Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MANAJEMEN RESIKO INVESTASI

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Manajemen Resiko Syariah

Dosen Pengampu:
Sri Yuniati, S.E, M.E.

Disusun Oleh :
Siti Rahmania
Nikmatul Khoiroh
Isnaini

PRODI EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AHMAD SIBAWAYHIE
DEMUNG BESUKI SITUBONDO
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘Alaikum Wr.Wb

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Swt yang telah


melimpahkan rahmat-Nya, maka pada hari ini makalah yang berjudul “Managemen
Resiko Investasi” dapat diselesaikan. Secara garis besar, makalah ini berisi tentang
masalah manajemen risiko investasi, termasuk jenis-jenis risiko yang terkait dengan
investasi, cara mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengendalikan risiko tersebut.
Dalam pembuatan makalah ini, kami selaku penulis menyadari adanya
berbagai kekurangan, baik dalam isi materi, maupun penyusunan kalimat. Namun
demikian, perbaikan merupakan hal yang berlanjut sehingga kritik dan saran untuk
penyempurnaan makalah ini sangat kami harapkan.
Mudah-mudahan ini dapat membantu, meski sedikit kita mampu untuk
menjelaskan secara lebih jelas lagi dan dengan harapan semoga kita semua mampu
berinovasi dan meningkatkan pengetahuan dengan potensi yang dimiliki.

Walaikum Salam Wr.Wb

Situbondo, 05 Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................2

C. Tujuan Masalah.................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3

A. Konsep Dasar Manajemen Resiko Investasi......................................................3

B. Prinsip-prinsip Islamic Financial Service Board (IFSB)...................................7

C. Mitigasi Risiko Investasi.................................................................................10

BAB III PENUTUP...................................................................................................13

A. Kesimpulan......................................................................................................13

B. Saran................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak ada satu pun produk investasi di dunia ini yang aman dan bebas risiko.
Semua produk mengandung risiko. Masalahnya, apakah risiko yang dihadapi besar
atau kecil. Untuk itu, setiap risiko yang terkandung di dalam setiap produk investasi
hendaknya tidak kita hindari, tetapi dapat kita manage sedemikian rupa sehingga
meminimalisir tingkat risikonya. Saat ini bermunculan berbagai produk investasi
yang bisa memberikan hasil investasi yang kompetitif, tetapi masih tetap dengan
risiko yang terkontrol. Seharusnya, produk-produk investasi inilah yang
dimanfaatkan masyarakat sebagai sarana berinvestasi. Investasi oleh para investor
merupakan permainan ekspektasi masa depan. Dikarenakan tujuan dari investor
adalah memaksimalkan tingkat pengembalian (return) tanpa melupkaan faktor risiko
investasi yang harus dihadapi.
Perlu disadari bahwa, sulit dipisahkan antara return dengan risiko investasi.
Oleh karena itu perusahaan harus mampu mempertimbangkan pemilihan keputusan
dalam berinvestasi. Suatu keputusan yang memiliki return yang tinggi sudah pasti
berhubungan terbalik dengan risiko yang tinggi pula (high return high risk). Artinya,
setiap ekspektasi di amsa datang atas satu investasi maka pasti terdapat risiko
potensial akan terjadi dari investasi bersangkutan.
Inilah perbedaan dari bank konvensional dan bank syariah karena bank
konvensional tidak berinvestasi pada aset berbasis ekuitas. Investor disekitar ini tentu
saja menyebabkan ketidakstabilan dalam pendapatan bank syariah dan memiliki efek
pada risiko likuiditas, risiko kredit, dan risiko pasar. Risiko investasi didefinisikan
sebagai risiko yang muncul dari partisipasi dalam keuangan atau aktivitas bisnis lain
yang disebutkan dalam menyediakan dana untuk sharing modal dalam bisnis yang
berisiko. Bank syariah memiliki risiko investasi pada kontrak mudharabah dan
musyarakah. Bank syariah menggunakan instrument ini secara substansial
berpengaruh terhadap pendapatan bank, likuiditas, dan risiko lain serta volatilitas
pendapatan dan modal.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep dasar Manajemen Risiko Investasi ?
2. Bagaimana Prinsip-prinsip Islamic Financial Service Board (IFSB) ?
3. Bagaimana Mitigasi Risiko Investasi ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Konsep Dasar Manajemen Risiko Investasi.
2. Untuk mengetahui Prinsip-prinsip Islamic Financial Service Board (IFSB).
3. Untuk mengetahui Mitigasi Risiko Investasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Manajemen Resiko Investasi
1. Pengertian Investasi
Istilah investasi berasal dari bahasa Latin, yaitu investire (memakai),
sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan invesment. Istilah hukum
investasi berasal dari terjemahan bahasa Inggris yaitu invesment of law. Dalam
peraturan perundang-undangan tidak ditemukan hukum investasi tersebut, maka
harus dicari dari berbagai pandangan para ahli dan kamus hukum.
Para ahli dalam bidang investasi memiliki pandangan yang berbeda
mengenai konsep teoritis tentang investasi. Fitzgeral, mengartikan investasi
adalah aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sember (dana)
yang dipakai untuk mengadakan barang modal pada saat sekarang, dan dengan
barang modal akan dihasilkan aliran-aliran produk baru dimasa yang akan
datang. Dalam definisi lain, Kamaruddin Ahmad mengemukakan bahwa yang
dimaksud dengan investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan
untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana
tersebut.
Ensiklopedia Indonesia memberikan pengertian tentang investasi adalah
penanaman uang atau modal dalam proses produksi (dengan pembelian gedung-
gedung, permesinan, bahan cadangan, penyelenggaraan uang kas serta
perkembangannya). Dari ketiga definisi tersebut, Salim dan Budi Sutrisno
menyempurnakan definisi tentang investasi sebagai berikut: “investasi adalah
penanaman modal yang dilakukan oleh investor, baik investor luar negri (asing)
maupun dalam negeri (domestik) dalam berbagai bidang usaha yang terbuka
untuk investasi, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan”.1
Sedangkan investasi dalam Islam merupakan bentuk aktif dari ekonomi
syari’ah. Pola sederhana dalam berinvestasi memberikan gambaran bahwa
kegiatan investasi cukup efektif dalam mengembangkan modal agar dapat
mengembangkan usaha maupun tingkat keamananannya.

1
Adia Nur Fadilah, Jalaludin,Manajemen Risiko Investasi Pada Perbankan Syariah, (jurnal
EksisBank, Vol.03.No.1,2019).Hal.41.

3
Dalam konsep Islam, investasi bukan semata-mata terkonsentrasi pada
seberapa besar keuntungan materi yang bisa dihasilkan melalui aktifitas ekonomi
saja, namun lebih dari itu kegiatan investasi dalam konsep Islam juga didorong
oleh adanya faktor-faktor tertentu yang mendominasi. Faktor-faktor dominan
sebagai pendorong seseorang melakukan aktivitas investasi adalah:
a. Adanya implementasi mekanisme zakat terhadap jumlah dan nilai assetnya
yang akan selalui dikenakan zakat. Faktor ini akan mendorong pemilik
(investor) untuk mengelolanya melalui investasi, dan faktor ini lebih dekat
kepada perilaku individu.
b. Adanya motif sosial, yaitu dengan membantu sebagian masyarakat yang
tidak memiliki modal. Faktor ini dijalankan dengan pola bersyarikat
(musyarakah) maupun dengan berbagi hasil (mudharabah).
Dengan demikian, secara umum pengertian investasi syariah adalah suatu
kegiatan produktif yang menguntungkan bila dilihat dari sudut pandang teologis,
dan menjadi untung-rugi jika dipandang dari sisi ekonomi, karena tidak bisa
terlepas dari adanya suatu ketidak-pastian (uncertainty of loss) dalam kehidupan
manusia, serta harus dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah syar’i.
2. Tujuan Investasi
Seseorang melakukan aktivitas investasi tentu memiliki tujuan yang ingin
dicapai. Hal ini dilakukan untuk mencapai suatu efektifitas dan efisiensi dalam
menentukan keputusan guna mempertegas keputusan yang diharapkan.
Tujuan investasi secara umum antara lain adalah:
a. Terciptanya keberlanjutan (continuity) dalam investasi.
b. Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang diharapkan
(actual profit).
c. Terciptanya kemakmuran pemegang bagi saham.
d. Turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa.
Namun, dalam konsep syari’ah tujuan investasi tentunya memiliki
karakteristik tersendiri. Hak ini tidak terlepas dari adanya tujuan syariat bagi
manusia yang dalam konsep Islam disebut dengan maqashid as-syari’ah yang
tidak lain adalah untuk bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh
manusia.

4
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tujuan dari investasi dalam
Islam adalah “menanam modal dengan tujuan menambah keuntungan dan
mencari kelebihan nikmat Allah, karena investasi ini akan merealisasikan tujuan
permodalan yang seharusnya berkembang, sekaligus merealisasikan tujuan
sosialnya”. dari adanya niat untuk mendapatkan ridha Allah Swt., dengan
mendapatkan keuntungan (al-falah), sehingga dalam melakukan investasi harus
dibutuhkan niat yang lurus (menghindarkan diri dari penggunaan cara-cara
investasi yang mengandung unsur maisir, gharar, riba dan dhalim), selain yang
terpenting juga tetap meniatkan dari sebagian keuntungan akan dikeluarkan
zakat dan infaknya sebagai bagian dari investasi di akhirat.2
3. Pengertian Risiko Investasi
Adapun definisi resiko investasi pada umumnya adalah pendapatan negatif
(return negative) saat melakukan investasi yang berujung pada kerugian.
Menurut Ricky W, Griffin dan Ronald J. Elbert, definisi resiko adalah
ketidakpastian tentang sesuatu di masa mendatang (uncertainty about future
events).3
Risiko investasi didefinisikan sebagai risiko yang muncul dari partisipasi
dalam keuangan atau aktivitas bisnis lain yang disebutkan dalam kontrak dan
ikut serta dalam menyediakan dana untuk saling menaruh modal dalam bisnis,
yang tentunya memiliki risiko di dalamnya. Bank syariah memiliki risiko
investasi pada kontrak berbasis mudharabah dan musyarakah. Bank syariah
menggunakan instrumen ini secara substansial berpengaruh terhadap pendapatan
bank, likuiditas, dan risiko lain serta volatilitas pendapatan dan modal.
Dalam pembiayaan muldharabah apabila usaha yang dibiayai nasabah
mengalami kerugian, bank syariah akan menanggung semua kerugian dan bank
tidak dapat mewajibkan nasabah yang dibiayai untuk mengambil tindakan yang
diperlukan agar menghasilkan tingkat kembalian sebagaimana yang diharapkan.
Situasi ini tentu dapat dimanfaatkan oleh pengguna dana. Kondisi tersebut
berbeda dengan mursyarakah, yakni pengusaha juga memiliki modal yang
dipertaruhkan. Kedua kontrak ini menggunakan instrumen bagi hasil yang tidak
2
Naili Rahmawati, Manajemen Investasi Syariah, (Mataram : Institut Agama Islam Negeri
Mataram,2015).hal.19-22.
3
Ricky W, Griffin dan Ronald J. Elbert, Bisnis, Alih Bahasa : Rd. Soemarnagara, (Jakarta: Erlangga,
2006), hal. 752.

5
memberikan kembalian tetap, tetapi secara eksplisit rawan terkena gangguan
dalam kerugian.
Risiko investasi ini memiliki beberapa fitur berbeda, yaitu sebagai berikut:
a. Sifat investasi ekuitas memerlukan pengawasan mendalam untuk
mengurangi asimetri informasi. Langkah langkah ini termasuk
pengungkapan keuangan yang benar, keterlibatan lebih dekat dengan
proyek, transparansi dalam pelaporan, dan pengawasan pada semua tahapan
pelaksanaan proyek dari penilaian sampai selesai. Oleh karena itu, bank
syariah perlu memainkan peran aktif dalam pengawasan.
b. Mudharabah dan musyarakah adalah perjanjian pembagian keuntungan dan
kerugian serta menghadapi risiko hilangnya modal walau dengan
pengawasan yang memadai. Tingkat risiko relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan investasi lain dan bank syariah harus sangat berhati hati dalam
mengevaluasi dan memilih proyek untuk mengurangi potensi kerugian.
c. Investasi ekuitas selain investasi pasar saham tidak memiliki pasar sekunder
yang mengakibatkan besarnya biaya untuk keluar lebih awal. Tidak
likuidnya investasi tersebut dapat menyebabkan kerugian pada bank.
d. Investasi ekuitas mungkin tidak memberikan pendapatan yang stabil dan
keuntungan modal mungkin satu satunya pengembalian. Sifat tidak pasti
dari arus kas membuatnya sulit untuk memperkirakan dan mengelolanya.
Tingkat risiko investasi ini sangat tinggi sehingga karekteristik risiko
investasi ini harus menjadi pertimbangan dalam penilaian risiko. Risiko investasi
ini harus diperhatikan kualitas mitra, jenis, dan aktivitas bisnis yang
mendasarinya serta keberlangsungan operasional usaha. Menurut sifatnya,
investasi ini sangat berhubungan dengan risiko yang berhubungan dengan
aktivitas bisnis dan operasi mudharib atau mitra musyarakah.
Evaluasi risiko investasi menggunakan instrumen bagi hasil dari
mudharabah, musyarakah, dan profil risiko mitra potensial yang merupakan hal
krusial dipertimbangkan untuk dilakukan uji kelayakan. Uji kelayakan sangat
penting untuk memenuhi tanggung jawab bank sebagai wakil dalam memegang
amanah dari investor pemegang rekening dana investasi pihak ketiga yang
berbasis bagi untung dan rugi (mudharabah). Profil risiko termasuk catatan masa

6
lalu dari tim manajemen dan kualitas rencana bisnis serta aspek sumber daya
insani, aktivitas mudharabah dan musyarakah yang disampaikan.4
4. Bentuk-bentuk risiko dalam investasi
Adapun macam-macam atau bentuk-bentuk resiko dalam investasi adalah:
a. Turunnya nilai investasi
Resiko turunnya nilai investasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Internal, yaitu faktor yang melekat dan berasal pada investasi tersebut,
seperti karena adanya perubahan pada obyek investasi tersebut.
Contoh emas yang mengalami perubahan warna.
2) Eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar yang menyebabkan
penurunan nilai investasi, seperti adanya musibah, perubahan
kebijakan pemerintah dan kondisi politik hukum, tren perubahan
investasi.
b. Kenaikan investasi tidak sebanding kenaikan inflasi
Resiko kenaikan investasi yang tidak sebanding dengan kenaikan
inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga barang secara terus menerus
yang akan berimbas pada banyak sedikitnya keuntungan investasi.
c. Jenis atau sifat investasi yang susah untuk dijual lagi
Resiko yang berasal dari jenis atau sifat invesatsi yang susah dijual
lagi dipengaruhi oleh adanya sifat atau jenis investasi yang berbeda-beda.
Jenis investasi dibagi menjadi 2 jenis atau sifat, yaitu: yang pertama,
Investasi likuid atau mudah untuk dicairkan, biasanya masuk dalam jenis
jangka pendek seperti tabungan dan deposito. Dan yang kedua, Investasi
non likuid atau sulit untuk dicairkan segera seperti pada sektor property.5
B. Prinsip-prinsip Islamic Financial Service Board (IFSB)
Islamic Financial Service Board (IFSB) adalah suatu lembaga internasional
yang didirikan pada tahun 2002. IFSB berfungsi sebagai lembaga pengatur dan
pengawas (regulatory and supervisory Agency) yang mengembangkan dan
menetapkan standar internasional di industri jasa keuangan Islam. IFSB juga aktif

4
Muhammad Nur Riyanto Al-Arif, Manajemen Risiko Perbankan Syariah,(Bandung: CV Pustaka
Setia, 2018),hal. 199-201.
5
Miyosi Ariefiansyah, Jago Investasi, (Jakarta: PT. Niaga Swadaya, 2013), hal. 116-122.

7
terlibat dalam mempromosikan kesadaran dan edukasi masyarakat mengenai
berbagai isu yang memiliki dampak di bidang jasa keuangan Islam.
IFSB melakukan sidang Dewan sebanyak 2 (dua) kali setahun dan Sidang
Umum sebanyak 1 (satu) kali setahun. Keanggotaan IFSB terdiri dari full member,
associate member, dan observer member. Jumlah anggota penuh IFSB sebanyak 16
negara, yaitu: Bahrain, Brunei, Mesir , Indonesia , Iran , Islamic Development Bank ,
Jordania , Kuwait , Malaysia , Pakistan , Qatar , Saudi Arabia , Sudan , Uni Emirat
Arab , Bangladesh dan Singapura. IFSB berkedudukan (Kantor Pusat) di Kuala
Lumpur, Malaysia. Adapun Prinsip-prinsip Islamic Finansial Services Board pada
risiko investasi sebagai berikut:6
1. Bank syariah harus memiliki strategi, manajemen risiko, dan proses pelaporan
yang memadai sehubungan dengan karekteristik risiko investasi termasuk
investasi Mudharabah dan musyarakah.
Pada prinsip tersebut, bank syariah harus mampu mendefinisikan tujuan dan
kriteria investasi yang menggunakan prinsip bagi hasil. Termasuk dalam
kategori tersebut adalah kemampuan bank syariah dalam menetapkan tipe
invetasi, kriteria risiko, serta pengembalian investasi yang mampu memberikan
hasil maksimal.
Kebijakan pembiayaan berbasis investasi perlu terus dikaji ulang, sehingga
memungkinkan bagi manajemen dalam mitigasi risikonya. Kemampuan dalam
membangun infrastruktur manajemen risiko diperlukan, sehingga monitiring
usaha Mudarib dapat dilakukan dengan baik. Perubahan lingkungan bisnis baik
internal maupun eksternal yang dapat mempengaruhi usaha mudarib perlu
diwaspadai dan ditemukan model penyelesaiannya.
Kemampuan menganalisis berbagai faktor yang memengaruhi usaha mudarib
bertujuan untuk melihat pengaruhnya pada arus kas dan adanya perubahan
pendapatan usaha mudarib sejak dini. Mitigasi risiko investasi tersebut
menggunakan teknik yang tidak melanggar kepatuhan syariah. Perlindungan
terhadap usaha nasabah juga sangat di mungkinkan, seperti penggunaan asuransi
syariah atau jasa perlindungan lain sesuai syariah.

6
Bambang Rianto Rustam,“Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia”, (Jakarta: Salemba
Empat, 2013),hal, 261.

8
2. Bank syariah harus memastikan metodologi valuasi yang tepat dan konsisten
serta harus Menilai potensi dampak dari metode perhitungan dan alokasi laba.
Metode tersebut harus disepakati bersama antara bank syariah dengan mitra
mudharib atau musyarakab.
Bank syariah harus menyetujui penggunaan sistem akuntansi usaha mudarib,
sehingga pelaporan keuangan dalam periode akuntansi tertentu dinyatakan valid.
Kemampuan menggunakan metode yang tepat untuk menghitung nisbah dan
bagi hasilnya dapat mengurangi terjadinya manipulasi data atau laporan
keuangan mudarib. Perlu dipahami bahwa potensi terjadinya pelaporan yang
dimani-pulasi dalam akad bagi hasil sangatlah besar. Terjadinya moral bazard
merupakan salah satu bentuk kelemahan akad mudarabab dan musyarakah.
Peluang tersebut terjadi karena sulitnya sahibul mal memperoleh data yang
sesungguhnya dari laporan keuangan usaha mudarib.
Pembagian hasil usaha (baik menggunakan metode revenue sharing maupun
profit loss sharing) sangat dipengaruhi oleh motode akuntansi yang digunakan
oleh mudarib. Oleh karena itu, pengawasan secara berkala terhadap usaha
mudarib menjadi sangat penting. Di samping itu, untuk memastikan laporan
akuntansi mudarib disajikan secara wajar, bank syariah dapat melakukan audit
atau menggunakan jasa audit eksternal.
3. Bank syariah harus mendefinisikan dan menetapkan strategi keluar dalam
kegiatan investasi modal mereka termasuk kondisi perpanjangan dan
pengembalian atas investasi mudharabab dan musyarakab berdasarkan
persetujuan dari DPS bank syariah tersebut.
Bank syariah wajib meyakini atas dasar analisis yang mendalam tentang
keberlangsungan usaha mudarib, karena mungkin terjadi keterbatasan likuiditas
bank syariah tersebut, terutama dalam mengalokasikan dana untuk skema
investasi mudarabah dan musyarakah. Oleh karena itu, bank syariah perlu
menetapkan strategi divestasi jika prospek usaha mudarib mengalami tren yang
negatif atau kemunduran, dan sebaliknya, meningkatkan investasi jika prospek
usaha mudarib semakin baik. Strategi tersebut juga menyangkut jangka waktu
investasinya. Artinya, bank syariah juga menetapkan waktu yang tepat untuk
divestasi atau penambahan investasi baru. Keputusan tersebut dirumuskan ber-

9
dasarkan data kecenderungan hasil usaha nasabah, arus kas,serta potensi
pertumbuhan atau penurunan usaha yang dipengaruhi oleh factor eksternal.
C. Mitigasi Risiko Investasi
Menurut Wahyudi dkk. (2013), faktor penentu risiko investasi dalam akad
mudharabah serta mitigasi risiko yang harus dilakukan, yaitu sebagai berikut.
1. Bank salah menilai kemampuan debitur dalam mengelola usaha yang
dibiayai bank. Mitigasi risiko yang dilakukan, yaitu:
a. Membuat divisi khusus untuk validasi data dan informasi,
b. Membuat divisi khusus yang menangani pembinaan debitur
dalam hal manajerial, motivasi, dan spiritual,
c. Membuat standardisasi formulir kebutuhan data/informasi
yang harus diisi debitur,
d. Konfirmasi dan validasi data atau informasi yang
disampaikan debitur,
e. Meminta agunan atau jaminan,
f. Membuat sistem pemeringkatan terintegrasi dengan sistem
seleksi dan penetapan kebijakan jangka waktu pembiayaan
Usaha, tata cara pengembalian dana, pembagian keuntungan,
dan bidang usaha yang dapat dibiayai:
g. Bekerja sama dengan lembaga pemeringkatan independen
untuk memeringkat debitur secara berkala.
2. Debitur melakukan moral hazard
a. Bank perlu mengenal lebih jauh debiturnya dengan
menerapkan prinsip KYC secara komprehensif. Jika
diperlukan, mudharabah hanya dapat dilakukan dengan
debitur yang sebelumnya sudah pernah memiliki
pengalaman bertransaksi dengan bank dan memiliki rekam
jejak yang baik.
b. Bank perlu memastikan bahwa debitur memiliki kemampuan
yang memadai dalam menyusun laporan keuangan dan
laporan aktivitas lain yang diperlukan sebagai
pertanggungjawaban.

10
c. Bank perlu memastikan bahwa debitur sudah menggunakan
dana yang diberikan bank untuk usaha atau keperluan lain
yang tidak bertentangan dengan yang disepakati pada akad.
Hal ini dapat dilakukan dengan menjaga hubungan baik
melalui mekanisme pengawasan berkala untuk memastikan
bahwa debitur sudah menjalankan usahanya dengan jujur
dan efisien.
d. Bank dapat melibatkan debitur dalam menentukan nisbah
bagi hasil agar debitur memiliki keterikatan moral dalam
melaksanakan akad mudharabah.
e. Kebijakan agunan perlu disesuaikan dengan tingkat
kredibilitas debitur.
3. Debitur tidak menyerahkan bagi hasil sesuai perhitungan yang
disepakati. Mitigasi risiko yang dilakukan, yaitu:
a. Bank tetap mengakui haknya sebagai pendapatan bagi hasil
dan piutang bagi hasil:
b. Bank tetap mengusahakan agar debitur menyerahkan bagi
hasil yang menjadi hak bank sebagaimana bank
mengusahakan pengembalian atas piutangnya yang lain.
Faktor penentu risiko investasi dalam akad musyarakah serta cara melakukan
mitigasi risikonya, yaitu sebagai berikut (Wahyudi dkk.2013).
1. Bank salah dalam menilai kemampuan debitur dalam mengelola usaha
yang dibiayai bank. Mitigasi risiko yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Membuat divisi khusus untuk validasi data dan informasi,
b. Membuat divisi khusus pembinaan debitur dalam manajerial,
motivasi, dan spiritual,
c. Membuat standardisasi formulir kebutuhan data/informasi
yang harus diisi debitur,
d. Konfirmasi dan validasi data/informasi yang disampaikan
debitur:
e. Membuat sistem pemeringkatan terintegrasi dengan sistem
seleksi dan penetapan kebijakan jangka waktu pembiayaan

11
usaha, tata cara pengembalian dana, dan pembagian
keuntungan, dan bidang usaha yang dapat dibiayai,
f. Bekerjasama dengan lembaga pemeringkatan independen
untuk memeringkat debitur secara berkala.
2. Modal yang diberikan debitur dalam bentuk aset non-kas berbeda
dengan harga pasarnya
a. Mengecek harga pasar aset non-kas.
b. Bekerja sama dengan lembaga penilai independen untuk
menilai aset non-kas.
3. Debitur melakukan moral hazard
a. Bank perlu mengenal lebih jauh debiturnya dengan
menerapkan prinsip KYC secara komprehensif. Jika
diperlukan, musyarakah hanya dilakukan dengan debitur
yang sebelumnya sudah pernah memiliki pengalaman
bertransaksi dengan bank dan memiliki rekam jejak yang
baik.
b. Bank perlu memastikan bahwa debitur memiliki kemampuan
yang memadai dalam menyusun laporan keuangan dan
laporan aktivitas lain yang diperlukan sebagai
pertanggungjawaban.
c. Bank perlu memastikan bahwa debitur sudah menggunakan
dana yang diberikan bank untuk usaha atau keperluan lain,
yang tidak bertentangan dengan yang disepakati pada akad.
Hal ini dapat dilakukan dengan menjaga pengelolaan usaha
musyarakah, misalnya dengan menempatkan wakil bank
pada manajemen usaha tersebut.
d. Bank dapat melibatkan debitur dalam menentukan nisbah
bagi hasil agar debitur memiliki keterikatan moral dalam
melaksanakan akad musyarakah.
4. Debitur menyalahgunakan perannya sebagai mitra dalam usaha bersama
a. Meminta agunan atau jaminan.

12
b. Kebijakan agunan perlu disesuaikan dengan tingkat
kredibilitas debitur.
c. Membuat kebijakan biaya yang dapat dikenakan dalam
usaha musyarakah. Dengan demikian, debitur tidak
dimungkinkan untuk membebankan usaha musyarakah
dengan biaya-biaya yang tidak bermanfaat.
5. Debitur tidak menyerahkan bagi hasil sesuai perhitungan yang disepakati
a. Bank tetap mengakui haknya sebagai pendapatan bagi hasil
dan piutang bagi hasil.
b. Bank tetap mengusahakan agar debitur menyerahkan bagi
hasil yang menjadi hak bank sebagaimana bank
mengusahakan pengembalian atas piutangnya yang lain.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Investasi adalah penanaman uang atau modal dalam proses produksi, tujuan
dari investasi dalam Islam adalah “menanam modal dengan tujuan menambah
keuntungan dan mencari kelebihan nikmat Allah. Risiko investasi didefinisikan
sebagai risiko yang muncul dari partisipasi dalam keuangan atau aktivitas bisnis lain
yang disebutkan dalam kontrak dan ikut serta dalam menyediakan dana untuk saling
menaruh modal dalam bisnis
Prinsip-prinsip Islamic Finansial Services Board pada risiko investasi sebagai
berikut:
1. Bank syariah harus memiliki strategi, manajemen risiko, dan proses pelaporan
yang memadai sehubungan dengan karekteristik risiko investasi termasuk
investasi Mudharabah dan musyarakah.
2. Bank syariah harus memastikan metodologi valuasi yang tepat dan konsisten
serta harus Menilai potensi dampak dari metode perhitungan dan alokasi laba.
3. Bank syariah harus mendefinisikan dan menetapkan strategi keluar dalam
kegiatan investasi modal mereka termasuk kondisi perpanjangan dan
pengembalian atas investasi mudharabab dan musyarakab berdasarkan
persetujuan dari DPS bank syariah tersebut.
Ada beberapa Mitigasi Resiko Investasi yang dapat dilakukan seperti yang sudah
dijelaskan di dalam makalah diatas.
B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini, Penulis mengharapkan pembaca dapat
mengetahui lebih jauh, lebih banyak, dan lebih lengkap tentang pembahasan ini.
Pembaca dapat membaca dan mempelajari Manajemen Risiko Syariah dari berbagai
sumber, baik dari intenet maupun media informasi lainnya, Karena penulis hanya
membahas secara garis besarnya saja. Disini penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, Sehingga kritik dan saran

14
yang membangun sangat diharapkan, Agar dalam penyusunan makalah pada
kesempatan selanjutnya lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Fadilah Aida Nur, Jalaludin, 2019, Manajemen Risiko Investasi Pada Perbankan
Syariah, (jurnal EksisBank, Vol.03.No.1,).
Rahmawati Naili, 2015, Manajemen Investasi Syariah,(Mataram : Institut Agama
Islam Negeri Mataram)
W Ricky, Griffin dan Ronald J. Elbert,2006, Bisnis, Alih Bahasa : Rd.
Soemarnagara, (Jakarta: Erlangga)
Nur Riyanto Al-Arif Muhammad, 2018,Manajemen Risiko Perbankan Syariah,
(Bandung: CV Pustaka Setia)
Ariefiansyah Miyosi, 2013,Jago Investasi, (Jakarta: PT. Niaga Swadaya)
Rianto Rustam Bambang,2013, “Manajemen Risiko Perbankan Syariah di
Indonesia”, (Jakarta: Salemba Empat)
Riduwan, Danu Pranata Gita, 2022, Manajemen Risiko Bank Syariah di Indonesia,
(UAD Press: Yokyakarta)

15

Anda mungkin juga menyukai