Sebagai ukuran medis, amputasi digunakan untuk memeriksa rasa sakit atau proses
penyebaran penyakit dalam kelenjar yang terpengaruh, misalnya pada malignancy atau
gangrene. Dalam beberapa kasus amputasi dilakukan untuk mencegah penyakit tersebut
menyebar lebih jauh dalam tubuh. Dalam beberapa negara Islam, amputasi tangan atau
kaki kadang digunakan sebagai bentuk hukuman bagi para kriminal. Dalam beberapa
budaya dan agama, amputasi minor atau mutilasi dianggap sebagai suatu pencapaian
spiritual.
ASKEP AMPUTASI
Pengertian
B. Etiologi
C. Patofisiologi
Dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh, dengan dua metode :
Metode ini digunakan pada klien dengan infeksi yang mengembang. Bentuknya benar-
benar terbuka dan dipasang drainage agar luka bersih, dan luka dapat ditutup setelah tidak
terinfeksi.
2. Metode tertutup (flap amputasi)
Pada metode ini, kulit tepi ditarik pada atas ujung tulang dan dijahit pada daerah yang
diamputasi.
D. Tingkatan Amputasi
1. Ekstremitas atas
Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau kiri.
Hal ini berkaitan dengan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum,
mandi, berpakaian dan aktivitas yang lainnya yang melibatkan tangan.
2. Ekstremitas bawah
Amputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua atau sebagian dari jari-jari kaki
yang menimbulkan seminimal mungkin kemampuannya.
Adapun amputasi yang sering terjadi pada ekstremitas ini dibagi menjadi
dua letak amputasi yaitu :
Ada 2 metode pada amputasi jenis ini yaitu amputasi pada nonischemic limb dan
inschemic limb.
Amputasi ini memegang angka penyembuhan tertinggi pada pasien dengan penyakit
vaskuler perifer.
E. Penatalaksanaan Amputasi
Amputasi dianggap selesai setelah dipasang prostesis yang baik dan berfungsi.
1. Rigid dressing
Yaitu dengan menggunakan plaster of paris yang dipasang waktu dikamar operasi. Pada
waktu memasang harus direncanakan apakah penderita harus immobilisasi atau tidak.
Bila tidak diperlukan pemasangan segera dengan memperhatikan jangan sampai
menyebabkan konstriksi stump dan memasang balutan pada ujung stump serta tempat-
tempat tulang yang menonjol. Keuntungan cara ini bisa mencegah oedema, mengurangi
nyeri dan mempercepat posisi berdiri.
2. Soft dressing
Yaitu bila ujung stump dirawat secara konvensional, maka digunakan pembalut steril
yang rapi dan semua tulang yang menonjol dipasang bantalan yang cukup. Harus
diperhatikan penggunaan elastik verban jangan sampai menyebabkan konstriksi pada
stump. Ujung stump dielevasi dengan meninggikan kaki tempat tidur, melakukan elevasi
dengan mengganjal bantal pada stump tidak baik sebab akan menyebabkan fleksi
kontraktur. Biasanya luka diganti balutan dan drain dicabut setelah 48 jam. Ujung stump
ditekan sedikit dengan soft dressing dan pasien diizinkan secepat mungkin untuk berdiri
setelah kondisinya mengizinkan. Biasanya jahitan dibuka pada hari ke 10 – 14 post
operasi. Pada amputasi diatas lutut, penderita diperingatkan untuk tidak meletakkan
bantal dibawah stump, hal ini perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya kontraktur.
1. Kecepatan metabolisme
Jika seseorang dalam keadaan immobilisasi maka akan menyebabkan penekanan pada
fungsi simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah sehingga menurunkan
kecepatan metabolisme basal.
Adanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih besar dari
anabolisme, maka akan mengubah tekanan osmotik koloid plasma, hal ini menyebabkan
pergeseran cairan intravaskuler ke luar keruang interstitial pada bagian tubuh yang rendah
sehingga menyebabkan oedema. Immobilitas menyebabkan sumber stressor bagi klien
sehingga menyebabkan kecemasan yang akan memberikan rangsangan ke hypotalamus
posterior untuk menghambat pengeluaran ADH, sehingga terjadi peningkatan diuresis.
Dalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing berada dalam
keadaan sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya gravitasi, pelvis renal banyak
menahan urine sehingga dapat menyebabkan :
Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan bokong akan
tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah dan nutrisi ke jaringan. Jika
hal ini dibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis dan akan normal kembali jika tekanan
dihilangkan dan kulit dimasase untuk meningkatkan suplai darah.
Untuk klien dengan amputasi diagnosa keperawatan yang lazim terjadi adalah :
<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Gangguan mobilisasi fisik berhubungan
dengan kehilangan anggota tubuh.
Rasional : Kontraktur adduksi dapat terjadi karena otot fleksor lebih kuat
dari pada otot ekstensor.
Rasional : Mengganti balutan untuk menjaga agar luka tetap bersih dan
dengan menggunakan peralatan yang steril agar luka tidak
terkontaminasi oleh kuman dari luar.
Sumber:
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem muskuloskeletal adalah penunjang bentuk tubuh dan berperan dalam
pergerakan. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligament,
bursa, dan jaringan – jaringan khusus yang menghubungkan struktur tersebut.
Perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin
meningkatnya usia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut
pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada
semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan
kemungkinan timbulnya gangguan muskuloskeletal. Adanya gangguan pada
sistem muskuloskeletal dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya
dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna
mengaktifkan fungsi otot. Di daerah urban, dilaporkan bahwa keluhan nyeri otot
sendi-tulang (gangguan sistem musculoskeletal) merupakan keluhan terbanyak
pada usia lanjut
B. RUMUSAN MASALAH
BAB II
GANGGUAN MUSKULOSKELETAL
1. Osteoporosis
-Patofisiologi
Staphylococcus aurens merupakan penyebab 70% - 80%menginfeksi tulang.
Awitan osteomylitis ortopedi dapt terjadi dalam 3 bulan pertama ( akut
fulminan staduim I ) dan sering berhubungan dengan hematomaatau infeksi
superfisial. Infeksi awitan lambat ( stadium II) terjadi antara 4-24 bulansetelah
pembedahan. Osteomylitis lama ( stadium III )biasanya akibat penyebaran
hematogen dan terjadi dua tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
vaskularisasi dan edema. Setelah 2-3 hari trombus pada pembulu darah terjadi
pada tempat tersebut. Sehingga mengakibatkan iskemia dengan nekrotis tulang.
Seiringan dengan peningkatan dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi
di sekitarnya.
4. Skoliosis
Skoliosis adalah penyimpangan tulang belakang ke lateral dari garis tengah.
Skoliosis merupakan deformitor tulang belakan yang menggambarkan deviasi
vertebrata ke arah lateral. Bentuk dan tiap-tiap ruas tulang manusia pada
umumnya adalah sama hanya ada perbedaan sedikit tergantung pada kerja yang
di tanganinya.
-Etiologi
faktor heriditas
yaitu yang di turunkan secara auotsomal dominan, kelainan ini dapat terjadi
karena akibat adanyaabnormalitas tulang bawahyang mengenai vertebra
atauipun struktur-strukturnya.
Kongenital
Yaitu didapat sejak lahir. Adapula yang tidak didapat sejak lahir tetapi
berkembang pada masa berikutnya.
Idiopatik
Tidak di ketahui penyebabnya, tetapi jenis ini lebih umum biasanya berkembang
pada masa remaja.
Struktural
Perubahan pada steruktur tulang belakang karena sebab yang bervariasi
Klasifikasi Skoliosis
1. Skoliosis non struktural ( reversible )
Skoliosis postural
Nyeri dan spasme otot
Tungkai bawah yang tidak sama panjang
2. Skoliosis struktural ( ireversble )
Skoliosis idoptik
Skoliosis osteopatik
Skoliosis neuropatik
Skoliosis miopatik
Patofisiologi
Skoliosis dapat terjadi hanya pada daerah tulang spinalis termasuk rongga tulang
spinal. Lengkungan dsapat berbentuk S atau C. Derajat lengkungan penting
untuk di ketahui karena hal dapat menentukan jumlah tulang rusuk yang
mengalami pergeseran. Pada tingkat rootasi lengkungan yang cukup besar
mungkin dapat menekan dan menimbulkan keterbatasan pada organ penting
yaitu paru-paru dan jantung.
Aspek paling penting terjadinya deformitas adalah progresivitas pertumbuhan
tulang. Dengan terjadinya pembengkokan tulang vertebra ke arah lateraldi sertai
dengan rotasi tulang belakang. Maka akan diikutio dengan perkembangan
sekunder pada tulang vertebra dan iga. Oleh karena adanya gangguan
pertumbuhan yang bersifat progresif, di samping terjadi perubahan pada
vertebra, juga terdapt perubaahan pada tulang iga. Dimana bertambahnya kurva
yang menyebabkan deformitasi tulang iga semakin jelas.
Pada kanalis spinalis terjadi pendorongan dan penyempitan kanalis spinalis oleh
karena terjadinya penebalan dan pemendekan lamina pada sisi konkaf.
Kesimbangan lengkungan juga penting karena mempengaruhi stabilitas dadi
tulang belakang dan pergerakan panggul.
5. Osteosarcoma
Osteosarcoma adalah suatu pertumbuhan yang sangat cepat pada tumor
maligna tulang. Osteosarcoma merupakan tumor ganas tulang yang paling sering
ditemukan. Tumor ini merupakan tumor ganas yang menyebar secara cepat
pada periosteum dan jaringan ikat luarnya.
-Etiologi
Penyebab yang pasti terhadap kanker belum di ketahui secara jelas tetapi faktor-
faqktor etilogilah yang membantu terbetuknya kanker sudah banyak di ketahui
yang disebut bahan-bahan karsinogen, sinar ultraviolet, sinar radioaktif parasif
dan virus.
-Patofisiologi
Keganasan sel pada mulanya berawal pada sumsum tulang dari jaringan sel
tulang ( sarcoma ) sehingga sel-sel tulang akan pada nodul-nodul limfe, ginjal,
dan hati sehingga dapat mengakibatkan adanya pengaruh aktivitas hamateotik
sum-sumj tulang yang cepat pada tulang sehingga sel-sel plasma yang belum
matang akan terus membelah terjadi penambahan jumlah sel yang tidak
terkontrol lagi.
6. Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, Arif, et al, 2000). Sedangkan menurut
Linda Juall C. dalam buku Nursing Care Plans and Dokumentation menyebutkan
bahwa Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.
Pernyataan ini sama yang diterangkan dalam buku Luckman and Sorensen’s
Medical Surgical Nursing.
Etiologi
1) Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan.
Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah
melintang atau miring.
2) Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari
tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling
lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
3) Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa
pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya,
dan penarikan.
Patofisiologi
ulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas untuk
menahan tekanan (Apley, A. Graham, 1993). Tapi apabila tekanan eksternal
yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma
pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang
(Carpnito, Lynda Juall, 1995). Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh
darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus
tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah
hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke
bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi
terjadinya respon inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma
dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar
dari proses penyembuhan tulang nantinya (Black, J.M, et al, 1993)
Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur
1) Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap
besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
2) Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk
timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan,
dan kepadatan atau kekerasan tulang.
( Ignatavicius, Donna D, 1995 )
Biologi penyembuhan tulang
Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur
merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan
membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk
oleh aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu:
1) Stadium Satu-Pembentukan Hematoma
Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur. Sel-sel
darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat
tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung 24 – 48 jam dan
perdarahan berhenti sama sekali.
2) Stadium Dua-Proliferasi Seluler
Pada stadium initerjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro kartilago
yang berasal dari periosteum,`endosteum,dan bone marrow yang telah
mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam
lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi
proses osteogenesis. Dalam beberapa hari terbentuklah tulang baru yang
menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung selama
8 jam setelah fraktur sampai selesai, tergantung frakturnya.
3) Stadium Tiga-Pembentukan Kallus
Sel–sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik,
bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan
juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan
osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Massa
sel yang tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kallus atau
bebat pada
permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang yang imatur (anyaman
tulang ) menjadi lebih padat sehingga gerakan pada tempat fraktur berkurang
pada 4 minggu setelah fraktur menyatu.
4) Stadium Empat-Konsolidasi
Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah
menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast
menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya
osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang
baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum
tulang kuat untuk membawa beban yang normal.
5) Stadium Lima-Remodelling
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama
beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses
resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae yang lebih tebal
diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak
dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk struktur
yang mirip dengan normalnya.
Komplikasi fraktur
a) Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT
menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada
ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi
pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b) Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena
terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini
disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan
pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan embebatan
yang terlalu kuat.
c) Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada
kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan
bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen
dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan, tachykardi,
hypertensi, tachypnea, demam.
d) Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini
biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan
bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e) Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya
Volkman’s Ischemia.
f) Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas
kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi
pada fraktur.
7. AMPUTASI
Amputasi berasal dari kata amputare yang kurang lebih diartikan pancung.
Amputasi dapat pula diartikan sebagai memisahkan bagian tubuh sebagian atau
seluruh bagian ekstremitas. Dalam ilmu kedokteran diartikan “membuang”
sebagian atau seluruh anggota gerak, sesuatu yang menonjol atau tonjolan alat
(organ tubuh).Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi
pilihan terakhir manakala organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak
mungkin mendapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala
organ mendapat membahayakan tubuh klien secara utuh atau merusak argon
tubuh yang lain separti dapat menimbulkan komplikasi infeksi
Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh
seperti sistem intigumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal, dan sistem
kardiovaskuler. Lebih lanjut dia dapat menimbulkan masalah psikologis bagi klien
atau keluarga berupa penurunan harga diri dan produktifitas
Penyebab atau faktor perediosposisi terjadinya amputasi
Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi:
1. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki
2. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin dapat diperbaiki
3. Gangguan vaskuler atau sirkulasi pada ekstremitas yang berat
4. Infeksi yang berat atau berisiko tinggi menyebar ke onggota tubuh lainnya
5. Adanya tumor pada organ yang tidak muangkin dapat diterapi secara
konservatif
6. Deformitas argon.
Jenis-jenis amputasi
Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi:
1. Amputasi selektif atau terencana. Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit
yang terdiognosis dan mendapat penangan yang baik serta terpantau secara
terus menerus. Amputasi dilakukan sebagai salah satu tindakan alternatif
terakhir..
2. Amputasi akibat trauma. Ini merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat
trauma dan tidak terncana. Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi
lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien.
3. Amputasi darurat. Kegiatan amputasi inin dilakukan secara darurat oleh tim
kesehatan. Biasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat
seperti trauma dengan patah tulang multiple dan kerusakan kulit yang luas.
Tetapi jenis amputasi yang lebih sering kita kenal adalah
Amputasi terbuka ini di lakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana pada
pemotongan tulang dan otot pada tingkat yang sama.
Amputasi tertutup ini dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkin dimana
dibuat skalf kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang
lebih 5 cm dibawah potongan otot dan tulang.
Sendi adalah pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-tulang ini dipadukan
dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligamen,
tendon, fasia, atau otot.
Gejala Osteoarthritis
- nyeri sendi yang khas yaitu nyeri yang bertambah berat pada waktu menopang
berat badan atau waktu aktivitas (melakukan gerakan), dan membaik bila
diistirahatkan
- gerakan sendi menjadi terhambat karena nyeri
- pada beberapa penderita, nyeri sendi atau kaku sendi dapat timbul setelah
istirahat lama, misalnya duduk di kursi atau mobil (perjalanan jauh), atau setelah
bangun tidur di pagi hari
- kadang disertai suara gemeretak/kemretek pada sendi yang sakit
- penderita mungkin menunjukkan salah satu sendinya (sering lutut atau tangan)
secara perlahan membesar
2. ARTHRITIS RHEUMATOID
Menurut definisi, artritis rheumatoid adalah penyakit inflamasi yang mengenai
jaringan ikat sendi, bersifat progresif, simetrik, dan sistemik serta cenderung
menjadi kronik. Atau arthritis reumatoid adalah kelainan sistemik dengan
manifestasi utama pada persendian yang berkembang secara perlahan-lahan
dalam beberapa minggu. Artritis reumatoid merupakan inflamasi kronik yang
paling sering ditemukan pada sendi, insidensnya sekitar 3% dari penduduk
menderita kelainan ini dan terutama ditemukan pada umur 20-30 tahun, lebih
sering pada wanita daripada pria dengan perbandingan 3:1. Penyakit ini
menyerang sendi-sendi kecil pada tangan, pergelangan kaki dan sendi-sendi
besar pada lutut, panggul serta pergelangan tangan.
Etiologi
Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang
dikemukakan mengenai penyebab artritis reumatoid, yaitu :
• 1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hemolitikus
• 2. Endokrin
• 3. Autoimun
• 4. Metabolik
• 5. Faktor genetik serta faktor pemicu lainnya.
Pada saat ini, artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan
infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin
disebabkan oleh karena virus dan organisme mikoplasma atau grup difterioid
yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.
3. ARTHRITIS GOUT
Artritis gout adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi kristal
asam urat pada jaringan sekitar sendi (tofi). Gout juga merupakan istilah yang
dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik yang ditandai oleh meningkatnya
konsentrasi asam urat (hiperurisemia). Serta Artritis gout suatu penyakit
autoimun dimana persendian secara simetris mengalami peradangan, sehingga
terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan
bagian dalam sendi
a. Insidens dan Patogenesis
Gout dapat bersifat primer maupun sekunder. Gout primer merupakan akibat
langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau ekskresi asam
urat yang berkurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat tertentu.
Pada keadaan normal kadar urat serum pada pria mulai meningkat setelah
pubertas. Pada wanita kadar urat tidak meningkat sampai setelah menopause
karena estrogen meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal. Setelah
menopause kadar urat serum meningkat seperti pada pria.
Gout jarang terjadi pada wanita. Sekitar 95% penderita gout adalah pria. Gout
dapat ditemukan di seluruh dunia, pada semua ras manusia. Ada prevalensi
familial dalam penyakit gout yang mengesankan suatu dasar genetik dari
penyakit ini. Namun ada sejumlah faktor yang agaknya mempengaruhi timbulnya
penyakit ini, termasuk diet, berat badan, dan gaya hidup.
Gejala gout berkembang dalam 4 tahap :
1.Tahap Asimptomatik : Pada tahap ini kadar asam urat dalam darah meningkat,
tidak menimbulkan gejala.
2.Tahap Akut : Serangan akut pertama datang tiba-tiba dan cepat memuncak,
umumnya terjadi pada tengah malam atau menjelang pagi. Serangan ini berupa
rasa nyeri yang hebat pada sendi yang terkena, mencapai puncaknya dalam
waktu 24 jam dan perlahan-lahan akan sembuh spontan dan menghilang dengan
sendirinya dalam waktu 14 hari.
3.Tahap Interkritikal : Pada tahap ini penderita dapat kembali bergerak normal
serta melakukan berbagai aktivitas olahraga tanpa merasa sakit sama sekali.
Kalau rasa nyeri pada serangan pertama itu hilang bukan berarti penyakit
sembuh total, biasanya beberapa tahun kemudian akan ada serangan kedua.
Namun ada juga serangan yang terjadi hanya sekali sepanjang hidup, semua ini
tergantung bagaimana sipenderita mengatasinya.
4. Tahap Kronik : Tahap ini akan terjadi bila penyakit diabaikan sehingga
menjadi akut. Frekuensi serangan akan meningkat 4-5 kali setahun tanpa disertai
masa bebas serangan. Masa sakit menjadi lebih panjang bahkan kadang rasa
nyerinya berlangsung terus-menerus disertai bengkak dan kaku pada sendi yang
sakit.
C. KELAIANAN PADA OTOT
1. STRAIN
Strain adalah trauma pada suatu otot atau tendon yang biasanya disebabkan
oleh peregangan otot yang melebihi batas normalnya. Strain dapat pula disertai
dengan robekan atau ruptur jaringan. Pada cedera otot terjadi peradanagan
yang menyebabkan jaringan membengkok atau terasa nyeri. Penyembuhannya
mungkin memerlukan beberapa minggu.
2. SPRAIN
Sprain atau keseleo adalah trauma pada suatu sendi biasanya berkaitan dengan
cedera ligamentum. Pada keseleo yang berat , ligamentum dapat putus. Psrain
dapat menyebabnkan peradangan, pembengkakan, dan nyeri.
3.RIGOR MORTIS
Rigor Mortis atau kaku mayat adalah kekakuan atau kontraksi otot-otot yang
terjadi beberapa jam setelah kematian. Rigor mortis timbul akibat berkurangnya
ATP dalam sel-sel otot. Tanpa adanya ATP yang terikat ke kepala miosin, maka
jembatan-jembatan silang yang terhubung di otot pada saat dan segera setelah
kematian tidak dapat di lepaskan dan otot tetap berkontrksi. Dalam satu hari
protein-protein otot dihancurkan oleh enzim-enzim lokal yang dikeluarkan oleh
sel-sel yang berdegenerasisehingga otot kembali melemas.
4. ATROFI
Atrofi adalah penurunan ukuran suatu sel atau jaringan. Atrofi suatu otot dapat
terjadi akibat tidak di gunakannya otot atau terjadi pemutusan saraf yang
menpersarafi otot tersebut. Pada atrofi otot ukuran miofibril berkurang, atau
walaupun tidak mengalami atrofi kepadatan tulang dapat berkurang akibat tidak
digunakannya tulang tersebut atau adanya penyakit desiensi metababolik.
Poskan Komentar
Mengenai Saya
Nama: suwitto
Lokasi: makassar, selawesi sealatan, Indonesia
aku hanyalah manusia biasa yang mau bermanfaat kapan saja dalam kebaikan
ummat
Posting Sebelumnya
askep asma
askep IMA dan CHF
Berlangganan
Entri [Atom]