Anda di halaman 1dari 227

ANALISIS ASPEK SOSIOLOGI SASTRA

NOVEL RUDY KARYA GINA S. NOER


DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
DI SMA

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
Ari Wahyuningsih
NIM 132110045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2017

i
ii
iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO



“(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada
(azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran” (QS.
AzZumar : 9).

PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
1. Bapak Sunardi dan Ibu Sobiroh tercinta yang telah
memberikan doa, semangat, dan bimbingan terdapat
keberhasilan studiku serta dukungan dan pengorbanan
selama ini merupakan kebahagiaan yang tidak bisa
tergantikan oleh apapun.
2. Hadiah untuk Firli Fajar Alfian adik tersayang yang
senantiasa selalu mendoakan, memberikan semangat
untuk penulis.
3. Hadiah untuk keluarga serta orang-orang terdekat yang
selalu member dukungan.

iv
PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

nama : Ari Wahyuningsih

NIM : 132110045

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini bukan plagiat dari hasil karya

orang lain, melainkan benar-benar hasil karya saya sendiri, baik sebagian maupun

seluruhnya. Pendapat para pakar atau temuan orang lain yang terdapat dalam

skripsi ini, dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Apabila terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat karya

orang lain, saya bersedia bertanggung jawab secara hukum yang diperkarakan

oleh Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Purworejo, 10 Agustus2017

Yang membuat pernyataan,

Ari Wahyuningsih

v
PRAKATA

Alhamdulillah, akhirnya skripsi ini selesai disusun setelah melalui proses

cukup lama. Skripsi berjudul “Analisis Aspek Sosiologi Sastra Novel Rudy Karya

Gina S. Noer dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di SMA” ini disusun

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program

Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah

Purworejo.

Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa

terimakasih dan penghargaan kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan

kesempatan untuk menyelesaikan studi di Universitas Muhammadiyah

Purworejo;

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Purworejo yang telah memberikan izin penelitian;

3. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah

menyetujui pelaksanaan penelitian;

4. Prof. Dr. Sukirno, M.Pd., selaku pembimbing I, dan Nurul Setyorini, M.Pd.,

selaku pembimbing II, yang telah membimbing, mengarahkan, dan

memotivasi dengan penuh kesabaran, serta mengoreksi skripsi ini dengan

penuh ketelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;

vi
5. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang

telah memberikan ilmu yang bermanfaat;

Penulis senantiasa berdoa semoga Allah Swt. memberikan balasan

yang selayaknya atas budi baik yang telah diberikan. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi penyusunan khususnya dan para pembaca umumnya. Amin.

Purworejo, 10 Agustus2017

Penyusun,

Ari Wahyuningsih

vii
ABSTRAK

Wahyuningsih, Ari. 2017. “Aspek Sosiologi Sastra Novel Rudy Karya Gina S.
Noer dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di SMA”. Skripsi. Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mendeskripsikan, (1) unsur
intrinsik novel Rudy karya Gina S. Noer, (2) aspek sosiologi sastra novel Rudy
karya Gina S. Noer, (3) rencana pelaksanaan pembelajaran novel Rudy karya Gina
S. Noer di SMA.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini yaitu novel Rudy karya Gina S.
Noer. Objek penelitian ini adalah aspek sosiologi sastra yang terdapat dalam novel
Rudy karya Gina S. Noer. Fokus penelitian ini adalah unsur intrinsik novel Rudy,
aspek-aspek sosiologi sastra, dan rencana pelaksanaan pembelajaran di SMA.
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka. Teknik yang
digunakan untuk menganalisis adalah teknik analisis isi. Teknik yang digunakan
dalam penyajian hasil analisis adalah teknik penyajian informal.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan: (1) unsur intrinsik novel Rudy karya
Gina S. Noer meliputi (a) tema mayor: perjuangan laki-laki, tema minor: masalah
pindah-pindah sekolah, masalah keuangan keluarga, masalah Indonesia
mengalami krisis;(b) alur: campuran;(c) tokoh dan penokohan: tokoh utama Rudy,
dan tokoh tambahan Mami, Papi, Junus Efendi Habibie, Sri Redjeki Chasanah,
Lim Keng Kie, paman Subarjo, kepala sekolah SMA Kristen, Koo Tiang Hui,
Ainun, ibu Wirtin, Prof. Hans Ebner, Ilona, Romo Mangun; (d) latar: Bandar
Udara Kemayoran, pantai Lumpue, ruang makan, kamar, sekolah, Bandar Udara
Internasional Kairo, Sekolah Pertanian Menengah Atas, Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo, ruangtamu, Sekolah Kedokteran Hewan, Contardate HBS, SMA
Kristen, ITB, gereja, dan Rumah Sakit Bad Krozingen; (e) sudut pandang: orang
ketiga serbatahu; (f) amanat: jangan pernah menilai orang lain dari sisi luarnya
saja, jangan pernah mengeluh meski sedang menghadapi kesulitan, jangan mudah
putus asa dalam menggapai cita-cita; (2) aspek sosiologi sastra novel Rudy karya
Gina S. Noer yaitu (a) aspek kekerabatan, yakni Rudy memiliki hubungan yang
baik dengan Mami dan Papi, sangat mengasihi adik-adiknya dan mencintai Ainun
istrinya; (b) aspek cinta kasih, yaitu Rudy memiliki cinta kasih yang baik terhadap
keluarga dan teman; (c) aspek moral yakni, bersyukur kepada Allah Swt, menjalin
silaturahmi kepada teman-teman, menuruti semua perintah Mami, memiliki
watak yang keras kepala dan menghormati orang yang lebih tua; (d) aspek
pendidikan yakni, pendidikan formal Rudy di sekolah Concordante HBS,
Universitas Indonesia, dan RWTH Jerman; (e) aspek ekonomi yakni tergolong
ekonomi tingkat atas. Rudy bisa bersekolah hingga S-3; (3) rencana pelaksanaan
pembelajaran novel Rudy karya Gina S. Noer di kelas XII SMA yang terdapat
dalam kompetensi dasar 3.9 menggunakan metode Quantum Learning dengan
menggunakan enam langkah pokok yang dikenal dengan istilah TANDUR.

Kata kunci: sosiologi sastra, novel Rudy, rencana pelaksanaan pembelajaran

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .................................................... iii
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... v
PRAKATA .............................................................................................. vi
ABSTRAK .............................................................................................. viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................... 6
C. Batasan Masalah ............................................................ 6
D. Rumusan Masalah .......................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ........................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ......................................................... 7
G. Penegasan Masalah ........................................................ 8
H. Sistematika Skripsi......................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS
A. Tinjauan Pustaka ............................................................ 11
B. Kajian Teoretis ............................................................... 15
1. Novel ....................................................................... 15
2. Unsur Intrinsik Novel .............................................. 16
3. Sosiologi Sastra ........................................................ 24
4. Aspek-Aspek Sosiologi Sastra ................................. 26
5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ........................ 28

ix
BABIII METODE PENELITIAN
A. Sumber Data................................................................... 38
B. Objek Penelitian ............................................................. 38
C. Fokus Penelitian ............................................................. 38
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................. 39
E. Instrumen Penelitian ...................................................... 39
F. Teknik Analisis Data...................................................... 40
G. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ........................... 41
BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA
A. Penyajian Data ............................................................... 42
B. Pembahasan Data ........................................................... 49
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................ 146
B. Saran .............................................................................. 147

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 150


LAMPIRAN-LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 : Kartu Pencatat Data Unsur Intrinsik Novel Rudy Karya
Gina S. Noer .............................................................................. 40
Tabel 3.2 : Kartu Pencatat Data Aspek Sosiologi Novel Rudy Karya
Gina S. Noer .............................................................................. 40
Tabel 4.1 : Unsur Intrinsik Novel Rudy Karya Gina S. Noer ...................... 42
Tabel 4.2 : Aspek Sosiologi Novel Rudy Karya Gina S. Noer .................... 45
Tabel 4.3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ......................................... 47

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Sampul Novel Rudy Karya Gina S. Noer


Lampiran 2 : Biografi Pengarang
Lampiran 3 : Sinopsis
Lampiran 4 : Kartu Pencatat Data
Lampiran 5 : Silabus
Lampiran 6 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 7 : Kartu Bimbingan

xii
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam bab ini, sajikan latar belakang, identifikasi masalah, batasan

masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat

penelitian, dan sistematika skripsi.

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra adalah gambaran dari kehidupan yang diciptakan

sepanjang sejarah kehidupan manusia. Suatu karya sastra merupakan sebuah

karya yang pada hakiktnya dibuat dengan mengedepankan aspek kehidupan di

samping keefektifan penyimpanan pesan. Keindahan dalam karya sastra dapat

diwujudkan melalui media bahasa. Media bahasa merupakan sarana yang

digunakan pengarang untuk menyampaikan buah pikiran dan imajinasinya

dalam proses penciptaan karya sastra (Setyorini, 2014:83).

Karya sastra juga dapat dipakai untuk menggambarkan apa yang

ditangkap oleh pengarang tentang kehidupan sekitarnya (Ginanjar, 2012:1).

Sebagai potret kehidupan yang menyajikan peristiwa-peristiwa, karya sastra

dapat berhubungan dengan masalah-masalah sosial. Masalah sosial sangat erat

kaitannya dengan kehidupan masyarakat guna terciptanya karya sastraSastra

menyajikan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sebagian besar terdiri dari

kenyataan sosial. Dalam pengertian ini kehidupan mencakup hubungan antar

masyarakat dengan orang-orang, antar manusia, antar peristiwa yang terjadi

dalam batin seseorang. Karya sastra terlahir karena adanya keinginan dari

pengarang untuk mengungkapkan eksistensinya sebagai manusia yang

1
2

memiliki ide, gagasan, dan kreativitas yang dimiliki. Sukirno (2013:3)

menjelaskan kreativitas berarti kemampuan untuk mencipta. Pengarang dapat

menuangkan daya ciptanya ke bentuk tulisan maupun karangan teks karya

sastra. Karya sastra dibedakan menjadi dua yaitu karya sastra fiksi dan

nonfiksi.

Ginanjar (2012:3) mengatakan genre suatu karya sastra dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu genre sastra fiksi dan nonfiksi. Genre sastra fiksi merupakan

karya naratif yang isinya tidak menyaran pada kebenaran yang benar-benar

terjadi. Genre karya sastra fiksi adalah karya naratif yang isinya sesuatu yang

benar-benar terjadi. Sementara itu, genre karya nonfiksi adalah karya naratif

yang isinya sesuatu yang benar-benar terjadi. Salah satu contoh dari prosa fiksi

adalah novel.

Novel merupakan karangan prosa yang panjang yang mengundang

rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan

menonjolkan watak dan setiap pelaku. Dalam mengemukakan permasalahan

yang kompleks novel menyajikan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu

secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak. Dengan

demikian, novel mampu menghadirkan perkembangan suatu karakter, situasi

sosial yang rumit, hubungan yang melibatkan banyak atau sedikit karakter, dan

berbagai peristiwa ruwet yang terjadi beberapa tahun silam secara lebih

mendetail.

Akbar dkk (2013) mengatakan novel lebih mudah sekaligus lebih sulit

dibaca jika dibandingkan dengan cerpen. Dikatakan lebih mudah karena novel
3

tidak dibebani tanggung jawab untuk menyampaikan sesuatu dengan cepat atau

dengan bentuk padat dan dikatakan sulit karena novel dituliskan dalam skala

besar sehingga mengandung satu kesatuan organisasi yang lebih luas dari pada

cerpen.

Novel terdapat dua unsur pembangun, yaitu unsur intrisik dan unsur

ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra

itu sendiri sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang membangun di

luar teks, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangun atau sistem

organisme teks sastra. Nurgiantoro (2013:30) menjelaskan unsur intrinsik

meliputi, peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang, dan

gaya bahasa. Sementara itu, unsur ekstrinsik meliputi, sikap, keyakinan, dan

pandangan hidup.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sosiologi artinya pengetahuan

atau ilmu tentang sifat, perilaku, dan perkembangan masyarakat, ilmu tentang

struktur sosial, proses sosial, dan perubahannya (Sugono dkk,2013:1332).

Sosiologi sastra merupakan pemahaman terhadap karya sastra dengan

mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatan yang melatarbelakanginya

didalam menerapkan bahwa sosologi sastra meneliti suatu karya sastra

berdasarkan pemahaman terhadap totalitas karya sastra yang disertai dengan

aspek-aspek kemasyarakatan yang terkandung didalamnya (Ratna, 2013:2).

Ginanjar (2012:32) menjelaskan pendekatan sosiologi merupakan

proses pemahaman mulai dari individu ke masyarakat, pendekatan sosiologi

menganalisis manusia dalam masyarakat, dengan proses pemahaman mulai dari


4

masyarakat ke individu yang digunakan untuk menganalisis karya sastra

dengan mempertimbangkan aspek kemasyarakatannya. Dalam menganalisis

karya sastra dengan menggunakan sosiologi sastra, penelaah dapat

menggunakan salah satu pendapat atau pandangan, tetapi juga dapat

mengambil kebijakan gabungan yang saling menyempurnakan. Penelaah dapat

mengkreasikan sendiri pendekatan itu dengan memperhatikan hubungan antara

pengarang, karya sastra, pembaca, dan sosial budaya kepengaranan karya

sastra.

Pada prinsipnya sosiologi sastra ingin mengatikan penciptaan karya

sastra, keberadaan karya sastra dengan realitas sosial. Sastra dapat dipahami

karena pengarang mempunyai latar belakang sosial budaya pada saat

menciptakan karya sastra. Latar belakang pengarang menjadi sumber

penciptaan yang mempengaruhi teknik dan isi karya (Ginanjar, 2012:32).

Hakikat novel dalam sosiologi sastra berurusan dengan manusia dalam

masyarakat. Usaha manusia untuk menyelesaikan diri dan usahanya untuk

merubah masyarakat itu. Dengan demikian novel genre utama sastra dalam

industri ini, dapat dianggap sebagai usaha untuk menciptakan kembali dunia

sosial. Dalam sebuah novel, pengarang berusaha untuk mengarahkan pembaca

kedalam gambaran raealita kehidupan melalui cerita yang terkandung dalam

novel tersebut.

Melalui kurikulum 2013 di sekolah, para pendidik diharapkan kreatif

dan kritis dalam memilih bahan pembelajaran. Hal tersebut disebabkan oleh

muatan yang terdapat dalam novel yang dapat dijadikan acuan pembelajaran
5

bahasa dan sastra Indonesia. Berdasarkan dengan hal tersebut novel merupakan

jenis karya sastra yang harus diajarkan kepada siswa SMA sesuai ketentuan

yang tercantum dalam kurikulum, keberhasilan pembelajaran novel diantaranya

ditentukan oleh kepandaian guru dalam memilih bahan ajar.

Pemilihan objek penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa novel

dapat digunakan sebagai pembelajaran di sekolah, melalui pembelajaran sastra.

Nilai-nilai yang terkandung dalam novel Rudy karya Gina S. Noer tidak

terlepas dari nilai-nilai realitas yang terjadi di masyarakat. Selain hal tersebut,

pembelajaran novel juga dapat membantu pendidik dalam mengembalikan dan

menanamkan aspek sosial yang mulai memudar, terutama siswa SMA.

Novel Rudy karya Gina S. Noer merupakan novel yang ditulis pada

tahun 2016 dengan ketebalan 298 halaman. Novel tersebut menarik untuk

dikaji karena memuat unsur intrinsik yang menarik dan mengandung nilai-nilai

sosial yang sangat penting untuk kita ketahui. Novel Rudy karya Gina S. Noer

dianalisis dengan menggunakan aspek sosiologi sastra yang terkandung di

dalamnya agar dapat dijadikan sebagai bahan ajar yang sesuai dengan kriteria

pembelajaran di SMA, maka penelitian ini mengangkat tentang “Analisis

Aspek Sosiologi Sastra Novel Rudy Karya Gina S. Noer dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajarannya di SMA”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang

diidentifikasi adalah:
6

1. novel Rudy karya Gina S. Noer memuat unsur intrinsik yang menarik dan

bahasa yang lugas;

2. novel Rudy karya Gina S. Noer terdapat persoalan-persoalan sosial yang

dapat di pecahkan melalui pembelajaran sastra di SMA;

3. novel Rudy karya Gina S. Noer mengandung banyak aspek sosial yang

dapat diajarkan melalui pembelajaran sastra di SMA;

4. novel Rudy karya Gina S. Noer dapat digunakan sebagai media

pembelajaran sosiologi sastra di SMA.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka

permasalahan dalam penelitian ini dibatasi yaitu analisis sosiologi sastra

novel Rudy karya Gina S. Noer dan rencana pelaksanaan pembelajarannya di

SMA.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian

ini sebagai berikut.

1. Bagaimanakah unsur intrinsik novel Rudy karya Gina S. Noer?

2. Bagaimanakah aspek-aspek sosiologi dalam novel Rudy karya Gina S.

Noer?

3. Bagaimanakah rancana pelaksanaan pembelajaran sosiologi sastra pada

siswa di SMA?
7

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini

adalah untuk :

1. mendeskripsikan unsur intrinsik dalam novel Rudy karya Gina S. Noer;

2. mendeskripsikan aspek sosiologi dalam novel Rudy karya Gina S. Noer;

3. mendeskripsikan rancana pelaksanaan pembelajaran sosiologi sastra

pada siswa di SMA.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu dari segi teoretis dan segi

praktis.

1. Secara Teoretis

Dari segi teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

wawasan pengetahuan kepada pembaca mengenai aspek sosiologi yang

terdapat dalam novel Rudy karya Gina S. Noer.

2. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat membantu:

a. Bagi Siswa

Siswa diharapkan menambah pengetahuan dan pengalaman bagi

siswa dengan memahami sosiologi sastra yang terdapat pada isi novel

Rudy karya Gina S. Noer.

b. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan

gambaran kepada guru tentang sosiologi sastra dan pembelajarannya,


8

khususnya pembelajaran prosa, yakni novel Rudy karya Gina S. Noer di

SMA.

c. Bagi Sekolah

Penelitian ini memberikan sambungan ide mengenai bahan atau

materi pembelajaran drama berkaitan dengan pendidikan akhlak yang

dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran novel di sekolah.

d. Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca dalam

memahami aspek-aspek sosial antara lain: aspek kekerabatan, aspek

cinta kasih, aspek pendidikan dan ekonomi yang terdapat dalam novel

Rudy karya Gina S. Noer.

e. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan mampu menunjukan dunia

kesusastraan, yaitu dengan adanya penelitian yang serupa, tetapi dengan

lingkup yang lebih luas dan lebih baik, khususnya dalam bidang

pendidikan.

G. Penegasan Istilah

Peneliti akan menjelaskan berbagai istilah untuk menghindari

kesalahpahaman yang digunakan dalam penulisan judul penelitian. Judul

penelitian ini adalah “Analisis Aspek Sosiologi Sastra Novel Rudy Karya

Gina S. Noer dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di SMA”.


9

1. Aspek Sosiologi Sastra

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sosiologi artinya

pengetahuan atau ilmu tentang sifat, perilaku, dan perkembangan

masyarakat, ilmu tentang sruktur sosial, proses sosial, dan perubahannya

(Sugono dkk, 2013: 1332).

2. Novel Rudy

Novel Rudy merupakan kisah yang disusun dari cerita-cerita B.J

Habibie yang belum diceritakan sebelumnya. Ini adalah kisah tentang

perjalanan tumbuh dewasa seseorang anak laki-laki dan Indonesia yang

masih belia.

3. Rencana pelaksanaan pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana atau langkah-

langkah pelaksanaan pembelajaran sesuai meteri mata pelajaran. Materi

pelajaran yang diajarkan dengan acuan silabus kurikulum 2013 dan

rencana pelaksanaan pembelajaran.

Dari pengertian istilah-istilah di atas, disimpulkan bahwa maksud

judul dalam skripsi ini adalah menekankan pada aspek sosiologi sastra

novel Rudy Karya Gina S. Noer dan rencana pelaksanaan pembelajarannya

di SMA.

H. Sistematika Skripsi

Agar pemahaman terhadap skripsi ini jelas dan logis, sistematika

skripsi sebagai berikut:


10

Pada bagian awal, berisi halaman pengesahan, motto dan pesembahan,

kata pengantar, daftar isi dan abstrak.

BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi

masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, penegasan istilah, serta sistematika skripsi.

BAB II Tinjauan Pustaka, memuat kajian pustaka dan kajian teoretis.

BAB III Metode Penelitian, mencakup sumber data, objek penelitian,

fokus penelitian, teknik pengumpulan data, isntrumen penelitian, teknik

analisis data, dan teknik analisis data.

BAB IV Penyajian dan Pembahasan Data, meliputi penyajian dan

analisis data yang difokuskan pada aspek-aspek sosial novel Rudy karya Gina

S. Noer dan rencana pelaksanaan pembelajarannya di SMA.

BAB V Penutup, berisi Simpulan dan Saran. Untuk halaman

selanjutnya disertakan daftar pustaka dan lampiran.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS

Dalam bagian ini disajikan tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Di bawah

ini penulis menyajikan uraian masing-masing dari pokok pembahasan tersebut.

A. Tinjauan Pustaka

Dalam tinjauan pustaka ini, penulis menyajikan beberapa buku yang

dijadikan acuan penelitian ini. Setiap buku diklasifikasikan berdasarkan jenis

pembahasannya, selanjutnya dikelompokan dengan buku-buku lainnya yang

sejenis. Selain itu, disajikan pula beberapa hasil penelitian.

1. Beberapa Kajian Buku

Beberapa buku yang dijadikan referensi sosiologi sastra adalah buku

yang berjudul Pengantar Sosiologi Sastra (Faruk, 2016) membahas: (a)

sosiologi, (b) sastra, (c) sastra dan masyarakat beberapa mediasi, (d) aspek

formatif sastra, (e) sosiologi sastra Indonesia. Selain itu, digunakan juga

buku yang berjudul TeoriPengkajian Fiksi (Burhan Nurgiantoro, 2013)

membahas: (a) fiksi: sebuah teks prosa naratif, (b) membaca teks fiksi, (c)

kajian fiksi, (d) tema, (e) cerita, (f) plot, (g) tokoh, (h) latar, (i) sudut

pandang, (j) moral.

Beberapa buku yang menjadi acuan tentang karya sastra sebagai

objek penelitian berjudul buku yang berjudul Pengkajian Prosa Fiksi

(Nurhayati Ginanjar, 2012) membahas: (a) karya sastra, (b) pengkajian

sastra, (c) sosiologi sastra. Selain itu, dalam buku berjudulBelajar Cepat

Menulis Kreatif Berbasis Kuantum (Sukirno, 2013) membahas: (a) latar

11
12

belakang, tujuan, dan manfaat belajar menulis kreatif, (b) pengertian, dasar,

tujuan, dan manfaat belajar kuantum, (c) asumsi, ciri-ciri, dan macam-

macam gaya belajar kuantum, (d) belajar menulis pengalaman pribadi, (e)

belajar menulis biografi, (f) belajar menulis cerita pendek, (g) belajar

menulis legenda, (h) belajar menulis dongeng, (i) belajar menulis naskah

drama, (j) belajar menulis scenario film, (k) belajar menulis opini, (l) belajar

mneulis puisi.

2. Beberapa Hasil Penelitian

Penelitian dengan pendekatan sosiologi sastra pernah dilakukan oleh

mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Sebagian besar

penelitian dianalisis dengan pendekaran struktural, psikologi, sosiologi, dan

semiotik, namun ada juga yang menganalisis dengan feminisme. Tinjauan

pustaka dengan pendekatan sosiologi misalnya pernah di kaji oleh,

Kustantyani (2012), Faesol Hasan (2015). Selain penelitian tersebut, peneliti

menggunakan acuan penelitian yang dilakukan oleh Syahrizal Akbar, dkk

mahasiswa Universitas Negeri Sebelas Maret.

Kustantyani (2012) dalam penelitian yang berjudul “Analisis

Sosiologi Sastra Novel Bidadari Berkalam Ilahi Karya Wahyu Sujani dan

Pembelajarannya di Kelas XI SMA” menyimpulkan dengan pendekatan

sosiologi sastra siswa mampu menentukan nilai-nilai sosial pada novel

Bidadari Berkalam Ilahi Karya Wahyu Sujani, seperti aspek-aspek sosial

yang meliputi aspek kekerabatan, prekonmian, pendidikan, moralitas, dan

cinta kasih.
13

Penelitian yang dilakukan Kustanyani (2012) mempunyai persamaan

dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya yakni sama-sama

membahas aspek-aspek sosial dan hubungan antar aspek sosial dan

menjelaskan kemungkinan pembelajaran di SMA. Kemudian perbedaannya

yakni, dalam penelitian Kustanyani (2012) menggunakan metode

pembelajaran PAIKEM, sedangkan dalam penelitian ini metode

pembelajaran yang digunakan adalah metode kuantum. Selanjutnya, objek

penelitian ini adalah novel Rudy Karya Gina S. Noer, sedangkan objek

penelitian Kustanyani (2012) adalah novel Bidadari Berkalam Ilahi Karya

Wahyu Sujani.

Penelitian yang relevan berikutnya yaitu penelitian Hasan (2015)

yang berjudul “Analisis Aspek Sosologi Sastra Novel Mahamimi Anak

Negeri Karya Suyatna Pamungkas dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajarannya di SMA” menyimpulkan dengan menggunakan

pendekatan sosiologi sastra siswa mampu menentukan aspek sosial pada

novel Mahamimi Anak Negeri Karya Suyatna. Selain itu, skenario

pembelajaran yang digunakan Hasan (2015) metode Two-Stay-Two Stray.

Persamaan dengan penelitian penulis yaitu sama-sama menganalisis

kajian sosiologi sastra. Namun yang membedakan dengan penelitian ini

yaitu metode pembelajarannya. Hasan (2015) menggunakan metode Two-

Stay-Two Stray, sedangkan penelitian ini menggunakan metode kuantum.

Penelitian selanjutnya adalah penelitian Akbar dkk (2013) yang

berjudul “Kajian Sosiologi Sastra dan Nilai Pendidikan Dalam Novel Tuan
14

Guru Karya Salman Faris” menyimpulkan dengan menggunakan kajian

sosiologi sastra dapat menentukan latar belakang sosial dan nilai-nilai

pendidikan, seperti adat dan kepercayaan, agama, bahasa, suku, pekerjaan,

pendidikan, tempat tinggal, nilai pendidikan sosial, nilai pendidikan moral,

nilai pendidikan budaya, nilai pendidikan agama, nilai pendidikan ekonomi,

nilai pendidikan politik dan nilai pendidikan historis.

Persamaan dengan penelitian ini terdapat pada novel sebagai bahan

penelitian selain itu persamaan juga terdapat pada cara mengkaji yaitu

menggunakan aspek sosial. Perbedaan yang mendasar yaitu kajian yang

digunakan yaitu menggunakan kajian sosiologi perbedaannya yakni,

penelitian Akbar dkk (2013) menggunakan metode pembelajaran content

analysis atau analisis isi, sedangkan dalam penelitian ini metode

pembelajaran yang digunakan adalah metode kuantum. Objek penelitian

yang digunakan Akbar dkk (2013) adalah Novel Tuan Guru. Sementara itu,

objek penelitian ini adalah novel Rudy karya Gina S. Noer.

Hasil-hasil penelitian di atas merupakan suatu sumbangan pemikiran

yang sangat berharga bagi peneliti. Kebanggaan dan penghargaan yang

tinggi peneliti berikan padanya, namun di sisi lain peneliti belum

menemukan hasil penelitian yang mengkaji aspek sosiologi sastra dalam

novel Rudy karya Gina S. Noer.

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa penelitian ini bukanlah

penelitian baru. Penelitian ini bersifat melengkapi penelitian terdahulu


15

sehingga dapat melengkapi dan mendukung penelitian sejenis yang telah

dilakukan sebelumnya.

B. Kajian Teoretis

Kajian teoretis merupakan penjabaran kerangka teori yang memuat

beberapa kumpulan materi yang dipilih dari berbagai sumber untuk dijadikan

sebagai acuan pokok dalam membahas masalah yang diteliti. Kajian teori

dalam penelitian ini membahas mengenai struktur karya sastra, analisis

sosiologi, sosiologi sastra dalam novel, dan perencanaan pembelajaran sastra di

SMA.

Struktur karya sastra meliputi: tema, alur, tokoh dan penokohan, latar,

sudut pandang, dan amanat. Analisis sosiologi dalam novel Rudy karya Gina S.

Noer meliputi: kekerabatan, cinta kasih, moral, pendidikan, ekonomi, dan

religi. Pembelajaran sastra di SMA meliputi: pembelajaran sastra, tujuan

pembelajaran sastra, materi pembelajaran sastra, strategi pembelajaran sastra,

metode pembelajaran, dan sumber belajar.

1. Novel

Kata novel berasal dari bahasa Italia yaitu novella yang artinya

sebuah barang baru yang kecil, dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek

dalam bentuk prosa (Nurgiyantoro, 2013:11). Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia Novel adalah karangan prosa yang panjang yang mengundang

rangkaian cerita kehiduapan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan

menonjolkan watak dan setiap pelaku (Sugono dkk, 2013:989). Dapat

disimpulkan bahwa novel merupakan cerita fiksi yang mengangkat


16

permasalahan yang kompleks tentang kehidupan dan tersusun atas unsur

intrinsik dan ekstrinsik yang padu dan saling terkait dalam mengungkapkan

setiap jalinan peristiwa yang diceritakan.

2. Unsur Intrinsik Novel

Unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun

karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan suatu teks

hadir sebagai teks sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika

orang membaca karya sastra (Nurgiyantoro, 2013:30). Novel merupakan

bentuk prosa fiksi yang terbaru dalam sastra Indonesia, novel merupakan

pengungkapan dari fragmen kehidupan manusia dalam jangka yang lebih

panjang. Suatu karya sastra ilmiah agar dapat dipercaya dan dapat

dipertanggungjawabkan kredebilitasnya harus menggunakan dasar analisis

tertentu, yaitu secara teori yang logis dan masuk akal. Berikut ini akan

diuraikan unsur-unsur pembangunan prosa fiksi yang meliputi tema, alur

atau plot, tokoh dan penokohan, latar, dan sudut pandang.

a. Tema

Tema adalah inti dari sebuah cerita di dalam novel, semua cerita

yang dibangun berpusat dari satu tema, definisi yang disampaikan

memaknai tema sebagai makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Tema

cerita dapat dinyatakan secara eksplisit (jelas) dan implisit (simbolis).

Akan tetapi, tidak semudah itu menemukan tema cerita karena lebih

sering tema itu implisit (tersirat). Hanya dengan membaca cerita secara

keseluruhan kita dapat menemukan temanya. Tema yang implisit


17

membuat pembaca merasa penasaran untuk menemukan temanya. Tema

yang implisit membuat pembaca merasa penasaran untuk menemukan

tema dalam karya sastra tersebut sehingga memacu minat pembaca untuk

membaca cermat dan tekun untuk menemukan tema karya sastra tersebut.

Gaya penulisan tema yan implisit membuat karya sastra itu makin

mempunyai nilai keindahan sebagai sebuah karya sastra.

Nurgiyantoro (2013: 133) mengemukakan tema dapat digolongkan

menjadi dua, yaitu tema mayor dan minor. Tema mayor adalah makna

pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya itu.

Sementara itu, tema minor adalah makna pokok cerita tersirat dalam

sebagian besar, atau tidak dikatakan dalam keseluruhan, cerita, bukan

makna, yang hanya terdapat pada bagian-bagian tertentu cerita dapat

diidentifikasi sebagai makna bagian, makna tambahan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, tema merupakan makna

pokok sebuah karya sastra tidak disembunyikan justru hal inilah yang

ditawarkan kepada penikmat sastra. Namun, tema merupakan makna

keseluruhan yang didukung cerita dengan sendirinya ia akan tersembunyi

dibalik cerita yang mendukungnya.

b. Alur atau plot

Plot adalah jalinan cerita atau kerangka dari awal hingga akhir

yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh yang berlawanan.

Konflik tersebut terdiri dari beberapa tahap, yaitu pelukisan awal cerita,

pertikaian awal, klimaks atau titik puncak cerita, dan penyelesaian.


18

Alur atau plot adalah pengaturan peristiwa pembentuk cerita yang

menunjukan adanya hubungan kausalitas. Plot memang memiliki peran

penting dalam suatu cerita, fungsi plot adalah memberikan pengaturan

dalam proses membangun cerita. Waluyo (2008:21) (dalam Ginanjar,

2012:12) mendeskripsikan, plot memiliki fungsi yang membawa

pemahaman cerita secara rinci dan menyediakan tahap-tahap tertentu bagi

pengarang untuk melanjutkan cerita berikutnya.

Nurhayati (2012:12) mengemukakan bahwa alur atau plot adalah

pengaturan urutan peristiwa pembentuk cerita yang menunjukan adanya

hubungan kausalitas. Berdasarkan kriteria urutan waktu, Nurhayati (2012:

12-13) membedakan alur menjadi tiga yaitu.

1) Alur maju atau progresif dalam sebuah novel terjadi jika cerita

tersebut dimulai dari awal, tengah, dan akhir terjadinya peristiwa.

2) Alur mundur, regresif atau flash back terjadi jika dalam cerita tersebut

dimulai dari akhir cerita atau tengah cerita kemudian menuju awal

cerita.

3) Alur campuran yaitu gabungan alur maju dan mundur. Urutan waktu

yang dimaksud adalah waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang

diceritakan dalam sebuah karya fiksi yang bersangkutan.

Nurgiyantoro (2012:209-210) juga mengklasifikasikan tahapan

alur sebagai berikut.


19

1) Tahap penyituasian (situation) yang merupakan tahap pembuka cerita.

Tahap ini berisi pelukisan dan pengenalan situasi dan tokoh-tokoh

cerita.

2) Tahap pemuncuan konflik (generating circumtances) yang berisi

masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang memunculkan

terjadinya konflik. Konflik-konflik tersebut akan dikembangkan

menjadi konflik-konflik pada tahapan berikutnya.

3) Tahap peningkatan konflik (rising action) berisi konflk yang telah

dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang peristiwa

makan menegangkan.

4) Tahap klimaks (climax) yang berisi konflik atau pertentangan-

pertentangan yang terjadi, yang dilalui atau ditimpakan kepada tokoh

cerita mencapai titik puncak.

5) Tahap penyelesaian (denoument) yaitu konflik yang telah mencapai

klimaks mendapat penjelasan.

Di dalam alur terdapat unsur keindahan yang dikenal istilah

suspense (tegangan). Suspense atau tegangan berarti ketegangan cerita

yang dibuat pengarang untuk menimbulkan rasa ingin tahu yang sangat

besar dari pembaca cerita untuk mengetahui lanjutan cerita berikutnya.

Suspense dapat berupa surprise (kejutan). Kejutan yang diciptakan

pengarang harus membuat pembaca tidak dapat mengira bagaimana

rangkaian cerita terjadi (Ginanjar, 2012:15).


20

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

alur atau plot dalam sebuah karya sastra tersusun menjadi lima tahap,

tahap penyituasian, tahap peningkatan konflik, tahap klimaks, dan tahap

penyelesaian. Alur merupakan cerita yang berisi urutan kejadian, namun

tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang

satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.

c. Tokoh dan Penokohan

Tokoh dan penokohan merupakan salah satu unsur penting dalam

prosa. Istilah tokoh yang digunakan untuk menunjuk pada orangnya atau

pelaku cerita, sedangkan istilah penokohan digunakan untuk melukiskan

gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah

cerita. Penokohan berarti cara pandang pengarang menampilkan tokoh-

tokohnya, jenis-jenis tokohnya, hubungan tokoh dengan unsur cerita yang

lain, dan watak tokoh dalam itu sendiri (Ginanjar, 2012:15).

Ginanjar (2012:15) menjelaskan tokoh dan penokohan merupakan

salah satu unsur penting dalam prosa. Istilah tokoh digunakan untuk

menunjukan pada orangnya atau pelaku cerita. Istilah penokohan untuk

menujukan pada orangnya atau pelaku cerita. Istilah penokohan untuk

melukiskan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan

dalam sebuah cerita. Tokoh penokohan dibagi menjadi dua, yaitu Tokoh

utama merupakan tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel

yang bersangkutan. Sementara itu, tokoh tambahan adalah tokoh yang


21

tidak sentral kedudukannya dalam cerita tetapi kehadirannya sangat

diperlukan untuk mendukung tokoh utama.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat dijelaskan bahwa

tokoh merupakan pelaku yang mengemban peristiwa dalam suatu cerita

sehingga peristiwa itu mampu menjalin cerita, atau tokoh yaitu pelaku

dalam karya sastra. Tokoh dan penokohan merupakan salah satu unsur

penting dalam prosa. Tokoh digunakan untuk menunjukan para orangnya

atau pelaku cerita sedangkan penokohan untuk melukiskan gambaran

yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.

d. Latar atau setting

Latar atau setting yang disebut dengan landas lampu yang

mengaruh pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan

sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Kadang-

kadang dalam sebuah cerita ditemukan latar yang mempengaruhi

penokohan dan kadang membentuk suasana emosional tokoh cerita,

misalnya cuaca yang ada di lingkungan tokoh memberikan pengaruh

terhadap perasaan tokoh cerita tersebut (Ginanjar, 2012:17)

Setting atau tempat kejadian cerita sering pula disebut latar

cerita.Setting biasanya meliputi tiga dimensi yaitu tempat, ruang, dan

waktu. Setting tidak berdiri sendiri tetapi berhubungan dengan waktu dan

ruang. Setting waktu juga berarti apakah lakon terjadi di waktu siang,

pagi, sore, dan malam hari. Ruang merupakan unsur yang berkaitan

dengan latar. Ruang juga menyangkut tempat dan suasana.


22

Berdasarkan perannya, Nurgiyantoro (2012:314-322) memberikan

bahasa unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu: (1)

Latar tempat yang menyatakan lokasi terjadinya peristiwa yang

diceritakan dalam karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan dapat berupa

tempat-tempat dengan nama tertentu, dan lokasi tertentu tanpa nama

jelas; (2) Latar waktu yang berhubungan dengan masalah “kapan”

terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya

sastra, seperti: desa, sungai, jalan, hutan, dll; (3) Latar sosial merujuk

pada hal-hal yang berhubungan sengan perilaku kehidupan sosial

masyarakat disuatu tempt yang diceritakan dalam karya sastra, misalnya

kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara

berfikir dan bersikap. Selanjutnya, Sukirno (2016: 89) menambahkan

bahwa latar cerita terdiri atas latar tempat, latar waktu, latar situasi, dan

latar budaya. Latar tempat dapat berupa alam yang terbuka luas, di dalam

ruang yang luas, dan di ruang yang sempit. Latar waktu dapat

menunjukan pukul, pagi, siang, sore, malam, hari, pekan, bulan, tahun,

zaman. Adapun latar situasi berupa penceritaan situasi hujan, terang,

sibuk, tenang, marah, aman, rusuh, duka, suka, menyendiri, banyak,

orang, dan adat idtiadat masyarakat sekitar.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa latar atau setting adalah tempat terjadinya peristiwa dalam cerita

yang meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Penulis
23

sependapat sengan Nurgiantoro bahwa latar dibagi menjadi tiga unsur

pokok.

e. Sudut Pandang

Sudut pandang sebagai sarana untuk menyajikan dalam sebuah

karya fiksi kepada pembaca(Nurgiyantoro, 2013:338). Dengan demikian,

sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat, yang

secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan

cerita.

Usaha pembagian sudut pandang telah dilakukan oleh banyak

pakar sastra. Namun, pandangan para pakar tersebut pada dasarnya

memiliki pendapat yang sama berkisar pada posisi pengarang sebagai

orang pertama, orang ketiga, atau bahkan campuran. Stanton (dalam

Nurhayati 2012: 19) membagi sudut pandang menjadi empat tipe sebagai

berikut:

1) Aku sebagai tokoh utama, yaitu tokoh utama mengisahkan cerita

dalam kata-katanya sendiri.

2) Aku sebagai tokoh bawahan, yaitu tokoh bawaan yang mengisahkan

ceritanya.

3) Ia sebagai pencerita terbatas, yaitu pengarang mengacu semua tokoh

dalam bentuk orang ketiga (ia atau mereka), tetapi hanya

menceritakan apa yang dapat dilihat, didengar, atau dipikirkan oleh

seorang tokoh.
24

4) Ia sebagai pencerita tak terbatas, yaitu pengarang mengau pada setiap

tokoh dalam bentuk orang ketiga (ia atau mereka) dan menceritakan

apa yang didengar, dilihat, dan dipikirkan oleh beberapa tokoh

seakan-akan menceritakan peristiwa tanpa kehadiran tokoh.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa sudut pandang adalah titik pandang dari sudut mana cerita itu

dikisahkan. Pada cerita dengan sudut pandang, pengarang bertindak

sebagai pencipta segalanya.

f. Amanat

Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang

melalui cerita, baik tersirat maupun tersirat. Pengarang tidak semata-mata

menulis suatu cerita, tetapi juga menyampaikan pesan yang terkandung

dalam cerita itu. Ada dua cara menyampaikan amanat, yaitu secara

tersurat dan tersirat. Penyampaian amanat dalam cerita secara tersurat

atau implisit, yakni pengarang menuliskan pesan-pesan langsung tertulis

dalam cerita itu, biasanya pada bagian akhir cerita.

Adapun penyampaian amanat secara tersirat atau eksplisit.

Umumnya terdapat pada novel mutakhir karena untuk menghindari kesan

menasehati atau menggurui pembaca. Amanat tidak langsung tertulis

dalam cerita, tetapi dapat ditafsirkan dari percakapan tokoh, peristiwa

yang menimpa tokoh, atau akibat yang terjadi pada tokoh dalam akhir

cerita itu.
25

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa amanat

adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui ceritanya.

Amanat yang baik adalah amanat yang mengandung nilai-nilai positif

yang dapat diambil dalam sebuah cerita untuk dijadikan pedoman hidup.

3. Sosiologi Sastra

Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang

hubungan kemasyarakatan. Damono (1984:6) menjelaskan sosiologi adalah

telaah yang obyektif dan ilmiah tentang manusia dan masyarakat; telaah

tentang lembaga dan proses sosial. Sosiologi berusuran dengan manusia

dalam masyarakat: usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan usahanya

untuk mengubah masyarakat.

Pada hakikatnya sosiologi sastra mempunyai pemahaman terhadap

karya sastra dengan aspek-aspek kemasyarakatan sekaligus hubungannya

dengan masyarakat yang melatarbelakanginya. Faruk (2016:1) menjelaskan

aspek sosiologi dikatakan berhubungan dengan konsep stabilitas sosial,

kontinuitas yang terbentuk antar masyarakat yang berbeda, cara-cara yang

dengannya individu-individu menerima lembaga-lembaga sosial yang utama

sebagai suatu hal yang memang diperlukan dan benar.

Pendekatan terhadap karya sastra yang mempertimbangkan aspek-

aspek kemasyarakatan tentang sosial dan proses sosialnya disebut sosiologi

sastra. pendekatan jenis ini dikhususkan mempelajari masyarakat dan isinya.

Selain itu, pendekatan ini juga menjabarkan tentang bagaimana masyarakat

itu berkembang. Sebuah karya sastra diciptakan oleh pengarang bukan untuk
26

menjelaskan dan menggambarkan masyarakat secara utuh, tetapi sebagai

bahan acuhan terhadap keadaan masyarakat tertentu, disebabkan pengarang

lebih sering mempengaruhi pemilihan dan pemilihan fakta-fakta sosial

dalam karyanya sendiri.

Muslimin (2011:130) mengatakan sosiologi sastra merupakan

pendekatan yang bertolak dari orientasi kepada semesta, namun bisa juga

bertolak dari orientasi kepada pengarang dan pembaca. Menurut pendekatan

sosiologi sastra, karya sastra dilihat hubungannya dengan kenyataan, sejauh

mana karya sastra itu mencerminkan kenyataan. Kenyataan disini

mengandung arti yang cukup luas, yakni segala sesuatu yang berada di luar

karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

sosiologi sastra adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang lingkungan

masyarakat yang mengenai lembaga dan proses sosial. Sosiologi sastra

mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatan tentang sosial dan proses

sosialnya.

4. Aspek-aspek Sosiologi Sastra

Dalam penelitian ini, peneliti mengidentifikasi karya sastra yang

menekankan pada aspek-aspek sosial yang meliputi kekerabatan, cinta kasih,

moral, pendidikan, ekonomi dan religi. Adapun aspek-aspek sosial antara

lain:
27

a. Kekerabatan

Kekerabatan berasal dari kata kerabat yang artinya yang dekat

(pertalian keluarga). Kekerabatan merupakan unit-unit sosial yang

terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau

hubungan perkawinan (Sugono dkk, 2013: 673).

b. Cinta Kasih

Cinta kasih merupakan bentuk hubungan yang selaras dan tulus

dari hati manusia. Bentuk cinta kasih ada beberapa macam, yakni cinta

kasih orang tua kepada anak-anaknya dan begitu juga dengan

sebaliknya cinta kasih terhadap sesama, dan cinta kasih sepasang

manusia karena rasa asmara. Cinta adalah suatu kegiatan, dan bukan

merupakan pengaruh yang pasif. Kasih sayang adalah suatu kondisi

yang merupakan pertumbuhan lebih lanjut dari cinta. Cinta berarti (1)

sekali sekali, sayang benar; (2) kasih; (3) ingin sekali; berharap sekali;

berharap sekali; rindu; (4) susah hati (khawatir), (Sugono dkk, 2013:

268). Kasih adalah perasaan kasih sayang atau perasaan suka kepada

orang lain. Kasih adalah sayang, (cinta, suka kepada) (Sugono dkk,

2013: 631).

c. Moral

Moral adalah baik buruk yang diterima umum mengenai

perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti. (Sugono dkk, 2013:

929). Bermoral mempunyai pertimbangan baik buruk; berakhlak baik

sesuai dengan moral.


28

d. Pendidikan

Pendidikan merupakan saran untuk mengembangakan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bngsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang

bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pendidikan adalah proses akulturasi anggota masyarakat yang masih

muda oleh anggota-anggota masyarakat yang lebih tua. Pendidikan itu

bersifat sadar, internasional, dan dilakukan dengan sengaja. Pendidikan

masyarakat adalah pendidikan yang ditunjukan kepada orang dewasa

termasuk pemuda luar batas umur tertinggi kewajiban belajar, dan

dilakukan di luar lingkungan dan sistem pengajaran sekolah-sekolah

biasa (Sugono dkk, 2013:326).

e. Ekonomi

Ekonomi berarti ilmu tentang asas-asas produksi, distribusi, dan

pemakaian barang-barang serta keyakinan pemanfaatan uang, tenaga;

waktu dan sebagainya yang berharga, tata kehidupan perekonomian,

urusan keuangan rumah tangga (Sugono dkk, 2013: 355).

f. Religi

Religi adalah hal yang bersifat religius yang mengacu pikiran,

perkataan dan tindakan seseorang yang selalu berdasarkan pada nilai-

nilai ketuhanan atau ajaran agama yang dianutnya. Religi erat


29

hubungannya dengan keyakinan dan kepercayaan terhadap Tuhannya.

(Sugono dkk, 2013: 1159).

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di SMA

Pada dasarnya pembelajaran sastra di sekolah, khususnya di SMA

hendaknya melibatkan keaktifan siswa dalam menggali sastra. Dengan

adanya novel sebagai salah satu bentuk karya sastra, bisa dijadikan sebagai

salah satu bahan ajar di SMA. Novel sebagai bahan ajar di SMA, memiliki

kelebihan yaitu karya sastra (novel) tersebut cukup mudah dinikmati sesuai

dengan kemampuan setiap individu.

a. Pengertian Pembelajaran Sastra

Pembelajaran merupakan proses, cara, perbuatan menjadikan

orang atau makhluk hidup belajar. Proses belajar mengajar biasanya

dilakukan dengan fasilitas yang lengkap. Pembelajaran sastra

(Indonesia) di sekolah tidak berdiri sendiri sebagai sebuah mata

pelajaran yang mandiri, melainakn “hanya” menjadi bagian mata

pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Nurgiyantoro (2014:449)

menjelaskan sastra merupakan karya seni yang bermediakan bahasa

yang unsur-unsur keindahan menonjol. Untuk memahami sastra dengan

baik, disamping penguasaan terhadap kode bahasa, diperlukan juga

pengetahuan tentang kode sastra dan kode budaya.

Bahasa yang digunakan dalam sastra menunjukan ragam

tertentu. Rusyana (1984:312) bahasa sastra bersifat konotatif, bertalian


30

dengan nilai. Mengadung arti lengkap, mengandung hal-hal yang

bertalian dengan peristiwa, kenangan dan asosiasi.

Pembelajaran sastra disamping berbicara tentang sejarah dan

teori sastra, perlu diarahkan tentang pembinaan apresiasi sastra yang

mencakup adanya pemberian kesempatan untuk berkreasi dan mencoba

menciptakan karya sastra sendiri. Sastra dipelajari strukturnya, untuk

mengetahui lapisan-lapisan yang terdapat di dalamnya (Rusyana

1984:312).

Dari uraian di atas dapat di sampaikan bahwa pembelajaran

sastra adalah suatu aktifitas atau kegiatan yang mengorganisasikan

untuk menyusun dan menguji suatu rencana atau program yang

memungkinkan timbulnya proses belajar pada diri siswa.

b. Tujuan Pembelajaran Sastra

Rusyana (1984:314) menjelaskan tujuan pembelajaran sastra

untuk mengapresiasi nilai-nilai yang terkandung dalam sastra yaitu

pengenalan dan pemahaman yang tepat terhadap nilai sastra, dan

kegairahan kepadanya, serta kenikmatan yang timbul sebagai akibat

dari semua itu. Untuk memperoleh kenikmatan yang mendalam,

tentulah juga perlu pemahaman terhadap sastra, oleh karena itu

pengajaran sasta bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang

sastra.

Kejelasan tujuan pembelajaran sastra penting sebab akan

memberikan acuan bagi pemilihan bahan yang sesuai. Pembelajaran


31

sastra harus diarahkan kepada pembinaan apresiasi sastra peserta didik

agar anak memiliki kesanggupan untuk memahami, menikmati, dan

menghargai suatu cipta sastra. Selain itu, pembelajaran sastra diadakan

di sekolah mempunyai tujuan untuk keterampilan berbahasa,

meningkatkan pengetahuan, mengembangan cipta dan rasa, serta

menunjang pembentukan watak.

c. Fungsi Pembelajaran Sastra

Menurut Rahmanto (1988: 16-25), fungsi pembelajaran sastra

penting untuk membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan

kemampuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan daya

menunjang pembentukan watak.

1) Membantu Keterampilan Berbahasa

Membantu keterampilan berbahasa maksudnya adalah

sastra dapat sebagai penunjang empat keterampilan berbahasa yaitu

(1) menyimak, (2) berbicara, (3) membaca, (4) menulis. Dalam

pembelajaran sastra siswa dapat melatih keterampilan menyimak

dengan mendengarkan suatu karya yang dibacakan oleh guru,

teman, atau melalui pita rekaman. Siswa dapat melatih

keterampilan berbicara dengan ikut berperan dalam suatu drama.

Siswa juga dapat meningkatkan keterampilan membaca dengan

membacakan puisi atau prosa, siswa dapat mendeskripsikan dan

kemudian menuliskan hasil diskusinya sebagai latihan

keterampilan.
32

2) Meningkatkan kemampuan budaya

Sastra tidak seperti halnya ilmu kimia atau sejarah, tidak

menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam bentuk, jadi sastra

berkaitan erat dengan aspek manusia dan alam dengan

keseluruhannya. Setiap karya sastra selalu menghadirkan sesuatu

dan keraap menyajikan banyak hal apabila dikhayati benar-benar

akan semakin membantu pengetahuan orang yang menghayatinya.

Pengetahuan dalam hal ini mengandung suatu pengertian

yang luas. Dengan berbagai cara, kita dapat menguraikan dan

menyerap pengetahuan semacam itu dalam karya sastra sebagai

contoh, yaitu mengungkapkan fakta-fakta dari sumber lain untuk

memahami situasi dan problematika khusus yang dihadirkan

dalam, suatu karya sastra.

Sebenarnya yang terpenting dalam hal ini adalah bahwa

karya sastra dapat merangsang siswa untuk mengajukan

pernyataan-pernyataan yang relevan. Dengan demikian, mereka

diharapkan sampai pada pemahaman masalah yang sebenarnya,

baik dengan cara membaca suatu karya sastra maupun dengan cara

membaca penelitian.

3) Mengembangkan cipta dan karsa

Dalam hal pembelajaran sastra kecakapan yang perlu

dikembangkan adalah yang bersifat indra, penalaran, afektif dan

sosial, serta dapat ditambahkan bagi yang bersifat sosial.


33

a) Indra

Pembelajaran sastra dapat digunakan untuk

memperluas pengungkapan apa yang diterima oleh panca

indra seperti indra penglihatan, indra pendengaran, indra

pengecapan, dan indra peraba.

b) Penalaran

Proses berfikir logis banyak ditentukan oleh hal-hal

seperti ketetapan pengertian, ketetapan intepretasi kebahasaan,

klasifikasi, dan pengelompokan data, penentuan sebagai

pilihan, serta formulasi rangkaian tindakan yang tepat.

Pengajaran sastra juga meliputi kecakapan-kecakapan pilihan

seperti dugaan, kebiasaan, tradisi, dorongan dan sebagainya.

c) Perasaan

Perasaan jelas merupakan suatu elemen yang sangat

rumit dalam tingkah laku manusia. Sehubungan dengan

perasaan, dapat ditegaskan bahwa sastra dapat menghadirkan

berbagai problem atau situasi yang merangsang tanggapan

perasaan atau tanggapan emosional.

d) Kesadaran sosial

Sastra merupakan pengayaan tidak ternilai untuk

menunjang kesadaran sosial ini. Para penulis kreatif biasanya

memiliki daya imajinasi dan kesanggupan yang luar biasa


34

untuk mengidentifikasikan dirinya dengan orang lain dan

menerobos suatu masalah serta mengenali intinya.

4) Menunjang pembentukan watak

Sastra mempunyai kemungkinan yang lebih banyak untuk

mengatur siswa mengenal seluruh rangkaian kemungkinan hidup

manusia seperti, pendidikan, cinta kasih, ekonomi, kekerabatan.

Dengan pembelajaran sastra, siswa dipertemukan dengan berbagai

kesempatan untuk menelusuri pengalaman-pengalaman yang terus

mengalir. Pengalaman itu merupakan baik bagi kehidupan siswa di

masa mendatang.

d. Pemilihan bahan pembelajaran sastra

Bahan pembelajaran sastra dapat dibedakan ke dalam dua

golongan, yaitu bahan apresiasi langsung dan apresiasi tidak langsung.

Nurgiyantoro (2014: 452-453) menjelaskan bahan pengetahuan

apresiasi tentang sastra memang penting. Namun, kedudukannya yang

hanya untuk membantu keberhasilan pembelajaran apresiasi, capaian

kompetensi bersastra, maka ia harus dibatasi dan tidak diutamakan

sehingga menggeser kedudukan pembelajaran apresiasi yang bersifat

langsung.

Dalam pembelajaran apresiasi sastra siswa dibimbing untuk

membaca dan memahami, mengenali berbagai unsurnya yang khas,

menunjukan kaitan diantara berbagai unsur, menunjukan keindahan,

menunjukan berbagai pengalaman dan pengetahuan yang dapat


35

diperoleh. Bahan pembelajaran yang akan disajiakan kepada siswa

haruslah sesuai dengan kemampuan siswanya yang berdasarkan pada

tahapan pembelajaran tertentu. Guru harus dapat memilki bahan ajar

yang tepat sesuai dengan perkembangan siswa.

e. Pembelajaran Novel Rudy karya Gina S. Noer di Kelas XII SMA

Berdasarkan Kurikulum 2013 mata pelajaran bahasa dan sastra

Indonesia, pembelajaran sastra di kelas XII SMA antara lain:

kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pembelajaran, alokasi waktu,

dan sumber belajar.

1) Kompetensi Inti

Kompetensi inti dalam penelitian ini adalah memahami,

menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin

tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan

humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan

peradaban terkait penyebab fenomena kejadian, serta menerapkan

pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai

dengan bakat dan minat untuk memecahkan masalah;

2) Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar dalam penelitian ini adalah menganalisis

teks cerita sejarah, berita iklan, editorial/opini, dan cerita fiksi

dalam film baik melalui lisan atau tulisan;


36

3) Indikator

Indikator merupakan kompetensi dasar secara sepesifik

yang dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui ketercapaian

pembelajaran. Indikator berfungsi sebagai tanda-tanda yang

menunjukan terjadinya perubahan sikap siswa. Indikator secara

pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

a) Menjelaskan unsur intrinsik dalam novel;

b) Menjelaskan hubungan peran tokoh dalam novel;

c) Menjelaskan rencana pelaksanaan pembelajaran.

4) Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran berisi penugasan kompetensi yang

operasional yang ditargetkan/dicapai dalam rencana pelaksanaan

pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk

pernyataan yang operasional dari kompetensi dasar. Apabila

rumusan kompetensi dasar sudah operasional, rumusan tersebut

yang dijadikan dasar dalam merumuskan tujuan pembelajaran.

Tujuan pembelajaran dapat terjadi atas sebuah tujuan atau beberapa

tujuan.

5) Mareri Pembelajaran

Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk

mencapai tujuan pembelajaran dan indikator. Materi dikutip dari

materi pokok yang ada dalam silabus. Materi pokok tersebut


37

kemudian dikembangkan menjadi beberapa uraian materi. Untuk

memudahkan penetapan uraian materi dapat diacu diindikator.

6) Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang

telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan

dengan situasi dan konisi peserta didik, serta karakteristik dari

setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap

mata pelajaran.

Di dalam memilih metode pembelajaran guru yang

bersangkutan dapat memilih metode yang baik, tepat, sesuai,

dengan tujuan, bahan, dan keadaan siswa. Untuk menghindari agar

siswa tidak jenuh dalam menerima pelajaran, guru dalam mengajar

mengguanakan metode yang beragam secara maksimal.

Metode kuantum adalah kiat-kiat, petunjuk, metode, dan

seluruh proses yang dapat menghemat waktu untuk mempercepat

dan mengoptimalkan hasil belajar yang menyenangkan dan

bermanfaat serta sebagai obat penawar yang menghidupkan dan

memperkuat kembali kegembiraan dan kecintaan belajar.

(DePorter dan Hernacki dalam Sukirno, 2013:9)

Jadi, metode kuantum adalah pembelajaran sastra

khususnya novel terlaksana dengan langkah yang merupakan


38

pokok pembelajaran yang memuat aktivitas menimbulkan

pemahaman minat siswa, memahami secara langsung melalui

kagiatan menamai hasil kerja berdasarkan masukan teman

kelompok dan saran serta catatan dari guru, dan menyerahkan hasil

kerja dalam bentuk lomba.

7) Alokasi Waktu

Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar

didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata

pelajaran per-minggu dengan mempertimbangkan jumlah

kompetensi dasar, keluasa, kedalaman, tingkat kesulitan, dan

tingkat kepentingan kompetensi dasar.

8) Sumber Belajar

Sumber belajar adalah berbagai atau semua sumber baik

yang berupa data, orang dan wujud tertentu yang digunakan oleh

siswa dalam belajar baik secara terpisah maupun terkombinasi

sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar.

Sumber belajar yang bisa dijadikan acuan pembelajaran

dapat berupa: buku pelajaran yang wajib, buku yang sesuai, kamus,

media cetak (surat kabar, majalah), media elektronik (radio, kaset,

tv), lingkungan (alam, sosial budaya), narasumber langsung,

pengalaman peserta didik, dan hasil karya sastra (puisi, cerpen,

naskah drama, novel, dll).


BAB III

METODE PENELITIAN

Arikunto (2010: 203) menjelaskan bahwa metode penelitian adalah cara

teratur yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Penelitian

ini menggunakan metode deskriptif kualitataif karena peneliti menggunakan kata-

kata bukan angka.

Di bawah ini dipaparkan sumber penelitian, objek penelitian, teknik

pengumpulan data, instrument, teknik analisis dan teknik penyajian data.

A. Sumber Data

Sumber data penelitian adalah subjek dari mana data itu diperoleh

(Arikunto, 2010: 172). Sumber data adalah subjek yang dijadikan bahan dalam

penelitian karena dari bahan tersebut dapat diperoleh bahan penelitian.

Sumber data dalam penelitian ini berupa novel Rudy karya Gina S. Noer,

diterbitkan oleh Bentang dan THC Mandiri di Yogyakarta.Cetakan keenam

pada bulan Juli 2016 dengan tebal 298 halaman.

B. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah apa saja yang menjadi titik perhatian suatu

penelitian (Arikunto, 2010: 161). Objek dalam penelitian ini adalah aspek

sosiologi sastra yang terdapat dalam novel Rudy karya Gina S. Noer, terdiri

atas kekerabatan, cinta kasih, moral, pendidikan, ekonomi, dan religi.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitin adalah batasan masalah penelitian kualitatif yang berisi

pokok masalah yang masih bersifat umum (Sugiyono, 2015:285-285).

39
40

Penelitian ini difokuskan pada aspek-aspek sosiologi sastra novel Rudy karya

Gina S. Noer yang meliputi unsur intrinsik yang terdiri atas tema, alur atau

plot, tokoh dan penokohan, latar atau setting, sudut pandang, amanat. Aspek

sosiologi sastra dalam novel yang meliputi kekerabatan, cinta kasih, moral,

pendidikan, ekonomi, religi, dan rencana pelaksanaan pembelajaran di kelas

XII SMA.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

pustaka. Teknik pustaka adalah teknik pengumpulan data dengan

menggunakan sumber-sumber tertulis.

Langkah-langkah yang digunakan dalam pengumpulan data adalah

sebagai berikut.

1. Membaca novel Rudy karya Gina S. Noer;

2. Menandai keseluruhan novel yang mengandung unsur intrinsik dan aspek

sosiologi sastra dalam novel Rudy karya Gina S. Noer;

3. Mencatat data-data yang diperoleh sesuai dengan objek kajian ke dalam

kartu pencatat data.

E. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya

lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap serta sistematis sehingga lebih
41

mudah diolah (Arikunto, 2010:203). Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah peneliti sebagai unsur utama yang dibantu dengan alat

tulis kertas percatat data dan alat tulisnya. Kertas pencatat data dipergunakan

untuk mencatat data hasil dari pembacaan novel. Berikut ini disajikan kartu

pencatat data sebagai berikut.

Tabel 3.1
Kartu Pencatat Data Unsur Intrinsik Novel Rudy Karya Gina. S Noer

No. Unsur Intrinsik Data Halaman


1. Tema
2. Alur atau plot
3. Tokoh dan penokohan
4. Latar atau setting
5. Sudut pandang
6. Amanat

Tabel 3.2
Kartu Pencatat Data Aspek Sosiologi Novel Rudy Karya Gina. S Noer

No. Aspek Sosiologi Data Halaman


1. Aspek kekerabatan
2. Aspek cinta kasih
3. Aspek moral
4. Aspek pendidikan
5. Aspek ekonomi
6. Aspek religi

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan

bahan-bahan lain sehingga dapat dengan mudah dipahami dan semuanya dapat

diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2015;134). Penelitian ini

merupakan penelitian yang bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

analisis isi (content analysis). Teknik analisis isi (content analysis) adalah
42

strategi untuk mengungkap pesan karya sastra (Endraswara, 2013: 161). Data

yang digunakan dalam penelitian ini berupa kutipan-kutipan yang berasal dari

sumber data. Berdasarkan hal tersebut, langkah-langkah yang ditempuh dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. menganalisis data unsur intrinsik novel Rudy karya Gina S. Noer;

2. menganalisis aspek sosiologi sastra yang terdapat dalam novel Rudy karya

Gina S. Noer;

3. menganalisis rencana pelaksanaan pembelajaran;

4. mencatat hasil analisis data ke dalam kartu pencatatnya.

G. Teknik Penyajian Hasil Penelitian

Sudaryanto (2015: 240-241) menyatakan teknik penyajian data ada dua

teknik, yaitu penyajian data yang bersifat informal dan penyajian data yang

bersifat formal. Penyajian data informal adalah perumusan dengan kata-kata

biasa, walaupun dengan termonologi yang teknis sifatnya, sedangkan

penyajian data formal adalah perumusan dengan apa yang umum dikenal

sebagai tanda dan lambang-lambang menggunakan teknik analisis isi (content

analysis). Dengan penyajian analisis informal, penulis menyajikan hasil

analisis yang berupa aspek-aspek sosial novel Rudy karya Gina S. Noer yang

meliputi aspek kekerabatan, cinta kasih, moral, pendidikan, ekonomi, religi

dan rencana pelaksanaannya di kelas XII SMA, dipaparkan dengan kata-kata

biasa tanpa menggunakan lambang dan bilangan.


BAB IV
PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA

Bab ini berisis penyajian data dan pembahasan data yang meliputi unsur intrinsic,

aspek sosiologi sastra dan rencana pelaksanaan pembelajaran novel Rudy karya

Gina S. Noer.

A. Penyajian Data

Penyajian data yang terdapat dalam penelitian ini merupakan gambaran

tentang masalah-masalah yang akan dibahas dalam pembahasan data. Adapun

data penelitian berupa unsur-unsur intrinsik, aspek sosiologi sastra, rencana

pelaksanaanpembelajaran novel Rudy karya Gina S. Noer di SMA.

1. Unsur Intrinsik Novel Rudy Karya Gina S. Noer

Unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Rudy Karya Gina S.

Noer meliputi tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, dan amanat yang

disampaikan kepada pembaca. Data selengkapnya dapat dilihat dari Tabel

4.1 berikut ini.

Tabel 4.1
Unsur Intrinsik dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer

No. Unsur Intrinsik Data Halaman


1. Tema
a. Mayor Perjuangan laki-laki 194-195,
171-172
b. Minor 1) Masalah pindah-pindah sekolah 79
2) Masalah keuangan keluarga 131
3) Masalah Indonesia mengalami krisis 177-178
4) Masalah mengalami penyakit serius 200
2. Alur Campuran

43
44

Keluarga Rudy mengungsi 44, 45


a. Tahap
Penyituasian
1) Papi meninggal dunia 65
b. Tahap 2) Rudy dikirim ke Jakarta 69
Pemunculan
Konflik
1) Rudy menyembunyikan kesulitan 155
c. Tahap keuangan
Peningkatan 2) Seminar Pembangunan tidak dibiayai 188
Konflik sepeserpun
Rudy sakit parah dan sempat meninggal 199, 200,
d. Tahap dunia di Jerman 203
Klimaks
Rudy menikah dengan Ainun 253
e. Tahap
Penyelesaian
3. Tokoh dan
Penokohan
a. Tokoh Rudy: Keras kepala 101, 127
Utama
b. Tokoh 1) Mami: Keras kepala dan penyayang 69
Tambahan 2) Papi: Bijaksana dan penyayang 49
3) Junus Efendi Habibie: Keras kepala dan 48, 49
penyayang
4) Paul Pascol: Ingin tahu 22
5) Sri Redjeki Chasanah: Penurut dan 86-87,
bertanggung jawab 163
6) Lim Keng Kie: Baik dan perduli 131, 163
7) Paman Subarjo: Baik hati 76, 77
8) Kepala Sekolah SMA Kristen: Tegas 79-80
9) Koo Tiang Hui: Jahil 89
10) Pegawai P & K: Tegas dan baik hati 101
11) Ainun: Kritis 240
12) Mohammad Besari: Perhatian 252
13) Ibu Wirtin: Perduli dan penyayang 180
14) Prof. Hans Ebner: Tegas 196
15) Ilona: Baik hati 205
16) Romo Mangun: Berwibawa 219
17) Arils F. Reksoprodjo: Blak-blakan 245
4. Latar

a. Latar 1) Bandar Udara Kemayoran 102


45

Tempat 2) Pantai Lumpue 13


3) Ruang Makan 18
4) Kamar 19-20,
75,106,
25
5) Tanjung Priok 75
6) Sekolah 21
7) Teras 26
8) Bandar Udara Kairo, Mesir 32
9) Gorontalo 54, 55
10) Teteaji 44
11) Lanrae 45, 46
12) Sungai 48
13) Depan Rumah 48
14) Mata Air 49
15) Kapal 53, 55,
70, 71
16) Pelabuhan Makasar 70
17) Jakarta 77
18) Ruang Tamu 77
19) Bandung 78
20) ITB 95, 98,
100
21) Hotel Amstel 106
22) Jerman 107, 118,
155, 108
23) RWTH-Aachen 117, 108,
116, 125
24) Mensa Academia 125
25) Gereja 130
26) Bungker 136
27) Ruang Kampus 145
28) Rumah Sakit Krotzingen 204
29) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo 242
b. Latar Waktu 1) Pagi Hari 83, 97,
139, 158,
163, 199,
204, 251
2) Siang Hari 31, 204,
216-217
3) Sore Hari 13, 64,
70, 86,
135, 172,
242
46

4) Malam Hari 35, 96,


106, 125,
199, 200,
237, 238,
239, 242
c. Latar 1) Kebahagiaan 49,253
Suasana 2) Kesedihan 199, 200
3) Kecemasan 28
4) Kemarahan 217
5) Menegangkan 28, 43-44
6) Penuh Keributan 217, 187
5. Sudut Pandang Sudut pandang orang ketiga 70

6. Amanat a) Jangan pernah menilai orang lain dari 120


sisi luarnya saja.
b) Jangan pernah mengeluh meski sedang 156
menghadapi kesulitan.
c) Jangan mudah putus asa dalam 122
menggapai cita-cita.

2. Aspek Sosiologi Sastra Novel Rudy Karya Gina S. Noer

Aspek sosiologi sastra yang terdapat pada novel Rudy Karya Gina S.

Noer meliputi aspek kekerabatan, aspek cinta kasih, aspek moral, aspek

pendidikan, aspek ekonomi dan aspek religi. Data selengkapnya dapat

dilihat dari Tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2
Aspek Sosiologi dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer

Aspek Sosiologi
No. Data Halaman
Sastra

1. Aspek a) Mami dengan Rudy 33, 207


Kekerabatan b) Papi dengan Rudy 19, 49
c) Rudy dengan Sri 86-87
d) Rudy dengan Ainun 253
2. Aspek Cinta a) Cinta kasih terhadap keluarga 33,49,20,
Kasih 86-87
47

b) Cinta kasih terhadap teman 22,131, 150,


253
3. Aspek Moral a) Bersyukur 29
b) Silaturahmi 84
c) Penurut 120
d) Keras kepala 127
e) Menghormati 168
4. Aspek a) Sekolah di Concordante HBS 69
Pendidikan
b) Kuliah di Universitas Indonesia 95
c) Melanjutkan studi S-2 171
d) Melanjutkan studi S-3 208
5. Aspek Ekonomi a) Perekonomian keluarga tidak sebaik 68
dulu
b) Di Aachen menjadi bagian kelas 117
bawah
c) Menyelesaikan kuliah secepatnya di 127
tengah keuanggan sering telat
d) Berbisnis 157
e) Menggadaikan perhiasan 162
6. Aspek Religi a) Mengaji 17
b) Belajar mengaji 32
c) Shalat 64,129,130,
158, 218
d) Berpegang pada doa 71
e) Berdoa 125,129-130
f) Cara mendidik anak menurut 240
pandangan islam

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Novel Rudy Karya Gina S. Noer di

SMA

Dalam rencana pelaksanaan pembelajaran sastra di sekolah khususnya

kelas XII SMA dipilih novel sebagai bahan pembelajaran. Rencana

pelaksanaan pembelajaran sosiologi sastra novel disusun oleh penulis

disajikan dalam tabel di bawah ini.


48

Tabel 4.3
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sosiologi Sastra Novel Rudy Karya
Gina S. Noer di Kelas XII SMA

No. Komponen Data

a. Komonen Inti Aspek sosiologi sastra pada novel


b. Kompetensi Pembelajaran unsur intrinsik dan sosiologi sastra pada
Dasar novel Rudy Karya Gina S. Noer
c. Indikator 1) Siswa mampu menganalisis unsur intrinsik novel
Rudy Karya Gina S. Noer
2) Siswa mampu menganalisis aspek sosiologi sastra
novel Rudy Karya Gina S. Noer
d. Tujuan 1) Siswa dapat menganalisis unsur intrinsik novel Rudy
Pembelajaran Karya Gina S. Noer
2) Siswa dapat menganalisis aspek sosiologi sastra novel
Rudy Karya Gina S. Noer
e. Alokasi Waktu 4 x 45 menit (2x pertemuan)
f. Materi Pembelajaran unsur intrinsik dan aspek sosiologi sastra
Pembelajaran novel Rudy Karya Gina S. Noer
g. Metode Quantum learning menggunakan enam langkah pokok
Pembelajaran TANDUR, yaitu: tumbuhkan, alami, namai,
demonstrasikan, ulangi, dan rayakan
h. Sumber Belajar 1) Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas XII
2) Buku Pelengkap (penunjang) novel
i. Langkah Pertemuan I
Pembelajaran 1) Kegiatan Awal
a) Guru membuka pelajaran dengan salam
b) Guru mengecek kehadiran siswa (absensi)
c) Guru memotivasi siswa tentang pentingnya materi
yang akan dibahas
d) Guru menyampaikan kompetensi dasar dan
indikator pencapaian yang harus dikuasai
e) Guru bertanya kepada siswa mengetahui
gambaran umum novel
2) Kegiatan Inti
Fase “Tumbuhkan”
a) Guru menampilkan profil Gina S. Noer dan
karya-karyanya dengan menggunakan audio-
visual
b) Guru menumbuhkan minat siswa dengan cara
menjelaskan manfaat pembelajaran novel bagi
kehidupan siswa
c) Guru mempresentasikan materi dengan media
powerpoint mengenai unsur intrinsik novel dan
49

ragam aspek sosiologi


d) Siswa mengamati contoh penggalan novel yang
mengandung aspek sosiologi
Fase “Alami”
a) Siswa membentuk kelompok
b) Setiap kelompok dibagikan sinopsis dan diminta
untuk membacanya
c) Siswa beserta guru merencanakan berbagai
prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan
berdasarkan topik, yaitu menentukan unsur
intrinsik yang terdapat dalam novel, dengan
memberikan kutipan yang menunjukan unsur
intrinsik
Fase “Namai”
Setiap kelompok menyajiakn presentasi yang
menarik sehingga, semua kelompok mengetahui
macam-macam unsur intrinsik yang terdapat dalam
kumpulan novel yang telah dianalisis
3) Kegiatan Akhir
a) Siswa dan guru menyimpulkan hasil
pembelajaran yang telah berlangsung
b) Semua kelompok mengumpulkan hasil
investigasi kelompoknya
c) Guru memotivasi siswa untuk meneladani
karakter positif yang terdapat di dalam novel
Rudy Karya Gina S. Noer
d) Guru memberikan tugas rumah kepada siswa
untuk menganalisis aspek sosiologi sastra di
rumah
e) Guru mengucapkan salam penutup
Pertemuan II
1) Kegiatan Awal
a) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa
mengenai materi yang telah dibahas pada
pertemuan sebelumnya
b) Guru menyampaikan refleksi mengenai
kekurangan yang masih ditemukan di dalam
hasil pembelajaran sebelumnya
2) Kegiatan Inti
Fase “Demonstrasi”
Setiap siswa diminta untuk mengemukakan pendapat
hasil pekerjaan rumahnya berupa analisis aspek
sosiologi sastra novel Rudy Karya Gina S. Noer
Fase “Ulangi”
Siswa memperbaiki analisisnya sesuai dengan saran
50

yang diberikan oleh temannya


Fase “Rayakan”
Siswa yang memperoleh nilai tertinggi memiliki
kesempatan untuk membacakan hasil analisisnya di
depan kelas dan analisis tersebut dapat dipajang di
dinding kelas
3) Kegiatan Akhir
a) Guru menyampaikan simpulan pembelajaran
b) Guru memberikan pesan kepada siswa agar
meneladani sikap tokoh yang memiliki akhlak
mulia yang ada dalam novel Rudy Karya Gina S.
Noer
j. Media
1) Media Elektronik (LCD dan Leptop)
Pembelajaran 2) Buku-buku yang relevan dengan materi pembelajaran
3) Kamus Bahasa Indonesia
4) Program Powerpoint
k. Evaluasi 1) Teknik penilaian dalam pembelajaran ini
menggunakan teknik tes tertulis
2) Bentuk tes dalam pembelajaran ini menggunakan tes
tertulis berupa uraian dengan tes esai berupa uraian

B. Pembahasan Data

Dalam pembahasan penulis membagi menjadi 3 sub bab, yakni (1)

unsur intrinsik novel Rudy Karya Gina S. Noer; (2) aspek sosiologi sastra

novel Rudy Karya Gina S. Noer; (3) rencana pelaksanaan pembelajaran di

SMA.

1. Unsur Intrinsik dalam Novel Rudy Karya Gina S. Noer

Unsur intrinsik yang peneliti analisis dalam novel Rudy Karya

Gina S. Noer antara lain meliputi tema, alur, tokoh dan penokohan, latar,

sudut pandang, dan amanat. Pada bagian ini disajikan analisis unsur

intrinsik novel Rudy Karya Gina S. Noer sebagai berikut.


51

a. Tema

Tema merupakan makna keseluruhan yang didukung cerita

dengan sendirinya ia akan tersembunyi dibalik cerita yang

mendukungnya. Penulis memaparkan tema dalam novel Rudy Karya

Gina S. Noer yaitu tema mayor dan minor.

1) Tema Mayor

Tema mayor merupakan makna cerita dalam karya fiksi yang

menjadi dasar atau gagasan umum karya itu, mungkin dapat lebih

dari satu interpretasi. Tema mayor yang terdapat dalam novel Rudy

Karya Gina S. Noer, yang menjadi masalah utama adalah masalah

perjuangan laki-laki. Dia adalah Rudy, ia adalah seseorang yang

akan memajukan Indonesia.

“Anda mau terus mengadakan proyek dengan Indonesia, kan,


Pak?”
“Iya, tetapi ada hubungannya dengan kamu?”
“Saya masa depan Indonesia.”
“Kenapa kamu yakin?”
“Karena saya muda dan anak muda adalah masa depan. Cikal
bakal masa depan dan kalau kamu bantu saya Insya Allah
dunia itu tidak buta dan tuli, kita tidak akan lupakan.”
(Halaman: 194-195)

Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan tokoh Rudy

menegaskan bahwa ia merupakan masa depan Indonesia, karena ia

anak muda dan anak muda merupakan masa depan. Cikal bakal masa

depan Indonesia. Selain itu, Rudy juga memiliki cita-cita agar dapat

berguna bagi Indonesia. Hal tersebut digambarkan dalam kutipan

berikut.
52

“Kalau kamu pikir keadaan bangsamu fluktiaktif, sedangkan


kamu ingin membuat pesawat, mengapa kamu tak terus
menetap di sini saja? Kau bisa melakukan apa saja di sini,
Rud.”
“Ya, tak bisa begitu, dong! Aku harus kembali ke Indonesia,”
Rudy langsung memelotot.
“Lho, kenapa? Kan, kamu cerita kalau kamu tak terikat
beasiswa dengan pemerintah,” balas kawan Jermannya.
“Tetapi, aku mau jadi‟mata air‟. Jadi orang yang berguna.”
“Memang kau tak akan berguna di sini? Tanya dia lagi.
Rudy menggelang. “Berguna untuk Indonesia. Bukan untuk
Jerman.” (Halaman:171-172)

Berdasarkan kutipan di atas, pengarang menggambarkan

bahwa Rudy sedang bercerita dengan teman Jermannya. Ia hanya

ingin berguna dan memajukan Indonesia, bukan untuk Jerman.

2) Tema Minor

Tema minor adalah tema tambahan yang terdapat dalam

novel sebagai pelengkap dari tema mayor. Dalam novel Rudy Karya

Gina S. Noer ada beberapa tema minor atau masalah-masalah

sebagai pelengkap atau tambahan dalam cerita mayor, antara lain

sebagai berikut.

a) Masalahberpindah-pindah sekolah

Pada novel Rudy karya Gina S. Noer permasalahan yang

dialami Rudy adalah berpindah-pindah sekolah. Hal tersebut

dapat dilihat dalam kutipan berikut.

“Sayangnya, kenyamanan ini tak berlangsung lama.


Ternyata sekolah internasional di Bandung juga akan
ditutup. Sehingga, saat tiba di Bandung, Rudi harus
menerima fakta bahwa semua siswa Christelijk Lyceum
Bandung, termasuk anak-anak Syamsudin, sedang
beramai-ramai pindah ke SMP dan SMA peralihan di Jalan
Dago 81. Sekolah peralihan itu diselenggarakan oleh
53

Yayasan Kristen Protestan, karena itu namanya SMA


Kristen. Ini murni keputusan Rudy sendiri. Dia bilang ke
Paman Syamsudin dan kepala sekolah kalau Maminya
sudah mengizinkan dia pindah sekolah.” (Halaman:79)

Pada kutipan di atas, pengarang menjelaskan bahwa Rudy

harus berpindah sekolah kembali, karena sekolah internsional di

Bandung juga akan ditutup. Dia mengatakan ke paman

Syamsyudin dan kepala sekolah jika sudah mendapatkan izin

oleh Mami untuk bersekolah di sekolah peralihan.

b) Masalah keuangan keluarga

Permasalahan yang dialami keluarga Rudy adalah setelah

di tinggal oleh Papi, kini keuangan keluarga Rudy tidak setabil.

Hal tersebut mempengaruhi keungan Rudy di Jerman. Hal

tersebut bisa dilihat dalam kutipan berikut.

“Awalnya Keng Kie selalu curiga karena Rudy selalu


puasa bila diajak makan di Mensa.
“Aku puasa Senin-Kamis, Keng Kie!” kata Rudy.
“Ah, sekarang kan Rabu,” jawab Keng Kie.
Rudy tertawa, “Du muss mir fasten, es ist gut fur dich!
„kau harus ikut puasa denganku, itu baik untukmu!”
Akan tetapi, saat didesak oleh Keng Kie, Rudy mengaku,
dia tak punya uang sama sekali. Makannya selama ini
adalah apel jatuh atau apel tak dimakan kuda yang dia
temukan pada saat berjalan melewati istal kuda menuju
kampus. Keng Kie tak tega. Dia memaksa Rudy untuk
meminjam uangnya. Rudy menolak, tatapi untuk urusan
membantu kawan, Keng Kie lebih keras kepala.”
(Halaman:131)

Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan Lim

Keng Kie mendesak Rudy, mengapa ia mengaku puasa setiap

kali diajak ke Mensa olehnya. Akhirnya, Rudy mengaku kepada


54

Lim Keng Kie, bahwa ia kini sudah tidak memiliki uang sama

sekali, selama ini ia hanya makan apel yang jatuh atau apel yang

tidak dimakan oleh kuda. Lim Keng Kie memaksa Rudy agar

mau meminjam uangnya untuk makan, dengan keras kepala

Rudy menolak. Namun, jika urusan menolong temannya Lim

Keng Kie akan lebih keras kepala.

c) Masalah Indonesia mengalami krisis

Pada novel Rudy karya Gina S. Noer permasalahan yang

dialami adalah Indonesia mengalami masa krisis inflasi. Para

mahasiswa mengalami dampak dari krisis tersebut. Peristiwa

bersebut dapat dilihat pada kutipan ini.

“Memasuki 1957, krisis ekonomi serta politik di Indonesia


tak kunjung membaik. Rudy adalah salah seorang korban
dalam krisis ini. Pada saat itu, Rudy sudah memasuki masa
akhir studi S-1-nya. (Halaman:177-178)

Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan

Indonesia sedang mengalami krisis akibat inflasi. Anak bangsa

yang berkuliah di Jerman menjadi korban akibat krisis tersebut,

salah satunya adalah Rudy.

d) Masalah mengalami penyakit serius

Pada novel Rudy karya Gina S. Noer permasalahan yang

dialami ketika dokter harus membelah betis kaki Rudy untuk

mengetahui penyakitnya. Peristiwa tersebut dapat dilihat dari

kutipan ini.
55

“Akan tetapi, pada saat teman-teman Rudy sedang


merayakan keberhasilan mereka, Rudy sedang meregang
nyawa di rumah sakit. Dokter-dokter telah menemukan
sumber penyakit Rudy, yaitu TBC Tulang. Namun, untuk
menemukan sumber penyakitnya, mereka harus membelah
betis kaki kiri Rudy. Luka itu mengalami infeksi dan
bakterinya sampai jantung sehingga ada selaput jantung
yang bengkak.” (Halaman:200)

Dalam kutipan di atas, pengarang menjelaskan bahwa

Rudy terkena penyakit TBC Tulang. Dokter mengetahui penyakit

Rudy setelah membelah betis kakinya. Saat teman-teman Rudy

sedang merayakan keberhasilan seminar, justru Rudy sedang

meregang nyawa di rumah sakit.

b. Alur

Alur merupakan cerita yang berisi urutan kejadian. Namun setiap

kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu

disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Alur yang

terdapat dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer merupakan alur

campuran. Sesuai dengan alur yang terdapat dalam novel Rudy Karya

Gina S. Noer terdapat berbagai tahapan peristiwa sebagai berikut.

1) Tahap Penyituasian (Situation)

Tahapan penyituasian ini menceritakan tentang awal cerita

novel Rudy menggambarkan masalah keadaan Keluarga Rudy harus

mengungsi karena seringnya pengeboman di Parepare.

“Karena makin seringnya pengeboman, Alwi Habibi


memutuskan bahwa keluarganya mau tak mau harus ikut
mengungsi ke sebuah desa, di Teteaji pada 1942. Teteaji
terletak di wilayah Amparita sekitar 53 km dari parepare.
Tempat ini memang sudah jadi tempat mengungsi beberapa
56

keluarga dari Parepare. Mereka mengungsi selama kurang dari


setahun.” (Halaman:44)

Pada kutipan di atas, diketahui bahwa keluarga Rudy harus

ikut serta mengungsi ke sebuah desa di Teteaji, karena seringnya

pengeboman di Parepare oleh para sekutu. Namun, keluarga mereka

mengungsi tidak sampai satu tahun.

“Pada November 1944, Rudy sekeluarga harus mengungsi lagi


karena pengeboman dilakukan oleh pihak Sekutu-Amerika
dengan sasaran yang sama, Pelabuhan Parepare. Kali ini
mereka mengungsi ke desa kecil bernama Lanrae, desa di tepi
hutan, persis berhadapan dengan kota kecil Barru, yang
memiliki sungai dengan air sejuk dan bersih mengalir ke laut.
Kali ini mereka cukup lama berada di pengungsian hampir dua
tahun, dari 1944 hingga 1945, hingga tiba saatnya kekalahan
Jepang.” (Halaman:45)

Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa

keluarga Rudy harus mengungsi kembali karena ada pengeboman

yang dilakukan oleh pihak sekutu-Amerika. Kali ini mereka

mengungsi ke desa kecil yang bernama Lanrae, desa yang berada di

tepi hutan. Kali ini mereka mengungsi hampir dua tahun.

2) Tahap Pemunculan Konflik (Generating Circum Stances)

Terdapat dua pemunculan konflik dalam novel Rudy Karya

Gina S. Noer yaitu (a) ketika Papi meninggal dunia, dan (b) Rudy

dikirim ke Jakarta.

a) Papi meninggal dunia

Pada tahap pemunculan konflik dalam novel Rudy Karya

Gina S. Noer terdapat pada bagian ketika keluarga Rudy sedang


57

melaksanakan shalat Maghrib berjamaah, Papi meninggal dunia.

Berikut kutipan yang menjelaskan Papi meninggal dunia.

“Sore itu, 3 September 1950, semuanya tengah bersiap-


siap menjalankan shalat seperti biasa. Mengambil wudu
dan berpakaian rapi. Mami sudah menutup jendela dan
pintu karena di luar hari mulai gelap. Suasana shalat
berlangsung sangat khusuk hingga tiba di sujud terakhir.
Namun, ada yang berbeda kali ini. Papi terus sujud dan
tidak kunjung bangun.” (Rudy,2016:64)
“Dalam kepanikan, Mami masih sempat memerintahkan
Titi untuk mencari pertolongan. Sambil menangis, Titi
berlari mencari dokter di markas Brigade Mataram. Tidak
lama, datanglah Brigade Letnan Kolonel Soeharto
didampingi oleh Dokter Tek Irsan ke rumah. Namun,
sayang sebelum melakukan pertolongan, nyawa Papi
sudah tidak bisa diselamatkan. Serangan jantung yang
datang mendadak telah merenggut Papi, membawanya
jauh dari anak-anak dan istri yang saban hari bersandar
padanya.” (Halaman:65)

Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa

Papi meninggal dunia saat melaksanakan shalat berjamaah

bersama keluarga. Dalam kepanikannya Mami sempat menyuruh

Titi untuk mencari pertolongan. Namun, sebelum mendapatkan

pertolongan nyawa Papi sudah tidak bisa diselamatkan. Serangan

jantung yang datang mendadak telah merenggut Papi dari anak-

anak dan istri yang setiap hari bersandar padanya.

b) Rudy dikirim ke Jakarta

Pada tahap pemunculan konflik dalam novel Rudy Karya

Gina S. Noer pada bagian ketika Rudy dikirim ke Jakarta oleh

Mami. Peristiwa tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut.

“Rudy berangkat ke Jakarta tak lama setelah peringatan


40 hari meninggalnya Papi. Rudy masih sangat berduka,
58

tetapi dia sudah harus naik kapal, melakukan perjalanan


jauh ke Jawa, sebuah pulau yang tak pernah dia injak
sebelumnya. Bila Mami pernah bilang kalau “rumah
adalah keluarganya”, kali ini Rudy ta hanya seperti anak
tak berarah, tetapi juga anak yang tanpa rumah.”
(Halaman:70)

Dari kutipan di atas, pengarang menjelaskan pada saat itu

Rudy berangkat ke Jakarta setelah peringatan 40 hari Papinya

meninggal. Saat itu Rudy masih sangat berduka, tetapi ia sudah

harus berangkat ke Jakarta menggunakan kapal. Mami pernah

mengatakan bahwa rumah adalah keluarga.

c) Tahap Peningkatan Konflik (Rising Action)

Tahap peningkatan konflik dalam novel Rudy Karya Gina

S. Noerada dua bagian. (a) Rudy menyembunyikan kesulitan

keuangan, (b) Seminar Pembangunan tidak dibiayai sepeserpun.

Berikut paparannya.

a) Rudy menyembunyikan kesulitan keuangan.

Tahap peningkatan konflik dalam novel Rudy Karya

Gina S. Noer pada bagian ini ketika Rudy menyembunyikan

tantang kesulitan keuangannya pada semua orang saat di

Jerman. Berikut kutipan dalam novel tersebut.

“Sesulit apapun hidup di Jerman, Rudy memilih untuk


menanggung sendiri. Rudy tidak pernah mau
mengabarkan kesulitan di Aachen kepada Mami.
Baginya, Mami dan keluarga di rumah tak perlu tahu
yang sedang dihadapi. Dia tau bahwa ibunya sudah
susah, tak perlu ditambah susah lagi. Berani merantau
sejauh ini harus berani pula menanggung kesulitan
semacam apapun. (Halaman:156)
59

Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa

sesulit apapun hidup Rudy di Jerman ia tidak pernah

mengeluh kepada siapapun, termasuk Mami. Karena ia sadar

harus berani menanggung kesulitan sendiri.

b) Seminar Pembangunan tidak dibiayai

Selain itu, peningkatan konflik terjadi ketika Seminar

Pembangunan tidak dibiayai sepeserpun. Peristiwa tersebut

dapat dilihat dalam kutipan dibawah ini.

“Usulan Rudy dimasukan, tetapi dengan catatan dari


mereka: karena Rudy yang mengusulkan, Rudy juga
yang ditugaskan untuk melaksanakan seminar
pembangunan tesebut. PPI Aachen adalah penanggung
jawab utama dari persiapan Seminar Pembangunan
tersebut. Selain itu, dibuat juga beberapa persyaratan
lainnya. Di antaranya, PPI Aachen tidak akan
mendapatkan uang satu sen pun untuk menggelar
Seminar Pembangunan. Padahal, konferensi itu
mendapat uang dari Bung Karno dan partai-partai
politik di Indonesia.” (Halaman:188)

Dalam kutipan di atas, dijelaskan bahwa jika Seminar

Pembangunan tetap dilaksanakan, Rudy ditugaskan untuk

melaksanakannya. Selain itu, PPI Aachen tidak akan

mendapatkan uang satu sen pun untuk menggelar Seminar

Pembangunan. Padahal konferensi itu mendapatkan uang dari

Bung Karno dan partai-partai di Indonesia.

c) Tahap Klimaks (Climax)

Pada tahap klimaks dalam novel Rudy Karya Gina S.

Noer terlihat ketika masalah Rudy sakit parah di Jerman.


60

Tidak hanya itu, Rudy sempat meninggal dunia. Peristiwa

tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut.

“Pada hari itu, Rudy masih bersikeras pergi kampus dan


mengurus persiapan seminar, tetapi batuknya semakin
keras. Ibu pemilik tempat indekosnya memaksa Rudy
untuk pergi ke rumah sakit. Sampai di sana, Rudy
dinyatakan harus dirawat.” (Halaman:199)

Dari kutipan di atas, diketahui bahwa saat itu Rudy

masih bersikeras untuk datang ke kampus guna mengurus

persiapan seminar, tetapi batuknya semain parah. Ibu pemilik

indekosnya memaksa Rudy untuk pergi ke rumah sakit.

Setelah diperiksa, Rudy dinyatakan harus dirawat.

“Rudy tak ingat sisanya. Malam itu, di tengah


terselengaranya Seminar Pembangunan, Rudy diantar
ke kamar jenazah oleh perawat. Mereka membicarakan
betapa malangnya anak Indonesia ini, yang mati sendiri
jauh dari tanah airnya.” (Halaman:200)

Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan saat

Seminar Pembangunan sedang diselenggarakan, Rudy diantar

ke kamar jenazah oleh perawat rumah sakit. Perawat rumah

sakit mengatakan betapa malangnya nasib Rudy yang

meninggal jauh dari tanah air.

“Saat mengetahui dia terbangun, para perawat


mengembalikannya ke ruang inap kritis. Di sana,
kesadaran Rudy hilang-timbul.” (Halaman:203)

Dari kutipan di atas, disimpulkan bahwa setelah diantar

ke kamar jenazah, Rudy terbangun lagi. Para perawat


61

mengembalikannya ke ruang inap kritis. Di kamar inap kritis

kesadaran Rudy hilang dan timbul.

d) Tahap Penyelesaian (Denoument)

Penyelesaian dari novel Rudy Karya Gina S. Noer Rudy

menikah dengan Ainun. Berikut pemaparannya.

“Pada hari pernikahan itu, bukan hanya Rudy dan


Ainun yang berbahagia. Ada Leila yang hadir sejak
prosesi akad nikah. Rudy senang sekali saat bertemu dia
di Jakarta. April itu. Rudy langsung berteriak, “Leila,
Ich bin verliebt! „Saya jatuh cinta!‟ Rudy lalu
mengenalkan Leila pada Ainun yang tentu disambut
gembira oleh Leila larena Ainun adalah penyangkalan
dari Rudy yang selama ini percaya bahwa tak ada gadis
Indonesia yang cerdas, kritis, pekerja keras, dan
cantik.” (Halaman:253)

Dari kutipan di atas, dapat pengarang menggambarkan

bahwa Rudy menikahi Ainun. Pada saat itu bukan hanya

Rudy dan Ainun saja yang sangat bahagia. Namun, ada Leila

yang juga merasa bahagia karena Ainun adalah penyangkalan

dari Rudy selama ini meyakini, bahwa tidak ada gadis

Indonesia yang cerdas, kritis, pekerja keras, dan cantik.

c. Tokoh dan Penokohan

Tokoh dan penokohan merupakan salah satu unsur penting dalam

prosa. Istilah tokoh yang digunakan untuk menunjuk pada orangnya atau

pelaku cerita, sedangkan istilah penokohan digunakan untuk melukiskan

gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah

cerita. Dalam skripsi ini, penulis memaparkan semua tokoh yang

terdapat dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer sebagai berikut.


62

1) Tokoh Utama

Tokoh utama merupakan tokoh yang diutamakan

penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Tokoh utama dalam

novel Rudy Karya Gina S. Noer adalah Rudy Habibie. Rudy selalu

dimunculkan dalam cerita oleh pengarang. Dari 3 babak yang ada,

Rudy mendominasi seluruh rangkaian cerita. Rudy adalah seorang

laki-laki yang memiliki watak keras kepala. Hal itu dapat dilihat

pada kutipan di bawah ini.

“Tak bisa,” jawab salah satu pegawai P & K, “Sudah


berangkat semua. Kalau mau kamu ikut Colombo Plan,
kuliah ke Australia.”
“Tidak. Saya mau ke Jerman bersama Lim Keng Kie.”
“Siapa itu Lim Keng Kie?”
“Teman saya sejak SMA.”
“Teman kamu itu telat kasih tau kamu. Tetapi, nilai sebagus
ini tetap pantas dapat beasiswa. Makanya, ambil tawaran saya
ini.”
Rudy menggelengkan kepalanya.
“Kepala batu kamu!” kata si pegawai kesal.”
Karena kengototan Rudy, pihak P & K menyarankan kalau
Rudy masih bisa berangkat ke Jerman, tetapi dengan biaya
sendiri.” (Halaman:101)

Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa

tokoh Rudy memiliki watak yang keras kepala. Dia ngotot meminta

untuk berangkat ke Jerman. Karena kengototannya, pihak P & K

merayakan jika Rudy masih bisa berangkat ke Jerman, tetapi

mengunakan biaya sendiri.

Selain itu, kutipan narasi pengarang di bawah ini juga

menggambarkan watak tokoh utama.


63

“Akan tetapi, kecerdasannya itu membuat Rudy sulit


mendapatkan sahabat. Rudy memang terlihat imut dan lucu,
tetapi juga keras kepala dan tak sabaran.” (Halaman:127)

Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa Rudy

memiliki watak yang keras kepala dan tidak sabaran. Sehingga, Rudy

sulit untuk mendapatkan sahabat, meskipun ia sangat cerdas.

2) Tokoh Tambahan

Tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak sentral

kedudukannya dalam cerita tetapi kehadirannya sangat diperlukan

untuk mendukung tokoh utama.

a) Mami

Mami merupakan seorang ibu dari anak-anak Habibie.

Mami mempunyai watak yang keras kepala dan penyayang. Apa

lagi saat Mami ditinggal oleh mendiang suaminya, ia harus

berjuang membesarkan anak-anak seorang diri. Peristiwa tersebut

dapat dilihat dalam kutipan berikut ini.

“Setelah berdoa dan berpikir matang-matang, Mami


bertekad memberangkatkan anaknya sekolah di sekolah
Internasional yang saat itu hanya ada di Bandung dan
Jakarta. Hanya di kedua sekolah itu Concordante HBS
masih dibuka. Mami memang keras kepala, apalagi
menyangkut kemajuan anak-anaknya. Namun, setalah
suaminya meninggal, dia harus memilih. Hanya satu dari
dua anaknya ini yang bisa dia berangkatkan. Kendala
keuangan menjadi pertimbangan utama. Saat itu, tidak
tersedia beasiswa dari manapun. Kekuatan finansial
keluarga Habibie juga mengandalkan kopra, sementara
SPP sebulan di sekolah itu bahkan lebih banyak dari gaji
insinyur satu bulan.” (Halaman:69)
64

Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan Mami

berdoa dan berfikir matang-matang untuk memberangkatkan

Rudy bersekolah di Sekolah Internasional. Pada saat itu hanya ada

di Bandung dan Jakarta. Hanya di kedua kota itu sekolah

Concordante HBS masih dibuka. Mami orangnya sangat keras

kepala, apalagi menyangkut kemajuan anak-anaknya. Namun,

setelah Papi meninggal, ia harus memilih satu di antara dua

anaknya yang bisa ia berangkatkan untuk melanjutkan pendidikan

di Concordante HBS. Kendala keuangan menjadi pertimbangan

utamanaya. Pada saat itu, tidak ada beasiswa dari manampun.

Kekuatan finansial keluarga Habibie saat itu juga mengandalkan

kopra, sedangkan biaya SPP sebulan di sekolah Concordante HBS

lebih banyak dari gaji insinyur satu bulan.

b) Papi

Papi adalah seorang ayah dari enam orang anak. Papi

memiliki watak yang cerdas, bijaksana dan penyayang. Peristiwa

tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut.

“Mau ke mana, Pi?” kata Rudy bingung.


“Ikut saja,” kata Papi tenang.
Papi melepaskan kuda yang sudah kenyang diberi makan,
kemudian Rudy dinaikan oleh tangan besar Papi. Mereka
menyusuri hutan dan akhirnya sampai di sebuah mata air
yang jernih.
“Rudy senang?” yanya Papi yang sudah berjongkok di
sekelilingnya.
Rudy mengangguk sambil terus memainkan kakinya di
air.
“Rud, coba kamu lihat sekeliling kamu.”
65

“Menurut kamu, kenapa semua tanaman di sini bisa


tumbuh subur?”
“Karena dekar dengan air.” jawab Rudy polos
“Benar, karena itu kamu harus menjadi mata air.”
“Kalau kamu baik, semua orang disekelilingmu juga akan
baik. Kalau kamu kotor, semua di sekitarmu akan mati.”
Pelan-pelan Rudy memahami maksud perkataan Papi
“Coba lihat, tanaman di sini tak Cuma sejenis, kan?”
Rudy kembali mengangguk. “Itu artinya mata air
memberikan kebikan tanpa pilih-pilih.”
(Halaman:49)

Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan Papi

mengajak jalan-jalan Rudy yang sedang duduk di depan rumah.

Papi melepaskan kuda yang sudah kenyang diberi makan,

kemudian Rudy dinaikkan ke atas kuda oleh Papi. Sebelum

sampai ke mata air, mereka menyusuri hutan terlebih dahulu.

Rudy senang diajak Papi jalan-jalan. Rudy mendapatkan pelajaran

hidup dari sebuah mata air yang memberikan kebaikannya tanpa

pilih-pilih, tetapi memberi ke semua tanaman di sekitarnya.

Awalnya, Rudy bingung apa yang di maksud oleh Papi, tetapi

pelan-pelan ia mengerti apa yang di maksud oleh Papi.

c) Junus Efendy Habibie

Tokoh Junus Efendy Habibie biasa dipanggil Fanny. Dia

memiliki watak yang keras kepala, namun ia juga memiliki watak

yang penyayang. Berikut kutipannya.

“Fani malah terlihat seperti seorang kakak dan Rudy


sebagai adik. Rudy sendiri malah cuek dan bingung
mengapa Fanny harus repot-repot berkelahi.
“Kenapa, toh (harus berkelahi)?” tanya Rudy
“Ya, untuk membela Mas Rudy lah!” (Halaman:48)
66

Pada kutipan di atas, diketahui bahwa Fanny sering

berkelahi dengan teman-temannya hanya untuk membela sang

kakak. Meskipun sudah di larang untuk berkelahi, Fanny tetap

saja berkelahi untuk membela Rudy. Fanny pergi menemui Rudy

yang sedang susah. Berikut kutipannya.

“Pernah suatu ketika Fanny tengah sibuk dengan


pekerjaannya di Tanjung Priok, Rudy menelpon dan
mengatakan bahwa Fanny harus segera datang karena
keadaan gawat. Fanny buru-buru datang dan menyaksikan
Rudy sedang bengong di pinggir jalan.” (Halaman:49)

Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan Fanny

begitu menyayangi Rudy meskipun ia sedang sibuk dengan

pekerjaannya, ia sempatkan untuk datang menemui Rudy.

d) Paul Pascol

Tokoh Paul pascol memiliki watak ingin tahu. Ia

merupakan teman sekolah Rudy. Berikut kutipannya.

“Nggak ikut-ikutan Fanny, Rud?” Tanya Paul Pascol


“Rudy menggeleng dan terus asyik menekuni buku di
tanggannya.”
“Buku baru lagi, Rud? Tanya Paul sambil pengunyah
makanannya. “ceritannya tentang apa, tuh?”
(Halaman:22)

Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa

Paul Pascol digambarkan tokoh yang memiliki keingintahuan

yang tinggi. Dia menanyakan tentang isi buku yang sedang dibaca

oleh Rudy.
67

e) Sri Redjeki Chasanah

Sri merupakan perempuan yang bertubuh kecil. Sri

mempunyai watak yang penurut dan bertanggung jawab. Berikut

kutipan yang menjelaskan bahwa Sri orang yang penurut dan

bertanggung jawab.

“Pokoknya jangan lebih dari tiga menit, Sri!”


“Iya, Mas.”
Rudy memakai sabun itu di dekat jam dinding. Sambil
memejmakan mata dan wajah penuh busa, Rudy terus
berteriak ke adiknya, “Sriii…. Sudah belumm?”
“Sri setia dan awas menatap jam, memastikan
pemakaiannya tidak boleh lebih dari tiga menit.”
(Halaman:86-87)

Dapi kutipan di atas, diketahui bahwa tokoh Sri memang

penurut. Ia menuruti apa yang dikatakan oleh Rudy yang sedang

memakai sabun jerawat, dengan setia ia menatap jam, memastikan

pemakaiannya tidak boleh lebih dari tiga menit. Sri juga tumbuh

menjadi perempuan yang sigap dan bertanggung jawab. Berikut

kutipan dalam novel.

“Saya yang mengurus rumah tangga, sementara Mami


keluar mencari makan,” kata bu Sri (Halaman:163)

Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa

tokoh Sri adalah orang yang bertanggung jawab. Dia mengurus

rumah tangga layaknya seorang ibu.

f) Lim Keng Kie

Tokoh Lim Keng Kie memiliki watak yang baik dan

peduli dengan sahabatnya. Ia digambarkan sebagai sosok orang


68

sederhana yang mendapatkan beasiswa kuliah di Jerman. Lim

Keng Kie juga tetap membantu sahabatnya di tengah keterbatasan

keuangan. Berikut kutipan dalam novel tersebut.

“Hey! Keng Kie, dari mana kamu?”


Keng Kie menengok. Tubuh kecil Rudy turun dari vespa.
“Saya baru mengambil visum di kedutaan Jerman, Rud.”
Keng Kie lalu menunjukan sebuah buki kecil berwarna
biru kepada Rudy.
“Untuk apa visum?”
“Saya akan sekolah teknik penerbangan di Jerman!”
Mendengar hal itu mata Rudy menjadi berapi-api.
Dengan bersemangat ia berteriak, “Ik ga met jou mee!
Saya ikut dengan kamu!”
“Keng Kie bercerita bahwa dia mendapatkan beasiswa
untuk belajar ke Jerman dan sudah membuat kontrak
dengan dinas P&K untuk membuat pesawat terbang
setibanya di Tanah Air.” (Halaman:163)

Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa

Lim Keng Kie bertemu dengan Rudy di jalan. Lim Keng Kie

bercerita, jika ia mendapatkan beasiswa untuk belajar ke Jerman

dan sudah membuat kontrak dengan dinas P&K untuk membuat

pesawat terbang di Indonesia setelah studinya selesai. Dengan

bersemangat Rudy ingin ikut belajar membuat pesawat dengan

Lim Keng Kie di Jerman. Saat berada di Jerman meskipun

keuangan Lim Keng Kie terbatas, ia tetap membantu Rudy.

“Awalnya Keng Kie selalu curiga karena Rudy selalu


puasa bila diajak makan di Mensa.
“Aku puasa Senin-Kamis, Keng Kie!” kata Rudy.
“Ah, sekarang kan Rabu,” jawab Keng Kie.
Rudy tertawa, “Du muss mir fasten, es ist gut fur dich!
„kau harus ikut puasa denganku, itu baik untukmu!”
Akan tetapi, saat didesak oleh Keng Kie, Rudy mengaku,
dia tak punya uang sama sekali. Makanya selama ini
adalah apel jatuh atau apel tak dimakan kusa yang dia
69

temukan pada saat berjalan melewati istal kuda menuju


kampus. Keng Kie tak tega. Dia memaksa Rudy untuk
meminjam uangnya. Rudy menolak, tatapi untuk urusan
membantu kawan, Keng Kie lebih keras kepala.”
(Halaman:131)

Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan tokoh

Lim Keng Kie mendesak Rudy, mengapa ia mengaku puasa setiap

kali diajak ke Mensa olehnya. Akhirnya Rudy mengaku kepada

Lim Keng Kie, bahwa ia kini sudah tidak memiliki uang sama

sekali. Selama ini ia hanya makan apel yang jatuh atau apel yang

tidak dimakan oleh kuda. Lim Keng Kie memaksa Rudy agar mau

meminjam uangnya untuk makan, dengan keras kepala ia

menolak. Namun, jika urusan menolong temannya Lim Keng Kie

akan lebih keras kepala.

g) Paman Subarjo

Tokoh paman Subarjo memiliki watak yang baik hati. Ia

mengijinkan anak-anak menumpang di rumahnya.

“Rudy? Rudy Habibie?”


Rudy mengangguk.
Pria yang dihadapannya mengaku kalau dirinya adalah
Subarjo. “Nak, mana kopermu? Kata Subarjo.
Rudy mengecek wajah dihadapannya dulu dengan yang
ada di foto. Baru dia menyerahkannya.
Lalu, dengan cepat dia mengambil tas bawaan Rudy,
mengajak sang keponakan naik mobil dan berangkat ke
rumahnya. (Halaman:76)

Dari kutipan di atas, diketahui bahwa paman Subarjo

menjemput Rudy di pelabuhan Tanjung Priok. Setelah bertemu

dengan Rudy, ia membawakan tas dan mengajak menaiki mobil


70

untuk berangkat ke rumahnya di Jakarta. Paman Subarjo juga

menampung para anak-anak sekolah di rumahnya. Berikut kutipan

novel tersebut.

“Rumah itu cukup besar. Ada empat kamar tidur yang


disediakan untuk anak-anak yang menumpang sekolah,
tetapi karena ada sekitar sepuluh anak yang menumpang,
kamar itu sudah penuh. (Halaman:77)

Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa

paman Subarjo menampung anak-anak yang menumpang sekolah.

Di rumahnya telah disediakan empat kamar tidur. Sudah ada

sekitar sepuluh anak yang menumpang dan kamar itu sekarang

sudah penuh.

h) Kepala Sekolah SMA Kristen

Tokoh kepala sekolah SMA Kristen memiliki watak yang

tegas. Berikut kutipannya yang menjelaskan bahwa kepala

sekolah SMA Kristen orang yang tegas.

“Kamu harus memperlancar bahasa Indonesia-mu, Rud,”


kata kepala sekolah dengan bahasa Belanda yang fasih.
“Ta-ta-tapi Pak,” bela Rudy dalam bahas belanda
juga,”nilai eksakta saya, kan bagus.”
“Ini jawab, Nak Rudy. Lagi pula, percuma nilaimu bagus
kalau kamu tak lancer berbahasa Indonesia. Bagaimana
kamu bisa berpikir seperti orang Indonesia? Bagaimana
kamu bisa berkomunikasi dengan orang-orang yang
sekarang bahkan tidak bisa sekolah? Dan bagaimana
kamu mau berguna di Indonesia nanti? Kalau kau lulus
nanti. Yang kamu hadapi itu manusia, bukan angka,”
terang kepala sekolahnya.
“Ka-ka-lau saya menolak?”
Berarti kamu tak bisa bersekolah di sini!”
Rudy diam sebentar, ”Jadi, apa solusinya?”
71

Rudy bertpikir dia cukup mengambil les istimewa bahasa


Indonesia. Namun, ternyata Rudy harus diturunkan kelas
ke SMP 5, yang berlokasi di Jalan Jawa. (Halaman:79-80)

Dari kitipan di atas, diketahui bahwa Rudy dipanggil oleh

kepala sekolah karena kendala berbahasa Indonesia yang dialami

Rudy. Awalnya Rudy menolak untuk memperlancar bahasa

Indonesianya karena nilai eksakta sangat bagus. Namun, kepala

sekolah memberi pengertian kepadanya, untuk apa memiliki nilai

eksakta yang bagus tapi tidak bisa berkomunikasi dengan orang

Indonesia. Dia berfikir untuk mengambil les istimewa untuk

memperlancar bahasa Indonesia, tetapi ternyata ia juga harus

diturunkan menjadi SMP

i) Koo Tisng Hui

Tokoh Koo Tisng Hui memiliki watak yang jahil. Ia suka

menjahili Rudy di sekolah. Peristiwa tersebut dapat dilihat dalam

kutipan berikut.

“Kalau berani coba bilang langsung sama Ainun!”


“Bilang apa?”
“Bilang dia jelek!” sambut kawannya. “Tuh, ada Ainun di
sana.”
“Ah,” Rudy agak ragu saat melihat Ainun,”nggak mau!
Buang-buang waktuku saja!”
“Atau sebenarnya kamu maunya bilang dia cantik, ya,
Rud?”
“Tidak! Dia tidak cantik!”
“Oh… kalau begitu kamu memang benar suka jepada
Ainun, Rud? Dia memang hitam, tetapi kan, manis. Mirip
gula jawa!” (Halaman:89)

Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa

tokoh Koo Tiang Hui memiliki watak yang jahil. Terlihat saat ia
72

sedang memanas-manasi Rudy. Ia mengatakan bahwa Rudy

menyuakai Ainun yang hitam seperti gula jawa.

j) Pegawai P & K

Tokoh pegawai P & K memiliki watak yang tegas dan

baik hati. Peristiwa tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut.

“Tak bisa,” jawab salah satu pegawai P & K, “Sudah


berangkat semua. Kalau mau kamu ikut Colombo Plan,
kuliah ke Australia.”
“Tidak. Saya mau ke Jerman bersama Lim Keng Kie.”
“Siapa itu Lim Keng Kie?”
“Teman saya sejak SMA.”
“Teman kamu itu telat kasih tau kamu. Tetapi, nilai
sebagus ini tetap pantas dapat beasiswa. Makanya, ambil
tawaran saya ini.”
Rudy menggelengkan kepalanya.
“Kepala batu kamu!” kata si pegawai kesal.”
(Halaman:101)

Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa

tokoh pegawai P & K memiliki watak yang tegas. Meskipun nilai

Rudy sangat bagus ia tidak bisa memberikan beasiswa ke Jerman.

Pegawai P & K justru memberikan tawaran beasiswa ke Australia.

Namun, Rudy menolak tawaran itu.

k) Ainun

Tokoh Ainun memiliki watak yang kritis. Peristiwa

tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut.

“Kamu kalau punya anak mendidiknya bagaimana, Rud?”


“Ya, sesuai ajaran islam”
“Tetapi, kalau pergaulannya dengan agama lain, kamu
anti?”
“Kenapa saya harus anti?”
“Kalau dia pilih jodohnya agama lain, kamu setuju?”
73

“Saya setuju kalau jodohnya itu ikut Muslim karena


anaknya pakai nama saya. Saya percaya eksistensi tuhan
satu. Jalannya yang banyak. Yang saya yakini, ya, satu
ini.” (Halaman:240)

Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa tokoh

Ainun memiliki watak yang kritis. Terlihat saat Ainun sedang

bertanya kepada Rudy, jika ia mempunyai anak bagaimana cara

mendidiknya dan jika anaknya memilih jodoh agama lain, apakah

akan di bolehkan oleh Rudy.

l) Mohammad Besari

Tokoh Mohammad besari memiliki watak yang perhatian.

Ia menanyakan kapan akan membicarakan pernikahan dan karir

Ainun jika tinggal di Jerman nanti. Berikut penggambaran watak

tokoh tersebut.

“Pak Besari yang muncul di depan pintu berdehem. Rudy


melepaskan tangan Ainun.
“Kalian itu setiap ketemu bahasnya pesawat terus, kapan
kalian ngomongin pernikahan kalian ?”
Ainun dan Rudy tersipu malu.
“Bagaimana karir Ainun kalau tinggal di Jerman?” Tanya
pak besari serius.
“Di Jerman nanti, ainun masih bisa bekerja, kok. Ilmu
yang dia cari dengan susah payah tak akan hilang begitu
saja.” (Halaman:252)

Berdasarkan kutipan di atas, dapat pengarang

menggambarkan bahwa Pak Besari begitu perduli dengan Rudy

dan Ainun. Terlihat pada saat ia menanyakan kapan Rudy dan

Ainun membicarakan soal pernikahan mereka dan soal karir

Ainun jika selepas menikah mereka tinggal di Jerman.


74

m)Ibu Wirtin

Tokoh yang bernama Ibu Wirtin memiliki watak perduli

dan penyayang. Berikut yang menggambarkan watak Ibu Wirtin.

“Karena sayangnya, Rudy tak pernah diizinkan pulang di


atas pukul 10 malam oleh ibu pemilik indekosnya ini.
Suatu hari, Karena Rudy pulang di atas pukul 12 malam,
Wirtin yang khawatir langsung memanggil polisi untuk
mencari Rudy. Saat dia sampai di rumah, Rudy langsung
diomeli karena membuatnya khawatir. Rudy harus
bersumpah tak akan mengulanginya lagi. Walau diomeli,
hati Rudy terasa hangat. (Halaman:180)

Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan watak

Ibu Wirtin sangat perduli dan begitu menyayangi Rudy. Dia tak

diizinkan pulang di atas jam 10 malam. Saat itu Rudy pulang di

atas pukul 12 malam. Ibu Wirtin begitu khawatir sampai akhirnya

ia memanggil polisi untuk mencari Rudy yang tak kunjung

pulang.

n) Prof. Hans Ebner

Tokoh Prof. Hans Ebner memiliki watak yang tegas.

Berikut yang menggambarkan watak Prof. Hans Ebner.

“Prof, saya tak mau membuat desain pesawat tempur.”


Kata Rudy.
“Kenapa?”
Rudy menatap mata Prof. Ebner di balik kacamatanya.
“Saya tak berminat! Saya kuliah di sini bukan untuk
membuat pesawat tempur!”
“Tak bisa, Rudy,” jawab Ebner. “Ini tugas wajib untuk
seluruh mahasiswa. Karena sistem RWTH menyiapkan
lulusannya untuk kedua industr pesawat itu.”
“Kalau saya menolak?”
“Ya, kamu tidak lulus!” (Halaman:196)
75

Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan jika

Prof. Hans Ebner memiliki watak yang tegas. Ia meminta para

mahasiswanya membuat desain pesawat tempur, sekalipun Rudy

menolak. Karena membuat desain pesawat tempur merupakan

tugas wajib untuk seluruh masasiswa, sistem RWTH menyiapkan

lulusannya untuk kedua industry pesawat.

o) Ilona

Tokoh Ilona memiliki watak yang baik hati. Berikut

watak Ilona dalam novel.

“Ilona sering diantar oleh Arief Marzuki atau Keng Kie


untuk menjenguk Rudy. (Halaman:205)

Berdasarkan kutipan di atas, pengarang menggambarkan

bahwa tokoh Ilona baik hati. Ilona sering menjenguk Rudy ketika

sakit parah di Rumah Sakit.

p) Romo Mangun

Tokoh Romo Mangun memiliki watak yang berwibawa.

Ia merupakan seorang pastor. Berikut penggambaran watak tokoh

tersebut.

“Rudy terdiam. Dia menatap Romo sambil tersenyum.


“Ah Mas Romo ini bijak sekali, seperti pastor saja.”
“Lho, selama ini kamu memanggil saya Romo, kan? Kok,
Kaget kalau saya pastor?”
“Nama Mas itu „Rama‟, kan Romo?”
“Bukan! Saya ini „romo‟ alias „pastor‟! Nama saya Y.B.
Mangunwijaya. Romo itu panggilan untuk pastor dalam
bahasa jawa.” Romo Mangun tertawa. (Halaman:219)
76

Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa

tokoh Romo mangun memiliki watak yang berwibawa. Karena ia

merupakan pastor. Cara berbicaranya juga sopan, tidak semaunya

sendiri.

q) Arils F. Reksoprodjo

Tokoh Arlis F. Reksoprodjo memiliki watak yang

blakblakan. Peristiwa tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut.

“Cempluk masih di dalam, Rud. Nak itu menderita


dehidrasi parah, terlambat dibawa ke sini!”
“Tetapi, masih bisa diselamatkan, kan?”
“Kita sedang mencoba.” (Halaman:245)

Berdasarkan kutipan di atas, disimpulkan bawa Arlis F.

Reksoprodjo meliliki watak yang blakblakan karena saat berbicara

dengan Rudy, ia menyebut nama Ainun dengan sebutan Cempuk.

d. Latar

Latar disebut dengan landas lampu yang mengaruh pada

pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat

terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.Kadang-kadang dalam

sebuah cerita ditemukan latar yang mempengaruhi penokohan dan

kadang membentuk suasana emosional tokoh cerita, misalnya cuaca

yang ada di lingkungan tokoh memberikan pengaruh terhadap perasaan

tokoh cerita tersebut.

Latar cerita dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer dibagi

menjadi latar tempat, latar waktu, dan latar suasana.


77

1) Latar Tempat

Latar tempat merupakan lokasi terjadinya peristiwa atau

adegan dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer. Latar tempat secara

umum di Sulawesi, Jakarta, Bandung, Jerman, dan beberapa tempat

lainnya yang ikut berperan dalam terjalinnya cerita dalam novel

Rudy Karya Gina S. Noer seperti Bandar Udara Kemayoran, pantai

Lumpue, ruang makan, kamar, sekolah, Bandar Udara Internasional

Kairo, Sekolah Pertanian Menengah Atas, sungai, mata air, kapal,

pelabuhan Makasar, Hotel Amstel, kantor Kedutaan Besar Indonesia,

Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, teras, depan rumah, ruang tamu,

Sekolah Kedokteran Hewan, Contardate HBS, SMA Kristen, ITB,

Mensa Academia, gereja, bungker, ruangan kapus, Auditorium

Gruner Horsal, dan Rumah Sakit Bad Krozingen.

Dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer latar tempat terdiri

lebih dari satu tempat, berikut ini merupakan kutipan latar tempat

dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer.

a) Bandar Udara Kemayoran

Latar dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer digambarkan

di Bandar udara Kemayoran. Peristiwa tersebut dapat dilihat

dalam kutipan berikut ini.

“Di Bandar Udara Kemayoran Jakarta, banyak yang ikut


mengantar Rudy. Bahkan, Farida pun ikut serta.”
(Halaman:102)
78

Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan banyak

yang ikut mengantarkan Rudy ke Bandar udara Kemayoran.

Farida yang saat itu sedang dekat dengan Rudy juga ikut melepas

keberangkatan Rudy ke Jerman.

b) Pantai Lumpue

Latar di sebuah pantai Lumpue dalam novel Rudy Karya

Gina S. Noer digambarkan suasana pantai pada sore hari.

Peristiwa tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini.

“Sore itu suara hati Mami bisa mengalahkan suara debur


ombak, tawa anak-anaknya, dan keluarga lain yang sedang
piknik di Pantai Lumpue, sekitar satu kilometer dari rumah
mereka di Parepare.” (Halaman:13)

Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan suasana

di pantai Lumpue. Di sana tergambar kebahagiaan dan

kegembiraan dari anak-anak.

c) Ruang Makan

Latar pada ruang makan novel Rudy Karya Gina S. Noer

digambarkan ketika Papi akan makan malam. Berikut kutipan

yang dapat dilihat berikut ini.

“Setelah mengaji, Papi duduk di meja makan dan bersiap


makan.” (Halaman:18)

Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan situasi

ketika Papi setelah selesai mengaji, ia duduk di meja makan dan

bersiap untuk penyantap makan malam.


79

d) Kamar

Latar kamar digambarkan ketika Rudy lebih senang

menghabiskan waktunya di kamar, dapat dilihat pada kutipan

berikut ini.

“Kegemarannya ini punya efek samping, Rudy jadi terus


mengurung diri di kamar dan harus dipaksa keluar.”
(Halaman:19-20)

Pada kutipan di atas, dijelaskan bahwa kegemaran Rudy

membaca buku memiliki efek samping. Dia selalu mengurung diri

di kamar dan harus dipaksa untuk keluar dari kamar.

Selain itu, kutipan narasi pengarang di bawah ini juga

menggambarkan latar tempat.

“Namun, sepanjang pelayaran itu, Rudy lebih senang


mengurung diri di kamarnya sembari membaca buku yang
dibawanya.” (Halaman:75)

Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa

ketika Rudy melakukan perjalanan menuju jawa, ia lebih senang

mengurung diri di kamar sembari membaca buku-buku yang

sudah dibawanya.

Selain itu, kutipan narasi pengarang di bawah ini juga

menggambarkan latar tempat.

“Dari jendela kamar, dia bisa melihat beberapa perahu


kecil mondar-mandir di depan Sungai Amstel.”
(Halaman:106)
80

Berdasarkan kutipan di atas, dari jendela hotel Amstel

Rudy dapat melihat beberapa perahu kecil yang mondar-mandir di

depan Sungai Amstel.

Selain itu, kutipan narasi pengarang di bawah ini juga

menggambarkan latar tempat.

“Rudy memakai pullover lengkap di kamar dan


menyelimuti dirinya dengan selimut tebal.” (Halaman:125)

Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan situasi

bahwa Rudy sedang menghangatkan dirinya dengan memakai

pullover dan selimut tebal di kamarnya, untuk menghangatkan diri

dari dinginnya udara malam.

e) Tanjung Priok

Latar Tanjung Priok digambarkan oleh pengarang ketika

Rudy pergi ke Jakarta. Berikut kutipan dalam novel tersebut.

“Setiba di Tanjung Priok, Jakarta, Rudy menuruni kapal


sambil memegang sebuah foto yang dititipkan Mami
sebelum dia berangkat.” (Halaman:75)

Dari kutipan di atas, diketahui latar tempat di Tanjung

Priok ketika Rudy menuruni kapal yang ditumpanginya dan

memegang foto yang diberikan Mami sebelum ia berangkat.

f) Sekolah

Dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer latar yang

digambarkan ketika Rudy masih sekolah dapat dilihat dalam

kutipan berikut.
81

“Tak ubahnya di rumah, kelakuan dua bocah kecil itu pun


tampak mencolok ketika mereka berada di sekolah.”
(Halaman:21)

Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan situasi

dalam sekolah. Dalam sekolah Rudi memperlihatkan ketenangan

yang menakjubkan, sedangkan Fanny sibuk mengusili sinyo-

sinyo belanda.

g) Teras

Latar teras digambarkan pengarang pada saat Rudy

menunggu Papi pulang. Berikut kutipan dalam novel tersebut.

“Rudy sedang duduk di teras menunggu Papi datang dari


rumah sakit ketika teman-temannya datang, seakan
membawa segenggam harta karun.” (Halaman:26)

Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan latar

tempat di teras saat Rudy menunggu Papi pulang dari rumah

sakit kemudain teman-temannya datang menghampiri.

h) Bandar Udara Kairo

Latar Bandar udara Kairo di gambarkan ketika Rudy

sedang transit. Berikut kutipan dalam novel tersebut.

“Pada waktu itu, saat sedang transit di Bandar udara Kairo,


Mesir, anaknya ngotot kalau ada orang yang memanggil-
manggilnya.” (Halaman:32)

Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan situasi

bahwa Rudy sedang berada di bandar udara Kairo dan anaknya

ngotot jika ada seseorang yang sedang memanggil-manggil

namanya.
82

i) Gorontalo

Latar dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer digambarkan

di Gorontalo. Peristiwa tersebut dapat dilihat dalam kutipan

berikut ini.

“Disana Rudy bertemu dengan seluruh keluarga besar


Habibie. Bila seumur hidupnya Rudy melihat Papi adalah
seorang yang berpendidikan formal, di Gorontalo dia
melihat kalau Papi lahir dari dunia yang sama sekali
berbeda dari kehidupannya.” (Halaman:54)

Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa di

Gorontalo, Rudy bertemu dengan seluruh keluarga besar Habibie.

Rudy melihat jika Papi adalah seseorang yang berpendidikan

formal. Sementara di Gorontalo, Rudy melihat Papi lahir dari

dunia yang sangat berbeda dari kehidupannya di Parepare.

Selain itu, kutipan narasi pengarang di bawah ini juga

menggambarkan latar tempat.

“Setelah tiga hari di Gorontalo, keluarga Rudy kembali


pulang menaiki kapal. Bahkan luka Rudy pun belum
benar-benar sembuh.” (Halaman:55)

Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan setelah di

Gorontalo selama tiga hari. Meskipun luka sunat Rudy belum

benar-benar sembuh ,keluarga Rudy sudah harus kembali pulang

ke Parepare menggunakan kapal.


83

j) Teteaji

Dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer latar di Teteaji

digambarkan ketika keluarga Habibie mengungsi. Peristiwa

tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut.

“Karena semakin seringnya pengeboman, Alwie Habibie


memutuskan bahwa keluarganya mau tak mau harus ikut
mengungsi ke sebuah desa, di Teteaji pada 1942.”
(Halaman:44)

Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan suasana

ketika keluarga Habibie harus ikut serta mengungsi ke sebuah

desa di daerah Teteaji, karena semakin seringnya pengeboman di

Parepare.

k) Lanrae

Latar Lanrae digambarkan pengarang pada saat keluarga

Habibie mengungsi di daerah terpencil. Berikut kutipan dalam

novel tersebut.

“Kali ini mereka mengungsi ke desa kecil bernama


Lanrae, desa di tepi hutan, persis berhadapan dengan kota
kecil Barru, yang memiliki sungai dengan air sejuk dan
bersih mengalir ke laut.” (Halaman:45)

Dari kutipan di atas, dijelaskan bahwa keluarga Rudy

mengungsi ke desa kecil di tepi hutan yang bernama Lanrae.

Lanrae persis berhadapan dengan kota Barru, yang memiliki

sungai dengan air yang sangat sejuk dan mengalir ke laut.

Selain itu, kutipan narasi pengarang di bawah ini juga

menggambarkan latar tempat.


84

“Awalnya, kabahagiaan Rudy tak berkurang sebab selain


bisa menikmati Lanrae, Rudy juga kerap berpergian,
diajak naik bendi oleh mentri-mentri pertanian ke
Pangkajene.” (Halaman:46)

Dari kutipan di atas, diketahui bahwa latar tempat di desa

terpencil di Lanrae menjadi kebahagiaan Rudy. Kebahagiaannya

tidak berkurang, karena ia bisa menikmati desa Lanrae, apa lagi ia

sering diajak pergi menaiki bendi oleh mentri-mentri pertanian.

l) Sungai

Latar sungai digambarkan pada saat Rudy mandi. Berikut

kutipan dalam novel tersebut.

“Jalan pembuka bagi Rudy dimulainya dengan ikut anak-


anak Lanrae mandi di sungai.” (Halaman:48)

Dari kutipan novel di atas, digambarkan bahwa mandi di

sungai menjadi jalan pembuka bagi pertemanan Rudy dengan

anak-anak Lanrae. Mandi di sungai menjadi hal kecil bagi Rudy,

karena ia mendapat les berenang dari sekolah.

m)Depan Rumah

Dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer latar depan rumah

digambarkan pada kutipan berikut ini.

“Pernah suatu kali, karena kelelahan mencari rumput


untuk kuda, Rudy duduk bertopang dagu di depan rumah.”
(Halaman:48)

Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan latar

tempat di depan rumah. Terlihat saat setelah Rudy selesai


85

mencari rumput untuk kuda, ia duduk bertopong dagu di depan

rumah.

n) Mata Air

Latar di mata air dalam novelRudy Karya Gina S. Noer

digambarkan ketika Papi mengajak Rudy jalan-jalan. Berikut

yang menjelaskan tentang latar tempat di mata air.

“Mau ke mana, Pi?” kata Rudy bingung.


“Ikut saja,” kata Papi tenang.
“Papi melepaskan kuda yang sudah kenyang diberi makan,
kemudian Rudy dinaikan oleh tangan besar Papi. Mereka
menyusuri hutan dan akhirnya sampai di sebuah mata air
yang jernih.” (Halaman:49)

Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa

Papi mengajak jalan-jalan Rudy yang sedang duduk di depan

rumah. Papi melepaskan kuda yang sudah kenyang diberi makan,

kemudian Rudy dinaikkan ke atas kuda oleh Papi. Sebelum

sampai ke mata air, mereka menyusuri hutan terlebih dahulu.

o) Kapal

Latar kapal digambarkan oleh pengarang ketika Rudy

pergi meninggalkan Parepare. Berikut kutipan dalam novel

tersebut.

“Rudy sekeluarga akhirnya berngkat ke Gorontalo dengan


menggunakan kapal. Mereka naik kapal barang yang biasa
berlabuh di depan rumah mereka.” (Halaman:53)

Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa

Rudy sekeluarga berangkat menuju Gorontalo menggunakan


86

kapal. Mereka sekeluarga menaiki kapal barang yang biasa

berlabuh di depan rumah.

Selain itu, kutipan narasi pengarang di bawah ini juga

menggambarkan latar tempat.

“Saat itu Rudy kecil yang masih bersarung, berdiri di


bubungan kapal, tangan kecilnya berpegangan pada tangan
Papi.”(Halaman:55)

Pada kutipan di atas, pengarang menjelaskan bahwa saat

luka sunat Rudy belum sembuh dan menggunakan sarung, ia

berdiri di bumbungan kapal. Tangan kecilnya berpegangan pada

tangan Papi yang besar.

Selain itu, kutipan narasi pengarang di bawah ini juga

menggambarkan latar tempat.

“Saat itu Rudy kecil yang masih bersarung, berdiri di


bubungan kapal, tangan kecilnya berpegangan pada tangan
Papi.”(Halaman:70)

Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa ketika Rudy

masih berduka, ia harus menaiki kapal untuk melakukan

perjalanan ke Jawa. Sebuah pulau yang selama ini belum pernah

diinjak olehnya.

Selain itu, kutipan narasi pengarang di bawah ini juga

menggambarkan latar tempat.

“Rudy yang dibekali tiket middleclass merasa gampang di


atas kapal karena tak ada orang yang dikenalnya.”
(Halaman:71)
87

Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan ketika

Rudy berangkat ke Jawa Rudy masih dalam keadaan berduka.

Dia dibekali tiket middleclass oleh Mami agar ia merasa

gampang berada di atas kapal, karena tak ada orang yang

dikenalinya.

p) Pelabuhan Makasar

Latar dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer digambarkan

di pelabuhan Makasar. Peristiwa tersebut dapat dilihat dalam

kutipan berikut ini.

“Rudy ingat dia menangis di Pelabuhan Makasar,


memohon terus memohon agar dia tak dikirim ke Jawa.”
(Halaman:70)

Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan suasana

di pelabuhan Makasar. Di sana Rudy menangis memohon kepada

Mami agar ia tidak dikirim ke Jawa.

q) Jakarta

Latar di Jakarta dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer

digambarkan ketika Rudy berada di tumah pamannya. Berikut

kutipan yang menjelaskan tentang latar tempat tersebut.

“Pada awalnya Rudy sering tak bisa tidur karena tak punya
kamar sendiri seperti di rumahnya, udara Jakarta yang
panas, juga rindu pada Mami dan adik-adiknya.”
(Halaman:77)

Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa

Rudy sering tidak bisa tidur, karena ia tak memiliki kamar sendiri
88

seperti di rumahnya. Udara Jakarta yang panas, rindu pada Mami

dan akik-adiknya juga membuat Rudy tidak bisa tidur nyenyak.

r) Ruang Tamu

Latar ruang tamu digambarkan oleh pengarang pada saat

Rudy tidur di ruang tamu. Peristiwa tersebut dapat dilihat dalam

kutipan berikut ini.

“Rudy yang datang belakangan harus mengalah dan tidur


di ruang tamu.” (Halaman:77)

Dari kutipan di atas, di ketahui latar tempat di ruang tamu

ketika Rudy harus tidur di ruang tamu dan mengalah dari anak-

anak yang lain, karena ia datang paling terakhir.

s) Bandung

Dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer latar digambarkan

ketika Rudy pindah ke Bandung. Berikut kutipan dalam novel

tersebut.

“Di Bandung, untuk kali pertama semenjak ke luar dari


rumah Makasar, Rudy punya kamar, walaupun masih
harus berbagi dengan dua anak Syamsudin yang sebaya
dengannya.” (Halaman:78)

Dari kutipan novel di atas, digambarkan saat Rudy di

Bandung, ia memiliki kamar kembali setelah keluar dari rumah

Makasar, meskipun harus berbagi kamar dengan kedua anak

Syamsudin yang sebaya dengannya.


89

t) ITB

Latar ITB digambarkan pada saat Rudy kuliah disana.

Berikut kutipan yang menjelaskan tentang latar di ITB.

“Di ITB ini Rudy juga bertemu dengan seseorang yang


nantinya menjadi salah seorang teman dekatnya,
Wardiman Djojonegoro.” (Halaman:95)

Dari kutipan di atas, dijelaskan bahwa Rudy juga bertemu

dengan seseorang yang nantinya akan menjadi teman dekatnya.

Dia adalah Wardiman Djojonegoro.

Selain itu, kutipan narasi pengarang di bawah ini juga

menggambarkan latar tempat.

“Masa kuliah di ITB adalah salah satu titik yang


menentukan bagi kehidupan Rudy selanjutnya.”
(Halaman:98)

Pada kutipan di atas, digambarkan bahwa pada masa Rudy

kulah di ITB itu merupakan salah satu titik yang menentukan

kehidupan Rudy selanjutnya.

Selain itu, kutipan narasi pengarang di bawah ini juga

menggambarkan latar tempat.

“Saat itu Rudy memang baru kuliah selama tiga bulan di


ITB. Namun, waktu menjadi tak penting ketika
kecerdasannya sudah melebihi anak yang kuliah selama
tiga tahun.” (Halaman:100)

Dari kuripan di atas, pengerang menggambarkan saat

Rudy baru kuliah tiga bulan, ia telah mampu dan lulus mengikuti

ujian beasiswa ke luar negeri, karena kecerdasannya sudah

melebihi anak yang kuliah selama tiga tahun.


90

u) Hotel Amstel

Latar hotel Amstel digambarkan oleh pengarag ketika

Rudy sedang transit. Berikut kutipan dalam novel tersebut.

“Rudy turun bersama rombongan dari bus dan masuk ke


dalam hotel itu. Mereka disambut oleh para petugas hotel.”
(Halaman:106)

Pada kutipan di atas, diketahui latar tempat di hotel Amstel

ketika Rudy dan rombongan turun dari bus dan masuk ke dalam

hotel Amstel. Mereka di sambut oleh para petugas hotel.

v) Jerman

Latar dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer digambarkan

di Jerman. Peristiwa tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut

ini.

“Rudy tiba di Jerman pada April 1955. Setelah menginap


sehari di Amsterdam, dia harus kembali mengejar pesawat
yang akan membawanya ke Frankfurt.” (Halaman:107)

Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa

sebelum Rudy tiba di Jerman pada April 1955, ia harus menginap

sehari di Amsterdam terlebih dahulu, baru bisa melanjutkan

perjalanannya menuju Frankfrut.

Selain itu, kutipan narasi pengarang di bawah ini juga

menggambarkan latar tempat.

“Pada awal-awal kuliah di Jerman, tubuhnya juga


mengurus karena dia jarang memakan daging sebab takut
haram.” (Halaman:118)
91

Pada kutipan di atas, dijelakan bahwa pada awal-awal

Rudy kuliah di Jerman, tubuhnya semakin kurus. Karena ia

jarang sekali memakan daging, sebab takut haram.

Selain itu, kutipan narasi pengarang di bawah ini juga

menggambarkan latar tempat.

“Sesulit apapun hidup di Jerman, Rudy memilih untuk


menanggung sendiri.” (Halaman:155)

Pada kutipan di atas, pengarang menjelaskan bahwa sesulit

apapun hidup Rudy di Jerman, ia memilih untuk menanggungnya

sendiri dan tidak memberitahukannya kepada Mami.

w) Kantor Kedutaan Besar Indonesia

Latar dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer digambarkan

di Kantor Kedutaan Besar Indonesia. Peristiwa tersebut dapat

dilihat dalam kutipan berikut ini.

“Keesokan paginya, Rudy langsung menuju Kantor


Kedutaan Besar Indonesia di Boon untu mendapatkan visa
belajarnya dan surat-surat untuk kebutuhan studinya.”
(Halaman:108)

Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan suasana

di Kantor Kedutaan Besar Bahasa Indonesia. Pagi hari, Rudy

mendatangi Kantor Kedutaan Besar Indonesia di Boon untuk

mendapatkan visa belajar dan surat-surat untuk kebutuhan

studinya.
92

x) RWTH- Aachen

Latar di RWTH- Aachen dalam novel Rudy Karya Gina S.

Noer digambarkan ketika Rudy melaporkan diri di Sekertriat

RWTH-Aachen. Berikut kutipan yang menjelaskan tentang latar

tempat di RWTH-Aachen.

“Setelah melaporkan diri di Sekertariat RWTH-Aachen,


Rudy diantar ke tempat penginapan untuk atlet sebelum
bertanding di Jerman.” (Halaman:117)

Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa

Rudy melaporkan diri ke sekertariat RWTH-Aachen. Kemudian,

ia diantar ke tempat penginapan untuk atlet.

y) Aachen

Latar Aachen digambarkan oleh pengarang pada saat Rudy

menuju kota Aachen. Peristiwa tersebut dapat dilihat dalam

kutipan di bawah ini.

“Dari Boon, Rudy tak mau buang waktu dan langsung


menuju Aachen.” (Halaman:108)

Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan ketika

Rudy telah sampai di Boon, ia langsung melanjutkan

perjalannannya menuju Aachen, karena tidak ingin membuang

waktu.

Selain itu, kutipan narasi pengarang di bawah ini juga

menggambarkan latar tempat.

“Di Aachen, Rudy kini lebih punya banyak waktu untuk


berjalan-jalan dan menikmati kota.” (Halaman:116)
93

Dalam kutipan di atas, dijelaskan bahwa saat di Aachen

Rudy lebih banyak memiliki waktu untuk berjalan-jalan

menikmati kota.

Selain itu, kutipan narasi pengarang di bawah ini juga

menggambarkan latar tempat.

“Malam kian larut dan salju semakin tebal menutupi atap-


atap rumah di kota Aachen.”(Halaman:125)

Dari kutipan di atas, dapat di simpulkan bahwa Saat

malam semakin larut, salju semakin tebal menutupi atap-atap

rumah di kota Aachen.

z) Mensa Academia

Latar Mensa Academia digambarkan pada saat Rudy di

antar ke Mensa Academia. Berikut kutipan dalam novel tersebut.

“Setelah itu, mereka diantar ke Mensa Academia,


semacam kantin mahasiswa yang disubsidi oleh kampus.
Rudy tinggal di situ sebelum dia mendapatkan tempat
tinggalnya.” (Halaman:125)

Dari kutipan novel di atas, dijelaskan latar Mensa

Academia terlihat pada saat Rudy dan Keng Kie diantar ke

Mensa Academia. Mensa Academia merupakan semacam kantin

mahasiswa yang di subsidi oleh kampus. Sementara Rudy tinggal

di Mensa Academia sebelum ia mendapatkan tempat tinggal.

aa) Gereja

Latar gereja digambarkan pada saat Rudy berada di

Aachen. Peristiwa tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut.


94

“Gereja selalu menjadi tempat pelarian Rudy selama di


Aachen.” (Halaman:130)

Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan latar

tempat di gereja. Terlihat saat gereja menjadi tempat pelarian

Rudy selama di Aachen, karena di Aachen tidak ada masjid.

bb) Bungker

Latar dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer digambarkan

di bungker pada waktu malam hari. Peristiwa tersebut dapat

dilihat dalam kutipan berikut ini.

Dia lalu membawa mereka ke tempat penampungan


tunawisma, yaitu bungker untuk tempat tidur para korban
perang.” (Halaman:136)

Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan suasana

di bungker. Di sana tergambar bahwa polisi membawa Rudy

dan Arief ke tempat penampungan tunawisma atau bungker.

cc) Ruangan Kampus

Latar di ruang kampus dalam novel Rudy Karya Gina S.

Noer digambaran ketika kedatangan mahasiswa baru dari

Indonesia. Berikut kutipan yang menjelaskkan tentang latar

tempat di kampus.

“Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Mereka


berkumpul di ruangan kampus yang dipinjamkan.
Beberapa mahasiswa sudah siap dengan bunga di tangan.
Romongan mahasiswa baru masuk ke dalam ruangan itu.
Para mahasiswa dating dengan wajah gugup, jas dan dasi,
serta tas di tangan.” (Halaman:145)
95

Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan

mahasiswa senior telah menunggu kedatangan mahasiswa baru

Indonesia yang baru tiba. Mereka meminjam ruangan kampus

guna menyambut kedatangan mahasiswa baru. Beberapa

mahasiswa telah siap dengan bunga ditangan. Rombongan

mahasiswa baru masuk ke dalam ruangan dengan wajah yang

gugup.

dd) Rumah Sakit Krotzingen

Latar rumah sakit Krotzingen digambarkan oleh pengarang

pada saat Rudy dipindahkan ke RS Bad Krotzingen. Peristiwa

tersebut dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini.

“Pada akhir Juli, 1959, Rudy sudah dipindahkan ke RS


Bad Krotzingen dekat dengan Freiburg dan
Schwartzwald.” (Halaman:204)

Dari kutipan di atas, diketahui latar tempat rumah sakit

Krotzingen. Akhir bulan Juli 1959 Rudy sudah dipindahkan ke

RS Bad Krotzingen yang dekat dengan Freiburg dan

Schwartzwald.

ee) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

Latar rumah sakit Cipto Mangunkusumo digambarkan

pengarang pada saat Rudy menjemput Ainun. Peristiwa tersebut

dapat dilihat dalam kutipan berikut.

“Kejadiannya pada suatu sore ketika Ainun bersiap untuk


pulang kerja dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Memang, Rudy sengaja menginap di rumah Mbak Titi
demi lebih dekat dengan Ainun.” (Halaman:242)
96

Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan latar

tempat di rumah sakit Cipto Mangunkusumo. Terlihat saat Rudy

yang sengaja meninap di rumah mbak Titi agar ia bisa lebih

dekat dengan Ainun dan agar lebih mudah menjemput Ainun

pulang kerja.

2) Latar Waktu

Latar waktu menunjukan waktu kapan terjadinya peristiwa

dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer. Latar waktu yang terdapat

dalam novel menunjukan waktu pagi, siang, sore dan malam hari.

a. Pagi

Latar waktu yang disajikan pengarang menunjukan waktu

pagi hari. Peristiwa tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut.

“Setiap pagi, Rudy selalu memboncengkan adik-adiknya


berangkat sekolah. (Halaman:83)

Dari kutipan di atas, diketahui bahwa setiap pagi Rudy

selalu memboncengkan adik-adiknya berangkat sekolah

menggunakan sepeda.

Selain itu, kutipan narasi pengarang di bawah ini juga

menggambarkan latar waktu pagi hari.

“Rudy, alias si bangsat, harus pergi ke depan asrama


mahasiswa pada pukul lima pagi. (Halaman:97)

Dari kutipan di atas, diketahui pada pukul lima pagi, Rudy

alias si bangsat harus pergi ke depan asrama mahasiswa putri, guna

membangunkan mereka.
97

Selain itu, kutipan narasi pengarang di bawah ini juga

menggambarkan latar waktu pagi hari.

“Kamu berangkat jam berapa?”


“Jam lima subuh!” (Halaman:139)

Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan Rudy

harus berangkat dari indekos jam lima subuh, untuk menuju tempat

praktiknya.

Selain itu, kutipan narasi di bawah ini juga menggambarkan

waktu pagi hari.

“Bangun pagi, setelah shalat subuh, Sri langsung ke dapur.


Dia langsung membawa sapu dan lap untuk membersihkan
setiap sudut rumah.” (Halaman:158)

Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan waktu

pagi hari di rumah keluarga Habibie. Terlihat aktivitas Sri dari

bangun pagi, setelah itu sholat subuh, kemudian ia pergi kedapur

dan langsung membersihkan seluruh sudut rumah.

Setelah itu, kutipan narasi di bawah ini juga menggambarkan

waktu pagi hari.

“Dia juga harus mengurus hotel itu. Pukul empat pagi, dia
sudah belanja kebutuhan hotel.” (Halaman:163)

Pada kutipan di atas, diketahui bahwa pukul empat pagi, Sri

sudah harus belanja kebutuhan hotel. Dia juga harus mengurus

semua keperluan hotel.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar

waktu pagi hari.


98

“Pagi itu, dia pulang menggunakan kereta dan ketiduran di


bangku.” (Halaman:199)

Dari kutipan di atas, di ketahui Rudy pulang ke indekosnya

menggunakan kereta dan ketiduran di bangku.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar

waktu pagi hari.

“Pagi harinya sebuah keajaiban terjadi. Rudy sadar. Rudy


terkejut saat membuka mata karena pertama dilihatnya adalah
rohaniwan. (Halaman:204)

Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan suasana di

kamar rawat. Di sana terlihat bahwa pada waktu pagi hari ada

keajaiban yang terjadi. Rudy sadar, tetapi ia terkejut ketika

membuka matanya, karena pertama yang dilihatnya adalah

rohaniwan.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar

waktu pagi hari.

“Sebuh pengumuman kecil di surat kabar menghebohkan


warga Jakarta dan Bandung pagi itu.” (Halaman:251)

Dari kutipan di atas, diketahui waktu pagi hari ketika sebuah

pengumuman kecil di surat kabar menghebohkan warga Jakarta

dan Bandung.

b. Siang

Latar siang dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer terdapat

pada bagian ketika Rudy melihat jembatan di Parepare pada siang


99

hari. Berikut kutipan yang menjelaskan latar waktu siang dalam

novel.

“Siang tadi, Rudy melihat jembatan di Parepare dan merasa


heran melihat ada begitu banyak mobil yang lewat di
atasnya. (Halaman:31)

Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan waktu

siang hari ketika Rudy melihat jembatan di Parepare, ia merasa

heran melihat begitu banyak mobil yang lewat di atasnya.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar

waktu siang hari.

“Kabar buruk itu tiba pada pukul dua siang.


Keng Kie berlari masuk ke klubraum karena dia mendapat
telegram bahwa Rudy dalam keadaan kritis dan teman-
temannya, disuruh menjenguk.” (Halaman:204)

Pada kutipan di atas, diketahui bahwa pukul dua siang Keng

Kie mendapat telegram, bahwa Rudy saat ini sedang dalam

keadaan kritis. Teman-teman Rudy diminta untuk menjenguknya.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar

waktu siang hari.

“Namun, pada suatu siang Februari 1962, datang dua orang


berpakaian jas lengkap ke ruang kerja Institut Konstruksi
Ringan.” (Halaman:216-217)

Pada kutipan di atas, digambarkan pada bulan Februari

1962, siang itu datang dua orang yang berpakaian jas lengkap

datang ke ruang kerja Institut Konstruksi Ringan.


100

c. Sore

Pengarang menunjukan waktu sore terjadi ketika keluarga

Habibie pergi ke pantai Lumpue. Peristiwa tersebut dapat dilihat

dalam kutipan berikut.

“Sore itu suara hati mami bias mengalahkan suara debur


ombak, tawa anak-anaknya, dan kelurga lain yang sedang
piknik di Pantai Lumpue, sekitar satu kilometer dari rumah
mereka di Parepare.” (Halaman:13)

Dari kutipan di atas, diketahui latar tempat di pantai Lumpue

pada sore hari. Tampak kebahagiaan dan keceriaan tampak dalam

tawa anak-anak. Keluarga Habibie berlibur ke pantai Lumpue yang

jaraknya hanya satu kilometer dari rumah mereka di Parepare.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar

waktu sore hari.

“Salah satu kegiatan yang mereka lakukan pada sore hari


adalah shalat berjamaah.” (Halaman:64)

Pada kutipan di atas, terlihat kegiatan keluarga Habibie yang

mereka lakukan pada sore hari adalah sholat berjamaah.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar

waktu sore hari.

“Saat itu Papi memegang tangannya menikmati sore diatas


kapal.” (Halaman:70)

Dalam kutipan di atas, terlihat Rudy sedang berada di atas

kapal menikmati keindahan laut di sore hari dengan memegang

tangan Papi.
101

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar

waktu sore hari.

“Suatu sore, Sri menemukan Rudy yang sedang gelisah di


depan kaca.” (Halaman:86)

Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan Sri

mendapati Rudy yang sedang gelisah di depan kaca, karena

mukanya banyak di tumbuhi jerawat.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar

waktu sore hari.

“Karena sudah sore, Rudy berinisiatif menghubungi


Jugendherberge, suatu tempat menginap sementara bagi
remaja Jerman yang belum punya tempat tinggal.
(Halaman:135)

Pada kutipan di atas, diketahui waktu sore hari ketika Rudy

menyadari hari semakin sore, ia berinisiatif menghubungi

Jugendherberge, suatu penginapan sementara bagi remaja Jerman

yang belum meliliki tempat tinggal.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar

waktu sore hari.

“Sorenya, dia tak jadi kembali ke flatnya, tetapi pergi ke flat


Keng Kie.” (Halaman:172)

Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan suatu sore,

Rudy tidak jadi pulang ke flatnya, tetapi pergi ke flat Keng Kie.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar

waktu sore hari.


102

“Kejadiannya pada suatu sore ketika Ainun bersiap untuk


pulang kerja dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.”
(Halaman:242)

Dalam kutipa di atas, dijelaskan bahwa Rudy harus bersaing

dengan banyak laki-lagi agar ia bisa pulang bersama Ainun.

d. Malam

Pengarang menggambarkan latar waktu malam hari pada

novel Rudy Karya Gina S. Noer, ketika Rudy menunggu Papi

pulang bekerja. Berikut kutipan dalam novel tersebut.

“Papi menjawab semampunya agar Rudy tak kecewa karena


sudah menunggu hingga larut malam.” (Halaman:35)

Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan keadaan

saat Rudy menunggu Papi pulang bekerja hingga larut malam.

Mami meminta Papi menjawab pertanyaan Rudy semampunya

saja, agar Rudy tidak kecewa.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar

waktu malam hari.

“Pukul 12 malam, usai pulang dari perpeloncoan, Rudy yang


dibonceng motor Harley Davidson oleh senior-seniornya
diturunkan tepat di depan rumah keluarga Jumhana.”
(Halaman:96)
Dari kutipan di atas, terlihat latar malam. Terlihat ketika

pukul 12 malam, setelah selesai perpeloncohan, Rudy di bonceng

menggunakan motor Haeley Davidson oleh seniornya di turunkan

di depan rumah keluarga Jumhana.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar

waktu malam hari.


103

“Rudy makan malam di restoran hotel. Makan malam itu


juga termasuk dari paket penerbangan yang dibeli ibunya.”
(Halaman:106)

Pada kutipan di atas, diketahui waktu malam hari ketika

Rudy makan malam di restoran hotel. Makan malam tersebut

termasuk paket dari penerbangan yang dibeli oleh ibunya.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar

waktu malam hari.

“Malam kian larut dan salju semakin tebal menutupi atap-


atap rumah di kota Aachen.”(Halaman:125)

Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan situasi

pada malam hari. Terlihat pada saat malam semakin larut salju

turun semakin tebal menutupi atap-atap rumah di kota Aachen.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar

waktu malam hari.

“Suatu malam, Rudy bekerja keras sampai tak tidur. Hampir


tiga hari Rudy tak tidur sama sekali.” (Halaman:199)

Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan waktu

malam hari ketika pada suatu malam Rudy bekerja keras sampai

tidak tidur. Rudy sudah hamper tiga hari tidak tidur.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar

waktu malam hari.

“Malam itu, ditengah terselenggaranya Seminar


Pembangunan, Rudy diantar ke kamar jenazah oleh
perawat.” (Halaman:200)
104

Dalam kutipan di atas, di ketahui waktu malam hari, pada

saat malam terselengaranya Seminar Pembangunan, Rudy justru

diantar ke kamar jenazah oleh perawat.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar

waktu malam hari.

“Ternyata Mami tak main-main dengan ucapannya. Pada


malam takbiran, Fanny benar-benar mengantar Rudy ke
rumah Ainun di Ranggamalela.” (Halaman:237)

Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan ucapan

Mami tidak main-main. Pada malam takbiran, Mami menyuruh

Fanny untuk mengantar Rudy ke rumah Ainun di Ranggamalela.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar

waktu malam hari.

“Malam itu, segala kecanggungan mereka lenyap. Obrolan


bermula dimeja makan lalu berlanjut hingga ke teras.”
(Halaman:238)

Dari kutipan di atas, diketahui waktu malam hari ketika

malam itu segala kecanggungan telah hilang. Obrolan yang

berawal di meja makan kini berlanjut hingga di teras.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar

waktu malam hari.

“Obrolan itu berlangsung sangat seru sampai akhirnya


mereka menyadari hari sudah malam.” (Halaman:239)

Dari kutipan di atas, diketahui suasana malam hari pada saat

obrolan yang berlangsung sangat seru, sampai akhirnya Rudy dan

Ainun menyadari hari sudah larut malam.


105

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar

waktu malam hari.

“Nyatanya, setelah perjumpaan dengan ainun malam itu, tak


ada obrolan lain di pikiran Rudy selain Ainun.”
(Halaman:242)

Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa

setelah perjumpaan Rudy dengan Ainun malam itu, tidak ada

obrolan lain di pikiran Rudy, selain dengan Ainun.

3) Latar Suasana

Latar suasana merupakan gambaran keadaan saat peristiwa

itu terjadi. Suasana yang ada dalam cerita dapat melukiskan

suasana peristiwa dan perasaan pada tokoh yang mengalaminya.

Latar suasana yang terdapat dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer

antara lain: suasana kebahagiaan, suasana kesedihan, suasana

kemarahan, suasana menegangkan, Susana penuh keributan,

suasana terharu.

Berikut ini beberapa kutipan yang memaparkan tentang latar

suasana.

a) Suasana Kebahagiaan

Suasana kebahagiaan dalam novel Rudy Karya Gina S.

Noer terlihat ketika Rudy diajak Papi pergi menaiki kuda. Hal

tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut ini.

“Mau ke mana, Pi?” kata Rudy bingung.


“Ikut saja,” kata Papi tenang.
Papi melepaskan kuda yang sudah kenyang diberi
makan, kemudian Rudy dinaikan oleh tangan besar Papi.
106

Mereka menyusuri hutan dan akhirnya sampai di sebuah


mata air yang jernih.
“Rudy senang?” Tanya Papi yang sudah berjongkok di
sekelilingnya.
Rudy mengangguk sambil terus memainkan kakinya di
air.
“Rud, coba kamu lihat sekeliling kamu.”
“Menurut kamu, kenapa semua tanaman di sini bisa
tumbuh subur?”
“Karena dekat dengan air.” jawab Rudy polos
“Benar, karena itu kamu harus menjadi mata air.”
“Kalau kamu baik, semua orang disekelilingmu juga
akan baik. Kalau kamu kotor, semua di sekitarmu akan
mati.”
Pelan-pelan Rudy memahami maksud perkataan Papi
“Coba lihat, tanaman di sini tak Cuma sejenis, kan?”
Rudy kembali mengangguk. “Itu artinya mata air
memberikan kebikan tanpa pilih-pilih.”
(Halaman:49)

Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan Papi

mengajak jalan-jalan Rudy yang sedang duduk di depan rumah.

Papi melepaskan kuda yang sudah kenyang diberi makan,

kemudian Rudy dinaikkan ke atas kuda oleh Papi. Sebelum

sampai ke mata air, mereka menyusuri hutan terlebih dahulu.

Rudy senang diajak Papi jalan-jalan. Rudy mendapatkan

pelajaran hidup dari sebuah mata air yang memberikan

kebaikannya tanpa pilih-pilih, tetapi ke semua tanaman di

sekitarnya. Awalnya, Rudy bingung apa yang di maksud oleh

Papi. Namun, pelan-pelan ia bisa mengerti apa yang di maksud

oleh Papi.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan

latar suasana kebahagiaan.


107

“Pada hari pernikahan itu, bukan hanya Rudy dan Ainun


yang berbahagia. Ada Leila yang hadir sejak prosesi
akad nikah. Rudy senang sekali saat bertemu dia di
Jakarta., April itu. Rudy langsung berteriak, “Leila, Ich
bin verliebt! „Saya jatuh cinta!‟ Rudy lalu mengenalkan
Leila pada Ainun yang tenti disambut gembira oleh Leila
karena Ainun adalah penyangkalan dari Rudy yang
selama ini percaya bahwa tak ada gadis Indonesia yang
cerdas, kritis, pekerja keras, dan cantik.” (Halaman:253)

Dari kutipan di atas, dijelaskan bahwa Rudy menikahi

Ainun. Pada saat itu bukan hanya Rudy dan Ainun saja yang

berbahagia. Namun, ada Leila yang juga merasa bahagia karena

Ainun adalah penyangkalan dari Rudy selama ini meyakini

bahwa tidak ada gadis Indonesia yang cerdas, kritis, pekerja

keras, dan cantik.

b) Suasana Kesedihan

Suasana kesedihan dalam novel Rudy Karya Gina S.

Noer terlihat ketika Rudy memohon kepada Mami agar tidak

dikirim ke Jawa. Peristiwa tersebut dapat dilihat pada kutipan

berikut.

“Rudy ingat dia menangis di Pelabuhan Makassar,


memohon dan terus memohon agar dia tak dikirim ke
Jawa. (Halaman:70)

Dari kutipan di atas, dijelaskan bahwa latar suasana

kesedihan terlihat saat Rudy menangis di Pelabuhan Makassar

memohon kepada Mami agar tidak dikirim ke Jawa.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan

latar suasana kesedihan.


108

“Sore itu, 3 September 1950, semuanya tengah bersiap-


siap menjalankan shalat seperti biasa. Mengambil wudu
dan berpakaian rapi. Mami sudah menutup jendela dan
pintu karena di luar hari mulai gelap. Suasana shalat
berlangsung sangat khusuk hingga tiba di sujud terakhir.
Namun, ada yang berbeda kali ini. Papi terus sujud dan
tidak kunjung bangun.” (Rudy,2016:64)
“Dalam kepanikan, Mami masih sempat memerintahkan
Titi untuk mencari pertolongan. Sambil menangis, Titi
berlari mencari dokter di markas Brigade Mataram.
Tidak lama, datanglah Brigade Letnan Kolonel Soeharto
didampingi oleh Dokter Tek Irsan ke rumah. Namun,
sayang sebelum melakukan pertolongan, nyawa Papi
sudah tidak bisa diselamatkan. Serangan jantung yang
datang mendadak telah merenggut Papi, membawanya
jauh dari anak-anak dan istri yang saban hari bersandar
padanya.” (Halaman:65)

Dari kutipan di atas, pengarang menjelaskan bahwa Papi

meninggal dunia saat melaksanakan shalat berjamaah bersama

keluarga. Dalam kepanikannya mami sempat menyuruh Titi

untuk mencari pertolongan. Namun, sebelum mendapatkan

pertolongan nyawa Papi sudah tidak bisa diselamatkan.

Serangan jantung yang datang mendadak telah merenggut papi

dari anak-anak dan istri yang setiap hari bersandar padanya

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan

latar suasana kesedihan.

“Pada hari itu, Rudy masih bersikeras pergi kampus dan


mengurus persiapan seminar, tetapi batuknya semakin
keras. Ibu pemilik tempat indekosnya memaksa Rudy
untuk pergi ke rumah sakit. Sampai di sana, Rudy
dinyatakan harus dirawat.” (Halaman:199)

Dari kutipan di atas, diketahui bahwa saat itu Rudy

masih bersikeras untuk datang ke kampus guna mengurus


109

persiapan seminar, tetapi batuknya semain parah. Ibu pemilik

indekosnya memaksa Rudy untuk pergi ke rumah sakit. Setelah

diperiksa, Rudy dinyatakan harus dirawat.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan

latar suasana kesedihan.

“Rudy tak ingat sisanya. Malam itu, di tengah


terselenggaranya Seminar Pembangunan, Rudy diantar
ke kamar jenazah oleh perawat. Mereka membicarakan
betapa malangnya anak Indonesia ini, yang mati sendiri
jauh dari tanah airnya.” (Halaman:200)

Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan latar

suasana kesedihann ketika Seminar Pembangunan sedang

diselenggarakan, Rudy diantar ke kamar jenazah oleh perawat

rumah sakit. Perawat rumah sakit membicarakan betapa

malangnya nasib Rudy yang meninggal dunia jauh dari tanah

air.

c) Suasana Kecemasan

Suasana kecemasan dalam novel Rudy Karya Gina S.

Noer terlihat ketika Rudy diminta untuk berkumur-kumur

dengan air panas. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan di

bawah ini.

“Ayo! Kumur terus!” teriak Mami. Rudy menatap mata


Mami. Mata Maminya berkaca-kaca.
Cuh. Rudy meludah-ludah. Lidahnya agak terbakar.
“Kalau tidak bulat apakah bis-“ Rudy kembali dipaksa
berkumur. Sementara Papi menatap Rudy dengan
pandangan Khawatir. (Halaman:28)
110

Pada kutipan diatas, latar suasana kecemasan terlihat

ketika Mami meminta Rudy untuk berkumur-kumur dengan air

panas, sementara Papi menatap Rudy dengan pandangan

Khawatir.

d) Suasana Kemarahan

Suasana kemarahan dalam novel Rudy Karya Gina S.

Noer terlihat ketika tugas S-3-nya diambil paksa oleh pegawai

Departemen Pertahanan Jerman. Hal tersebut dapat dilihat pada

kutipan berikut.

“Rudy menatap orang yang dihormatinya itu dengan


kemarahan yang luar biasa. “Yang benar saja, dong! Itu,
kan S-3 saya!” (Halaman:217)

Dalam kutipan di atas, dijelaskan bahwa Rudy menatap

Prof. Enber dengan kemarahan yang luar biasa.

e) Suasana Menegangkan

Suasana menegangkan dalam novel Rudy Karya Gina S.

Noer terlihat ketika Rudy meniup karet yang ditemukan oleh

Paul. Peristiwa tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut ini.

“Mami, Mami!”
“Pi, kok, bisa beda gitu? Rudy cara meniupnya sama,
kok.”
Papi tetap tak menjawab, dia malah semakin
kelimpangan mencari Mami ke seluruh rumah. Saat
akhirnya Papi menemukan Mami sedang menyuapi Sri,
Papi langsnung menarik tangan Mami dan mereka
mengobrol tentang karet itu. Pada saat Rudy tak
mengerti yang mereka bicarakan, Rudy hanya bingung
penyebab kali ini Papi tak member penjelasan tentng
pertanyaannya. Atau minimal berjanji mencarikan buku
111

yang menjelaskan tentang benda aneh itu.”


(Halaman:28)

Pada kutipan diatas, pengarang menggambarkan suasana

menegangkan ketika Papi mengetahui Rudy meniup karet. Papi

mencari-cari Mami, setelah bertemu, tangan Mami ditarik

olehnya. Mereka membicarakan tentang masalah karet yang di

tiup oleh Rudy.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan

latar suasana menegangkan.

“Ancaman pengeboman udara membuat Rudy setiap hari


harus berbekal sepotong karet (stief) yang dikalungkan
di leher jika berangkat sekolah.” (Halaman:43-44)

Dari kutipan di atas, pengarang menjelaskan bahwa

ancaman pengeboman udara membuat Rudy harus berbekal

sepoting karet setiap hari yang dikalungkan di leher jika, akan

berangkat sekolah.

f) Suasana Penuh Keributan

Suasana penuh keributan dalam novel Rudy Karya Gina

S. Noer terlihat ketika Rudy tak mau menandatangani hasil

revolusi. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.

“Saya tidak mau!” tegas Rudy


“Kenapa kamu tidak mau? Antirevolusi, ya?” tuduh para
pendukung Achmadi.” (Halaman:187)

Pada kutipan di atas, digambarkan suasana penuh

ketegangan ketika Rudy tidak mau menandatangani hasil


112

revolusi. Rudy dituduh oleh para pendukung Achmadi, kalu ia

antirevolusi.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan

latar suasana penuh keributan.

“Tidak! Tidak boleh ada yang mengambil perhitungan


saya!”
Kedua orang itu tak perduli. Mereka terus mengambil
seluruh kertas-kertas berharga itu. Keributan itu
memancing kedatangan tiga orang sejawat Rudy.
Namun, tak ada yang menolong Rudy. Sementara itu,
Prof. Ebner berusaha menenangkan Rudy.”
(Halaman:217)

Dalam kutipan di atas, tergambar suasana penuh

keributan, ketika pegawai Departemen Pertahanan Jerman

mengambil tugas S-3 milik Rudy.

e. Sudut Pandang

Sudut pandang atau disebut (point of view) menyaran pada

sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara atau pandangan yang

dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajiakn tokoh,

tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam

sebuah karya fiksi kepada pembaca. Sudut pandang adalah titik

pandang dari sudut mana cerita itu dikisahkan. Pengarang

menguraikan cara menyajikan tokoh, mengairkan alur, dan membentuk

sebuah peristiwa yang dapat disajikan secara utuh.

Dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer, pengarang

menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu yang mengetahui


113

jalannya cerita. Pengarang mengetahui saat Rudy mengingat Papi yang

sudah meninggal dunia.

“Perjalanan ini mengingatkan Rudy kembali pada Papi karena


sekalinya dia naik kapal adalah waktu disunat dan mereka
sekeluarga berangkat ke Gorontalo. Saat itu Papi memegang
tangannya menikmati sore dari atas kapal. Mereka begitu
bahagia saat itu karena baru melepas rindu pada kampung
halaman. Namun, kini Rudy sendirian di atas kapal
memandang langit yang tampak muram. Banyak yang bilang
pada Rudy kalau darah bugis punya darah perantau dan nekat.
Namun, justru Mami yang berdarah Jawa yang nekat
mengirimnya sendirian ke pulau yang sama sekali asing
untuknya.” (Halaman:70)

Penulis mengetahui segala yang dirasakan tokoh utama Rudy.

Penulis berperan sebagai orang ketiga serba tahu. Situasi dan kondisi

di dalam cerita nampak lebih hidup saat pembaca mengetahui situasi

dan kondisi jalannya cerita.

f. Amanat

Amanat tidak langsung tertulis dalam cerita, tetapi dapat

ditafsirkan dari percakapan tokoh, peristiwa yang menimpa tokoh, atau

akibat yang terjadi pada tokoh dalam akhir cerita itu. Amanat adalah

pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui ceritanya.

Amanat yang baik adalah amanat yang mengandung nilai-nilai positif

yang dapat diambil dalam sebuah cerita untuk dijadikan pedoman

hidup.

Amanat yang terkandung dalam novel Rudy Karya Gina S.

Noer yaitu:
114

1) Jangan pernah menilai orang lain dari sisi luarnya saja. Hal

tersebut sesuai dengan kutipan berikut.

“Kamu disini jangan memalukan nama bangsa, ya!” kata


seorang mahasiswa senior. Dia menasehati Rudy.”Kamu
harus belajar sungguh-sungguh di sini.”
“Iya, mas,” Rudy menjawab. Sementara Lim Keng Kie
cuma tertawa canggung. Orang-orang ini belum tahu
kemampuan Rudy sebenarnya. (Halaman:120)

Pada kutipan di atas, digambarkan bahwa para mahasiswa

senior begitu menyepelekan Rudy, karena ia satu-satunya

mahasiswa yang tidak memiliki paspor biru. Itu sebabnya para

mahasiswa senior langsung menyimpulkan bahwa Rudy bukan

anak yang pintar, tidak qualified. Namun, Rudy merupakan anak

yang genius, ia mampu mengikuti ujian dan lulus dengan nilai

yang sangat baik.

2) Jangan pernah mengeluh meski sedang menghadapi kesusahan. Hal

tersebut sesuai dengan kutipan berikut.

“Sesulit apapun hidup di Jerman, Rudy memilih untuk


menanggung sendiri. Rudy tidak pernah mau mengabarkan
kesulitan di Aachen kepada Mami. Baginya, Mami dan
keluarga di rumah tak perlu tahu yang sedang dihadapi. Dia
tau bahwa ibunya sudah susah, tak perlu ditambah susah
lagi. Berani merantau sejauh ini harus berani pula
menanggung kesulitan semacam apapun. (Halaman:156)

Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa sesulit

apapun hidup Rudy di Jerman ia tidak pernah mengeluh kepada

siapapun, termasuk Mami. Karena ia sadar harus berani

menanggung kesulitan sendiri.


115

3) Jangan cepat putus asa dalam menggapai cita-cita. Hal tersebut

sesuai dengan kutipan berikut.

“Melihat ada seorang laki-laki bertubuh kecil dan matanya


memerah, seorang laki-laki Jerman mendekatinya. “Kamu
kenapa?” tanyanya.
“Aku gagal ujian,” jawab Rudy pasrah. Suaranya serak.
“Memangnya, siapa nama kamu?” kata lelaki jerman itu
penasaran.
Rudy member tahu nama lengkapnya kemudian bersiap-
siap pergi. Kalaupun dia harus menyesali diri dan
menangis, paling tidak bukan di depan orang-orang Jerman
ini.
Ternyata orang Jerman yang jangkung itu berinisiatif
mencari namanya juga, tetapi dari atas. Lalu, dia
celingukan mencari Rudy ke sekeliling, tetapi tidak ada.
Melihat Rudy yang menjauh, dia segera berlari dan menarik
tangannya. Tangan itu diguncang dengan antusias seolah
dia akan memutarbalikan Rudy dengan tubuhnya yang
besar, “Herzlichen Gluckwunsch!” kata pemuda itu. Rudy
kebingungan mendengarkata “selamat” keluar dari mulut
lelaki itu. Hinaan macam apa ini, jelas-jelas namaku tidak
ada di sana, piker Rudy.
Orang jerman itu lalu menyeret Rudy melihat kembali ke
papan pengumuman yang sudah mulai sepi. Jari orang
Jerman itu menunjuk ke angka deretan paling atas.
(Halaman:122)

Berdasarkan kutipan di atas, pengarang menjelaskan bahwa

Rudy mengira tidak lulus ujian dan ia sempat putus asa ketika ia

tidak melihat namanya di papan pengumuman. Ada orang Jerman

yang menayakan nama dan berbaik hati mencari nama Rudy di

papan pengumuman. Ternyata namaya berada di deretan atas.

2. Aspek Sosiologi Sastra dalam Novel Rudy Karya Gina S. Noer

Aspek sosiologi sastra novel Rudy Karya Gina S. Noer yang

dibahas dalam skripsi ini terdiri dari aspek kekerabatan, cinta kasih, moral,

pendidikan, ekonomi dan religi. Dibawah ini disajikan pembahasan


116

mengenai aspek-aspek sosiologi sastra yang berkaitan dalam novel Rudy

Karya Gina S. Noer satu persatu.

1) Aspek Kekerabatan

Kekerabatan merupakan unit-unit sosial yang terdiri dari

beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan

perkawinan. Dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer ini, terdapat

hubungan kekerabatan antara Rudy dengan Mami, adiknya Sri, dan

istrinya Ainun. Hal tersebut dapat dibuktikan pada kutipan di bawah

ini.

a) Mami dengan Rudy

Hubungan aspek kekerabatan antara Mami dengan Rudy

terlihat ketika Mami menanyakan kepada Rudy mau sampai jam

berapa akan menunggu Papi. Berikut kutipan dalam novel yang

menjelaskan kekerabatan Mami dengan Rudy.

“Mau sampai jam berapa menunggu Papi, nak? “ Mami


muncul lagi di pintu.
“Mami, Papi kenapa kalu pulang suka malam-malam?”
Protes Rudy
“Nak, Papi itu pekerjaannya banyak, mengurus orang-orang
biar sawah dan kebunnya bagus.” Kata Mami menjelaskan”
(Halaman:33)

Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan tokoh

Mami sedang bertanaya kepada Rudy. Mau sampai jam berapa

Rudy akan menunggu Papi pulang bekerja.


117

Selain itu, aspek kekerabatan juga terlihat ketika Mami

meminta Rudy untuk menikah. Peristiwa tersebut dapat dilihat

dalam kutipan berikut.

“Rud, Mamimu ini akan jauh lebih tenang kalau kamu di


Jerman ada yang mengurusi.”
Rudy tertawa. “Mami mau pindah ke sini? Wah bisa gemuk
lagi aaku dimaskin Mami.”
Mami menatap jengkel. “Nikah, Rud, nikah. Hati itu kalau
sudah berdua akan membuat hidup jadi lebih lengkap. Ada
tujuan. Ada arahan. Ada yang mengisi. Ada yang
mengimbangi.” (Halaman:207)

Dari kutipan di atas, pengarang menjelaskan bahwa Rudy

diminta untuk menikah oleh Mami. Mami jauh lebih tenang jika

Rudy ada yang mengurusnya di Jerman.

b) Papi dengan Rudy

Hubungan aspek kekerabatan antara Papi dengan Rudy

terlihat ketika Rudy menanyakan apa pekerjaan Papi. Berikut

kutipan dalam novel.

“Oleh Papi, pertanyaan-pertanyaan Rudy itu dia rayakan dan


selali dia jawab dengan serius. Rudy pernah bertanya
tentang apa sebenrnya pekerjaan Papi? Mengapa Papi sibuk
menggabungkan dua tanaman yang tak sejenis? Papi tak
memberikan Rudy jawaban yang sederhana, tetapi dia jawab
dengan cara sesederhana mungkin hingga anak kecil bisa
mengerti.” (Halaman:19)

Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan tokoh Papi

yang menjawab pertanyaan-pertanyaan Rudy dengan penjelasan

yang sangat sederhana, agar anaknya bisa mengerti.


118

Selain itu, aspek kekerabatan antara Papi dengan Rudy juga

terlihat ketika Papi mengajak Rudy pergi menaiki kuda. Peristiwa

tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut.

“Mau ke mana, Pi?” kata Rudy bingung.


“Ikut saja,” kata Papi tenang.
Papi melepaskan kuda yang sudah kenyang diberi makan,
kemudian Rudy dinaikan oleh tangan besar Papi. Mereka
menyusuri hutan dan akhirnya sampai di sebuah mata air
yang jernih.
“Rudy senang?” tanya Papi yang sudah berjongkok di
sekelilingnya.
Rudy mengangguk sambil terus memainkan kakinya di
air.” (Halaman:49)

Berdasarkan kutipan di atas, peristiwa tersebut

digambarkan ketika Papi mengajak Rudy pergi ke sebuah mata air

dengan menaiki seekor kuda.

c) Rudy dengan Sri

Hubungan aspek kekerabatan Rudy dengan Sri terlihat

ketika Sri membantu Rudy. Peristiwa tersebut dapat dilihat dari

kutipan berikut.

“Pokoknya jangan lebih dari tiga menit, Sri!”


“Iya, Mas.”
Rudy memakai sabun itu di dekat jam dinding. Sambil
memejamkan mata dan wajah penuh busa, Rudy terus
berteriak ke adiknya, “Sriii…. Sudah belumm?”
“Sri setia dan awas menatap jam, memastikan
pemakaiannya tidak boleh lebih dari tiga menit.”
(Halaman:86-87)

Pada kutipan di atas, terlihat bahwa Rudy meminta

adiknya Sri untuk menatap jam, untuk memastikan agar Rudy

memakai sabun muka tidak lebih dari tiga menit.


119

d) Rudy dengan Ainun

Hubungan aspek kekerabatan Rudy dengan Ainun terlihat

ketika ia menikahi Ainun. Berikut kutipan novel yang

menggambarkan kekerabatan Rudy dengan Ainun.

“Pada hari pernikahan itu, bukan hanya Rudy dan Ainun


yang berbahagia. Ada Leila yang hadir sejak prosesi akad
nikah. Rudy senang sekali saat bertemu dia di Jakarta.
April itu. Rudy langsung berteriak, “Leila, Ich bin
verliebt! „Saya jatuh cinta!‟ Rudy lalu mengenalkan Leila
pada Ainun yang tenti disambut gembira oleh Leila larena
Ainun adalah penyangkalan dari Rudy yang selama ini
percaya bahwa tak ada gadis Indonesia yang cerdas, kritis,
pekerja keras, dan cantik.” (Halaman:253)

Dari kutipan di atas, dapat pengarang menjelaskan bahwa

Rudy menikahi Ainun. Pada saat itu bukan hanya Rudy dan Ainun

saja yang sangat bahagia. Namun, ada Leila juga yang merasa

bahagia karena Ainun adalah penyangkalan dari Rudy yang selama

ini meyakini bahwa tidak ada gadis Indonesia yang cerdas, kritis,

pekerja keras, dan cantik.

2) Aspek Cinta Kasih

Cinta kasih merupakan bentuk hubungan yang selaras dan tulus

dari hati manusia. Aspek cinta kasih dalam novel Rudy Karya Gina S.

Noer yaitu (a) cinta kasih terhadap keluarga, (b) cinta kasih terhadap

teman. Berikut kutipan yang menjelaskan hal tersebut.


120

a) Cinta kasih terhadap keluarga

Cinta kasih terhadap keluarga terlihat saat Mami bertanya

pada Rudy akan sampai kapan menunggu Papi. Berikut kutipan

pada novel tersebut.

“Mau sampai jam berapa menunggu Papi, nak? “ Mami


muncul lagi di pintu.
“Mami, Papi kenapa kalu pulang suka malam-malam?”
Protes Rudy
“Nak, Papi itu pekerjaannya banyak, mengurus orang-orang
biar sawah dan kebunnya bagus.” Kata Mami menjelaskan”
(Halaman:33)

Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan Mami

sedang bertanaya kepada Rudy. Mau sampai jam berapa Rudy akan

menunggu Papi pulang bekerja.

Selain itu, aspek cinta kasih terhadap keluarga juga terlihat

ketika Papi mengajak Rudy ke sebuah mata air. Peristiwa tersebut

dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini

“Mau ke mana, Pi?” kata Rudy bingung.


“Ikut saja,” kata Papi tenang.
Papi melepaskan kuda yang sudah kenyang diberi makan,
kemudian Rudy dinaikan oleh tangan besar Papi. Mereka
menyusuri hutan dan akhirnya sampai di sebuah mata air
yang jernih.
“Rudy senang?” tanya Papi yang sudah berjongkok di
sekelilingnya.
Rudy mengangguk sambil terus memainkan kakinya di air.”
(Halaman:49)

Berdasarkan kutipan di atas, peristiwa tersebut

digambarkan ketika Papi mengajak Rudy pergi jalan-jalan ke

sebuah mata air dengan mengendari seekor kuda.


121

Selain itu, aspek cinta kasih terhadap keluarga juga terlihat

ketika Rudy meminta Fanny datang menolongnya. Berikut kutipan

dalam novel tersebut.

“Pernah suatu ketika Fanny tengah sibuk dengan


pekerjaannya di Tanjung Priok, Rudy menelpon dan
mengatakan bahwa Fanny harus segera datang karena
keadaan gawat. Fanny buru-buru datang dan menyaksikan
Rudy sedang bengong di pinggir jalan.” (Halaman:20)

Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan Fanny

begitu menyayangi dan perduli dengan Rudy meskipun ia sedang

sibuk dengan pekerjaannya, ia menyampaikan untuk datang

menolong Rudy.

Selain itu, aspek cinta kasih terhadap keluarga juga terlihat

ketika Sri dengan setia melihat jam dinding demi Rudy. Hal

tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut ini.

“Pokoknya jangan lebih dari tiga menit, Sri!”


“Iya, Mas.”
Rudy memakai sabun itu di dekat jam dinding. Sambil
memejmakan mata dan wajah penuh busa, Rudy terus
berteriak ke adiknya, “Sriii…. Sudah belumm?”
“Sri setia dan awas menatap jam, memastikan
pemakaiannya tidak boleh lebih dari tiga menit.”
(Halaman:86-87)

Pada kutipan di atas, terlihat bahwa Rudy meminta adiknya

Sri untuk menatap jam, untuk memastikan agar Rudy memakai

sabun muka tidak lebih dari tiga menit.


122

b) Cinta kasih terhadap teman

Cinta kasih terhadap teman pada novel Rudy Karya Gina S.

Noer terlihat saat Paul Pascol menanyakan tentang buku yang

sedang Rudy baca.

“Nggak ikut-ikutan Fanny, Rud?” Tanya Paul Pascol


“Rudy menggeleng dan terus asyik menekuni buku di
tanggannya.”
“Buku baru lagi, Rud? Tanya Paul sambil pengunyah
makanannya. “ceritannya tentang apa, tuh?” (Halaman:22)

Dari kutipan di atas, pengarang menjelaskan bahwa Paul

Pascol menanyakan tentang isi buku yang sedang dibaca oleh Rudy

sambil mengunyah makanannya.

Selain itu, aspek cinta kasih terhadap teman terlihat ketika

Lim Keng Kie membantu Rudy. Peristiwa tersebut dapat dilihat

dalam kutipan berikut.

“Awalnya Keng Kie selalu curiga karena Rudy selalu puasa


bila diajak makan di Mensa.
“Aku puasa Senin-Kamis, Keng Kie!” kata Rudy.
“Ah, sekarang kan Rabu,” jawab Keng Kie.
Rudy tertawa, “Du muss mir fasten, es ist gut fur dich! „kau
harus ikut puasa denganku, itu baik untukmu!”
Akan tetapi, saat didesak oleh Keng Kie, Rudy mengaku, dia
tak punya uang sama sekali. Makanya selama ini adalah apel
jatuh atau apel tak dimakan kuda yang dia temukan pada
saat berjalan melewati istal kuda menuju kampus. Keng Kie
tak tega. Dia memaksa Rudy untuk meminjam uangnya.
Rudy menolak, tatapi untuk urusan membantu kawan, Keng
Kie lebih keras kepala.” (Halaman:131)

Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan Lim

Keng Kie mendesak Rudy, mengapa ia selalu mengaku puasa

setiap kali diajak ke Mensa olehnya. Akhirnya, Rudy mengaku


123

kepada Lim Keng Kie, bahwa ia kini sudah tidak memiliki uang

sama sekali. Selama ini ia hanya makan apel yang jatuh atau apel

yang tidak dimakan oleh kuda. Lim Keng Kie memaksa Rudy agar

mau meminjam uangnya untuk makan, dengan keras kepala ia

menolak. Namun, jika urusan menolong temannya Lim Keng Kie

akan lebih keras kepala.

Selain itu, aspek cinta kasih terhadap teman terlihat ketika

Ilona dan Rudy kadang hanya berlibur berdua. Peristiwa tersebut

dapat dilihat dalam kutipan berikut ini.

“Ilona da Rudy kadang hanya piknik berdua sambil


membahas puisi. Rudy suka puisi “Der Erlkonig” atau
diterjemahkan menjadi “Raja Mambang” dalam bahasa
Indonesia, karya Johann Wolfgang Von Goethe.”
(Halaman:150)

Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa

Rudy dan Ilona sering berlibur hanya berdua, dan membahas

tentang puisi-puisi. Rudy menyukai puisi “Der Erlkonig” yang

diterjemahkan dalam bahas Indonesia menjadi “Raja Mambang”

karya Johann Wolfgang Von Goethe.

Selain itu, aspek cinta kasih terhadap teman terlihat ketika

Leila datang ke pernikahan Rudy dengan Ainun. Berikut kutipan

yang menggambarkan peristiwa tersebut.

“Pada hari pernikahan itu, bukan hanya Rudy dan Ainun


yang berbahagia. Ada Leila yang hadir sejak prosesi akad
nikah. Rudy senang sekali saat bertemu dia di Jakarta.
April itu. Rudy langsung berteriak, “Leila, Ich bin verliebt!
„Saya jatuh cinta!‟ Rudy lalu mengenalkan Leila pada
Ainun yang tenti disambut gembira oleh Leila larena Ainun
124

adalah penyangkalan dari Rudy yang selama ini percaya


bahwa tak ada gadis Indonesia yang cerdas, kritis, pekerja
keras, dan cantik.” (Halaman:253)

Dari kutipan di atas, dapat pengarang menjelaskan bahwa

Rudy menikahi Ainun. Pada saat itu bukan hanya Rudy dan Ainun

saja yang sangat berbahagia. Namun, ada Leila yang juga merasa

bahagia karena Ainun adalah penyangkalan dari Rudy selama ini

meyakini bahwa tidak ada gadis Indonesia yang cerdas, kritis,

pekerja keras, dan cantik.

3) Aspek Moral

Moral adalah baik buruk yang diterima umum mengenai

perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti. Aspek moral dalam

novel Rudy Karya Gina S. Noer adalah pada saat Rudy bersyukur.

Berikut kutipan yang menggambarkan peristiwa tersebut.

“Bila ingat waktu itu, Rudy selalu bersyukur dia tak kena
penyakit apa-apa.” (Halaman:29)

Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan aspek moral,

yaitu Rudy mengingat masa kecilnya, kini ia bersyukur tidak terkena

penyakit apa-apa.

Selain itu, Mami juga rajin bersilaturahmi ke kawan-kawannya.

Peristiwa tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut.

“Mami juga terkenal rajin bersilaturahmi. Beliau paham dan


dekat dengan banyak simpul jaringan perkawanan dan bisnis
penting di Bandung.” (Halaman:84)
125

Dari kutipan di atas, menggambarkan Mami yang terkenal rajin

bersilaturahmi. Dia juga begitu paham sekaligus dekat dengan banyak

jaringan teman dan bisnis yang penting di Bandung.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek

moral.

“Sana ambilkan makanan.”


“Apa saja yang harus diambil, mas?” Tanya Rudy.
(Halaman:120)

Dalam kutipan di atas, pengarang menjelaskan bahwa Rudy

tidak menolak ketika diperintah oleh kakak seniornya untuk

mengambil makanan untuk mereka.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek

moral.

“Rudy memang terlihat imut dan lucu, tetapi juga keras


kepala dan tidak sabaran. Dia tidak segan-segan bilang
“bodoh” atau “goblok” bila lawan bicaranya sudah
memberikan argumen yang tak masuk akal.” (Halaman:127)

Pada kutipan di atas, menggambarkan suasana ketika Rudy

menjadi sosok orang yang keras kepala dan tidak memiliki kesabaran

ketika lawan bicaranya sudah memberikan argumen yang tidak masuk

di akal, ia tidak segan-segan mengatakan bodoh atau goblok.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek

moral.

“Dia menunjukan kalau dia hormat kepada mereka, tetapi


juga tak berlebihan. Rudy bilang kepada Keng Kie, “kakak-
kakak kita itu harus hargai tinggi akan pengabdian-
pengabdiannya pada waktu dulu.” (Halaman:168)
126

Dari kutipan di atas, pengarang menjelaskan bahwa Rudy

mengatakan kepada Keng Kie, jika ia menghormati kakak seniornya,

karena mereka telah mengabdikan dirinya untuk Indonesia pada waktu

dulu.

4) Aspek Pendidikan

Pendidikan merupakan proses akulturasi anggota masyarakat

yang masih muda oleh anggota-anggota masyarakat yang lebih

tua.Novel Rudy Karya Gina S. Noer mempunyai aspek pendidikan

yang baik. Masalah pendidikan saat Rudy harus berpindah-pindah

sekolah mencari sekolah terbaik pada saat itu, meskipun kondisi

ekonomi keluarga Rudy kurang baik. Walaupun kondisi ekonomi

kurang baik, Mami tetap ingin anaknya masuk ke sekolah

Internasional. Berkut kutipan yang menggambarkan kutipan tersebut.

“Setelah berdoa dan berpikir matang-matang, Mami bertekad


memberangkatkan anaknya sekolah di sekolah Internasional
yang saat itu hanya ada di Bandung dan Jakarta. Hanya di
kedua sekolah itu Concordante HBS masih dibuka. Mami
memang keras kepala, apalagi menyangkut kemajuan anak-
anaknya. Namun, setalah suaminya meninggal, dia harus
memilih. Hanya satu dari dua anaknya ini yang bisa dia
berangkatkan. Kendala keuangan menjadi pertimbangan utama.
Saat itu, tidak tersedia beasiswa dari manapun. Kekuatan
finansial keluarga Habibie juga mengandalkan kopra,
sementara SPP sebulan di sekolah itu bahkan lebih banyak dari
gaji insinyur satu bulan.” (Halaman:69)

Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan Mami berdoa

dan berfikir matang-matang untuk memberangkatkan Rudy sekolah di

Sekolah Internasional. Pada saat itu hanya ada di Bandung dan Jakarta.

Hanya di kedua kota itu sekolah Concordante HBS masih dibuka.


127

Mami memang orangnya sangat keras kepala, apalagi ketika

menyangkut kemjuan anak-anaknya. Namun, setelah Papi meninggal,

ia harus memilih satu di antara dua anaknya yang bisa ia berangkatkan

untuk melanjutkan pendidikan di Concordante HBS. Kendala

keuangan menjadi pertimbangan utamanaya. Pada saat itu, tidak ada

beasiswa dari manampun. Kekuatan finansial keluarga Habibie saat itu

juga mengandalkan kopra, karena biaya SPP sebulan di sekolah

Concordante HBS lebih banyak dari gaji insinyur satu bulan.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek

pendidikan.

“Setelah lulus SMA pada 1954, Rudy memulai petualangannya


di banku kuliah. Dengan kemampuan ekstra yang baik, Rudy
masuk ke Fakultas Teknik, Universitas Indonesia di Bandung.”
(Halaman:95)

Dari kutipan di atas, diketahui bahwa setelah lulus SMA pada

tahun 1954, Rudy melanjutkan pendidikannya di bangku kuliah.

Dengan kemapuan ekstra yang dimiliki, ia masuk ke Fakultas Teknik

Universitas Indonesia di Bandung.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek

pendidikan.

“Kegelisahan Rudy makin menjadi karena setahun yang akan


datang, pada 1957, dia akan menyelesaikan studi S-1 dan akan
lanjut ke studi S-2-nya untuk mendapat gelar Dipl. Ing.
Namun, dengan situasi pemerintah yang tak menentu, Rudy
butuh proyeksi atas langkah yang harus dia ambil agar bisa
membuat industry pesawat di Indonesia saat dia pulang nanti.”
(Halaman:171)
128

Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan kegelisahan

hati Rudy yang semakin menjadi, karena setahun yang akan datang, ia

akan menyelesaikan studi-S1 dan akan melanjutkan studi S-2 untuk

mendapatkan gelar Dipl. Ing. Namun, pada saat itu pemerintah

Indonesia sedang tidak menentu, Ia membutuhkan proyeksi atas

langkah yang harus di ambil agar dapat pulang ke Indonesia untuk

membuat pesawat.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek

pendidikan.

“Setelah studi tertunda selama lebih kurang setahun, Rudy


akhirnya bisa meneruskan study S-3-nya demi meraih gelar
Dr.Ing.” (Halaman:208)

Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan Rudy

akhirnya bisa meneruskan studi S-3-nya kembali demi meraih gelar

Dr. Ing setelah tertunda salama setahun.

5) Aspek Ekonomi

Kajian aspek sosiologi ekonomi dalam novel Rudy Karya Gina

S. Noer menceritakan permasalahan ekonomi keluarga dan ekonomi

bangsa Indonesia pada saat penjajahan dan masa orde baru. Berikut

pembahasan data kutipan novel Rudy Karya Gina S. Noer, yang

berhubungan dengan ekonomi.

Perekonomian keluarga Habibie tidak sebaik dulu. Tidak

semua anak-anak keluarga Habibie bisa bersekolah di Concordante

HBS. Berikut kutipan yang menggambarkan aspek pendidikan.


129

“Namun, sejalan dengan kualitasnya yang memang baik,


Concordante HBS membutuhkan biaya yang sangat tinggi
sehingga tidak semua anak-anak keluarga Habibie dimasukan
ke sekolah tersebut.” (Halaman:68)

Berdasarkan kutipan di atas, Concordante HBS memiliki

kualitas pendidikan yang baik. Namun bersekolah di sana

membutuhkan biaya yang sangat tinggi, sehingga tidak semua anak-

anak keluarga Habibie bisa sekolah di Concordante HBS.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek

ekonomi.

“Pada saat itu Rudy mengalami keterlibatan pertamanya


dengan orang-orang yang tak mampu karena uang bulanannya
memang pas-pasan. Bila dulu pada zaman Hindia-Belanda
selalu bagian kelas menengah atas, di Aachen dia menjadi
bagian kelas bawah. Bila dia dulu hanya mengenal kata
„miskin” atau “kelaparan”, di Aachen dia mengalami arti dua
kata itu.” (Halaman:117)

Pada kutipan di atas, Rudy mengalami keterlibatannya dengan

orang-orang yang tidak mampu, karena uang bulannanya memang pas-

pasan. Dahulu saat zaman Hindia-Belanda ia selalu menjadi bagian

kelas menengah atas, sedangkan di Aachen menjadi bagian kelas

bawah. Saat ini ia mengalami apa itu arti miskin dan kelaparan.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek

ekonomi.

“Sedari awal, Rudy memang bertekat menyelesaikan kuliah


secepatnya di tengah keuangannya yang sering telat. Karena
itu, dia memutuskan untuk tak bekerja sampingan, bahkan
ketika masa liburan. Ketika temannya sibuk menyusun jadwal
main ski atau bekerja, Rudy sibuk belajar menghadapi ujuan.
Rudy berpikir, jika dia terlalu lama kuliah, tentu dia akan
memperpanjang beban Mami.” (Halaman:127)
130

Dari kutipan di atas, dijelaskan bahwa dari awal Rudy

berangkat ke Jerman, ia telah bertekat menyelesaikan kuliah

secepatnya mungkin, di tengah keuangan yang sering terlambat datang.

Oleh karena itu, Rudy tidak memutuskan untuk bekerja sampingan saat

masa liburan tiba. Saat teman-temannya sibuk menyusun jadwal untuk

bermain ski atau bekerja, justru Rudy sibuk belajar untuk menghadapi

ujian. Rudy berfikir, jika ia terlalu lama kuliah, tentu akan

memperpanjang beban Mami.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek

ekonomi.

“Sri memang sangat kagum pada energi Mami yang luar biasa
besar untuk mengumpulkan rupiah demi rupiah demi
kebutuhan rumah, terutama biaya sekolah. Salah satu bisnis
yang di bangun Mami adalah membangun indekos untuk
mahasiswa. Selain itu, tangan dingin mami juga merambah ke
usaha ekspor-impor dengan Singapura.” (Halaman:157)

Berdasarkan kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa

Sri sangat kagum pada energi Mami yang luar biasa besar untuk

mengumpulkan rupiah demi rupiah demi kebutuhan rumah, terutma

untuk biaya sekolah. Mami membangun bisnis indekos untuk

mahasiswa. Selain itu, Mami juga merambah bisnis ekspor-impor

dengan Singpura.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek

ekonomi.

“Selain usaha ekspor-impor ke Singapura, dia juga berdagang


berliain. Para penjualnya sering datang wara-wiri ke rumah.
131

Setiap penjual yang datang selalu dia anggap saudara. Itu


membuat jaringan Mami semakin luas.” (Halaman:157)

Dari kutipan di atas, dijelaskan bahwa selain usaha ekspor-

impor beliau juga berdagang berlian. Para penjual berlian sering

datang ke rumah. Setiap penjual yang datang ke rumah, selalu di

anggap saudara oleh Mami. Itu sebabnya jaringan Mami menjadi

semakin luas.

“Karena sulitnya keadaan keuangan, pernah suatu kali Sri harus


rela menggadaikan perhiasan miliknya untuk uang makan
mereka sekeluarga.” (Halaman:162)

Pada kutipan di atas, di simpulkan karena sulitnya keuangan,

Sri harus rela menggadaikan perhiasan miliknya untuk makan mereka

sekeluarga.

6) Aspek Religi

Religi erat hubungannya dengan keyakinan dan kepercayaan

terhadap Tuhannya.Berikut pembahasan data kutipan novel Rudy

Karya Gina S. Noer, yang berhubungan dengan religi.

Rudy berhenti menangis ketika Papi melantunkan ayat-ayat

suci Al-Quran. Peristiwa tersebut digambarkan dalam kutipan berikut

ini.

“Namun, saat ruangan sebelah sayub-sayub terdengar suara


Papi yang mulai melantunkan ayat-ayat suci, tangis Rudy
perlahan mereda.” (Halaman:17)

Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan pada waktu

kecil Rudy menangis, ia berhenti menangis ketika mendengar Papi

mulai melantunkan ayat-ayat suci.


132

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek

religi.

“Guru pertama Rudy dan saudara-saudaranya adalah ayah


mereka. Dari sang ayah, anak-anak keluarga Habibie
memperoleh dasar-dasar kehidupan beragama islam. Untuk
mendalami agama, Alwi lalu mengharuskan semua anak-
anaknya belajar mengaji kepada Hasan Alamudi, seorang Arab
di Parepare.” (Halaman:32)

Dalam kutipan di atas, Papi merupakan guru pertama bagi

Rudy dan saudara-saudaranya. Dari Papi mereka memperoleh dasar-

dasar kehidupan beragama islam. Papi juga meminta Hasan Alamudi

seorang Arab di Parepare untuk mengajar anak-anaknya mengaji, guna

mendalami agama islam.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek

religi.

“Salah satu kegiatan yang mereka lakukan pada sore hari


adalah shalat berjamaah.” (Halaman:64)

Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan salah satu

kegiatan keuarga Habibie di sore hari adalah shalat berjamaah.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek

religi.

“Seusia itu, Rudy telah terbiasa berpegang pada doa-doa yang


dia warisi dari keluarga dan guru-gurunya. Pegangan pertama
Rudy adalah nasihat tentang doa yang diberikan oleh guru
mengajinya, kapten Arab, Hasan Alamudi.” (Halaman:71)

Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa ketika masih

kecil Rudy telah dibekali doa-doa oleh keluarga dan guru-gurunya.


133

Doa pertama Rudy adalah nasehat tentang orang tua yang diberikan

oleh guru mengajinya Hasan Alamudi dari Arab.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek

religi.

“Dia menikmati setiap momennya, walau dalam hatinya dia


berdoa agar bisa selamat melewatinya dan tak mati beku di
kamar dan menyelimuti dirinya dengan selimut tebal.”
(Halaman:125)

Berdasarkan kutipan di atas, pengarang menggambarkan saat

Rudy sangat menikmati setiap momen turunnya salju. Meskipun dalam

hatinya berdoa agar bisa selamat melewatinya dan tidak meninggal di

kamar karena beku, kemudian Rudy menyelimuti dirinya dengan

selimut yang sangat tebal.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek

religi.

“Saat shalat konsentrasinya hanya pada bacaan shalat dan


keheningan yang menyelimutinya. Kadang hening adalah
berkah terbaik Tuhan.” (Halaman:129)

Dalam kutipan di atas, dijelaskan saat shalat Rudy hanya

berkonsentrasi pada bacaan shalat saja. Ia percaya saat keheningan

menyelimutinya maka itu adalah berkah terbaik dari Tuhan.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek

religi.

“Rudy menatap pintu indah greja itu. Dia berdiri lalu berdoa
dalam hati, “Allah Swt. gedung itu dibuat oleh orang yang
percaya kepada-Mu, mereka juga yakin kepada-Mu seperti saya
yakin kepada-Mu. Namun, saya yakin bahwa orang itu,
sebagaimana saya, menyadari bahwa hanya ada satu Tuhan.
134

Bolehkan saya, dengan cara saya, masuk ke ruangan ini tanpa


mengganggu yang lain? Memanjatkan doa untuk orang tua
saya, saudara saya, dan banyak hal yang saya perlukan.
Bolehkah?” (Halaman:129-130)

Pada kutipan di atas, pengarang menjelaskan bahwa Rudy

sedang menatap pintu gereja yang indah. Ia berdiri lalu berdoa dalam

hati meminta izin untuk memasuki gereja tersebut. “Allah Swt.,

gedung itu dibuat oleh orang yang percaya kepada-Mu, mereka juga

yakin kepada-Mu seperti saya yakin kepada-Mu. Namun, saya yakin

bahwa orang itu, sebagaimana saya, menyadari bahwa hanya ada sautu

Tuhan. Bolehkan saya, dengan cara saya, masuk ke ruangan ini tanpa

mengganggu yang lain? Memanjatkan doa untuk orang tua saya,

saudara saya, dan banayk hal yang saya perlukan. Bolehkah?”

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek

religi.

“Rudy menjalankan ritual uniknya, dengan posisi duduk di


deretan bangku paling belakang, kemudian melafalkan lengkap
bacaan dan kalimat shalat. Takbir dan seterusnya seperti shalat
biasa. Namun, semuanya dilafalkan dengan amat lirih sehingga
hanya bibirnya yang bergerak.” (Halaman:130)

Dari kutipan di atas, pengarang menjelaskan bahwa saat Rudy

masuk ke gereja dan menjalkan ritual uniknya dengan posisi dukuk di

deretan bangku paling belakang. Kemudian Rudy melafalkan bacaan

shalat dengan lengkap, semuanya di lafalkan dengan amat lirih,

sehingga bibirnya saja yang bergerak.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek

religi.
135

“Bangun pagi, setelah shalat Subuh. Sri langsung ke dapur.”


(Halaman:158)

Berdasarkan kutipan di atas, disimpulkan bahwa Sri bangun

pagi, kemudian ia shalat subuh dan langsung ke dapur.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek

religi.

“Romo Mangun tersenyum saja melihat Rudy shalat di pojok


belakang gereja. Biasanya, Rudy menunggu sepi untuk shalat
di gereja. Namun, karena hatinya sangat kacau pada saat itu,
dia masuk saja walau sedang ada misa.” (Halaman:218)

Dari kutipan di atas, dijelaskan bahwa Romo Mangun

tersenyum melihat Rudy sedang shalat di pojok belakang gereja.

Biasanya, Rudy menunggu sepi untuk melaksanakan shalat di gereja.

Namun, saat itu hatinya sedang kacau, sehingga ia tetap masuk

meskipun sedang ada misa.

Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek

religi.

“Kamu kalau punya anak mendidiknya bagaimana, Rud?”


“Ya, sesuai ajaran islam”
“Tetapi, kalau pergaulannya dengan agama lain, kamu anti?”
“Kenapa saya harus anti?”
“Kalau dia pilih jodohnya agama lain, kamu setuju?”
“Saya setuju kalau jodohnya itu ikut Muslim karena anaknya
pakai nama saya. Saya percaya eksistensi tuhan satu. Jalannya
yang banyak. Yang saya yakini, ya, satu ini.” (Halaman:240)

Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa Ainun sedang

bertanya kepada Rudy, jika ia nanti mempunyai anak bagaimana cara

mendidik dan jika anaknya memilih jodoh agama lain, apakah akan di

bolehkan oleh Rudy.


136

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Novel Rudy Karya Gina S.

Noer di Kelas XII SMA

Data yang digunakan sebagai acuan pembahasan rencana

pelaksanaan pembelajaran novel Rudy Karya Gina S. Noer

menggunakan acuan Kurikulum 2013 (KURTILAS)mata pelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia, pembelajaran sastra di SMA yang

meliputi:

a) Kompetensi Inti

Kompetensi inti merupakan komponen yang berpedoman

pada silabus kurikulum 2013. Komponen inti merupakan

kompetensi yang akan dicapai dari proses pembelajaran yang

tidak hanya pengetahuan, tetapi pendidikan karakter siswa.

Kompetensi yang akan dicapai adalah aspek sosiologi sastra

dalam novel. Berikut ini kompetensi inti yang akan dicapai:

K1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang

dianutnya.

K2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,

tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama,

toleran, samai), santun, responsif, dan pro-aktif dan

menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan

lingkungan sosial dan alam serta dalam


137

mempertimbangkan diri sebagai cermin bangsa dalam

pergaulan dunia.

K3: Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi

pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan

metakognitig berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora

dengan wawasan kemanusiaan, kebahasaan, dan

peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta

menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian

yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk

memecahkan masalah.

K4: Mengolah, menalar, menyaji dan menciptakan dalam

ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan

pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara

mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan

mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

b) Kompetensi Dasar

3.9 Menganalisis isi dan kebahasaan novel.

c) Indikator

Indikator adalah penjabaran dari kompetensi dasar secara

rinci. Dalam hal ini, indikator yang ingin dicapai antar lain siswa

dapat mengidentifikasi.
138

1. Unsur intrinsik (tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut

pandang, serta amanat) novel Rudy Karya Gina S. Noer.

2. Aspek-aspek sosiologi sastra (kekerabatan, cinta kasih, moral,

pendidikan, ekonomi dan religi) novel Rudy Karya Gina S.

Noer.

d) Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran mengacu pada indikator yang memuat

aspek pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Siswa dituntut untuk

mengerti bahwa kualitas dirinya diukur dan menjadi terampil.

Siswa diharapkan mengerti unsur intrinsik sastra pada novel Rudy

Karya Gina S. Noer. Apabila mengetahui struktur pembangun

karya sastra, diharapan mereka dapat meninjau aspek-aspek

sosiologi sastra.

e) Alokasi Waktu

Alokasi waktu adalah banyaknya waktu yang digunakan

dalam pelaksanaan pembelajaran. Alokasi yang digunakan untuk

menyampaikan materi sebanyak 4 x 45 menit (dua kali pertemuan)

pelajaran di kelas.

f) Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran merupakan rincian dari materi pokok.

Dalam pemilihan materi mengenai sosiologi sastra digunakan

novel Rudy Karya Gina S. Noer. Isi dari novel Rudy Karya Gina S.

Noer mengandung segi psikologis berupa permasalahan hidup.


139

Siswa dirangsang untuk menyelesaikan masalah yang mungkin

hampir sama dengan cerita dalam novel tersebut.

g) Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan rincian kegiatan dari

proses pembelajaran. Metode yang digunakan tiap-tiap pendidik

berbeda karena dikembangkan sesuai dengan kerativitas pendidik.

Metode pembelajaran yang digunakan penulis dalam pembelajaran

sastra mengenai aspek sosiologi sastra novel Rudy Karya Gina S.

Noer adalah quantum learning. Quantum learning menggunakan

enam langkah pokok yang dikenal dengan istilah TANDUR, yaitu:

tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan.

1) Tumbuhkan

Tumbuhkan yaitu menumbuhkan pemahaman dan minat

siswa terhadap kegemaran menulis dengan memberi wawasan

tentang wacana yang akan ditulis, menyugesti siswa dengan cara

menjelaskan tujuan belajar menulis dan manfaatnya bagi

kehidupan mahasiswa. Guru mampu menumbuhkan pemahaman

dan minat siswa dengan baik.

2) Alami

Alami yaitu siswa mengalami secara langsung sesuai

dengan kegemaran siswa masing-masing seperti menyimak

rekaman atau membaca contoh-contoh teks untuk diidentifikasi


140

unsur-unsur pembangunannya. Guru menyediakan rekaman atau

contoh teks.

3) Namai

Namai yaitu membicarakan hasil identifikasi unsur-unsur

pembangun dalam diskusi kelompok. Guru dan siswa harus

saling berkerjasama dengan baik.

4) Demonstrasi

Demonstrasi yaitu siswa praktik menulis seperti yang

diinginkan dalam kompetensi dasar mulai dari tahap

pemunculan ide, penyusunan ide menjadi kerangka tulisan, dan

mengembangkan kerangka tulisan menjadi tulisan jadi. Hasil

draf tersebut kasar itu didiskusikan dengan teman kelompok

untuk mendapatkan masukan.

5) Ulangi

Ulangi yaitu memperbaiki kembali tulisannya

berdasarkan saran dari teman dan guru sehingga hasil karyanya

menjadi semakin sempurna. Siswa akan mengetahui setiap

kesalahan yang dilakukan.

6) Rayakan

Rayakan yaitu aktivitas siswa dan guru untuk menilai atau

memberi pengakuan hasil kerja siswa melalui lomba atau

publikasi hasil karyanya. Contoh cara merayakan yaitu guru

memberikan hadiah untuk mengapresiasikan hasil karya.


141

h) Sumber Belajar

Sumber belajar merupakan sumber materi yang akan di

sampaikan kepada siswa. Sumber belajar yang digunakan antara

lain:

Dalam proses pembelajaran, sumber belajar yang

digunakan adalah buku pelajaran Bahasa Indonesia kelas XII

semester dua yang disusun oleh Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan tahun 2017 dan novel Rudy Karya Gina S. Noer.

i) Langkah Pembelajaran

Langkah pembelajaran adalah cara tenaga pendidik melaksanakan

proses pembelajaran.

Pertemuan Pertama

1. Kegiatan Awal

a) Guru membuka pelajaran dengan salam

b) Guru mengecek kehadiran siswa (absensi)

c) Guru memotivasi siswa tentang pentingnya materi yang

akan dibahas

d) Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator

pencapaian yang harus dikuasai

e) Guru bertanya kepada siswa mengetahui gambaran umum

2. Kegiatan Inti

Fase “Tumbuhkan”
142

a) Guru menampilkan profil Gina S. Noer dan karya-karyanya

dengan menggunakan audiovisual.

b) Guru menumbuhkan minat siswa dengan cara menjelaskan

manfaat pembelajaran novel bagi kehidupan siswa

c) Guru mempresentasikan materi dengan media powerpoint

mengenai unsur intrinsik novel dan ragam aspek sosiologi.

d) Siswa mengamati contoh penggalan novel yang

mengandung aspek sosiologi.

Fase “Alami”

a) Siswa membentuk kelompok.

b) Setiap kelompok dibagikan sinopsis dan diminta untuk

membacanya.

c) Siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar

khusus, tugas dan tujuan berdasarkan topik, yaitu

menentukan unsur intrinsik yang terdapat dalam novel,

dengan memberikan kutipan yang menunjukan unsur

intrinsik.

Fase “Namai”

Setiap kelompok menyajiakn presentasi yang menarik

sehingga, semua kelompok mengetahui macam-macam

unsur intrinsik yang terdapat dalam kumpulan novel yang

telah dianalisis.
143

3. Kegiatan akhir

a) Siswa dan guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang

telah berlangsung.

b) Semua kelompok mengumpulkan hasil investigasi

kelompoknya.

c) Guru memotivasi siswa untuk meneladani karakter positif

yang terdapat di dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer.

d) Guru memberikan tugas rumah kepada siswa untuk

menganalisis aspek sosiologi sastra di rumah.

e) Guru mengucapkan salam penutup.

Pertemuan Kedua

1. Kegiatan Awal

a) Guru membuka pelajaran dengan salam

b) Guru mengecek kehadiran siswa (absensi)

c) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai

materi yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya.

d) Guru menyampaikan refleksi mengenai kekurangan yang

masih ditemukan di dalam hasil pembelajaran sebelumnya.

2. Kegiatan Inti

Fase “Demonstrasi”

Setiap siswa diminta untuk mengemukakan pendapat hasil

pekerjaan rumahnya berupa analisis aspek sosiologi sastra

novel Rudy Karya Gina S. Noer.


144

Fase “Ulangi”

Siswa memperbaiki analisisnya sesuai dengan saran yang

diberikan oleh temannya

Fase “Rayakan”

Siswa yang memperoleh nilai tertinggi memiliki

kesempatan untuk membacakan hasil analisisnya di depan

kelas dan analisis tersebut dipajang di dinding kelas.

3. Kegiatan Akhir

a) Guru menyampaikan simpulan pembelajaran.

b) Guru memberikan pesan kepada siswa agar meneladani

sikap tokoh yang memiliki akhlak mulia yang ada dalam

novel Rudy Karya Gina S. Noer.

j) Media Pembelajaran

a) Media Elektronik (LCD dan Leptop).

b) Buku-buku yang relevan dengan materi pembelajaran.

c) Kamus Bahasa Indonesia.

d) Program Powerpoint

k) Evaluasi/Penelitian

Evaluasi adalah penilaian yang bertujuan untuk mengukur

keberhasilan guru dan siswa dalam melakukan kegiatan proses

pembelajaran.Alat evaluasi yang digunakan peneliti yaitu

menggunakan tes esai dan lisan. Hal itu karena tes esai tepat

digunakan untuk menilai proses berpikir sehingga tidak


145

sembarangan dalam menjawab pertanyaan dan lebih

mengembangkan tingkat kreatifitas siswa mengolah kata-kata.

Selain tes esai, dilakukan pengamatan oleh guru kepada peserta

didik dalam memahami materi yang dipelajari. Tes lisan dilakukan

pada saat kegiatan diskusi dan anggota kelompok menyampaikan

hasil diskusi sementara kelompok lain menunggu.

Contoh tes esai yang digunakan dalam analisis aspek

sosiologi dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer sebagai berikut.

No. Aspek yang dinilai Skor

Jelaskan pengertian novel! 20


1.

Sebutkan unsur intrinsik yang ada di dalam novel


40
2.
Rudy Karya Gina S. Noer!

Sebutkan aspek sosiologi sastra yang ada dalam novel 40


3. Rudy Karya Gina S. Noer!
BAB V
PENUTUP

Dalam bagian ini disajikan simpulan dan saran. Simpulan berisi jawaban

singkat dari rumusan masalah yang diteliti, sedangkan saran berisi masukan

penulis kepada pihak-pihak yang dapat memanfaatkan hasil penelitian ini.

A. Simpulan

Simpulan dalam penelitian ini mengacu pada rumusan masalah dan

hasil pembahasan data. Berdasarkan pembahasan data dapat ditarik beberapa

kesimpulan penelitian, di antaranya sebagai berikut.

1. unsur intrinsik dalam novelRudy karya Gina S. Noer mengandung (a) tema

mayor: perjuangan laki-laki, dan tema minor: masalah pindah-pindah

sekolah, masalah keuangan keluagga, masalah Indonesia mengalami krisis,

Masalah mengalami penyakit serius; (b) alur yang digunakan alur

campuran; (c) tokoh dan penokohan terdiri dari: tokoh utama Rudy, dan

tokoh tambahan Mami, Papi, Junus Efendi Habibie, Paul pascol, Sri

Redjeki Chasanah, Lim Keng Kie, paman Subarjo, kepala sekolah SMA

Kristen, Koo Tiang Hui, pegawai P & K, Ainun, Mohammad Besari, ibu

Wirtin, Prof. Hans Ebner, Ilona, Romo Mangun, Arlis F. Reksoprodjo; (d)

latar, meliputi: (1) latar tempat: Bandar Udara Kemayoran, pantai

Lumpue, ruang makan, kamar, sekolah, Bandar Udara Internasional Kairo,

Sekolah Pertanian Menengah Atas, sungai, mata air, kapal, pelabuhan

Makasar, Hotel Amstel, kantor Kedutaan Besar Indonesia, Rumah Sakit

Cipto Mangunkusumo, teras, depan rumah, ruang tamu, Sekolah

146
147

Kedokteran Hewan, Contardate HBS, SMA Kristen, ITB, Mensa

Academia, gereja, bungker, ruangan kapus, Auditorium Gruner Horsal,

dan Rumah Sakit Bad Krozingen; (2) latar waktu antara lain: pagi, siang,

sore, malam hari; (3) latar suasana meliputi: kebahagiaan, kesedihan,

kecemasan, kemarahan, menegangkan, penuh keributan; (e) sudut pandang

yang digunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu; dan (f) amanat

yang disampaikan pengarang, meliputi: (1) Jangan pernah menilai orang

lain dari sisi luarnya saja, (2) Jangan pernah mengeluh meski sedang

menghadapi kesulitan, (3) Jangan mudah putus asa dalam menggapai cita-

cita.

2. Berdasarkan kajian sosiologi sastra novelRudy karya Gina S. Noer, penulis

memaparkan enam aspek sosiologi sastra, yaitu (a) aspek kekerabatan,

Rudy dengan Mami, Rudy dengan Papi, Rudy dengan adiknya Sri, dan

Rudy dengan istrinya Ainun; (b) aspek cinta kasih, meliputi: cinta kasih

terhadap keluarga, dan cinta kasih terhadap teman; (c) aspek moral, terdiri

dari: bersyukur, silaturahmi, penurut, keras kepala, menghormati; (d)

aspek pendidikan, meliputi: sekolah di Concordante HBS, kuliah di

Universitas Indonesia, melanjutkan studi S-2, melanjutkan studi S-3; (e)

aspek ekonomi, terdiri dari: perekonomian keluarga tidak sebaik dulu, di

Aachen menjadi bagian kelas bawah, menyelesaikan kuliah secepatnya di

tengah keuanggan sering telat, berbisnis, dan menggadaikan perhiasan; (f)

aspek religi, meliputi: mengaji, belajar mengaji, shalat, berpegang pada

doa, berdoa, dan cara mendidik anak menurut pandangan islam.


148

3. Rencana pelaksanaan pembelajaran novel Rudy karya Gina S. Noer di

SMA dilaksanakan dengan menggunakan kompetensi dasar dan indikator

belajar sebagai tujuan pembelajaran. Kompetensi dasar dan indikator

belajar sebagai tujuan pembelajaran. Kompetensi dasar dari pembelajaran

sastra akelas XII SMA terdapat pada poin (3.9)Menganalisis isi dan

kebahasaan novel. Novel Rudy karya Gina S. Noer dapat dimanfaatkan

sebagai bahan apresiasi sastra di SMA, takni dalam pembelajaran

Kompetensi Dasar menganalisis unsur intrinsik novel Rudy karya Gina S.

Noer, dengan menganalisis aspek sosiologi dan siswa mampu

mengungkapkan hal-hal yang menarik dari tokoh. Metode yang digunakan

yaitu quantum learning denganmenggunakan enam langkah pokok yang

dikenal dengan istilah TANDUR, yaitu: tumbuhkan, alami, namai,

demonstrasikan, ulangi, dan rayakan. Dalam pembelajaran ini terbagi

menjadi dua tahapan yakni tahapan perencanaan dan pelaksanaan.

B. Saran

Merujuk pada simpulan di atas, peneliti menyampaikan saran yang

dikaitkan dengan penelitian yang telah dilakukan. Saran tersebut mengarah

pada siswa, guru, sekolah, pembaca, dan peneliti selanjutnya. Berdasarkan

hasil penelitian tersebut, peneliti dapat memberikan beberapa saran

diantaranya sebagai berikut.

1. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motifasi siswa

dan semangat siswa dalam belajar khususnya dalam memahami arti

penting pembelajaran novel di SMA. Selanjutnya, siswa dapat menerapkan


149

dan memahami aspek-aspek sosiologi sastra yang terdapat dalam novel Rudy

karya Gina S. Noer dalam kehidupan di masyarakat.

2. Bagi guru, novel Rudy karya Gina S. Noer dapat dijadikan sebagai bahan

pembelajaran sastra, karena novel tersebut mengandung aspek-aspek

sosiologi sastra yang tercermin dari kehidupan dan tingkah laku para tokoh.

3. Bagi sekolah, aspek sosiologi sastra dalam novel Rudy karya Gina S. Noer

dapat dijadikan bahan pembelajaran sastra khususnya novel di sekolah,

karena novel Rudy karya Gina S. Noer mengandung aspek kekerabatan, cinta

kasih, moral, pendidikan, ekonomi, dan religi yang dapat diterapkan dalam

kehidupan bermasyarakat. Proses penanaman dan pemahaman terhadap nilai-

nilai tersebut bukan berarti diajarkan dalam mata pelajaran sendiri, tetapi

diintegrasikan dalam proses pembelajaran serta diarahkan untuk diaplikasikan

dalam kehidupan siswa.

4. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat lebih memahami novel Rudy

karya Gina S. Noer dan mengambil manfaat dari novel tersebut. Selain itu,

diharapkan pembacasemakin jeli dalam memilih bahan bacaan (khususnya

novel) dengan memilih naskah drama yang bermutu dan dapat menggunakan

hasil penelitian ini untuk sarana pembinaan watak diri pribadi.

5. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan mampu menunjukan dunia

kesusastraan, yaitu dengan adanya penelitian yang serupa, tetapi dengan

lingkup yang lebih luas dan lebih baik, khususnya dalam bidang pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Syahrizal dkk. 2013. “Kajian Sosiologi Sastra dan Nilai Pendidikan Dalam
Novel Tuan Guru Karya Salman Faris Suatu Tinjauan Sastra”. Jurnal
Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Surakarta. 01 (01) , 2013
54-68. https://www.google.co.id/url?q=https://eprints.uns.ac.id/2406//166-
304SM.pdf&saU&ved=0ahUKEwj28u1143TAhWBo48KHfZBn4QFggd
MAc&usg=AFQjCNGkFCUGr7BYcuLmerAb6pgUGLQIJOQ. Diakses
pada 2 April Pukul 16.00 WIB.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pendekatan


Praktik. Jakarta: Rienka Cipta.

Damono, Sapardi Djoko. 1984. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas.


Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model,


Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta : Caps.

Faruk. 2016. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ginanjar, Nurhayati. 2012. Pengkajian Prosa Fiksi: Teori dan Praktik. Surakarta.

Hasan, Faesol. 2015. “Analisis Aspek Sosologi Sastra Novel Mahamimi Anak
Negeri Karya Suyatna Pamungkas dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajarannya di SMA”. Skripsi Universitas Muhammadiyah
Purworejo.

Kustantyani. 2012. “Analisis Sosiologi Sastra Novel Bidadari Berkalam Ilahi


Karya Wahyu Sujani dan Membelajarannya di Kelas XI SMA”. Skripsi
Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Muslimin. 2011. “Modernisasi Dalam Novel Belenggu Karya Armijn


Pane”Sebuah Kajian Sosiologi Sastra. Gorontalo: Jurnal Bahasa, Sastra,
dan budaya Universitas Negeri Gorontalo. 01 (01), 2011 23-28.
https://www.google.co.id/url?q=http://repostory.ung.ac.id/get/karyailmiah/
151/MODERNISASI_DALAM_NOVEL_BELENGGU__KARYA_ARM
IJN_PANE__Sebuah_Kajian_Sosiologi_Sastra.pdf&sa=U&ved=0ahUKE
wjWxP-5laTpBKCZaSbTL-em2lvUmdBw. Diakses pada 2 April Pukul
19.30 WIB.

Nurgiantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah mada


University perss.

150
151

Nurgiantoro, Burhan. 2014. Penilaian Pemblajaran Bahasa Berbasis Komperensi.


Yogyakarta: BPFE- Yogyakarta.

Nurhayati. 2012.Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: Cakrawala Media.

Noer, Gina S. 2016. Rudy. Bandung: Mizan Media Utama.

Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Ratna, Nyoman Kutha. 2013. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Rusyana, Yus. 1984. Bahasa Dan Sastra Dalam Gamitan Pendidikan. Bandung:
C.V. Diponegoro.

Setyorini, Nurul. 2014. “Aspek-aspek Stilistika Novel Lalita Karya Ayu Utami”.
Prosiding Seminar Nasional “Pembelajaran Bahasa untuk Meningkatkan
Kualitas Manusia Indonesia yang Berkarakter dalam Era Mondila”. Jurnal
Penelitian Bahasa, dan Sastra Indonesia dan Pengajarannya, 6 (1), 16-27.
http://ejournal.uns.ac.id. Diakses 12 Agustus 2017 Pukul 19.25.

Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif dan R&D). Penerbit CV. Alfabeta: Bandung.

Sugono dkk. 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa: Edisi
Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sukirno. 2013. Belajar Cepat Menulis Kreatif Berbasis Kuantum. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.
LAMPIRAN
Lampiran 1

SAMPUL NOVEL RUDY KARYA GINA S. NOER


Lampiran 2

BIOGRAFI PENGARANG

Gina S. Noer lahir di Balikpapan, 24

Agustus 1985. Selma ini ia lebih dikenal sebagai

penulis scenario untuk film layar lebar.

Beberapa karyanya antara lain film Perempuan

Berkalung Sorban, Ayat-Ayat Cinta, Hari untuk

Amanda, dan Habibie & Ainun. Dia adalah salah

satu pendiri atas Wahana Penulis (sindikasi

penulis scenario dan pengembang cerita) serta PlotPoint. Co (workshop kreatif

dan penerbit buku). Bersama suaminya, Salman Aristo, serta keduaanaknya,

mereka mencipta dan menikmati cerita di Bintaro.


Lampiran 3

Judul : Rudy

Penulis : Gina S. Noer

Tahun : 2016

Tebal Halaman : 298

SINOPSIS

Babak pertama mengisahkan kisah Rudy kecil dan kehangatan

keluarganya di Pare-Pare. Rudy lahir pada 25 Juni 1936 dari pasangan Raden Ayu

Toeti Saptomarini dan Alwi Abdul Djalil Habibie. Ini adalah pernikahan beda

suku yang sangat jarang terjadi pada pra kemerdekaan Indonesia. Pernikahan itu

adalah bukti kalau pasangan muda ini adalah pasangan progressif. Bahkan karena

pernikahan ini Alwi harus putus hubungan dengan ayah dan keluarga besarnya di

Gorontalo. Kemudian sebagai bukti pemberontakan mereka dari nilai tradisional,

mereka menjadikan bahasa Belanda sebagai bahasa persatuan di keluarga mereka.

Karena bahasa Indonesia belum digunakan pada saat itu.

Keluarga Alwi Habibie adalah keluarga yang maju pada jaman itu karena

tingkat pendidikan mereka. Sebagai keluarga kelas menengah pada saat jaman

penjajahan Belanda, mereka bisa mengusahakan akses pendidikan dan punya visi

besar untuk anak-anak mereka. Bagi Papi, Alwi Habibie, anak-anaknya harus

menjadi mata air kebaikan yang berguna untuk masyarakat. Pekerjaan Papi yang

selalu berkutat tentang pertanian dan membuat Rudy menyaksikan berbagai hal

yang menarik. Papi mengembangkan bibit-bibit tanaman terbaik agar perkebunan

di Pare-Pare semakin maju. Dari beliau Rudy belajar arti berbagi.


Sedangkan bagi Mami, Tuti Marini, anak-anaknya harus membawa nama

baik keluarga mereka. Rudy, anak keempat keluarga Habibie, menjadi anak yang

berbeda dengan anak-anak kecil lain sesusianya. Rasa ingin tahunya membuat

Rudy selangkah lebih maju. Karena rasa ingin tahu dan kekeraskepalaan Rudy,

banyak konsep cara kerja benda dia pahami sebelum mendapatkan teori fisikanya.

Bila bermain adalah cara Rudy mendapatkan masalah, sekolah dan buku adalah

cara dia mengakses jawaban dari permasalahan yang dihadapinya. Tapi karena

fokusnya yang berbeda akhirnya Rudy menjadi anak yang bisa dianggap aneh:

gagap dan hanya mau berurusan dengan apa yang dia suka saja. Bahkan gara-gara

dia mau melihat balon terbang, teman-teman sekelasnya jadi tak sengaja

mengumpulkan kondom bekas dari pelabuhan karena mereka pikir itu balon.

Rudy kemudian keluar dari zona nyamannya karena Jepang menyerang

Pare-Pare pada tahun 1942. Rudy dan keluarga harus masuk pengungsian. Di situ

juga, Rudy tak suka pada pesawat karena dalam logika anak-anaknya: pesawat

membawa keburukan dengan mengebom orang-orang tak bersalah.

Dalam peristiwa lainnya, saat pesta sunat sebagai lambang persatuan Alwi

dan keluarganya di Gorontalo, Rudy baru sadar kalau keluarganya terpecah belah

karena jarak. Sejak itu dia ingin membuat sesuatu yang bisa menghubungkan Papi

dengan keluarga di Gorontalo dan Mami dengan keluarganya di Jawa.

Tahun 1945, Rudy pindah ke Makassar. Pada tahun 1946, Rudy

berhadapan langsung dengan pertanyaan yang tak bisa dia jawab. Di bawah

pengawasannya, adiknya: Ali jatuh dan sebulan kemudian wafat. Sebuah


kehilangan yang membuat Rudy terus bertanya-tanya mengenai hakikat hidup dan

kematian.

Cobaan bagi keluarga Rudy rupanya belum usai, pada 13 September 1950,

Alwi Habibie berpulang untuk selamanya akibat terkena serangan jantung.

Kepergian Alwi Habibie menimbulkan pukulan telak bagi keluarganya. Namun

Mami berjanji kepada almarhum suaminya untuk terus melanjutkan cita-cita

keluarga mereka: menjamin pendidikan yang layak bagi anak-anak. Namun

sekolah Eropa tutup di Makassar karena perang, sedangkan ada Winny dan Rudy

yang harus pindah ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikannya. Karena masalah

biaya, akhirnya Mami memilih mengutamakan pendidikan Rudy terlebih dahulu

karena ia yakin anaknya inilah yang paling pintar. Mami masih berat melepas

anak perempuannya sendirian tanpanya.

Rudy berangkat ke Jakarta tak lama setelah peringatan 40 hari

meninggalnya Papi. Rudy bersekolah di sekolah internasional setingkat SMP dan

SMA di depan Stasiun Kereta Api Gambir. Nama sekolahnya Carpentier Alting

Stichting (CAS). Sekolah terbaik di Jakarta pada saat itu. Karena tak betah, pada

Desember 1950, Rudy bertolak ke Bandung. Rencana Rudy bersekolah di

Bandung disetujui oleh Mami. Tapi di sana Rudy malah diturunkan kembali ke

SMP karena tak bisa bahasa Indonesia sebelum dia boleh masuk ke SMA Kristen.

Dia juga di-bully kawan-kawan barunya. Dipanggil ‘londo ireng’ karena

tak bisa berbahasa Indonesia dan dipanggil „banci‟ karena wajahnya yang imut

dan pipi yang selalu bersemu merah. Teman-temannya tahu Rudy susah
menjawab karena dia gagap. Saat tahu Rudy turun kelas, Mami bahkan

memboyong seluruh keluarganya untuk pindah ke Bandung.

Sepanjang SMA Rudy menjadi bintang sekolah. Nilai ilmu pastinya selalu

sempurna walau di pelajaran lain nilainya rendah. Karena kecerdasaanya Rudy

dijodoh-jodohkan oleh Go Ke Hong (guru ilmu pasti) dengan Ainun, adik

kelasnya, yang sama pintarnya. Tapi karena ejekan itu lah Rudy malah mengejek

Ainun „jelek‟ agar tak terus menerus dijodohkan. Rudy pada saat itu sudah

menjalin hubungan dengan Farida, kakak kelasnya.

Setelah lulus dari SMA, Rudy melanjutkan kuliah ke ITB. Sahabat Rudy,

Lim King Kie, mendapatkan beasiswa untuk sekolah teknik penerbangan di

Jerman. Mendengar hal tersebut, Rudy menjadi “panas” dan bertekad untuk

mengikuti jejak sahabatnya. Ia kemudian mengikuti ujian beasiswa ke Aachen,

Jerman. Sayang, meskipun nilainya paling tinggi, jatah beasiswa untuk ke Aachen

sudah habis. Rudy pun kemudian tetap berangkat ke sana dengan biaya sendiri.

Biaya yang dibutuhkan pada saat itu sebanyak 375 Deutsche Mark (DM) untuk

biaya hidup selama satu bulan, seterusnya baru bisa mengajukan beasiswa.

Rudy bingung. Dia tak mungkin keluarganya punya uang sebanyak itu.

Mami menolak. Dia yang mengusahakan biayanya. Rudy harus berangkat karena

Mami telah bersumpah akan mengusahakan pendidikan setinggi-tingginya dengan

biayanya sendiri.

Babak kedua menceritakan masa-masa Rudy menuntut ilmu di Jerman.

Pada Agustus 1955 Rudy sempat menyaksikan Bung Karno pidato pada saat

kunjungannya ke Bonn. Inti pidato itu, Bung Karno menekankan pentingnya


kemandirian di sarana-prasarana perhubungan di Indonesia. Untuk

menghubungkan pulau-pulau di Indonesia dibutuhkan kapal untuk barang dan

pesawat terbang untuk barang dan manusia. Karena itu, sangat dibutuhkan teknisi

dan sarjana yang memiliki keahlian di bidang perhubungan laut dan udara,

sehingga mahasiswa yang mendapatkan beasiswa Jerman memang diharapkan

mampu membuat kapal dan pesawat sendiri untuk Indonesia ketika mereka

pulang. Bung Karno lalu berpesan kepada Rudy, “Kamu ini harapan bangsa!

Jangan terpikat dengan noni-noni.” Noni adalah istilah untuk perempuan bule.

Tinggal di negeri orang tanpa beasiswa membuat Rudy harus menghemat

biaya pengeluarannya. Agar menghemat uang yang memang pas-pasan, Rudy

mengambil rumah murah di pinggir kota. Di sana Rudy tinggal di rumah keluarga

Neuefeiend di Frankenberg Str 16, Aachen. Kamar yang disewanya tak punya

kamar mandi dan pemanas. Hanya ada wastafel, toilet untuk buang air kecil dan

besar, tetapi tidak boleh dipakai untuk mandi. Dia sering berada di perpustakaan

hingga tempat itu tutup. Dia senang karena di sana hangat, bisa minum, dan

kadang-kadang malah diberi apel oleh penjaga perpustakaan.

Karena tak ingin membuang-buang waktu selama di sana, ketika teman-

teman Indonesianya memilih untuk kerja praktik di Jerman demi menambah

pengalaman dan mendapatkan honor, Rudy langsung mengikuti ujian

Studienkollegs. Akibatnya, Rudy menjadi satu-satunya calon mahasiswa dari

Indonesia yang mengikuti ujian tersebut.

Hasil ujian Rudy ternyata mencengangkan, ia mendapatkan nilai hampir

10. Rudy kemudian terkenal sebagai mahasiswa yang qualified dan cerdas. Rudy
punya target bahwa dia harus bisa menyelesaikan kuliah setinggi-tingginya dalam

waktu secepat-cepatnya. Rata-rata mahasiswa Aachen membutuhkan waktu

sepuluh tahun untuk bisa lulus hingga jenjang S-3 atau mendapat gelar Dr. Ing.

pada saat itu.

Pada babak ini juga, kita akan menyaksikan ketegaran Mami dan

upayanya untuk menjaga kestabilan keluarganya sebagai single mother. Berbekal

kenalan keluarganya yang luas, Mami kemudian merintis bisnis. Di rumah

Bandung, Mami menyewakan indekos. Mami memang menjadi figur penting di

kalangan komunitas warga Jawa di Bandung. Mami juga terkenal sangat rajin

bersilaturahmi. Beliau paham dan dekat dengan banyak simpul jaringan

perkawanan dan bisnis penting di Bandung.

Terhadap Rudy dan anak-anaknya yang lain, Mami tak pernah sekalipun

mengeluhkan kesulitan dan beban kerjanya. Ia menjadi sosok penyangga keluarga

yang utuh. Berkat sosok seperti Mamilah, Rudy dan anak-anaknya yang lain

tumbuh menjadi mata air bagi sekelilingnya. Mami memegang teguh janjinya

terhadap almarhum Papi. Sementara itu adik-adik Rudy juga harus berkorban

untuk mencari pendidikan yang lebih murah biayanya.

Di Jerman pulalah, Rudy mengenal sosok perempuan hangat, lincah, dan

mampu mewarnai hari-hari Rudy. Gadis asal Jerman keturunan Polandia itu

bernama Ilona. Rudy dan Ilona kerap menghabiskan waktu bersama: menonton

konser, membaca buku, membahas puisi-puisi, hingga mendiskusikan berbagai

situasi sosial dan kemanusiaan. Kedekatan mereka berdua rupanya menimbulkan

keresahan bagi sahabat-sahabat Rudy asal Indonesia. Mereka memaksa Rudy


mengingat kembali bahwa tujuan mereka belajar di Jerman adalah untuk belajar,

bukan berkencan dengan perempuan bule. Rasanya tak pantas calon pemimpin

Indonesia bersanding dengan perempuan dari negara lain. Namun Rudy tak

terlalu mempermasalahkan itu. Ia merasa ritme belajarnya tak pernah terganggu.

Di Jerman Barat pula Rudy tumbuh menjadi Indonesia. Selain sibuk

menuntut ilmu, Rudy juga tak ketinggalan ikut aktif di organisasi mahasiswa. Ini

yang membuatnya mulai tak gagap lagi karena sering berdebat. Kemunculan PPI

di Eropa memicu mahasiswa-mahasiswa di tiap negara Eropa untuk membuat

cabang dari Perhimpunan Pelajar Indonesia.

Akhirnya, PPI Jerman didirikan pada 4 Mei 1956 di Bad Godesberg,

Bonn, yang menaungi 11 cabang PPI, termasuk PPI cabang Aachen. Pada saat itu,

ada tiga orang yang dipilih untuk menjadi pengurus PPI Aachen. Sebagai ketua,

ditunjuklah Peter Manusama, yang dikenal sebagai pribadi yang penyabar. Rudy

yang penuh semangat ditunjuk menjadi sekretaris PPI. Keng Kie punya tanggung

jawab besar karena dia yang ditunjuk sebagai bendahara.

Pada 1957, Rudy terpilih menjadi ketua PPI Aachen. Program pertama

yang Rudy gagas adalah membuat klubraum, sebuah tempat berkumpul dan

berdiskusi. Tempat ini didanai dari sumbangan teman-teman dan merupakan

sebuah apartemen yang disewa bersama-sama. Ini dilakukan untuk

menghilangkan rasa keterasingan bagi mahasiswa Indonesia yang belajar di

Jerman Barat. Di klubraum, Rudy mulai berdiskusi dengan kawan-kawan

mahasiswa. Ia memiliki gagasan besar untuk mengadakan Seminar Pembangunan.


Menurut Rudy, mahasiswa yang bersekolah di luar negeri harus memiliki

rencana-rencana nyata untuk membangun Indonesia ketika mereka pulang nanti.

Rudy menyampaikan gagasannya untuk melaksanakan Seminar

Pembangunan pada 1959. Seminar ini datang dari gagasan muda untuk

membongkar pemikiran generasi tua, yang walau mempunyai jabatan di

pemerintahan, hanya bisa menghambat pembangunan. Sebuah revolusi dari

pemuda Indonesia. Gagasan Rudy menemui pasang surut di sana-sini. Intrikintrik

politik yang berlangsung di Indonesia turut mempengaruhi berbagai kebijakan

pemerintah, termasuk pada gagasan Rudy. Intrik politik ini sempat membuat Rudy

putus asa dan ragu terhadap pemerintah negerinya. Babak ketiga menceritakan

masa-masa akhir studi Rudy, kebimbangannya tentang mimpi membuat industri

pesawat, dan kisah cinta sejatinya. Rudy sadar bahwa demi membangun industri

pesawat, ia tidak bisa sendirian.

Rudy kembali ke Indonesia pada Maret 1962. Selama berada di Tanah Air,

Rudy diminta mengisi berbagai seminar di kampus. Salah satunya adalah kampus

ITB, tempat Keng Kie, sahabatnya, mengajar dan membangun Sub jurusan

Teknik Penerbangan yang mulai diberikan di Jurusan Mesin, di bawah

Departemen Mesin-Elektro ITB. Seminar yang dibawakan Rudy adalah Finite

Element Method. Metode ini muncul karena adanya kebutuhan untuk

memecahkan permasalahan elastisitas yang kompleks dan masalah analisis

struktural di dalam bidang teknik sipil dan teknik aeronautika. Menurut Rudy,

permasalahan yang sedang muncul di Indonesia, permasalahan ras, perebutan

Irian Barat, industri pesawat terbang, semua adalah elemen-elemen kecil dari
sebuah objek yang besar. Kita bisa membagi objek analisis ke dalam elemen-

elemen kecil, membuat model sederhana yang berlaku untuk setiap elemen,

membuat formulanya, kemudian keseluruhan objek kecil itu disatukan dan dicari

solusi atau persamaan yang tepat untuk semuanya.

Selain sibuk dalam membagikan pengalaman belajarnya selama di Jerman,

rupanya Rudy juga disibukkan dengan rencana-rencana Mami yang ingin agar

putranya segera menikah. Rupanya pilihan Mami jatuh ke Ainun, calon dokter

anak yang cerdas yang bisa mengimbangi putranya. Rudy awalnya ragu, namun

begitu melihat Ainun dan berbincang dengannya, ia merasa menemukan

kedamaian. Rudy telah menemukan partner yang seimbang. Ainun tertarik ketika

Rudy bercerita tentang pendidikan S-3-nya dan proyek-proyek yang sedang

dijalaninya. Pertanyaan Ainun selalu kritis dan berhubungan dengan hal-hal yang

universal. Bahkan, termasuk budaya dan agama.

Tekad Rudy untuk merancang pesawat kembali menguat ketika

menyaksikan Ainun frustasi saat bayi-bayi yang sudah coba ditolong sekuatnya

akhirnya tak terselamatkan karena berbagai hal, terutama karena tidak adanya

pasokan obat. Pada masa ini, Indonesia sedang berada dalam masa Demokrasi

Terpimpin. Kampanye Perebutan Irian Barat dan Konfrontasi dengan Malaysia

masih sengit-sengitnya. Harga-harga bahan pokok melambung tinggi, termasuk

obat-obatan. Sikap agresif Sukarno terhadap negara-negara Barat membuat

Indonesia susah mengimpor obat-obatan, selain tentu saja faktor ekonomi nasional

yang tidak bagus. Waktu itu, sedang digalakkan obat-obatan tradisional dalam
rangka kampanye Berdikari (Berdiri di Atas Kaki Sendiri). Namun, banyak pasien

yang gagal diselamatkan karena kekurangan obat.

“Menurut kamu, kalau kamu berhasil bikin pesawat, apa itu bisa membuat pasien

rumah sakit ini berkurang atau anak-anak yang meninggal jadi berkurang?” Nada

Ainun sangat serius, meski matanya tak memandang Rudy. “Ini kenyataan yang

saya hadapi setiap hari, Rud. Apa pesawat kamu bisa bantu?”

“Pesawat saya akan menghubungkan dokter-dokter seperti kamu dengan anak-

anak di seluruh Indonesia yang tak bisa ke RSCM. Kamu itu dokter, tetapi apa

gunanya dokter kalau tidak bisa bertemu dengan pasiennya? Apa gunanya juga

kalian semua ada di sini kalau distribusi obat terhambat? Pesawat saya bisa

melakukannya. Bisa bantu kamu.” jawab Rudy yakin.

Ainun menatap Rudy, berusaha meyakinkan dirinya kalau kata-kata Rudy

itu benar. Rudy berusaha membuat Ainun percaya dengan meraih tangannya. Erat

dan kuat. Rudy dan Ainun menikah pada 12 Mei 1962 lalu mereka membangun

hidup yang baru di Aachen. Rudy dan Keng Kie sama-sama tak menyangka

bahwa pertemuan mereka di resepsi Rudy adalah bagian dari beberapa kali

pertemuan terakhir mereka berdua di Indonesia.

Walaupun Keng Kie adalah salah seorang yang berjasa mendirikan

fakultas Teknik Penerbangan di ITB dan sangat mencintai Indonesia, namun dia

tak bisa terus mengabdi di Indonesia. Keng Kie pindah ke Amerika Serikat setelah

dia dituduh jadi bagian dari PKI.

Keng Kie tidak menyadari bahwa institusi tempat dia mengajar (sekolah

transisi untuk siswa Tionghoa dan Universitas Trisakti) didanai oleh Badan
Permusjawaratan Kewarganegaraan Indonesia atau Baperki. Baperki dituduh

sebagai anak organisasi Partai Komunis Indonesia oleh pemerintahan orde baru

(Pemerintah ORBA).

Namun Rudy terus mengingat kesetiakawanan Keng Kie pada dirinya.

Keng Kie adalah orang pertama yang dia undang secara resmi ke istana

kepresidenan saat dia menjabat menjadi Presiden Republik Indonesia Ketiga.

Rudy percaya bahwa perbedaan agama, suku, ras, bahkan status warga negara tak

akan cukup untuk memisahkan persahabatan mereka.

Inilah Rudy, kisah masa muda Sang Visioner yang berani dan mampu

mengejar cita-cita demi bangsanya. Kisah tentang perjalanan tumbuh dewasa

seorang anak laki-laki dan Indonesia yang masih belia. Kisah tentang kehilangan,

tentang kecewa, tentang cinta, tentang bahagia dan duka yang beriringan, serta

pencarian atas cinta sejatinya.


Lampiran 4

KARTU PENCATAT DATA


Unsur-unsur intrinsik dalam novel Rudy karya Gina S. Noer

No. Unsur Intrinsik Uraian Kutipan Halaman

1. Tema Mayor: 194-195,

“Anda mau terus mengadakan proyek dengan 171-172


Indonesia, kan, Pak?”
“Iya, tetapi ada hubungannya dengan kamu?”
“Saya masa depan Indonesia.”
“Kenapa kamu yakin?”
“Karena saya muda dan anak muda adalah masa
depan. Cikal bakal masa depan dan kalau kamu
bantu saya Insya Allah dunia itu tidak buta dan
tuli, kita tidak akan lupakan.”

“Kalau kamu pikir keadaan bangsamu fluktiaktif,


sedangkan kamu ingin membuat pesawat,
mengapa kamu tak terus menetap di sini saja?
Kau bisa melakukan apa saja di sini, Rud.”
“Ya, tak bisa begitu, dong! Aku harus kembali ke
Indonesia,” Rudy langsung memelotot.
“Lho, kenapa? Kan, kamu cerita kalau kamu tak
terikat beasiswa dengan pemerintah,” balas
kawan Jermannya.
“Tetapi, aku mau jadi‟mata air‟. Jadi orang yang
berguna.”
“Memang kau tak akan berguna di sini? Tanya
dia lagi.
Rudy menggelang. “Berguna untuk Indonesia.
Bukan untuk Jerman.”

Minor: 79, 131,

“Sayangnya, kenyamanan ini tak berlangsung 177-178,


lama. Ternyata sekolah internasional di Bandung
juga akan ditutup. Sehingga, saat tiba di 200
Bandung, Rudi harus menerima fakta bahwa
semua siswa Christelijk Lyceum Bandung,
termasuk anak-anak Syamsudin, sedang beramai-
ramai pindah ke SMP dan SMA peralihan di
Jalan Dago 81. Sekolah peralihan itu
diselenggarakan oleh Yayasan Kristen Protestan,
karena itu namanya SMA Kristen. Ini murni
keputusan Rudy sendiri. Dia bilang ke Paman
Syamsudin dan kepala sekolah kalau Maminya
sudah mengizinkan dia pindah sekolah.”

“Awalnya Keng Kie selalu curiga karena Rudy


selalu puasa bila diajak makan di Mensa.
“Aku puasa Senin-Kamis, Keng Kie!” kata Rudy.
“Ah, sekarang kan Rabu,” jawab Keng Kie.
Rudy tertawa, “Du muss mir fasten, es ist gut fur
dich! „kau harus ikut puasa denganku, itu baik
untukmu!”
Akan tetapi, saat didesak oleh Keng Kie, Rudy
mengaku, dia tak punya uang sama sekali.
Makannya selama ini adalah apel jatuh atau apel
tak dimakan kuda yang dia temukan pada saat
berjalan melewati istal kuda menuju kampus.
Keng Kie tak tega. Dia memaksa Rudy untuk
meminjam uangnya. Rudy menolak, tatapi untuk
urusan membantu kawan, Keng Kie lebih keras
kepala.”

“Memasuki 1957, krisis ekonomi serta politik di


Indonesia tak kunjung membaik. Rudy adalah
salah seorang korban dalam krisis ini. Pada saat
itu, Rudy sudah memasuki masa akhir studi S-1-
nya.”

“Akan tetapi, pada saat teman-teman Rudy


sedang merayakan keberhasilan mereka, Rudy
sedang meregang nyawa di rumah sakit. Dokter-
dokter telah menemukan sumber penyakit Rudy,
yaitu TBC Tulang. Namun, untuk menemukan
sumber penyakitnya, mereka harus membelah
betis kaki kiri Rudy. Luka itu mengalami infeksi
dan bakterinya sampai jantung sehingga ada
selaput jantung yang bengkak.”

2. Alur Tahap Penyituasian: 44, 45

“Karena makin seringnya pengeboman, Alwi


Habibi memutuskan bahwa keluarganya mau tak
mau harus ikut mengungsi ke sebuah desa, di
Teteaji pada 1942. Teteaji terletak di wilayah
Amparita sekitar 53 km dari parepare. Tempat ini
memang sudah jadi tempat mengungsi beberapa
keluarga dari Parepare. Mereka mengungsi
selama kurang dari setahun.”

“Pada November 1944, Rudy sekeluarga harus


mengungsi lagi karena pengeboman dilakukan
oleh pihak Sekutu-Amerika dengan sasaran yang
sama, Pelabuhan Parepare. Kali ini mereka
mengungsi ke desa kecil bernama Lanrae, desa di
tepi hutan, persis berhadapan dengan kota kecil
Barru, yang memiliki sungai dengan air sejuk dan
bersih mengalir ke laut. Kali ini mereka cukup
lama berada di pengungsian hampir dua tahun,
dari 1944 hingga 1945, hingga tiba saatnya
kekalahan Jepang.”

Tahap Pemunculan Konflik: 65, 69

“Sore itu, 3 September 1950, semuanya tengah


bersiap-siap menjalankan shalat seperti biasa.
Mengambil wudu dan berpakaian rapi. Mami
sudah menutup jendela dan pintu karena di luar
hari mulai gelap. Suasana shalat berlangsung
sangat khusuk hingga tiba di sujud terakhir.
Namun, ada yang berbeda kali ini. Papi terus
sujud dan tidak kunjung bangun.”
“Dalam kepanikan, Mami masih sempat
memerintahkan Titi untuk mencari pertolongan.
Sambil menangis, Titi berlari mencari dokter di
markas Brigade Mataram. Tidak lama, datanglah
Brigade Letnan Kolonel Soeharto didampingi
oleh Dokter Tek Irsan ke rumah. Namun, sayang
sebelum melakukan pertolongan, nyawa Papi
sudah tidak bisa diselamatkan. Serangan jantung
yang datang mendadak telah merenggut Papi,
membawanya jauh dari anak-anak dan istri yang
saban hari bersandar padanya.”

“Rudy berangkat ke Jakarta tak lama setelah


peringatan 40 hari meninggalnya Papi. Rudy
masih sangat berduka, tetapi dia sudah harus naik
kapal, melakukan perjalanan jauh ke Jawa,
sebuah pulau yang tak pernah dia injak
sebelumnya. Bila Mami pernah bilang kalau
“rumah adalah keluarganya”, kali ini Rudy ta
hanya seperti anak tak berarah, tetapi juga anak
yang tanpa rumah.”

Tahap peningkatan Konflik: 155, 188

“Sesulit apapun hidup di Jerman, Rudy memilih


untuk menanggung sendiri. Rudy tidak pernah
mau mengabarkan kesulitan di Aachen kepada
Mami. Baginya, Mami dan keluarga di rumah tak
perlu tahu yang sedang dihadapi. Dia tau bahwa
ibunya sudah susah, tak perlu ditambah susah
lagi. Berani merantau sejauh ini harus berani pula
menanggung kesulitan semacam apapun.

“Usulan Rudy dimasukan, tetapi dengan catatan


dari mereka: karena Rudy yang mengusulkan,
Rudy juga yang ditugaskan untuk melaksanakan
seminar pembangunan tesebut. PPI Aachen
adalah penanggung jawab utama dari persiapan
Seminar Pembangunan tersebut. Selain itu, dibuat
juga beberapa persyaratan lainnya. Di antaranya,
PPI Aachen tidak akan mendapatkan uang satu
sen pun untuk menggelar Seminar Pembangunan.
Padahal, konferensi itu mendapat uang dari Bung
Karno dan partai-partai politik di Indonesia.”

Tahap Klimaks: 199, 200,

“Pada hari itu, Rudy masih bersikeras pergi 203


kampus dan mengurus persiapan seminar, tetapi
batuknya semakin keras. Ibu pemilik tempat
indekosnya memaksa Rudy untuk pergi ke rumah
sakit. Sampai di sana, Rudy dinyatakan harus
dirawat.”

“Rudy tak ingat sisanya. Malam itu, di tengah


terselengaranya Seminar Pembangunan, Rudy
diantar ke kamar jenazah oleh perawat. Mereka
membicarakan betapa malangnya anak Indonesia
ini, yang mati sendiri jauh dari tanah airnya.”

“Saat mengetahui dia terbangun, para perawat


mengembalikannya ke ruang inap kritis. Di sana,
kesadaran Rudy hilang-timbul.”

Tahap Penyelesaian: 253

“Pada hari pernikahan itu, bukan hanya Rudy dan


Ainun yang berbahagia. Ada Leila yang hadir
sejak prosesi akad nikah. Rudy senang sekali saat
bertemu dia di Jakarta. April itu. Rudy langsung
berteriak, “Leila, Ich bin verliebt! „Saya jatuh
cinta!‟ Rudy lalu mengenalkan Leila pada Ainun
yang tentu disambut gembira oleh Leila larena
Ainun adalah penyangkalan dari Rudy yang
selama ini percaya bahwa tak ada gadis Indonesia
yang cerdas, kritis, pekerja keras, dan cantik.”

3. Tokoh dan Tokoh Utama: 101, 127

Penokohan Rudy:

“Tak bisa,” jawab salah satu pegawai P & K,


“Sudah berangkat semua. Kalau mau kamu ikut
Colombo Plan, kuliah ke Australia.”
“Tidak. Saya mau ke Jerman bersama Lim Keng
Kie.”
“Siapa itu Lim Keng Kie?”
“Teman saya sejak SMA.”
“Teman kamu itu telat kasih tau kamu. Tetapi,
nilai sebagus ini tetap pantas dapat beasiswa.
Makanya, ambil tawaran saya ini.”
Rudy menggelengkan kepalanya.
“Kepala batu kamu!” kata si pegawai kesal.”
Karena kengototan Rudy, pihak P & K
menyarankan kalau Rudy masih bisa berangkat
ke Jerman, tetapi dengan biaya sendiri.”

“Akan tetapi, kecerdasannya itu membuat Rudy


sulit mendapatkan sahabat. Rudy memang terlihat
imut dan lucu, tetapi juga keras kepala dan tak
sabaran.”

69, 49,
Tokoh Tambahan:
48, 22,
Mami:
“Setelah berdoa dan berpikir matang-matang, 86-87,
Mami bertekad memberangkatkan anaknya
sekolah di sekolah Internasional yang saat itu 163, 131,
hanya ada di Bandung dan Jakarta. Hanya di
kedua sekolah itu Concordante HBS masih 163, 76,
dibuka. Mami memang keras kepala, apalagi
menyangkut kemajuan anak-anaknya. Namun, 77, 79-
setalah suaminya meninggal, dia harus memilih.
Hanya satu dari dua anaknya ini yang bisa dia 80, 89,
berangkatkan. Kendala keuangan menjadi
pertimbangan utama. Saat itu, tidak tersedia 101, 240,
beasiswa dari manapun. Kekuatan finansial
keluarga Habibie juga mengandalkan kopra, 252, 180,
sementara SPP sebulan di sekolah itu bahkan
lebih banyak dari gaji insinyur satu bulan.” 196, 205,

Papi: 219, 245

“Mau ke mana, Pi?” kata Rudy bingung.


“Ikut saja,” kata Papi tenang.
Papi melepaskan kuda yang sudah kenyang diberi
makan, kemudian Rudy dinaikan oleh tangan
besar Papi. Mereka menyusuri hutan dan akhirnya
sampai di sebuah mata air yang jernih.
“Rudy senang?” yanya Papi yang sudah
berjongkok di sekelilingnya.
Rudy mengangguk sambil terus memainkan
kakinya di air.
“Rud, coba kamu lihat sekeliling kamu.”
“Menurut kamu, kenapa semua tanaman di sini
bisa tumbuh subur?”
“Karena dekar dengan air.” jawab Rudy polos
“Benar, karena itu kamu harus menjadi mata air.”
“Kalau kamu baik, semua orang disekelilingmu
juga akan baik. Kalau kamu kotor, semua di
sekitarmu akan mati.”
Pelan-pelan Rudy memahami maksud perkataan
Papi
“Coba lihat, tanaman di sini tak Cuma sejenis,
kan?”
Rudy kembali mengangguk. “Itu artinya mata air
memberikan kebikan tanpa pilih-pilih.”

Junus Efendy Habibie:

“Fani malah terlihat seperti seorang kakak dan


Rudy sebagai adik. Rudy sendiri malah cuek dan
bingung mengapa Fanny harus repot-repot
berkelahi.
“Kenapa, toh (harus berkelahi)?” tanya Rudy
“Ya, untuk membela Mas Rudy lah!”

“Pernah suatu ketika Fanny tengah sibuk dengan


pekerjaannya di Tanjung Priok, Rudy menelpon
dan mengatakan bahwa Fanny harus segera
datang karena keadaan gawat. Fanny buru-buru
datang dan menyaksikan Rudy sedang bengong di
pinggir jalan.”

Paul Pascol:

“Nggak ikut-ikutan Fanny, Rud?” Tanya Paul


Pascol
“Rudy menggeleng dan terus asyik menekuni
buku di tanggannya.”
“Buku baru lagi, Rud? Tanya Paul sambil
pengunyah makanannya. “ceritannya tentang apa,
tuh?”

Sri Redjeki Chasanah:

“Pokoknya jangan lebih dari tiga menit, Sri!”


“Iya, Mas.”
Rudy memakai sabun itu di dekat jam dinding.
Sambil memejmakan mata dan wajah penuh busa,
Rudy terus berteriak ke adiknya, “Sriii…. Sudah
belumm?”

“Sri setia dan awas menatap jam, memastikan


pemakaiannya tidak boleh lebih dari tiga menit.”

“Saya yang mengurus rumah tangga, sementara


Mami keluar mencari makan,” kata bu Sri”

Lim Keng Kie:

“Hey! Keng Kie, dari mana kamu?” Keng Kie


menengok. Tubuh kecil Rudy turun dari vespa.
“Saya baru mengambil visum di kedutaan
Jerman, Rud.” Keng Kie lalu menunjukan sebuah
buki kecil berwarna biru kepada Rudy.
“Untuk apa visum?”
“Saya akan sekolah teknik penerbangan di
Jerman!”
Mendengar hal itu mata Rudy menjadi berapi-api.
Dengan bersemangat ia berteriak, “Ik ga met jou
mee! Saya ikut dengan kamu!”
“Keng Kie bercerita bahwa dia mendapatkan
beasiswa untuk belajar ke Jerman dan sudah
membuat kontrak dengan dinas P&K untuk
membuat pesawat terbang setibanya di Tanah
Air.”

“Awalnya Keng Kie selalu curiga karena Rudy


selalu puasa bila diajak makan di Mensa.
“Aku puasa Senin-Kamis, Keng Kie!” kata Rudy.
“Ah, sekarang kan Rabu,” jawab Keng Kie.
Rudy tertawa, “Du muss mir fasten, es ist gut fur
dich! „kau harus ikut puasa denganku, itu baik
untukmu!”
Akan tetapi, saat didesak oleh Keng Kie, Rudy
mengaku, dia tak punya uang sama sekali.
Makanya selama ini adalah apel jatuh atau apel
tak dimakan kusa yang dia temukan pada saat
berjalan melewati istal kuda menuju kampus.
Keng Kie tak tega. Dia memaksa Rudy untuk
meminjam uangnya. Rudy menolak, tatapi untuk
urusan membantu kawan, Keng Kie lebih keras
kepala.”

Paman Subarjo:

“Rudy? Rudy Habibie?”


Rudy mengangguk.
Pria yang dihadapannya mengaku kalau dirinya
adalah Subarjo. “Nak, mana kopermu? Kata
Subarjo.
Rudy mengecek wajah dihadapannya dulu dengan
yang ada di foto. Baru dia menyerahkannya.
Lalu, dengan cepat dia mengambil tas bawaan
Rudy, mengajak sang keponakan naik mobil dan
berangkat ke rumahnya.

“Rumah itu cukup besar. Ada empat kamar tidur


yang disediakan untuk anak-anak yang
menumpang sekolah, tetapi karena ada sekitar
sepuluh anak yang menumpang, kamar itu sudah
penuh.
Kepala Sekolah SMA Kristen:

“Kamu harus memperlancar bahasa Indonesia-


mu, Rud,” kata kepala sekolah dengan bahasa
Belanda yang fasih.
“Ta-ta-tapi Pak,” bela Rudy dalam bahas belanda
juga,”nilai eksakta saya, kan bagus.”
“Ini jawab, Nak Rudy. Lagi pula, percuma
nilaimu bagus kalau kamu tak lancer berbahasa
Indonesia. Bagaimana kamu bisa berpikir seperti
orang Indonesia? Bagaimana kamu bisa
berkomunikasi dengan orang-orang yang
sekarang bahkan tidak bisa sekolah? Dan
bagaimana kamu mau berguna di Indonesia
nanti? Kalau kau lulus nanti. Yang kamu hadapi
itu manusia, bukan angka,” terang kepala
sekolahnya.
“Ka-ka-lau saya menolak?”
Berarti kamu tak bisa bersekolah di sini!”
Rudy diam sebentar, ”Jadi, apa solusinya?”
Rudy bertpikir dia cukup mengambil les istimewa
bahasa Indonesia. Namun, ternyata Rudy harus
diturunkan kelas ke SMP 5, yang berlokasi di
Jalan Jawa.

Koo Tisng Hui:

“Kalau berani coba bilang langsung sama


Ainun!”
“Bilang apa?”
“Bilang dia jelek!” sambut kawannya. “Tuh, ada
Ainun di sana.”
“Ah,” Rudy agak ragu saat melihat Ainun,”nggak
mau! Buang-buang waktuku saja!”
“Atau sebenarnya kamu maunya bilang dia
cantik, ya, Rud?”
“Tidak! Dia tidak cantik!”
“Oh… kalau begitu kamu memang benar suka
jepada Ainun, Rud? Dia memang hitam, tetapi
kan, manis. Mirip gula jawa!”

Pegawai P & K:

“Tak bisa,” jawab salah satu pegawai P & K,


“Sudah berangkat semua. Kalau mau kamu ikut
Colombo Plan, kuliah ke Australia.”
“Tidak. Saya mau ke Jerman bersama Lim Keng
Kie.”
“Siapa itu Lim Keng Kie?”
“Teman saya sejak SMA.”
“Teman kamu itu telat kasih tau kamu. Tetapi,
nilai sebagus ini tetap pantas dapat beasiswa.
Makanya, ambil tawaran saya ini.”
Rudy menggelengkan kepalanya.
“Kepala batu kamu!” kata si pegawai kesal.”

Ainun:

“Kamu kalau punya anak mendidiknya


bagaimana, Rud?”

“Ya, sesuai ajaran islam”

“Tetapi, kalau pergaulannya dengan agama lain,


kamu anti?”

“Kenapa saya harus anti?”

“Kalau dia pilih jodohnya agama lain, kamu


setuju?”
“Saya setuju kalau jodohnya itu ikut Muslim
karena anaknya pakai nama saya. Saya percaya
eksistensi tuhan satu. Jalannya yang banyak.
Yang saya yakini, ya, satu ini.”

Mohammad Besari:

“Pak Besari yang muncul di depan pintu


berdehem. Rudy melepaskan tangan Ainun.
“Kalian itu setiap ketemu bahasnya pesawat terus,
kapan kalian ngomongin pernikahan kalian ?”
Ainun dan Rudy tersipu malu.
“Bagaimana karir Ainun kalau tinggal di
Jerman?” Tanya pak besari serius.
“Di Jerman nanti, ainun masih bisa bekerja, kok.
Ilmu yang dia cari dengan susah payah tak akan
hilang begitu saja.”

Ibu Wirtin:

“Karena sayangnya, Rudy tak pernah diizinkan


pulang di atas pukul 10 malam oleh ibu pemilik
indekosnya ini. Suatu hari, Karena Rudy pulang
di atas pukul 12 malam, Wirtin yang khawatir
langsung memanggil polisi untuk mencari Rudy.
Saat dia sampai di rumah, Rudy langsung diomeli
karena membuatnya khawatir. Rudy harus
bersumpah tak akan mengulanginya lagi. Walau
diomeli, hati Rudy terasa hangat.

Prof. Hans Ebner:

“Prof, saya tak mau membuat desain pesawat


tempur.” Kata Rudy.
“Kenapa?”
Rudy menatap mata Prof. Ebner di balik
kacamatanya. “Saya tak berminat! Saya kuliah di
sini bukan untuk membuat pesawat tempur!”
“Tak bisa, Rudy,” jawab Ebner. “Ini tugas wajib
untuk seluruh mahasiswa. Karena sistem RWTH
menyiapkan lulusannya untuk kedua industr
pesawat itu.”
“Kalau saya menolak?”
“Ya, kamu tidak lulus!”

Ilona:

“Ilona sering diantar oleh Arief Marzuki atau


Keng Kie untuk menjenguk Rudy.

Romo Mangun:

“Rudy terdiam. Dia menatap Romo sambil


tersenyum. “Ah Mas Romo ini bijak sekali,
seperti pastor saja.”
“Lho, selama ini kamu memanggil saya Romo,
kan? Kok, Kaget kalau saya pastor?”
“Nama Mas itu „Rama‟, kan Romo?”
“Bukan! Saya ini „romo‟ alias „pastor‟! Nama
saya Y.B. Mangunwijaya. Romo itu panggilan
untuk pastor dalam bahasa jawa.” Romo Mangun
tertawa.

Arlis F. Reksoprodjo:

“Cempluk masih di dalam, Rud. Nak itu


menderita dehidrasi parah, terlambat dibawa ke
sini!”
“Tetapi, masih bisa diselamatkan, kan?”
“Kita sedang mencoba.”

4. Latar Latar Tempat: 102, 13,

Bandar Udara Kemayoran: 18, 19-

“Di Bandar Udara Kemayoran Jakarta, banyak 20, 75,


yang ikut mengantar Rudy. Bahkan, Farida pun
ikut serta.” 106, 25,

Pantai Lumpue: 75, 21,

“Sore itu suara hati Mami bisa mengalahkan 26, 32,


suara debur ombak, tawa anak-anaknya, dan
keluarga lain yang sedang piknik di Pantai 54, 55,
Lumpue, sekitar satu kilometer dari rumah
mereka di Parepare.” 44, 48,

Ruang Makan: 49, 53,

“Setelah mengaji, Papi duduk di meja makan dan 55, 70,


bersiap makan.”
71, 77,
Kamar:
78, 95,
“Kegemarannya ini punya efek samping, Rudy
jadi terus mengurung diri di kamar dan harus 98, 100,
dipaksa keluar.”
106, 107,
“Namun, sepanjang pelayaran itu, Rudy lebih
senang mengurung diri di kamarnya sembari 118, 155,
membaca buku yang dibawanya.”
108, 117,
“Dari jendela kamar, dia bisa melihat beberapa
perahu kecil mondar-mandir di depan Sungai 108, 116,
Amstel.”
125, 130,
“Rudy memakai pullover lengkap di kamar dan
menyelimuti dirinya dengan selimut tebal.” 136, 145,

Tanjung Priok: 204, 242

“Setiba di Tanjung Priok, Jakarta, Rudy menuruni


kapal sambil memegang sebuah foto yang
dititipkan Mami sebelum dia berangkat.”

Sekolah:

“Tak ubahnya di rumah, kelakuan dua bocah


kecil itu pun tampak mencolok ketika mereka
berada di sekolah.”

Teras:

“Rudy sedang duduk di teras menunggu Papi


datang dari rumah sakit ketika teman-temannya
datang, seakan membawa segenggam harta
karun.”

Bandar Udara Internasional Kairo:

“Pada waktu itu, saat sedang transit di Bandar


udara Kairo, Mesir, anaknya ngotot kalau ada
orang yang memanggil-manggilnya.”

Gorontalo:

“Disana Rudy bertemu dengan seluruh keluarga


besar Habibie. Bila seumur hidupnya Rudy
melihat Papi adalah seorang yang berpendidikan
formal, di Gorontalo dia melihat kalau Papi lahir
dari dunia yang sama sekali berbeda dari
kehidupannya.”

“Setelah tiga hari di Gorontalo, keluarga Rudy


kembali pulang menaiki kapal. Bahkan luka Rudy
pun belum benar-benar sembuh.”

Teteaji:

“Karena semakin seringnya pengeboman, Alwie


Habibie memutuskan bahwa keluarganya mau tak
mau harus ikut mengungsi ke sebuah desa, di
Teteaji pada 1942.”

Lanrae:

“Kali ini mereka mengungsi ke desa kecil


bernama Lanrae, desa di tepi hutan, persis
berhadapan dengan kota kecil Barru, yang
memiliki sungai dengan air sejuk dan bersih
mengalir ke laut.”

“Awalnya, kabahagiaan Rudy tak berkurang


sebab selain bisa menikmati Lanrae, Rudy juga
kerap berpergian, diajak naik bendi oleh mentri-
mentri pertanian ke Pangkajene.”

Sungai:

“Jalan pembuka bagi Rudy dimulainya dengan


ikut anak-anak Lanrae mandi di sungai.”

Depan Rumah:

“Pernah suatu kali, karena kelelahan mencari


rumput untuk kuda, Rudy duduk bertopang dagu
di depan rumah.”

Mata Air:

“Mau ke mana, Pi?” kata Rudy bingung.

“Ikut saja,” kata Papi tenang.


“Papi melepaskan kuda yang sudah kenyang
diberi makan, kemudian Rudy dinaikan oleh
tangan besar Papi. Mereka menyusuri hutan dan
akhirnya sampai di sebuah mata air yang jernih.”

Kapal:

“Rudy sekeluarga akhirnya berngkat ke


Gorontalo dengan menggunakan kapal. Mereka
naik kapal barang yang biasa berlabuh di depan
rumah mereka.”

“Saat itu Rudy kecil yang masih bersarung,


berdiri di bubungan kapal, tangan kecilnya
berpegangan pada tangan Papi.”

“Saat itu Rudy kecil yang masih bersarung,


berdiri di bubungan kapal, tangan kecilnya
berpegangan pada tangan Papi.”

“Rudy yang dibekali tiket middleclass merasa


gampang di atas kapal karena tak ada orang yang
dikenalnya.”

Pelabuhan Makasar:

“Rudy ingat dia menangis di Pelabuhan Makasar,


memohon terus memohon agar dia tak dikirim ke
Jawa.”

Jakarta:

“Pada awalnya Rudy sering tak bisa tidur karena


tak punya kamar sendiri seperti di rumahnya,
udara Jakarta yang panas, juga rindu pada Mami
dan adik-adiknya.”

Ruang Tamu:

“Rudy yang datang belakangan harus mengalah


dan tidur di ruang tamu.”

Bandung:

“Di Bandung, untuk kali pertama semenjak ke


luar dari rumah Makasar, Rudy punya kamar,
walaupun masih harus berbagi dengan dua anak
Syamsudin yang sebaya dengannya.”

ITB:

“Di ITB ini Rudy juga bertemu dengan seseorang


yang nantinya menjadi salah seorang teman
dekatnya, Wardiman Djojonegoro.”

“Masa kuliah di ITB adalah salah satu titik yang


menentukan bagi kehidupan Rudy selanjutnya.”

Saat itu Rudy memang baru kuliah selama tiga


bulan di ITB. Namun, waktu menjadi tak penting
ketika kecerdasannya sudah melebihi anak yang
kuliah selama tiga tahun.”

Hotel Amstel:

“Rudy turun bersama rombongan dari bus dan


masuk ke dalam hotel itu. Mereka disambut oleh
para petugas hotel.”

Jerman:

“Rudy tiba di Jerman pada April 1955. Setelah


menginap sehari di Amsterdam, dia harus
kembali mengejar pesawat yang akan
membawanya ke Frankfurt.”

“Pada awal-awal kuliah di Jerman, tubuhnya juga


mengurus karena dia jarang memakan daging
sebab takut haram.”

“Sesulit apapun hidup di Jerman, Rudy memilih


untuk menanggung sendiri.”

Kantor Kedutaan Besar Indonesia


“Keesokan paginya, Rudy langsung menuju
Kantor Kedutaan Besar Indonesia di Boon untu
mendapatkan visa belajarnya dan surat-surat
untuk kebutuhan studinya.”

RWTH- Aachen:

“Setelah melaporkan diri di Sekertariat RWTH-


Aachen, Rudy diantar ke tempat penginapan
untuk atlet sebelum bertanding di Jerman.”

Aachen:

“Dari Boon, Rudy tak mau buang waktu dan


langsung menuju Aachen.”

“Di Aachen, Rudy kini lebih punya banyak waktu


untuk berjalan-jalan dan menikmati kota.”

Mensa Academia:

“Setelah itu, mereka diantar ke Mensa Academia,


semacam kantin mahasiswa yang disubsidi oleh
kampus. Rudy tinggal di situ sebelum dia
mendapatkan tempat tinggalnya.”

Gereja:
“Gereja selalu menjadi tempat pelarian Rudy
selama di Aachen.”

Bungker:

Dia lalu membawa mereka ke tempat


penampungan tunawisma, yaitu bungker untuk
tempat tidur para korban perang.”

Ruangan Kampus:

“Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba.


Mereka berkumpul di ruangan kampus yang
dipinjamkan. Beberapa mahasiswa sudah siap
dengan bunga di tangan. Romongan mahasiswa
baru masuk ke dalam ruangan itu. Para
mahasiswa dating dengan wajah gugup, jas dan
dasi, serta tas di tangan.”

Rumah Sakit Bad Krozingen:

“Pada akhir Juli, 1959, Rudy sudah dipindahkan


ke RS Bad Krotzingen dekat dengan Freiburg dan
Schwartzwald.”

Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo:

“Kejadiannya pada suatu sore ketika Ainun


bersiap untuk pulang kerja dari Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo. Memang, Rudy sengaja
menginap di rumah Mbak Titi demi lebih dekat
dengan Ainun.”

Latar Waktu: 83, 97,

Pagi Hari: 139, 158,

“Setiap pagi, Rudy selalu memboncengkan adik- 163, 199,


adiknya berangkat sekolah.”
204, 251,
“Rudy, alias si bangsat, harus pergi ke depan
asrama mahasiswa pada pukul lima pagi. 32, 204,

216, 217,
“Kamu berangkat jam berapa?”
“Jam lima subuh!”
13, 64,
“Bangun pagi, setelah shalat subuh, Sri langsung
ke dapur. Dia langsung membawa sapu dan lap 70, 86,
untuk membersihkan setiap sudut rumah.”
135, 172,
“Dia juga harus mengurus hotel itu. Pukul empat
pagi, dia sudah belanja kebutuhan hotel.” 242, 35,

“Pagi itu, dia pulang menggunakan kereta dan 96, 106,


ketiduran di bangku.”
125, 199,
“Pagi harinya sebuah keajaiban terjadi. Rudy
sadar. Rudy terkejut saat membuka mata karena 200, 237,
pertama dilihatnya adalah rohaniwan.”
238, 239,
“Sebuh pengumuman kecil di surat kabar
menghebohkan warga Jakarta dan Bandung pagi 242
itu.”

Siang Hari:

“Siang tadi, Rudy melihat jembatan di Parepare


dan merasa heran melihat ada begitu banyak
mobil yang lewat di atasnya.

“Kabar buruk itu tiba pada pukul dua siang.


Keng Kie berlari masuk ke klubraum karena dia
mendapat telegram bahwa Rudy dalam keadaan
kritis dan teman-temannya, disuruh menjenguk.”

“Namun, pada suatu siang Februari 1962, datang


dua orang berpakaian jas lengkap ke ruang kerja
Institut Konstruksi Ringan.”

Sore Hari:

“Sore itu suara hati mami bias mengalahkan suara


debur ombak, tawa anak-anaknya, dan kelurga
lain yang sedang piknik di Pantai Lumpue, sekitar
satu kilometer dari rumah mereka di Parepare.”

“Salah satu kegiatan yang mereka lakukan pada


sore hari adalah shalat berjamaah.”

“Saat itu Papi memegang tangannya menikmati


sore diatas kapal.”
“Suatu sore, Sri menemukan Rudy yang sedang
gelisah di depan kaca.”

“Karena sudah sore, Rudy berinisiatif


menghubungi Jugendherberge, suatu tempat
menginap sementara bagi remaja Jerman yang
belum punya tempat tinggal.”

“Sorenya, dia tak jadi kembali ke flatnya, tetapi


pergi ke flat Keng Kie.”

“Kejadiannya pada suatu sore ketika Ainun


bersiap untuk pulang kerja dari Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo.”

Malam Hari:

“Papi menjawab semampunya agar Rudy tak


kecewa karena sudah menunggu hingga larut
malam.”

“Pukul 12 malam, usai pulang dari perpeloncoan,


Rudy yang dibonceng motor Harley Davidson
oleh senior-seniornya diturunkan tepat di depan
rumah keluarga Jumhana.”

“Rudy makan malam di restoran hotel. Makan


malam itu juga termasuk dari paket penerbangan
yang dibeli ibunya.”

“Malam kian larut dan salju semakin tebal


menutupi atap-atap rumah di kota Aachen.”

“Suatu malam, Rudy bekerja keras sampai tak


tidur. Hampir tiga hari Rudy tak tidur sama
sekali.”

“Malam itu, ditengah terselenggaranya Seminar


Pembangunan, Rudy diantar ke kamar jenazah
oleh perawat.”

“Ternyata Mami tak main-main dengan


ucapannya. Pada malam takbiran, Fanny benar-
benar mengantar Rudy ke rumah Ainun di
Ranggamalela.”
“Malam itu, segala kecanggungan mereka lenyap.
Obrolan bermula dimeja makan lalu berlanjut
hingga ke teras.”

“Obrolan itu berlangsung sangat seru sampai


akhirnya mereka menyadari hari sudah malam.”

“Nyatanya, setelah perjumpaan dengan ainun


malam itu, tak ada obrolan lain di pikiran Rudy
selain Ainun.” (Rudy,2016:242)

Latar Suasana: 49, 253,

199, 200,
“Mau ke mana, Pi?” kata Rudy bingung.
“Ikut saja,” kata Papi tenang. 28, 217,
Papi melepaskan kuda yang sudah kenyang diberi
makan, kemudian Rudy dinaikan oleh tangan 43-44,
besar Papi. Mereka menyusuri hutan dan akhirnya
sampai di sebuah mata air yang jernih. 217, 187,
“Rudy senang?” Tanya Papi yang sudah
berjongkok di sekelilingnya. 120, 156,
Rudy mengangguk sambil terus memainkan
kakinya di air. 122
“Rud, coba kamu lihat sekeliling kamu.”
“Menurut kamu, kenapa semua tanaman di sini
bisa tumbuh subur?”
“Karena dekat dengan air.” jawab Rudy polos
“Benar, karena itu kamu harus menjadi mata air.”
“Kalau kamu baik, semua orang disekelilingmu
juga akan baik. Kalau kamu kotor, semua di
sekitarmu akan mati.”
Pelan-pelan Rudy memahami maksud perkataan
Papi
“Coba lihat, tanaman di sini tak Cuma sejenis,
kan?”
Rudy kembali mengangguk. “Itu artinya mata air

memberikan kebikan tanpa pilih-pilih.”

“Pada hari pernikahan itu, bukan hanya Rudy dan


Ainun yang berbahagia. Ada Leila yang hadir
sejak prosesi akad nikah. Rudy senang sekali saat
bertemu dia di Jakarta., April itu. Rudy langsung
berteriak, “Leila, Ich bin verliebt! „Saya jatuh
cinta!‟ Rudy lalu mengenalkan Leila pada Ainun
yang tenti disambut gembira oleh Leila karena
Ainun adalah penyangkalan dari Rudy yang
selama ini percaya bahwa tak ada gadis Indonesia
yang cerdas, kritis, pekerja keras, dan cantik.”
“Rudy ingat dia menangis di Pelabuhan
Makassar, memohon dan terus memohon agar dia
tak dikirim ke Jawa.”

“Sore itu, 3 September 1950, semuanya tengah


bersiap-siap menjalankan shalat seperti biasa.
Mengambil wudu dan berpakaian rapi. Mami
sudah menutup jendela dan pintu karena di luar
hari mulai gelap. Suasana shalat berlangsung
sangat khusuk hingga tiba di sujud terakhir.
Namun, ada yang berbeda kali ini. Papi terus
sujud dan tidak kunjung bangun.”

“Dalam kepanikan, Mami masih sempat


memerintahkan Titi untuk mencari pertolongan.
Sambil menangis, Titi berlari mencari dokter di
markas Brigade Mataram. Tidak lama, datanglah
Brigade Letnan Kolonel Soeharto didampingi
oleh Dokter Tek Irsan ke rumah. Namun, sayang
sebelum melakukan pertolongan, nyawa Papi
sudah tidak bisa diselamatkan. Serangan jantung
yang datang mendadak telah merenggut Papi,
membawanya jauh dari anak-anak dan istri yang
saban hari bersandar padanya.”

“Pada hari itu, Rudy masih bersikeras pergi


kampus dan mengurus persiapan seminar, tetapi
batuknya semakin keras. Ibu pemilik tempat
indekosnya memaksa Rudy untuk pergi ke rumah
sakit. Sampai di sana, Rudy dinyatakan harus
dirawat.”

“Rudy tak ingat sisanya. Malam itu, di tengah


terselenggaranya Seminar Pembangunan, Rudy
diantar ke kamar jenazah oleh perawat. Mereka
membicarakan betapa malangnya anak Indonesia
ini, yang mati sendiri jauh dari tanah airnya.”
“Ayo! Kumur terus!” teriak Mami. Rudy menatap
mata Mami. Mata Maminya berkaca-kaca.
Cuh. Rudy meludah-ludah. Lidahnya agak
terbakar. “Kalau tidak bulat apakah bis-“ Rudy
kembali dipaksa berkumur. Sementara Papi
menatap Rudy dengan pandangan Khawatir.

“Rudy menatap orang yang dihormatinya itu


dengan kemarahan yang luar biasa. “Yang benar
saja, dong! Itu, kan S-3 saya!”

“Mami, Mami!”

“Pi, kok, bisa beda gitu? Rudy cara meniupnya


sama, kok.”
Papi tetap tak menjawab, dia malah semakin
kelimpangan mencari Mami ke seluruh rumah.
Saat akhirnya Papi menemukan Mami sedang
menyuapi Sri, Papi langsnung menarik tangan
Mami dan mereka mengobrol tentang karet itu.
Pada saat Rudy tak mengerti yang mereka
bicarakan, Rudy hanya bingung penyebab kali ini
Papi tak member penjelasan tentng
pertanyaannya. Atau minimal berjanji mencarikan
buku yang menjelaskan tentang benda aneh itu.”

“Ancaman pengeboman udara membuat Rudy


setiap hari harus berbekal sepotong karet (stief)
yang dikalungkan di leher jika berangkat
sekolah.”

“Saya tidak mau!” tegas Rudy


“Kenapa kamu tidak mau? Antirevolusi, ya?”
tuduh para pendukung Achmadi.”

“Tidak! Tidak boleh ada yang mengambil


perhitungan saya!”
Kedua orang itu tak perduli. Mereka terus
mengambil seluruh kertas-kertas berharga itu.
Keributan itu memancing kedatangan tiga orang
sejawat Rudy. Namun, tak ada yang menolong
Rudy. Sementara itu, Prof. Ebner berusaha
menenangkan Rudy.”
5. Sudut Pandang Sudut Pandang Orang Ketiga: 70

“Perjalanan ini mengingatkan Rudy kembali pada


Papi karena sekalinya dia naik kapal adalah
waktu disunat dan mereka sekeluarga berangkat
ke Gorontalo. Saat itu Papi memegang tangannya
menikmati sore dari atas kapal. Mereka begitu
bahagia saat itu karena baru melepas rindu pada
kampung halaman. Namun, kini Rudy sendirian
di atas kapal memandang langit yang tampak
muram. Banyak yang bilang pada Rudy kalau
darah bugis punya darah perantau dan nekat.
Namun, justru Mami yang berdarah Jawa yang
nekat mengirimnya sendirian ke pulau yang sama
sekali asing untuknya.”
6. Amanat 120, 156,
“Kamu disini jangan memalukan nama bangsa,
ya!” kata seorang mahasiswa senior. Dia 122
menasehati Rudy.”Kamu harus belajar sungguh-
sungguh di sini.”
“Iya, mas,” Rudy menjawab. Sementara Lim
Keng Kie cuma tertawa canggung. Orang-orang
ini belum tahu kemampuan Rudy sebenarnya.”

“Sesulit apapun hidup di Jerman, Rudy memilih


untuk menanggung sendiri. Rudy tidak pernah
mau mengabarkan kesulitan di Aachen kepada
Mami. Baginya, Mami dan keluarga di rumah tak
perlu tahu yang sedang dihadapi. Dia tau bahwa
ibunya sudah susah, tak perlu ditambah susah
lagi. Berani merantau sejauh ini harus berani pula
menanggung kesulitan semacam apapun.”

“Melihat ada seorang laki-laki bertubuh kecil dan


matanya memerah, seorang laki-laki Jerman
mendekatinya. “Kamu kenapa?” tanyanya.

“Aku gagal ujian,” jawab Rudy pasrah. Suaranya


serak.

“Memangnya, siapa nama kamu?” kata lelaki


jerman itu penasaran.

Rudy member tahu nama lengkapnya kemudian


bersiap-siap pergi. Kalaupun dia harus menyesali
diri dan menangis, paling tidak bukan di depan
orang-orang Jerman ini.

Ternyata orang Jerman yang jangkung itu


berinisiatif mencari namanya juga, tetapi dari
atas. Lalu, dia celingukan mencari Rudy ke
sekeliling, tetapi tidak ada. Melihat Rudy yang
menjauh, dia segera berlari dan menarik
tangannya. Tangan itu diguncang dengan antusias
seolah dia akan memutarbalikan Rudy dengan
tubuhnya yang besar, “Herzlichen Gluckwunsch!”
kata pemuda itu. Rudy kebingungan
mendengarkata “selamat” keluar dari mulut lelaki
itu. Hinaan macam apa ini, jelas-jelas namaku
tidak ada di sana, piker Rudy.
Orang jerman itu lalu menyeret Rudy melihat
kembali ke papan pengumuman yang sudah mulai
sepi. Jari orang Jerman itu menunjuk ke angka
deretan paling atas.”

Aspek-aspek Sosiologi dalam novel Rudy karya Gina S. Noer

No. Aspek
Uraian Kutipan Halaman
Sosiologi
1. Kekerabatan Mami dengan Rudy: 33, 207

“Mau sampai jam berapa menunggu Papi, nak? “


Mami muncul lagi di pintu.

“Mami, Papi kenapa kalu pulang suka malam-


malam?” Protes Rudy
“Nak, Papi itu pekerjaannya banyak, mengurus
orang-orang biar sawah dan kebunnya bagus.”
Kata Mami menjelaskan”

“Rud, Mamimu ini akan jauh lebih tenang kalau


kamu di Jerman ada yang mengurusi.”

Rudy tertawa. “Mami mau pindah ke sini? Wah


bisa gemuk lagi aaku dimaskin Mami.”
Mami menatap jengkel. “Nikah, Rud, nikah. Hati
itu kalau sudah berdua akan membuat hidup jadi
lebih lengkap. Ada tujuan. Ada arahan. Ada yang
mengisi. Ada yang mengimbangi.”
Papi dengan Rudy: 19, 49

“Oleh Papi, pertanyaan-pertanyaan Rudy itu dia


rayakan dan selali dia jawab dengan serius. Rudy
pernah bertanya tentang apa sebenrnya pekerjaan
Papi? Mengapa Papi sibuk menggabungkan dua
tanaman yang tak sejenis? Papi tak memberikan
Rudy jawaban yang sederhana, tetapi dia jawab
dengan cara sesederhana mungkin hingga anak
kecil bisa mengerti.”

“Mau ke mana, Pi?” kata Rudy bingung.

“Ikut saja,” kata Papi tenang.

Papi melepaskan kuda yang sudah kenyang diberi


makan, kemudian Rudy dinaikan oleh tangan
besar Papi. Mereka menyusuri hutan dan
akhirnya sampai di sebuah mata air yang jernih.

“Rudy senang?” tanya Papi yang sudah


berjongkok di sekelilingnya.
Rudy mengangguk sambil terus memainkan
kakinya di air.”

Rudy dengan Sri: 86-87

“Pokoknya jangan lebih dari tiga menit, Sri!”


“Iya, Mas.”
Rudy memakai sabun itu di dekat jam dinding.
Sambil memejamkan mata dan wajah penuh
busa, Rudy terus berteriak ke adiknya, “Sriii….
Sudah belumm?”
“Sri setia dan awas menatap jam, memastikan
pemakaiannya tidak boleh lebih dari tiga menit.”

Rudy dengan Ainun: 253

“Pada hari pernikahan itu, bukan hanya Rudy dan


Ainun yang berbahagia. Ada Leila yang hadir
sejak prosesi akad nikah. Rudy senang sekali saat
bertemu dia di Jakarta. April itu. Rudy langsung
berteriak, “Leila, Ich bin verliebt! „Saya jatuh
cinta!‟ Rudy lalu mengenalkan Leila pada Ainun
yang tenti disambut gembira oleh Leila larena
Ainun adalah penyangkalan dari Rudy yang
selama ini percaya bahwa tak ada gadis Indonesia
yang cerdas, kritis, pekerja keras, dan cantik.”
2. Cinta Kasih Cinta kasih terhadap keluarga: 33, 49,
20, 86-87

“Mau sampai jam berapa menunggu Papi, nak? “


Mami muncul lagi di pintu.

“Mami, Papi kenapa kalu pulang suka malam-


malam?” Protes Rudy
“Nak, Papi itu pekerjaannya banyak, mengurus
orang-orang biar sawah dan kebunnya bagus.”
Kata Mami menjelaskan”

“Mau ke mana, Pi?” kata Rudy bingung.

“Ikut saja,” kata Papi tenang.

Papi melepaskan kuda yang sudah kenyang diberi


makan, kemudian Rudy dinaikan oleh tangan
besar Papi. Mereka menyusuri hutan dan
akhirnya sampai di sebuah mata air yang jernih.

“Rudy senang?” tanya Papi yang sudah


berjongkok di sekelilingnya.
Rudy mengangguk sambil terus memainkan
kakinya di air.”

“Pernah suatu ketika Fanny tengah sibuk dengan


pekerjaannya di Tanjung Priok, Rudy menelpon
dan mengatakan bahwa Fanny harus segera
datang karena keadaan gawat. Fanny buru-buru
datang dan menyaksikan Rudy sedang bengong
di pinggir jalan.”

“Pokoknya jangan lebih dari tiga menit, Sri!”


“Iya, Mas.”
Rudy memakai sabun itu di dekat jam dinding.
Sambil memejmakan mata dan wajah penuh
busa, Rudy terus berteriak ke adiknya, “Sriii….
Sudah belumm?”
“Sri setia dan awas menatap jam, memastikan
pemakaiannya tidak boleh lebih dari tiga menit.”
Cinta kasih terhadap teman: 22, 131,
150, 253
“Nggak ikut-ikutan Fanny, Rud?” Tanya Paul
Pascol
“Rudy menggeleng dan terus asyik menekuni
buku di tanggannya.”
“Buku baru lagi, Rud? Tanya Paul sambil
pengunyah makanannya. “ceritannya tentang apa,
tuh?”

“Awalnya Keng Kie selalu curiga karena Rudy


selalu puasa bila diajak makan di Mensa.
“Aku puasa Senin-Kamis, Keng Kie!” kata Rudy.
“Ah, sekarang kan Rabu,” jawab Keng Kie.
Rudy tertawa, “Du muss mir fasten, es ist gut fur
dich! „kau harus ikut puasa denganku, itu baik
untukmu!”
Akan tetapi, saat didesak oleh Keng Kie, Rudy
mengaku, dia tak punya uang sama sekali.
Makanya selama ini adalah apel jatuh atau apel
tak dimakan kuda yang dia temukan pada saat
berjalan melewati istal kuda menuju kampus.
Keng Kie tak tega. Dia memaksa Rudy untuk
meminjam uangnya. Rudy menolak, tatapi untuk
urusan membantu kawan, Keng Kie lebih keras
kepala.”

“Ilona da Rudy kadang hanya piknik berdua


sambil membahas puisi. Rudy suka puisi “Der
Erlkonig” atau diterjemahkan menjadi “Raja
Mambang” dalam bahasa Indonesia, karya
Johann Wolfgang Von Goethe.”

“Pada hari pernikahan itu, bukan hanya Rudy dan


Ainun yang berbahagia. Ada Leila yang hadir
sejak prosesi akad nikah. Rudy senang sekali saat
bertemu dia di Jakarta. April itu. Rudy langsung
berteriak, “Leila, Ich bin verliebt! „Saya jatuh
cinta!‟ Rudy lalu mengenalkan Leila pada Ainun
yang tenti disambut gembira oleh Leila larena
Ainun adalah penyangkalan dari Rudy yang
selama ini percaya bahwa tak ada gadis Indonesia
yang cerdas, kritis, pekerja keras, dan cantik.”

3. Moral “Bila ingat waktu itu, Rudy selalu bersyukur dia 29, 84,
tak kena penyakit apa-apa.” 120, 127,
“Mami juga terkenal rajin bersilaturahmi. Beliau 168
paham dan dekat dengan banyak simpul jaringan
perkawanan dan bisnis penting di Bandung.”

“Sana ambilkan makanan.”


“Apa saja yang harus diambil, mas?” Tanya
Rudy.”

“Rudy memang terlihat imut dan lucu, tetapi juga


keras kepala dan tidak sabaran. Dia tidak segan-
segan bilang “bodoh” atau “goblok” bila lawan
bicaranya sudah memberikan argumen yang tak
masuk akal.”

“Dia menunjukan kalau dia hormat kepada


mereka, tetapi juga tak berlebihan. Rudy bilang
kepada Keng Kie, “kakak-kakak kita itu harus
hargai tinggi akan pengabdian-pengabdiannya
pada waktu dulu.”

4. Pendidikan “Setelah berdoa dan berpikir matang-matang, 69, 95,


Mami bertekad memberangkatkan anaknya 171, 208
sekolah di sekolah Internasional yang saat itu
hanya ada di Bandung dan Jakarta. Hanya di
kedua sekolah itu Concordante HBS masih
dibuka. Mami memang keras kepala, apalagi
menyangkut kemajuan anak-anaknya. Namun,
setalah suaminya meninggal, dia harus memilih.
Hanya satu dari dua anaknya ini yang bisa dia
berangkatkan. Kendala keuangan menjadi
pertimbangan utama. Saat itu, tidak tersedia
beasiswa dari manapun. Kekuatan finansial
keluarga Habibie juga mengandalkan kopra,
sementara SPP sebulan di sekolah itu bahkan
lebih banyak dari gaji insinyur satu bulan.”

“Setelah lulus SMA pada 1954, Rudy memulai


petualangannya di banku kuliah. Dengan
kemampuan ekstra yang baik, Rudy masuk ke
Fakultas Teknik, Universitas Indonesia di
Bandung.”

“Kegelisahan Rudy makin menjadi karena


setahun yang akan datang, pada 1957, dia akan
menyelesaikan studi S-1 dan akan lanjut ke studi
S-2-nya untuk mendapat gelar Dipl. Ing. Namun,
dengan situasi pemerintah yang tak menentu,
Rudy butuh proyeksi atas langkah yang harus dia
ambil agar bisa membuat industry pesawat di
Indonesia saat dia pulang nanti.”

“Setelah studi tertunda selama lebih kurang


setahun, Rudy akhirnya bisa meneruskan study S-
3-nya demi meraih gelar Dr.Ing.”

5. Ekonomi “Namun, sejalan dengan kualitasnya yang 68, 117,


memang baik, Concordante HBS membutuhkan 127, 157,
biaya yang sangat tinggi sehingga tidak semua 162
anak-anak keluarga Habibie dimasukan ke
sekolah tersebut.”

“Pada saat itu Rudy mengalami keterlibatan


pertamanya dengan orang-orang yang tak mampu
karena uang bulanannya memang pas-pasan. Bila
dulu pada zaman Hindia-Belanda selalu bagian
kelas menengah atas, di Aachen dia menjadi
bagian kelas bawah. Bila dia dulu hanya
mengenal kata „miskin” atau “kelaparan”, di
Aachen dia mengalami arti dua kata itu.”

“Sedari awal, Rudy memang bertekat


menyelesaikan kuliah secepatnya di tengah
keuangannya yang sering telat. Karena itu, dia
memutuskan untuk tak bekerja sampingan,
bahkan ketika masa liburan. Ketika temannya
sibuk menyusun jadwal main ski atau bekerja,
Rudy sibuk belajar menghadapi ujuan. Rudy
berpikir, jika dia terlalu lama kuliah, tentu dia
akan memperpanjang beban Mami.”

“Sri memang sangat kagum pada energi Mami


yang luar biasa besar untuk mengumpulkan
rupiah demi rupiah demi kebutuhan rumah,
terutama biaya sekolah. Salah satu bisnis yang di
bangun Mami adalah membangun indekos untuk
mahasiswa. Selain itu, tangan dingin mami juga
merambah ke usaha ekspor-impor dengan
Singapura.”

“Selain usaha ekspor-impor ke Singapura, dia


juga berdagang berliain. Para penjualnya sering
datang wara-wiri ke rumah. Setiap penjual yang
datang selalu dia anggap saudara. Itu membuat
jaringan Mami semakin luas.”

“Karena sulitnya keadaan keuangan, pernah suatu


kali Sri harus rela menggadaikan perhiasan
miliknya untuk uang makan mereka sekeluarga.”

6. Religi “Namun, saat ruangan sebelah sayub-sayub 17, 162,


terdengar suara Papi yang mulai melantunkan 17, 32,
ayat-ayat suci, tangis Rudy perlahan mereda.” 64, 129,
130, 158,
“Guru pertama Rudy dan saudara-saudaranya 218, 71,
adalah ayah mereka. Dari sang ayah, anak-anak 125, 129,
keluarga Habibie memperoleh dasar-dasar 130, 158,
kehidupan beragama islam. Untuk mendalami 218, 71,
agama, Alwi lalu mengharuskan semua anak- 125, 129-
anaknya belajar mengaji kepada Hasan Alamudi, 130, 240
seorang Arab di Parepare.”

“Salah satu kegiatan yang mereka lakukan pada


sore hari adalah shalat berjamaah.”

“Seusia itu, Rudy telah terbiasa berpegang pada


doa-doa yang dia warisi dari keluarga dan guru-
gurunya. Pegangan pertama Rudy adalah nasihat
tentang doa yang diberikan oleh guru
mengajinya, kapten Arab, Hasan Alamudi.”

“Dia menikmati setiap momennya, walau dalam


hatinya dia berdoa agar bisa selamat melewatinya
dan tak mati beku di kamar dan menyelimuti
dirinya dengan selimut tebal.”

“Saat shalat konsentrasinya hanya pada bacaan


shalat dan keheningan yang menyelimutinya.
Kadang hening adalah berkah terbaik Tuhan.”

“Rudy menatap pintu indah greja itu. Dia berdiri


lalu berdoa dalam hati, “Allah Swt. gedung itu
dibuat oleh orang yang percaya kepada-Mu,
mereka juga yakin kepada-Mu seperti saya yakin
kepada-Mu. Namun, saya yakin bahwa orang itu,
sebagaimana saya, menyadari bahwa hanya ada
satu Tuhan. Bolehkan saya, dengan cara saya,
masuk ke ruangan ini tanpa mengganggu yang
lain? Memanjatkan doa untuk orang tua saya,
saudara saya, dan banyak hal yang saya perlukan.
Bolehkah?”

“Rudy menjalankan ritual uniknya, dengan posisi


duduk di deretan bangku paling belakang,
kemudian melafalkan lengkap bacaan dan
kalimat shalat. Takbir dan seterusnya seperti
shalat biasa. Namun, semuanya dilafalkan dengan
amat lirih sehingga hanya bibirnya yang
bergerak.”

“Bangun pagi, setelah shalat Subuh. Sri langsung


ke dapur.”

“Romo Mangun tersenyum saja melihat Rudy


shalat di pojok belakang gereja. Biasanya, Rudy
menunggu sepi untuk shalat di gereja. Namun,
karena hatinya sangat kacau pada saat itu, dia
masuk saja walau sedang ada misa.”

“Kamu kalau punya anak mendidiknya


bagaimana, Rud?”

“Ya, sesuai ajaran islam”

“Tetapi, kalau pergaulannya dengan agama lain,


kamu anti?”

“Kenapa saya harus anti?”

“Kalau dia pilih jodohnya agama lain, kamu


setuju?”
“Saya setuju kalau jodohnya itu ikut Muslim
karena anaknya pakai nama saya. Saya percaya
eksistensi tuhan satu. Jalannya yang banyak.
Yang saya yakini, ya, satu ini.”
Lampiran 5

SILABUS MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA


SMA DAN MA (WAJIB)

Kelas : XII

Alokasi Waktu : 4 jam pelajaran/minggu

Kompetensi Sikap Spiritual dan Kompetensi Sikap Sosial dicapai


melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) pada
pembelajaran Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan
melalui keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan
memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi
peserta didik.

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan


sepanjang proses pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai
pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih
lanjut.

Pembelajaran untuk Kompetensi Pengetahuan dan


Kompetensi Keterampilan sebagai berikut ini.

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

3.1 Mengidentifikasi Surat Lamaran Mendata sistematika


isi dan sistematika Pekerjaan: dan isi surat lamaran
surat lamaran identifikasi surat pekerjaan
pekerjaan yang Isi Menyimpulkan
dibaca. sistematika dan
Sistematika
4.1 Menyajikan unsur-unsur isi surat
simpulan Bahasa lamaran pekerjaan
sistematika dan Lampiran mempresentasikan,
unsur-unsur isi Kalimat efektif. menanggapi, dan
surat lamaran merevisi sistematika
pekerjaan dalam dan unsur-unsur isi
bentuk visual surat lamaran
pekerjaan.

3.2 Memformulasikan Surat Lamaran Mendata ciri


unsur kebahasaan Pekerjaan: kebahasaan surat
surat lamaran unsur kebahasaan; lamaran pekerjaan
pekerjaan
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

4.2 Menyusun surat penulisan EYD; dan Menyusun surat


lamaran pekerjaan daftar riwayat hidup. lamaran pekerjaan
dengan dengan
memerhatikan isi, memerhatikan isi,
sistematika dan sistematika, dan
kebahasaan. kebahasaan.
Mempresentasikan,
menanggapi, dan
merevisi surat
lamaran pekerjaan
yang telah disusun
3.3 Mengidentifikasi Teks cerita (novel)
informasi, yang sejarah
mencakup struktur teks cerita Mendata struktur
orientasi, sejarah; (orientasi, rangkaian
rangkaian kejadian isi teks cerita sejarah; kejadian yang saling
yang saling berkaitan,
berkaitan, nilai-nilai cerita komplikasi dan
komplikasi dan (novel) sejarah; dan resolusi), nilai-nilai,
resolusi, dalam kebahasaan teks cerita hal-hal yang
cerita sejarah lisan sejarah. menarikdalam cerita
atau tulis (novel) sejarah.
4.3 Mengonstruksi Menyusun kembali
nilai-nilai dari nilai-nilai dari cerita
informasi cerita (novel) sejarah ke
sejarah dalam dalam teks
sebuah teks eksplanasi
eksplanasi Mempresentasikan,
menanggapi,
merevisi teks
eksplanasi yang
disusun
3.4 Menganalisis Teks cerita (novel) Mendata kebahasaan
kebahasaan cerita sejarah dan unsur-unsur
atau novel sejarah kebahasaan cerita cerita sejarah yang
4.4 Menulis cerita (novel) sejarah; tersaji
sejarah pribadi unsur-unsur cerita; Menyusun teks cerita
dengan (novel) sejarah
memerhatikan topik; dan
pribadi
kebahasaan kerangka karangan. Mempresentasikan,
mengomentari, dan
merevisi teks cerita
(novel) sejarah yang
telah ditulis
3.5 Mengidentifikasi Teks Editorial: Menemukan
informasi pendapat, alternatif
(pendapat, isi teks editorial; solusi, dan simpulan,
alternatif solusi
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

dan simpulan pendapat; informasi-informasi


terhadap suatu isu) ragam informasi; dan penting, dan ragam
dalam teks informasi sebagai
simpulan.
editorial bahan teks editorial
Mempresentasikan,
menanggapi, dan
4.5 Menyeleksi ragam merevisi informasi
informasi sebagai berupa pendapat,
bahan teks alternatif solusi, dan
editorial simpulan, informasi-
informasi penting,
dan ragam informasi
sebagai bahan teks
editorial.
3.6 Menganalisis Teks Editorial: Menentukan struktur
struktur dan dan unsur kebahasaan
kebahasaan teks struktur; dalam teks editorial
editorial unsur kebahasaan; Menyusun teks
4.6 Merancang teks topik; dan editorial yang sesuai
editorial dengan topik, struktur, dan
memerhatikan kerangka karangan.
kebahasaan
struktur dan Mempresentasikan,
kebahasaan . menanggapi, dan
merevisi topik,
kerangka, stuktur,
unsur kebahasaan,
dan teks editorial
yang telah disusun
3.7 Menilai isi dua Buku Pengayaan: Laporan Hasil
buku fiksi Membaca Buku
(kumpulan cerita nilai-nilai dalam
pendek atau novel (agama, sosial, Menyusun Laporan
kumpulan puisi) budya, moral, dll); buku fiksi yang
dan satu buku dibaca.
kaitan nilai dalam
pengayaan Mempresentasikanlap
(nonfiksi) yang novel dengan
oran yang ditulisnya
dibaca kehidupan; di depan kelas.
. amanat dalam novel; Menanggapi laporan
dan yang dipresentasikan
4.7 Menyusun laporan laporan hasil
hasil diskusi buku
membaca buku.
tentang satu topik
3.8 Menafsir pandangan Pandangan pengarang
pengarang terhadap Menentukan
kehidupan dalam pandangan pengarang
novel yang dibaca terhadap kehidupan
nyata dalam novel
yang dibaca
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

Mempresentasikan
dan menanggapi
pandangan
pengarang.

4.8 Menyajikan hasil


interpretasi terhadap
pandangan
pengarang
3.9 Menganalisis isi dan Unsur intrinsik dan Menemukan isi
kebahasaan novel ekstrinsik (unsur intrinsik dan
4.9 Merancang novel Unsur kebahasaan ekstrinsik) dan
atau novelet dengan kebahasaan
memerhatikan isi Ungkapan (ungkapan, majas,
dan kebahasaan. Majas peribahasa) novel
Peribahasa Menyusun novel
berdasarkan
rancangan
Mempresentasikan,
mengomentari, dan
merevisi unsur-unsur
intrinsik dan
kebahasaan novel,
dan hasil penyusunan
novel
3.10 Mengevaluasi Artikel. Mengkritisimasalah,
informasi, baik masalah fakta, opini, dan
fakta maupun aspek kebahasaan
fakta dan opini
opini, dalam dalam artikel.
sebuah artikel yang penyusunan opini Menulis opini dalam
dibaca topik bentuk artikel
4.10 Menyusun opini masalah dengan
dalam bentuk kerangka memerhatikan unsur-
artikel unsur artikel.
Mempresentasikan,
menanggapi, dan
merevisi fakta dan
opini, unsur
kebahasaan,
pengungkapan opini
dan hasil
menyusunan opini
dalam bentuk artikel.

3.11 Menganalisis Artikel: Menemukan unsur


kebahasaan artikel Masalah; kebahasaan artikel
dan/atau buku
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

ilmiah fakta dan opini; dan/atau buku ilmiah


penyusunan opini Menyusun artikel
topik dan/atau buku ilmiah
4.11 Mengonstruksi sesuai dengan fakta
sebuah artikel masalah Mempresentasikan,
dengan kerangka menanggapi, dan
memerhatikan Persamaan dan merevisi unsur
fakta dan perbedaan kebahasaan artikel
kebahasaan yang telah disusun,
penggunaan bahasa.

3.12 Membandingkan Kritik dan Esai: Menentukan unsur-


kritik sastra dan pengertian kritik; unsur kritik dan esai,
esai dari aspek jenis-jenis esai; persamaan dan
pengetahuan dan perbedaan kritik dan
bagian-bagian esai
pandangan penulis esai, dari aspek
4.12 Menyusun kritik (pembukaan, isi, pengetahuan dan
dan esai dengan penutup); pandangan
memerhatikan perbedaan kritik dan Menulis kritik dan
aspek pengetahuan esai; dan esai dengan
dan pandangan penyusunan kritik memerhatikan aspek
penulis pengetahuan dan
dan esai.
pandangan tertulis
Mempresentasikan,
menanggapi,
merevisi kritik dan
esai yang telah ditulis
3.13 Menganalisis Kritik dan Esai Menemukan isi dan
sistematika dan pengertian kritik sistematika,
kebahasaan kritik dan esai; kebahasaan kritik dan
dan esai jenis-jenis kritik dan esai
4.13 Mengonstruksi Menyusun kritik dan
esai;
sebuah kritik atau esai berdasarkan
esai dengan bagian-bagian kritik konstruksi dengan
memerhatikan dan esai memerhatikan
sistematika dan (pembukaan, isi, sistematika dan
kebahasaan penutup); kebahasaan
perbedaan kritik dan Mempresentasikan,
esai; dan Memberikan
penilaian terhadap
penyusunan kritik kritik dan esai
dan esai berdasarkan
sistematika dan
kebahasaan
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

3.14 Mengidentifikasi Laporan hasil Laporan Hasil


nilai-nilai yang pembacaan buku Membaca Buku
terdapat dalam dan drama fiksi
sebuah buku Menyusun laporan
pengayaan yang berisi refleksi
(nonfiksi) dan satu nilai-nilai dalam
buku drama (fiksi) kehidupan nyata dari
buku fiksi/nonfiksi
4.14 Menulis refleksi yang dibaca.
tentang nilai-nilai
yang terkandung
dalam sebuah buku Mempresentasikanl
pengayaan aporan buku yang
(nonfiksi) dan satu ditulisnya
buku drama (fiksi)
Lampiran 6

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : SMA Negeri 1 Petanahan


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XII/2
Materi Pokok : Novel
Tema/topik : Menganalisis isi dan kebahasaan novel
Alokasi Waktu : 4X 45 menit

A. Kompetensi Inti
K1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
K2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, samai), santun,
responsif, dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
mempertimbangkan diri sebagai cermin bangsa dalam pergaulan
dunia.
K3: Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitig
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebahasaan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah.
K4: Mengolah, menalar, menyaji dan menciptakan dalam ranah konkret
dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara
efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah
keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.9 Menganalisis unsur intrinsik.
C. Indikator
1.1 Mensyukuri anugrah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan
menggunakannya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk
mempersatukan bangsa.
2.1 Menunjukan perilaku tanggung jawab, responsive dan imajinatif dalam
menggunakan bahasa Indonesia untuk mengekspresikan impian,
misteri, imajinasi, serta permasalahan remaja sosial
D. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah membaca sinopsis novel Rudy karya Gina S. Noer, peserta
didik dapat mengerti jalan ceritanya.
2. Setelah membaca sinopsis novel Rudy karya Gina S. Noer, peserta
didik dapat menemukan unsur intrinsik.
3. Setelah membaca sinopsis novel Rudy karya Gina S. Noer, peserta
didik dapat menguraikan bentuk sosiologi sastra dalam deskripsi.
E. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran merupakan rincian dari materi pokok. Dalam
pemilihan materi mengenai sosiologi sastra digunakan novel Rudy Karya
Gina S. Noer. Isi dari novel Rudy Karya Gina S. Noer mengandung segi
psikologis berupa permasalahan hidup. Siswa dirangsang untuk
menyelesaikan masalah yang mungkin hamper sama dengan cerita dalam
novel tersebut.
F. Metode Pembelajaran
Quantum learning menggunakan enam langkah pokok TANDUR, yaitu:
tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan
G. Media Pembelajaran
a. Novel Rudy karya Gina S.Noer
b. Beragam contoh analisis aspek sosiologi sastra
H. Alat Pembelajaran
a. Laptop
b. LCD
c. Catatan Kecil dan Alat Tulis.
I. Sumber Belajar
a. Buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas XII, KBBI
offline, internet.
b. Buku pelengkap materi pembelajaran.
J. Langkah Pembelajaran
Pertemuan ke-1:
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu
Pendahuluan 15 menit
a) Guru membuka pelajaran
dengan salam
b) Guru mengecek kehadiran siswa
(absensi)
c) Guru memotivasi siswa tentang
pentingnya materi yang akan
dibahas
d) Guru menyampaikan
kompetensi dasar dan indikator
pencapaian yang harus dikuasai
e) Guru bertanya kepada siswa
mengetahui gambaran umum
Inti Fase “Tumbuhkan” 60 menit
e) Guru menampilkan profil Gina
S. Noer dan karya-karyanya
dengan menggunakan
audiovisual.
f) Guru menumbuhkan minat
siswa dengan cara menjelaskan
manfaat pembelajaran novel
bagi kehidupan siswa
g) Guru mempresentasikan materi
dengan media powerpoint
mengenai unsur intrinsik novel
dan ragam aspek sosiologi.
h) Siswa mengamati contoh
penggalan novel yang
mengandung aspek sosiologi.
Fase “Alami”
d) Siswa membentuk kelompok.
e) Setiap kelompok dibagikan
sinopsis dan diminta untuk
membacanya.
f) Siswa beserta guru
merencanakan berbagai
prosedur belajar khusus, tugas
dan tujuan berdasarkan topik,
yaitu menentukan unsur
intrinsik yang terdapat dalam
novel, dengan memberikan
kutipan yang menunjukan
unsur intrinsik.
Fase “Namai”
Setiap kelompok menyajiakn
presentasi yang menarik
sehingga, semua kelompok
mengetahui macam-macam
unsur intrinsik yang terdapat
dalam kumpulan novel yang
telah dianalisis
Penutup a) Siswa dan guru menyimpulkan 15 menit
hasil pembelajaran yang telah
berlangsung.
b) Semua kelompok
mengumpulkan hasil investigasi
kelompoknya.
c) Guru memotivasi siswa untuk
meneladani karakter positif
yang terdapat di dalam novel
Rudy Karya Gina S. Noer.
d) Guru memberikan tugas rumah
kepada siswa untuk
menganalisis aspek sosiologi
sastra di rumah.
e) Guru mengucapkan salam
penutup.
Pertemuan ke-2:

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu

Pendahuluan a) Guru membuka pelajaran 15 menit


dengan salam.
b) Guru mengecek kehadiran
siswa (absensi).
c) Guru melakukan tanya jawab
dengan siswa mengenai materi
yang telah dibahas pada
pertemuan sebelumnya.
d) Guru menyampaikan refleksi
mengenai kekurangan yang
masih ditemukan di dalam hasil
pembelajaran sebelumnya.
Inti Fase “Demonstrasi” 60 menit
Setiap siswa diminta untuk
mengemukakan pendapat hasil
pekerjaan rumahnya berupa
analisis aspek sosiologi sastra
novel Rudy Karya Gina S. Noer
Fase “Ulangi”
Siswa memperbaiki analisisnya
sesuai dengan saran yang
diberikan oleh temannya
Fase “Rayakan”
Siswa yang memperoleh nilai
tertinggi memiliki kesempatan
untuk membacakan hasil
analisisnya di depan kelas dan
analisis tersebut dipajang di
dinding kelas.
Penutup a) Guru menyampaikan simpulan 15 menit
pembelajaran.
b) Guru memberikan pesan
kepada siswa agar meneladani
sikap tokoh yang memiliki
akhlak mulia yang ada dalam
novel Rudy Karya Gina S.
Noer.

K. Penilaian Hasil Pembelajaran

Jenis / Teknik Penilaian

Jenis/ Teknik Bentuk Instrumen


Observsi Lembar pengamatan sikap dan rubik
Tes Tulis Tes uraian menemukan unsur intrinsik dan aspek
sosiologi sastra dalam novel
Tes Praktik Menulis teks laporan hasil penelitiannya.
L. Lembar Pengamatan Sikap (Observasi)

Mata Pelajaran :………………………………….

Kelas/ Semester :………………………………….

Tahun Pelajaran :………………………………….

Waktu Pengamatan :…………………………………..

Indikator pengembangan sikap religius, tanggung jawab, peduli,

responsive, dan santun.

1. BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukan usaha sungguh-

sungguh dalam menyelesaikan tugas.

2. MT (mulai tampak) jika menunjukan sudah ada usaha sungguh-

sungguh dalam menyelesaikan tugas tetapi masih sedikit dan belum

konsisten.

3. MB (mulai berkembang) jika menunjukan ada usaha sungguh-sungguh

dalam menyelesaikan tugas yang cukup sering dan mulai konsisten

4. MK (membudaya) jika menunjukan adanya usaha sungguh-sungguh

dalam menyelesaikan tugas secara terus menerus dan konsisten.

Tanggug Respon
Religius Peduli Santun
No Nama siswa jawab sife
BTMTMBMKBTMTMBMKBTMTMBMKBTMTMBMKBTMTMB MK
1
2
3
4
5
Keterangan:

1 = kurang

2 = sedang

3 = baik

4 = sangat baik

Lembar Penilaian Antar Peserta Didik

Nama peserta didik yang dinilai :…………………………….

Kelompok :…………………………….

Kelas :…………………………….

Skala Penilaian
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5
1 Kerja sama
2 Inisiatif
3 Kedisiplinan
4 Tanggung jawab

Keterangan
1 : sangat kurang
2 : kurang Nilai
3 : cukup
4 : baik
Lampiran 7

Anda mungkin juga menyukai