Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, dan tak lupa salawat beriring salam
kita hanturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah Tauhid ini tepat waktu.
Makalah dengan judul “ILMU KALAM SALAF DAN KHALAF” ini saya
susun untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Tauhid yang diberikan oleh
Bapak. Saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak selaku dosen mata kuliah
Tauhid.
Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, dengan
kerendahan hati, saya mohon maaf.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat.

Yogyakarta, 12 Desember 2019

Penyusun

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kata khalaf biasanya digunakan untuk merujuk para ulama yang lahir
setelah abad III H dengan karakteristik apa yang dimiliki salaf. Kehadiran
agama Islam dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, diyakini dapat menjamin
terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Didalamnya
terdapat petunjuk tentang bagaimana manusia menyikapi kehidupan secara
lebih bermakna.
Semua ajaran Islam termodifikasi dalam Al-Qur’an, akan tetapi
Al-Qur’an memerlukan penjelasan karena Al-Quran bersifat global. Oleh
karena itu, penafsiran Al-Qur’an mengalami perbedaan oleh umat Islam
karena versi penafsiran sesuai dengan situasi dan kondisi umat Islam yang
berbeda-beda. Perbedaan penafsiran tersebut yang membuat pola pikir aliran
kalam berbeda, secara umum kerangka pikir para mutakalimin ada dua yaitu
tradisional dan rasional.
Beragam jenis mutakalimin terdapat aliran Ahl al-Sunnah wa al-
Jama’ah (kaum yang berpegang teguh kepada sunnah dan kaum mayoritas),
di dalamnya terdapat dua versi yang berbeda dalam mempertahankan ranah
akidah yang dikenal dengan istilah salaf dan khalaf. Pada masa Ahlu
Sunnah salaf dan khalaf banyak terjadi perselisihan antara ulama-ulama
pada saat itu tentang ilmu kalam.Terkait masalah tersebut dan materi mata
kuliah tauhid yang diberikan dalam bentuk makalah saya, maka makalah ini
diberikan judul ‘Salaf dan Khalaf” .

2
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah faktor yang menyebabkan timbulnya aliran Al-Asyariyahdan
Al-Maturidiyah?
2. Bagaimana sejarah perkembangan aliran ahlussunnah salaf?
3. Siapa tokoh aliran ahlussunnah salaf?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Ahlussunnah Salaf


Kata Salafiyah berasal dari kata kerja salafa, yaslufu, salafan yang
berarti sudah berlalu, sudah lewat atau yang terdahulu. Jika dikaitkan dengan
generasi maka generasi terdahulu atau disebut generasi salaf. Pemikiran Islam
umat terdahulu atau generasi pertama Islam disebut Al-Salaf Al-Shalih. Masa
salaf adalah masa yang paling murni perkembangan Islam karena belum dimasuki
interpretasi-interpretasi filosofis akibat masuknya pengaruh Hellenisme ke dunia
Islam lewat filsafat.
Gerakan Hanabilah yang memberi istilah Salaf pada abad ke-4 H dengan
mempertalikan dirinya kepada pendapat-pendapat Imam Ahmad bin Hanbal yang
menghidupkan dan mempertahankan pendirian Ulama Salaf. Masa Salaf adalah
masa Nabi, Sahabat dan Tabi’in yang Al-Tsalatsah Al-Ula. Dalam sejarah Islam
generasi ini dikenal sebagai Al-Sabiqun Al-Awwalun, hal ini diisyaratkan oleh
Al-Quran dalam surah At-Taubah (09):100
َّٰ ‫ار أٱل ُم َّٰ َه ِج ِرينَ ِمنَ أٱۡلَولُونَ َو‬
َ‫ٱلسبِقُون‬ ِ ‫ص‬َ ‫ي بِإ ِ أح َّٰ َسن ٱتبَعُوهُم َوٱلذِينَ َو أٱۡلَن‬ ِ ‫لَ ُه أم َوأ َ َعد َع أنهُ َو َرضُوا َع أن ُه أم ٱّللُ ر‬
َ ‫ض‬
‫أٱلعَ ِظي ُم أٱلفَ أو ُز َّٰذَلِكَ أَبَ ٗدا فِي َها َّٰ َخ ِلدِينَ أٱۡل َ أن َّٰ َه ُر ت أَحتَ َها ت أَج ِري َج َّٰنت‬

Artinya : Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari
golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan
baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah
menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya
selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.

Ayat diatas menegaskan bahwa orang-orang yang disebut Al-Sabiqun Al-


Awwalun adalah orang Muhajirun dan Anshor serta orang-orang yang datang
sesudah mereka dengan mengikuti mereka dengan baik. Mereka itu ridha kepada
Allah dan Allah meridhai mereka. Untuk itu Allah menyiapkan kenikmatan surga
yang tiada tara. Pernyataan Allah tersebut memberikan garansi bahwa generasi
pertama itulah generasi murni yang diliputi keridhaan Allah.

Abad ke-7 H gerakan Salaf mendapat dorongan baru yang muncul dari
seorang sangat energik dari Siria yaitu Ibnu Taimiyah (661-728). Beliau
menggalang kekuatan dan kesatuan umat saat kota Damaskus diserang dan
dikepung oleh tentara Mongol tahun 700 H. Abad ke-12 H pemikiran Salaf
dibangkitkan kembali oleh tokoh pemikir dan pergerakan dari Hijaz yaitu Syekh
Muhammad bin Abdul Wahab yang mendengungkan semangat untuk kembali

4
kepada ajaran Islam yang murni bersumber dari Al-Quran dan Sunnah Rasulullah
SAW. Diluar gerakan ini mereka diberi nama Wahabiyah. Mereka sendiri
memberi nama dengan Al-Muwahhidun (orang yang mentauhidkan Allah).

B. Ajaran Pokok Aliran Ahlusunnah Salaf


Aliran Salafiyah mempunyai tiga ciri utama dalam ajaran
pokoknya yaitu Pertama, mendahulukan syara’ dari akal. Yang
terkandung di dalam Al-Quran dan Hadis yang shahih adalah kebenaran.
Seorang Muslim tidak boleh menyampingkan kandungan Al-Quran dan
Hadis walaupun bertentangan dengan akal dan ketentuan syara’ harus
didahulukan dari pendapat akal.
Kedua, meninggalkan takwil kalami. Dalam Aliran Salafiyah ayat-
ayat Al-Quran sudah sangat jelas tidak perlu diputar lagi maknanya
kepada yang lain. Beberapa ayat Al-Quran memberikan gambaran Allah
mempunyai tangan, wajah dan kursi. Aliran Salaf menolak penakwilan
kalam seperti itu karena mencederai Al-Quran itu sendiri.
Ketiga, berpegang teguh pada nash Quran dan Hadis Nabi. Karena
akal manusia tidak mempunyai wewenang untuk menakwilkan nash
agama dan tugas akal mencari argumentasi serta membenarkan informasi
yang dibawa oleh nash agama. Akal harus tunduk dibawah nash, karena
nash adalah firman Allah.

C. Sejarah Perkembangan Ahlussunnah Khalaf

Khalaf secara harfiah berarti pengganti, dibelakang, atau dapat juga


yang ditinggalkan. Menurut Prof. Dr. Muhammad Rawwas Qal’ah
menyatakan bahwa ulama khalaf berarti ulama pasca tabi’ at-
tabi’in. Menurut pendapat yang lain ulama khalaf ialah suatu golongan
dari umat islam yang mengambil filsafat sebagai patokan amalan agama
dan meninggalkan jalannya salaf dalam memahamami al-Quran dan
hadist.
Ulama khalaf memperkenalkan konsep ta’wil dalam ayat
mutasyabihat. Kholaf (ulama zaman akhir) berdasarkan perhitungsn
tahun masa akhir hidup dari Imam madzhab 4 yang terakhir ( Imam
Ahmad bin Hanbal) yang wafat pada tahun 241H atau 855M maka masa
ulama salaf berakhir sekitar tahun 241H-855M dan selebihnya termasuk
ulama khalaf.

5
Pendapat yang lain mengatakan bahwasannya masa perubahan atau
batas antara abad ulama salaf dan khalaf dibatasi dengan masa atau kurun
tertentu. Beberapa pendapat yang berbeda-beda dibawah ini:
1. Ulama salaf ialah ulama yang hidup sebelum tahun 300 H dan ulama
khalaf ialah ulama yang hidup setelah tahun 300 H.
2. Ulama salaf ialah ulama yang hidup sebelum tahun 00 H dan ulama khalaf
ialah ulama yang hidup setelah tahun 400 H.
3. Ulama salaf ialah ulama yang hidup sebelum tahun 500 H dan ulama
khalaf ialah ulama yang hidup setelah tahun 500 H.

1. Tokoh-Tokoh dan Ajaran Al - Asyariyah

A. Muhammad Ibn al-Thayyib Ibn Muhammad Abu Bakr al-Baqillani.

Ia adalah tokoh Asy’ariyah yang mendapat ajaran-ajaran Al-


Asy’ari dari dua murid Al-Asy’ari, yaitu Ibn Mujahid dan Abu Al-Hasan
Al-Bahili.. beliau wafat di Bagdad pada tahun 1013 Masehi.

Ajaran-ajaran yang disampaikannya tidak selalu selaras dengan


ajaran Al-Asy’ari, misalnya bahwa sifat Allah itu bukan sifat melainkan
hal. Selanjutanya ia juga tidak sepaham dengan Al-Asy’ari mengenai
perbuatan manusia.
Menurut Al-Asy’ari perbuatan manusia adalah diciftakan Tuhan
seluruhnya, sedangkan menurut Al-Baqillani, manusia mempunyai
sumbangan yang efektif dalam perwujudan perbuatannya. Pernyataan-
pernyataannya mengarah pada extrim, dalam mengikuti suatu pendapat
dan dalam memberikan dukungan dan pembelaan, sebab premis rasional
tidak pernah disebutkan dalam al-Qur’anmaupun sunnah, ruang geraknya
luas dan pintunya terbuka lebar.

B. Abd al-Malik al-Juwaini

Beliau lahir di Khurasan tahun 419 Hijriyah dan wafat pada tahun
478 Hijriyah. Namanya aslinya tidak begitu dikenal malah ia terkenal
dengan nama Iman Al-Haramain.

6
Hampir sama dengan Al-Baqillani, ajaran-ajaran yang
disampaikannya banyak yang bertentangan dengan ajaran Al-Asy’ari.
Misalnya Tangan Tuhan diartikan (ta’wil) kekuasaan Tuhan, mata Tuhan
diartikan penglihatan Tuhan dan wajah Tuhan diartikan Wujud Tuhan,
sedangkan mengenai Tuhan duduk diatas takhta kerajaan diartikan Tuhan
berkuasa dan Maha Tinggi.

C. Abu Hamid al-Ghazali

Beliau adalah murid dari Abd al-Malik al-Juwaini yang lahir pada
tahu 1058-1111 Masehi. Paham teologi yang dianutnya tidak jauh
berbeda dengan paham-paham Al-Asy’ari. Dia mengakui bahwa Tuhan
mempunyai sifat-sifat qadim yang tidak identik dengan dzat Tuhan dan
mempunyai wujud diluar dzat. Juga Al-Qur’an bersifat qadim dan tidak
diciptakan. Mengenai perbuatan manusia ia juga berpendapat bahwa
Tuhanlah yang menciptakan daya dan perbuatan. Dan daya untuk berbuat
lebih menyerupai impotensi.

Selanjutnya ia-pun menyatakan bahwa Tuhan dapat dilihat, sebab


setiap yang mempunyai wujud dapat dilihat. Selanjutnya ajaran yang
disampaikannya adalah penolakan tentang paham keadilan yang
diajarkan oleh Mu’tazilah. Tuhan tidak berkewajiban menjaga
kemashlahatan (al-salah wa al-ashlah) manusia, tidak wajib memberi
upah atau ganjaran kepada manusia atas perbuatan-perbuatannya, bahkan
Tuhan boleh memberi beban yang tidak mungkin dikerjakan manusia.

D. Doktrin-doktrinTeologi Al-Asy’ariah
Pemikiran Al-Asy’ari yang terpenting adalah :
1. Tuhan dan sifat-sifat-Nya
Al-Asy’ari, Allah mempunyai sifat-sifat seperti tangan dan kaki
tapi tidak bisa diartikan secara harfiah melainkan secara simbolis,

7
dan mengatakan sifat Tuhan itu tidak dapat dibandingkan dengan
sifat manusia yang tampak mirip.

2. KebebasanDalamBerkehendak
Al-Asy’ari, Membedakan antara Khaliq dan Kasb, menurutnya
Allah adalah pencipta perbuatan manusia dan manusia sendirilah
yang mengupayakannya.
3. Akal dan Wahyudan Kriteria Baik dan Buruk
Al-Asy’ari mengatakatan bahwa baik dan buruk harus berdasarkan
pada wahyu.
4. Qodimnya Al-Qur’an
Al-Asy’ari mengatakan bahwa Al-Qur’an terdiri atas kata-kata,
huruf dan bunyinya, semua itu tidak melekat pada esensi Allah
dan karenanya tidakqodim.
5. Melihat Allah
Al-Asy’ari mengatakan bahwa Allah dapat dilihat di akhirat tetapi
tidak dapat digambarkan.
6. Keadilan
Al-Asy’ari mengatakan bahwa Allah tidak memiliki keharusan
apapun karenaiaa dalah PenguasaMutlak.
7. Kedudukan Orang Berdosa
Al-Asy’ari mengatakan bahwa Mukmin yang berbuat dosa besar
adalah mukmin yang fasik, sebab iman tidak mungkin hilang
karena dosa selain kufur.
A. AL – MATURIDIYAH
1. Sejarah Kemunculan Aliran Al –Maturidiyah

Latar belakang lahirnya aliran ini, hampir sama dengan aliran Al-
Asy’ariyah, yaitu sebagai reaksi penolakan terhadap ajaran dari aliran
Mu’tazilah, walaupun sebenarnya pandangan keagamaan yang dianutnya

8
hampir sama dengan pandangan Mu’tazilah yaitu lebih menonjolkan akal
dalam sistem teologinya.

Pendiri dari aliran ini adalah Abu Mansur Muhammad Ibn


Muhammad Ibn Mahmud al-Maturidi yang lahir di Samarkand pada
pertengahan kedua dari abad ke sembilan Masehi dan meninggal pada tahun
944 Masehi. Ia adalah pengikut Abu Hanifah dan paham-pahamnya
mempunyai banyak persamaan dengan paham-paham yang diajarkan oleh
Abu Hanifah. Aliran teologi ini dikenal dengan nama Al-Maturidiyah, yang
sesuai dengan nama pendirinya yaitu Al-Maturidi.

2. Tokoh-Tokoh dan Ajaran Al – Maturidiyah

Tokoh yang sangat penting dari aliran Al-Maturidiyah ini adalah Abu
al-Yusr Muhammad al-Badzawi yang lahir pada tahun 421 Hijriyah dan
meninggal pada tahun 493 Hijriyah. Ajaran-ajaran Al-Maturidi yang
dikuasainya adalah karena neneknya adalah murid dari Al-Maturidi.

Al-Badzawi sendiri mempunyai beberapa orang murid, yang salah


satunya adalah Najm al-Din Muhammad al-Nasafi (460-537 H), pengarang
buku al-‘Aqa’idal Nasafiah.

Seperti Al-Baqillani dan Al-Juwaini, Al-Badzawi tidak pula


selamanya sepaham dengan Al-Maturidi. Antara kedua pemuka aliran
Maturidiyah ini, terdapat perbedaan paham sehingga boleh dikatakan bahwa
dalam aliran Maturidiyah terdapat dua golongan, yaitu golongan Samarkand
yang mengikuti paham-paham Al-Maturidi dan golongan Bukhara yang
mengikuti paham-paham Al-Badzawi.

Al-Bazdawi mengetahui ajaran al-Maturidi dan orang tuanya. Al-


Bazdawi sendiri memiliki murid-murid dan salah seorang dari mereka ialah
Najm al-Din Muhammad al-Nasafi (460-537 H), pengarang buku al-Aqaid

9
al-nasafiah.23 Menurut ãl-Mawardi, akal mengetahui tiga persoalan
teologis, yakni:

1. Akal dapat mengetahui adanya Tuhan


2. Akal dapat rnengetahui kewajiban mengetahui Tuhan
3. Akal dapat mengetahui baik dan buruk.

Sedangkan untuk. mengetahui kewajiban berbuat yang baik dan


mengetahui perbuatan yang buruk hanya dapat diketahui wahyu.
Pendapat ini dapat diterima oleh pengikut Maturidiyah di Samarkand.

Pendapat ini tidak jauh berbeda dengan pendapat Mu‟tazilah. Tetapi

pendapat tersebut sebagian ditolak Maturidiyah Bukhara. Menurut


Maturidiyah Bukhara: “akal hanya dapat mengetahui Tuhan, tetapi tidak
dapat mengetahui kewajiban untuk mengetahui Tuhan”. Sebab untuk dapat
mengetahui kewajiban tersebut hanya melalui wahyu. Demikian juga akal
hanya dapat mengetahui yang haik dan yang buruk. tetapi akal tidak dapat
mengetahui kewajiban melakukan yang baik atau yang buruk. Untuk dapat
mengetahui kewajiban-kewajiban tersebut harus dengan melalui wahyu.

3. Doktrin-DoktrinTeologi Al- Maturidiyah

a. Akal dan Wahyu

Dalam pemikiran teologinya, Al-Maturidi mendasarkan pada Al-Qur'an


dan akal dalam bab ini ia sama dengan Al-asy’ari. Menurut Al-Maturidi,
mengetahui Tuhan dan kewajiban mengetahui Tuhan dapat diketahui
dengan akal. Kemampuan akal dalam mengetahui dua hal tersebut
sesuai dengan ayat-ayat Al-Qur'an yang memerintahkan agar manusia
menggunakan akal dalam usaha memperoleh pengetahuan dan
keimanannya terhadap Allah melalui pengamatan dan pemikiran yang
mendalam tentang makhluk ciptaannya.
Dan orang yang tidak mau menggunakan akal untuk memperoleh

10
iman dan pengetahuan mengenai Allah berarti meninggalkan kewajiban
yang diperintah ayat-ayat tersebut. Namun akal menurut Al-Maturidi,
tidak mampu mengetahui kewajiban-kewajiban lainnya.

b. Perbuatan Manusia

Menurut Al-Maturidi perbuatan manusia adalah ciptaan Tuhan karena


segala sesuatu dalam wujud ini adalah ciptaannya. Dalam hal ini, Al-
Maturidi mempertemukan antara ikhtiar sebagai perbuatan manusia dan
qudrat Tuhan sebagai pencipta perbuatan manusia.

c. Kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan

Menurut Al-Maturidi qudrat Tuhan tidak sewenang-wenang (absolut),


tetapi perbuatan dan kehendaknya itu berlangsung sesuai dengan hikmah
dan keadilan yang sudah ditetapkannya sendiri.

d. Sifat Tuhan

Dalam hal ini faham Al-Maturidi cenderung mendekati faham mutzilah.


Perbedaan keduanya terletak pada pengakuan Al-Maturidi tentang
adanya sifat-sifat Tuhan, sedangkan mutazilah menolak adanya sifat-
sifat Tuhan.

e. Melihat Tuhan

Al-Maturidi mengatakan bahwa manusia dapat melihat Tuhan. Hal ini


diberitahukan oleh Al-Qur'an, antara lain firman Allah dalam surat Al-
Qiyamah ayat 22dan 23. namun melihat Tuhan, kelak di akherat tidak
dalam bentuknya (bila kaifa), karena keadaan di akherat tidak sama
dengan keadaan di dunia.

11
f. Kalam Tuhan

Al-Maturidi membedakan antara kalam yang tersusun dengan huruf dan


bersuara dengan kalam nafsi (sabda yang sebenarnya atau kalam
abstrak). Kalam nafsi adalah sifat qadim bagi Allah, sedangkan kalam
yang tersusun dari huruf dan suara adalah baharu (hadist).

g. Perbuatan Manusia

Menurut Al-Maturidi, tidak ada sesuatu yang terdapat dalam wujud ini,
kecuali semuanya atas kehendak Tuhan, dan tidak ada yang memaksa
atau membatasi kehendak Tuhan kecuali karena ada hikmah dan
keadilan yang ditentukan oleh kehendak-Nya sendiri.

h. Pengutusan Rasul

Pandangan Al-Maturidi tidak jauh beda dengan pandangan mutazilah


yang berpendapat bahwa pengutusan Rasul ke tengah-tengah umatnya
adalah kewajiban Tuhan agar manusia dapat berbuat baik dan terbaik
dalam kehidupannya.

i. Pelaku dosa besar

Al-Maturidi berpendapat bahwa orang yang berdosa besar tidak kafir


dan tidak kekal di dalam neraka walaupun ia mati sebelum bertobat.

12
B. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA AL-ASY’ARIYAH DAN
AL-MATURIDIYAH

1. Persamaannya

a. Kedua aliran ini lahir akibat reaksi terhadap paham aliran


Mu’tazilah.
b. Mengenai sifat-sifat Tuhan, kedua aliran ini menyatakan bahwa
Tuhan mempunyai sifat-sifat dan Tuhan mengetahui bukan dengan
dzat-Nya tetapi mengetahui dengan pengetahuan-Nya.
c. Keduanya menentang ajaran Mu’tazilah mengenai al-Salah wal
Aslah dan beranggapan bahwa al-Qur’an adalah kalam Tuhan yang
tidak diciptakan, tetapi bersifat qadim.
d. Al-Asy’ari dan Al-Maturidi juga berkeyakinan bahwa manusia
dapat melihat Allah pada hari kiamat dengan petunjuk Tuhan dan
hanya Allah pula yang tahu bagaimana keadaan sifat dan wujud-
Nya. Hal ini mengingat nash al-Qur’an pada surat al-Qiyamah : 23

“Wajah-wajah orang mukmin pada hari kiamat akan berseri-seri.


Kepada Tuhannya mereka melihat.”

e. Persamaan dari kedua aliran ini adalah karena keduanya sering


menggunakan istilah ahlu sunnah wal jama’ah. Dan dikalangan
mereka kebanyakan mengatakan bahwa madzhab salaf ahlu sunnah
wal jama’ah adalah apa yang dikatakan oleh Al-Asy’ari an Al-
Maturidi

Penulis Ar-Raudhatul Bahiyyah mengatakan : “Ketahuilah bahwa


pokok semua aqaid ahlu sunnah wal jama’ah atas dasar ucapan dua
kutub, yakni Al-Asy’ari dan Al-Maturidi.”(Ar-Raudhatul Bahiyyah
oleh Abi Hudibah)

13
2. Perbedaannya

a. Tentang perbuatan manusia. Al-Asy’ari menganut paham


Jabariyah sedangkan Al-Maturidi menganut paham Jabariyah.
b. Tentang fungsi akal. Akal bagi aliran Asy’ariyah tidak mampu
untuk mengetahui kewajiban-kewajiban manusia sedangkan
menurut pendapat Maturidiyah akal dapat mengetahui
kewajiban-kewajiban manusia untuk berterima kasih kepada
Tuhan.
c. Tentang Janji dan ancaman Tuhan. Al-Asy’ari berkeyakinan
bahwa Allah bisa saja menyiksa orang yang taat, memberi pahala
kepada orang yang durhaka, sedangkan Al-Maturidi beranggapan
lain, bahwa orang yang taat akan mendapatkan pahala sedangkan
orang yang durhaka akan mendapat siksa, karena Allah tidak
akan salah karena Ia Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui.

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Aliran Al-Asy’ariyah dibentuk oleh Abu Al-Hasan ‘Ali Ibn Isma’il


Al-Asy’ari yang lahir di Basrah pada tahun 873 Masehi dan wafat pada
tahun 935 Masehi.
Beliau masih keturunan Abu Musa Al-Asy’ari, seorang duta
perantara dalam perseteruan pasukan Ali dan Mu’awiyah. Sedangkan
Aliran Maturidiyah didirikan oleh Abu Mansur Muhammad Ibn
Muhammad Ibn Mahmud al-Maturidi yang lahir di Samarkand pada
pertengahan kedua dari abad ke sembilan Masehi dan meninggal pada
tahun 944 Masehi.
Ia adalah pengikut Abu Hanifah dan paham-pahamnya mempunyai
banyak persamaan dengan paham-paham yang diajarkan oleh Abu
Hanifah. Aliran teologi ini dikenal dengan nama Al-Maturidiyah, yang
sesuai dengan nama pendirinya yaitu Al-Maturidi.

Masa Salaf adalah masa Nabi, Sahabat dan Tabi’in disebut Al-
Tsalatsah Al-Ula atau yang dikenal sebagai Al-Sabiqun Al-Awwalun.
Tokoh aliran ahlussunnah salaf ialah Imam Ahmad bin Hanbal dan
Ibnu Taymiyyah. Ajaran pokok aliran ahlussunnah salaf adalah
mendahulukan syara’ dari akal, meninggalkan takwil kalami, dan
berpegang teguh pada nash Quran dan Hadis Nabi.
Ahlussunnah khalaf ialah suatu golongan dari umat islam yang
meninggalkan jalannya salaf dalam memahami al-Quran dan hadist.Ulama
Khalaf menggunakan pendekatan akal dan logika. Ulama khalaf
memperkenalkan konsep ta’wil dalam ayat mutasyabihat. Tokoh aliran
ahlussunnah khalaf adalah Al-Asy’ari dan Al-Maturidi.

15
Doktrin-doktrin aliran asy’ariyah :

a) Allah dan sifat-sifatNya


b) Kebebasan dalam berkehendak
c) Qadimnya al-Quran
d) Akal dan Wahyu serta Kriteria Baik dan Buruk
e) Melihat Allah
f) Keadilan
g) Kedudukan orang yang berdosa

Doktrin-doktrin al-maturidiyah :
a) Akal dan wahyu
b) Perbuatan manusia
c) Kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan.
d) Sifat Tuhan
e) Melihat Tuhan
f) Kalam Tuhan
g) Perbuatan manusia
h) Pelaku dosa besar
i) Pengutusan Rasul

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Rozak, Abdul &Rosihon Anwar, IlmuKalam. PustakaSetia. Bandung:


2009
2. Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa
Perbandingan, Jakarta: UI Press, 1986, hlm. 76.
3. Al-Maturidi, Kitab Syarh al-Akbar, Hyderabad: Dar’irah al-Ma’arif al-Nizamiah,
1321 H.

17

Anda mungkin juga menyukai