(Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Penugasan Mata Kuliah
Dokumentasi Kebidanan )
Disusun Oleh :
Nim : P1337424520054
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................II
DAFTAR ISI...................................................................................................III
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................2
1.4 Manfaat........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3
1.1 Pengertian Dokumentasi..............................................................................3
1.2 Manfaat Dan Pentingnya Dokumentasi.......................................................4
1.3 Prinsip Tehnik Pendokumentasi Kebidanan................................................6
1.4 Tujuan Dokumentasi Kebidanan.................................................................7
1.5 Fungsi Dokumentasi Kebidanan..................................................................8
1.6 Prinsip – Prinsip Pendokumentasi Kebidanan ............................................9
1.7 Aspek Legal Dalam Dokumentasi.............................................................12
1.8 Model Dokumentasi Pelayanan Kebidanan..............................................19
BAB III PENUTUP
3.1.......................................................................................Kesimpulan
40
3.2.................................................................................................Saran
40
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu dokumentasi
2. Untuk mengetahui apa tujuan, manfaat dokumentasi dalam praktek
kebidanan
3. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi prinsip-prinsip dokumentasi
dalam kebidanan dan apa saja model dokumentasi dalam kebidanan.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Aspek Administrasi
Untuk mendefinisikan fokus asuhan bagi klien atau kelompok
Untuk membedakan tanggung gugat bidan dari tanggung gugat
anggota tim pelayana kesehatan yang lain
Untuk memberikan penelahaan dan pengevaluasian asuhan
(perbaikan kualitas )
Untuk memberikan kriteria klasifikasi pasien
Untuk memberikan justifikasi
Untuk memberikan data guna tinjauan adminitrasi dan legal
Untuk memenuhi persyaratan hukum, akreditasi dan profesional
Untuk memberikan data penelitian dan tujuan pendidikan
b. Aspek Hukum
Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi
resmi dan bernilai hukum. Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan
dengan profesi kebidanan, dimana bidan sebagai pemberi jasa dan klien
sebagai pengguna jasa,maka dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu.
Dokumentasi tersebut dapat dipergunakan sebagai barang bukti
dipengadilan. Oleh karena itu data-data harus diidentifikasi secara
lengkap,jelas, objektif, dan ditandatangani oleh pemberi asuahan, tanggal
dan perlunya dihindari adanya penulisan yang dapat menimbulkan
interprestasi yang salah.
c. Aspek Pendidikan
Dokumentasi mempunyai manfaat pendidikan karena isinya
menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan yang dapat dipergunakan
sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi.
d. Aspek Penelitian
Dokumentasi mempunyai manfaat penelitian. Data yang terdapat
didalamnya mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan
atau objek riset dan pengembangan profesi.
e. Aspek Ekonomi
Dokumentasi mempunyai efek secara ekonomi, semua tindakan
atau asuhan yang belum,sedang, dan telah diberikan dicatat dengan
lengkap yang dapat dipergunakan sebagai acuhan atau pertimbangan
dalam biaya bagi klien.
f. Aspek Manajemen
Melalui dokumentasi dapat dilihat sejauh mana peran dalam fungsi
bidan dalam memberikan asuhan kepada klien. Dengan demikian akan
dapat diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian asuhan guna
pembinaan dan pengembangan lebih lanjut.
A. Isi pencatatan
B. Teknik pencatatan
9. Untuk mencatat
Dokumentasi akan diperluakn untuk memonitor kinerja peralatan, system,
dan sumber daya manusia. Dari dokumentasi ini, manajemen dapat memutuskan
atau menilai apakah departemen tersebut memenuhi atau mencapai tujuannya
dalam skala waktu dan batasan sumber dayanya. Selain itu manajemen dapat
mengukur kualitas pekerjaan, yaitu apakah outputnya sesuai dengan spesifikasi
dan standar yang telah ditetapkan.
Simplicity (kesederhanaan)
Pendokumentasian menggunakan kata-kata yang sederhana,mudah
dibaca,dimengerti, dan perlu dihindari istilah yang dibuat-buat sehingga
mudah dibaca
Conservatism
Dokumentasi harus benar-benar akurat yaitu didasari oleh informasi dari data
yang dikumpulkan.dengan demikian jelas bahwa data tersebut berasal dari
pasien, sehingga dapat dihindari kesimpulan yang tidak akurat.sebagai akhir
catatan ada tanda tangan dan nama jelas pemberi asuhan
Kesabaran
Gunakan kesabaran dalam membuat dokumentasi dengan meluangkan waktu
untuk memeriksa kebenaran kebenaran terhadap data pasien yang telah atau
sedang diperiksa
Precision (ketepatan)
Ketepatan dalam pendokumentasian merupakan syarat yang
sangat diperlukan.untuk memperolehh ketepatan perlu pemeriksaan dengan
menggunakan teknologi yang lebih tinggi seperti menilai gambaran klinis dari
pasien,laboratorium, dan pemeriksaan tambahan.
Irrefutability (jelas dan objektif)
Dokumentasi memerlukan kejelasan dan objektivitas dari data-data yang
ada,bukan data samaran yang dapat menimbulkankan kerancuan
Confidentiality (rahasia)
Informasi yang dapat dari pasien didokumentasikan dan petugas wajib
menjaga atau melindungi rahasia pasien yang bersangkutan
Rekam medis yang mudah dibaca dan akurat merupakan dokumentsai
pelayanan kesehatan yang sangat menentukan yang mengkomunikasikan
informasi penting tentang pasien ke berbagai profesional.Dalam kasus
hukum,rekam medis dapat menjadi landasan berbagai kasus gugatan atau sebagai
alat pembela diri Bidan,Perawat,Dokter atau fasilitas.
Tujuan utama dokumentasi kebidanan adalah untuk menyampaikan
informasi penting tentang pasien. Rekam medis digunakan untuk
mendokumentasikan proses kebidanan dan memenuhi kewajiban profesional
bidan untuk mengkomunikasikan informasi penting. Data dalam pencatatan
tersebut harus berisi informasi spesifik yang memberi gambaran tentang pasien
dan pemberian asuhan kebidanan. Evaluasi status pasien harus dimasukan dalam
catatan tersebut.
2. Tindakan kriminal
Menurut hukum jika sesuatu tidak didokumentasikan berarti pihak yang
bertanggung jawab tidak melakukan apa yang seharusnyandilakukan.Jika bidan
tidak melaksanakan atau menyelesaikan suatau aktivitas atau mendokumentasikan
secara tidak benar, dia bisa dituntut melakukan mal praktik. Dokumentasi
kebidanan harus dapat dipercaya secara legal, yaitu harus meberikan lapporan
yang akurat mengenai perawatan yang diterima klien.
Potter dan Perry (1989 cit Muzdlillah, dkk, 2001) memberikan panduan
legal sebagai petunjuk cara mendokumentasikan dengan benar. Panduan legal
menurut Potter dan Perry tersebut, antara lain :
a. Jangan menghapus menggunakan tipe-ex atau mencoret tulisan yang salah
b. Jangan menulis komentar yang bersifat mengkritik klien atau tenaga
kesehatan lain.
c. Mengoreksi semua kesalahan sesegera mungkin karena kesalahan menulis
dapat diikuti kesalahan tindakan.
d. Mencatat data hanya yang berupa fakta, catatan harus akurat dan dapat
dipercaya.
e. Jangan membiarkan bagian kosong pada catatan bidan.
f. Semua catatan harus bias dibaca dan ditulis dengan tinta.
g. Klarifikasi instruksi yang kurang jelas kemudian catan instruksi yang
benar.
h. Menulis untuk diri bidan sendiri karena bodan bertanggung jawab atas
informasi yang ditulisnya.
i. Menghindari penggunaan tulisan yang bersifat umum seperti “keadaan
tidak berubah”.
j. Dokumentasi dimulai dengan waktu dan diakhiri dengan tanda tangan
serta titel.
Teknik pencatatan agar sebuah dokumen pelayanan kesehatan memenuhi
aspek hukum, menurut Iyer dan Camp (2005), antara lain :
a. Mendokumentasikan secara detail informasi penting yang bersifat klinis.
b. Menandatangani setiap kali menuliskan atau memasukkan data.
c. Tulisan harus jelas dan rapi.
d. Gunakan ejaan dan kata baku serta tata bahasa medis yang tepat dan
umum.
e. Gunakan alat tulis yang terlihat jelas, seperti tinta.
f. Gunakan singkatan resmi dalam pendokumentasian.
g. Gunakan pencatatan dengan grafik untuk mencatat tanda
vital memudahkan pemantauan setiap saat dari perkembangan kesehatan
pasien.
h. Catat nama pasien di setiap halaman bertujuan untuk mencegah
terselipnya halaman yang salah ke dalam catatan pasien.
i. Berhati-hati ketika mencatat status pasien dengan HIV/AIDS.
j. Hindari menerima instruksi verbal dari dokter melalui telepon kecuali
dalam kondisi darurat.
k. Tanyakan apabila ditemukan instruksi yang tidak tepat.
l. Dokumentasi terhadap tindakan atau obat yang tidak diberikan.
m. Catat informasi secara lengkap tentang obat yang diberikan.
n. Catat keadaan alergi obat atau makanan.
o. Catat daerah atau tempat pemberian injeksi.
p. Catat hasil laboratorium yang abnormal.
Beberapa hal yang harus diperhatikan agar dokumentasi dapat diterapkan sebagai
aspek legal secara hukum, antara lain :
a. Harus legal atau sah dan disahkan secara hukum.
b. Kesalahan atau kerugian individu yang dapat diberikan ganti rugi menurut
hukum.
c. Kelalaian atau kegagalan dalam menjalankan perawatan dengan baik dan
wajar yang melampauin batas standar asuhan kebidanan.
d. Malpraktik, kelalaian profesi atau kegagalan mematuhi standar asuhan
kebidanan.
e. Liabilitas keputusan hukum bahwa seseorang bertanggung jawab atau
gugatan pada orang lain dan diwajibkan membayar ganti rugi.
1) Rencana asuhan ditulis oleh tenaga yang menyusun daftar masalah. Dokter
menulis instruksinya, sedang perawat atau bidan menulis instruksi menulis
instruksi rencana asuhan
2) Perencanaan awal terdiri dari 3 ( tiga ) bagian :
a) Diagnostik
Dokter mengidentifikasi apa pengkajian diagnostik yang perlu dilakukan
terlebih dahulu. Menetapkan prioritas untuk mencegah duplikasi tindakan
dan memindahkan pemenuhan kebutuhan klien. Koordinasi pemeriksaan
untuk menegakkan diagnostik sangat penting.
b) Usulan Terapi
Dokter menginstruksikan terapi khusus berdasarkan masalah. Termasuk
pengobatan, kegiatan yang tidak boleh dilakukan, diit, penanganan secara
khusus, observasi yqng harus dilakukan. Jika masalah awal diagnosa
kebidanan, bidan dapat menyusun urutan usulan tindakan asuhan
kebidanan
c) Pendidikan klien
Diidentifikasi kebutuhan pendidikan klien bertujuan jangka panjang. Team
kesehatan mengidentifikasi jenis informasi atau keterampilan yang
diperlukan oleh klien untuk beradaptasi terhadap masalah yang berkaitan
dengan kesehatan
b. Kerugian
1) Penekanan pada hanya berdasarkan masalah, penyakit, ketidakmampuan dan
ketidakstabilan dapat mengakibatkan pada pendekatan pengobatan dan
tindakan yang negatif.
2) Sistem ini sulit digunakan apabila daftar tidak dimulai atau tidak secara terus
menerus diperbaharui dan konsensus mengenai masalah belum disetujui, atau
tidak ada batas waktu untuk evaluasi dan strategi untuk follow up belum
disepakati atau terpelihara.
3) Kemungkinan adanya kesulitan jika daftar masalah dilakukan tindakan atau
timbulnya masalah yang baru.
4) Dapat menimbulkan kebingungan jika setiap hal harus masuk dalam daftar
masalah.
5) SOAPIER dapat menimbulkan pengulangan yang tidak perlu, jika sering
adanya target evaluasi dan tujuan perkembangan klien sangat lambat.
6) Perawatan yang rutin mungkin diabaikan dalam pencatatan jika flowsheet
untuk pencatatan tidak tersedia.
7) P (dalam SOAP) mungkin terjadi duplikasi dengan rencana tindakan.
8) Tidak ada kepastian mengenai perubahan pencatatan distatus pasien, kejadian
yang tidak diharapkan misalnya pasien jatuh, ketidakpuasan mungkin tidak
lengkap pencatatannya. Dalam praktek catatan serupa mungkin tidak tertulis,
bila tidak hubungannya dengan catatan sebelumnya.
9) Kadang-kadang membingungkan kapan pencatatan dan tanggung jawab untuk
follow up.
2. Komponen
CBE mengintegrasikan tiga komponen kunci yaitu :
a. Flowsheet yang berupa kesimpulan penemuan yang penting dan menjabarkan
indikator pengkajian dan penemuan termasuk instruksi dokter dan bidan, grafik,
catatan pendidiikan dan pencatatan pemulangan pasien
b. Dokumentasi dilakukan berdasarkan standar praktik keperawatan , sehingga
mengurangi pencatatan tentansg hal rutin secara berulang kali. Oleh karena itu
standar harus cukup spesifik dan menguraikan praktik keperawatan yang
sebenarnya serta harus dilakukan oleh perawat di bangsal , walaupun ada juga
standar khusus yang disusun sesuai unit masing- masing.
c. Formulir dokumentasi yang diletakkan ditempat tidur pasien
D. KARDEKS
1. Pengertian
Model dokumentasi Charting by Exception (CBE) ini dibuat pada tahun
1983 oleh staf perawat di St. Luke’s Hospitalndi MIdwaukee, Wisconsin. Model
ini dianggap dapat mengatasi masalah pendokumentasian dengan membuat
catatan tentang pasien manjadi lebih nyata, menghemat waktu dan mengakomodir
adanya informasi terbaru. Model ini dinilai lebih efektif dan efisien untuk
mengurangi adanya duplikasi dan pengulangan dalam memasukan data.
Merupakan metode pencatatan singkat dan berbeda dari dokumen pada umumnya.
Model dokumentasi CBE mempunyai beberapa elemen inti, yaitu: lembar alur,
dokumentasi berdasarkan referensi standar praktik, protocol, dan instruksi
incidental, data dasar keperawatan, rencana perawatan berdasarkan diagnosis dan
catatan perkembangan SOAP. Bagi pembaca yang ingin mendapatkan informasi
tambahan mengenai model dokumentasi CBE< dirujuk ke Burke and Murphy
(1988, cit. Iyer and Champ, 2005).
2. Komponen
1. Lembar alur
Model dokumentasi CBE menggunakan beberapa jenis format termasuk
lembar alur instruksi dokter/perawat , catatan grafik, catatan penyuluhan dan
catatan pemulangan pasien. Lembar alur keperawatan / instruksi dokter bersifat
unik. Bagian depan format digunakan untuk mendokumentasikan pengkajian
fisik serta implementasi instruksi dokter dan perawat. Pengkajian system tubuh
yang spesifik dilakukan berdasarkan kondisi pasien dan protocol. Bagian
belakang lembar alur menggarisbawahi unsur pengkajian fisik yang harus
dilengkapi. Model CBE menggunakan serangkain symbol yang spesifik, antara
lain:
√ tanda centang : pengkajian telah diselesaikan dan tidak ada hasil abnormal
yang ditemukan.
* tanda bintang : hasil abnormal yang signifikan ditemukan dan
dijelaskan pada bagian bawah lembar alur.
→ anak panah : status pasien tidak berubah dari data sebelumnya (dari data
yang bertanda bintang).
Lembar alur instruksi dokter/ keperawatan juga digunakan untuk
mendokumentasikan penyelesaian instruksi dokter dan keperawatan yang tidak
termasuk dalam standar praktik. Kolom yang berjudul “Nsg Dx” berisi diagnosis
keperawatan yang berhubungan dengan intervensi keperawatan tertentu. Daftar
diagnosis keperawatan juga digunakan hamper sama dengan daftar masalah
dalam POR SOAP. Singkatan DO dituliskan dalam kolom Nsg Dx jika instruksi
dokter didokumentasikan dalam lembara alur keperawatan / instruksi dokter.
Contoh instruksi keperawatan yang dimasukkan kedalam lembar alur adalah “
bantu pasien berjalan dari tempat tidur kekursi dua kali sehari.” Penyelesaian
instruksi ini didokumentasikan menggunakan symbol yang sama pada pengkajian,
yaitu:
√ tanda centang : pengkajian telah diselesaikan dan tidak ada hasil abnormal
yang ditemukan.
* tanda bintang : hasil abnormal yang signifikan ditemukan dan dijelaskan pada
bagian bawah lembar alur.
→ anak panah : status pasien tidak berubah dari data sebelumnya (dari data
yang bertanda bintang).
Selebihnya, lembar alur juga meliputi catatan penyuluhan pasien dan
catatan pemulangan pasien. Catatan grafik berbeda karena terdapat ruang bagi
perawat untuk memeriksa apakah standar praktik telah diikuti atau tidak.
2. Standar Praktik
Pada model dokumentasi CBE, standar praktik merupakan aspek penting
dari praktik keperawatan yang digunakan di area klinis. Kepatuhan terhadap
standar praktik akan menghilangkan pendokumentasia intervensi keperawatan
rutin, seperti perawatan oral, membantu mengubah posisi, perawatan intravena,
perawatan kateter foley, atau perawatan selang nasogastrik. Tanda centang (√)
digunakan untuk mendokumentasikan kelengkapan standar, dan tanda bintang (*)
menunjukan bahwa tidak semua standar profesi sudah diikuti. Adanya
penyimpangan harus dijelaskan dalam catatan perawat.
3. Protokol dan intruksi incidental
Dalam model dokumentasi CBE, protokol / pedoman praktik memperjelas
intervensi keerawatan berkaitan dengan perjalanan klinis yang diharapkan dari
populasi pasien tertentu, seperti pasin preoperative, dan pascaoperatif. Protokol
menguraikan intervensi keperawatan, pengobatan dan frekuensi pengkajian fisik.
Lembar alur keperawatan / interuksi dokter digunakan untuk mendokumentasikan
implementasi protocol. Intruksi incidental digunakan jika intervensi keperawatan
diperlukan untuk melanjutkan intervensi keperawatan khusus yang melewati
tenggang waktu jika diperlukan intervensi keperawatan yang berjangka waktu.
4. Data dasar keperawatan
Data dasar keperawatan mempunyai bagian yang berisi riwayat kesehatan
dan pengkajian fisik. Bagian pengkajian fisik menggunakan parameter normal
sama dengan lembar alur keperawatan / instruksi dokter. Hasil normal setiap
system tubuh dicetak dikolom kiri bawah halaman. Jika hasil pengkajian fisik
sitem tubuh normal, perawat harus membari tanda centang (√) pada kotak yang
sesuai. Hasil yang abnormal dijelaskan pada sisi kanan halaman.
5. Rencana perawatan berdasarkan diagnosis keperawatan
Model dokumentasi CBE menggunakan rencana erawatan yang standar
bersifat individu untuk setiap pasien. Rencana perawatan standar ini berfokus
pada diagnosisi keperawatan yang spesifik dan mencakup factor yang
berhubungan atau factor resiko, karakteristik penjelas, data pengkajian yang
mendukung munculnya diagnosis keperawatan, hasil yang diharapkan dan
intervensi.
6. Catatan perkembangan SOAP
Catatan perkembangan didokumentasikan secara teratur dengan metode
SOAP atau SOAPIE. Karena lembar alur keperawatan / instruksi dokterdan
lembar alur lainnya terdiri dari banyak dokumentasi, biasanya muncul dalam
catatan perkembangan. Oleh karena itu penggunaan catatan SOAP dalam system
CBE sangat terbatas pada situasi berikut ini (Burke and Murphy, 1988):
a. Ketika diagnosis keperawatan diientifikasi, diingatkan kembali
dinonkatifkan atau diselesaikan.
b. Ketika hasil yang diharapkan dievaluasi.
c. Ketika ringkasan pemulangan dituliskan.
d. Ketika revisi besar terhdah rencana dituliskan.
Dalam metode dokumentasi CBE, bentuk narasi digunakan tersendiri
untuk menggambarkan hasil pemeriksaan normal maupun adanya penemuan
abnormal. Bentuk flowsheet bias digunakan untuk menuliskan hasil pengkajian
rutin, sesuai jenis pengkajian yang dilakukan, misalnya : GI assessment,
integumentary assessment. Pada kasus akut atau klien yang butuh perawatan
cukup lama, model pendokumentasi CBE ini bias digunakan.
Data yang bisa didokumentasikan menggunakan model CBE ini antara
lain: data dasar (riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik), intervensi
(menggunakan bentuk flowsheet) , catatan bimbingan pada klien, catatan pulang
(menggunakan format SOAPIER), daftar diagnosis keperawatan, diagnosis
keperawatan disertai rencana keperawatan dan profil perawatan (menggunakan
system KARDEX).
Contoh penggunaan model dokumentasi CBE, adalah:
1. Pengkajian penggunaan sistem respiratori jam 14.00:
Pernafasan normal rata-rata20kali permenit, suara nafas dikedua paru bersih,
tidak batuk dan tidak ada sputum.
Warna kulit merah muda, kulit hangat dan kering, tidak ditemukan gangguan
nafas
2. Penemuan signifikan:
3. Jam 10.00 ditemukan adanya ronchi lobus kanan bawah.
Sistem atau model dokumentasi CBE ini mempunyai banyak keuntungan, antara
lain:
1. Data terbaru tersedia disamping tempat tidur, siap diakses oleh pemberi
perawatan yang berinteraksi dengan pasien.
2. Keberadaan embar alur menghilangkan kebutuhan akan lembar kerja atau
kertas coretan lain untuk mencatatat informasi tantang pasien. Data segara
dicatat dalam catatan permanen.
3. Panduan pada bagian belakang format menjadi referensi yang mudah didapat
dan sangat berguna bagi perawat.
4. Status pasien cenderung mudah dilihat dari lembar alur. Informasi
pengakjian diatur berdasarkan sistem tubuh dan mudah dicari.
5. Hasil yang normal diidentifikasi dengan tepat sehingga terdapat kesepakatan
terhadap adanya pengkajian normal.
6. Bayak menghilangkan catatan naratif berulang tentang perawatan rutin.
Referensi tentang standar praktik dapat menyingkirkan pencatatan naratif
informatif.
7. Mudah didapatkan pada pendokumentasian alur klinis dan mengurangi waktu
yang dipergunakan perawat untuk mencatat sebesar 67%.
Ada beberapa kerugian dan masalah yang berkaitan dengan sistem atau model
dokumenasi CBE ini, antara lain:
1. Duplikasi pencatatan terjadi pada model CBE, misalnya diagnosis
keperawatan dalam daftar masalah tertulis juga dalam rencana perawatan.
Contoh lain adalah, hasil yang abnormal atau signifikan dijabarkan dalam
lembar alur perawat / dokter. Jika hasil abnormal ini memerlukan intervensi,
maka dalam catatn perkembangan SOAP juga harus ditulis kembali. Bagian
data subjektif dan data objektif pada SOAP memuat lagi infomasi yang ditulis
dalam lembar alur. Akhirnya pengkajian dan perencanaan SOAP bisa sama
dengan rencana perawatan.
2. CBE dibuat disemua rumah sakit yang perawatnya yang terdaftar (Register
Nurse, RN). Unsur pengkajian fisik perlu ditinjau berdasarkan lingkup praktik
perawat yang telah mempunyai lisensi praktik (Licensed Practical Nurse,
LPN). Beberapa rumah sakit yang menerapkan sistem CBE sedang tidak
semua perawatnya RN, mengubah sisitem pembarian asuhan keperawatan
sedemikian rupa dengan mengakomodasi tanggung jawab RN, untuk
pengkajian. Meskipun LPN bisa ditugaskan untuk merawat pasien, RN harus
menyelesaikan pengkajian fisik dalam 8 atau 24 jam sekali.
3. Implementasi lengkap memerlukan perubahan besar dalam system
pendokumentasian organisasi karena memerlukan perubahan format pada
berbagai alat dokumentasi.
4. Memerlukan pendidikan khusus untuk bisa mengimplementasi system CBE.
Perawat di St. Luke mengalami kesulitan untuk belajar mendokumentasikan
hanya hasil yang abnormal saja pada lembar alur keperawatan / instruksi
dokter dan kesultan mentaati standar praktik.
5. Sistem CBE berdampak pada masalah penggantian biaya sampai system ini
lebih luas diterima.
6. Dasar hukum CBE masih diperdebatkan. Meskipun pengacara St. Luke telah
meninjau sistem CBE dan menyetujui adanya kepatuhan system terhadap
prinsip-prinsip legal(hukum), namun hakim tetap akan memakai peraturan
tentang validitasi dokumentasi unuk setiap kasus. Pencatatan yang intermiten
gagal member tanda bahaya secara continu yang membutuhkan intervensi
dini dari dokter. CBE tidak mendefinisikan kasus dengan jelas, meskpun
standar profesi telah menggambarkan dengan cukup jelas untuk kelangsungan
pemberian perawatan. Tiga hal yang harus diperhatikan dalam penerapan
system CBE:
a. Standar untuk pengkajian keperatan dan intervensi harus didevinisikan
dengan jelas
b. Kebijakan dan prosedur CBE harus diikuti secara jelas
c. Tidak ada system dokumenasi yang akan melindungi profesi kesehatan
dari pengadilan yang buruk
E. Sistem Komputerisasi
Teknik pendokumentasian dengan komputerisasi adalah system computer
yang berperan dalam menyimpulkan, menyimpan proses, memberikan informasi
yang diperlukan dalam kegiatan pelayanan kebidanan, penelitian dan pendidikan.
Secara umum dokumentasi dengan system komputerisasi mempunyai beberapa
keuntungan, antara lain: meningkatkan pelayanan pada pasien, meningkatkan
pengembangan protocol, meningkatkan penatalaksanaan data dan komunikasi dan
meningkatkan proses edukasi dan konseling pada pasien.
Keuntungan dokumentasi dengan system komputerisasi secara spesifik,
antara lain: akurasi lebih tinggi, menghemat biaya, meningkatkan kepuasan
pasien, memperbaiki komunikasi antar bagian/anggota tim kesehatan, menambah
kesempatan untuk belajar, meneliti dan jaminan kualitas, meningkatkan moral
kinerja petugas. Beberapa kelemahan dokumentasi dengan system komputerisasi,
adalah: malfunction, impersonal effect, privacy, informasi tidak akurat, kosa kata
terbatas, penyimpanan bahan cetakan dan biaya yang harus disediakan cukup
besar untuk pengadaan beberapa unit computer.
Aplikasi system komputerisasi dalam system informasi dirumah sakit,
meliputi seluruh kegiatan untuk mendokumentasikan keberadaan pasien sejak
pasien masuk rumah sakit sampai pulang, sejak registrasi pasien, pengkajian data
pasien, rencana pengobatan, rencana perawatan, rencana asuhan dan KIE,
pengobatan dan pelaksanaan asuhan, laporan hasil pengobatan, klasifikasi pasien
dan catatan perkembangan pasien.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyediaan system komputerisasi
ini, antara lain: perencanaan perlunya system computer, pemilihan produk,
pelatihan petugas pengguna, pemakaian system computer, keamanan data,
legalitas data (perlunya tanda tangan dokter), kebutuhan perangkat dan evaluasi
keuntungan sitem computer bagi pengguna, klien dan administrasi.
Pencatatan dengan system komputerisasi merupakan salah satu tren yang
paling diminati dalam pendokumentasian asuhan keperawatan termasuk asuhan
kebidanan. Banyak institusi membuat atau membeli system informasi
komputerisasi yang menunjang praktik keperawatan/kebidanan. Berbagai
kelompok dalam industry pelayanan kesehatan menggunakan istilah computer
dengan berbagai cara, salah satunya adalah Catatan Pasien Berbasis Komputer
(computer based patient records, CPR).
Penggunaan catatan pasien berbasis computer (CPR)
Pengguna CPR didorong oleh beberapa factor berikut ini:
1. Jumlah data mengenai kondisi kesehatan pasien sangat banyak, harus
dikumpulkan, disimpan dan diorganisasikan dengan system yang lebih efisien
daripada system berbasis kertas. Mencari data dalam catatan pasien merupakan
hal yang sangat menghabiskan waktu. Semakin banyak catatan tersebut, semakin
sulit untuk mencari informasi intinya.
2. Pencatatan informasi secara electronic dibuat sedemikian rupa dan tidak
dapat dilakukan oleh system pencatatan berbasis kertas. Semua catatan yang
berhubungan dengan aspek khusus dalam perawatan dapat disusun dan dicetak.
System pencatatan berbasis kertas tidak dapat diorganisasi ulang dengan cara
tersebut dan juga tidak dapat digabungkan dengan catatan dari fasilitas atau
institusi lain.
3. Penggunaan CPR dapat berkembang menjadi metode penyampaian informasi
yang lebih efisien dari satu pemberi asuhan kesehatan ke pemberi asuhan
kesehatan yang lain. Dalam metode pendokumentasian manual, pemeriksaan
pasien dan pengumpulan data yang berulang-ulang dapat terjadi jika pasien
pindah dari satu fasilitas ke fasilitas lain.
4. Penghematan biaya dan reformasi pelayanan kesehatan mengharuskan
dilakukannya efisiensi manajemen data asuhan kesehatan termasuk asuhan
kebidanan.
Prasyarat diberlakukannya CPR
Sedikitnya terdapat 5 kunciutama prasyarat CPR, termasuk hal-hal berikut
ini yang diperlukan untuk menunjang CPR (Adrew, Dick, 1995a cit. Iyer and
Champ, 2005):
1. Kamus data klinis. Diperlukan kamus data klinis yang substansial dan
fleksibel, yang akan mendefinisikan semua unsure data untuk informasi klinis
yang akan disimpan
2. Tempat penyimpanan data klinis. Harus terdapat tempat penyimpanan data
klinis yang arsitekyurnya dirancang dengan baik, guna memenuhi kebutuhan
semua anggota tim pemberi perawatan kesehatan. Permintaan informasi
media mengenai pesien tertentu harus dipenuhi dalam beberapa detik.
3. Kemampuan input yang fleksibel. Harus tersedia perlengkapan yang tepat
(seperti mouse, keyboard, pengenal suara, touch screen, pen light).
4. Presentasi data yang ergonomis. Presentasi data harus sesuai dengan
kebutuhan individu.
5. Dukungan system otomatis. System harus mengantisipasi dan mendukung
proses klinis serta berfikir melalui system pendukung. Hal ini harus
mencakup akses ke system ahli, data dasar pengetahuan, literature medis,
umpan balik hasil, dan masukkan kualitas/biaya semua yang akan digunakan
dalam pembuatan keputusan klinis.
Set data minimum dan elemen data kesehatan inti
Banyak hal yang perlu dilakukan sebelum penggunaan CPR meluas.
Pembuatan kamus data klinis, yang sangat berguna di banyak area, termasuk
sector pemerintah dan swasta merupakan bagian dari set data minimum. Set data
minimum didefinisikan sebagai ‘rangkaian minimum poin-poin informasi dengan
definisi dan katagori yang sama, berkaitan dengan aspek atau dimensi tertentu dari
system pelayanan kesehatan, berguna untuk memenuhi kebutuhan penting dari
berbagai pengguna’ (Mc. Cormick et al, 1997 cit. Iyer and Champ,2005)
Set data minimum yang paling banyak digunakan di Amerika dan Canada
adalah Uniform Hospital Discharge data set, Financial Uniform Minimum Data
Set, dan Long Term Healt Care Minimum Data Set. Luasnya penggunaan set data
tersebut mendorong dikeluarkannya mandate dari Healt Care Financing
Aministration kepada Medicare dan Medicaid Healt Insurance Portability and
Accountability Act 1996, yang mengharuskan pemakaian set data standar nasional
untuk berbagai transaksi layanan kesehatan administrative dan financial.
Pemerintah setempat merekomendasikan sebagai unsure data untuk pasien yang
dirawat dirumah, unit gawat darurat, dan unit rawat jalan (Mc Cornick et al,1997
cit.Iyer and Champ, 2005).
Pengenalan computer pada fasilitas pelayanan kesehatan
Jika CPR atau rekaman elektronik menampakan visi masa depan
pelayanan kesehatan, maka pencacatan elektronik adalah realita sekarang yang
sudah ada difasilitas pelayanan kesehatan. Untuk mengetahui evolusi rekaman
elektronik, seorang harus melihat dulu proses pengenalan system komputerisasi di
sebuah fasilitas pelayanan kesehatan.
Pada umumnya, penggunaan computer pertama kali oleh fasilitas pelayanan
kesehatan adalah untuk melacak penerimaan, pemulangan dan pemindahan
pasien. Jenis aplikasi ini member informasi demografi pasien secara sederhana
terkait juga dengan keadaan financial pasien. Pertengahan tahun 1980an produsen
software mulai membuat software yang dapat digunakan untuk pendokumentasian
asuhan keperawatan/kebidanan. Dua puluh tahun terakhir, semakin banyak produk
dikeluarkan oleh produsen untuk memenuhi kebutuhan industry pelayanan
kesehatan.
Pembuatan system komputerisasi disebuah fasilitas pelayanan kesehatan
murupakan sebuah tantangan karena harus bisa diterapkan bersama-sama oleh
masing-masing unit pelayanan. Jika software dan hardware yang dibeli suatu unit
berbeda dengan unit yang lain di sebuah fasilitas pelayanan kesehatan, hal ini
hanya akan menimbulkan frustasi dan keterbatasan pemakaian system. Untuk
mengatasi permasalahan ini, umumnya perusahaan pembuat software akan
menggunakan bahasa computer yang sama.
Awal pemakaian fungsi klinis system komputerisasi dirumah sakit,
sekedar mengirimkan hasil pemeriksaan laboraturium atau hasil pemeriksaan
lainnya ke unit perawatan pasien. Beberapa system kompeter memiliki
kemampuan aktivasi sinyal, seperti tanda kedipan pesan masuk pada layar monitor
di unit perawatan. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan hasil tidak normal maka
bisa segera diatasi.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Berdasarkan makalah ini kami menilai bahwa dokumentasi kebidanan itu banyak
memiliki manfaat dan fungsi, bagi para pembaca hendaknya dapat memahami isi
dari makalah ini dan dapat digunakan dengan baik khususnya untuk mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Komariah, k (2005). Perawatan ibu masa nifas dan bayi baru lahir. Jakarta.
Seller, P.M., 2000, Midwifery, Vol. 1 dan 2, 1st Edition, Juta & Co.Ltd, Cape
Town
Varney, 1997, Varney’s Midwifery, 3rd Edition, Jones and Barlet Publishers,
Sudbury: England