Anda di halaman 1dari 8

71 Ichthyos, Vol. 7,No.

2, Juli 2008: 71-78

PENGARUH PERUBAHAN SISTIM PEMERINTAHAN DESA TERHADAP


PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN
BERBASIS MASYARAKAT DI PEDESAAN MALUKU
(The Impact of the Changes of Village Government Systems on Fishery Resources
Communi@Base Managements in Moluccas Villages)
Venda Jolanda Pica1
Jurusnn Teknologi Hnsii Periknnnn
Fnkultw Periknnnn dnn Ilmu Kefnrclnn (IniversifwPaffimm
Ji. Mr. Chr. Soplanil K m p u s Polin, Ambon

Diterima 8 Mei 2007fl)isetujui 12 Maret2008

ABSTRACT
The study of the impact of the changes of the village government system on fishery
resources-community base management in Moluccas villages was conducted on 61 villages in
Moluccas from July to December 2005. The variables studied were organization planning and
fishery management monitoring. The comparison was done between the village government
regimes to explain the changes pattern of "sasi" practices. The analysis results showed that on
the regional autonomy regimes there was an increase of marine "sasi" practices. The main
recommendation is the Moluccas Regional Government should revitalize marine "sasi" and it is
necessary to empower the village leaders and fishery management institution.
Key words: Village government, management, fishery.

perikanan tersebut dapat diselengarakan


dengan cara yang lestari untuk mencapai tujuan
Di pedesaan Maluku yang masih aktif yang ditetapkan.
melaksanakan pengelolaan dan pemanfaatan Kewang memiliki arti dan peranan yang
sumberdaya perikanan berbasis masyarakat sangat penting bagi pembangunan di pedesaan
yang dikenal dengan sasi, maka lembaga Maluku namun dalam kenyataannya, kedudukan
pengelolaan perikanan yang bertanggung jawab dan peranan kewang mengalami perubahan yang
terhadap pelaksanaan sasi dikenal dengan disebabkan antara lain karena perubahan sistim
Kewang. Kewang merupakan suatu korps polisi pemerintahan desa yang telah terjadi selama ini.
negeri yang dipilih dan diangkat oleh suatu rapat Dengan berbagai kebijakan pemerintahan pusat
Saniri Besar (pimpinan desa) yang bertugas melalui beberapa Undang-Undang pemerintahan
memeriksa, mengawasi, dan mengamankan daerah selama ini, memberikan pengaruh yang
petuanan negerildesa, yang meliputi wilayah besar terhadap perubahan tatanan kelembagaan
darat, perairan, dan kekayaan dam yang masyarakat di pedesaan khususnya sistim
terkandung di dalamnya, termasuk kehidupan pemerintahan desa yang berdampak pula
dan penghidupan penduduknya, berdasarkan terhadap pengelolaan dan pemanfaatan
pranata sasi. Pelaksanaan sasi memiliki sumberdaya perikanan di pedesaan Maluku.
keterkaitan dengan sistim pemerintahan adat. Menurut Kissya (2000), Novaczek er al. (2001)
Kewang memiliki struktur organisasi, tugas dan Nikijuluw, (2002) dan Harkes (2006) bahwa
tanggung jawab serta memiliki sejumlah perubahan struktur pemerintahan desa
peraturan-peraturan (Saad, 2003). Menurut FA0 merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
(1997) pengelolaan perikanan yang bertanggung melemahnya pelaksanaan sasi di pedesaan
jawab mempersyaratkan bahwa fungsi utama Maluku. Ada tiga rezim pemerintahan desa yang
dari lembaga pengelolaan perikanan secara khas menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu: (1)
adalah mengidentifikasi-kan dan melaksanakan rezim adat, yaitu periode sebelum berlaku UU
aturan dan prosedur dengan langkah mana No.5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan Daerah
73 lchthyos, Vol. 7, No. 2, Juli 2008: 71-78

sejenisnya berada dalam satu pulau kecil,' kembali Kewang sebagai lembaga pengelolaan
tergantung dari karakteristik klan, atau suku yang sumberdaya alam di pedesaan Maluku.
mendominasi desa tersebut. Berdasarkan hasil wawancara pada desa-desa
Hasil ini juga memperlihatkan bahwa tidak sasi, maka jenis sumberdaya darat yang disasi
semua desa adat melaksanakan sasi. Dari 53 desa adalah: kelapa, cengkeh, pala, coklat, nenas,
adat yang di teliti ternyata 8 desa adat di jeruk, sagu. Sedangkan sumberdaya laut yang
antaranya tidak melaksanakan sasi baik sasi darat disasi adalah: karang, batu hitam, pasir, teripang,
maupun sasi laut. Dari hasil ini dapat dikatakan lola, caping-caping, ikan hias, bakau, ikan
bahwa di sebagian desa-desa adat telah hilang lompa, make dan jenis-jenis ikan lain di sekitar
tradisi sasi dalam masyarakat adat. Hilangnya pesisir pantai. Jenis sumberdaya yang disasikan
sasi antara lain disebabkan karena perubahan ini, memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
struktur pemerintahan desa akibat pemberlakuan Hal ini dapat dilihat dari nilai harga untuk
UU No.5 Tahun 1979 dan ketidakpercayaan beberapa jenis sumberdaya perikanan yang di
masyarakat terhadap kepemimpinan desa. sasi di pasar kota Ambon. Adapun harga
Namun dari hasil di atas menunjukkan bahwa beberapa komoditi sumberdaya perikanan,
walaupun telah terjadi pergantian rezim diperlihatkan pada Tabel 2.
pemerintahan desa selama ini namun sasi laut Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan
sebagai bentuk pengelolaan sumberdaya sasi baik sasi darat maupun sasi laut pada rezim
perikanan berbasis masyarakat masih tetap ada otonomi daerah diperkirakan akan semakin
sampai saat ini. Keberadaan sasi laut ini tentunya bertambah pelaksanaannya dengan diaktifkan
disesuaikan dengan situasi dan kondisi kembali Kewang sebagai lembaga pengelolaan
masyarakat desa setempat. Novaczek et a1 sumberdaya alam di pedesaan Maluku.
(2001) menyatakan bahwa, sebagai suatu Berdasarkan hasil wawancara pada desa-desa
pranata, sasi tidak statis tetapi mengalami sasi, maka jenis sumberdaya darat yang disasi
perubahan sesuai waktu. Sasi dan budaya adat adalah: kelapa, cengkeh, pala, coklat, nenas,
sangat mudah dipengaruhi dan lemah dari waktu jeruk, sagu. Sedangkan sumberdaya laut yang
ke waktu yang mencerminkan dampak dari disasi adalah: karang, batu hitam, pasir, teripang,
kolonialisme, peperangan, perkembangan lola, caping-caping, ikan hias, bakau, ikan
ekonomi dan perubahan sosial. lompa, make dan jenis-jenis ikan lain di sekitar
Hasil inventarisasi sasi laut, menunjukkan pesisir pantai. Jenis sumberdaya yang disasikan
adanya perkembangan sasi yang berkaitan ini, memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
dengan pelaksanaan otonomi daerah. Hasil ini Hal ini dapat dilihat dari nilai harga untuk
dapat dibandingkan dengan hasil inventarisasi beberapa jenis snmberdaya perikanan yang di
sasi laut oleh Novaczek, et al. (2001), yang sasi di pasar kota Ambon. Adapun harga
melaporkan bahwa di pulau Nusalaut yang terdiri beberapa komoditi sumberdaya perikanan,
dari tujuh desa tidak ada pelaksanaan sasi laut. diperlihatkan pada Tabel 2.
Namun sekarang, desa Ameth yang merupakan Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai
salah satu desa di kecamatan Nusalaut kabupaten harga sumberdaya perikanan tertinggi adalah
Maluku Tengah telah memberlakukan sasi laut teripang dan terendah adalah rumput laut dan
sesuai dengan Keputusan Negeri Ameth siput lola ukuran kecil. Hal ini berindikasi
kecamatan Nusalaut kabupaten Maluku Tengah bahwa apabila pengelolaan d m pemanfaatan
No.1 Tahun 2005 tentang sasi adat bagi siput lola sumberdaya perikanan oleh masyarakat melalui
dan teripang. Begitupun juga terjadi di desa sasi dapat dilaksanakan secara baik maka tentu
Halaliu kecamatan Haruku kabupaten Maluku dapat meningkatkan tingkat pendapatan
Tengah, sejak diberlakukannya Surat Keputusan masyarakat pedesaan. Oleh karena itu,
raja negeri Hulaliu No. 140102 I XIV2003 pelaksanaan sasi perlu dipertahankan dan
tentang Pengangkatan Kepala Kewang, Wakil, direvitalisasikan bagi kesejahteraan masyarakat
Bendahara dan Anggota Kewang pada tanggal 28 pedesaan Maluku.
Desember 2003. Selain itu, pada tanggal 4 Menurut Satria, et al. (2002) pranata sosial
Oktober 2005 telah dilakukan pelantikan yang mencerminkan kearifan tradisional dalam
lembaga-lembaga adat yaitu Kepala Sou, Saniri pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan
Negeri dun Kewang di negeri Nalahia kecarnatan merupakan kekuatan daerah, untuk itu dalam
Nusalaut kabupaten Maluku Tengah. desentralisasi daerah tidak perlu lagi menyusun
Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan formula pengelolaan sumberdaya perikanan
sasi baik sasi darat maupun sasi laut pada rezim sebaliknya daerah hanya melengkapi formula
otonomi daerah diperkirakan akan semakin dalam merekonstruksi modal sejarah tersebut
bertambah pelaksanaannya dengan diaktifkan menjadi modal sosial yang riil sehingga menjadi
75 Ichthyos, Val. 7, No. 2, Juli 2008: 71-78

Tabel 4 Peraturan Pengelolaan dan Pemanfaatan Peraturan Kewang pada beberapa


Sumbe-daya Perikanan Berbasis desalnegeri di atas di buat oleh Kewang serta
Masyarakat Secara Tertulis mendapat persetujuan Raja dan dikirim
tembusannya kepada Bupati, Camat dan
~ t u r a nPengelolaan dan Pemanfaatan
No Variabel perikanan Kapolsek setempat. Hal ini menunjukkan bahwa
telah terjalin suatu kerjasama dalam bentuk
1 Tujuan
. Meningkatkan pendapatan desa
h4elindungi sumberdayaperikanan
Menwgah pemanfaatan sumberdaya
manajemen pengelolaan perikanan antara
perikanan oleh orang luar
masyarakat lokal dengan pemerintah daerah yang
disebut ko-manajamen. KO-manajemen
2 Jenis Lola, barn laga, bia capi-capi, perikanan adalah pembagian atau pen-
Sumberdaya teripang, bakau, karang, kwanan distribusian tanggung jawab dan wewenang
Perikman yang ikan, ikan hias, barn kerikil, pasir,
disasi batu hitam besardi pesisirpantai antara pemerintah dan masyarakat lokal dalam
3 larangan . Dilarang menyelam untuk
mengambil hasil-had laut sepeni
mengelola sumberdaya perikanan. Pengertian ko-
manajemen ini menyiratkan bahwa kerjasama
. lola dan teripang.
Dilarang menangkap ikan dgn jaring
di laut atau pd waktu air sumt, bagi
antara pemerintah dan masyarakat merupakan
inti ko-manajemen. Menurut Nikijuluw, (2002)

. masyamkat di luar desa.


Dilarang mengambil & menangkap
ikan hias di lautatau di airsurut
ko-manajemen perikanan terdiri dari beberapa
bentuk pola kemitraan serta derajat pembagian
wewenang dan tanggung jawab antara
Dilarang menangkap ikan dengan
bahan peledak (born), obat bore & yg masyarakat dan pemerintah. Berdasarkan derajat
lain scjenisnya yg dpt merusakkan tanggung jawab dan wewenang yang dimiliki
biota lvut Ketentuan ini berlaku bagi maka ter-bentuk suatu hirarki rentang ko-
anggota masyarakat desa maupun
yang bukan. manajemen. Menurut Pomeroy and Berkes
Setelah buka sasi maka kesempatan (1997) yang dikutip Nikijuluw (2002) terdapat
di-berikan utk mengambil hsl hanya
10 bentuk ko-manajemen yaitu: (1) Masyarakat
. I minggu.
Setiap anak negen dibcri kesempatan
utk men~ambil hsl dgn ketentuan
hanya memberikan informasi kepada pemerintah
dan informasi tersebut digunakan sebagai bahan
hrs memiliki surat ijin yg dikeluarkan
oleh raja dibwh pengawasan angsota perurnusan manajemen; (2) Masyarakat
kewang, dgn nilai Rp.5000,- per dikonsultasi oleh pemerintah; (3) Masyarakat
lembar surat ijin dan berlaku hanya dan pemerintah saling bekerjasama; (4)
sat" han.
Tidak dibenarkan mengambil bia Masyarakat dan pemerintah saling
Lola dengan ukuran di bawah 6 cm, berkomunikasi; (5) Masyarakat dan pemerintah
namun hrs mengambil dgn ukuran 6 saling bertukar informasi; (6) Masyarakat dan
cm ke atas.
Menangkap ikan dgn menggunakan pemerintah saling memberi nasibat dan saran; (7)
pukat Masyarakat dan pemerintah melakukan kegiatan
. Karoro
Mengambil pasir pantai tanpa izin
pemilik dusun di perisif pantai
atau aksi bersama; ( 8 ) Masyarakat dan
pemerintah bermitra; (9) Masyarakat melakukan
pengawasan terhadap peraturan yang dibuat oleb
4 Sanhi Pengambilan bia lala oleh pemerintah; (10) Masyarakat lebih berperan
masyarakat Rp. 25.000hh sedangkan
oleh perangkat desdkewang dalam melakukan koordinasi antar lokasi atau
Rp.50.000bh antar daerah dan ha1 tersebut didukung oleh
Pengambilan bia Batu Laga oleh pemerintah.
masyarakat Rp. 50.000hh sedangkn
oleh perangkat desai kewang Berdasarkan bentuk ko-manajemen ini
. Rp. l W O W b h
Pengambilan bia Capi-Capi oleh
masyvrakat Rp. 10.000 h h
maka pelaksanaan sasi di pedesaan Maluku dapat
digolongkan sebagai bentuk ko-manajemen pada
sedangkan oleh perangkat tingkatan pertama. Walaupun begitu, dengan
desdkewang Rp.20.000 h h . adanya kesadaran dari masyarakat lokal untuk
Pengambilan Teripang oleh
masyarakat Rp, lO.0OOlekar sdkan mem-buat peraturan pengelolaan perikanan
oleh perangkat desa I kewang merupakan embrio terjadinya penerapan ko-
Rp20000/ekor. manajemen ke arah yang dibarapkan. Bentuk
Denda sebesarRp. 50.000 bagi warga
desa lain maupun warga desa yang ko-manajemen yang ideal adalah pemerintah
mengambil baN kerikil,pasir dan dan masyarakat merupakan mitra yang sejajar
. bat" hitam besar.
Pelanggaran yg dilakukan oleh
anggota kewang akan dikenakan
yang bekerja sama untuk melaksanakan semua
tahapan dan tugas proses pengelolaan
sanksi moral, flsik dan material sena sumberdaya perikanan. Namun menurut
dipecat dengan tidak hormat dr Pomeroy and Williams (1994) yang dikutip oleh
keanggotaan kewang.
Zarnani, et al. (2001) bahwa penerapan ko-
Pengaruh Perubahan Sistem Pemerintahan Desa ... (V.J. Pical) 76

manajemen akan berbeda-beda dan tergantbng perikanan secara lebih baik dan dapat
pada kondisi spesifik dari suatu wilayah, maka meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat
ko-manajemen hendak nya tidak dipandang di pedesaan.
sebagai strategi tunggal untuk menyelesaikan
seluruh problem dari pengelolaan sumberdaya Perubahan Sistim Pemerintahan Desa
pesisir. Tetapi lebih dipandang sebagai Terhadap Pengelolaan dun Pemanfaatan
alternatif pengelolaan yang sesuai untuk situasi Sumberdaya Perikanan Berbasis Masyarakat
dan lokasi tertentu. Untuk itu pemerintah Pengujian bipotesis untuk mengetahui
daerah perlu memperkuat kapasitas masyarakat perubahan sistim pemerintahan desa terhadap
dalam mengelola sumberdayanya. Salah satu pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya
cara adalah mempersiapkan kebijakan yang perikanan berbasis masyarakat dilakukan dengan
mendorong kemandirian masyarakat ( menggunakan uji Fridman, menunjukkan bahwa
Kusumastanto,2003), diantaranya adalah x2 bitung adalah 12 yang kemudian
peningkatan pemberdayaan lembaga-lembaga dibandingkan dengan XZ tabel dengan tingkat
lokal sebagai pengelola sumberdaya perikanan kepercayaan 95% adalah 5,991. Hasil ini
melalui pelaksanaan kegiatan pembinaan dan memperlihatkan bahwa XZ hitung > X2 tabel,
pelatihan kepada masyarakat terutama nelayan dengan demikian maka hipotesis Ho ditolak dan
secara khusus dan pemangku kepentingan menerima hipotesis HI yaitu bahwa perubahan
lainnya yang secara langsung maupun tidak sistim pemerintahan desa berpengaruh terhadap
langsung terlibat dalam pengelolaan dan perubahan pengelolaan dan pemanfaatan
pemanfaatan sumberdaya perikanan di pedesaan sumberdaya perikanan berbasis masyarakat di
Maluku. Kegiatan ini penting dilaksanakan pedesaan Maluku.
mengingat kegiatan pelatihan perikanan bagi Hasil analisis perubahan sistim
masyarakat masih tergolong rendah. Hal ini pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya
dapat dilihat pada hasil inventarisasi Dinas perikanan berbasis masyarakat pada rezim adat,
Perikanan Kabupaten Maluku Tengah tahun rezim sentralisasi dan rezim otonomi daerab di
2003 (Gambar 2). perlihatkan pada Tabel 5.
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai
rataan perubahan sistim pemerin-tahan desa
terhadap pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya perikanan berbasis masyarakat pada
rezim adat adalah lebib tinggi dibandingkan
dengan nilai pada rezim sentralisasi maupun
pada rezim otonomi daerah. Untuk itu, sistim
penge-lolaan dan pemanfaatan sumberdaya
perikanan berbasis masyarakat di pedesaan
Maluku pada rezim adat adalah lebih baik. Pola
perubahan sistim pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya perikanan berbasis masyarakat
yang sangat signifikan terjadi dari rezim adat ke
rezim sentralisasi mengalami penurunan dan dari
Gambar 2. Kegiatan Pelatihan bagi Masyarakat di rezim sentralisasi ke rezim otonomi daerah
Maluku Tengah, 2003. mengalami peningkatan seperti terlibat pada
Gambar 3.
Gambar di atas menunjukkan bahwa Hasil penelitian tentang dampak
kegiatan pembinaan dan pelatihan bidang perubahan sistim pemerintahan desa terhadap
perikanan masih rendah dibandingkan dengan pengelolaan perikanan berbasis masyarakat yang
tanaman pangan dan kesehatan. Untuk itu maka telah dijelaskan di atas menunjukkan bahwa
perlu ditingkatkan dan dilakukan secara baik perubahan sistim pemerintahan desa memberikan
oleh pemerintah maupun dari lembaga-lembaga pengaruh terhadap semua variabel pengelolaan
non pemerintah serta dari pihak-pihak yang yang diamati yaitu meliputi: perencanaan,
berkompeten yang dilangsungkan secara terus pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan.
menerus dan berkelanjutan sehingga dapat Berdasarkan pola perubahan yang
memberikan perubahan pengetahuan, sikap diamati pada semua variabel maka terlihat pada
mental masyarakat yang dapat mendorong rezim otonomi daerah terjadi adanya
timbulnya partisipasi aktifnya terhadap peningkatan nilai namun belumlah sama seperti
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya pada rezim adat. Untuk itu maka pada rezim
77 Ichthyos, Vol. 7, No. 2, Juli 2008: 71-78

otonomi daerah ini perlu sekali untuk kepemimpinan desa (3) peranan organisasi lokal
membenahi berbagai aspek termasuk dalam ha! (4) peranan pemerintah desa.
ini lembaga pengelolaan sumberdaya perikanan Dalam meningkatkan partisipasi masyara-
berbasis masyarakat. kat dalam pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya perikanan yang merupakan bagian
Tabel 5 . Perubahan Sistim Pengelolaan dan dari pembangunan desa maka tentunya memiliki
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan berbagai masalah yang dihadapi yaitu antara lain
Berbasis Masyarakat pada Rezim Adat, :pertama, rendahnya mutu sumberdaya manusia,
Rezim Sentralisasi dan Rezim Otonomi kedua, belum optimal lembaga pemerintahan
Daerah desa dan lembaga musyawarah desa dalam
No Variabel Sistim Pemerintahan Desa
menampung dan menyalurkan aspirasi masyara-
Rezim Rezim Rezim Otda kat, ketiga terbatasnya jangkauan pelayanan
~dat Senml lembaga perekonomian dalam mendukung usaha
1. Perencanaan : ekonomi desa dan keempat, belum meratanya
Tujuan Pengelolaan SDP 10 7.9 9.3
Keterlibatan Organisasi 9.7 2.7 8.4 prasarana dan sarana sosial ekonomi dalam
Tingkat Partisipasi 8.9 2.8 7.6 melayani kebutuhan masyarakat desa
2. Tupoksi Lembaga 9.5 3.3 7.5 (Haeruman, 1997). Berdasarkan ha1 tersebut,
Pengeldam Perikanan dalam rangka meningkatkan pengelolaan dan
3. Pengarahan :
pemanfaatan sumberdaya perikanan di rezim
Motivasi &Arahan 9.6 4.4 7.4 otonomi daerah maka peranan pimpinan desa dan
lembaga pengelolaan sumberdaya perikanan
4. Pengawasan 9.3 5 6.4
berbasis masyarakat di tingkat desa perlu
Total Keseluruhan 9.5 4.3 7.4
diperhatikan dan diberdayakan salah satunya
Hal ini disebabkab karena lembaga pengelolaan adalah melalui pendidikan. Hal ini sesuai
perikanan inilah yang menjalankan fungsi-fungsi dengan yang dikemukakan
perencanaan, pengorganisasian, peng-arahan dan
pengawasan. Perencanaan merupakan proses
dasar dimana manajemen memutuskan tujuan
dan cara mencapainya. Perencanaan dalam
I PengetolaanSurnberdayaParikanan
Berbasls Masyarakat

suatu organisasi adalah esensial, karena dalarn


kenyataannya perencanaan memegang peranan
lebih dibanding fungsi-fungsi manajemen
laimya sedangkan fungsi-fungsi
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
sebenarnya hanya melaksanakan keputusan-
keputusan perencanaan (Handoko, 2003).
Partisipasi masyarakat merupakan syarat penting t 2 3
dalam perencanaan pengelolaan sumberdaya SlsWm Pemerintuhan Desa
perikanan, dimana keikutsertaan masyarakat
akan membawa dampak positif karena mereka
akan memahami berbagai permasalahan yang Kef : 1= Rezim Adat; 2 = Rezim Sentralisasi; 3=

muncul serta memahami keputusan akhir yang Rezirn Otonomi Daerah


akan diambil. Hal ini sesuai dengan yang Gambar 3 Pola Peruhahan Pengelolaan Sumberdaya
dikemukakan oleh Purnomowati (2001) bahwa Perikanan Berbasis Masyarakat Pada
dalam proses pereucanaan maka pada Rezim Adat, Rezim Sentralisasi d m
hakekatnya perlu melibatkan masyarakat, ha1 ini Rezirn Otonomi Daerah
dimaksudkan untuk mengakomodasi kebutuhan,
aspirasi dan konsem dari masyarakat yang Nomleni et al. (2005) bahwa faktor-faktor
terkena dampak negatif yang ditimbulkan dapat yang mempengaruhi reformasi birokrasi lokal
dieliminir serta sebagai upaya para perencana adalah (1) pendidikan baik pendidikan formal
untuk menerima input dari masyarakat tentang maupun non formal, (2) kompetensi yaitu
segala sesuatu yang menyangkut nasib mereka. kemampuan dan penguasaan bidang pekejaan
Selanjutnya menurut Kurniantara et al. (2005), secara optimal dan kemampuan aparatur untuk
tinggi reudahnya partisipasi masyarakat dalam beradaptasi dengan perubahan dan tuntutan
pembangunan desa dipengarubi oleh beberapa lingkungan eksternal yang berkaitan dengan
faktor yaitu: (1) basis informasi yang kuat (2) peningkatan kualitas pelayanan dan (3) sosial
budaya. Oleh karena itu peningkatan pendidikan
Pengaruh Perubahan Sistem Pemerintahan Desa ... (V.J. Pical) 78

terutama pendidikan non formal merupakan Pesisir. Makalah Prosiding Konperensi


salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan Nasional I1 pengelolaan Sumberdaya Pesisir
dalam rangka pengembangan pembangunan dan Lautan Indonesia. Hal B90 - B98.
pedesaan. Kumiantara, Pratikno. 2005. Partisipasi Masyarakat
Timbulharjo dalam Pembangunan Desa Di
Melalui pendidikan non formal maka
Awal Penerapan Otonomi Desa. Sosiosains,
pimpinan desa dan lembaga kewang sebagai 18 (2) April. Jumal Berkala Penelitian
pelaksana sasi bagi masyarakat dipedesaan Pascasatjana Ilmu-llmu Sosial Universitas
Maluku dapat diberdayakan secara optimal Gajah Mada. Yogyakarta. ha1 3 11-323.
sehingga sasi dapat dipakai salah salah satu Kusumastanto, T. 2003. Ocean Policy Membangun
strategi pemberdayaan masyarakat. Menurut Negeri Bahari Di Era Otonomi Daerah.
Setyaningsih, et a1 ( 2003) bahwa lembaga lokal Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama
yang didirikan oleh masyarakat pada prinsipnya Jakarta. 160 hal.
akan berjalan secara optimal apabila memenuhi Nikijuluw, V.P. 1994. Sasi Sebagai Suatu
empat ha1 yang harus terpenuhi sebagai strategi Pengelolaan Sumberdaya Berdasarkan
pemberdayaan masyarakat. Empat ha1 tersebut Komunitas (PSBK) Di Pulau Saparua,
Maluku. Jumal Penelitian Perikanan Laut,
adalah: sistim norma, kelakuan berpola, personil Nomor 93 Tahun 1994. Balai Penelitian
pendukung dan fasilitas pendukung. Berdasarkan Perikanan Laut, Jakarta.hal 79--92.
ha1 tersebut maka ha1 ini dapat diterapkan karena Nikijuluw, V.P. 2002. Rezim Pengelolaan
memenuhi persyaratan tersebut karena sasi Sumberdaya Perikanan. Pusat Pemberdayaan
memiliki sistim norma, tujuan dan super struktur dan Pemhangunan Regional (P3R) dengan
organisasi (Nikijuluw, 1994). PT Pustaka Cidesindo, Jakarta. 254 hal.
Nomleni Nikson D.E, Cornelis Lay dan Mashury
Muschab3005. Reformasi Birokrasi Lokal
(Studi Kasus di Sekretariat Daerah
Perubahan sistim pemerintahan desa Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Sosiosains 18 (3) Juli. Jurnal Berkala
memberikan pengaruh terhadap pengelolaan dan
Penelitian Pascasarjana Ilmu-Ilmu Sosial
pemanfaatan sumberdaya perikanan berbasis Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. hal.
masyarakat di pedesaan Maluku.. Pola perubahan 559-577.
pengelolaan perikanan mengalami penurunan Purnomowati, R. 2001. Kajian Pengelolaan
pada rezim sentralisasi namun mengalami Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat
peningkatan pada rezim otonomi daerah. (Kasus Desa Pemongkong, Kecamatan
Keruak, Kabupaten Lombok Timur, NTB).
DAFTAR PUSTAKA Program Pascasarjana lnstutut Pertanian
Bogor. 124 hat.
Saad, S. 2003. Politik, Hukum Perikanan Indonesia.
FAO, 1997. Fisheries Management (Pengelolaan Lembaga Sentra Pemberda-yaan Masyarakat,
Perikanan) FA0 Technical Guidelines For ~akartaT7hal.
Responsible Fisherie. Food And Agricultural Satria, A,, A. Umbari, A. Fauzi, A. Purbayanto, E.
Organization of United Nations.Roma.93 hal. Sutarto. I. Muchsin. I. Muflikhati. M. Karim.
Ginting Sapta Putra, 1998. Konflik Pengelolaan S. saad, W. ~ k t a r i i a Z.
, Imran 2002. ~ c u a n
Sumberdaya Kelautan di Sulawesi Utara Singkat Menuju Desentralisasi Pengelolaan
Dapat Mengancam Kelestarian Sumberdaya Perikanan. Pusat Kajian
Pemanfaatannya. Jurnal Pesisir dan Lautan Agraria IPB, Partnership for Governance
Volume I. No 2.hal 30-39. Reform in Indonesia , dengan PT Pustaka
Haeruman Hemian, J.S. 1997. Strategi Kebijakan Cidesindo, Jakarta.
Dan Program Pemhangunan Masyarakat Setyaningsih Endang Rahayu, Partini. 2003.
Desa. Jumal Mimbar Sosek Volume 10 Lembaga Lokal Sehagai Strategi
Nomor 2: Agustus. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan.
Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Sosiohumanika 16 A Nomor 1, Januari.
lnstitut Pertanian Bogor. Hal. 29-37. Jumal Berkala Penelitian Pascasarjana Ilmu-
Handoko. H.T. 2003 . Manajemen. Edisi 2. Penerhit llmu Sosial Humaniora, Universitas Gajah
BPFE, Yogyakarta. Mada, Yogyakarta.206 hal.
Harkes Ingvild Helena Therese. 2006. Fisheries Co- Singarimbun, M dan Effendi, S. 1989. Metode
Management, The Role Of Local Institutions Penelitian Survey. LP3ES, Jakarta. 336 hal.
and Decentralisation in South Asia. With Zamani N.P. dan Darmawan. 2001. Pengelolaan
Specific Reference To Marine Sasi In Central Sumberdaya Pesisir Terpadu Berbasis
Maluku Indonesia. UFB GrafiMedia.313 Masyarakat. Prosiding. Pelatihan untuk
hal. Pelatih, Pengelolaan Wilayah Pesisir
Kissya, E. 2000. Sasi Sehagai Pedoman dan Cata Terpadu. ha1 47-60.
Anak Negeri Haruku Mengelola Kawasan

Anda mungkin juga menyukai