi ini digunakan

karena merupakan metode yang sedeharna, mudah dilakukan dan baik untuk

senyawa yang tidak tahan panas. Sedangkan pemilihan pelarut etanol 96%

didasarkan karena etanol adalah pelarut universal yang dapat menyari senyawa

polar, nonpolar dan semi polar (Poelengan,et al., 2007). Selain itu etanol 96%

lebih sedikit mengandung air sehingga pada proses evaporator lebih mudah

menguap. Kemudian dilakukan pemekatan dengan alat Rotary vacuum

evaporator untuk memperoleh ekstrak kental batang galing (Cayratia trifolia L.

domin).

Penelitian ini menggunakan hewan uji mencit jantan (Mus musculus)

karena mencit mempunyai sensitivital yang tinggi dibandingkan hewan uji yang

lainnya terhadap uji antidiabetes dan juga mencit jantan memiliki aktivitas

hormonal yang lebih stabil. (Prawita LL., 2012). Mencit dipuasakan 6-8 jam,

untuk menghindari kemungkinan adanya pengaruh makanan terhadap kandungan

senyawa galing (Cayratia trifolia L. domin) yang dapat mempengaruhi efek

antidiabetik yang ditimbulkan, selain itu untuk memaksimalkan absorbsi yang


diberikan. Setelah mencit dipuasakan dan diukur peningkatan kadar glukosa awal

sebelum diberi perlakuan, perbandingan, dan plasebo.

Hewan uji yang telah diukur kadar glukosa awal kemudian di induksi

masing-masing larutan streptozotocin 150 mg/kgBB untuk sekali pakai secara

intraperitonial, tujuannya untuk mendapatkan hewan uji mencit yang diabetes

mellitus. Larutan steptozotosin diberikan pada mencit dengan interval waktu 24

jam Lalu diukur glukosa darah sesudah diinduksi streptozotocin dengan

menggunakan alat glukosa test dengan cara mengambil darah mencit yang telah

diinduksi. Masing-masing kelompok hewan uji dihitung selisihnya agar

diketahui berapa kenaikkan kadar glukosa darah yang terjadi dari keseluruhan

kelompok perlakuan. Hewan percobaan hiperglikemia dapat dilihat dengan kadar

glukosa tinggi (Tabel 1).

Hewan uji kemudian dibagi menjadi lima kelompok uji yang terdiri dari

kontrol positif dengan bahan uji suspensi glibenclamid, dimana glibenclamid

merupakan obat antidiabetes oral golongan sulfonylurea yang bekerja dengan

cara merangsang sekresi hormon insulin dari granul sel-sel β Langerhans

pankreas. (Hoan Tjay, 2007). Sedangkan kontrol negatif digunakan Na. CMC

yang tidak dapat memberikan efek antidiabetes yang bersifat placebo dan dosis

ekstrak batang galing (Cayratia trifolia L. Domin) dalam penelitian ini adalah

300 mg/kgBB, 400 mg/kgBB, dan 500 mg/kgBB. Diberikan selama 7 hari secara

peroral. Kemudian masing-masing kelompok hewan uji dihitung selisihnya agar


diketahui berapa penurunan kadar glukosa darah yang terjadi dari keseluruhan

kelompok setelah perlakuan. Hewan percobaan hipoglikemia dapat dilihat

dengan kadar glukosa tinggi (Tabel 1).

Pada kelompok perlakuan pertama dengan dosis 300mg/kgBB ekstrak

galing dimana rata-rata pengukuran kadar gula awal atau normal diperoleh 93.67

mg/dL, kemudian rata-rata kadar gula darah setelah di induksi streptozotosin

menjadi 230 mg/dL. Selanjutnya rata-rata pengukuran kadar gula darah setelah

perlakuan yaitu 195.33 mg/dL

Pada kelompok perlakuan kedua dengan dosis 400 mg/kgBB ekstrak

batang galing dimana rata-rata pengukuran kadar gula awal atau normal

diperoleh 100 mg/dL kemudian rata-rata kadar gula darah setelah di induksi

streptozotosin menjadi 261 mg/dL. Selanjutnya rata-rata pengukuran kadar gula

darah setelah perlakuan yaitu 155.67 mg/dL

Pada kelompok perlakuan ketiga dengan dosis 500 mg/kgBB ekstrak

batang galing dimana rata-rata pengukuran kadar gula awal atau normal

diperoleh 120.33 mg/dL kemudian rata-rata kadar gula darah setelah di induksi

streptozotosin menjadi 265 mg/dL. Selanjutnya rata-rata pengukuran kadar gula

darah setelah perlakuan yaitu 211.67 mg/dL

Pada kelompok pembanding dengan suspensi glibenclamid dimana

pengukuran rata-rata pengukuran kadar gula awal atau normal diperoleh 82

mg/dL kemudian raa-rata kadar gula darah setelah di induksi streptozotosin


menjadi 211.33 mg/dL. Selanjutnya rata-rata pengukuran kadar gula darah

setelah perlakuan yaitu 111.67 mg/dL Pada kelompok plasebo dengan Na. CMC

sebagai kontrol negatif rata-rata pengukuran kadar gula awal atau normal

diperoleh 122.33 mg/dL kemudian kadar gula darah setelah di induksi

streptozotosin menjadi 254.67 mg/dL. Selanjutnya rata-rata pengukuran kadar

gula darah setelah perlakuan yaitu 251 mg/dL. Dari data tersebut menunjukkan

tiap dosis yang berbeda memiliki penurunan yang berbeda pula. Penurunan

glukosa darah yang tejadi pada setiap perlakuan ekstrak etanol batang galing

diduga berasal dari senyawa aktif berupa flavonoid, dimana flavonoid memiliki

mekanisme kerja yaitu berfungsi dalam menghambat Enzim glukosidase dan alfa

amilase sehingga pemecahan karbohidrat menjadi monosakarida menjadi gagal

dan glukosa tidak dapat diserap oleh usus (Victoria 2012).

Pada uji analisa data secara statistik menggunakan metode analisa varian

satu arah (one way-Anova) pada aplikasi IBM spss 22.0. pengujian ini digunakan

untuk mengetahui melihat kesamaan atau perbedaan rata-rata selisih penurunan

efek antidiabetes pada kelompok perlakuan. Jika terdapat perbedaan yang

signifikan maka dilanjutkan uji normalitas dengan metode Kalogrof-Smirnov dan

homogenistasnya dengan metode Levene kemudian uji LSD. Bila uji normalitas

dan homogenitas data telah terpenuhi (p≥0,05) maka dilanjutkan dengan uji

ANOVA. Apabila hasil pengujian menunjukkan adanya perbedaan nilai yang

signifikan maka dilanjutkan dengan uji BNT dengan metode LSD tujuannya
untuk menentukan kelompok mana saja yang memberikan nilai yang signifikan

dengan kelompok lainnya terhadap penurunan kadar glukosa darah yang terdapat

pada lampiran 1 Pada uji ANOVA seluruh kelompok mengalami perbedaan yang

signifikan. Setelah dilanjutkan dengan uji LSD didapatkan bahwa hanya

kelompok perlakuan ekstrak batang galing 400 mg/dL yang memiliki efek

perbedaan yang tidak signifikan dengan kelompok pembanding yaitu suspensi

glibenklamid pada taraf uji 0,05.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penelitian antara lain faktor

biologis dari mencit, pelarut yang digunakan dalam mengekstraksi sampel,

perbedaan konsentrasi yang digunakan dan alat pengukur kadar gula darah yang

digunakan pada saat penelitian.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai uji efek

antidiabetes ekstrak etanol batang galing (Cayratia trifolia L. Domin) terhadap

pada mencit (Mus musculus) dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Ekstrak etanol batang galing (Cayratia trifolia L. Domin) dapat memberikan

efek antidiabetes darah pada Mencit yang diinduksi streptozotocin dengan

dosis 300 mg/kgBB, 400 mg/kgBB, 500mg/kgBB (Mus musculus)

2. Rata-rata penurunan efek kadara glukosa darah pada ekstrak batang galing

(Cayratia trifolia L. Domin) pada dosis 300 mg/dL, 400 mg/dL, dan 500

mg/dL yaitu 34,66 mg/dL, 105 mg/dL dan 53,33 mg/dL.

3. Dosis yang efektif dari ekstrak etanol batang galing (Cayratia trifolia L.

Domin) terhadap penurunan kadar Glukosa darah pada mencit yaitu dosis

400 mg/kgBB

B. Saran

1. Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian Uji

toksisitas ekstrak etanol batang galing (Cayratia trifolia L. Domin) pada

dosis 400 mg/kg BB dengan menggunakan hewan uji

2. Disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui

senyawa flavonoid jenis apa yang terdapat pada ekstrak etanol batang galing
(Cayratia trifolia L. Domin) terutama yang secara spesifik bertugas dalam

menurunkan kadar gula darah.


DAFTAR PUSTAKA

Asdie, A.H., 2000, Patogenesis dan Terapi Diabetes Mellitus Tipe 2, 11,41-67,
Penerbit Medika UGM, Yogyakarta

Brahmachari, G., 2011, Bio- Flavonoids With Promising Antidiabetic Potentials:

A Critical Survey, Research Signpost, 187-212


Hartanto, Huriawati. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Widya Medika :
Jakarta.

Gupta J, Kumar D, Gupta A.2012. Evaluation of gastric anti‑ulcer activity of


methanolic extract of Cayratia trifolia in experimental animals. Asian Pac J
Trop Dis 2012 ;2:99‑102.

Jack, 2012, Synthesis of Antidiabetic Flavonoids and Their Derivative. Medical

Research page 180

Kannan et al.2011 A Study On Drug Utilization Of Oral Hypoglicemic Agens in Type-


2 Diabetic Patients. Asian Journal Of Pharmaceutical and Clinica Reserch
Vol 4
Kumar D, Gupta J, Kumar S, Arya R, Kumar T, Gupta A.2012.Pharmacognostic
evaluation of Cayratia trifolia (Linn.) leaf. Asian Pac J Trop Biomed
2012;2:6‑10.

Markham, K.R., 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Diterjemahkan oleh

Padmawinata, Bandung, Penerbit ITB, hal 15


Maganti, Alisa. 2012. Panduan Hidup Sehat Bebas Diabetes. Araska : Yogyakarta.

Nunik Sulisty,2014 . Cayratia trifolia Liar Memanjat Kaya Manfaat. Diakses dari

https://biologinunik.wordpress.com/2014/12/26/cayratia-trifolia-liar-

memanjat-kaya-manfaat/, Pada tanggal 08 Maret 2016.

``
Novitasari Retno.2012.Diabetes Mellitus.Nuha Medika.Yogyakarta.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka cipta

Ongi, J. (2011). Cayratia trifolia. [Online]. Tersedia http://translate.googleuser


content. com/2011/05/05/cayratia-trifolia. [07 Januari 2013].

Ojewole JA. 2002;81:231-7 Hypoglycaemic effect of Clausena anisata (Willd) Hook


methanploc root extract in rats. J Ethanopharmacol

Perkumpulan Endrokrinlogi Indonesia (PERKENI). 2011 Konsensus Pengelolaan


dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia. Jakarta.

Perumal PC, Sophia D, Raj CA, Ragavendra P, Starlin T, Gopalakrishnan VK. In


vitro antioxidanl activities and HPILC analysis of ethanolic extract of
Cayratia trifolia (L). Asian Pac J Trop Dis 2012;2:S952-6

Priyambodo, Swastiko. 1995. Pengendalian hama Tikus Terpadu. Jakarta: Penebar


Swadaya
Sutanto. 2010. Cekal (Cegah dan Tangkal) Penyakit Modern. ANDI : Yogyakarta

Smeltzer et al.2001 Buku Ajar Keprawatan Medikal Bedah Brunner Dan Suddart.
Edisi ke-8 vol terjemahan H.Y Kuncara et al. Jakarta : EGC
Shikha Batra,Nikhil Batra,Badri Prakash Nagori.2013.Preliminary Phytochemical
Studies and Evaluation of Antidiabetik Activity of Roots of Cayratia trifolia
(L.) Domin in Alloxan induced Diabetic Albino Rats.Affiliated to Jai Narain
Vyas University,India

Soegondo S., 2006. Farmakoterapi pada Pengendalian Glikemia Diabetes Mellitus


Tipe 2, dalam Sudoyo A.W., Setiyohadi B., Alwi I., Simabrata M.

Tjay, T. H., dan Rahardja, K. (2007). Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan
Efek-Efek Sampingnya. Edisi ke VI. Jakarta: PT Elex Media Komputindo:
hal. 193

Triplitt, C.L., Reasner, C.A. Isley.L.I., 2005, Diabetes Mellitus, dalam Dipro, J.T,

Yunita Ebrlianti Oktaria 2013. Uji Aktifitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Biji Alpukat
(Persea americana Mill.) Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah
Makassar Press : Surakarta (jurnal penelitian)
Wahyu putry Lestari. 2013. Penggunaan obat antidiabetik tunggal dan kombinasi
dalam mengendalikan gula darah pada pasien Diabetes mellitus Tipe II. UIN
syarif Hidayatullah.jakarta (Jurnal penelitian)
WHO, 2003, Traditional medicine, http://www.who.int/mediacentre/
factsheets/fs134/en/, diakses Januari 2006.

WHO.2011. Diabetes Fact Sheet No 312. http://www.who.int/mediacetre/factsheets-


/fs312-/en/index.html

Watkins, P.J., 2003, ABC of Diabetes, Fifth Edition, BMJ Publishing Group Ltd,
London
L
A
M
P
I
R
A
N
Lampiran I : Hasil Penelitian

Kadar Glukosa Darah (mg/dL)


Selisih
Setelah
Setelah Penurunan Efek
No Perlakuan Replikasi perlakuan
Awal pemberian Antidiabetes
setelah 7
Streptozotosin (mg/dL)
hari
Ekstrak etanol 1 95 240 210 30
batang galing 2 93 219 181 38
1 300mg/kgBB 3 93 231 195 36
∑ 281 690 586 104
Rata-rata 93.67 230 195.33 34.66
Ekstrak etanol 1 84 241 142 99
batang galing 2 113 282 174 108
2
400mg/kgBB 3 103 260 151 109
∑ 300 783 467 316
Rata-rata 100 261 155.67 105.33
Ekstrak etanol 1 114 259 211 48
batang galing 2 93 275 219 56
3
500mg/kgBB 3 154 261 205 56
∑ 361 795 635 160
Rata-rata 120.33 265 211.67 53.33
Suspensi 1 82 210 123 87
Glibenklamid 2 91 205 102 103
4
(Kontrol Positif) 3 73 219 110 109
∑ 246 634 335 299
Rata-rata 82 211.33 111.67 99.67
1 137 280 275 5
Na. CMC 0,5 %
2 113 251 249 2
(Kontrol Negatif)
5 3 117 233 229 4
∑ 367 764 753 11
Rata-rata 122. 254.67 251 3.67
33
Lampiran 2. Analisis data dengan menggunakan Aplikasi SPSS

Test of Homogeneity of Variances


Selisih Penurunan Kadar Gula darah dalam satuan mg/dL

Levene Statistic df1 df2 Sig.

3.450 4 10 .051

ANOVA
Selisih Penurunan Kadar Gula darah dalam satuan mg/dL

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 22458.000 4 5614.500 139.896 .000


Within Groups 401.333 10 40.133
Total 22859.333 14

Multiple Comparisons
Dependent Variable: Selisih Penurunan Kadar Gula darah dalam satuan mg/dL

95% Confidence

Mean Interval

Difference Std. Lower Upper


(I) Perlakuan (J) Perlakuan (I-J) Error Sig. Bound Bound

LSD Ekstrak etanol Ekstrak etanol batang


-70.667* 5.173 .000 -82.19 -59.14
batang galing galing 400mg/kgBB
300mg/kgBB Ekstrak etanol batang
-18.667* 5.173 .005 -30.19 -7.14
galing 500mg/kgBB
Suspensi Glibenclamid
-65.000* 5.173 .000 -76.53 -53.47
5mg/oral

Na. CMC 0,5 % 31.000* 5.173 .000 19.47 42.53

Ekstrak etanol Ekstrak etanol batang


70.667* 5.173 .000 59.14 82.19
batang galing galing 300mg/kgBB
400mg/kgBB Ekstrak etanol batang
52.000* 5.173 .000 40.47 63.53
galing 500mg/kgBB

Suspensi Glibenclamid
5.667 5.173 .299 -5.86 17.19
5mg/oral

Na. CMC 0,5 % 101.667* 5.173 .000 90.14 113.19


Ekstrak etanol Ekstrak etanol batang
18.667* 5.173 .005 7.14 30.19
batang galing galing 300mg/kgBB
500mg/kgBB Ekstrak etanol batang
-52.000* 5.173 .000 -63.53 -40.47
galing 400mg/kgBB

Suspensi Glibenclamid
-46.333* 5.173 .000 -57.86 -34.81
5mg/oral

Na. CMC 0,5 % 49.667* 5.173 .000 38.14 61.19

Suspensi Ekstrak etanol batang


65.000* 5.173 .000 53.47 76.53
Glibenclamid galing 300mg/kgBB
5mg/oral Ekstrak etanol batang
-5.667 5.173 .299 -17.19 5.86
galing 400mg/kgBB

Ekstrak etanol batang


46.333* 5.173 .000 34.81 57.86
galing 500mg/kgBB

Na. CMC 0,5 % 96.000* 5.173 .000 84.47 107.53

Na. CMC 0,5 % Ekstrak etanol batang


-31.000* 5.173 .000 -42.53 -19.47
galing 300mg/kgBB

Ekstrak etanol batang -


-101.667* 5.173 .000 -90.14
galing 400mg/kgBB 113.19

Ekstrak etanol batang


-49.667* 5.173 .000 -61.19 -38.14
galing 500mg/kgBB

Suspensi Glibenclamid -
-96.000* 5.173 .000 -84.47
5mg/oral 107.53

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.


Lampiran 3. Perhitungan Dosis dan pemberian volume

A. Pembuatan Na.CMC 0.5% sebanyak 25 mL


0.5
x 125 mL = 0, 625 gram
100

B. Volume pemberian ekstrak

1. Dosis 300 mg/gBB


300 𝑚𝑔
= 0,3 mg/gBB x 21,15 g = 6,345 x 3 = 19,035
1000 𝑔

= 19,035 x 25 mL = 475,875 mg

= 475,875 mg/25 mL

= 0,47 g/25 mL

BB mencit
Volume pemberian = x vol max
BBmax

21,15
= × x 1 mL
30

= 0,705 mL

2. Dosis 400 mg/gBB


400 𝑚𝑔
= 0,4 mg/gBB x 22,24 g = 8,896 x 3 = 26,688
1000 𝑔

= 26,688 x 25 mL = 667,2

= 0,66 g/25 mL

BB mencit
Volume pemberian = x vol max
BBmax

22,24
= × x 1 mL
30
= 0,741 mL

3. Dosis 500 mg/gBB

500 𝑚𝑔
= 0,5 mg/gBB x 18,5 g = 9,25 x 3 = 27,75
1000 𝑔

= 27,75 x 25 mL = 693,75

= 0,693 g/25 mL

BB mencit
Volume pemberian = x vol max
BBmax

18,5
= 30 × x 1 mL

= 0,616 mL

C. Perhitungan pembutana suspensi Glibenklamid

1. Dosis Glibenklamid = 5 mg

2. Angka konversi manusia ke mencit = 0,0026

3. Berat badan standar = 20 – 30 mg

4. Volume pemberian mencit = 1.0 mL

5. Dosis konversi = Faktor konversi x dosis terapi

= 0,0026 x 5 mg = 0,013 mg

6. Untuk mencit berat badan tertinngi.

BBmencit
Dosis pemberian = BB Standar x dosis konversi

30
= 20x 0,013

= 0,0195 mg

Dibuat konsentrasi = 0.00002 g/mL x 100 = 0,002 % b/v


0,0012
= x 25
100

= 0,0025 mg

= 0,25 g
0,5
Yang ditimbang = x 20,0 = 20 mg
5

= 0,02 g

BB mencit
Volume pemberian = x vol max
BBmax

16,39
= × x 1 mL
30

= 0,01 mL
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitia

a.) b.) c.)

d.) e.) f.)

g.) h.) i.)

Keterangan : Gambar, Sampel Batang Galing (a), Perlakuan Sampel (b), Proses
Maserasi (c,d) Pengukuran gula darah awal (e), Pengunksi
Streptozotocin (f), pengukuran gula darah setelah perlakuan (g)

Anda mungkin juga menyukai