0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
7 tayangan4 halaman
Dokumen ini membahas obstruksi biliaris yang disebabkan oleh batu empedu, yang merupakan masalah kesehatan umum dengan insiden tinggi di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dokumen juga membahas penyakit Crohn sebagai penyakit usus yang umum terjadi. Untuk mendiagnosis kelainan sistem pencernaan dan empedu, diperlukan teknik pencitraan seperti USG, CT-scan, dan ERCP.
Dokumen ini membahas obstruksi biliaris yang disebabkan oleh batu empedu, yang merupakan masalah kesehatan umum dengan insiden tinggi di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dokumen juga membahas penyakit Crohn sebagai penyakit usus yang umum terjadi. Untuk mendiagnosis kelainan sistem pencernaan dan empedu, diperlukan teknik pencitraan seperti USG, CT-scan, dan ERCP.
Dokumen ini membahas obstruksi biliaris yang disebabkan oleh batu empedu, yang merupakan masalah kesehatan umum dengan insiden tinggi di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dokumen juga membahas penyakit Crohn sebagai penyakit usus yang umum terjadi. Untuk mendiagnosis kelainan sistem pencernaan dan empedu, diperlukan teknik pencitraan seperti USG, CT-scan, dan ERCP.
Obstruksi biliaris atau penyumbatan pada sistem biliaris
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya disebabkan karena batu. Batu kantung empedu saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat karena frekuensi kejadiannya yang tinggi, jumlah kasusnya signifikan dalam masyarakat berkembang yang mencapai 10-15 angka kejadian kasus penyakit batukandung empedu di Indonesia sama seperti angka kejadian kasus batu empedu di Negara asia tenggara dengan rata-rata 96 per 100.000 populasi Di Inggris lebih dari 40.000 kolesistektomi dilakukan setiap tahun dan sekitar 4000 pasien dilakukan pembersihan batu saluran empedu sedangkan di Amerika jumlah penderita batu empedu mencapai 20.000.000- 25.000.000 kasus pertahun yang merupakan beban kesehatan utama di Amerika Serikat yang telah meningkat lebih dari 20 % selama 3 dekade Di Amerika Serikat dari hasil otopsi menunjukkan angka kejadian batu empedu paling sedikit 20% pada wanita dan 8% pada laki laki di atas umur empatpuluhan , sedangkan untuk penyakit Kanker kandung empedu jumlahnyamencapai sekitar 5.000 kasus per tahun. Kasus batu pada CBD (koledokolitiasis). meningkat sesuai bertambahnya umur. Sekitar 25% pasien usia lanjut yang mengalami kolesistektomi mempunyai batu pada saluran empedunya. Batu dapat berukuran kecil ataupun besar dan jumlahnya dapat tunggal ataupun banyak,insiden kasusnya sekitar 12% lebih banyak pada wanita,meningkat sesuai bertambahnya umur. Sekitar 25% pasien usia lanjut yangmengalami kolesistektomi mempunyai batu pada saluran empedunya. Batu dapatberukuran kecil ataupun besar dan jumlahnya dapat tunggal ataupun banyak, insiden kasusnya sekitar 12% lebih banyak pada wanita. Patologi lain yang banyak terjadi pada abdomen selain di sistem biliaris yaitu pada sistem digestivus. Penyakit Crohn merupakan kelainan ulseroinflamasi pada sistem digestivus yang bersifat kronis dan dapat menyerang setiap segmen sistem digestivus, terutama pada bagian distal usus halus serta kolon sebelah kanan. Bila mengenai ileum disebut ileitis terminalis dan bila mengenai kolon disebut colitis granulomatosa Penyakit Crohn dapat terjadi di seluruh dunia. Di negara Amerika serikat terdapat 3-5 kasus penyakit Crohn per 100.000 jiwa setiap tahunnya, Di Indonesia prevalensi penyakit crohn pada pasien diketahui sebesar 5,2% (7). Patologi lain yang banyak terjadi pada abdomen selain di sistem biliaris yaitu pada sistem digestivus. Penyakit Crohn merupakan kelainan ulseroinflamasi pada sistem digestivus yang bersifat kronis dan dapat menyerang setiap segmen sistem digestivus, terutama pada bagian distal usus halus serta kolon sebelah kanan. Bila mengenai ileum disebut ileitis terminalis dan bila mengenai kolon disebut colitis granulomatosa Penyakit Crohn dapat terjadi di seluruh dunia. Di negara Amerika serikat terdapat 3-5 kasus penyakit Crohn per 100.000 jiwa setiap tahunnya, Di Indonesia prevalensi penyakit crohn pada pasien diketahui sebesar 5,2% .
Berdasarkan tingginya prevalensi dari kelainan
terutama pada kandung empedu, sistem biliaris dan sistem digestivus sehingga diperlukan penegakkan diagnose yang akurat, Pencitraan yang dapat digunakan dalam menunjang diagnosis kelainan pada kandung empedu dan sistem biliaris secara diagnostik adalah dengan pemeriksaan ERCP (endoscopic retrograde cholangiopancreatography) USG (Ultrasonography) endoskopi, CT-scan, MRCP (magnetic resonance cholangiopancreatography), Kolangiografi dan PTC (percutaneous transhepatic cholangiography), Sedangkan untuk pemeriksaan pada usus halus, colon dan lambung dapat dilakukan dengan pemeriksaan konvensional radiography dengan media kontras dan pemeriksaan CT scan.