Anda di halaman 1dari 5

1.

Sumbangan Etika Bisnis


Etika bisnis merupakan suatu bidang etika khusus ( terapan ) yang baru berkembang
pada awal tahun 1980-an. Dan sampai sekarang kebanyakan telaah mengenai etika
bisnis berasal dari Amerika. Telaah, ulasan dan buku – buku umumnya membahas
secara kritis dan mendalam perilaku bisnis dan manajemen dewasa ini. karena itu
akhirnya para pelaku bisnis , analisis bisnis, ahli ekonomi dan manajemen , serta para
filsuf sadar bahwa perlu ada telaah dan ulasan mengenai bisnis dan manajemen dari
segi etika. Dari segi pengembangan filsafat-etika, dapat dikatakan bahwa gencarnya
telaah, ulasan dan buku mengenai etika bisnis dan manajemen dari Amerika karena
disebabkan oleh iklim pengembangan filsafat terapan di Amerika. Tidak hanya etika
bisnis yang berkembang pesat di Amerika namun etika kedokteran dan lainnya juga
berkembang pesat.
Sebagai cabang dari filsafat, etika bisnis menyoroti segi – segi motal dalam hubungan
antara berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan bisnis. Secara lebih terinci ,
menurut Richard T. de George , etika bisnis secara khusus menyangkut empat macam
kegiatan : Pertama, penerapan prinsip – prinsip etika umum pada kasus atau praktik –
praktik khusus dalam bisnis. Berdasarkan prinsip – prinsip etika bisnis itu, dapat
disoroti dan dinilai apakah suatu tindakan yang diambil dapat dibenarkan secara
moral atau tidak, yaitu apakah sesuai dengan prinsip – prinsip etika bisnis atau tidak.
Demikian pula etika bisnis membantu para pelaku bisnis untuk mencari jalan keluar
bagaimana mencegah atau menghindari tindakan dalam kasus tertentu yang dinilai
tidak etis. Apa usul yang berguna kearah perbaikan di masa yang akan dapat. Kalau
perlu , perubahan apa yang perlu dijalankan untuk membangun iklim usaha dan
manajemen yang lebih baik.
Kedua, etika bisnis tidak hanya menyangkut prinsip etika pada bidang kegiatan bisnis
tetapi etika bisnis juga menyangkut apa yang disebutnya sebagai metaetika. Disini
etika bisnis menyoroti apakah perilaku dan tindakan yang dinilai secara etis atau tidak
pada individu dapat juga dikenakan pada organisasi atau perusahaan bisnis. Maka
etika bisnis pun menyoroti apakah perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial atau
tidak. Apakah perusahaan mempunyai hak milik atau tidak, dan apa status hak milik
disini.
Ketiga, yaitu menyangkut praanggapan – praanggapan mengenai bisnis. Karena bisnis
dijalan di sistem ekonomi, maka menyoroti mengenai moralitas sistem ekonomi
umumnya dan sistem ekonomi Negara. Di dalamnya ditelaah masalah mengenai
keadilan sosial dalam sistem ekonomi tertentu, hak milik, persaingan dalam bidang
bisnis, dan sebagainya.
Keempat, etika bisnis juga menyangkut bidang yang biasanya sudah meluas
melampaui bidang etika misalnya menyangkut ekonomi dan teori organiasi. Misalnya
dibahas mengenai operasi perusahaan transnasional, konglomerat, kewajiban Negara
maju terhadap Negara berkembang di bidang bisnis dan semacamnya.
Dalam semua bidang itu etika bisnis membantu para pelaku bisnis untuk mendekati
masalah moral dalam bisnis secara tepat dan mendekati masalah dengan sentuhan
moral. Etika bisnis membantu para manajer dan pelaku bisnis untuk menangkap hal
yang tidak bisa ditangkap dengan mata ekonomi – manajemen murni. Etika bisnis
menggugah kesadaran kita mengenai kegiatan bisnis yang baik. Etika bisnis
menyadarkan kita bahwa good business tidak sama dengan bisnis yang berhasil secara
material saja. Bisnis mempunyai implikasi etis, dalam bisnis kita tetap bergerak dalam
kawasan etis dan membawa serta tanggung jawab serta dimensi etis sebagai manusia.
Namun etika bisnis sesungguhnya tidak memberi jaminan dan juga tidak berpretensi
untuk memberi jawaban atau keputusan etis yang siap pakai. Dimana keputusan atau
sikap bisnis tetap menjadi tanggung jawab dan kesadaran para pelaku bisnis itu
sendiri. Etika bisnis tidak bermaksud menyediakan semacam pedoman etis yang siap
pakai namun lebih mengajak kita untuk berefleksi tentang dunia bisnis dari segi etis.
Tujuan etika bisnis yang paling penting adalah mengguha kesadaran tentang dimensi
etis dari kegiatan bisnis dan manajemen. Walaupun tetap ditemukan prinsip – prinsip
etika bisnis saat menjalankan bisnis namun itu hanya sekedar pegangan normative
yang pelaksanaannya kembali diserahkan kepada setiap pribadi yang terlibat di dalam
kegiatan bisnis.
Sebagai bidang kegiatan dalam suatu masyarakat yang melibatkan hampir semua
anggota masyarakat, entah sebagai pengusaha, manajer, pekerja dan konsumen, bisnis
yang baik akan mempunyai sumbangan yang besar bagi kehidupan masyarakat.
Seperti yang dikatakan Matsushita, bisnis ikut membentuk masyarakat kita. Dalam hal
inilah etika bisnis mempunyai sumbangan yang cukup besar dalam membangun
masyarakat dan kebudayaan kita kini dan di masa yang akan datang.
Pada tingkat mikro, keberhasilan bisnis tidak hanya dinilai berdasarkan keuntungan
ekonomis yang diraih, namun juga ditentukan oleh nilai – nilai luhur dan manusiawi
yang diletakkan para pelaku bisnis dalam masyarakatnya. Nilai ekonomis mungkin
akan menghilang namun nilai manusiawi akan bertahan lama dan dikenang oleh
berbagai generasi yang akan datang. Pada tingkat inilah etika bisnis mempunyai andil
yang besar dalam mematut wajah masyarakat dan kebudayaan kita. Oleh karena itu
etika bisnis mempunyai relevansi yang sangat kuat.

Masalah yang dihadapai dalam etika bisnis


Di awal kita telah membahas sumbangan etika bisnis. Hanya saja dalam realitas
konkret – operasional kita menemukan bahwa prinsip etika bisnis sering tidak
berjalan sebagaimana mestinya. Maka timbul pertanyaan masalah apa yang dihadapi
etika bisnis yang menyebabkan praktik bisnis tidak berjalan sesuai dengan apa yang
digariskan dalam prinsip etika bisnis tersebut? sebelum menjawab, ditegaskan
kembali bahwa etika menyangkut hubungan antarmanusia dalam bidang bisnis. Maka
akan memetakan hubungan – hubungan yang terjalin dalam bisnis, yang
memungkinkan kita melihat konteks mana prinsip etika bisnis bisa diterapkan dan apa
yang menjadi penyebab belum beroperasinya prinsip – prinsi etika bisnis di atas.
Keith Davis dan Willaim C. Frederick membedakan model hubungan dalam bisnis
menjadi dua
a. Hubungan Primer
Meliputi semua hubungan langsung yang diperlukan suatu perusahaan untuk
melaksanakan fungsi dan misinya yang utama, yaitu memproduksi barang dan
jasa untuk masyarakat. Hubungan primer ini biasanya berlangusng melalui pasar
bebas, tempat terjadinya interaksi membeli dan menjual barang dan jasa. Inilah
hubungan yang sering dianggap sebagai satu – satunya hubungan bisnis dengan
masyarakat.
b. Hubungan Sekunder
Meliputi berbagai hubungan dengan kelompok – kelompok masyarakat yang
merupakan akibat dari pelaksanaan fungsi dan misi utama perusahaan. Hubungan
– hubungan ini terjalin secara tidak langsung dan bukan merupakan hubungan
yang paling menentukan hidup atau matinya perusahaan itu.

Dengan menempatkan kedua hubungan diatas , dapat dilihat bahwa sikap yang
mengabaikan hubungan sekunder merupakan sikap yang kurang bijaksana. Karena dalam
kenyatannya , hubungan sekunder sangat berpengaruh terhadap hubungan primer serta
seluruh operasi perusahaan tersebut. dalam etika bisnis, sikap yang hanya memperhatikan etis
dari hubungan primer dan mengabaikan etis dari hubungan sekunder akan menempatkan
perusahaan dalam situasi yang tidak menguntungkan

Perusahaan dalam situasi yang tidak menguntungkan


Dengan memetakan pola hubungan diatas maka dapat dilihat bahwa prinsip etika bisnis
terwujud dalam suatu pola hubungan yang sangat konkret. Namun disitu letak
permasalahannya. Mengapa dalam kenyataannya praktik bisnis dalam pola hubungan di atas
sering masih jauh dari yang diharapkan dilihat dari sudut pandangan etika bisnis.

Dalam menjawab nya, dapat dilihat bahwa ada beberapa faktor yang menjadi permasalahan
disini. Pada tingkat pertama kita semua tahu bahwa etika menyangkut sikap dan pola hidup,
yang bersumber dari nilai – nilai yang dianut seseorang di dalam seluruh hidupnya. Nilai ini
melahirkan standar moral tertentu yang mempengaruhi seluruh sikap dan tingkah laku setiap
orang. Masalah yang dihadapi adalah bahwa standar moral para pelaku bisnis masih sangat
lemah. Para pelaku bisnis adalah orang yang bekerja di bidang ahlinya, terampil dan
berpengalaman di bidang bisnis, namun mereka tidak dibekali dengan nilai – nilai moral dan
kesadaran yang tinggi mengenai dimensi etis dari kegiatannya. Kebanyakan mereka terjun ke
dunia bisnis hanya termotivasi untuk mencari keuntungan dan memperoleh hidup yang
bercukupan secara material. Hal ini diperkuat juga seleksi penerimaan tenaga kerja tidak
memperhitungkan dari segi etika bisnis, hanya melihat dari kemampuan dan keahlian bisnis.

Pada tingkat perusahaan sering terjadi konflik kepentingan. Walaupun telah dibekali
kesadaran moral namun kenyataan di perusahaan sering kali bertentangan dengan kesadaran
moral. Mereka akan menghadapi suatu konflik yang sulit antara nilai pribadi dan tujuan yang
ingin dicapai perusahaan. Sehingga bagi mereka yang kuat, mungkin dapat mengendalikan
dengan baik, namun tidak bagi yang kurang kuat, mereka akan masuk dalam situasi yang
menjungkirbalikan segala nilai.

Kenyataan ini diperburuk lagi oleh tidak atau belum adanya organisasi profesi bisnis dan
manajemen yang berfungsi menegakkan kode etik bisnis dan manajemen yang diterima oleh
seluruh anggota dan kegiatan semua anggota dinilai juga berdasarkan kode etik ini. idealnya
organisasi profesi ini berfungsi sebagai semacam “pengawas moral” para pengusaha dan
manajer yang akan menegur atau menghukum anggota yang melanggar kode etik mereka atau
yang bertindak tidak sebagaimana kegiatan bisnis dan manajemen yang baik.

Pada tingkat masyarakat, menunjukkan bahwa masyarakat kita di Indonesia sedang


mengalami masa transisi, yaitu dari masyarakat sedang berkembang menuju masyarakat
maju. Dalam hal ini terjadilah transformasi dan perubahan besar dalam segala bidang
kehidupan. Bahkan bisa terjadi bahwa kita tercabut dari akar budaya kita yang luhur dengan
segala nilai anutnya, sementara itu belum ada nilai baru yang berhasil kita pegang. Maka
dalam bisnis orang lebih mengutamakan material dibanding nilai kejujuran, hubungan baik,
hormat pada manusia dan sebagainya.

Selain itu, situasi ekonomi dan politik kita belum stabil, seperti masih meraba – raba mencari
format kebijaksanaan ekonomi dan politik yang tepat. Misalnya peraturan di bidang ekonomi
yang terlalu menekankan aspek ekonomi makro, sehingga merugikan aspek ekonomi mikro.
Akibatnya keadilan sosial menjadi semakin sulit terjangkau. Di politik, tidak adanya
lembaga atau aktivis sosial yang kuat dengan misi yang memperjuangkan kepentingan
masyarakat atau pihak yang dirugikan dalam bidang bisnis ikut menjadi penyebab belum
berfungsinya bisnis secara baik dari segi etika. Bersamaan dengan itu , media massa yang
kurang diberi iklim yang maksimal sebagai pengemban hati nurani rakyat serta pejuang
kepentingan rakywat menyebabkan harapan untuk membudayakan suatu iklim bisnis yang
sehat dari segi etika masih terlalu jauh.

Inilah beberapa masalah yang dihadapi dunia bisnis, khususnya Indonesia sekarang ini.
Persoalan sekarang adalah bagaimana upaya menyehatkan dunia bisnis, khususnya dari sudut
pandang etika. Hal yang paling pokok dalam menangani hal ini adalah dibentuknya
organisasi profesi bisnis dan manajemen yang memiliki kode etik bisnis dan manajemen.
Isinya tergantung pada kebijakan anggota profesi itu. Setidaknya mereka mempunyai suatu
komitmen untuk menegakkan citra profesi mereka sebagai profesi yang baik. Dengan adanya
komitmen , pada tingkat politik mereka bisa mendesak pemerintah untuk melahirkan produk
– produk hukum yang berfungsi menunjang komitmen etis tersebut. Tanpa komitmen yang
kuat dari orang bisnis dan manajemen sendiri, dan tanpa dukungan politik –legal, citra bisnis
akan tetap jelek di mata masyarakat. Karena betapa pun relevannya prinsip – prinsip etika
bisnis, tapi kalau tidak ada komitmen dan dukungan legal, prinsip – prinsip itu akan menjadi
mubazir

Anda mungkin juga menyukai