Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“Risk and Retrun serta Pengelolaan Investasi Syariah”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pasar Uang dan Pasar Modal Syariah

Dosen Pengampu :

Alfin Maulana, S.EI, M.SEI

Penyusun :

1. Putri Ayu Fitria Sari (08010421029)


2. Bachril Qilmi Ayusufi (08040421127)
3. Sofia Nova Pradani (08040421192)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah sesuai dengan rencana. Shalawat
serta salam semoga tetap terhaturkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah
membawa umatnya dari kegelapan menuju jalan terang benderang berupa agama Islam.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pasar Uang dan
Pasar Modal Syariah dengan judul “Risk and Retrun serta Pengelolaan Investasi
Syariah”

Dengan terselesaikannya penulisan makalah ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Allah SWT karena hanya dengan seizin-Nya makalah ini dapat terselesaikan.
2. Pak Alfin Maulana, S.EI, M.SEI Selaku dosen pengampu Mata Kuliah Pasar Uang dan
Pasar Modal Syariah.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun tugas makalah ini.
Oleh karena itu mengharap kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan penulisan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Aamiin

Surabaya, 29 Agustus 2023

Penulis
DAFTAR ISI

MAKALAH

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I..........................................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................................2

BAB II.........................................................................................................................................3

2.1 Denisi dan Prinsip prinsip Investasi Syariah.......................................................................3

2.2 Pengertian Risk and Return.................................................................................................4

2.3 Konsep Return and Risk dalam Pengelolaan Investasi Syariah..........................................5

2.3.1 Pengertian risiko dan imbal hasil (return) dalam konteks investasi...................................5

2.3.2 Faktor Faktor yang mempengaruhi Imbal hasil (return)............................................6

2.3.3 Jenis-Jenis Return.......................................................................................................8

2.3.4 Jenis jenis Risk..........................................................................................................10

2.4 Hubungan Antara Risk dan Return...................................................................................15

2.5 Perbandingan Antara Risk dan Return..............................................................................17

BAB III.....................................................................................................................................20

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................20

3.2 Saran...................................................................................................................................21
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam konteks ekonomi global yang terus berkembang, investasi


telah menjadi salah satu alat utama untuk menghasilkan kekayaan dan
mencapai tujuan keuangan jangka panjang. Namun, dalam menghadapi
peluang investasi yang beragam, para investor selalu dihadapkan pada dua
aspek krusial: risiko dan imbal hasil (return). Setiap keputusan investasi
memerlukan keseimbangan yang cermat antara potensi keuntungan dan
potensi kerugian. Sementara itu, di tengah-tengah perkembangan ini,
pengelolaan investasi syariah telah muncul sebagai pendekatan yang
menggabungkan prinsip-prinsip ekonomi Islam dengan tujuan keuangan
modern.1

Risiko dan imbal hasil (return) adalah dua komponen mendasar


dalam investasi. Risiko mengacu pada ketidakpastian yang terkait dengan
investasi, termasuk kemungkinan kerugian modal. Sementara itu, imbal
hasil (return) adalah potensi keuntungan yang dapat diperoleh dari
investasi tersebut. Dalam investasi konvensional, hubungan antara risiko
dan imbal hasil cenderung bersifat proporsional, di mana investasi dengan
potensi imbal hasil yang lebih tinggi cenderung memiliki risiko yang lebih
tinggi juga. Pengelolaan investasi syariah melibatkan penerapan prinsip-
prinsip ekonomi Islam dalam pengambilan keputusan investasi. Prinsip-
prinsip ini mencakup larangan terhadap bunga (riba), unsur spekulasi
(gharar), perjudian (maisir), serta investasi dalam sektor-sektor yang
diharamkan oleh Islam. Selain itu, investasi syariah juga mendasarkan
keputusan pada prinsip etika, tanggung jawab sosial, dan kemaslahatan
umum. Dengan memadukan prinsip-prinsip ini, pengelolaan investasi
syariah berupaya menciptakan portofolio yang tidak hanya menghasilkan

1
Trisno Wardy Putra, “Investasi Dalam Ekonomi Islam,” Ulumul Syar,i 7, no. 2 (2018): 49–57.

1
keuntungan finansial, tetapi juga selaras dengan nilai-nilai agama dan
kesejahteraan sosial.

Dalam dunia investasi yang semakin kompleks, risiko dan imbal


hasil (return) tetap menjadi fokus utama para investor. Pengelolaan
investasi syariah menawarkan pendekatan yang berlandaskan pada prinsip-
prinsip agama Islam, menciptakan peluang bagi para investor untuk
mengalokasikan dana mereka secara etis dan sesuai dengan nilai-nilai
agama. Dengan pemahaman yang mendalam tentang risiko, imbal hasil,
dan prinsip-prinsip syariah, investor dapat membangun portofolio yang
sejalan dengan tujuan keuangan jangka panjang mereka.2

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa definisi dan prinsip-prinsip dalam investasi syariah?


2) Apa pengertian dari return and risk?
3) Bagaimana konsep return and risk dalam pengelolaan investasi syariah?
4) Bagaimana hubungan antara return and risk?
5) Bagaimana perbandingan antara investasi syariah dan investasi
konvensional?

1.3 Tujuan Penelitian


1) Untuk mengetahui definisi dan prinsip-prinsip dalam investasi syariah.
2) Untuk mengetahui pengertian pengertian return and risk.
3) Untuk mengetahui Konsep return and risk dalam Pengelolaan Investasi
Syariah.
4) Untuk mengetahui hubungan antara return and risk.
5) Untuk mengetahui perbandingan antara investasi syariah dan investasi
konvensional.

2
L.E Listika and Yulistia Devi, “Perbandingan Return Dan Risk Pada Saham Berbasis Syariah
Dan Konvensional Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia,” Al-Mashrof: Islamic Banking and
Finance 2, no. 2 (2021): 105–121.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Dan Prinsip Prinsip Investasi Syariah

Investasi syariah yaitu komitmen terhadap sejumlah dana atau sumber daya
lainnya yang dipergunakan sekarang guna menerima imbalan di kemudian hari
dan sesuai dengan hukum Islam. Seorang investor melakukan investasi guna
mulai merencanakan masa depan sesegera mungkin, Perencanaan investasi jelas
lebih baik daripada tidak melakukan apapun. Investasi syariah berbeda dengan
investasi konvensional karena dilaksanakan sesuai dengan hukum Islam. Berikut
berbagai hal yang membedakan investasi syariah dengan konvensional, antara
lain:

1. Menghindari maysir (judi), gharar (ketidakjelasan), dan riba dengan


memperjelas aliran uang akad dan pembagian keuntungan-kerugian.
2. Memenuhi persyaratan tertentu, misalnya tidak memasukkan unsur riba,
spekulasi, perjudian, gharar, atau maysir.
3. Beroperasi di bawah ajaran Islam.3

Investasi syariah mempunyai berbagai kemanfaatan, misalnya investasi halal,


investasi yang menghasilkan pendapatan bagi investor, investasi yang membantu
banyak orang tertentu termasuk seseorang yang tidak mempunyai kekayaan
namun mempunyai keterampilan berupa skill dalam mengoperasikan suatu usaha.
Berbagai macam produk investasi syariah yang selaras dengan prinsip syariah di
pasar modal, misalnya reksadana syariah, obligasi syariah, sukuk, saham, tanah,
dan properti. Beberapa prinsip investasi syariah yang dapat dipetik dari literatur
yang tersedia antara lain sebagai berikut:

1. Tidak ambigu mengenai aliran uang dan bagaimana untung dan rugi
dialokasikan dalam akad, menghilangkan aspek maysir (judi), gharar
(ketidakjelasan), dan riba.

3
Ina Nur Inayah, “Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam Dalam Investasi Syariah,” Jurnal Ilmu
Akuntansi dan Bisnis Syariah 2, no. 2 (2020): 91–95.

3
2. Memenuhi persyaratan tertentu, misalnya tidak mengandung maysir,
gharar, spekulasi dan riba.
3. Beroperasi di bawah ajaran Islam.
4. Bebas dari kegiatan bisnis yang pengelolaannya bertentangan dengan
prinsip ketentuan syariah (persenjataan, alkohol, judi, dll.).
5. Prinsip investasi syariah juga mencakup menghindari ketidakpastian
ketika mencoba menciptakan aset dalam lingkungan Islam.

Dalam investasi syariah, ada berbagai macam produk investai syariah yang
sesuai dengan prinsip syariah di pasar modal, misalnya reksadana syariah,
obligasi syariah atau sukuk, tanah, dan properti.

2.2 Pengertian Risk and Return


1. Risiko
Risiko dalam investasi merujuk pada ketidakpastian atau
kemungkinan terjadinya kerugian atau variasi dari hasil yang diharapkan.
Risiko melibatkan kemungkinan bahwa hasil investasi akan berbeda dari
yang diantisipasi, baik dalam hal nilai yang lebih rendah dari yang
diharapkan (risiko kerugian) maupun nilai yang lebih tinggi dari yang
diharapkan (risiko volatilitas). Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
risiko termasuk fluktuasi pasar, perubahan kondisi ekonomi, peristiwa
politik, perubahan regulasi, dan faktor-faktor lain yang tidak dapat
diprediksi.
2. Imbal Hasil (Return):

Imbal hasil adalah keuntungan atau kerugian finansial yang


didapatkan dari sebua investasi dalam rentang waktu tertentu. Ini adalah
hasil dari perbedaan antara harga beli dan harga jual investasi, disertai
dengan pendapatan seperti dividen atau bunga yang diperoleh dari
investasi tersebut. Imbal hasil biasanya diukur dalam persentase dan
menggambarkan pertumbuhan atau penurunan nilai investasi dari waktu
ke waktu.

Hubungan antara risiko dan imbal hasil dalam investasi yaitu


kompleks. Umumnya, semakin tinggi potensi imbal hasil dari suatu

4
investasi, semakin besar juga risiko yang harus diambil. Investasi dengan
potensi imbal hasil yang lebih besar seringkali memiliki risiko yang lebih
tinggi, dan sebaliknya. Tujuan investor adalah mencari keseimbangan
antara risiko dan imbal hasil yang sesuai dengan tujuan keuangan,
toleransi risiko, dan horizon investasi mereka.4

2.3 Konsep Return and Risk dalam Pengelolaan Investasi Syariah


2.3.1 Pengertian Risiko Dan Imbal Hasil (Return) Dalam Konteks
Investasi.
Dalam konteks investasi, risiko merujuk pada kemungkinan
terjadinya kerugian atau variasi dalam hasil investasi yang tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Risiko ini bisa berasal dari berbagai faktor, seperti
fluktuasi pasar, perubahan kondisi ekonomi, peristiwa politik, perubahan
regulasi, ketidakpastian bisnis, dan lain sebagainya. Semakin tinggi risiko
suatu investasi, semakin besar kemungkinan investor mengalami kerugian
atau volatilitas dalam nilai investasi mereka. Sementara itu, imbal hasil
(return) dalam konteks investasi mengacu pada keuntungan atau kerugian
finansial yang dihasilkan dari suatu investasi selama periode tertentu. Imbal
hasil bisa bersifat positif, di mana investor mendapatkan keuntungan dari
investasi yang melebihi jumlah yang diinvestasikan, atau bisa juga bersifat
negatif, di mana investor mengalami kerugian dan nilai investasi lebih
rendah daripada jumlah yang diinvestasikan.5
Risiko dan imbal hasil memiliki hubungan yang erat dalam investasi.
Umumnya, semakin tinggi tingkat imbal hasil yang diharapkan dari suatu
investasi, semakin tinggi juga risiko yang harus dihadapi oleh investor.
Investor cenderung mencari keseimbangan antara risiko dan imbal hasil
yang sesuai dengan tujuan keuangan mereka, toleransi risiko, dan horizon
investasi. Dalam banyak kasus, investasi dengan tingkat risiko yang lebih
tinggi mempunyai potensi imbal hasil yang lebih tinggi, namun juga
mempunyai potensi kerugian yang lebih tinggi. Sebaliknya, investasi yang

4
Luqman Hakim, Simultan Risk & Return, 1st ed. (Banyumas: Penerbit CV. Pena Persada, 2018).
5
Budi Setiawan, “Perbandingan Kinerja Pasar Modal Syariah Dan Konvensional : Suatu Kajian
Empiris Pada Pasar Modal Indonesia,” Jurnal Ilmiah Ekonomi Global Masa Kini 8, no. 1 (2017):
35–40.

5
lebih aman dan stabil cenderung memiliki potensi imbal hasil yang lebih
rendah. Penting bagi investor untuk memahami risiko dan imbal hasil suatu
investasi sebelum mengambil keputusan. Diversifikasi portofolio, penilaian
risiko, dan pemahaman mendalam tentang instrumen investasi tertentu dapat
membantu investor mengelola risiko dan mencapai tujuan keuangan
mereka.6

2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Imbal Hasil (Return)

Imbal hasil investasi dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi


dan pasar. Beberapa faktor utama yang memengaruhi imbal hasil
termasuk:

1. Inflasi
Tingkat inflasi, yaitu kenaikan umum harga produk dan
layanan, dapat berpengaruh pada daya beli investor dan nilai riil
dari imbal hasil investasi. Investasi yang tidak menghasilkan imbal
hasil yang cukup tinggi untuk mengatasi inflasi dapat
mengakibatkan hilangnya daya beli dari hasil investasi tersebut.
2. Suku Bunga
Tingkat suku bunga mempengaruhi imbal hasil investasi dalam
beberapa cara. Kenaikan suku bunga dapat mengurangi nilai
obligasi yang terdapat di pasar karena obligasi yang ada
menawarkan imbal hasil yang lebih rendah daripada dengan yang
baru dikeluarkan dengan suku bunga yang lebih besar. Kemudian,
suku bunga juga dapat mempengaruhi biaya pinjaman dan arus kas
perusahaan, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi imbal hasil
saham.

3. Kondisi Pasar Keuangan


Kondisi pasar saham dan obligasi secara keseluruhan dapat
mempengaruhi imbal hasil investasi. Pasar yang naik cenderung

6
Dhinda Anatasia Prahesti and Amalia Nuril Hidayati, Investasi Di Saham Syariah Bagi
Mahasiswa, 1st ed. (Tulungagung: Biru Atma Jaya, 2021),
http://repo.uinsatu.ac.id/25072/%0Ahttp://repo.uinsatu.ac.id/25072/5/BAB III.pdf.

6
meningkatkan imbal hasil saham, sedangkan pasar yang tidak stabil
atau turun dapat mengurangi imbal hasil atau bahkan
mengakibatkan kerugian.
4. Kondisi Ekonomi Makro
Pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, produktivitas,
dan faktor-faktor ekonomi makro lainnya dapat mempengaruhi
imbal hasil investasi. Saat ekonomi tumbuh dengan baik, banyak
sektor bisnis mungkin mengalami kinerja yang lebih baik, yang
dapat mendukung imbal hasil investasi.
5. Risiko Pasar
Fluktuasi harga di pasar keuangan memiliki dampak langsung
pada imbal hasil. Semakin besar risiko pasar yang dihadapi suatu
investasi, semakin besar juga potensi imbal hasil yang dapat
dicapai.
Penting untuk memahami bahwa faktor-faktor ini saling
terkait dan dapat berinteraksi secara kompleks. Ketika melakukan
investasi, penting untuk melakukan analisis yang cermat terhadap
faktor-faktor ini dan mempertimbangkan diversifikasi portofolio
untuk mengurangi risiko dan meningkatkan peluang imbal hasil
yang seimbang.
Hubungan antara risiko dan imbal hasil dalam konteks
investasi bisa dijelaskan dengan prinsip bahwa biasanya terdapat
hubungan positif antara risiko dan potensi keuntungan. Artinya,
semakin tinggi risiko yang diambil dalam suatu investasi, semakin
besar potensi keuntungan yang dapat didapatkan, namun juga
semakin besar potensi kerugian.

1. Risiko Rendah
Potensi Keuntungan Rendah: Investasi dengan tingkat risiko
rendah, seperti obligasi pemerintah yang dianggap aman,
cenderung memberikan imbal hasil yang juga rendah. Meskipun
risiko kerugian relatif lebih kecil, potensi keuntungannya juga
terbatas.

7
2. Risiko Tinggi
Potensi Keuntungan Tinggi: Investasi dengan risiko yang lebih
tinggi, seperti saham individu atau sektor yang volatil, dapat
memberikan imbal hasil yang lebih tinggi dalam jangka panjang.
Namun, risiko kerugian juga lebih besar dalam hal ini, dan hasilnya
bisa sangat bervariasi tergantung pada fluktuasi pasar dan performa
perusahaan.
3. Keseimbangan Risiko dan Imbal Hasil
Bagi banyak investor, tujuannya adalah mencari keseimbangan
antara risiko dan imbal hasil yang sesuai dengan profil risiko
mereka. Dalam hal ini, diversifikasi portofolio menjadi penting.
Portofolio yang terdiversifikasi dengan baik mencakup berbagai
jenis aset dengan tingkat risiko yang berbeda. Ini membantu
mengurangi risiko keseluruhan portofolio sambil tetap
mempertahankan potensi keuntungan yang layak.
Penting untuk dicatat bahwa hubungan antara risiko dan
imbal hasil tidak selalu linear. Ada situasi di mana investasi
mungkin memiliki risiko yang tinggi tetapi potensi keuntungan
yang rendah, seperti dalam investasi spekulatif yang tidak teruji
atau perusahaan dengan masalah keuangan serius. Sebaliknya, ada
juga investasi yang dapat memberikan potensi keuntungan yang
baik dengan risiko yang terkendali, seperti beberapa jenis investasi
real estat komersial.
Setiap investor harus mempertimbangkan profil risiko
mereka, tujuan keuangan, dan horizon investasi mereka saat
mengevaluasi hubungan antara risiko dan imbal hasil dalam setiap
investasi yang mereka pertimbangkan. Dalam prakteknya,
diversifikasi, penelitian yang cermat, dan pemahaman mendalam
tentang jenis investasi yang dipertimbangkan akan membantu
investor membuat keputusan yang lebih baik.7
7
Kiki Azakia et al., “Risiko, Return Investasi Dan Kinerja Saham (Studi Perbandingan Volatilitas
Harga Saham Syariah Dan Konvensional Dengan Menggunakan Model Garch) Kiki,” At-Taradhi:
Jurnal Studi Ekonomi 11, no. 2 (2020): 10–27, https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-
use-case-a7e576e1b6bf.

8
2.3.3 Jenis-Jenis Return

Return saham termasuk hasil yang didapatkan dari


investasi, terdapat tiga macam return yang diketahui oleh para
investor, antara lain:
a. Return yang dipersyaratkan (Required Return) yaitu
pengembalian yang telah dicapai secara historis dan termasuk
tingkat pengembalian yang diinginkan investor berdasarkan pilihan
risiko individual mereka. 8
b. Return realisasi (realized return) yaitu pengembalian
yang telah dicapai dan dihitung memanfaatkan data dari masa lalu.
Return di masa lalu atau yang direalisasikan dapat dipergunakan
sebagai landasan dalam memperkirakan return dan risiko di masa
selanjutnya. Perhitungan realisasi imbal hasil dilakukan dengan
menggunakan ex post data (data historis). Kemampuan untuk
menilai kinerja perusahaan serta menetapkan ekspektasi
pengembalian dan potensi bahaya menjadikan realisasi
pengembalian menjadi penting. Salah satu unsur yang memicu
investor guna melakukan investasi yaitu return, yang juga termasuk
imbal balik atas keberanian investor dalam menerima risiko yang
terkait dengan investasinya.
c. Dan return ekspetasi (expected return) yaitu pengembalian
yang diantisipasi investor untuk diterima di masa depan, namun belum
terwujud.9 Pengembalian yang diantisipasi ini belum terjadi, berbeda
dengan pengembalian yang direalisasikan atau telah terjadi.
Keuntungan yang akan didapatkan investor di masa depan atas
investasinya pada perusahaannya dikenal sebagai expected return, dan
kemungkinan masa depan perusahaan sangat mempengaruhi tingkat
keuntungannya.

8
Lailiyatul Arofah, “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Saham”
(Universitas Jember, 2019).
9
Desi Aramana, “Pengaruh Arus Kas Operasi Dan Laba Akuntansi Terhadap Return Saham Pada
Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Konstruksi Bangunan,” Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Kontemporer (JAKK) 3, no. 2 (2020).

9
Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, investor
akan mendapatkan tiga jenis return diantaranya, return yang
dipersyaratkan yaitu dalam hal ini investor diharuskan menanggung
risiko tertentu setelah memutuskan untuk berinvestasi agar dapat
memperoleh imbal hasil minimum sesuai dengan ketentuan; return
realisasi dalam hal ini keuntungan dihitung dengan menggunakan data
historis dari perusahaan yang bermanfaat dalam perhitungan kinerja
perusahaan; dan return yang diharapkan ialah dengan menggabungkan
data masa lalu, nilai proyeksi pendapatan masa depan, dan model
ekspektasi saat ini, investor dan perusahaan dapat mengantisipasi
berapa banyak pengembalian atau laba yang akan mereka dapatkan di
masa depan ketika membeli investasi.10
2.3.4 Jenis jenis Risk

Konsep risiko dalam konteks investasi merujuk pada kemungkinan


terjadinya kerugian atau variasi dari hasil yang diharapkan. Risiko
merupakan bagian integral dari setiap keputusan investasi, dan
investor harus mempertimbangkan tingkat risiko yang bersedia
mereka hadapi dalam hubungannya dengan potensi pengembalian
investasi. Risiko dalam investasi dapat berasal dari berbagai sumber
dan memiliki dampak yang bervariasi. Prinsip-prinsip tersebut tidak
hanya relevan dalam aspek pribadi, tetapi juga sangat berlaku dalam
konteks bisnis. Dalam dunia bisnis, kita perlu menghadapi berbagai
jenis risiko, termasuk yang terkait dengan keuangan dan manajemen.
Risiko ini mencakup kemungkinan kerugian finansial dan tantangan
dalam mengelola operasional perusahaan.
1. Risiko finansial yang berkaitan dengan ketidakmampuan
perusahaan untuk mencapai strategi keuangan yang ditetapkan.
2. Risiko manajerial berkaitan dengan buruknya manajemen
organisasi oleh eksekutif bisnis, yang pada akhirnya dinilai
berdasarkan kegagalan finansial mereka.

10
Arofah, “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Saham.”

10
Risiko dapat didefinisikan sebagai potensi timbulnya kerugian atau
bencana. Secara lebih umum, risiko merujuk pada kemungkinan
terjadinya hasil yang tidak diharapkan atau berlawanan dengan
harapan. Dalam industri keuangan, terdapat pepatah yang mengatakan
“high risk bring about high return” yang mengindikasikan bahwa jika
seseorang menginginkan keuntungan yang besar, ia juga harus siap
menghadapi risiko yang besar. Contohnya, dalam investasi saham,
fluktuasi harga saham yang tajam memberikan kesempatan guna
memperoleh laba yang besar. Namun, di sisi lain, apabila harga saham
bergerak ke arah yang tidak diharapkan, potensi kerugian juga dapat
sangat besar.11
1. Pure Risk (Risiko Murni)
Jika ada suatu situasi yang tidak dapat diprediksi dengan pasti,
dampaknya pasti akan mengakibatkan kerugian. Risiko murni dapat
dibagi menjadi tiga jenis, antara lain:
a. Risiko aset fisik
adalah risiko yang dapat menyebabkan kerugian pada properti
fisik dari suatu organisasi atau perusahaan. Berbagai contohnya
termasuk kejadian seperti erupsi gunung, tsunami, gempa bumi,
banjir, kebakaran, dan sejenisnya.
b. Risiko Karyawan
Risiko yang timbul akibat pengalaman yang dialami oleh
karyawan yang bekerja di suatu organisasi atau perusahaan.
Contohnya adalah kejadian kecelakaan kerja yang berpotensi
mengganggu jalannya operasional perusahaan.
c. Risiko Legal
Risiko yang terkait dengan ketidakpuasan atau ketidaksesuaian
dalam pelaksanaan kontrak. Contohnya termasuk adanya konflik
dengan perusahaan lain yang mengakibatkan masalah seperti klaim
ganti rugi.
2. Speculative Risk (Risiko Spekulatif)

11
Prahesti and Hidayati, Investasi Di Saham Syariah Bagi Mahasiswa.

11
Suatu situasi di mana hasilnya bisa berupa keuntungan atau
kerugian tidak dapat diprediksi dengan pasti. Risiko ini bisa
dikelompokkan menjadi empat jenis, antara lain:
a. Risiko Pasar
Yaitu risiko yang muncul akibat fluktuasi harga di pasar.
Sebagai contoh, ketika nilai saham turun, hal ini dapat
mengakibatkan kerugian.
b. Risiko Kredit
Yaitu risiko yang timbul akibat kegagalan pihak lain untuk
memenuhi tanggung jawabnya terhadap perusahaan. Contohnya
meliputi situasi di mana kredit yang diberikan tidak dapat
dilunasi, dan persentase piutang yang tidak tertagih meningkat.
c. Risiko Likuiditas
Yaitu risiko yang timbul akibat ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dana tunai. Sebagai contoh, saat jumlah
uang tunai yang dimiliki menurun, perusahaan mungkin tidak
dapat melunasi hutang dengan tepat waktu, sehingga
mengharuskan perusahaan menjual aset-aset yang dimilikinya
d. Risiko Operasional
Yaitu risiko yang muncul karena gangguan dalam kelancaran
aktivitas operasional. Sebagai ilustrasi, situasi di mana komputer
mengalami kerusakan akibat berbagai faktor, termasuk terinfeksi
virus.
Ada beberapa jenis risiko dalam analisis tradisional yang perlu
dipertimbangkan dalam konteks investasi. Berikut adalah beberapa
jenis risiko utama dalam investasi:

a. Risiko Pasar (Market Risk): Risiko ini berkaitan dengan variasi


harga aset atau instrumen investasi yang disebabkan oleh
perubahan kondisi pasar secara umum. Risiko pasar dapat
disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi, politik, sosial, dan
keuangan yang dapat mempengaruhi nilai investasi. Contoh

12
instrumen yang terpengaruh oleh risiko pasar termasuk saham,
obligasi, dan komoditas.

b. Risiko Kredit (Credit Risk): Risiko kredit merujuk pada


kemungkinan bahwa pihak yang berutang gagal memenuhi
kewajibannya untuk membayar utangnya. Ini terutama terjadi
dalam obligasi atau instrumen utang lainnya, di mana peminjam
(emitennya) mungkin tidak mampu membayar bunga atau pokok
utang. Investor dihadapkan pada risiko kredit saat memegang
obligasi perusahaan atau pemerintah yang memiliki kemungkinan
gagal membayar.

c. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk): Yaitu risiko bahwa investor


mungkin sulit menjual aset mereka dengan cepat dan tanpa
signifikan merusak harga pasar. Investasi yang kurang likuid,
seperti saham yang diperdagangkan dengan volume rendah, dapat
menghadirkan risiko likuiditas karena sulit untuk menemukan
pembeli pada harga yang diinginkan.

d. Risiko Inflasi (Inflation Risk): Risiko inflasi berkaitan dengan


penurunan daya beli uang seiring dengan tingginya harga barang
dan jasa. Jika imbal hasil investasi tidak cukup tinggi untuk
mengatasi laju inflasi, maka nilai riil dari investasi tersebut bisa
menurun.

e. Risiko Suku Bunga (Interest Rate Risk): Risiko suku bunga


muncul terutama dalam obligasi. Ketika suku bunga naik, harga
obligasi yang ada di pasar bisa turun karena obligasi yang ada
menawarkan imbal hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan
yang baru dikeluarkan dengan uku bunga yang lebih tinggi.

f. Risiko Valuta Asing (Foreign Exchange Risk): Risiko valuta


asing terkait dengan fluktuasi nilai tukar mata uang. Jika investor
memiliki investasi dalam mata uang asing, perubahan nilai tukar

13
dapat berpengaruh pada nilai investasi mereka saat dikonversi
kembali ke mata uang dasar.
g. Risiko Politik dan Hukum (Political and Legal Risk): Risiko
politik dan hukum berkaitan dengan perubahan dalam kebijakan
pemerintah, perubahan hukum, dan peristiwa politik yang dapat
mempengaruhi nilai investasi. Ini bisa termasuk perubahan
regulasi industri, nasionalisasi aset, atau konflik politik yang
mempengaruhi stabilitas ekonomi.
h. Risiko Spesifik Perusahaan (Company-Specific Risk): Risiko ini
juga dikenal sebagai risiko idiosinkratis atau risiko mikro. Ini
adalah risiko yang terkait dengan kondisi atau kinerja spesifik
perusahaan atau aset individu. Misalnya, masalah manajemen,
perubahan dalam industri, atau kinerja finansial yang buruk dari
suatu perusahaan.12
Adapun terdapat dua jenis risiko dalam analisis kontemporer,
antara lain:

a. Risiko Sistematis (Systematic Risk)


Komponen risiko sekuritas yang tidak bisa sepenuhnya dikurangi
dengan membangun portofolio dikenal Systematic Risk. Risiko
sistematis yaitu salah satu faktor yang membuat hasil investasi
berfluktuasi, tidak bisa sepenuhnya ditiadakan dengan diversifikasi
investor. Systematic Risk dikenal sebagai risiko pasar ialah bentuk risk
yang tidak dapat didiversifikasi karena disebabkan oleh peristiwa di luar
kendali seseorang, misalnya modifikasi resesi, inflasi, suku bunga, dan
nilai tukar mata uang. Risiko yang tidak bisa dihilangkan bahkan
setelah saham-saham dalam portofolio telah didiversifikasi dikatakan
tidak dapat didiversifikasi. Jika risiko sistematis muncul, seluruh bentuk
saham dapat terkena akibatnya, maka investasi pada beberapa atau satu
bentuk saham menjadi tidak berguna untuk membatasi kerugian. Risiko
sistematik tidak dapat dihilangkan sepenuhnya dengan diversifikasi.
Namun, investor dapat mempertimbangkan risiko sistemik sekuritas
ketika mengambil keputusan investasi. Sejauh mana return saham
12
Ahmad Rodoni and Muhammad Anwar Fathoni, Manajemen Investasi Syariah (Jakarta:
Salemba Diniyah, 2019).

14
dipengaruhi oleh perubahan return portofolio atau beta saham, dapat
digunakan untuk mengukur risiko dan dipengaruhi oleh eksposur
terhadap peristiwa ekonomi makro. Beta portofolio ialah interaksi
antara imbal hasil portofolio dengan imbal hasil pasar lainnya. Risiko
dalam portofolio diproksikan dengan beta portofolio:
Risiko Sistemtis = p2 .m2
Diperjelas:
p = Beta Portofolio
m = Varian Return Pasar
Sebagai hasilnya, ditentukan bahwa risiko sistemis ialah risk yang
tidak bisa dihindari terkait dengan sekuritas yang diakibatkan oleh
elemen ekonomi makro dari suatu negara atau kejadian eksternal.
b. Risiko Tidak Sistematis (Unsystematic Risk)
Unsystematic Risk ialah komponen dari risk sekuritas yang bisa
dikurangi dengan menciptakan portofolio yang terdiversifikasi optimal.
Varians berfungsi sebagai ukuran risiko tidak sistematis. Kerentanan
return, khususnya varians atau standar deviasi, dapat digunakan untuk
mengukur risiko portofolio secara keseluruhan. Standar deviasi ialah akar
kuadrat dari varians, dan varians yaitu rerata kuadrat penyimpangan di
sekitar hasil rerata. Ekuitas individu sering kali memiliki standar deviasi
pengembalian yang lebih besar daripada pasar. Karena ekuitas individu
bergerak secara independen satu sama lain, sebagian besar risiko dapat
dikurangi melalui diversifikasi. 13 Cara mengukur Unsystematic Risk
portofolio, yaitu:
Unsystematic Risk = (ΣWi.ei2)
Diperjelas:
ei2 = Varians Saham
Wi = Persentase alokasi dana pada tiap saham
Penting bagi investor untuk memahami jenis-jenis risiko ini
dan bagaimana risiko-risiko tersebut dapat mempengaruhi
investasi mereka. Diversifikasi portofolio, penilaian risiko, dan
manajemen risiko yang tepat dapat membantu mengurangi
dampak risiko-risiko tersebut

Stevani Evirrio, “Pengaruh Risiko Sistematis Dan Risiko Tidak Sistematis Terhadap Expected
13

Return Portofolio Optimal” (Universitas Brawijaya, 2018).

15
2.4 Hubungan Antara Risk dan Return

Hubungan antara risiko dan return terdapat pada bahasan Security


Market Line (SML). SML diartikan suatu garis yang terbentuk oleh
gabungan antara keuntungan sekuritas dan risikonya, sementara garis yang
terbentuk oleh gabungan beberapa sekuritas (portofolio) dengan risiko
dikenal dengan Capital Market Line (CML).
Dari pembahasan sebelumnya tentang keinginan return dan risiko
yang terkait Security Market Line (SML) dapat diungkapkan hubungan
tingkat risiko dan tingkat pengembalian yang diharapkan dalam investasi
ialah hubungan searah atau linier. Berarti semakin tinggi risiko yang
diambil investor, maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian yang
didapat. Sebaliknya semakin rendah risiko yang diambil investor, maka
semakin rendah pula tingkat pengembalian yang didapat.
Dalam setiap pengambilan keputusan investasi, tentunya para
investor terlebih dahulu harus memperhatikan tingkat risiko(risk) dan
tingkat pendapatan(return) yang didapatkan. Investor sendiri tidak jauh
dari kata risiko yang selalu melekat pada setiap pemilihan investasi. Oleh
karena itu, diperlukan pemikiran-pemikiran dalam melakukan investasi
akan mempengaruhi tingkat pendapatan suatu perusahaan. Tingkat
keuntungan bagi para investor bersifat tidak pasti, sehingga perlu
dipertimbangkan secara bijak.
Jadi para investor harus cukup berani dalam mengambil risiko
yang akan dihadapi. Setiap investor tentunya memiliki keinginan dan
tujuan investasi adalah untuk memperoleh keuntungan/laba dan
menghasilkan uang. Sedangkan tujuan lebih luas/keseluruhan untuk
meningkatkan kesejahteraan investor atau pemilik modal.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan apabila tinggi tingkat
keuntungan yang diinginkan oleh investor, sebab dari adanya keinginan
dalam mengambil keputusan sebuah risiko yang ada. Artinya
alternatif/pilihan investasi daripada investor dengan ekspektasi return

16
terdapat dari pandangan risiko investasinya, serta keduanya ada korelasi
positif antara return dan risiko.14
Adanya hubungan positif dimaksudkan bahwa hubungan antara
dua variabel (return and risk) bergerak ke sisi yang sama antara risiko dan
keuntungan. Dengan hal ini, perlu diperhatikan kepada para
investor/pemilik modal ialah tidak adanya jaminan yang pasti saat
mengambil risiko yang lebih besar akan mendapatkan keuntungan yang
lebih besar. Sebaliknya mengambil risiko yang lebih besar juga akan
berdampak pada hilang serta ruginya modal yang dikeluarkan.
Hal yang sama juga saat adanya hubungan yang positif antara
tingkat risiko dengan tingkat pengembalian/return. Jika investasi terhadap
tingkat risiko rendah akan memperoleh tingkat keuntungan yang rendah
juga. Begitupun dengan investasi pada tingkat risiko tinggi akan
memperoleh tingkat keuntungan dengan hasil tinggi juga, tetapi tidak
menutup kemungkinan terjadi kerugian atau risiko yang besar.15

2.5 Perbandingan Antara Risk dan Return

Berikut adalah perbandingan antara pendekatan investasi syariah dan


konvensional dalam hal risiko, imbal hasil, dan prinsip-prinsip yang
diterapkan:

1. Risiko
Investasi Syariah: Investasi syariah memiliki fokus pada
menghindari risiko yang melanggar prinsip-prinsip Islam, seperti riba,
gharar, dan maysir. Risiko yang tidak diizinkan oleh prinsip-prinsip
syariah dihindari, seperti risiko bunga atau risiko perjudian.
Sedangkan pada Investasi Konvensional: Investasi konvensional
terlibat dalam berbagai jenis risiko, termasuk risiko yang dihasilkan dari
instrumen yang melibatkan bunga dan spekulasi. Risiko dalam investasi

14
Hakim, Simultan Risk & Return.
15
Afriyeni Afriyeni Dan Doni Marlius, “Analisis Tingkat Pengembalian Dan Risiko Investasi
(Studi Pada Industri Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia),” Preprint (Open
Science Framework, 18 Maret 2019), Https://Doi.Org/10.31219/Osf.Io/Cfb92.

17
konvensional lebih luas karena tidak ada pembatasan etika agama dalam
memilih instrumen atau bisnis.
2. Imbal Hasil (Return):
Investasi Syariah: Investasi syariah berusaha untuk mendapatkan
imbal hasil yang adil dan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Imbal
hasil diperoleh melalui instrumen-instrumen yang diizinkan oleh
syariah, seperti bisnis yang tidak melibatkan muamalat haram dan
instrumen keuangan yang sesuai.
Sedangkan pada Investasi Konvensional: Investasi konvensional
mencari imbal hasil tanpa mempertimbangkan batasan etika agama. Ini
mencakup berbagai instrumen keuangan termasuk saham, obligasi,
deposito, dan komoditas.
3. Prinsip-prinsip yang Diterapkan:
Investasi Syariah: Investasi syariah berdasarkan prinsip-prinsip
Islam, yang melarang riba, gharar, maysir, dan muamalat haram.
Prinsip-prinsip ini memberikan arahan tentang jenis instrumen dan
bisnis yang dapat diinvestasikan.
Sedangkan pada Investasi Konvensional: Investasi konvensional
tidak terikat oleh prinsip-prinsip agama dan lebih fokus pada tujuan
keuangan dan pengembalian yang optimal.
4. Diversifikasi:
Investasi Syariah: Diversifikasi portofolio diterapkan dalam
investasi syariah untuk mengurangi risiko tidak sistematis (risiko
spesifik perusahaan atau industri).
Sedangkan pada Investasi Konvensional: Diversifikasi portofolio
juga digunakan dalam investasi konvensional untuk mengurangi risiko
spesifik dan mencapai imbal hasil yang optimal.
5. Tujuan Sosial dan Lingkungan:
Investasi Syariah: Investasi syariah memiliki pandangan lebih
luas mengenai tanggung jawab lingkungan dan sosial, menghindari
investasi dalam bisnis yang merugikan masyarakat atau alam.

18
Sedangkan pada Investasi Konvensional: Meskipun ada tren
dalam investasi konvensional yang lebih berorientasi pada tanggung
jawab sosial dan lingkungan, tujuan utamanya adalah mencapai imbal
hasil finansial.
6. Pengelolaan Risiko:
Investasi Syariah: Investasi syariah menghindari risiko yang
bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam dan mengandalkan
diversifikasi dan analisis fundamental untuk mengelola risiko.
Investasi Konvensional: Investasi konvensional menggunakan
berbagai metode pengelolaan risiko, termasuk analisis teknikal dan
fundamental, serta instrumen derivatif.

Kesimpulannya, pendekatan investasi syariah dan konvensional memiliki


perbedaan dalam pendekatan terhadap risiko, imbal hasil, dan prinsip-prinsip
yang diterapkan. Investasi syariah lebih berfokus pada prinsip-prinsip etika
Islam dan menghindari instrumen atau bisnis yang melanggar prinsip-prinsip
ini. Di sisi lain, investasi konvensional lebih berfokus pada pencapaian hasil
finansial tanpa batasan etika agama.16

16
Setiawan, “Perbandingan Kinerja Pasar Modal Syariah Dan Konvensional : Suatu Kajian
Empiris Pada Pasar Modal Indonesia.”

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Mengacu kepada pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwasanya


risiko adalah merujuk pada kemungkinan terjadinya kerugian atau variasi
dalam hasil investasi yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Sementara imbal hasil (return) dalam konteks investasi mengacu pada
keuntungan atau kerugian finansial yang dihasilkan dari suatu investasi
selama periode tertentu. Risiko dan imbal hasil memiliki hubungan yang
positif dalam investasi, semakin tinggi tingkat risiko yang diambil dalam
suatu investasi, semakin besar potensi keuntungan yang diperoleh.

Dalam rangka mengelola investasi dengan sukses, penting bagi


investor untuk memiliki pemahaman mendalam tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi imbal hasil (return), serta jenis-jenis risiko dan bagaimana
risiko-risiko tersebut dapat mempengaruhi investasi mereka. Diversifikasi
portofolio, penilaian risiko, dan manajemen risiko yang tepat dapat
membantu mengurangi dampak risiko-risiko tersebut.

Hubungan antara risk dan return yang diharapkan dalam investasi


ialah hubungan searah atau linier, yang artinya semakin tinggi risiko yang
diambil investor, maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian(return)
yang didapat. Sebaliknya semakin rendah risiko yang diambil investor,
maka semakin rendah pula tingkat pengembalian(return) yang didapat.

Perbandingan investasi syariah dan konvensional memiliki


perbedaan dalam pendekaran terhadap risiko, imbal hasil, dan prinsip-
prinsip yang diterapkan. Investasi syariah lebih berfokus pada prinsip-
prinsip etika islam dan menghindari instrumen atau bisnis yang melanggar
prinsip-prinsip ini. Di sisi lain, investasi konvensional lebih berfokus pada
pencapaian hasil finansial tanpa batasan etika agama.

20
3.2 Saran

Dari penjelasan di atas, kami sebagai penulis mengharap kritik


serta saran dari para pembaca, karena kami menyadari bahwa makalah
yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna. Dengan begitu
kepenulisan kami selanjutnya akan menjadi lebih baik.

21
DAFTAR PUSTAKA

Aramana, Desi. “Pengaruh Arus Kas Operasi Dan Laba Akuntansi Terhadap
Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Konstruksi
Bangunan.” Jurnal Akuntansi dan Keuangan Kontemporer (JAKK) 3, no.
2 (2020).
Arofah, Lailiyatul. “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Dan Nilai Tukar Rupiah
Terhadap Saham.” Universitas Jember, 2019.
Azakia, Kiki, Ach Faqih Supandi, Kurniawan Ramadhani, and Feri Umar Dani.
“Risiko, Return Investasi Dan Kinerja Saham (Studi Perbandingan
Volatilitas Harga Saham Syariah Dan Konvensional Dengan
Menggunakan Model Garch) Kiki.” At-Taradhi: Jurnal Studi Ekonomi 11,
no. 2 (2020): 10–27. https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-
use-case-a7e576e1b6bf.
Hakim, Luqman. Simultan Risk & Return. 1st ed. Banyumas: Penerbit CV. Pena
Persada, 2018.
Inayah, Ina Nur. “Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam Dalam Investasi Syariah.”
Jurnal Ilmu Akuntansi dan Bisnis Syariah 2, no. 2 (2020): 91–95.
Listika, L.E, and Yulistia Devi. “Perbandingan Return Dan Risk Pada Saham
Berbasis Syariah Dan Konvensional Yang Tercatat Di Bursa Efek
Indonesia.” Al-Mashrof: Islamic Banking and Finance 2, no. 2 (2021):
105–121.
Prahesti, Dhinda Anatasia, and Amalia Nuril Hidayati. Investasi Di Saham
Syariah Bagi Mahasiswa. 1st ed. Tulungagung: Biru Atma Jaya, 2021.
http://repo.uinsatu.ac.id/25072/%0Ahttp://repo.uinsatu.ac.id/25072/5/BAB
III.pdf.
Putra, Trisno Wardy. “Investasi Dalam Ekonomi Islam.” Ulumul Syar,i 7, no. 2
(2018): 49–57.
Rodoni, Ahmad, and Muhammad Anwar Fathoni. Manajemen Investasi Syariah.
Jakarta: Salemba Diniyah, 2019.
Setiawan, Budi. “Perbandingan Kinerja Pasar Modal Syariah Dan Konvensional :
Suatu Kajian Empiris Pada Pasar Modal Indonesia.” Jurnal Ilmiah
Ekonomi Global Masa Kini 8, no. 1 (2017): 35–40.

Anda mungkin juga menyukai