Anda di halaman 1dari 73

PROFIL PENYIMPANAN OBAT DI GUDANG

INSTALASI FARMASI RSUD


Dr. KANUJOSO DJATIWIBOWO BALIKPAPAN

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan


Program Studi D-III Farmasi pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda

Oleh:
ALQI MUHAMAD MAKRUF
16.114054.1197

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAMARINDA
SAMARINDA
2019
PROFIL PENYIMPANAN OBAT DI GUDANG
INSTALASI FARMASI RSUD
Dr. KANUJOSO DJATIWIBOWO BALIKPAPAN

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:
ALQI MUHAMAD MAKRUF
16.114054.1197

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAMARINDA
SAMARINDA
2019

i
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO
“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang
yang berbuat kerusakan”

(QS. Al-Qasas: 77)


“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia”
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil"

(QS. Al-Isra’: 23-24)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas nikmat Allah Azza Wa Jalla


yang telah memberikan ridho dan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga Karya
Tulis Ilmiah saya dapat terselesaikan. Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan
untuk:
1. Ayah, Ibu dan keluarga besar saya yang telah mendukung, memberikan do’a,
dan kasih sayang kepada saya.
2. Pembimbing Karya Tulis Ilmiah baik pembimbing satu dan dua, terimakasih
atas bimbingannya sehingga saya dapat menyelesaikan KTI ini.
3. Angkatan 2016 yang sudah seperti sodara, sahabat, keluarga saya di Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda, terimakasih atas pelajaran dan kerja
samanya selama tiga tahun berjuang bersama semoga selalu terjalin
silahturahim dan sukses semua dalam karier “aamiin”.

iii
PERNYATAAN KEASLIAN KTI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Alqi Muhamad Makruf

NIM : 16.114054.1197

Tempat, Tanggal Lahir : Samarinda, 05 Maret 1998

Almat : KM. 5, Kecamatan Loa Janan, Desa Purwajaya,

Dusun Bangun Sari RT. 8

Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah dengan judul “PROFIL

PENYIMPANAN OBAT DI GUDANG INSTALASI FARMASI RSUD Dr.

KANUJOSO DJATIWIBOWO BALIKPAPAN” adalah benar-benar asli karya

saya dan seluruh ide, pendapat, atau materi dan sumber lain telah dikutip dengan

cara refrensi yang sesuai.

Pertnyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa adanya tekanan

dan paksaan dari pihak manapun seerta bersedia mendapat sanksi akademik jika

ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Samarinda, Juli 2019

Alqi Muhamad Makruf

iv
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas nikmat Allah Azza Wa


Jalla yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya Karya Tulis Ilmiah (KTI)
dengan judul “Sistem Penyimpanan Obat Di Gudang Instalasi Farmasi RSUD dr.
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini juga tidak lepas dari bimbingan
dan arahan dari berbgai pihak terkait. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pada
kesempatan ini tidak lupa penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Allah Azza Wa Jalla karena berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah tepat pada waktunya.
2. Bapak Supomo, M.Si., Apt selaku Direktur Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Samarinda.
3. Ibu Husnul Warnida, M.Si., Apt selaku dosen pembimbing 1 yang telah
banyak mengarahkan, membimbing penulis dalam penelitian dan
penyusunan Karya Tulis Ilmiah, serta untuk semua saran dan motivasi.
4. Bapak Eka Siswanto Syamsul, M.Sc., Apt selaku dosen pembimbing 2 yang
telah mengarahkan, membimbing, menghibur, memberi semangat dan
motivasi untuk penulis dalam penelitian dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini.
5. Bapak Achmad Kadri Ansyori, M.Sc., Apt selaku dosen penguji yang
memberikan petunjuk dan pengarahan untuk memperbaiki Karya Tulis
Ilmiah ini.
6. Ibu Yulia Sukawaty, M.Sc., Apt selaku dosen penguji yang memberikan
petunjuk dan pengarahan untuk memperbaiki Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Bapak Mokhamad Haryadi Saputro., S.Farm., Apt selaku pembimbing di
RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan yang telah mengarahkan,
membantu perizinan penelitan di rumah sakit tersebut, dan membimbing
penulis dalam penelitian.

v
8. Ayah, Ibu dan keluarga besar saya yang telah mendukung, memberikan
do’a, dan kasih sayang kepada saya.
9. Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2016 dalam tugas akhir ini yang telah
kompak dan saling memberi semangat dalam pengerjaan Karya Tulis Ilmiah
ini.
10. Bapak dan Ibu dosen serta staf tata usaha kampus Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKES) Samarinda.

Terima kasih atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada
penulis. Semoga diberi limpahan rahmat dan karunia yang diberikan oleh Allah
Azza Wa Jalla “aamiin”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu dalam kesempatan ini pula penulis mengharap
kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga Karya Tulis Ilmiah yang akan
datang bisa lebih baik. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi penulis
dan pembaca pada umumnya.

Samarinda, Juli 2019

Penulis

vi
ABSTRAK

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah unit di rumah sakit yang
merupakan tempat atau fasilitas yang bertanggung jawab seluruh perkerjaan serta
pelayanan kefarmasian yang ditunjukkan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri.
Salah satu kegiatan pada instalasi farmasi rumah sakit adalah penyimpanan
perbekalan farmasi. Tujuan penelitian adalah mengetahui profil penyimpanan obat
di gudang instalasi farmasi RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian non eksperimental. Metode
penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriftif dengan tujuan utama untuk
membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif. Penelitian dilakukan di
gudang instalasi farmasi RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan pada
bulan Maret 2019. Data dikumpulkan dengan mengisi tabel check list berdasarkan
pengamatan terhadap fasilitas untuk penyimpanan obat, kondisi ruangan gudang
penyimpanan obat, dan cara penyimpanan obat. Hasil pengamatan disajikan dalam
bentuk tabel berupa hasil check list.
Berdasarkan hasil penelitian Gudang Instalasi Farmasi RSUD Dr. Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan telah memenuhi persyaratan penyimpanan obat sesuai
ketentuan Ditjen Binfar dan Alkes Tahun 2010 dan Permenkes RI No. 72 Tahun
2016.

Kata kunci: Penyimpanan obat, Gudang farmasi, RSUD Dr. Kanujoso


Djatiwibowo.

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMA JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KTI................................................................ iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitan ....................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Rumah Sakit .............................................................................................. 4
B. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)...................................................... 4
C. Gudang Farmasi ........................................................................................ 9
D. Penyimpanan digudang instalasi farmasi rumah sakit .............................. 10
E. High Alert Medication .............................................................................. 22
F. LASA (Look Alike Sound Alike) ............................................................... 24
G. Standar Prosedur Operasional ................................................................... 25

viii
H. RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan ........................................ 27
1. Sejarah Singkat ..................................................................................... 27
2. Instalasi Farmasi Rumah Sakit ............................................................. 28
3. Gudang Instalasi Farmasi ..................................................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN


A. Rancangan Penelitian ................................................................................ 31
B. Objek Penelitian ........................................................................................ 31
C. Sampel dan Teknik Sampling ................................................................... 31
D. Variabel Penelitian .................................................................................... 31
E. Definisi Operasional ................................................................................. 32
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 32
1. Alat dan Bahan ..................................................................................... 32
2. Prosedur Penelitian ............................................................................... 33
3. Pengumpulan Data ............................................................................... 33
G. Analisis Data ............................................................................................. 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................. 34

BAB V PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................................... 46
B. Saran ......................................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 47


LAMPIRAN .................................................................................................... 49
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ 60

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Daftar Obat High Alert Medication .......................................................... 23


2. Daftar Obat Look Alike ............................................................................. 25
3. Daftar Obat Sound Alike ........................................................................... 25
4. Pengaturan Tata Ruang Penyimpanan Obat di Gudang ............................ 34
5. Prosedur Sistem Penyimpanan Obat di Gudang ....................................... 38
6. Fasilitas Penyimpanan obat di Gudang ..................................................... 41

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Label High Alert Medication .................................................................... 24


2. Label Obat NORUM/LASA ..................................................................... 24
3. Label Obat Sitostatika ............................................................................... 24
4. Label Elektrolit Pekat ............................................................................... 24

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Alur Penelitian .......................................................................................... 50


2. Surat izin melakukan penelitian ................................................................ 51
3. Surat balasan dari RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan ........... 52
4. Lembar check list ...................................................................................... 53
5. Gambar ...................................................................................................... 57

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) merupakan salah satu pelayanan

fungsional yang dilakukan oleh apoteker dengan menyelenggarakan kegiatan

kefarmasian di rumah sakit, yang meliputi perencanaan, pengendalian mutu,

pengadaaan, penyimpanan, dispensing, serta penggunaan sediaan farmasi, bahan

medis habis pakai, maupun alat kesehatan di rumah sakit (Permenkes, 2016).

Pelayanan farmasi Rumah Sakit merupakan salah satu kegiatan di Rumah

Sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas

dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar

pelayanan Rumah Sakit, disebutkan bahwa pelayanan farmasi Rumah Sakit

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan pasien,

penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang

terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

Hal ini didukung oleh Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, dimana

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) merupakan salah satu jenis pelayanan yang

wajib disediakan di Rumah Sakit. Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana

fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di

Rumah Sakit, salah satunya tentang penyimpanan (Permenkes, 2016).

Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara

menempatkan obat dan perbekalan kesehatan yang di terima pada tempat yang

1
2

dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat

dan perbekalan kesehatan (Depkes RI, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Puslitbang Biomedis dan Farmasi (2006)

menyebutkan bahwa masih banyak gudang penyimpanan obat di Rumah Sakit di

Indonesia yang kurang memenuhi persyaratan seperti tidak menggunakan sistem

alfabetis dalam penataanya, tidak menggunakan sistem FIFO atau FEFO dan

penggunaan kartu stok yang belum memadai. Penelitian Jannah (2017)

menyebutkan bahwa sistem penyimpanan obat di Gudang Instalasi Farmasi

RSUD Kudungga Sangatta belum sesuai dengan standar seperti, penggolongan

obat tidak berdasarkan kelas terapi/khasiat obat, serta kondisi dan fasilitas gudang

obat masih belum memadai. Penelitian Sheina, dkk (2010) menyatakan

penyimpanan obat di Gudang Instalasi Farmasi RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta Unit 1 tidak sesuai dengan standar, yaitu penggolongan obat tidak

berdasarkan kelas terapi/khasiat obat.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti akan meneliti tentang

gambaran penyimpanan obat di gudang instalasi Farmasi RSUD Dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah profil penyimpanan obat di gudang instalasi farmasi RSUD

Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan?.


3

C. Tujuan Penelitan

Mengetahui profil penyimpanan obat di gudang instalasi farmasi RSUD Dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

D. Manfaat Penelitian

1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis dalam

penyimpanan obat di gudang Instalasi Farmasi RSUD Dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan.

2. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebuah referensi bagi para peneliti

lainnya yang akan meneliti penyimpanan obat di gudang instalasi farmasi

Rumah Sakit lainnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumah Sakit

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes RI, 2016).

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) merupakan pelayanan kefarmasian di

rumah sakit yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di

rumah sakit yang meliputi perencanaan, pengendalian mutu, pengadaaan,

penyimpanan, dispensing, serta penggunaan sediaan farmasi, bahan medis habis

pakai, maupun alat kesehatan di rumah sakit (Permenkes, 2016).

B. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

1. Definisi Instalasi Farmasi di Rumah Sakit (IFRS)

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.72 tahun 2016 tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, instalasi farmasi adalah unit

pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan

kefarmasian di rumah sakit. Dalam penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di

rumah sakit dapat dibentuk satelit/depo farmasi sesuai dengan kebutuhan yang

merupakan bagian dari instalasi farmasi rumah sakit.

4
5

2. Tujuan, Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

a. Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

Tujuan kegiatan harian dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

adalah sebagai berikut:

1) Membantu dalam penyediaan perbekalan yang memadai oleh

apoteker rumah sakit yang memenuhi syarat.

2) Meningkatkan penelitian dalam praktek farmasi rumah sakit dan

dalam ilmu farmasetik pada umumnya.

3) Memberi manfaat kepada penderita, rumah sakit, sejawat profesi

kesehatan dan kepada profesi farmasi oleh apoteker rumah sakit

yang kompeten dan memenuhi syarat.

4) Membantu dalam pengembangan dan kemajuan profesi

kefarmasian.

Meningkatkan pengetahuan dan pengertian praktek farmasi rumah sakit

kontemporer bagi masyarakat, pemerintah, industri farmasi dan profesional

kesehatan lainnya. (Siregar dan Amalia, 2004)

b. Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

BerdasakanPeraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.72

tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Tugas

instalasi farmasi adalah:

1) Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi

seluruh kegiatan Pelayanan Kefarmasian yang optimal dan

profesional serta sesuai prosedur dan etik profesi


6

2) Melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan

bahan medis habis pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien

3) Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan sediaan

farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai guna

memaksimalkan efek terapi dan keamanan serta meminimalkan

risiko

4) Melaksanakan Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE) serta

memberikan rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien

5) Berperan aktif dalam Komite/ Tim Farmasi dan Terapi

6) Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan

pelayanan kefarmasian

7) Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan

formularium Rumah Sakit.

c. Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

BerdasarkanPeraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.72

tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, fungsi

farmasi rumah sakit adalah memberikan pelayanan yang bermutu dengan

ruang lingkup yang berorientasi pada kepentingan masyarakat meliputi:

1) Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis

pakai

a) Memilih sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis

habis pakai sesuai kebutuhan pelayanan Rumah Sakit


7

b) Merencanakan kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan

bahan medis habis pakai secara efektif, efisien dan optimal

c) Mengadakan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis

habis pakai berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat

sesuai ketentuan yang berlaku

d) Memproduksi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan

medis habis pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan

kesehatan di Rumah Sakit

e) Menerima sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis

habis pakai sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang

berlaku

f) Menyimpan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis

habis pakai sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan

kefarmasian

g) Mendistribusikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan

medis habis pakai ke unit-unit pelayanan di Rumah Sakit

h) Melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu

i) Melaksanakan pelayanan Obat “unit dose” (dosis sehari)

j) Melaksanakan komputerisasi pengelolaan sediaan farmasi, alat

kesehatan, dan bahan medis habis pakai (apabila sudah

memungkinkan)
8

k) Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang

terkait dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan

medis habis pakai

l) Melakukan pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat

kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang sudah tidak dapat

digunakan

m) Mengendalikan persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan

bahan medis habis pakai

n) Melakukan administrasi pengelolaan sediaan farmasi, alat

kesehatan, dan bahan medis habis pakai.

2) Pelayanan farmasi klinik

a. Mengkaji dan melaksanakan pelayanan resep atau permintaan

obat

b. Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan obat

c. Melaksanakan rekonsiliasi obat

d. Memberikan informasi dan edukasi penggunaan obat baik

berdasarkan resep maupun obat non resep kepada pasien atau

keluarga pasien

e. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang

terkait dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan

medis habis pakai

f. Melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga

kesehatan lain
9

g. Memberikan konseling pada pasien dan/atau keluarganya

h. Melaksanakan Pemantauan Terapi Obat (PTO)

i. Melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)

j. Melaksanakan dispensing sediaan steril

k. Melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada tenaga

kesehatan lain, pasien/keluarga, masyarakat dan institusi di

luar Rumah Sakit

l. Melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).

C. Gudang Farmasi

Gudang adalah segala yang membutuhkan penyimpanan, penyimpanan,

pemeliharaan, pendistribusian, pengendalian dan pemusnahan serta pelaporan

logistik dan peralatan penanggulangan bencana agar kualitas dan jaminan tetap

(BNPB, 2009).

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Gudang Farmasi mempunyai

fungsi:

1. Melakukan penerimaan, penyimpanan pemeliharaan dan

pendistribusian obat,

2. alat kesehatan dan perbekalan farmasi.

3. Melakukan pencatatan dan pelaporan mengenai persediaan dan

penggunaan

4. obat, alat kesehatan dan perbekalan farmasi.


10

5. Melakukan pengamatan terhadap mutu dan khasiat obat secara umum

baik

6. yang ada dalam persediaan maupun yang akan didistribusikan.

7. Melakukan urusan tata usaha, keuangan, kepegawaian dan urusan

dalam (Qodiriyanti, 2010).

D. Penyimpanan digudang instalasi farmasi rumah sakit

1. Definisi Penyimpanan

Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan

cara menempatkan obat dan perbekalan kesehatan yang diterima pada tempat

yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu

obat dan perbekalan kesehatan (Depkes RI, 2010).

2. Penyimpanan yang Baik

Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keaamanan sediaan

farmasi, Alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan

kefarmasian stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan

penggolongan jenis Sedian Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai (Permenkes RI, 2016).

Komponen yang harus diperhatikan antara lain:

a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan Obat

diberi label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama

kemasan dibuka, tanggal kadaluwarsa dan peringatan khusus.


11

b. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali

untuk kebutuhan klinis yang penting.

c. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien

dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan

disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah

penatalaksanaan yang kurang hati-hati.

d. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang

dibawa oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat

diidentifikasi.

e. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan

barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.

3. Instalasi Farmasi harus bisa memastikan bahwa obat disimpan secara benar.

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang harus

disimpan terpisah yaitu:

a. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi

tanda khusus bahan berbahaya.

b. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi

penandaaan untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis.

Penyimpanan tabung gas medis kosong terpisah dari tabung gas medis

yang ada isinya. Penyimpanan tabung gas medis di ruangan harus

menggunakan tutup demi keselamatan.

c. Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk

sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
12

Habis Pakai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip

First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai

sistem informasi manajemen. Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang penampilan dan

penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak

ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk

mencegah terjadinya kesalahan pengambilan Obat.

4. Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan obat emergensi

untuk kondisi kegawatdaruratan. Tempat penyimpanan harus mudah diakses

dan terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian. Pengelolaan obat

emergensi harus menjamin:

a. Jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi yang telah

ditetapkan;

b. Tidak boleh bercampur dengan persediaan Obat untuk kebutuhan lain;

c. Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti;

d. Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa; dan

e. Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain (Permenkes RI, 2016).

5. Tujuan Penyimpanan Obat

Tujuan penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan adalah untuk:

a. Memelihara mutu obat

b. Menghindari penyalahgunaan dan penggunaan yang salah

c. Menjaga kelangsungan persediaan

d. Memudahkan pencarian dan pengawasan (Depkes RI, 2010).


13

6. Kegiatan Penyimpanan

Kegiatan penyimpanan obat meliputi:

a. Penyiapan Sarana Penyimpanan Obat

Ketersediaan sarana yang ada di unit pengelola obat dan perbekalan

kesehatan bertujuan untuk mendukung jalannya organisasi. Adapun sarana

yang minimal sebaiknya tersedia adalah sebagai berikut:

1) Gedung dengan luas 300 m2 – 600 m2

2) Kendaraan roda dua dan roda empat, dengan jumlah 1 – 3 unit,

3) Komputer dan Printer dengan jumlah 1 – 3 unit,

4) Telepon dan Faksimile dengan jumlah 1 unit,

5) Sarana penyimpanan:

a) Rak : 10 - 15 unit,

b) Pallet : 40 - 60 unit,

c) Lemari : 5 - 7 unit,

d) Lemari Khusus : 1 unit,

e) Cold chain (medical refrigerator),

f) Cold Box,

g) Cold Pack,

h) Generator,

6) Sarana Administrasi Umum:

a) Brankas : 1 unit,

b) Mesin Tik : 1 – 2 unit,

c) Lemari arsip : 1 – 2 unit,


14

7) Sarana Administrasi Obat dan Perbekalan Kesehatan:

a) Kartu stok,

b) Kartu persediaan obat,

c) Kartu induk persediaan obat,

d) Buku harian pengeluaran barang,

e) SBBK (Surat Bukti Barang Keluar),

f) Kartu rencana distribusi,

g) Lembar bantu penentuan proporsi stok optimum

h) (Depkes RI, 2010).

b. Tata Ruang Gudang Obat

Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan,

pencarian dan pengawasan obat, maka diperlukan pengaturan tata ruang

gudang dengan baik. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam

merancang gudang obat adalah sebagai berikut:

1) Kemudahan bergerak

Untuk kemudahan bergerak, gudang perlu ditata sebagai berikut:

a) Gudang jangan menggunakan sekat-sekat karena akan

membatasi pengaturan ruangan. Jika digunakan sekat,

perhatikan posisi dinding dan pintu untuk mempermudah

gerakan.

b) Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran obat,

ruang gudang dapat ditata berdasarkan sistem:


15

(1). Arus garis lurus

(2). Arus U

(3). Arus L

c) Sirkulasi udara yang baik

Salah satu faktor penting dalam merancang gudang adalah

adanya sirkulasi udara yang cukup di dalam ruangan gudang.

Sirkulasi yang baik akan memaksimalkan stabilitas obat sekaligus

bermanfaat dalam memperbaiki kondisi kerja petugas. Idealnya

dalam gudang terdapat AC, namun biayanya akan menjadi mahal

untuk ruang gudang yang luas. Alternatif lain adalah

menggunakan kipas angin/ventilator/rotator. Perlu adanya

pengukur suhu di ruangan penyimpanan obat dan dilakukan

pencatatan suhu.

2) Rak dan Pallet

Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet akan dapat

meningkatkan sirkulasi udara dan pemindahan obat.

Penggunaan pallet memberikan keuntungan:

a) Sirkulasi udara dari bawah dan perlindungan terhadap banjir,

serangan,

b) Melindungi sediaan dari kelembaban,

c) Memudahkan penanganan stok,

d) Dapat menampung obat lebih banyak,

e) Pallet lebih murah dari pada rak.


16

3) Kondisi penyimpanan khusus

a) Vaksin dan serum memerlukan Cold Chain khusus dan harus

tersedia generator untuk melindungi dari kemungkinan

putusnya aliran listrik,

b) Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari

khusus dan selalu terkunci sesuai dengan peraturan yang

berlaku.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 3 Tahun 2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan,

Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan

Prekusor Farmasi, menetapkan bahwa Farmasi sebagai penyedia

obat-obatan untuk kebutuhan Rumah Sakit, mewajibkan untuk

menyediakan lemari tempat khusus untuk obat-obatan tertentu

yang memiliki perlindungan dan pengawasan dalam

penggunaannya yang sering disebut “Lemari Narkotika dan

Psikotropika”.

c) Temperatur

Terdapat beberapa jenis kondisi penyimpanan yang

dibedakan berdasarkan suhu diantaranya yaitu:

(1). Beku dengan suhu penyimpanan dipertahankan antara -250C

sampai dengan -150C

(2). Dingin dengan suhu penyimpanan dipertahankan antara 20C-

80C
17

(3). Sejuk dengan suhu penyimpanan dipertahankan antara 80C-

150C

(4). Persyaratan suhu udara diruangan yaitu antara 150C-300C

(Roy et al, 2015).

4) Pencegahan kebakaran

Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang mudah

terbakar seperti alkohol, eter dan pestisida harus disimpan dalam

ruangan khusus, sebaiknya disimpan di bangunan khusus terpisah dari

gudang induk, dus, karton dan lain-lain. Alat pemadam kebakaran

(APAR) harus diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau dan

dalam jumlah yang cukup (Depkes RI, 2010).

c. Penggolongan Obat

1) Obat Bebas adalah obat yang dibeli tanpa resep dokter. Label obat

diberi tanda lingkaran hijau degan garis tepi berwarna hitam

(Permenkes RI, 2000),

2) Obat Bebas Terbatas (Daftar W: Warschuwing) adalah obat keras

yang diberikan pada setiap takaran dan kemasan yang digunakan

untuk mengobati penyakit ringan yang dikenali oleh penderita

sendiri. Dapat dibeli tanpa menggunakan resep dokter. Label obat

diberi tanda lingkaran biru dengan garis tepi hitam. Tanda

peringatan obat bebas terbatas sebagai berikut:


18

a) P. No. 1 : Awas! Obat keras. Baca aturan pemakaiannya.

b) P. No. 2 : Awas! Obat keras. Hanya untuk kumur, jangan

ditelan.

c) P. No. 3 : Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari

badan.

d) P. No. 4 : Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.

e) P. No. 5 : Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.

f) P. No. 6 : Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan.

3) Obat Keras (Daftar G : Gevarlijk : berbahaya) adalah obat yang

hanya dapat dibeli di apotek harus dengan resep dokter. Tanda

khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran

merah dengan garis tepi berwarna hitam (Permenkes RI, 2000).

4) Obat Wajib Apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan

tanpa resep dokter. Peraturan tentang Obat Wajib Apotek

berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

347/Menkes/SK/VII/1990 yang telah di perbaharui dengan

Keputusan Menteri Kesehatan No. 924/Menkes/Per/X/1993, di

keluarkan dengan pertimbangan sebagai berikut:

a) Pertimbangan yang utama untuk obat wajib apotek ini sama

dengan pertimbangan obat yang diserahkan tanpa resep

dokter, yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat dalam

menolong dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan,


19

dengan meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman

dan rasional.

b) Pertimbangan yang kedua untuk meningkatkan peran

apoteker di apotek dalam pelayanan komunikasi, informasi

dan edukasi atau pembelajaran serta pelayanan obat kepada

masyarakat sehingga masyarakat lebih mengerti tentang

penggunaan obat yang baik dan benar sesuai dengan dosis.

c) Pertimbangan yang ketiga untuk meningkatkan penyediaan

obat yang dibutuhkan untuk pengobatan sendiri (Depkes RI,

1993).

5) Obat Narkotika menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997

tentang narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman

atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya

rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang

dibedakan kedalam golongan I, II dan III (Permenkes RI, 2000).

6) Obat Psikotropika menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1997 tentang psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah

maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang

menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku

(Permenkes RI, 2000).


20

d. Penyusunan Stok Perbekalan Farmasi

Perbekalan farmasi disusun menurut sediaan dan alfabetis. Untuk

memudahkan pengendalian stok maka dilakukan langkah-langkah sebagai

beikut:

1) Gunakan prinsip First Expired date First Out (FEFO) dan First In

First Out (FIFO),

2) Susun obat dalam kemasan besar di atas pallet secara rapi dan

teratur. Untuk obat kemasan kecil dan jumlahnya sedikit disimpan

dalam rak dan pisahkan antara obat dalam dan obat untuk

pemakaian luar dengan memperhatikan keseragaman nomor

batch,

3) Gunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotika dan

psikotropika,

4) Simpan obat yang stabilitasnya dapat dipengaruhi oleh

temperatur, udara, cahaya dan kontaminasi bakteri pada tempat

yang sesuai. Perhatikan untuk obat yang perlu penyimpanan

khusus,

5) Cantumkan nama masing-masing obat pada rak dengan rapi,

6) Apabila persediaan obat cukup banyak, maka biarkan obat tetap

dalam box masing-masing (Depkes RI, 2010).


21

e. Pengamatan Mutu Obat

Mutu obat yang disimpan di ruang penyimpanan dapat mengalami

perubahan baik karena faktor fisik maupun kimiawi yang dapat diamati

secara visual. Jika dari pengamatan visual diduga ada kerusakan yang tidak

dapat ditetapkan dengan cara organoleptik, harus dilakukan sampling untuk

pengujian laboratorium.

Tanda-tanda perubahan mutu obat:

1) Tablet

a) Terjadinya perubahan warna, bau atau rasa,

b) Kerusakan berupa noda, berbintik-bintik, lubang, pecah, retak dan

c) atau terdapat benda asing, jadi bubuk dan lembab

d) kaleng atau botol rusak, sehingga dapat mempengaruhi mutu obat

2) Kapsul

a) Perubahan warna isi kapsul

b) Kapsul terbuka, kosong, rusak atau melekat satu dengan lainnya

3) Tablet salut

a) Pecah-pecah, terjadi perubahan warna

b) Basah dan lengket satu dengan yang lainnya

c) Kaleng atau botol rusak sehingga menimbulkan kelainan fisik

4) Cairan

a) Menjadi keruh atau timbul endapan

b) Kosnsisten berubah
22

c) Warna atau rasa berubah

d) Botol-botol plastik rusak atau bocor

5) Salep

a) Warna berubah

b) Pot atau tube rusak atau bocor

c) Bau berubah

6) Injeksi

a) Kebocoran wadah (vial,ampul)

b) Terdapat partikel asing pada serbuk injeksi

c) Larutan yang seharusnya jernih tampak keruh atau ada endapan

d) Warna larutan berubah (Depkes RI, 2010).

E. High Alert Medication

Obat High Alert Medication adalah obat yang harus diwaspadai karena

sering menyebabkan terjadi kesalahan serius (sentinel event) dan obat yang

beresiko tinggi menyebabkan reaksi obat yang tidak diinginkan. Kelompok Obat

High Alert Medication yaitu, LASA/NORUM, elektrolit pekat, dan obat

sitostatika (Permenkes RI, 2016).

Hal- hal yang perlu diperhatikan dari obat-obat high alert ini antara lain:

1. Perlunya penandaan obat high alert berupa stiker “High Alert double
check” untuk elektrolit konsentrasi tinggi, jenis injeksi atau infus

tertentu seperti heparin dan insulin.


23

2. Penandaan stiker “LASA” untuk obat yang termasuk kelompok LASA;


baik itu pada tempat penyimpanannya maupun apabila obat dikemas

dalam paket untuk kebutuhan pasien.

3. Pentingnya memiliki daftar obat high alert pada setiap depo farmasi,
ruang rawat, dan poliklinik.

4. Kewajiban bagi setiap tenaga kesehatan untuk mengetahui cara


penanganan khusus untuk obat high alert.

5. Penyimpanan obat high alert diletakkan pada tempat yang terpisah


dengan akses yang terbatas.

6. Perlunya dilakukan pengecekan obat dengan dua orang perugas yang


berbeda.

7. Jangan pernah menyimpan obat dengan kategori kewaspadaan tinggi di


meja dekat pasien tanpa pengawasan (Cohen, 2007).

Tabel 1. Daftar Obat High Alert Medication (Rumah Sakit Islam Siti Rahmah, 2013)
Golongan Nama Obat
Beloxa
Avastin
Sitostatika/kemoterapi
Rexta
Leucovurin
Levemir
Insulin Novomix
Novorapid
Kalium fosfat
Elektrolit pekat Natrium klorida 3%,
KCL 4,76%
24

Label Obat-Obat High Alert Medication:

Gambar 1. Label High Alert Medication

Gambar 2. Label Obat NORUM/LASA

Gambar 3. Label Obat Sitostatika

Gambar 4. Label Elektrolit Pekat

F. LASA (Look Alike Sound Alike)

Kelompok obat High Alert diantaranya adalah obat yang terlihat mirip dan

kedengaranya mirip (NORUM) atau LASA (Look Alike Sound Alike)

berhubungan dengan obat-obatan yang secara visual mempunyai kemiripan dalam

bentuk fisik atau kemasan dan nama obat dengan kesamaan ejaan serta cara

pengucapan (permenkes RI, 2014).


25

Nama Obat Rupa Ucapan Mirip (NORUM) atau Looks Alike Sounds Alike

(LASA). Penyusunan obat-obatan yang penampilan dan penamaan yang mirip

(LASA) ditempatkan tidak berdekatan dan diberi penandaan khusus berupa

ditempatkan dua obat yang bukan LASA ditengah, ini dimaksudkan untuk

menghindari human error pada saat pengambilan obat. (Permenkes RI, 2016).

Berikut merupakan contoh daftar obat LASA yang terdapat di bagian Gudang

Farmasi:

Tabel 2. Daftar obat Look Alike (Putra dkk, 2014).


Nama Obat
Alprazolam 0,5 mg Alprazolam 1 mg
Amlodipin 5 mg Amlodipin 10 mg
Amoksan 250 mg Amoksan 500 mg
Amoksan sirup Amoksan forte sirup
Bufect sirup Bufect forte sirup
Candesartan 8 mg Candesartan 16 mg

Tabel 3. Daftar obat Sound Alike (Putra dkk, 2014).


Nama Obat
Ephedrin Ephineprine
Semax Simarc 2
Prednison Prednisolone
Dimenhydrinate Diphenhydramine
Decain Recain

G. Standar Prosedur Operasional

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009 standar

prosedur operasional adalah suatu perangkat instruksi/langkah-langkah yang

dibakukan untuk menyelesaikan proses kerja rutin tertentu. Standar prosedur

operasional memberikan langkah yang benar dan terbaik berdasarkan consensus

bersama untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang dibuat
26

oleh sarana pelayanan kesehatan berdasarkan standar profesi. Standar Prosedur

Operasional (SPO) adalah prosedur tertulis berupa petunjuk operasional tentang

Pekerjaan Kefarmasian. Tujuan prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan

pengawasan penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan. Prosedur standar

prosedur operasional adalah sebagai berikut:

1. Mencatat jumlah, nomor batch dan tanggal kedaluwarsa sediaan farmasi dan

alat kesehatan di dalam kartu stok.

2. Menyimpan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diterima pada rak yang

sesuai berdasarkan aspek farmakologi, bentuk sediaan, secara alfabetis atau

penyimpanan khusus dll.

3. Setiap penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan harus mengikuti

prinsip FIFO (First In First Out = pertama masuk-pertama keluar) dan

FEFO (First Expired First Out = pertama kedaluwarsa-pertama keluar); dan

harus dicatat di dalam kartu persediaan sediaan farmasi dan alat kesehatan.

4. Memasukkan bahan baku obat ke dalam wadah yang sesuai, memberi etiket

yang memuat nama obat, nomor batch dan tanggal kedaluwarsa.

5. Menyimpan bahan obat pada kondisi yang sesuai, layak dan mampu

menjamin mutu dan stabilitasnya pada rak secara alfabetis.

6. Mengisi kartu stok setiap penambahan dan pengambilan.

7. Menjumlahkan setiap penerimaan dan pengeluaran sediaan farmasi dan alat

kesehatan pada kartu stok dan memberi garis dengan warna merah di bawah

jumlah penerimaan dan pengeluaran dan dibubuhi paraf petugas di setiap

akhir bulan.
27

8. Menghindari menyimpan sediaan farmasi dengan kekuatan yang berbeda

dalam satu wadah.

9. Menyediakan tempat khusus di luar ruang peracikan untuk menyimpan

sediaan yang rusak dan kedaluwarsa (Depkes RI, 2009).

H. Gambaran Umum RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

1. Sejarah Singkat RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

Almarhum Dr. Kanujoso Djatiwibowo pertama kali menjadi Kepala Rumah

Sakit, pada saat tentara Jepang masuk ke Balikpapan, Dr. kanujoso Djatiwibowo

dipindahkan ke Rumah Sakit Sim Min Biyoying di KM 1 Balikpapan. Pada

tanggal 12 September 1949 Hospital tersebut pindah ke gedung baru di Gunung

Sari Ulu, tepatnya di Jl. Jend. A. Yani dan menjadi Rumah Sakit Umum

Balikpapan milik Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.

Pembangunan gedung baru RSU Balikpapan, dimulai pada tanggal 31 Maret

1994, di Jl. Letjend. M.T. Haryono Ring Road Balikapan Utara. Pembangunan

Rumah Sakit tersebut dipersiapkan menjadi Rumah Sakit Kelas B. Tahun 1997

tepatnya pada tanggal 21 April, gedung baru Rumah Sakit Umum Balikpapan

mulai dipergunakan. Peresmian gedung baru Rumah Sakit Umum Balikpapan

oleh Presiden RI Soeharto, pada tanggal 19 Agustus 1997 dan diberi nama RSU

Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan sesuai dengan Keputusan Menteri

Kesehatan RI dengan kapasitas 300 tempat tidur. Pada tahun 1998 RSU Dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan di Akreditasi dengan SK Menkes RI.Seiring

dengan perkembangan zaman tahun 2011 RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo


28

Balikpapan mulai membangun gedung Anggrek Hitam 8 lantai yang dilengkapi

dengan Heliped dan diresmikan oleh Ibu Menteri Kesehatan Dr. Andi Nafsiah

Walinono Mboi, SpA, M.P.H. pada tanggal 22 Maret 2013.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Kanujoso Djatiwibowo

merupakan rumah sakit Tipe B Non Pendidikan dengan kelembagaan sebagai

Badan Layanan Umum Daerah/BLUD, milik Pemerintah Provinsi Kalimantan

Timur yang telah terakreditasi dan terstandarisasi ISO. Pada tahun 1999 lulus

akreditasi 5 Pelayanan, tahun 2011 lulus akreditasi 16 Pelayanan, Desember 2011

lulus sertifikasi ISO:2008, dan pada 28 Mei 2016 RSUD Dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan menerima Sertifikat Akreditasi Tingkat Paripurna

(Bintang Lima). Sertifikat tersebut diserahkan Dewan Pembina Komisi Akreditasi

Rumah Sakit (KARS) oleh Dr. Wasista Budiwaluyo, MHA kepada Gubernur

Kalimantan Timur, Dr. H. Awang Faroek Ishak yang kemudian diserahkan kepada

Direktur RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan, Dr. Edy Iskandar, SpPD,

FINASIM, MARS.

2. Instalasi Farmasi Rumah Sakit RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan

Instalasi Farmasi Rumah Sakit untuk menyediakan yang optimal bagi semua

pasien dan menjamin pelayanan yang tinggi dengan biaya minimal. Jadi Instalasi

Farmasi Rumah Sakit adalah satu-satunya unit di rumah sakit yang bertanggung

jawab atas semua aspek yang berhubungan dengan obat-obatan kesehatan yang

menyebar dan di rumah sakit tersebut.


29

Instalasi Farmasi Rumah Sakit bertanggung jawab mengembangkan suatu

pelayanan farmasi yang luas dan terkoordinasi dengan baik dan tepat untuk

memenuhi kebutuhan berbagai bagian atau unit diagnosis dan terapi, unit

pelayanan keperawatan, staf medik dan rumah sakit keseluruhan untuk

kepentingan pelayanan penderita yang lebih baik (Siregar, 2004).

Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan, meliputi:

a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.

b. Menyelanggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional

berdasarkan prosedur kefarmasian dan etika profesi.

c. Melakukan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE).

d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa dan evaluasi untuk

meningkatkan mutu pelayanan farmasi.

e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.

f. Menyelanggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.

g. Mengadakan penilitian dan pengembangan di bidang farmasi.

h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunya standar pengobtan dan

Formularium Rumah Sakit.

3. Gudang Instalasi Farmasi RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

Gudang Instalasi farmasi di RSUD Dr. Kanujoso Balikpapan memiliki 4

depo yaitu depo 1 (rawat jalan), depo 2 (rawat inap) depo 3 (IRD dan Instalasi

Rawat Intensif seperti ICCU, ICU, NICU) dan depo anggrek hitam (rawat inap

khusus kelas I, VIP, VVIP, rawat jalan, dan, unit stroke).


30

Pengelolaan di instalasi farmasi dilakukan secara desentralisasi dan

distribusi obat dan perbekalan farmasi dilakukan ke masing-masing depo sesuai

permintaan depo. Pengadaan obat dilakukan untuk menyediakan perbekalan

farmasi yang dibutuhkan oleh rumah sakit berdasarkan formularium RSUD

Kanujoso Balikpapan yang telah disepakati oleh Komite Farmasi dan Terapi

(KFT).
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian non eksperimental. Metode

penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan tujuan utama untuk

membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif di gudang instalasi

farmasi RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

B. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah penyimpanan obat di gudang instalasi farmasi

RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

C. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel pada penelitian ini yaitu gudang obat instalasi farmasi RSUD Dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan. Teknik penelitian menggunakan teknik total

sampling, teknik total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah

sampel sama dengan populasi yang ada (Sugiyono, 2007).

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas dalam penelitian ini adalah fasilitas di gudang instalasi

farmasi RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

31
32

2. Variabel Terikat dalam penelitian ini adalah penyimpanan obat di gudang

instalasi farmasi RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

E. Definisi Operasional

1. Profil penyimpanan obat adalah gambaran tentang keadaan atau kondisi

gudang penyimpanan obat di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo.

Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan, memelihara obat, dan

menempatkan perbekalan farmasi agar dapat menjamin mutu obat yang

baik.

2. Gudang instalasi farmasi adalah tempat menyimpan semua jenis perbekalan

farmasi sebelum perbekalan farmasi di distribusikan ke setiap depo farmasi

di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo.

3. RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan adalah Rumah Sakit Tipe B

milik Pemerintah Daerah Balikpapan yang menyediakan pelayanan

kesehatan cukup lengkap dan berkualitas untuk masyarakat.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Alat dan Bahan

a. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar check list,

hygrometer, termometer, meteran, alat tulis dan kamera hand phone.

b. Bahan penelitian ini adalah gudang instalasi farmasi RSUD Dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan dari lembar check list


33

pengumpulan data tentang penyimpanan obat di gudang instalasi

farmasi tersebut.

2. Prosedur Penelitian

a. Memperoleh surat rekomendasi dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Samarinda untuk melakukan penelitian di gudang instalasi farmasi

RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

b. Memperoleh izin untuk melakukan penelitian dari pihak RSUD Dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan melalui bagian Pendidikan dan

Penelitian.

c. Mengurus izin ke Kepala Instalasi Farmasi dan Kepala Gudang Farmasi

RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

3. Pengumpulan Data

Data yang diperoleh adalah hasil dari data check list di gudang instalasi

farmasi RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

G. Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis deskriptif.

Hasil analisis kesesuaian data menggunakan tabel berdasarkan dengan Permenkes

RI No. 72 Tahun 2016 dan Ditjen Binfar dan Alkes Tahun 2010.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian gambaran penyimpanan obat di gudang instalasi farmasi RSUD

dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan pada Bulan Maret 2019, dilakukan

berdasarkan persyaratan dari Permenkes RI No. 72 Tahun 2016 tentang

penyimpanan obat dan Ditjen Binfar dan Alkes Tahun 2010. Dengan indikator

yang meliputi kondisi ruangan, fasilitas, dan prosedur penyimpana obat.

Berdasarkan hasil penelitian yang diambil di gudang instalasi farmasi

RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4. Pengaturan Tata Ruang Penyimpanan Obat di Gudang


RSUD Dr.
Pengaturan Tata Ruang
Kanujoso
No Penyimpanan Obat di Keterangan
Djatiwibowo
Gudang
Ya Tidak
Lokasi penyimpanan Gudang instalasi farmasi
harus menyatu dengan RSUD Dr. Kanujoso terletak
1 √
sistem pelayanan didalam Rumah Sakit
Rumah Sakit
Dipisahkan antara Gudang instalasi farmasi
fasilitas RSUD Dr. Kanujoso
penyelenggaraan memiliki ruangan masing-
manajemen, pelayanan masing untuk
2 √
langsung pada pasien, penyelenggaraan manajemen,
peracikan dan produksi pelayanan langsung pada
pasien, peracikan dan
produksi
Penyimpanan obat, Memiliki ruangan penanganan
penanganan dan sediaan sitotatik,
3 pembuangan limbah √ pembuangan limbah dan
sitotoksik dibuat secara penyimpanan secara khusus
khusus

34
35

Tabel 4. Pengaturan Tata Ruang Penyimpanan Obat di Gudang (Lanjutan)


RSUD Dr.
Pengaturan Tata Ruang Kanujoso
No Penyimpanan Obat di Djatiwibowo Keterangan
Gudang
Ya Tidak
Fasilitas penyimpanan dingin Terdapat form ukur
4 dievaluasi secara berkala √ pemantau suhu yang di cek
setiap jam kerja
Gas medis disimpan dengan Gas medis (oksigen)
posisi berdiri dan gas medis disimpan dengan posisi
5 kosong terpisah dari tabung √ berdiri dan gas medis
gas medis yang ada isinya kosong terpisah dari tabung
gas medis yang ada isinya
Luas minimal 300-600 m2 Luas gudang farmasi
6 √ RSUD Kanujoso
Balikpapan 479 m2
Lantai dibuat dari Lantai dibuat dari semen
7 tegel/semen √ dan dikramik

Adanya lampu untuk Gudang memiliki lampu


pencahayaan bohlam untuk penerangan
8 √ yang berada disetiap
ruangan penyimpanan
obat
Dinding gudang dibuat licin Dinding gudang dibuat
9 √
licin berwarna hijau
Gudang memiliki ventilasi Gudang memiliki
ventilasi berupa AC di
10 √
setiap ruangan
penyimpanan obat
Gudang memiliki jendela Gudang memiliki jendela
yang bertralis yang bertralis ada 3
ruangan penyimpanan
11 √
obat masing-masing
ruangan memiliki 5
jendela yang bertralis
Terdapat ruang terpisah Gudang memiliki ruangan
untuk obat B3 (Beracun, untuk obat yang mudah
12 Berbahaya dan mudah √ terbakar/B3 (Beracun,
terBakar) Berbahaya dan mudah
terBakar)
Atap gudang dalam keadaan Keadaan atap gudang baik
13 √
baik dan tidak bocor dan tidak ada yang bocor
JUMLAH 13 0
36

Gudang penyimpanan obat RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

berada Instalasi Farmasi Rumah Sakit, dikelola dengan tata ruang yang baik

dengan adanya ruangan khusus untuk gudang penyimpanan obat. Gudang Instalasi

Farmasi RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan memiliki ruang khusus

penanganan obat sitotoksik yang berada di lantai dua (Permenkes RI, 2016).

Di gudang instalasi farmasi RSUD Dr. Kanujoso mendistribusi ke 4 depo

yaitu depo 1 (rawat jalan), depo 2 (rawat inap) depo 3 (IRD dan Instalasi Rawat

Intensif seperti ICCU, ICU, NICU) dan depo anggrek hitam (rawat inap khusus

kelas I, VIP, VVIP, rawat jalan, dan unit stroke).

Penanganan limbah digudang farmasi RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo

disediakan tong sampah yang terbagi menjadi tiga yaitu: sampah infeksius,

sampah non infeksius dan sampah sitostatika dan terakhir dibuang ke

penampungan limbah dan dibakar menggunakan (Permenkes RI, 2016).

Penyimpanan gas medis di gudang farmasi penyimpanan dibuat keranjang

kayu yang di bagi kanan dan kiri, untuk memisahkan gas medis kosong diposisi

kanan dan diposisi kiri untuk gas medis terisi dengan posisi berdiri. Persyaratan

penyimpanan gas medis adalah gas medis disimpan dengan posisi berdiri dan gas

medis kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya (Permenkes RI,

2016).

Fasilitas penyimpanan dingin dievaluasi secara berkala diukur

menggunakan termometer dan dicatat di form ukur penentuan suhu. Setiap jam

kerja yaitu pagi dan sore selalu dikontrol dan dicatat di form ukur penentuan suhu

yang tertera di depan lemari pendingin (medical refrigerator).


37

Berdasarkan tabel gudang farmasi merupakan salah satu yang mendukung

kegiatan penyimpanan obat dan pendistribusian obat, bahan medis habis pakai,

dan alat kesehatan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan. Gudang tersebut terdiri 2 lantai memiliki luas

479 m2 (Depkes, 2010) yang menyebutkan bahwa luas gudang farmasi minimal

300-600 m2, gudang farmasi yang luas dapat memudahkan dalam bergerak.

Gudang di Instalasi Farmasi RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan lantai

dibuat dari tegel/semen, dinding gudang dibuat licin untuk terhindar dari debu dan

diberi warna cerah yaitu hijau, gudang memiliki lampu bohlam untuk penerangan.

Gudang di Instalasi Farmasi RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

memiliki ventilasi berupa AC di setiap ruangan penyimpanan obat, atap gudang

obat dalam keadaan baik dan tidak ada yang bocor dan gudang memiliki jendela

yang bertralis ada tiga ruangan penyimpanan obat masing-masing ruangan

memiliki lima jendela yang bertralis tetapi di ruangan penyimpanan alat kesehatan

dan bahan medis habis pakai memiliki dua jendela yang tidak bertralis yang

dimana dapat terjadi hal yang tidak diingankan yaitu pencurian.

Gudang memiliki ruangan untuk obat B3 (Bahan, Beracun, dan Berbahaya)

dan sudah diberi penandaan yang jelas untuk peringtan petugas gudang agar selalu

hati-hati saat penangannya. Bahan-bahan yang mudah terbakar, contohnya alcohol

dll. Bahan kimia yang berbahaya disimpan dalam ruangan khusus (Harjanto, dkk

2011).
38

Tabel 5. Prosedur Penyimpanan Obat di Gudang


RSUD Dr.
Prosedur Penyimpanan Kanujoso
No Keterangan
Obat di Gudang Djatiwibowo
Ya Tidak
Menerapkan Prinsip FIFO Gudang instalasi farmasi
RSUD Dr. Kanujoso
1 √
sudah menerapkan prinsip
FIFO
Menerapkan Prinsip Gudang instalasi farmasi
FEFO RSUD Dr. Kanujoso
2 √
sudah menerapkan prinsip
FEFO
Alat Kesehatan, dan Gudang instalasi farmasi
Bahan Medis Habis Pakai RSUD Dr. Kanujoso
disimpan secara khusus memiliki ruangan khusu
3 √
penyimpanan Alat
Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai
Obat disusun secara abjad Gudang instalasi farmasi
4 √ RSUD Dr. Kanujoso Obat
disusun secara abjad
Penyimpanan obat LASA penyimpanan obat LASA
(Look alike sound alike) (Look alike sound alike)
5 tidak ditempatkan √ diberi penandaan yang jelas
berdekatan dan harus dan tidak ditempatkan
diberi penandaan khusus berdekatan
Penyimpanan obat Gudang instalasi farmasi
berdasarkan jenis obat RSUD Dr. Kanujoso
6 √
penyimpanan berdasrkan
jenis obat
Tumpukkan sebaiknya Gudang instalasi farmasi
harus sesuai dengan RSUD Dr. Kanujoso
7 √
petunjuk pada karton tumpukan kerdus sesuai
pada karton
Obat-obatan Narkotika Obat-obatan Narkotika
dan psikotropika dan psikotropika
8 diletakkan dilemari √ memiliki lemari khusus
khusus yang terpisah dengan obat
lain
39

Tabel 5. Prosedur Sistem Penyimpanan Obat di Gudang (Lanjutan)


RSUD Dr.
Prosedur Penyimpanan Kanujoso
No Djatiwibowo Keterangan
Obat di Gudang
Ya Tidak
Lemari obat-obatan Lemari obat narkotika
9 narkotika dan psikotropika √ dan psikotropika selalu
selalu dikunci terkunci
JUMLAH 9 0

Gudang penyimpana obat di instalasi farmasi RSUD dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan, menerapkan prinsip sistem First Expired date First Out

(FEFO) dan First In First Out (FIFO) yaitu obat pertama datang pertama kali

dikeluarkan lebih dahulu dan obat tersebut disusun dibagian depan. Hal ini sangat

penting karena obat yang sudah lama biasanya kekuatanya berkurang (Magindra

dkk, 2011). Penyimpanan obat LASA (Look Alike Sound Alike) diberi lebel/stiker

agar dapat membedakan dengan obat yang lainnya seperti glimepirid 1 mg, 2 mg,

3 mg, dan 4 mg, amlodipin 5 mg dan 10 mg. Contoh obat Look Alike yang ada di

gudang di instalasi farmasi RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo adalah candesartan

8 mg dan candesartan 16 mg, contoh obat Sound Alike adalah asam mefenamat

dan asam traneksamat. Obat LASA (Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan

berdekatan dan harus deberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya

kesalahan pengambilan obat (Menkes RI, 2016).

Di gudang menerapkan pengaturan penyimpanan obat berdasarkan bentuk

sediaan namun belum disimpan berdasarkan kelas terapi atau khasiat, tujuannya

untuk mudah dalam pengambilan dan penyimpanan obat. Obat disimpan

berdasarkan abjad dan jenis obat berdasarkan bentuk sediaan yaitu; obat oral
40

(tablet, sirup, dan kapsul), obat injeksi (ampul, vial, insulin, cairan infus), obat

luar (salep, gel, tetes, dan kumur), dan obat hirup (inhaler) agar mudah untuk

mencari obat (Murini, 2013). Obat yang rusak dan kadaluarsa diletakkan terpisah

dengan obat yang masih baik dan memiliki lemari khusus, untuk mencegah

kesalahan pengambilan obat (Depkes RI, 2010).

Di gudang memiliki ruangan khusus penyimpanan Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai, terpisah dari penyimpanan obat (Permenkes RI, 2016).

Tumpukan telah sesuai dengan petunjuk pada karton/dus yang bertuliskan

tumpukam maksimal 8 susun, dus obat jangan ditumpuk teralu tinggi karena obat

yang ada di dalam dus bagian tengah ke bawah dapat pecah, dan rusak, selain itu

akan menyulitkan pengambilan obat di dalam dus yang teratas (Depkes RI, 2010).

Gudang instalasi farmasi RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo memiliki lemari

pintu ganda khusus untuk penyimpanan obat narkotika dan psikotropika terbuat

dari bahan yang kuat, tidak mudah dipindahkan dan mempunyai dua buah kunci

yang berbeda dan harus diletakkan dalam ruangan khusus, diletakkan tempat yang

aman dan tidak terlihat oleh umum. Kunci disimpan oleh petugas gudang atau

Apoteker yang diberi kepercayaan oleh kepala gudang, tujuan agar menjamin obat

keadaan aman dari faktor kehilangan atau pencurian (Permenkes RI, 2015).
41

Tabel 6. Fasilitas Penyimpanan obat di Gudang


RSUD Dr.
Fasilitas Penyimpanan Kanujoso
No Keterangan
obat di Gudang Djatiwibowo
Ya Tidak
Adanya alat pengukur Memiliki termometer digital
suhu ruangan dengan hasil suhu ruangan
1 √
(termometer 230C
digital/biasa)
Adanya alat pengatur Memiliki pengatur
kelembapan kelembapan (hygrometer)
2 √
(hygrometer) digital dengan hasil
kelembapan 47%
Gudang dilengkapi Memiliki sistem penguncian
3 dengan kunci ganda √ dengan finger print dan kunci
biasa
Tersedia rak atau Memiliki dua lemari khusus
lemari khusus untuk untuk obat rusak dan
4 √
obat rusak dan kadaluarsa
kadaluarsa
Tersedia alat bantu Memiliki empat troli yang
pemindahan obat dibagi untuk masing-masing
5 √
dalam gudang (troli Depo Farmasi
angkut barang)
Tersedia kartu stok Adanya kartu stok obat untuk
obat untuk memberi memberi keterangan di rak/
6 √
keterangan di rak/ lemari penyimpanan
lemari penyimpanan
Memiliki pallet (40-60 Memiliki pallet 50 unit
7 unit) √

Tersedia pendingin Memiliki pendingin


8 ruangan/AC √ ruangan/AC
Tersedia lemari untuk Memiliki lemari penyimpan
9 meyimpan obat √ obat
Memiliki komputer Memiliki komputer 3 unit dan
10 dan printer (1-3 unit) √ printer 3 unit
Memiliki telpon Memiliki telpon 3 unit
11 (1unit) √

Memiliki rak (10-15 Memiliki rak obat 33 unit


12 unit) √

Memiliki medical Memiliki medical


13 refrigerator √ refrigerator 4 unit
42

Tabel 6. Fasilitas Penyimpanan obat di Gudang (Lanjutan)


RSUD Dr.
Fasilitas Penyimpanan Kanujoso
No Keterangan
obat di Gudang Djatiwibowo
Ya Tidak
14 Memiliki cold box √ Memiliki cold box
15 Memiliki cold pack √ memiliki cold pack

Memiliki lemari arsip Memiliki lemari arsip 1 unit


16 (1-2 unit) √

Memiliki buku Gudang menggunkan sistem


17 manual harian √ input komputer
pengeluaran barang
Memiliki surat barang Memiliki surat barang keluar
18 keluar √

JUMLAH 18 0

Berdasarkan tabel 6 di gudang penyimpanan obat instalasi farmasi RSUD

Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan memiliki suhu ruang 230C yang diukur

dengan termometer digital. Hasil tersebut menunjukkan suhu ruangan yang ideal

karena suhu ruangan sangat berpengaruh pada efektivitas kegiatan atau bahkan

dalam pekerjaan . persyarataan suhu dalam ruang yaitu antara 150C-300C (Roy et

al, 2015).

Terdapat alat pengukur kelembapan di gudang penyimpanan obat instalasi

farmasi RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo. Kelembapan di gudang penyimpanan

obat instalasi farmasi rumah sakit tersebut adalah 47% yang diukur menggunakan

alat hygrometer digital. Dari hasil yang didapat sudah sesuai dengan persyaratan

oleh Kepmenkes RI No 1405Menkes/SK/XI/2002 yaitu 40%-60%, menjaga

stabilitas kelembapan ruangan penyimpanan obat sangat penting karena untuk

mencegah tumbuhnya jamur yang dapat merusa mutu obat, dapat membuat
43

dinding ruangan mudah mengelupas dan kotor, perabot kayu dan peralatan

elektronik juga mudah rusak (Palupiningtyas, 2014).

Gudang penyimpanan obat instalasi farmasi RSUD Dr. Kanujoso dilengkapi

dengan kunci ganda menggunakan sistem penguncian dengan finger print dan

kunci biasa. Karena barang di dalam gudang penyimpanan perlu dijaga, untuk itu

pintu gudang hanya dapat dibuka oleh petugas gudang (Prabowo, 2018). Terdapat

lemari penyimpan obat, di gudang penyimpanan obat instalasi farmasi RSUD Dr.

Kanujoso yang dikhususkan untuk obat sitostatika disimpan di lemari terpisah dan

diberi stiker ungu obat kemoterapi pada setiap satuan terkecil obat.

Penanganan sitostatika harus sangat diperhatikan karena bahaya yang

ditimbulkan akibat paparan obat ini sangat besar. Lemari obat sitostatika ditandai

garis merah menggunakan lakban yang memenuhi semua bagian tepi/sisi dari

lemari (Ditjen Binar dan Alkes RI, 2010)

Obat yang rusak dan kadaluarsa dipisah dari obat yang masih baik, di

gudang penyimpanan obat instalasi farmasi RSUD Dr. Kanujoso memiliki dua

unit lemari khusus untuk menampung sementara obat yang rusak dan kadaluarsa

sebelum dimusnahkan. Hal ini juga dapat mengurangi resiko penyalahgunaan obat

(Sinen, dkk 2017).

Gudang memiliki komputer dan printer, gudang penyimpanan obat instalasi

farmasi RSUD Dr. Kanujoso memiliki komputer tiga unit dan printer tiga unit.

Komputer dapat memudahkan para pegawai untuk dapat menyelesaikan tugas-

tugas atapun pekerjaan tanpa harus waktu yang lama, biaya serta tenaga yang

besar (Alandari, 2013). Gudang penyimpanan obat instalasi farmasi memiliki


44

troli empat unit untuk angkut barang yang dibagi di setiap Depo Farmasi. Alat

angkut adalah suatu alat yang digunakan untuk mengangkut sebuah barang

dengan jarak, besar dan berat tertentu yang sulit dilakukan dengan tenaga manusia

(Saleh, 2016).

Gudang memiliki rak 33 unit di gudang penyimpanan obat instalasi farmasi

RSUD Dr. Kanujoso yang berguna untuk menempatkan barang. Barang dapat

disusun dan ditata dengan praktis dan efesien, sehingga dapat dilihat dari berbagai

arah (Astuti P dan Kusno, 2012). Memiliki kartu stock untuk mengetahui data

jumlah obat yang diinput ke dalam komputer dengan jumlah fisik obat di gudang,

kartu stock obat sangat bermanfaat untuk mengetahui jumlah persediaan obat,

sebagai alat pengendali persediaan, sebagai sumber masukkan untuk pembutan

rencana pengadaan dan sebagai alat control intalasi farmasi (Febriawati, 2013).

Gudang penyimpanan obat instalasi farmasi RSUD Dr. Kanujoso memiliki

pallet 50 unit, tumpukkan dus diletakkan diatas pallet. Keuntungan pallet salah

satunya adalah untuk perlindungan terhadap banjir, melindungi sediaan dari

kelembapan, dan untuk menampung dus (Depkes, 2010).

Gudang penyimpanan obat instalasi farmasi RSUD Dr. Kanujoso memiliki

medical refrigerator (cold chain) 4 unit untuk menyimpan obat dengan

penyimpan suhu sejuk dipertahankan antara 80C-150C dan suhu dingin

dipertahankan antara 20C-80C. Salah satu sediaan yang membutuhkan suhu

penyimpanan khusu adalah vaksin. vaksin merupakan produk biologis yang

mudah rusak sehingga harus disimpan pada suhu 20C-80C (Permenkes, 2016).
45

Memiliki cold box untuk membantu pendistribusian sediaan dengan suhu

dingin dan sejuk ke setiap Depo Farmasi agar obat dalam kondisi suhu terjaga,

memiliki cold pack, pendistribusian ke setiap Depo Farmasi obat yang

membutuhkan suhu dingin dan sejuk langsung diletakkan ke dalam medical

refrigerator (cold chain) yang setiap Depo Farmasi memiliki alat tersebut.

Gudang memiliki lemari arsip satu unit yang berguna untuk menyimpan

arsip atau dokumen instalasi farmasi. Fungsi lemari arsip ini sangat penting. Arsip

mempunyai fungsi dan peran yang sangat penting untuk mendukng manajemen

organisasi baik pemerintah maupun swasta (Jumiyati, 2011).


BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian Gudang Instalasi Farmasi RSUD Dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan telah memenuhi persyaratan penyimpanan obat sesuai

ketentuan Ditjen Binfar dan Alkes Tahun 2010 dan Permenkes RI No. 72 Tahun

2016.

B. Saran

1. Peneliti selanjutnya, dapat melakukan penelitian tentang profil penyimpanan

obat High Alert Medication di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan.

2. Gudang Instalasi Farmasi RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

memiliki banyak pallet yang tidak digunakan sehingga mengganggu

pergerakan di gudang dan gudang kelihatan sempit. Sebaiknya pallet

disimpan di gudang induk rumah sakit agar pallet tidak mengalami

kerusakan.

46
47

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, C, Y. 2003. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta: Penerbit


Universitas Indonesia (UI-Press).
Adi K. 2017. “Evaluasi Penyimpanan dan Pendistribusian Obat di Gudang
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Advent Manado”. Jurnal Ilmiyah Farmasi 6
(4). ISSN 2302.
Arikunto, S. 2009. “Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan”. Jakarta, Bumi Aksara.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2009. Peraturan Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Bencana No. 6 Tahun 2009. Pedoman
Pergudangan. Jakarta: BNPB.
Departemen Kesehatan RI. 1993. Peratutan Menteri Kesehatan Nomor.
917/Menkes/Per/X/1993 tentang Wajib Daftar Obat Jadi. Pasal 1 Ayat 1-3
Departemen Kesehatan RI. 2009. Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009. Tentang
Kesehatan. Jakarta: DepKes RI.
Departemen Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pelatihan Manajemen Kefarmasian di
Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota. Jakarta: Direktorat Bina Obat Publik
dan Perbekalan Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan.
Departemen Kesehatan RI. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan,
Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi. Jakarta:Depkes RI.
Jannah, N. 2017. “Profil Penyimpanan Obat di Gudang Farmasi Rumah Sakit
Umum Daerah Kudungga Sangata”. Karya Tulis Ilmiyah. Samarinda:
Akademi Farmasi Samarinda.
Lambert, B.L., Lin, S.J., Chang, K.Y., Gandi, S.K. (1999). “ Similarity AS a Risk
Factor in Drug-Name Confusion Errors;The Look-Alike and Sound-Alike
Medel”. Medical Care,6/99, 1214-25.
Menteri Kesehatan RI. 2016. “Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Ruamah
Sakit”. Jakarta: Menteri Kesehatan Indonesia.
Menteri Kesehatan RI. 2014. “Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Ruamah
Sakit”. Jakarta: Menteri Kesehatan Indonesia.
48

Menteri Kesahatan RI. 2008. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


No. 129/Menkes/SK/II/2008. Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit. Jakarta.
Menteri Kesahatan RI. 2000. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 949/Menkes/Per/VI/2000 Penggolongan Obat. Jakarta.
Murini, T. 2013. Bentuk Sediaan Obat (BSO) Dalam Preskripsi. UGM-Press
Yogyakarta.
Palupiningtyas, R. 2014. “Analisis Sistem Penyimpanan Obat di Gudang Farmasi
Rumah Sakit Mulya Tanggerang Tahun 2014”. Skripsi. Jakarta: Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayahtullah.
Puslitbang Biomedis. 2006. Evaluasi Manajemen Sistem Penyimpanan Obat di
Puskesmas dan Rumah Sakit Daerah Jabodetabek. Jakarta.
Putra A., Wahyuningtiyas., A., Anar, Agusningtiyas., Sukma., D. 2014. “Laporan
Penyimpanan Obat Look Alike Sound Alike (LASA) di Gudang Perbekalan
Farmasi Rumah Sakit Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto”. Laporan
evaluasi. Jawa Tengah: RSUD 1 Tingkat Jawa Tengah.
Qodiriyanti, F, 2010, Laporan Kegiatan Prakerin di UPTD Instalasi Farmasi dan
Alkes Bojonegoro, SMK Sentosa Dharma, Bojonegoro.
Roy., et al. 2015. Material Managements In Pharmaceutical Industry-A Review.
World Journal Of Pharmaceutical Research 4: 1012-1031
Undang-Undang Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun
2009 Tentang Standar Prosedur Operasional Rumah Sakit.
Sheina, B. 2010. Penyimpanan Obat Di Gudang Instalasi Farmasi RS PKU
Muhammadyah Yogyakarta Unit 1, Universitas Ahmad Dahlan.
Siregar, C. J. P. 2004. Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan.EGC, Jakarta.
Syamsuni, H. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: EGC.
Hal:47
Julyanti. 2017. “Evaluasi Penyimpanan dan Pendistribusian Obat di Gudang
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Siloam Manado”. Jurnal Ilmiyah Farmasi 6
(4). ISSN 2302-2493.
49

Lampiran 1. Alur Penelitian

Memperoleh surat rekomendasi dari Akademi Farmasi

Samarinda untuk melakukan penelitian di gudang Instalasi

Farmasi RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

Memperoleh surat izin untuk penelitian dari pihak gudang

Instalasi Farmasi RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan.

Melakukan penelitian yang dilakukan secara langsung di

gudang Instalasi Farmasi RSUD Dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan.

Analisis data
50

Lampiran 2. Surat izin melakukan penelitian


51

Lampiran 3. Surat balasan dari RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan


52

Lampiran 4. Lembar check list


Pengaturan Tata Ruang Penyimpanan Obat di Gudang
RSUD Dr.
Pengaturan Tata Ruang
Kanujoso
No Penyimpanan Obat di Keterangan
Djatiwibowo
Gudang
Ya Tidak
Lokasi penyimpanan Gudang instalasi farmasi
harus menyatu dengan RSUD Dr. Kanujoso terletak
1 √
sistem pelayanan didalam Rumah Sakit
Rumah Sakit
Dipisahkan antara Gudang instalasi farmasi
fasilitas RSUD Dr. Kanujoso
penyelenggaraan memiliki ruangan masing-
manajemen, pelayanan masing untuk
2 √
langsung pada pasien, penyelenggaraan manajemen,
peracikan dan produksi pelayanan langsung pada
pasien, peracikan dan
produksi
Penyimpanan obat, Memiliki ruangan penanganan
penanganan dan sediaan sitotatik,
3 pembuangan limbah √ pembuangan limbah dan
sitotoksik dibuat secara penyimpanan secara khusus
khusus
Fasilitas penyimpanan Terdapat form ukur pemantau
4 dingin dievaluasi secara √ suhu yang di cek setiap jam
berkala kerja
Gas medis disimpan Gas medis (oksigen)
dengan posisi berdiri disimpan dengan posisi
5 dan gas medis kosong √ berdiri dan gas medis kosong
terpisah dari tabung gas terpisah dari tabung gas medis
medis yang ada isinya yang ada isinya
Luas minimal 300-600 Luas gudang farmasi RSUD
6 m 2
√ Kanujoso Balikpapan 479 m2

Lantai dibuat dari Lantai dibuat dari semen dan


7 tegel/semen √ dikramik

Adanya lampu untuk Gudang memiliki lampu


pencahayaan bohlam untuk penerangan
8 √
yang berada disetiap ruangan
penyimpanan obat
Dinding gudang dibuat Dinding gudang dibuat licin
9 √
licin berwarna hijau
53

Gudang memiliki ventilasi Gudang memiliki


ventilasi berupa AC di
10 √
setiap ruangan
penyimpanan obat
Gudang memiliki jendela Gudang memiliki jendela
yang bertralis yang bertralis ada 3
ruangan penyimpanan
11 √
obat masing-masing
ruangan memiliki 5
jendela yang bertralis
Terdapat ruang terpisah Gudang memiliki ruangan
untuk obat B3 (Beracun, untuk obat yang mudah
12 Berbahaya dan mudah √ terbakar/B3 (Beracun,
terBakar) Berbahaya dan mudah
terBakar)
Atap gudang dalam keadaan Keadaan atap gudang baik
13 √
baik dan tidak bocor dan tidak ada yang bocor
JUMLAH 13 0

Prosedur Penyimpanan Obat di Gudang


RSUD Dr.
Prosedur Penyimpanan Kanujoso
No Keterangan
Obat di Gudang Djatiwibowo
Ya Tidak
Menerapkan Prinsip FIFO Gudang instalasi farmasi
RSUD Dr. Kanujoso
1 √
sudah menerapkan prinsip
FIFO
Menerapkan Prinsip Gudang instalasi farmasi
FEFO RSUD Dr. Kanujoso
2 √
sudah menerapkan prinsip
FEFO
Alat Kesehatan, dan Gudang instalasi farmasi
Bahan Medis Habis Pakai RSUD Dr. Kanujoso
disimpan secara khusus memiliki ruangan khusu
3 √
penyimpanan Alat
Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai
Obat disusun secara abjad Gudang instalasi farmasi
4 √ RSUD Dr. Kanujoso Obat
disusun secara abjad
54

Penyimpanan obat penyimpanan obat LASA


LASA (Look alike (Look alike sound alike)
sound alike) tidak diberi penandaan yang
5 √ jelas dan tidak
ditempatkan berdekatan
ditempatkan berdekatan
dan harus diberi
penandaan khusus
Penyimpanan obat Gudang instalasi
berdasarkan jenis obat farmasi RSUD Dr.
6 √
Kanujoso penyimpanan
berdasrkan jenis obat
Tumpukkan sebaiknya Gudang instalasi
harus sesuai dengan farmasi RSUD Dr.
7 petunjuk pada karton √ Kanujoso tumpukan
kerdus sesuai pada
karton
Obat-obatan Narkotika Obat-obatan Narkotika
dan psikotropika dan psikotropika
8 diletakkan dilemari √ memiliki lemari khusus
khusus yang terpisah dengan
obat lain
Lemari obat-obatan Lemari obat narkotika
narkotika dan dan psikotropika selalu
9 √
psikotropika selalu terkunci
dikunci
JUMLAH 9 0

Fasilitas Penyimpanan obat di Gudang


RSUD Dr.
Fasilitas Penyimpanan Kanujoso
No Keterangan
obat di Gudang Djatiwibowo
Ya Tidak
Adanya alat pengukur Memiliki termometer digital
suhu ruangan dengan hasil suhu ruangan
1 √
(termometer 230C
digital/biasa)
Adanya alat pengatur Memiliki pengatur
kelembapan kelembapan (hygrometer)
2 √
(hygrometer) digital dengan hasil
kelembapan 47%
Gudang dilengkapi Memiliki sistem penguncian
3 dengan kunci ganda √ dengan finger print dan kunci
biasa
55

Tersedia rak atau Memiliki dua lemari khusus


lemari khusus untuk untuk obat rusak dan
4 √
obat rusak dan kadaluarsa
kadaluarsa
Tersedia alat bantu Memiliki empat troli yang
pemindahan obat dibagi untuk masing-masing
5 √
dalam gudang (troli Depo Farmasi
angkut barang)
Tersedia kartu stok Adanya kartu stok obat untuk
obat untuk memberi memberi keterangan di rak/
6 √
keterangan di rak/ lemari penyimpanan
lemari penyimpanan
Memiliki pallet (40-60 Memiliki pallet 50 unit
7 unit) √

Tersedia pendingin Memiliki pendingin


8 ruangan/AC √ ruangan/AC
Tersedia lemari untuk Memiliki lemari penyimpan
9 meyimpan obat √ obat
Memiliki komputer Memiliki komputer 3 unit dan
10 dan printer (1-3 unit) √ printer 3 unit
Memiliki telpon Memiliki telpon 3 unit
11 (1unit) √

Memiliki rak (10-15 Memiliki rak obat 33 unit


12 unit) √

Memiliki medical Memiliki medical


13 refrigerator √ refrigerator 4 unit
14 Memiliki cold box √ Memiliki cold box
15 Memiliki cold pack √ memiliki cold pack

Memiliki lemari arsip Memiliki lemari arsip 1 unit


16 (1-2 unit) √

Memiliki buku Gudang menggunkan sistem


17 manual harian √ input komputer
pengeluaran barang
Memiliki surat barang Memiliki surat barang keluar
18 keluar √

JUMLAH 18 0
56

Lampiran 5. Gambar:

Susunan Obat Sesuai Alfabetis


Obat Memiki Kartu Stok

Obat dengan suhu khusus yaitu, suhu


sejuk dan dingin diletakkan pada lemari Form pemantauan
0 0
untuk suhu
pendingin medical refrigerator dingin 2 C-8 C dan suhu sejuk
80C-150C

Lemari penyimpan obat, untuk Lemari khusus untuk obat rusak


menyimpan obat sitostatik dengan dan obat expired date
adanya penandaan/label yang jelas
57

Alat pengukur suhu dan


Lemari berpintu ganda yang memiliki kelembapan menujukkan suhu
kunci untuk menyimpan obat narkotika ruangan 230C dan kelembapan
dan pisikotropika ruangan 47%

Ruangan khusus untuk penyimpanan Pendingin ruangan/AC yang ada


bahan Berbahaya, Beracun, dan mudah di tiga ruangan penyimpana obat
terBakar

lampu untuk penerangan di ruangan


penyimpanan obat Jendela yang dipasang tralis
58

Tumpukan sesuai dengan petunjuk pada Penyimpanan gas medis (oksigen)


karton

Label obat LASA/NORUM Penandaan obat sitostatik

Ruang pengelolaan limbah, sampah Tempat pembuangan sampah


medis dan non medis dibakar sitostatik
menggunakan alat incenerator
59

Pengeluaran barang menggunakan Adanya chold box


sistem input

Surat pengiriman/pengeluaran barang


ke setiap Depo Farmasi
Label obat High Alert
60

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Alqi Muhamad Makruf,

lahir di Samarinda 05 Maret 1998. Penulis adalah putra

ketiga dari tiga bersaudara, putra dari Bapak Bripka

(Purn) Suparno dan Ibu Masdiana. Penulis memulai

pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Putra 1

Samarinda Seberang dan lulus pada tahun 2004.

Kemudian penulis melanjutkan pendidikan kejenjang

Sekolah Dasar di SDN 007 Samarinda Seberang dan lulus pada tahun 2010.

Kemudian penulis melanjutkan pendidikan kejenjang Sekolah Menengah Pertama

di SMPN 15 Samarinda dan lulus pada tahun 2013. Kemudian melanjutkan

kejenjang pendidikan tingkat atas di Sekolah Menengah Kejuruan Farmasi

Samarinda dan berhasil lulus pada tahun 2016. Kemudian melanjutkan jenjang

pendidikan tinggi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda Fakultas Farmasi

Prodi Diploma tiga (D-III), pada tahun 2016 sampai dengan 2019.

Penulis pernah melakukan PKL di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan Apotek Herawaty Samarinda pada tahun

2019, penulis menyelesaikan pendidikan D-III Farmasi di Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Samarinda dengan menyelesaikan tugas akhir berupa Karya Tulis

Ilmiah yang berjudul “Profil Penyimpanan Obat Di Gudang Instalasi Farmasi

RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan”

Anda mungkin juga menyukai