Anda di halaman 1dari 14

PENCABUTAN HAK ATAS TANAH SEBAGAI UPAYA TERAHIR DALAM

PENGADAAN TANAH UNTUK


KEPENTINGAN UMUM

Oleh:
Risa Shoffia

Abstrak

Di Indonesia, pengadaan Tanah melalui Pembebasan Tanah (Prijsgeving)/ Pelepasan hak atas tanah
didasari oleh ketentuan dalam Undang-Undang No 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dan Pencabutan hak atas tanah (Onteigening) didasari oleh
ketentuan dalam UU No. 20 Tahun 1961 Tentang Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan Benda-Benda
Yang Ada di Atasnya. Apabila cara musyawarah yaitu dengan pemindahan hak atau pelepasan hak atas
tanah tidak berhasil maka baru ditempuh dengan Cara Wajib (Compulsory Acquisition of Land) yaitu
ditempuh dengan pencabutan hak atas tanah.Pencabutan hak atas tanah (Onteigening) didasari oleh
ketentuan dalam UU No. 20 Tahun 1961 Tentang Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan Benda-Benda
Yang Ada di Atasnya.
Kata Kunci: Pembebasan Hak atas Tanah dan pencabutan Hak atas Tanah

Abstract

In Indonesia, land acquisition through the Land Acquisition (Prijsgeving) / Release of rights to land
based on the provisions of Law No. 2 of 2012 on Land Procurement for Development for Public Interest
and the revocation of land rights (Onteigening) based on the provisions of Law no. 20 of 1961 on the
revocation of Rights to Land and Existing Bodies in Atasnya.Apabila deliberation that the transfer of
rights or waiver of land is not successful then the new distance How Compulsory (Compulsory
Acquisition of Land) is reached by the revocation of the right tanah.Pencabutan over land rights
(Onteigening) based on the provisions of Law no. 20 of 1961 on the revocation of Rights to Land and
objects above It.

Keywords:Voluntary Acquisition of Land and Compulsory Acquisition of Land

PENDAHULUAN

Peranan tanah yang sangat besar tidak dapat diganggu gugat terhadap tanah
tersebut mengakibatkan fluktuasi harga padahal hak atas tanah di dalamnya
tanah sangat cepat berubah dan perubahan mengandung fungsi sosial, artinya tanah
ini cenderung meningkat dan tidak pernah bisa dimanfaatkan oleh siapapun asalkan
turun. Hal seperti ini orang akan mati- prosedur hukumnya ditempuh, terlebih
matian mempertahankan tanahnya apabila apabila calon pengguna tanah adalah
hak kepemilikannya diganggu oleh orang negara dan digunakan untuk kepentingan
lain. Sebagian masyarakat masih umum. Sebetulnya berdasarkan hak yang
beranggapan bahwa hak atas tanah adalah dimiliki oleh negara, demi kepentingan
hak milik yang mutlak, artinya hak yang umum negara berhak untuk melakukan

49
pemaksaan seseorang atau lembaga Pengadaan tanah bagi pembangunan
hukum untuk melepaskan hak atas untuk kepentingan umum terkait dengan
tanahnya. Namun hak negara ini tidak investasi pertambangan pada dasarnya
boleh meninggalkan prinsip kepemilikan berkisar pada dua permasalahan, yaitu :
individu.1 1. Menentukan sifat kepentingan umum
Persoalan pembebasan hak atas tanah.
tanah/pengadaan tanah untuk kepentingan 2. Mekanisme pengadaan tanah untuk
umum pada umumnya timbul karena tidak kepentingan umum.
terdapat persesuaian harga, yang sering a. Cara Sukarela (Voluntary
memperuncing masalah adalah dengan Acquisition of Land) yang didasari
turut campur tangannya pihak-pihak oleh UU No 2 Tahun 20122012
tertentu yang ingin mendapatkan Tentang Pengadaan Tanah Bagi
keuntungan pribadi dengan memprovokasi Pembangunan Untuk Kepentingan
masyarakat/warga pemilik tanah untuk Umum.
meminta harga yang sangat tinggi/tidak b. Cara Wajib (Compulsory
wajar, yang mengakibatkan musyawarah Acquisition of Land) yang didasari
tidak mencapai mufakat, dan olehUU No. 20 Tahun 1961
pembangunan terhambat karena Tentang Pencabutan Hak-Hak Atas
penyelesaian menjadi berlarut-larut dan Tanah dan Benda-Benda Yang
berkepanjangan. Berbagai sengketa Ada di Atasnya.
kepemilikan tanah yang terjadi tidak lain
karena pihak yang bersengketa merasa PEMBAHASAN.
bahwa hak yang dimiliki dianggap paling
Sifat Kepentingan Umum pada
benar atau yang satu didasarkan bukti Pengadaan Tanah untuk Investasi
Pertambangan.
surat yang dimiliki sedang pihak yang lain
didasarkan pada penguasaan fisik di atas Kepentingan umum merupakan
tanah tersebut.2 konsep hukum yang hanya dapat
ditetapkan kriteria-kriterianya, dan tidak
1
Mudakir,” Model Pembebasan Tanah Untuk dapat dirumuskan pengertiannya.
Kepentingan Umum di DKI Jakarta”, dalam Media
Jaya No. 006 Th XXVIII Juli 2004, hal 48. Kepentingan umum adalah suatu konsep
2
Idroes (Wakil Gubernur Bidang Pemerintahan DKI
Jakarta), Catatan Pelaksanaan Tugas Masa Bhakti hukum yang kabur (vage) dan hanya
1993-1997, Jakarta, Tanpa Tahun, hlm. 118-119.

50
untuk alasan praktis konsep kepentingan daftar. Misalnya, sekolah, jalan, bangunan
umum ditetapkan secara enumeratif, dan pemerintah dan semacamnya.Kepentingan
hal ini dianut oleh hukum positif di yang tidak ditentukan dalam daftar tidak
Indonesia.3 bisa dijadikan dasar pengadaan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun tanah.Namun demikian, kerapkali kedua
2012 menyatakan bahwa Kepentingan pendekatan di atas dikombinasikan dalam
Umum adalah kepentingan bangsa, satu rencana pengadaan tanah.4
negara, dan masyarakat yang harus Bruggink dan Grijssel menyatakan
diwujudkan oleh dan digunakan sebesar- bahwa kepentingan umum merupakan
besarnya untuk kemakmuran rakyat. pengertian yang kabur (vage begrip),
Upaya untuk mengatur kepenting- sehingga isi pengertiannya tidak dapat
an umum, Michael G Kitay menyatakan diinstitusionalkan ke dalam suatu norma
bahwa dalam doktrin kepentingan umum hukum dan apabila dipaksakan akan
(public purpose) di berbagai negara menjadi norma yang kabur (vage
diekspresikan dengan 2 (dua) cara yakni normen).5 Syarifuddin Kalo mengemuka-
Metode Ketentuan Daftar (List kan bahwa masalah kepentingan umum
Provisions) dan Metode Pedoman Umum secara konsepsional sangat sulit
(General Guide). Dalam Metode Pedoman didefinisikan lebih-lebih kalau dilihat
Umum hanya dinyatakan bahwa pengada- secara operasional.6
an tanah dibutuhkan untuk kepentingan Pengadaan tanah untuk investasi
umum. Negara tidak secara eksplisit pertambangan dapat dikualifikasikan
mencantumkan dalam peraturan sebagai kepentingan umum, alasannya
perundang-undangannya tentang bidang adalah:
kegiatan yang disebut sebagai kepentingan Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 bahwa bumi,
umum Selanjutnya, pada negara yang air dan kekayaan alam yang terkandung di
menggunakan Metode Ketentuan Daftar 4
Ibid, hlm : 13.
5
(list provisions), secara jalas mengidentifi- J J H Burggink, Refleksi Tentang Hukum
(Rechtsreflecties, Grondbegrippen uit de
kasi kepentingan umum dalam suatu Rechtstheorie), diterjemahkan oleh Arie Sidharta,
Cetakan II, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti,
1999, Hal: 63-64.
3 6
Lieke Linadevi Tukgali, 2010, Fungsi Sosial Hak Gunanegara, Pengadaan Tanah Oleh Negara
Atas Tanah Dalam Pengadaan Tanah Untuk Untuk Kepentingan Umum, (Desertasi Doktor
Kepentingan Umum, PT. Gramedia Jakarta, Hlm : Ilmu Hukum Universitas Airlangga, Surabaya,
44. 2006).

51
dalamnya dikuasai negara dan Pasal 18 UUPA yang menyatakan
dipergunakan untuk sebesar-besar “untuk kepentingan umum, termasuk
kemakmuran rakyat. kepentingan bangsa dan negara serta
1. Falsafah atau konsepsi hukum yang kepentingan dari rakyat, hak-hak atas
mengkristal sebagai nilai-nilai hukum tanah dapat dicabut,” kata-kata
yang melandasi pembentukan asas, kepentingan umum dan pembangunan”
lembaga, dan system pengaturan telah menjadi efektif untuk melegitimasi
hukum itu disebut sebagai derivasi penyediaan tanah yang seluas-luasnya
nilai. Falsafah hukum tanah nasional oleh Negara untuk kepentingan investasi.8
yang komunalistik religius sebagaiman Terkait dengan hal tersebut di atas,
tersirat dalam Pasal 1 butir 1 dan 2 pengertian dari Pasal 6 UUPA bahwa
UUPA diturunkan ke dalam beberapa “semua hak atas tanah mempunyai fungsi
7
asas hukum tanah nasional. Salah satu sosial” sebenarnya merupakan jalan
asas tersebut adalah asas fungsi social kompromis antara hak mutlak tanah
hak atas tanah sebagaimana dalam dengan sistem kepentingan umum dari
Pasal 6 UUPA, yang menyatakan tanah. Prof. Notonegoro menyatakan
bahwa “semua hak atas tanah bahwa: “Hak milik yang mempunyai
mempunyai fungsi sosial dan Pasal 18 fungsi sosial itu sebenarnya mendasarkan
UUPA bahwa untuk kepentingan diri atas individu, mempunyai dasar yang
umum, termasuk kepentingan bangsa individualitas, kemudian ditempelkan
dan negara serta kepentingan dari padanya itu sifat yang sosial, sedangkan
rakyat, hak-hak atas tanah dapat kalau berdasarkan Pancasila, hukum kita
dicabut, dengan memberi ganti tidak berdasarkan atas corak yang indivi-
kerugian yang layak dan menurut cara dualis tetapi corak yang dwi tunggal itu.9
yang diatur dengan Undang-undang.” Fungsi sosial dari hak milik ini

7
sebenarnya di dalam UUDS ’50 telah
Beberapa asas hukum yang lahir dari
falsafah/konsepsi komunalistik religius ini, seperti: dimuat dalam Pasal 26 ayat (3), dan di
a) asas nasionalitas subjek hak atas tanah, b) asas
pemerataan keadilan, c) asas penggunaan tanahdan akui sebagai suatu pernyataan yang baru
pemeliharaan lingkungan hidup, d) asas
kekeluargaan dan kegotongroyongan dalam
8
penggunaan tanah, e) asas pemisahan horisontal Syaiful Bahari, Negara dan Hak Atas Tanah,
dalam hubungannya dengan bangunan dan tanah di Kompas, 13 Mei 2005.
9
atasnya, f) asas hubungan yang berkarakter publik Notonegoro, Politik Hukum dan Pembangunan
antara negara dengan tanah. Agraria di Indonesia, CV Pancuran tujuh : Jakarta.

52
yang belum dikenal oleh Konstitusi RIS Apa yang terurai dalam Pasal 1 ayat
10
ataupun oleh UUD 1945. Dalam (2) tersebut, rupanya barulah merupakan
“Penjelasan Rencana UUD Sementara” adanya sifat kepentingan umum, bukan
diterangkan bahwa fungsi sosial dari hak merupakan kepentinngan umum itu
milik itu adalah primair dimengertikan: sendiri. Agar sifat kepentingan umum tadi
hak milik tidak boleh dipergunakan (atau menjadi suatu kepentingan umum yang
dibiarkan) merugikan masyarakat. Dalam sebenarnya, maka ia membutuhkan
jawaban Pemerintah RIS pada babakan ke pengkongkritan lagi yaitu bahwa proyek
satu di sidang DPR, Pemerintah (Perdana yang mengharuskan pancabutan hak dan
Menteri Moch. Hatta) mengatakan bahwa yang mengandung sifat kepentingan
“eigendom” itu bukan suatu “macht” umum itu sudah atau sudah termasuk
tetapi suatu “sosiale palicht”.11 dalam Rencana Pembangunan dan telah
Dari kesimpulan penulis, corak dwi pula diumumkan kepada masyarakat di
tunggal itulah sebenarnya jiwa mana proyek akan dibangun.
keseimbangan itu berada dan berbicara Pendapat G.W Patton yaitu
lebih dari apa yang ada dalam peraturan menyamakan kepentingan umum tersebut
dan nilai empirik. Sehingga apa yang atas dua macam yaitu “Social Interest”
kelihatannya menjadi hak milik (tanah) itu dan “Privat Interest” .Dengan perincian
tidaklah mutlak milik pribadi yang sebagai berikut:
memang memungkinkan tiap subjek 1. Social Interest (kepentingan-
hukum (masyarakat) yang bersangkutan kepentingan sosial).
dapat menentukan harga tanah sesuai 2. The effectent working of the legal
kehendaknya sendiri, ini tidaklah benar. order (pelaksanaan yang berfaedah
Apa yang sebenarnya melekat pada bagi kepentingan umum).
pribadi itu juga ada hak sosial. Ketika 3. National security (keamanan
berbicara mengenai kepentingan umum nasional).
maka letak keseimbangan antara hak dan 4. The economic prospery of security
kewajiban adalah kewajibanlah yang lebih (kemakmuran ekonomi dan
ditonjolkan daripada hak. masyarakat).
10 5. The protection of religius, moral,
Prof. Dr. R. Soepomo,-“Undang-Undang Dasar
Sementara Republik Indonesia, hlm. 43. humanitarian and intellectual value.
11
Op.Cit.

53
(perlindungan terhadap nilai-nilai apabila cara musyawarah yaitu dengan
keagamaan, kesusilaan, kemanusiaan pemindahan hak atau pelepasan hak atas
dan kecerdasan). tanah tidak berhasil maka baru ditempuh
6. Health and racial intergrity (kesehatan dengan cara wajib yaitu ditempuh dengan
dan kebulatan ras). pencabutan hak atas tanah.
b. Privat Interest (kepentingan- Di Indonesia, pengadaan Tanah
kepentingan perorangan). melalui Pembebasan Tanah (Prijsgeving)/
1. Personal Interest (kepentingan- Pelepasan hak atas tanah didasari oleh
kepentingan perorangan). ketentuan dalam Undang-Undang No 2
2. Family Interest (kepentingan- Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah
kepentingan keluarga). Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
3. Economic Interest (kepentingan- Umum dan Pencabutan hak atas tanah
kepentingan ekonomi). (Onteigening) didasari oleh ketentuan
4. Political Interest (kepentingan- dalam UU No. 20 Tahun 1961 Tentang
kepentingan politik). 12 Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan
Benda-Benda Yang Ada di Atasnya.
Mekanisme Pengadaan Tanah Untuk
Kepentingan Umum Pengadaan Tanah dengan Cara Sukarela
Berkenaan dengan pengambilan (Voluntary Acquisition of Land) Melalui
Pembebasan Tanah (Prijsgeving)/
tanah-tanah penduduk yang akan dipakai Pelepasan hak atas tanah
untuk keperluan pembangunan (pelaksa-
Pembebasan Tanah (Prijsgeving)
naan proyek pertambangan) menurut
adalah melepaskan hubungan hukum
ketentuan hukum yang berlaku dapat
semula yang terdapat diantara pemegang
dilakukan dengan melalui dua kegiatan,
hak/penguasa atas tanah dengan cara
yaitu : Cara Sukarela (Voluntary Acquisi-
pemberian ganti rugi atas dasar
tion of Land) dan Cara Wajib
musyawarah dengan pihak yang
(Compulsory Acquisition of Land).
bersangkutan.13Istilah pembebasan tanah
Pelaksanaan pengandaan tanah selalu
ini sudah diganti dengan istilah
menggunakan cara sukarela terlebih
“pengadaan tanah” pada saat berlakunya
dahulu yaitu dengan musyawarah, namun
13
Abdurrahman, 1983, Beberapa Aspek Hukum
12
Abdurrahman, Aneka Masalah Hukum Agraria Tentang Masalah Pembebasan Tanah Untuk
dalam Pembangunan di Indonesia, 1978, Kepentingan Umum.Penerbit; Alumni Bandung,
Bandung, Penerbit Alumni. hal. 4.

54
Keppres No 55 Tahun 1993. Keppres No pemutusan hubungan hukum dari pihak
55 Tahun 1993 kemudian dicabut dengan yang berhak kepada negara melalui
Perpres No. 36 Tahun 2005 kemudian Lembaga Pertanahan. Dalam Pasal 2 ayat
Perpres No. 36 Tahun 2005 dicabut lagi (1) Perpres No. 36 Tahun 2005,
dengan Perpres No. 65 Tahun 2006 pengadaan tanah bagi pelaksanaan
tentang Pengadaan Tanah Bagi pembangunan untuk kepentingan umum
Pelaksanaan Pembangunan Untuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah
Kepentingan Umum. dilaksanakan dengan cara, a) Pelepasan
Kemudian setelah itu terbit dengan atau Penyerahan Hak Atas Tanah, atau b)
berlakunya Undang-Undang Nomor 2 Pencabutan Hak Atas Tanah. Sedang
Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah dalam ayat (2) dinyatakan selain
Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan pembangunan untuk kepentingan umum
Umum menjadi landasan hukum bagi dilakukan dengan cara jual-beli, tukar-
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan menukar atau cara lain yang disepakati
Untuk Kepentingan Umum. secara sukarela oleh pihak-pihak yang
Pasal 1 ayat (2): Pengadaan Tanah bersangkutan.
adalah kegiatan menyediakan tanah
Pengadaan Tanahdengan Cara Wajib
dengan cara memberi ganti kerugian yang (Compulsory Acquisition of Land)
melalui Pencabutan Hak-Hak Atas
layak dan adil kepada pihak yang berhak.
Tanah (Onteigening)
Dan PERPRES No. 65 Tahun 2006
Pencabutan hak atas tanah
tentang Pengadaan Tanah Bagi
merupakan cara terahir bilamana cara-cara
Pelaksanaan Pembangunan Untuk
pengadaan tanah melalui pembebasan hak
Kepentingan Umum tetap berlaku untuk
atas tanah, atas dasar jual beli, tukar
saat ini dikarenakan UU No 2 Tahun 2012
menukar atau bentuk penggantian lain
Tentang Pengadaan Tanah Bagi
kepada pemegang hak atau pemakai tanah
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum,
di atas tanah Negara tidak berhasil maka
belum memiliki peraturan pelaksanaan
atas dasar Pasal 18 UUPA bahwasanya
sebagai pengganti PERPRES No. 65
pengadaan tanah yang diperuntukkan
Tahun 2006.
untuk kepentingan umum, termasuk
Dalam Pasal 1 (9) UU No 2 Tahun
kepentingan bangsa dan Negara serta
2012, Pelepasan Hak adalah kegiatan

55
kepentingan bersama dari rakyat maka Pencabutan ini bukanlah suatu
hak-hak atas tanah dapat dicabut dengan penistaan tanah tersebut, karena kepada
memberikan ganti kerugian yang layak yang bersangkutan masih diberikan
menurut cara yang diatur dengan Undang- kompensasi yang layak seperti yang diatur
Undang. oleh suatu undang-undang dan peraturan
Dalam Instruksi Presiden Nomor 9 pelaksanaannya.14Tentu bagaimanapun
tahun 1973 tentang Pelaksanaan juga pencabutan hak itu sendiri tidak
Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah Dan dapat diganggu gugat di muka pengadilan
Benda-Benda Di Atasnya, yang ataupun dihalang-halangi pelaksanaanya.
merupakan instruksi atas Undang-Undang Mempertimbangkan dan memutuskan hal
Nomor 20 Tahun 1961, Presiden telah tersebut adalah semata-mata adalah
menginstruksikan kepada para Menteri wewenang Presiden.15
Kabinet Pembangunan II dan para Atas dasar tersebut maka
Gurbenur di seluruh Indonesia agar pemerintah telah menetapkan Undang-
supaya pencabutan hak-hak atas tanah dan Undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang
benda-benda di atasnya supaya Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah Dan
dilaksanakan dengan hati-hati serta Benda-Benda yang ada di atasnya,
dengan cara-cara yang adil dan bijaksana, Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun
segala sesuatunya sesuai dengan 1973 tentang Acara Penetapan Ganti
ketentuan-ketentuan peraturan perundang- Kerugian oleh Pengadilan Tinggi
undangan yang berlaku. sehubungan dengan Pencabutan Hak-Hak
Kalau melihat fungsi social hak Atas Tanah Dan Benda-Benda Di
atas tanah, di mana dalam kepentingan Atasnya, dan Instruksi Presiden Nomor 9
perseorangan terkandung juga hak tahun 1973 tentang Pelaksanaan
masyarakat, dan dalam hal kepentingan Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah Dan
masyarakat (umum), maka dalam keadaan Benda-Benda Di Atasnya. Dalam
memaksa, maka haruslah ada wewenang
pemerintah untuk mengambil alih dan
14
Abdurrahman, Masalah Pencabutan Hak-Hak
menguasai tanah tersebut secara sephak Atas Tanah, Pembebasan Tanah dan Pengadaan
dan dengan kuasa suatu undang-undang Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk
Kepentingan Umumdi Indonesia, Bandung, PT.
yaitu pencabutan hak. Citra Aditya Bakti, 1996, Hal. 21.
15
Ibid, Hlm : 13.

56
peraturan perundang-undangan tersebut Seorang anggota dari instansi yang terkait
antara lain memuat tentang: sehubungan dengan pencabutan hak atas
Acara pencabutan hak atas tanah tanah.
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Pada Huruf D (Penjelasan Umum)
1961 ada 2 macam acara pencabutan hak angka (4c) Undang-Undang Nomor 20
atas tanah yaitu: Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-Hak
1. Acara pencabutan biasa, Atas Tanah Dan Benda-Benda yang ada di
atasnya.
Acara pencabutan biasa, yang
Dalam Acara Biasa, maka:
berkepentingan mengajukan permohonan
1. Menurut prosedur ini pihak yang
pencabutan hak atas tanah kepada
meminta agar diadakan pencabutan
Presiden dengan perantaraan Menteri
hak mengajukan permohonannya
Agraria selaku Kepala Badan Pertanahan
kepada Presiden Republik Indonesia
Nasional melalui Kepala Inspeksi Agraria
dengan perantaraan Menteri Dalam
(Kepala Wilayah Badan Pertanahan
Negeri/ Dirjen Agraria melalui
Nasional).Satu-satunya yang mempunyai
Kepala Inspeksi Agraria setempat.
kewenangan untuk melakukan pencabutan
2. Oleh Kepala Inspeksi Agraria
hak atas tanah dan benda-benda di atasnya
diusahakan supaya permintaan itu
adalah Presiden setelah mendengar
dilengkapi dengan pertimbangan para
pertimbangan dari Menteri Agraria dan
Kepala Daerah yang bersangkutan
Menteri Kehakiman.
dengan taksiran ganti rugi yang
Panitia dibentuk dengan sebuah
dilakukan oleh Panitia Penaksir, yang
Surat Keputusan Gubernur SK
anggota-anggotanya mengangkat
No.IX/1/KA/1992. Dengan beranggotakan
sumpah. Di dalam pertimbangannya
Kepala Inspeksi Pendaftaran Tanah
tersebut dimuat pula soal
sebagai Ketua merangkap anggota, Kepala
penampungan orang-orang yang
Kantor Pendaftaran dan Pengawasan
haknya dicabut itu. Demikian juga
Pendaftaran Tanah sebagai wakil
tidak ada, soal penampungan orang-
merangkap anggota, Seorang Pejabat
orang yang menempati rumah atau
Pamong Praja, Seorang anggota dari
menggarap tanah yang bersangkutan.
unsur DPRD, Seorang Pejabat dari
Yaitu orang-orang yang karena
Inspeksi Keuangan sebagai anggota,
57
pencabutan hak tersebut akan benar, diperlukan secara mutlak dan
kehilangan tempat tinggal dan/atau
tidak dapat diperoleh di tempat lain.
sumber nafkahnya.
2. Acara khusus yang lebih cepat
3. Kemudian permintaan itu bersama
Huruf D (Penjelasan Umum) angka
dengan pertimbangan Kepala Daerah
(4c) Undang-Undang Nomor 20 Tahun
dan taksiran ganti kerugian tersebut 1961, yaitu:
Isi butir 5, yaitu: “Penguasaan Tanah
dilanjutkan oleh Kepala Inspeksi
dan/atau benda yang bersangkutan
Agraria, disertai pertimbangannya
baru dapat dilakukan setelah ada surat
pula. keputusan pencabutan hak dari
Presiden dan setelah dilakukannya
4. Menteri Agraria mengajukan
pembayaran ganti kerugian yang
permintaan tadi kepada Presiden
ditetapkan oleh Presiden serta
untuk mendapatkan keputusan, diselenggarakannya penampungan
orang-orang yang dimaksudkan di
disertai dengan pertimbangannya dan
atas. Dalam keadaan yang sangat
pertimbangan Menteri Kehakiman
mendesak yang memerlukan
serta Menteri yang bersangkutan, penguasaan tanh dan/atau benda-
benda yang bersangkutan dengan
yaitu Menteri yang bidang tugasnya
segera maka pencabutan hak
meliputi usaha yang meminta
khususnya penguasaan tanah dan/atau
dilakukannya pencabutan hak itu. benda itu dapat diselenggarakan
dengan suatu acara khusus yang lebih
Menteri Kehakiman terutama akan
cepat. Keadaan yang mendesak itu
memberi pertimbangan ditinjau dari
misalnya jika terjadi wabah atau
segi hukumnya, sedang Menteri yang bencana alam yang memerlukan
penampungan dengan segera.Dalam
bersangkutan mengenai fungsi usaha
hal ini maka permintaan untuk
yang meminta dilakukannya
melakukan pencabutan hak diajukan
pencabutan yang diminta itu benar- oleh Kepala Inspeksi Agraria kepada

58
Menteri Agraria tanpa disertai tanah dan/atau benda-bendanya yang
taksiran ganti rugi dari panitia bersangkutan dapat segera dikuasai,
penaksir dan kalau perlu dengan tidak dengan tidak perlu menunggu
menunggu diterimanya pertimbangan keputusan Pengadilan Negeri
Kepala Daerah.Menteri Agraria mengenai sengketa tersebut.
kemudian dapat memberi perkenan Teranglah kiranya, bahwa
kepada yang berkepentingan untuk kepentingan dari yang berhak atas
segera menguasai tanah dan/atau tanah dan/atau benda yang dicabut
benda tersebut, biarpun belum ada haknya itu mendapat perhatian pula
keputusan mengenai permintaan sebagaimana mestinya”.
pencabutan haknya dan ganti
Sebagai bahan perbandingan, teori
kerugiannya belum dibayar”.
hukum anglo saxon tentang pencabutan
Isi butir 6, yaitu: “Bagaimanakah
hak atas tanah maka terhadap pembebasan
kalau yang empunya tidak bersedia
tanah di USA lebih tepat digunakan kata
menerima ganti kerugian yang
“pencabutan hak”, yakni sebgai
ditetapkan oleh Presiden karena
terjemahan kata “Eminent Domain” atau
dianggapnya jumlahnya kurang
“Taking”. Hal ini disebabkan karena
layak? Sebagai yang telah
penerapannya termasuk dalam pencabutan
diterangkan di atas maka yang
hak atas benda-benda lain selain tanah,
empunya dapat minta kepada
dengan teori hukum yang sama. seperti
Pengadilan Tinggi agar pengadilan
terhadap benda-benda tidak berwujud
itulah yang menetapkan ganti
(intangibels), misalnya rahasia dagang,
kerugian tersebut.Untuk itu
pengambilan hak untuk melakukan
ditentukan hukum acara yang khusus,
sesuatu, membuat kontrak, dan
agar penetapan ganti kerugian oleh
sebagainya. Sedangkan kalau digunakan
Pengadilan tersebut dapat diperoleh
kata “pembebasan tanah” tentu sasarannya
dalam waktu yang singkat.Tetapi
terbatas pada tanah semata.16Dalam Kasus
biarpun demikian itu tidak menunda
jalannya pencabutan hak.Artinya
setelah ada keputusan Presiden 16
Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori Dn
mengenai pencabutan hak itu maka Praktek Buku Ketiga, Bandug, 2002, Penerbit: PT
Citra Aditya Bakti. Hlm: 283.

59
Mc Veagh v Multonomah17 disebutkan memerlukan ganti rugi.19 Dapat
bahwa pencabutan hak adalah “The power disimpulkan bahwa berkenaan dengan
to take privete property for public use”, pengambilan tanah-tanah penduduk yang
artinya “kekuasaan untuk mengambil hak- akan dipakai untuk keperluan
hak pribadi untuk kepentingan umum”. pembangunan (proyek pertambangan)
Pada tahun 1873, dalam kasus menurut ketentuan hukum yang berlaku
Chichago, Burlington and Quincy RR Co. dapat dilakukan hanya dengan Cara Wajib
18
v Chichago, Mahkamah Agung USA (Compulsory Acquisition of Land) yaitu
menetapkan bahwa hukum yang adil (due langsung dengan pencabutan hak atas
prosess of law) sebenarnya membutuhkan tanah saja yang disertai dengan ganti
baik persyaratan baik “kepentingan kerugian sebagai faktor yang Inherent
umum” dari suatu pencabutan hak, dalam pengertian hukum yang adil.
maupun persyaratan “ganti rugi yang Sebagai perbandingan, pencabutan
layak”. Kedua persyaratan tersebut “ hak untuk kepentingan umum di Negeri
Inherent” dalam pengertian hukum yang Belanda berdasarkan Groundwet (UUD)
adil. Tetapi agar menjadi pencabutan yang pada Pasal 165, yaitu akan dibuatkan
tidak memerlukan ganti rugi maka harus dengan suatu undang-undang khusus
memenuhi standar “Keabsahan kepen- untuk kepentingan umum dilaksanakan
tingan Negara” atau disebut juga sebagai pencabutan hak, dan pencabutan hak
“Penggerogotan segala pemanfaatan” untuk pembuatan jalan, jembatan, saluran
(Depripation of All Use) dari benda yang dan sebagainya, pekerjaan kereta api,
bersangkutan, hal ini sudah menjadi suatu pelabuhan , bandara, dan sebagainya, dan
ketentuan umum bagi pencabutan hak di kemudian ditambahkan pada tahun 1971
USA. Selain itu juga ada teori pencabutan untuk kepentingan
pendudukan fisik (Physical Invansion) perkembangan ruang dan perumahan.
agar adanya suatu pencabutan hak Pelaksanaan pencabutan hak terjadi 2
(dua) kegiatan yaitu kegiatan administrasi
dan peradilan. Administrasi adalah
keputusan pemerintah apakah raja ataupun
17
Hendry Campbell Black, Black Law Dictionary,
19
West Publising Co. , St Paul, Minesota, 1968, hal: Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori Dn
616. Praktek Buku Ketiga, Bandug, 2002, Penerbit: PT
18
Ibid. Hal. 226. Citra Aditya Bakti. Hlm: 293.

60
kotamadya atau sesuatu benda yang Kepentingan Umum dan Perpres No. 65
disebut secara rinci. Kemudian hakim Tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah
akan memeriksa apakah syarat-syarat Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk
formal dari proses administrasi sudah Kepentingan Umum sebagai aturan
terlaksana dan telah tetapkan jumlah dan pelaksanaannya.
uang ganti ruginya. Pada tahap yang Apabila cara musyawarah yaitu
terahir ini pemilik tidak dapat dengan pemindahan hak atau pelepasan
menolaknya, kecuali hanya jumlah hak atas tanah tidak berhasil maka baru
beberapa ganti rugi tersebut akan ditempuh dengan Cara Wajib
dilakukan. Perbedaan dengan Indonesia, (Compulsory Acquisition of Land) yaitu
pencabutan hak di Negeri Belanda ditempuh dengan pencabutan hak atas
20
berdasarkan UUD (Ground Wet). tanah.Pencabutan hak atas tanah
Perbedaan ini karena perbedaan konsepsi (Onteigening) didasari oleh ketentuan
karena di Negeri Belanda konsepsi dalam UU No. 20 Tahun 1961 Tentang
eigendom berpangkal dan berpusat pada Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan
individu, sedangkan eigendom di Benda-Benda Yang Ada di Atasnya.
Indonesia berkarakter komunal-religius Tetapi disini letak permasalahannya
yang secara tersirat pada Pasal 2 ayat (2) adalah dalam penggunaan cara
UUPA dan di implementasikan juga pada pembebasan tanah secara sukarela
Pasal 6 UUPA. maupun cara wajib itu sama-sama
menggunakan pihak pengadilan untuk
KESIMPULAN penitipan uang ganti rugi hak atas tanah
Pelaksanaan pengandaan tanah di apabila si pemilik keberatan terhadap
Indonesia itu selalu menggunakan Cara patokan harga yang diberikan oleh
Sukarela (Voluntary Acquisition of Land) pemerintah. Jadi dalam hal ini Pasal 42
terlebih dahulu yaitu melalui Pembebasan UU No 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan
Tanah (Prijsgeving)/ Pelepasan hak atas Tanah Bagi Pembangunan Untuk
tanah didasari oleh ketentuan dalam UU Kepentingan Umum telah mengamputasi
No 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan ketentuan dalam UU No. 20 Tahun 1961
Tanah Bagi Pembangunan Untuk Tentang Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah

20
dan Benda-Benda Yang Ada di Atasnya.
Lieke, hlm: 105.

61
DAFTAR PUSTAKA Bandung, , Penerbit: PT Citra
Aditya Bakti.
Abdurrahman, Aneka Masalah Hukum
Agraria dalam Pembangunan di Notonegoro, Politik Hukum dan
Indonesia, 1978, Bandung, Penerbit Pembangunan Agraria di Indonesia,
Alumni. CV Pancuran tujuh, Jakarta.

Abdurrahman, Masalah Pencabutan Hak- Prof. Dr. R. Soepomo,“Undang-Undang


Hak Atas Tanah, Pembebasan Dasar Sementara Republik
Tanah dan Pengadaan Tanah Bagi Indonesia”.
Pelaksanaan Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum di Indonesia, Mudakir,”Model Pembebasan Tanah
1996. Bandung, PT. Citra Aditya Untuk Kepentingan Umum di DKI
Bakti. Jakarta”, dalam Media Jaya No.
006 Th XXVIII Juli 2004.
Al Araf dan Awan Puryadi, Perebutan
Kuasa Tanah, 2002, Yogyakarta. Idroes (Wakil Gubernur Bidang
LAPPERA Pustaka Utama. Pemerintahan DKI Jakarta), Catatan
Pelaksanaan Tugas Masa Bhakti
Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori 1993-1997, Jakarta, Tanpa Tahun.
Dan Praktek Buku Ketiga, 2002. Syaiful Bahari, Negara dan Hak Atas
Tanah, Kompas, 13 Mei 2005.

62

Anda mungkin juga menyukai