ABSTRACT
The study of the impact of the changes of the village government system on fishery
resources-community base management in Moluccas villages was conducted on 61 villages in
Moluccas from July to December 2005. The variables studied were organization planning and
fishery management monitoring. The comparison was done between the village government
regimes to explain the changes pattern of "sasi" practices. The analysis results showed that on
the regional autonomy regimes there was an increase of marine "sasi" practices. The main
recommendation is the Moluccas Regional Government should revitalize marine "sasi" and it is
necessary to empower the village leaders and fishery management institution.
Key words: Village government, management, fishery.
sejenisnya berada dalam satu pulau kecil,' kembali Kewang sebagai lembaga pengelolaan
tergantung dari karakteristik klan, atau suku yang sumberdaya alam di pedesaan Maluku.
mendominasi desa tersebut. Berdasarkan hasil wawancara pada desa-desa
Hasil ini juga memperlihatkan bahwa tidak sasi, maka jenis sumberdaya darat yang disasi
semua desa adat melaksanakan sasi. Dari 53 desa adalah: kelapa, cengkeh, pala, coklat, nenas,
adat yang di teliti ternyata 8 desa adat di jeruk, sagu. Sedangkan sumberdaya laut yang
antaranya tidak melaksanakan sasi baik sasi darat disasi adalah: karang, batu hitam, pasir, teripang,
maupun sasi laut. Dari hasil ini dapat dikatakan lola, caping-caping, ikan hias, bakau, ikan
bahwa di sebagian desa-desa adat telah hilang lompa, make dan jenis-jenis ikan lain di sekitar
tradisi sasi dalam masyarakat adat. Hilangnya pesisir pantai. Jenis sumberdaya yang disasikan
sasi antara lain disebabkan karena perubahan ini, memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
struktur pemerintahan desa akibat pemberlakuan Hal ini dapat dilihat dari nilai harga untuk
UU No.5 Tahun 1979 dan ketidakpercayaan beberapa jenis sumberdaya perikanan yang di
masyarakat terhadap kepemimpinan desa. sasi di pasar kota Ambon. Adapun harga
Namun dari hasil di atas menunjukkan bahwa beberapa komoditi sumberdaya perikanan,
walaupun telah terjadi pergantian rezim diperlihatkan pada Tabel 2.
pemerintahan desa selama ini namun sasi laut Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan
sebagai bentuk pengelolaan sumberdaya sasi baik sasi darat maupun sasi laut pada rezim
perikanan berbasis masyarakat masih tetap ada otonomi daerah diperkirakan akan semakin
sampai saat ini. Keberadaan sasi laut ini tentunya bertambah pelaksanaannya dengan diaktifkan
disesuaikan dengan situasi dan kondisi kembali Kewang sebagai lembaga pengelolaan
masyarakat desa setempat. Novaczek et a1 sumberdaya alam di pedesaan Maluku.
(2001) menyatakan bahwa, sebagai suatu Berdasarkan hasil wawancara pada desa-desa
pranata, sasi tidak statis tetapi mengalami sasi, maka jenis sumberdaya darat yang disasi
perubahan sesuai waktu. Sasi dan budaya adat adalah: kelapa, cengkeh, pala, coklat, nenas,
sangat mudah dipengaruhi dan lemah dari waktu jeruk, sagu. Sedangkan sumberdaya laut yang
ke waktu yang mencerminkan dampak dari disasi adalah: karang, batu hitam, pasir, teripang,
kolonialisme, peperangan, perkembangan lola, caping-caping, ikan hias, bakau, ikan
ekonomi dan perubahan sosial. lompa, make dan jenis-jenis ikan lain di sekitar
Hasil inventarisasi sasi laut, menunjukkan pesisir pantai. Jenis sumberdaya yang disasikan
adanya perkembangan sasi yang berkaitan ini, memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
dengan pelaksanaan otonomi daerah. Hasil ini Hal ini dapat dilihat dari nilai harga untuk
dapat dibandingkan dengan hasil inventarisasi beberapa jenis snmberdaya perikanan yang di
sasi laut oleh Novaczek, et al. (2001), yang sasi di pasar kota Ambon. Adapun harga
melaporkan bahwa di pulau Nusalaut yang terdiri beberapa komoditi sumberdaya perikanan,
dari tujuh desa tidak ada pelaksanaan sasi laut. diperlihatkan pada Tabel 2.
Namun sekarang, desa Ameth yang merupakan Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai
salah satu desa di kecamatan Nusalaut kabupaten harga sumberdaya perikanan tertinggi adalah
Maluku Tengah telah memberlakukan sasi laut teripang dan terendah adalah rumput laut dan
sesuai dengan Keputusan Negeri Ameth siput lola ukuran kecil. Hal ini berindikasi
kecamatan Nusalaut kabupaten Maluku Tengah bahwa apabila pengelolaan d m pemanfaatan
No.1 Tahun 2005 tentang sasi adat bagi siput lola sumberdaya perikanan oleh masyarakat melalui
dan teripang. Begitupun juga terjadi di desa sasi dapat dilaksanakan secara baik maka tentu
Halaliu kecamatan Haruku kabupaten Maluku dapat meningkatkan tingkat pendapatan
Tengah, sejak diberlakukannya Surat Keputusan masyarakat pedesaan. Oleh karena itu,
raja negeri Hulaliu No. 140102 I XIV2003 pelaksanaan sasi perlu dipertahankan dan
tentang Pengangkatan Kepala Kewang, Wakil, direvitalisasikan bagi kesejahteraan masyarakat
Bendahara dan Anggota Kewang pada tanggal 28 pedesaan Maluku.
Desember 2003. Selain itu, pada tanggal 4 Menurut Satria, et al. (2002) pranata sosial
Oktober 2005 telah dilakukan pelantikan yang mencerminkan kearifan tradisional dalam
lembaga-lembaga adat yaitu Kepala Sou, Saniri pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan
Negeri dun Kewang di negeri Nalahia kecarnatan merupakan kekuatan daerah, untuk itu dalam
Nusalaut kabupaten Maluku Tengah. desentralisasi daerah tidak perlu lagi menyusun
Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan formula pengelolaan sumberdaya perikanan
sasi baik sasi darat maupun sasi laut pada rezim sebaliknya daerah hanya melengkapi formula
otonomi daerah diperkirakan akan semakin dalam merekonstruksi modal sejarah tersebut
bertambah pelaksanaannya dengan diaktifkan menjadi modal sosial yang riil sehingga menjadi
75 Ichthyos, Val. 7, No. 2, Juli 2008: 71-78
manajemen akan berbeda-beda dan tergantbng perikanan secara lebih baik dan dapat
pada kondisi spesifik dari suatu wilayah, maka meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat
ko-manajemen hendak nya tidak dipandang di pedesaan.
sebagai strategi tunggal untuk menyelesaikan
seluruh problem dari pengelolaan sumberdaya Perubahan Sistim Pemerintahan Desa
pesisir. Tetapi lebih dipandang sebagai Terhadap Pengelolaan dun Pemanfaatan
alternatif pengelolaan yang sesuai untuk situasi Sumberdaya Perikanan Berbasis Masyarakat
dan lokasi tertentu. Untuk itu pemerintah Pengujian bipotesis untuk mengetahui
daerah perlu memperkuat kapasitas masyarakat perubahan sistim pemerintahan desa terhadap
dalam mengelola sumberdayanya. Salah satu pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya
cara adalah mempersiapkan kebijakan yang perikanan berbasis masyarakat dilakukan dengan
mendorong kemandirian masyarakat ( menggunakan uji Fridman, menunjukkan bahwa
Kusumastanto,2003), diantaranya adalah x2 bitung adalah 12 yang kemudian
peningkatan pemberdayaan lembaga-lembaga dibandingkan dengan XZ tabel dengan tingkat
lokal sebagai pengelola sumberdaya perikanan kepercayaan 95% adalah 5,991. Hasil ini
melalui pelaksanaan kegiatan pembinaan dan memperlihatkan bahwa XZ hitung > X2 tabel,
pelatihan kepada masyarakat terutama nelayan dengan demikian maka hipotesis Ho ditolak dan
secara khusus dan pemangku kepentingan menerima hipotesis HI yaitu bahwa perubahan
lainnya yang secara langsung maupun tidak sistim pemerintahan desa berpengaruh terhadap
langsung terlibat dalam pengelolaan dan perubahan pengelolaan dan pemanfaatan
pemanfaatan sumberdaya perikanan di pedesaan sumberdaya perikanan berbasis masyarakat di
Maluku. Kegiatan ini penting dilaksanakan pedesaan Maluku.
mengingat kegiatan pelatihan perikanan bagi Hasil analisis perubahan sistim
masyarakat masih tergolong rendah. Hal ini pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya
dapat dilihat pada hasil inventarisasi Dinas perikanan berbasis masyarakat pada rezim adat,
Perikanan Kabupaten Maluku Tengah tahun rezim sentralisasi dan rezim otonomi daerab di
2003 (Gambar 2). perlihatkan pada Tabel 5.
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai
rataan perubahan sistim pemerin-tahan desa
terhadap pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya perikanan berbasis masyarakat pada
rezim adat adalah lebib tinggi dibandingkan
dengan nilai pada rezim sentralisasi maupun
pada rezim otonomi daerah. Untuk itu, sistim
penge-lolaan dan pemanfaatan sumberdaya
perikanan berbasis masyarakat di pedesaan
Maluku pada rezim adat adalah lebih baik. Pola
perubahan sistim pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya perikanan berbasis masyarakat
yang sangat signifikan terjadi dari rezim adat ke
rezim sentralisasi mengalami penurunan dan dari
Gambar 2. Kegiatan Pelatihan bagi Masyarakat di rezim sentralisasi ke rezim otonomi daerah
Maluku Tengah, 2003. mengalami peningkatan seperti terlibat pada
Gambar 3.
Gambar di atas menunjukkan bahwa Hasil penelitian tentang dampak
kegiatan pembinaan dan pelatihan bidang perubahan sistim pemerintahan desa terhadap
perikanan masih rendah dibandingkan dengan pengelolaan perikanan berbasis masyarakat yang
tanaman pangan dan kesehatan. Untuk itu maka telah dijelaskan di atas menunjukkan bahwa
perlu ditingkatkan dan dilakukan secara baik perubahan sistim pemerintahan desa memberikan
oleh pemerintah maupun dari lembaga-lembaga pengaruh terhadap semua variabel pengelolaan
non pemerintah serta dari pihak-pihak yang yang diamati yaitu meliputi: perencanaan,
berkompeten yang dilangsungkan secara terus pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan.
menerus dan berkelanjutan sehingga dapat Berdasarkan pola perubahan yang
memberikan perubahan pengetahuan, sikap diamati pada semua variabel maka terlihat pada
mental masyarakat yang dapat mendorong rezim otonomi daerah terjadi adanya
timbulnya partisipasi aktifnya terhadap peningkatan nilai namun belumlah sama seperti
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya pada rezim adat. Untuk itu maka pada rezim
77 Ichthyos, Vol. 7, No. 2, Juli 2008: 71-78
otonomi daerah ini perlu sekali untuk kepemimpinan desa (3) peranan organisasi lokal
membenahi berbagai aspek termasuk dalam ha! (4) peranan pemerintah desa.
ini lembaga pengelolaan sumberdaya perikanan Dalam meningkatkan partisipasi masyara-
berbasis masyarakat. kat dalam pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya perikanan yang merupakan bagian
Tabel 5 . Perubahan Sistim Pengelolaan dan dari pembangunan desa maka tentunya memiliki
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan berbagai masalah yang dihadapi yaitu antara lain
Berbasis Masyarakat pada Rezim Adat, :pertama, rendahnya mutu sumberdaya manusia,
Rezim Sentralisasi dan Rezim Otonomi kedua, belum optimal lembaga pemerintahan
Daerah desa dan lembaga musyawarah desa dalam
No Variabel Sistim Pemerintahan Desa
menampung dan menyalurkan aspirasi masyara-
Rezim Rezim Rezim Otda kat, ketiga terbatasnya jangkauan pelayanan
~dat Senml lembaga perekonomian dalam mendukung usaha
1. Perencanaan : ekonomi desa dan keempat, belum meratanya
Tujuan Pengelolaan SDP 10 7.9 9.3
Keterlibatan Organisasi 9.7 2.7 8.4 prasarana dan sarana sosial ekonomi dalam
Tingkat Partisipasi 8.9 2.8 7.6 melayani kebutuhan masyarakat desa
2. Tupoksi Lembaga 9.5 3.3 7.5 (Haeruman, 1997). Berdasarkan ha1 tersebut,
Pengeldam Perikanan dalam rangka meningkatkan pengelolaan dan
3. Pengarahan :
pemanfaatan sumberdaya perikanan di rezim
Motivasi &Arahan 9.6 4.4 7.4 otonomi daerah maka peranan pimpinan desa dan
lembaga pengelolaan sumberdaya perikanan
4. Pengawasan 9.3 5 6.4
berbasis masyarakat di tingkat desa perlu
Total Keseluruhan 9.5 4.3 7.4
diperhatikan dan diberdayakan salah satunya
Hal ini disebabkab karena lembaga pengelolaan adalah melalui pendidikan. Hal ini sesuai
perikanan inilah yang menjalankan fungsi-fungsi dengan yang dikemukakan
perencanaan, pengorganisasian, peng-arahan dan
pengawasan. Perencanaan merupakan proses
dasar dimana manajemen memutuskan tujuan
dan cara mencapainya. Perencanaan dalam
I PengetolaanSurnberdayaParikanan
Berbasls Masyarakat